Anda di halaman 1dari 16

RUMAH SEHAT

Disusun Oleh :

Tri Budhi Baskoro / 0715098


Mai Norryslla / 1115052
Dwirama Ivan Prakoso R. / 1115062
Fitri Fatimah Sari L. / 1115174

PEMBIMBING :

dr. July Ivone, MKK., M.Pd.Ked.

SMF/BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BANDUNG
2017

1
DAFTAR ISI

JUDUL. .............................................................................................................. 1
DAFTAR ISI. ..................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN. ................................................................................. 3
1.1 Latar Belakang. ............................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN. .................................................................................. 4
2.1 Standar Rumah Sehat. ................................................................................... 4
2.1.1 Komponen Rumah ..................................................................................... 5
1. Lantai ..................................................................................................... 5
2. Dinding................................................................................................... 6
3. Langit - langit ......................................................................................... 6
4. Atap ........................................................................................................ 7
5. Pembagian Ruangan ............................................................................... 8
6. Ventilasi ................................................................................................. 9
7. Pencahayaan ........................................................................................... 9
2.1.2 Sarana Sanitasi ......................................................................................... 10
Penyediaan Air Bersih ............................................................................. 10
Penggunaan Jamban ................................................................................. 12
BAB III KESIMPULAN ................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap manusia dimanapun berada membutuhkan tempat untuk tinggal yang
disebut rumah. Rumah berfungsi sebagai tempat untuk melepaskan lelah, tempat
bergaul dan membina rasa kekeluargaan diantara anggota keluarga, tempat
berlindung dan menyimpan barang berharga, dan rumah juga merupakan status
lambang sosial (Mukono, 2000). Perumahan merupakan kebutuhan dasar manusia
dan juga merupakan determinan kesehatan masyarakat. Karena itu pengadaan
perumahan merupakan tujuan fundamental yang kompleks dan tersedianya standar
perumahan merupakan isu penting dari kesehatan masyarakat. Perumahan yang
layak untuk tempat tinggal harus memenuhi syarat kesehatan sehingga penghuninya
tetap sehat. Perumahan yang sehat tidak lepas dari ketersediaan prasarana dan
sarana yang terkait, seperti penyediaan air bersih, sanitasi pembuangan sampah,
transportasi, dan tersedianya pelayanan sosial (Krieger and Higgins, 2002).
Menurut Undang-undang RI Nomor 4 Tahun 1992 menjelaskan bahwa rumah
adalah struktur fisik terdiri dari ruangan, halaman dan area sekitarnya yang dipakai
sebagai tempa ttinggal dan sarana pembinaan keluarga. Menurut WHO (2004),
rumah adalah struktur fisik atau bangunan untuk tempat berlindung, dimana
lingkungan berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani serta keadaan sosialnya
baik untuk kesehatan keluarga dan individu.
Menurut Dinas Perumahan dan Pemukiman RI (2008), rumah adalah rumah
sebagai tempat tinggal yang memenuhi ketetapan atau ketentuan teknis kesehatan
yang wajib dipenuhi dalam rangka melindungi penghuni rumah dari bahaya atau
gangguan kesehatan, sehingga memungkinkan penghuni memperoleh derajat
kesehatan yang optimal.
Menurut WHO (2004), rumah sehat dapat diartikan rumah berlindung, bernaung,
dan tempat untuk beristirahat, sehingga menimbulkan kehidupan yang sempurna
baik fisik, rohani, sosial.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Standar Rumah Sehat

