Anda di halaman 1dari 33

I.

Latar Belakang

Melanogenesis merupakan proses pembentukan melanin pada sel. Proses


pembentukan melanin ini akan lebih cepat terjadi apabila terpapar sinar
ultraviolet. Sinar ultraviolet disingkat sinar UV terbagi menjadi 3 jenis yaitu
ultraviolet A (UVA), ultraviolet B (UVB) dan ultraviolet C (UVC). Ketiga jenis
sinar UV ini dibagi berdasarkan panjang gelombang yang masing-masing 315-400
nm, 280-315 nm dan 100-280 nm. Sinar matahari terutama UVB berguna bagi
kesehatan kulit karena mengandung vitamin D yang baik bagi kulit pada jam 710
pagi. Namun, terlalu lama terpapar sinar ultraviolet tanpa perlindungan dapat
menyebabkan lentingines (bintik-bintik hitam), melasma dan iritasi pada kulit.
Sinar UVB merupakan jenis sinar ultraviolet yang paling berpengaruh dalam
pembentukan melanin yang dapat menyebabkan penghitaman pada kulit. Hal ini
karena sinar UVB dapat memasuki kulit hingga lapisan bawah epidermal dan
merangsang kerja enzim tirosinase. Enzim ini mengkatalisis dua reaksi utama
dalam biosintesis melanin, yaitu mengoksidasi monophenols menjadi o-diphenols
dan mengoksidasi o-diphenols menjadi o-dopaquinon (Sichel et al.,1991).

Melanin merupakan zat yang memberikan warna coklat atau coklat


kehitaman pada kulit. Pembentukan melanin akan lebih cepat apabila enzim
tirosinase bekerja aktif dengan dipicu oleh sinar ultraviolet. Pembentukan melanin
dapat dihambat dengan beberapa cara, diantaranya menurunkan sintesis tirosinase,
menurunkan transfer tirosinase dan menghambat aktivitas tirosinase. Maka untuk
mengurangi efek hiperpigmentasi dibutuhkan zat aktif yang berguna sebagai
inhibitor tirosinase. Senyawa yang menjadi inhibitor tirosinase adalah senyawa
golongan flavonoid yang biasanya banyak terdapat pada tumbuhan. Selain
beberapa senyawa turunan flavonoid, hidroquinon, arbutin dan asam askorbat atau
lebih dikenal dengan vitamin C juga dapat menghambat aktivitas enzim tirosinase
(Kumalaningsih,2006).

1
Radikal bebas adalah atom atau molekul yang tidak stabil dan sangat
reaktif karena mengandung satu atau lebih elektron tidak berpasangan pada orbital
terluarnya. Radikal bebas dapat ditangkal oleh antioksidan. Salah satu tanaman
dari Indonesia yang terbukti mengandung antioksidan adalah Hylocereus
polyrhizus (buah naga merah). Tanaman ini mempunyai kandungan antioksidan
seperti vitamin C, senyawa flavonoid, serta polifenol. Penelitian dalam ekstrak
kering buah naga merah (H. polyrhizus) menyatakan bahwa buah naga merah
memiliki aktivitas antioksidan dengan EC50 setara dengan 2,90 mM vitamin C
per 1 g ekstrak kering. Kandungan antioksidan pada buah naga merah yaitu 134.1
30.1 g GA/g puree pada buah naga merah (H. polyrhizus) (Sinaga dkk, 2013).

Kulit sehat merupakan idaman semua orang terutama bagi kaum


perempuan oleh karena itu mayoritas masyarakat menggunakan produk kosmetik
pemutih dan antiaging yang beredar di pasaran. Produk kosmetik yang beredar di
pasaran tidak sedikit yang masih menggunakan bahan berbahaya seperti
hidroquinon yang memutihkan kulit dan antiaging namun menimbulkan efek
samping pada kulit. Penggunaan ekstrak buah naga merah secara langsung pada
kulit tidaklah praktis, oleh karena itu diformulasikan dalam sebuah sediaan
kosmetik yang mudah digunakan dengan memanfaatkan aktivitas antioksidan
dalam buah naga merah yaitu dilakukan formulasi sediaan krim dalam basis tipe
minyak dalam air (M/A). Krim dianggap lebih mempunyai daya tarik estetika
yang lebih besar karena sifatnya tidak berminyak dan kemampuaan menyerap
dalam kulit pada saat pengolesan (Ansel, 1989). Krim whitening dirancang secara
khusus untuk mencerahkan kulit, menyamarkan noda atau flek hitam di wajah dan
menghilangkan kerutan dibawah mata. Dengan demikian krim whitening dapat
juga memperlambat penuaan pada kulit (Anti Aging).

