Anda di halaman 1dari 6
BUDIDAYA DAN PEMANFAATAN TANAMAN OBAT DI DESA KALIPUTIH KECAMATAN ALIYAN KABUPATEN KEBUMEN Dr Pudji Widodo MSc Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto JI Dr Soeparno 63 Purwokerto 53122 Email: | 1 Pendahuluan Tumbuhan obat tradisional merupakan spesies yang diketahui atau dikenal masyarakat memiliki khasiat obat dan telah digunakan sebagai ‘bahan baku dalam bentuk akar, batang, ddaun, umbi atau keseluruhan tumbuhan yang digunakan oleh industri obat tradisonal stau rumah’ tangga yang produknya disebut sebagai jamu. Berdasarkan pengertian umum cefarmasian, bahan dari bagian tumbuhan yang digunakan sebagai obat baik dalam bentuk asli atau sebagai bahan baku obat yang sudah dikeringkan disebut simplisia nabati (Bank Indonesia, 2010) ‘Tanaman obat keluarga (TOGA) adalah tanaman hasil budidaya tumahan yang berkhasiat sebagai obat. Taman obat keluarga pada hakekatnya adalah sebidang tanth, baik di halaman rumah, kebun ataupun ladang yang digunekan untuk membudidayakan tanaman yang berkhasiat sebagai obat dalam rangka memenuhi keperluan keluarga akan ‘obat-obatan Budidaya tanaman obat untuk keluarga (TOGA) dapat memacu usaha kecil dan menengah di bidang obat-obatan herbal sekalipun dilakukan secara individual, Setiap Keluarga dapat rmembudidayekan tanaman obat secara mandiri dan memanfaatkannya, sehingge kan terwujud prinsip kemandirian dalam pengobatan keluarga Penggunaan obat tradisional meningkat karena beberapa faktor (Salan 2009) yaitu: i} Pada umumnya, harga obat-obatan buatan pabrik yang sangat mahal, sehingga masyarakat mencari alternatif pengobatan yang lebih murah; 2) Efek samping yang ditimbulkan oleh obat ‘tradisional sangat kecil dibandingkan dengan obat modern; 3) Kandungaa unsur kimia yang terkandung i dalam obat tradisional sebenarnya menjadi dasar pengobatan Kedokteran modern, Artinya, pembuatan obat-obatan pabrik menggunakan rumus Kimia yang telah disentetis dari kandungan bahan alami ramuan tradisional, ‘Tanaman bahan jamu sebagai bahan baku industri jamu maupun konsumsi rumah tangga untuk keperluan pengobatan terdii dari ratusan jenis, yang merupakan koleksi dan berasal dari tanaman liar maupun tanaman budidaya. Di antara ratusan jenis tanaman 1 tersebut, terdapat 15 jenis tanaman yang paling banyak digunakan oleh Industri Obst Tradisional Budidaya tanaman obat Budid: aya tanaman obat dapat dilakukan secara (1) monokultur atau (2) tumpangstr Pola budidaya monokultur dapat dilakukan bila lahan relatif luas, sedangkan pola budidaya tumpangsari terutama apabila Iuas areal Iahan yang dimiliki terbatas. Tumpangsari yang dilakukan bersama tanaman lain yang umur panennya lebih muda akan memberikan penghasilan bagi petani selama menunggu hasil tanaman bahan jamunys. Beberapa keuntungan Jain yang diperoleh dengan pola tumpangsari adalah: (a) mengurangi resiko kerugian pada saat harga tanaman bahan jamu sedang murah; (b) meningkatkan produktivitas Lahan, dan memperbaiki sifatfisik dan mengawetkan tanah akibat rendahnya pertumbuhan {gulma, Tanaman yang bisa ditumpangsarikan dengan tanaman bahan jam adalah jagung, xacang-kacangan, bawang merah, cabai rawit, bins, Ketela pohon dan sebagainys Pada umumnya usaha budidaya tanaman bahan jamu merupakan usaha sampingan petani dan biasanya ditanam secara tumpang sari di kebun atau di lahan pekarangan Pola budidaya beberapa jenis tanaman bahan Jamu dapat dilihat pada (Tabel 1). Tanaman bahan jamu yang ibudidayakan di lahan pekarangan secara tumpang sari dan juga merupakan tanaman obat Keluarga (Toga) umumnya adalah pada kelompok jenis temu-temuan atay empon-empon. Tabel 1. Pola Budidaya Beberapa Fenis Tanaman Bahan Jamu Sumber (Siswanto, 2002): No Nama Tanaman Nama Indonesia Pola Budidaya 1. Curcume xanthoriza (Temulawak) - Tumpangsart 2. Curcuma domestica (Kunyit) - Tumpang sari 3. Feoniculum vulgare (Adas) - Tumpangsari 4. Kaemferiae galanga (Kencur) - Monokultur dan.tumpang sari S. Orthosiphon siamineus (Kumis Kucing) - Monokultur dan tumpangsart +6. Piper ren 7. Zingiber 8, Zingiber 9. Zingiber Prose: rrofracium (Cabe Jawa) - Tumpang sari officinale (Jahe) - Monokultur dan tumpang sari purpureum (Bengle) - Tumpang saci zerumbet (Lempuyang) - Tampangsari ¢ budidaya tanaman bahan jamu secara garis besar meliputi pembibitan, pengolahan mediatanam, penanaman, pemeliharaan tanaman, pemanenan dan penanganan pascapanen, Pembibitan meliputi penyemaian bibit dan penyiapan bibit sebelum citanam TTergantung kepada kondisi lahan, maka tahapan pada pengolahan media tanam dapat a meliputi kegiatan persiapan lahan, pembukaan lahan, pembentukan bedengan dan pengapuran Pemeliharaan tanaman meliputi kegiatan penyulaman, penyiangan, pembubunan, pemupukan, pengairan dan penyiraman, serta pengendalian hama, penyakit dan gulma. Setiap jenis tanaman obat membutuhkan persyaratan yang spesifik dalam penanamannya. Maka proses budidaya tanaman bahan jamu kelompok empon-empon dan temu-temuan, yang paling banyak diusahakan yaitu Jahe, Kunyit dan Temulawak. Proses budidaya yang akan diuraikan di sini merujuk kepada Standar Prosedur Operasional yang diterbitkan Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (2004) Contoh: Budidaya Jahe (Zingiber officinale Rosc.) Rimpang yang digunakan untuk bibit adalah yang dipanen minimal 10 bulan, dengan ciri antara lain kandungan serat tinggi dan kasar, Kulit licin, mengkilat dan keras serta tidak mudah mengelupas. Rimpang yang dipilih untuk benih adalah yang mempunyai 2-3 bakal mata tunas dengan bobot sekitar 25-60 g untuk jahe putih besar, 20-40 g untuk jahe putih keeil dan jahe merah. Untuk pertanaman seluas 1 ha dibutuhkan 2-3 ton untuk jahe besar dan 1-1,5 ton untuk jahe emprit Sebelum ditanam rimpang bibit ditunaskan dengan cara menghamparkan rimpang di atas jerami/alang-alang tipis. Jerami atau alang-alang dihamparkan di atas wadah berupa rak- rak terbuat dari bambu atau kayu yang diletakkan di tempat yang teduh, Selama penyemaian dilakukan penyiraman setiap hari. Setelah sekitar 15 hari atau apabila sudah tumbuh tunas dengan tinggi 1-2 em, benih sudah siap ditanam, Untuk mencegah infeksi bakteri, sebelum ditanam benih direndam di dalam larutan bakterisida selama 10 jam, kemudian dikering anginkan. _ Persiapan Jahan: Persiapan lahan dilakukan 15 - 30 hari sebelum benih ditanam, yaitu dengan cara digarpu atau dicangkul sedalam 30 cm agar gembur, dibersihkan dari ranting-ranting dan sisa tanaman yang sudah lapuk serta gulma dan diberikan pupuk kandang sebanyak 20 ton per ha. Setelah tanah diolah dan digemburkan, dibuat bedengan searah lereng (untuk tanah yang miring), atau dibuat guludan, Pada bedengan atau guludan kemudian dibuat lubang tanam, ddan beni jahe kemudian ditanam pada lubang tanam tersebut Penanaman: Benih ditanam pada lubang tanam sedalam 5-7 cm dengan tunas menghadap ke atas, dengan jarak tanam adalah 80 cm x 40 cm atau 60 em x 40 em untuk jahe putih besar atau 60 cm x 40cm untuk jahe emprit atau jahe merah, Untuk pola tumpang sari, tanaman yang ditumpangsarikan di tanam di antara tanaman jahe. Pada saat penanaman ini diberikan pupuk buatan SP-36 dan KCI masing-masing sebanyak 300-400 kg/ha. Penanaman benih sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan Pemeliharaan: Setelah penanaman dilakukan pemupukan dengan urea sebanyak 3 kali yaitu pada saat umur tanaman mencapai 1, 2 dan 3 bulan. Pada setiap umur tanaman tersebut pupuk yang, diberikan adalah sebanyak 135-200 Kg/ha, Pada saat tanaman berumur 4 bulan diberikan. pupuk kandang sebanyak 20 tonv/ha. Selama masa pertumbuhan tanaman dilakukan penyiangan gulma dengan intensitas sesuai dengan kondisi pertumbuhan