Hemodinamik 3 Fix
Hemodinamik 3 Fix
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
c) pasien yang mendapat terapi vasopressor dan vasodilator
d) pasien yang tekanan intrakranialnya dimonitor secara ketat
e) pasien dengan hipertensi krisis, dengan overdiseksi aneurisma
aorta
2. Pemeriksaan serial Analisa Gas Darah3
a) pasien dengan gagal napas
b) pasien yang terpasang ventilasi mekanik
c) pasien dengan gangguan asam basa (asidosis/ alkalosis)
d) pasien yang sering dilakukan pengambilan sampel arteri
e) secara rutin
Kontra indikasi relatif3
1. Pasien dengan perifer vascular disease
2. Pasien yang mendapat terapi antikoagulan atau terapi trombolitik
3. Penusukan kanulasi arteri kontraindikasi relatif pada area yang mudah
terjadi infeksi, seperti area kulit yang lembab, mudah berkeringat, atau
pada area yang sebelumnya pernah dilakukan bedah vascular
3
penyeleksian lokasi insersi kateter meliputi, adanya sirkulasi darah kolateral yang
adekuat, kenyamanan pasien, dan menghindari area yang beresiko tinggi mudah
terjadi infeksi3.
4
5. Membaca nilai yang tertera di layar monitor, pastikan morfologi
gelombang tidak underdamped atau overdamped
6. Mengkorelasi nilai yang tertera pada monitor dengan kondisi klinis pasien
7. Dokumentasikan nilai tekanan dan laporkan bila ada trend perubahan
hemodinamik
2.1.7 Komplikasi
1. Hematoma
2. Perdarahan
3. Gangguan neurovaskuler
4. Iskemik atau nekrosis pada bagian distal dari pemasangan kateter
5. Emboli
6. Insuffisiensi vaskuler
7. Infeksi
5
Trouble shooting pada gelombang overdamped
6
2.2 Monitoring tekanan vena sentral
2.2.1 Definisi
Tekanan vena sentral merupakan tekanan pada vena besar thorak yang
menggambarkan aliran darah ke jantung. Tekanan vena sentral merefleksikan
tekanan darah di atrium kanan atau vena kava. Pada umumnya jika venous return
turun, CVP turun, dan jika venous return naik, CVP meningkat3,5.
7
5. Memberikan cairan, obat obatan, nutrisi parenteral
Pemberian cairan hipertonik seperti KCL lebih dari 40 mEq/L
melalui vena perifer dapat menyebabkan iritasi vena, nyeri, dan phlebitis.
Hal ini disebabkan kecepatan aliran vena perifer relatif lambat dan sebagai
akibatnya penundaan pengenceran cairan IV. Akan tetapi, aliran darah
pada vena besar cepat dan mengencerkan segera cairan IV masuk ke
sirkulasi. Kateter CVP dapat digunakan untuk memberikan obat vasoaktif
maupun cairan elektrolit berkonsentrasi tinggi.
6. Kateter CVP dapat digunakan sebagai rute emergensi insersi pacemaker
sementara.
8
Gambar 3. Kateter vena sentral
9
Gelombang CVP normal yang tertangkap pada monitor merupakan
refleksi dari setiap peristiwa kontraksi jantung. Kateter CVP menunjukkan variasi
tekanan yang terjadi selama siklus jantung dan ditransmisi sebagai bentuk
gelombang yang karakteristik. Pada grlombang CVP terdapat tiga gelombang
positif (a, c, dan v) yang berkaitan dengan tiga peristiwa dalam siklus mekanis
yang meningkatkan tekanan atrium dan dua gelombang (x dan y) yang
dihubungkan dengan berbagai fase yang berbeda dari siklus jantung dan sesuai
dengan gambaran EKG normal3,5.
1) Gelombang a : diakibatkan oleh peningkatan tekanan atrium pada saat
kontraksi atrium kanan. Dikorelasikan dengan gelombang P pada EKG
2) Gelombang c : timbul akibat penonjolan katup atrioventrikuler ke dalam
atrium pada awal kontraksi ventrikel iso volumetrik. Dikorelasikan dengan
akhir gelombang QRS segmen pada
EKG
3) Gelombang x descent : gelombang ini mungkin disebabkan gerakan ke
bawah ventrikel selama kontraksi sistolik. Terjadi sebelum timbulnya
gelombang T pada EKG
4) Gelombang v : gelombang v timbul akibat pengisisan atrium selama
injeksi ventrikel (ingat bahwa selama fase ini katup AV normal tetap
tertutup) digambarkan pada akhir gelombang T pada EKG
5) Gelombang y descendent : diakibatkan oleh terbukanya tricuspid valve
saat diastol disertai aliran darah masuk ke ventrikel kanan. Terjadi
sebelum gelombang P pada EKG.