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kedudukan Taksonomi dan Kandungan Buah Naga Merah


Buah naga atau dragon fruit atau buah pitaya berbentuk bulat lonjong
seperti nanas yang memiliki sirip warna kulitnya merah jambu dihiasi sulur atau
sisik seperti naga (Gambar 1). Buah ini termasuk dalam keluarga kaktus, yang
batangnya berbentuk segitiga dan tumbuh memanjat. Batang tanaman ini
mempunyai duri pendek dan tidak tajam. Bunganya seperti terompet putih bersih,
terdiri atas sejumlah benang sari berwarna kuning. Buah naga memiliki beberapa
spesies. Ada empat jenis buah naga: (1) Hylocereus undatus atau white pitaya.
Kulitnya merah dan daging buah putih, (2) Hylocereus polyrhizus kulitnya
merah, daging merah keunguan, (3) Hylocereus costaricensis, daging buahnya
lebih merah, dan (4) Selenicereus megalanthus, jenis ini kulit buahnya kuning
tanpa sisik, sehingga cenderung lebih halus.
Kedudukan taksonomi buah naga merah adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Hamamelidae
Ordo : Caryophyllales
Famili : Cactaceae
Genus : Hylocereus
Spesies : Hylocereus polyrhizus

3
Gambar 1. Tumbuhan Buah naga merah Hylocereus polyrhizus (kiri) dan buah
(kanan) (Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015)

Buah kaktus madu (buah naga) cukup kaya dengan berbagai zat vitamin
dan mineral. Kandungan zat gizi buah naga dapat dilihat di Tabel 1.
Tabel 1. Kandungan zat gizi buah naga merah per 100 gram

Sumber : Taiwan Food Industry Development and Research Authorities


dalam (Sinaga, 2013).
4
B. Senyawa Antioksidan dalam Buah Naga Merah
Buah naga atau dragon fruit mempunyai kandungan zat bioaktif yang
bermanfaat bagi tubuh diantaranya antioksidan (dalam asam askorbat,
betakaroten, dan antosianin), serta mengandung serat pangan dalam bentuk
pektin. Selain itu, dalam buah naga terkandung beberapa mineral seperti
kalsium, phosfor, besi, dan lain-lain. Vitamin yang terdapat di dalam buah naga
antara lain vitamin B1, vitamin B2, vitamin B3, dan vitamin C. Kandungan zat
antioksidan dari buah naga merah dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kandungan Zat Antioksidan Buah Naga
Buah TSP (g GA/g TAA (mg/100g ORAC (M DPPH (g
puree) puree) TE/g puree) GA/g puree)
Buah naga 1075,8 71,7 55,8 2,0 7,6 0,1 134,1 30,1
merah
Buah naga 523,4 33,6 13,0 1,5 3,0 0,2 34,7 7,3
putih
(Sumber : Sinaga dkk., 2013)
Keterangan :
TSP : Total Soluble Phenolic
TAA : Total Ascorbic Acid
ORAC : Oxygen Radical Absorbance Capacity
DPPH : 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl

Buah naga merah memiliki betalains yang mengandung fenolik dan


struktur non-fenolik yang bertanggung jawab untuk kapasitas antioksidan utama
Hylocereus ungu, sedangkan fenolik non-betalainik menyumbang senyawa hanya
sampai batas kecil yaitu 7,21 0,02 mg CE/100 gram. Betalains terkait dengan
anthocyanin (yaitu turunan flavonoid), pigmen kemerahan yang ditemukan di
kebanyakan tanaman. Namun, betalains secara struktural dan kimia seperti

5
anthocyanin karena mengandung nitrogen sedangkan anthocyanin tidak.
Flavonoid yang terkandung dalam buah naga meliputi quercetin, kaempferol, dan
isorhamnetin (Sinaga dkk, 2013).

C. Preformulasi
Monografi Bahan

1. Asam stearat

Asan stearat adalah campuran asam organik padat yang diperoleh dari lemak,
sebagian besar terdiri dari asam oktadekanoat C18H36O2 dan asam
heksadekanoat
C16H32O2.