gulma, Untuk mengurangi intensitas penyiangan dapat digunakan mulsa tebal dari jerami atau sekam. Penyulaman dilakukan untuk menggantikan tanaman yang tidak tumbuh setelah 1-1,5 bulan setelah penanaman, Pada saat tanaman telah membentuk rumpun dengan 4 - S anakan, dilakukan pembubunan secara periodik sesuai dengan kebutuhan agar rimpang selalu tertutup tanah dan agar drainase terpelihara dengan baik, Selama masa pertumbuhan terdapat resiko tanaman diserang hama dan penyakit Apabila ada tanaman yang terserang penyakit layu bakteri, maka tanaman tersebut segera dicabut dan dibakar, Serangan penyakit tanaman dapat dicegah atau diatasi dengan penyemprotan fungisida. ‘Pemanenan: Pemanenan dapat dilakukan setelah tanaman berumur 9 - 10 bulan, yaitu dengan cara membongkar seluruh rimpang dengan menggunakan garpu atau cangkul. Apabila bibit yang digunakan adalah varietas unggul jahe putih besar (Cimanggu-1) produktivitas tanaman adalah 27 ton rimpang segar per hektar, dan jika yang digunakan adalah bibit varietas unggul jahe putih kecil (JPK3; JPK6) maka akan dihasilkan 16 ton rimpang segar per hektar. Pola tumpang sari atau monokultur tidak terlalu berpengaruh terhadap produktivitas tanaman jahe, Pasca Panen: Setelah panen, rimpang harus segera dibersihkan untuk menghindari mikroorganisme yang tidak diinginkan, yaitu dengan cara disemprot air yang bertekanan tinggi atau dicuci dengan tangan. Setelah pencucian, rimpang dianginkan untuk mengeringkan air pencucian, ‘Untuk penjualan segar rimpang dapat langsung dikemas. Apabila dijual dalam bentuk kering atau simplisia, maka rimpang direbus beberapa menit, kemudian diiris setebal 1- 4 mm, dan kemudian dikeringkan/dijemur sampai mencapai kadar air sekitar 8 ~ 10%, yaitu bila rimpang bisa dipatahkan, Perawatan tanaman obat Tanaman yang dipelihara di pekarangan rumah tidak memerlukan perawatan khusus, baik sebagai bumbu dapur atau bahan obat (Santoso 2008). Perlakuan khusus dalam budi daya tanaman obat dilakukan dalam skala usaha, dengan tujuan untuk memperoleh kualitas dan kuantitas hasil yang optimum. Kegiatan pemupukan dan pengandalian hama penyakit tanaman perlu dilakukan. Kegiatan ini sangat erat hubungannya dengan penggunaan bahan kimiawi yang terkandung dalam pupuk atau pestisida. Pemakaian bahan kimiawi dapat mencemari lingkungan, baik tanah maupun air, dan yang paling berbahaya residu yang dihasilkan akan terakumulasi dalam produk tanaman yang dihasilkan. Untuk itu, perlu diperkenalkan sistem budi daya yang tidak tergantung pada bahan-bahan kimia, Sistem ini dikenal dengan istilah pertanian organik. Dalam budi daya tanaman obat dapat dimanfeatkan pupuk organik untuk menambah unsur hara mineral yang dibutuhkan tanaman. Pupuk organik yang digunakan di antaranya adalah pupuk kandang, bokhasi, kompos, humus, sampah dapur, dan serasah daun, Selain itu, sebagai bahan pengendali hama penyakit tanaman, dapat dimanfaatkan pestisida alami yang terdapat di sekitar rumah, seperti tanaman babadotan (Ageratum conyzoides), sirsak, lantana, dan daun tembakau. Penutup Tanaman obat sangat penting dibudidayakan oleh setiap keluarga karena manfaatnya yang banyak, harganya murah, bisa dipetik setiap saat, tidak terlalu menimbulkan efek sampingan yang merugikan, Cara budidaya tanaman obet sangat mudah, hampir setiap orang pasti bisa. Namun demikian tidak setiap rumah memiliki atau memanfaatkannya, padahal ‘aban pekarangan yang ada cukup lias. Selain ‘ebagai bahan obat, tanaman obat juga dapat menimbulkan keindahan. Daftar Pustaka Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. 2004 Hariana, H. A. 2006. Tumbuhan Obat & Khasiatnya 3, Jakarta:Swadaya, ISBN 979-002-008- 2, 9789790020085. Hal 5-9 Santoso, H-B. 2008. Ragam dan Khasiat Tanaman Obat, Jakarta Selatan. Agromedia Pustaka, Hal SO,

Anda mungkin juga menyukai