Menurut Depkes RI (2002), ada beberapa prinsip standar rumah sehat. Prinsip
ini dapat dibedakan atas dua bagian :
1. Yang berkaitan dengan kebutuhan kesehatan, terdiri atas:
a). Perlindungan terhadap penyakit menular, melalui pengadaan air minum, sistem
sanitasi, pembuangan sampah, saluran air, kebersihan personal dan domestik,
penyiapan makanan yang aman dengan struktur rumah yang aman dengan memberi
perlindungan.
b). Perlindungan terhadap trauma/benturan, keracunan dan penyakit kronis dengan
memberikan perhatian pada struktur rumah, polusi udara rumah, polusi udara dalam
rumah, keamanan dari bahaya kimia dan perhatian pada pnggunaan rumah sebagai
tempat bekerja.
c). Stress psikologis dan sosial melalui ruang yang adekuat, mengurangi privasi,
nyaman, memberi rasa aman pada individu, keluarga dan akses pada rekreasi dan
sarana komunitas pada perlindungan terhadap bunyi.
2. Berkaitan dengan kegiatan melindungi dan meningkatkan kesehatan terdiri atas:
a). Informasi dan nasehat tentang rumah sehat dilakukan oleh petugas kesehatan
umumnya dan kelompok masyarakat melalui berbagai saluran media dan
kampanye.
b). Kebijakan sosial ekonomi yang berkaitan dengan perumahan harus mendukung
penggunaan tanah dan sumber daya perumahan untuk memaksimalkan aspek fisik,
mental dan sosial.
c). Pembangunan sosial ekonomi yang berkaitan dengan perumahan dan hunian
harus didasarkan pada proses perencanaan, formulasi dan pelaksanaan kebijakan
publik dan pemberian pelayanan dengan kerjasama intersektoral dalam manajemn
dan perencanaan pembangunan, perencanaan perkotaan dan penggunaan tanah,

4
standar rumah, disain, dan konstruksi rumah, pengadaan pelayanan bagi masyarakat
dan monitoring serta analisis situasi secara terus menerus.
d). Pendidikan pada masyarakat profesional, petugas kesehatan, perencanaan dan
penentuan kebijakan akan pengadaan dan penggunaan rumah sebagai sarana
peningkatan kesehatan.
e). Keikutsertaan masyarakat dalam berbagai tingkat melalui kgiatan mandiri
diantara keluarga dan perkampungan.
Menurut Depkes RI (2002), indikator rumah yang dinilai adalah komponen
rumah yang terdiri dari : langit-langit, dinding, lantai, jendela kamar tidur, jendela
ruang keluarga dan ruang tamu, ventilasi, dapur dan pencahayaan dan aspek
perilaku. Aspek perilaku penghuni adalah pembukaan jendela kamar tidur,
pembukaan jendela ruang keluarga, pembersihan rumah dan halaman.

2.1.1 Komponen Rumah

1. Lantai
Lantai harus cukup kuat untuk manahan beban di atasnya. Bahan untuk lantai
biasanya digunakan ubin,kayu plesteran, atau bambu dengan syarat-syarat tidak
licin, stabil tidak lentur waktu diinjak, tidak mudah aus, permukaan lantai harus rata
dan mudah dibersihkan, yang terdiri dari:
1. Lantai tanah stabilitas.
Lantai tanah stabilitas terdiri dari tanah,pasir, semen, dan kapur, seperti tanah
tercampur kapur dan semen, dan untuk mencegah masuknya air kedalam
rumah sebaiknya lantai dinaikkan 20 cm dari permukaan tanah.
2. Lantai papan.
Pada umumnya lantai papan dipakai di daerah basah/rawa. Hal yang perlu
diperhatikan dalam pemasanan lantai adalah :
a). Sekurang-kurangnya 60 cm diatas tanah dan ruang bawah tanah harus ada
aliran air yang baik.
b). Lantai harus disusun dengan rapi dan rapat satu sama lain,sehingga tidak
ada lubang-lubang ataupun lekukan dimana debu bisa bertepuk. Lebih baik

5
jika lantai seperti ini dilapisi dengan perlak atau kampal plastik ini juga
berfungsi sebagai penahan kelembaban yang naik dari dikolong rumah.
c). Untuk kayu-kayu yang tertanam dalam air harus yang tahan air dan rayap
serta untuk konstruksi diatasnya agar digunakan lantai kayu yang telah
dikeringkan dan diawetkan.
3. Lantai ubin.
Lantai ubin adalah lantai yang terbanyak digunakan pada bangunan
perumahan karena : Lantai ubin murah/tahan lama,dapat mudah dibersihkan
dan tidak dapat mudah dirusak rayap.