10
Gambar 5. Bentuk normal gelombang tekanan vena sentral
2.2.7 Komplikasi
Adapun komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi adalah3,5:
1. Perdarahan
2. Erosi (pengikisan) vaskuler. Cirinya terjadi 1 sampai 7 hari setelah
insersi kateter. Cairan iv atau darah terakumulasi di mediastinum atau
rongga pleura
3. Aritmia ventrikel atau supraventrikel
4. Infeksi local atau sistemik. Biasanya kebanyakan kontaminasi
mikrooorganisme seperti s. avirus, s. epidermidis, gram negative
11
positif basil, dan intrococcus.
5. Overload cairan.
6. Pneumothoraks
2.2.8 Trouble shooting monitoring tekanan CVP
12
b. Kateter termodilusi empat lumen
Yang paling sering digunakan untuk dewasa tersedia ukuran 5 dan 7 Fr
Lumen distal :
Terletak pada ujung kateter : untuk mengukur PAP dan PWP, juga untuk
pengambilan sampel vena campuran, obat dan cairan hiperosmotik tidak
boleh diberikan melalui lumen ini, karena infuse yang pekat ke dalam
segmen arteri pulmonal yang kecil dapat mengakibatkan reaksi lokal
vaskuler atau jaringan.
Balon
Terletak kurang dari 1 cm dari ujung kateter. Inflasi balon dengan volume
balon 0.5 1 cc dan deflasi secara pasif.
Lumen proximal (RA)
Terletak pada 30cm dari ujung kateter . Lumen ini di RA bila ujung arteri
terletak pada ujung arteri pulmonal dapat digunan untuk monitoring
tekanan RA, pemberian cairan intravena, atau elektrolit atau obat-obatan,
sampel darah RA dan menerima cairan injeksi pada pengukuran curah
jantung. Seharusnya tidak boleh untuk infus atau obat obat inotropik jika
pengukuran curah jantung sering dilakukan.
Termistor
Terletak kira kira 4 6 cm dari ujung kateter. Merupakan kawat yang
sensitif terhadap suhu, termistor yang dihubungkan dengan kabel curah
jantung akan menentukan spot. Pengukuran curah jantung mengikuti
injeksi dari cairan indikator dingin oleh pengukuran besarnya suhu tubuh
yang berubah setiap saat.
13
untuk pacing atrial, ventricular dan atrio-ventrikular sequential. Indikasi untuk
kateter arteri pulmonal pacing ini meliputi: Blok jantung derajat 2 dan 3, Blok
bivasikuler atau trivasikular, tosixitas digitalis, bradikardia berat, ECG untuk
diagnosis aritmia komplek dan over drive takiaritmia.
14
3. Lokasi pemasangan kateter bisa melalui vena basilica atau vena
brachialis dilakukan secara cutdown.5,6
15
darah lebih banyak dalam pembuluh dikarenakan tidak ada yang membantu
memompa darah ke jantung3,5.
Teknik pengukuran tekanan arteri pulmonal6 :
1. Cuci tangan
2. Atur posisi yang nyaman saat pengukuran. Posisi sampai dengan posisi
tidur lebih tinggi 600. Pengukuran pada posisi duduk tidak dianjurkan.
Pada posisi tidur miring 300 - 900 dapat dilakukan selama prinsip sudut
yang terbentuk dengan posisi miring tersebut diperhatikan.
3. Yakinkan bahwa kateter yang terpasang tidak ada yang terlipat, cairan
yang masuk, berada pada posisi yang tepat.
4. Lakukan kalibrasi
5. Perhatikan nilai yang ada pada monitor dan dikorelasikan dengan
morfologi gelombang yang tampak pada monitor dengan klinis pasien.
6. Dokumentasikan data yang ada
7. Cuci tangan
2.3.6 Komplikasi
Berikut merupakan komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi3,6:
1. Kateter arteri pulmonal yang terpasang merupakan wadah yang baik
untuk mikroorganisme. Prinsip close sistem dan perawatan area tusukan
serta steril harus diperhatikan.
2. Kerusakan pembuluh darah oleh kateter yang keras, dan pemasangan
yang lama
3. Aritmia : VES atau SVT, migrasi secara spontan
4. Perdarahan saat pemasangan kateter
5. Tromboemboli oleh bekuan darah pada sebagaian atau seluruh kateter
dan bermigrasi ke tempat lain
16
BAB III
SIMPULAN
17
DAFTAR PUSTAKA
18