Pemerian : zat padat keras, mengkilat menunjukkan susunan hablur, putih


atau kuning pucat, mirip lemak lilin.

Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, larut dalam 20 bagian etanol (95%)
p, dalam 2 bagian kloroform p, dan dalam 3 bagian eter p.

Penyimpanan dalam wadah tertutup baik

Khasiat sebagai zat pengemulsi.


(Dirjen POM, 1979 )

2. Setil Alkohol

Setil alcohol mengandung tidak kurang dari 90% C16H34O, selebihnya terdiri
dari alcohol lain yang sejenis.
6
Pemerian : serpihan putih licin, granul, atau kubus, putih, bau kahas lemah,
rasa lemah.

Kelarutan : tidak larut dalam air, larut dalam etanol dan dalam eter, kelarutan
bertambah dengan naiknya suhu.

Wadah dan penyimpanan dalam wadah tertutup baik.

Khasiat sebagai pengental


( Dirjen POM, 1995)

3. Trietanolamin

Trietanolamin adalah campuran dari trietanolamin, dietanolamin, dan


monoetanolamin. Mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari
107,4% dihitung terhadap zat anhidrat sebagai trietanolamina, N (C2H4OH)3.

Pemerian : cairan kental, tidak berwarna hingga kuning pucat, bau lemah
mirip amoniak, higroskopis.

Kelarutan : mudah larut dalam air dan dalam etanol (95%) p, larut dalam
kloroform p.

Penyimoanan dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya.

Khasiat dan penggunaan sebagai zat pengemulsi.


( Dirjen POM, 1979 )

7
4. Nipagin (Metil Paraben)

Rumus Molekul C8H8O3

BM 152,15

Kandungan Metil paraben mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak
lebih dari 101,0% C8H8O3.

Pemerian : serbuk hablurhalus, putih,hampir tidak berbau, tidak mempunyai


rasa, kemudian agak membakar diikuti rasa tebal.

Kelarutan : larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih, dalam
3,5 bagian etanol (95%) p, dan dalam 3 bagian aseton P, mudah larut dalam
eter P dan dalam larutan alkali hidroksida, larut dalam 60 bagian gliserol P
panas dan dalam 40 bagian minyak lemak nabati panas, jika didinginkan
larutan tetap jernih.

Penyimpanan dalam wadah tertutup baik.

Khasiat dan kegunaan sebagai zat tambahan, zat pengawet.


( Dirjen POM, 1995 )

8
5. Gliserin

Rumus Molekul C3H8O3

BM 92,10

Pemerian : cairan seperti sirop, tidak berwarna, tidak berbau, manis diikuti
rasa hangat, higroskopik. Jika disimpan beberapa lam pada suhu yang rendah
dapat memadat membentuk masa hablur tidak berwarna yang tidak melebur
hingga suhu mencapai lebih kurang 20o.

Kelarutan : dapat campur dengan air dan dengan etanol(95%) p, praktis tidak
larut dalam kloroform P, dalam eter P, dan dalam minyak lemak.

Penyimpanan dalam wadah tertutup baik.

Khasiat dan penggunaan zat humektan.


( Dirjen POM, 1979 )

6. Air suling

Air suling dibuat dengan menyuling aira yang dapat diminum.

Pemerian : cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau dan tidak mempunyai
rasa.

Keasaman-kebasaan pada 10 ml tambahan 2 tetes larutan merah metal P, tidak


terjadi warna merah, pada 10 ml tambahan 5 tetes larutan biru bromtimol P,

9
tidak terjadi warna biru.

Penyimpanan dalam wadah tertutup baik.


( Dirjen POM, 1995)
7. Natrium Metabisulfit.

Rumus Molekul Na2S2O5

BM 190,10

Na metabisulfit mengandung sejumlah Na2S2O5 setara dengan tidak


kurang dari 65,0% dan tidak lebih dari 67,4% SO2.

Pemerian : hablur putih atu serbuk hablur putih kekuningan, berbau


belerang dioksida.

Kelarutan : mudah larut dalam air dan dalam gliserin, sukar larut dalam
etanol.

Wadah dan penyimpanan dalam wadah terisi penuh, tertutup rapat dan
hindarkan ari panas yang berlebihan.