2. Dinding
Adapun syarat-syarat untuk dinding antara lain:
1. Dinding harus tegak lurus agar dapat memikul berat sendiri, beban tekanan
angin, dan bila sebagai dinding pemikul harus pula dapat memikul beban
diatasnya.
2. Dinding harus terpisah dari pondasi oleh suatu lapisan air rapat air sekurang-
kurangnya 15 cm di bawah permukaan tanah sampai 20 cm di atas lantai
bangunan, agar air tanah tidak dapat meresap naik keatas, sehingga dinding
tembok terhindar dari basah dan lembab dan tampak bersih tidak berlumut.
3. Lubang jendela dan pintu pada dinding, bila lebarnya kurang dari 1 m dapat
diberi susunan batu tersusun tegak diatas batu,batu tersusun tegak diatas
lubang harus dipasang balok lantai dari beton bertulang atau kayu awet.
4. Untuk memperkuat berdirinya tembok bata digunakan rangka pengkaku
yang terdiri dari plester-plester atau balok beton bertulang setiap luas 12
meter.

3. Langit langit
Dibawah kerangka atap/ kuda-kuda biasanya dipasang penutup yang disebut
langit-langit yang tujuannya antara lain:
1. Untuk menutup seluruh konstruksi atap dan kuda-kuda penyangga agar
tidak terlihat dari bawah, sehingga ruangan terlihat rapi dan bersih.

6
2. Untuk menahan debu yang jatuh dan kotoran yang lain juga menahan
tetesan air hujan yang menembus melalui celah-celah atap.
3. Untuk membuat ruangan antara yang berguna sebagai penyekat sehingga
panas atas tidak mudah menjalar kedalam ruangan dibawahnya. Adapun
persyaratan untuk langit-langit yang baik adalah:
a. Langit-langit harus dapat menahan debu dan kotoran lain yang jatuh dari
atap.
b. Langit-langit harus menutup rata kerangka atap kuda-kuda penyangga
dengan konstruksi bebas tikus.
c. Tinggi langit-langit sekurang-kurangnya 2,40 dari permukaan lantai.
d. Langit-langit kasaunya miring sekurang-kurangnya mempunyai tinggi
rumah 2,40 m,dan tinggi ruang selebihnya pada titik terendah titik kurang
dari 1,75 m.
e. Ruang cuci dan ruang kamar mandi diperbolehkan sekurang kurangnya
sampai 2,40 m.

4. Atap
Secara umum konstruksi atap harus didasarkan kepada perhitungan yang
teliti dan dapat dipertanggung jawabkan kecuali untuk atap yang sederhana tidak
disyaratkan adanya perhitungan-perhitungan. Maksud utama dari pemasangan atap
adalah untuk melindungi bagian-bagian dalam bangunan serta penghuninya
terhadap panas dan hujan, oleh karena itu harus dipilih penutup atap yang
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Rapat air serta padat dan Letaknya tidak mudah bergeser.
2. Tidak mudah terbakar dan bobotnya ringan dan tahan lama.
Bentuk atap yang biasa digunakan ialah bentuk atap datar dari konstruksi
beton bertulang dan bidang atap miring dari genteng, sirap, seng gelombang atau
asbes semen gelombang. Pada bidang atap miring mendaki paling banyak
digunakan penutup/atap genteng karena harga rumah dan cukup awet.

7
5. Pembagian Ruangan
Telah dikemukakan dalam persyaratan rumah sehat, bahwa rumah sehat
harus mempunyai cukup banyak ruangan-ruangan seperti : ruang duduk/ruang
makan, kamar tidur, kamar mandi, jamban, dapur, tempat cuci pakaian, tempat
berekreasi dan tempat beristirahat, dengan tujuan agar setiap penghuninya merasa
nikmat dan merasa betah tinggal di rumah tersebut. Adapun syarat-syarat
pembagian ruangan yang baik adalah sebagai berikut:
1. Adanya pemisah yang baik antara ruangan kamar tidur kepala keluarga (suami
istri) dengan kamar tidur anak-anak, baik laki-laki maupun perempuan, terutama
anak-anak yang sudah dewasa.
2. Memilih tata ruangan yang baik, agar memudahkan komunikasi dan
perhubungan antara ruangan didalam rumah dan juga menjamin kebebasan dan
kerahasiaan pribadi masing-masing terpenuhi.
3. Tersedianya jumlah kamar/ruangan kediaman yang cukup dengan luas lantai
sekurang-kurangnya 6 m2 agar dapat memenuhi kebutuhan penghuninya untuk
melakukan kgiatan kehidupan.
4. Bila ruang duduk digabung dengan ruang tidur, maka luas lantai tidak boleh
kurang dari 11 m2 untuk 1 orang, 14 m2 bila digunakan 2 orang, dalam hal ini harus
dipisah.
5. Dapur
(a) Luas dapur minimal 14 m2 dan lebar minimal 1,5 m2,
(b) Bila penghuni tersebut lebih dari 2 orang, luas dapur tidak boleh kurang dari 3
m2,
(c) Di dapur harus tersedia alat-alat pengolahan makanan, alat-alat masak, tempat
cuci peralatan dan air bersih,
(d) Di dapur harus tersedia tempat penyimpanan bahan makanan. Atau makanan
yang siap disajikan yang dapat mencegah pengotoran makanan oleh lalat, debu dan
lain-lain dan mencegah sinar matahari langsung.
6. Kamar Mandi dan jamban keluarga.
a). Setiap kamar mandi dan jamban paling sedikit salah satu dari dindingnya yang
berlubang ventilasi berhubungan dengan udara luar. Bila tidak harus dilengkapi

8
dengan ventilasi mekanis untuk mengeluarkan udara dari kamar mandi dan jamban
tersebut, sehingga tidak mengotori ruangan lain.
b). Pada setiap kamar mandi harus bersih untuk mandi yang cukup jumlahnya.
c). Jamban harus berleher angsa dan 1 jamban tidak boleh dari 7 orang bila jamban
tersebut terpisah dari kamar mandi.

6. Ventilasi
Ventilasi adalah proses penyediaan udara segar kedalam suatu ruangan dan
pengeluaran udara kotoran suatu ruangan tertutup baik alamiah maupun secara
buatan. Ventilasi harus lancar diperlukan untuk menghindari pengaruh buruk yang
dapat merugikan kesehatan manusia pada suatu ruangan kediaman yang tertutup
atau kurang ventilasi. Pengaruh-pengaruh buruk itu ialah (Sanropie, dkk, 1989) :
1. Berkurangnya kadar oksigen diudara dalam ruangan kediaman.
2. Bertambahnya kadar asam karbon (CO2) dari pernafasan manusia.
3. Bau pengap yang dikeluarkan oleh kulit, pakaian dan mulut manusia.
4. Suhu udara dalam ruangan naik karena panas yang dikeluarkan oleh badan
manusia.
5. Kelembaban udara dalam ruang kediaman bertambah karena penguapan air dan
kulit pernafasan manusia.