Khasiat dan penggunaan zat dapar


( Dirjen POM, 1995 )

10
8. Nipasol

Rumus Molekul : C10H12O3

Pemerian : Putih; kristal; tidak berbau; tidak berasa

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam aseton dan eter; larut 1,1 bagian ethanol;
larut dalam 250 bagian gliserin; larut dalam 70 bagian minyak mineral; larut
dalam 3,9 bagian propilen glikol; larut dalam 4350 bagian air.

Wadah dan penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Khasiat dan penggunaan zat pengawet


( Dirjen POM, 1995 )

9. BHT

Rumus molekul : C15H24O

Pemerian : berbentuk padatan kristal, tidak berasa, berbau seperti fenol,


berwatna putih hingga kekuningan.

11
Kelarutan : larut dalam aseton dan metano. Tidak larut dalam air dingin.
Sangat larut dalam toluen. Larut dalam isopropanol, metil etil
keton, benzen, dan hampir semua pelarut hidrokarbon, etanol,
petolium eter, liquid petrolatum. Tidak larut dalam alkali.

Penyimpanan : simpan pada tempat tertutup rapat, pada ruangan yang sejuk dan
berventilasi baik.

Kegunaan dan khasiat sebagai antioksidan.


(Sciencelab, 2005).

D. Pendekatan Formulasi
Krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi kental mengandung air
tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar. Secara tradisional
istilah krim digunakan untuk sediaan setengah padat yangmempunyai konsistensi
relatif cair di formulasi sebagai emulsi air dalam minyak(a/m)atau minyak dalam
air (m/a) ( Dirjen POM, 1995 ).
Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-
asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air yang dapat dicuci dengan air
dan lebih ditujukan untuk pemakaian kosmetika dan estetika. Ada dua tipe krim,
yaitu:
1. Tipe a/m, yaitu air terdispersi dalam minyak
Contoh : cold cream.
Cold cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud memberikan
rasa dingin dan nyaman pada kulit, sebagai krim pembersih, berwarna putih dan
bebas dari butiran. Cold cream mengandung mineral oil dalam jumlah besar.

2. Tipe m/a, yaitu minyak terdispersi dalam air


Contoh : vanishing cream
12
Vanishing cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud
membersihkan, melembabkan dan sebagai alas bedak. Vanishing cream sebagai
pelembab (moisturizing) meninggalkan lapisan berminyak/film pada kulit.

Kelebihan sediaan krim, yaitu :


Mudah menyebar rata

Praktis

Mudah dibersihkan atau dicuci

Cara kerja berlangsung pada jaringan setempat

Tidak lengket terutama tipe m/a

Memberikan rasa dingin (cold cream) berupa tipe a/m

Digunakan sebagai kosmetik

Bahan untuk pemakaian topical jumlah yang diabsorpsi tidak cukup beracun.
(Anief, 2004)

13
III. METODE FORMULASI

A. Formulasi Krim
R/
Bahan-Bahan Fungsi Jumlah (g)

Ekstrak buah naga Bahan Aktif 0,15

Asam Stearat Pengemulsi, solubilizing agent 1,8

TEA Alkalizing agent, pengemulsi 0,15

Setil Alkohol Pengental dan penstabil 0,075

Nipasol Pengawet 0,0075

Nipagin Pengawet 0,0225

Gliserin Humektan 0,3

Natrium bisulfide Penyangga pH 0,03

BHT Antioksidan 0,003

Parfum (Mawar + Memberikan aroma untuk menutupi @ 3 tetes


Strawberry ) bau ekstrak

Akuades Fase air ad 15

(Rahmawati dkk, 2010).

14
Perhitungan Formulasi
Dibuat menjadi 150g + 10% (mencegah kekurangan) = 175 g
Ekstrak buah naga 0,15 x 10 + (0,0667 x 10 x 0,1) = 1,65 g
Asam Stearat 1,8 x 10 + (0,8 x 10 x 0,1) = 19,8 g
TEA 0,15 x 10 + (0,0667 x 10 x 0,1) = 1,65 g
Setil Alkohol 0,075 x 10 + (0,0333 x 10 x 0,1) = 0,825 g
Nipasol 0,0075 x 10 + (0,00333 x 10 x 0,1) = 0,0825 g
Nipagin 0,0225 x 10 + (0,01 x 10 x 0,1) = 0,2475 g
Gliserin 0,3 x 10 + (0,133 x 10 x 0,1) = 3,3 g
Natrium bisulfide 0,03 x 10 + (0,0133 x 10 x 0,1) = 0,33 g
BHT 0,003 x 10 + (0,00133 x 10 x 0,1) = 0,033 g
Akuades 147,082 g

B. Cara Kerja

1. Pembuatan Ekstrak Buah Naga Merah

1 kg buah naga merah dipotong-potong dan diblender hingga halus

Ekstrak buah naga merah dilarutkan alkohol 70% sebanyak 50 mL, diaduk selama
1 menit lalu disaring dengan penyaring, sisa saringan dilarutkan dan diaduk
dengan alkohol 70% selama 1 menit sebanyak 50 mL dilakukan pengulangan
hingga 3 kali.