7. Pencahayaan
Menurut Mukono (2000) bahwa cahaya yang cukup kuat untuk penerangan
didalam rumah merupakan kebutuhan manusia. Penerangan ini dapat diperoleh
dengan pengaturan cahaya buatan dan cahaya alam.
1. Pencahayaan alam
Pencahayaan alam diperoleh dengan masuknya sinar matahari ke
dalam ruangan melalaui jendela, celah-celah atau bagian ruangan yang
terbuka. Sinar sebaiknya tidak terhalang oleh bangunan, pohon-pohon
maupun tembok pagar yang tinggi. Kebutuhan standar cahaya alam yang
memenuhi syarat kesehatan untuk kamar keluarga dan kamar tidur mnurut
WHO 60-120 lux. Suatu cara untuk menilai baik atau tidaknya penerangan
alam yang terdapat dalam rumah, adalah sebagai berikut :

9
a). Baik, bila jelas membaca koran dengan huruf kecil.
b). Cukup, bila samar-samar membaca huruf kecil.
c). Kurang, bila hanya huruf besar yang terbaca.
d). Buruk, bila sukar membaca huruf besar.
Pemenuhan kebutuhan cahaya untuk penerangan alamiah sangat
ditentukan oleh letak dan lebar jendela. Untuk memperoleh jumlah cahaya
matahari pada pagi hari secara optimal sebaiknya jendela kamar tidur
menghadap ke timur. Luas jendela yang baik paling sedikit mempunyai luas
10-20 % dari luas lantai. Apabila luas jendela melebihi 20 % dapat
menimbulkan kesilauan dan panas, sedangkan sebaliknya kalau terlalu kecil
dapat menimbulkan suasana gelap dan pengap.
2. Pencahayaan buatan
Penerangan pada rumah tinggal dapat diatur dengan memilih sistem
penerangan dengan suatu pertimbangan hendaknya penerangan tersebut
dapat menumbuhkan suasana rumah yang lebih menyenangkan. Lampu
Flouresen (neon) sebagai sumber cahaya dapat memenuhi kebutuhan
penerangan karena pada penerangan yang relatif rendah mampu
menghasilkan cahaya yang baik bila dibandingkan dengan penggunaan
lampu pijar. Bila ingin menggunakan lampu pijar sebaiknya dipilih yang
warna putih dengan dikombinasikan beberapa lampu neon.
Untuk penerangan malam hari alam ruangan terutama untuk ruang
baca dan ruang kerja, penerangan minimum adalah 150 lux sama dengan 10
watt lampu TL, atau 40 watt dengan lampu pijar.

2.1.2 Sarana Sanitasi


A. Penyediaan Air Bersih
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari
yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila
telah dimasak. Air minum adalah air yang syaratnya memenuhi syarat
kesehatan dan dapat langsung diminum yang berasal dari penyediaan air
minum (Depkes RI, 2002). Sarana air bersih adalah semua sarana yang
dipakai sebagai sumber air bagi penghuni rumah untuk digunakan bagi

10
penghuni rumah yang digunakan untuk kehidupan sehari-hari. Yang perlu
diperhatikan antara lain:
a. Jarak antara sumber air dengan sumber pengotoran (seperti septik tank,
tempat pembuangan sampah, air limbah) minimal 10 meter.
b. Pada sumur gali sedalam 3 meter dari permukaan tanah dibuat kedap
air,yaitu dilengkapi dengan cincin dan bibir sumur.
c. Penampungan air hujan pelindung air, sumur artesis atau terminal air atau
perpipaan/kran atau sumur gali terjaga kebersihannya dan dipelihara rutin.
Jumlah air untuk keperluan rumah tangga per hari per kapita tidaklah sama
pada tiap negara. Pada umumnya dapat dikatakan dinegara-negara yang
sudah maju, jumlah pemakaian air per hari per kapita lebih besar dari pada
negara-negara yang sedang berkembang.
Menurut peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
416/Menkes/Per/IX/1990, Air bersih adalah air yang digunakan untuk
keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan
dapat diminum setelah dimasak. Air bersih didapat dari sumber mata air
yaitu air tanah, sumur, air tanah dangkal, sumur artetis atau air tanah dalam.
Air bersih ini termasuk golongan B yaitu air yang dapat digunakan sebagai
air baku air minum. Kualitas air bersih apabila ditinjau berdasarkan
kandungan bakterinya menurut SK. Dirjen PPM dan PLP No.
1/PO.03.04.PA.91 dan SK JUKLAK Pedoman Kualitas Air Tahun
2000/2001, dapat dibedakan ke dalam 5 kategori sebagai berikut:
1. Air bersih kelas A ketegori baik mengandung total koliform kurang dari
50.
2. Air bersih kelas B kategori kurang baik mengandung koliform 51-100.
3. Air bersih kelas C kategori jelek mengandung koliform 101-1000.
4. Air bersih kelas D kategori amat jelek mengandung koliform 1001-2400.
5. Air bersih kelas E kategori sangat amat jelek mengandung koliform lebih
2400.

11
B. Penggunaan Jamban
Pembuangan tinja manusia yang terinfeksi yang dilaksanakan secara
tidak layak tanpa memenuhi persyaratan sanitasi dapat menyebabkan
terjadinya pencemaran tanah dan sumber-sumber penyediaan air. Disamping
itu, juga akan dapat memberi kesempatan bagi lalat-lalat dari spesies tertentu
untuk bertelur, bersarang, makan bahan tersebut, serta membawa infeksi,
menarik hewan ternak, tikus serta serangga lain yang dapat menyebarkan tinja
dan kadang-kadang menimbulkan bau yang tidak dapat ditolerir. Atas dasar hal
tersebut, maka perlu dilakukan penanganan pembungan tinja yang memenuhi
persyaratan sanitasi.
Tujuan dilakukannya pembuangan tinja secara saniter adalah untuk
menampung serta mengisolir tinja sedemikian rupa sehingga dapat tercegah
terjadinya hubungan langsung maupun tidak langsung antara tinja dengan
manusia, dan dapat dicegah terjadinya penularan faecal borne diseases dari
penderita kepada orang yang sehat, maupun pencemaran lingkungan pada
umumnya. Adapun persyaratan sarana pembuangan tinja yang baik dan
memenuhi syarat kesehatan adalah:
1. Tidak terjadi kontaminasi pada tanah permukaan.
2. Tidak terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin masuk ke mata air
atau sumur.
3. Tidak terjadi kontaminasi pada air permukaan.
4. Excreta tidak dapat dijangkau oleh lalat atau kuman.
5. Tidak terjadi penanganan Excreta segar. Apabila tidak dapat dihindarkan,
harus ditekan seminimal mungkin.
6. Harus bebas dari bau serta kondisi yang tidak sedap.
7. Metode yang digunakan harus sederhana serta murah dalam pembangunan
dan penyelenggaraannya.
Jamban keluarga sehat adalah jamban yang memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut : (Depkes RI, 2002).
1. Tidak mencemari sumber air minum, letak lubang penampungan berjarak 10
15 meter dari sumber air minum.
2. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamak oleh serangga maupun tikus.

12
3. Cukup luas dan landai/miring ke arah lubang jongkok agar tidak mencemari
tanah disekitarnya.
4. Mudah dibersihkan dan aman penggunaanya.
5. Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna
terang.
6. Cukup penerangan.
7. Lantai kedap air.
8. Ventilasi cukup baik.
9. Tersedia air dan alat pembersih

13
BAB III
KESIMPULAN

Penerapan rumah sehat merupakan konsep dari perumahan sebagai faktor


yang dapat meningkatkan standar kesehatan penghuninya. Konsep tersebut
melibatkan pendekatan sosiologis dan teknis pengelolaan faktor risiko dan
berorientasi pada lokasi, bangunan, kualifikasi, adaptasi, manajemen, penggunaan
dan pemeliharaan rumah dan lingkungan di sekitarnya, serta mencakup unsur
apakah rumah tersebut memiliki penyediaan air minum dan sarana yang memadai
untuk memasak, mencuci, menyimpan makanan, serta pembuangan kotoran
manusia maupun limbah lainnya.
Bertitik tolak dengan teori di atas, maka penerapan rumah sehat dapat dilihat
dari keadaan rumah tersebut. Menurut American Public Health Association
(APHA) Rumah yang sehat menurut harus memenuhi empat persyaratan yang
dianggap pokok. Empat syarat tersebut adalah:
(1). Memenuhi kebutuhan fisiologis.
a). Memepertahankan temperatur lingkungan untuk menjaga keseimbangan
pengeluaran panas tubuh dan kelembaban ruangan.
b). Membuat ketentuan tentang kadar pengotoran udara yang diperkenankan oleh
bahan-bahan kimia.
c). Tentang illuminasi cahaya siang yang cukup.
d). Ketentuan tentang direct sunlight yang diperkenankan.
e). Ketentuan tentang cahaya buatan yang cukup baik.
f). Perlindungan terhadap gangguan suara/keributan yang berlebihan.
g). Adapun lapangan terbuka untuk olah raga, rekreasi dan tempat anak-anak
bermain.
(2). Memenuhi Kebutuhan Psikologis.
a). Ketentuan-ketentuan tentang privacy yang cukup bagi setiap individu.
b). Kebebasan dan kesempatan bagi setiap keluarga yang normal.
c). Kebebasan dan kesempurnaan hidup bermasyarakat.
d). Fasilitas yang memungkinkan pelaksanaan pekerjaan tanpa menyebabkan
kelelahan fisik dan mental.

14
e). Fasilitas-fasilitas untuk mempertahankan kebersihan rumah dan lingkungan.
f). Ketentuan tentang kenyamanan dirumah dan sekitarnya.
g). Membuat indeks standar standar sosial dari masyarakat yang secara lokal.
(3). Perlindungan terhadap penularan penyakit.
a). Penyediaan air sehat bagi setiap penduduk
b). Ketentuan tentang perlindungan air minum dari pencemaran
c). Ketentuan tentang fasilitas pembuangan kotoran ( Jamban)
d). Melindungi interior rumah terhadap sewage contamination
e). Menghindarkan insanitary condition sekitar rumah
f). Ketentuan tentang Space dikamar tidur.
g). Menghindarkan adanya sarangan tikus dan kutu busuk dalam rumah.
(4). Terhindar dari kecelakaan.
a.) Membuat kontruksi rumah yang kokoh untuk menghindarkan ambruk.
b.) Menghindarkan bahaya kebakaran.
c). Mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan jatuh dan kecelakaan lainnya.
d.) Perlindungan terhadap Electrical shock.
e.) Perlindungan terhadap bahaya keracunan oleh gas.
f.) Menghindarkan bahaya-bahaya lalu lintas kendaraan.
Menurut Depkes RI (2002), suatu rumah dikatakan sehat apabila:
1. Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan dan ruang
gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu.
2. Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privacy yang cukup, komunikasi
yang sehat antar anggota dan penghuni rumah.
3. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah
dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas
dari tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari pagi,
terlindunginya makanan dan minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan
dan penghawaan yang cukup.
4. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul
karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan jalan, komponen
yang tidak roboh, tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung membuat
penghuninya jatuh tergelincir.

15
DAFTAR PUSTAKA

Mukono, H.J. 2000. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Surabaya : Airlangga


University Press.

Krieger J and Higgins DL, 2002. Housing and Health: Time Again for Public
Action, Am J Public Health.

World Health Organization. 2004. International Statistical Classification of


Disease and Related Health Problems Tenth Revision Volume 2 second edition.
Geneva: World Health Organization.

Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 11 Tahun 2008 tentang


Pedoman Keserasian Kawasan Perumahan dan Permukiman.

Depkes RI, 2002, Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat. Direktorat Jenderal
PPM &PL, Jakarta.

APHA. 1992. Standart Methods for The Examination of Water and Waste Water,
16thEdition. American Public Health Association, Washington DC.

16

Anda mungkin juga menyukai