Ekstrak dikumpulkan dan diuapkan dipekatkan dengan rotary vaccum evaporator


hingga diperoleh ekstrak kental dan diuapkan hingga bobot tetap di waterbath
pada suhu 78oC (diusahakan tidak terlalu lama)
15
Kemudian didinginkan dan timbang ekstrak kental yang diperoleh hingga bobot
tetap

2. Pembuatan Krim

Campurkan fase minyak ( Parafin Cair, Asam Stearat dan Setil Alkohol ) dalam
cawan porselen 1 dan fase air ( Aquadest,Gliserin , TEA, dan Metil Paraben)
dalam cawan porselen 2 dipanaskan diatas waterbath 60-70 C

Campurkan fase air yang sudah dileburkan pada suhu 60-70oC ke dalam fase
minyak yang juga sudah dileburkan pada suhu yang sama sedikit demi sedikit

Campuran kedua fase digerus menggunakan stemper dan mortir (dalam keadaan
panas) secara konstan dan berlawan arah jarum jam agar basis yang dibuat halus
dan membentuk massa krim yang homogen

Basis didinginkan. Setelah basis dingin sekitar suhu 30-35oC dimasukan parfum
dan ekstrak yang sudah dilarutkan dengan sisa aquadest ke dalam basis.

C. Evaluasi Krim

Uji Organoleptis
Pemeriksaan organoleptis meliputi warna, bau dan bentuk.

16
Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan dengan 1 g krim dioleskan pada plat kaca, lalu
digosok dan diraba. Homogenitas krim dinyatakan dengan massa krim
tidak tersisa bahan padatnya atau teksturnya nyata (ada atau tidaknya
butiran kasar).
Uji Daya Sebar
Krim sebanyak 0,5 g diletakan di atas kaca arloji yang dilapisi kertas
grafik. Kemudian diberi beban dengan kaca arloji yang sama selama 60
detik, lalu diberi masing-masing beban. seberat 50, 100, 150 dan 200 g dan
dibiarkan selama 60 detik. Dihitung diameter penyebaran formula yang
diambil dari panjang rata-rata diameter.
Uji Daya Lengket
Krim sebanyak 0,1 g diletakan di atas gelas objek. Lalu diletakan gelas
objek yang lain di atas krim tersebut. Kemudian ditekan dengan beban 1
kg selama 5 menit. Dipasang gelas objek pada alat tes, kemudian
dilepaskan beban seberat 50 g dan dicatat waktunya hingga kedua gelas
objek terlepas.
Uji Viskositas
Menggunakan viscotester TF-04 dengan rotor no.1
Uji pH
Menggunakan pH indikator universal
Uji Stabilitas
Pada metode mechanical test, sampel krim disentrifugasi dengan
kecepatan putaran 3750 rpm pada radius sentrifugasi selama 5 jam atau
10000 rpm selama 30 menit, karena hasilnya ekivalen dengan efek
gravitasi selama 1 tahun.
Pada penyimpanan, disimpan pada suhu ruangan dan pendingin
selama 7 hari, dilihat ada/tidaknya perubahan warna dan bau yang terjadi.

17
(Rahmawati dkk, 2010)
D. Pengemasan

Kemasan
Kemasan sediaan primer ini menggunakan wadah dari plastik berwarna
putih dan tebal, yang dipastikan wadah tersebut tidak bereaksi dengan zat dalam
sediaan krim ini dan dapat menjaga stabilitas dari sediaan krim ini.

Foto design kemasan sediaan krim

Informasi
Pada kemasan primer krim, tertera informasi produk yang berisikan
manfaat krim secara singkat, informasi cara penggunaan, dan komposisi bahan,
nomor registrasi, tanggal kadaluwarsa

18
DREAM DRAGON FRUIT NIGHT CREAM

DREAM DRAGON FRUIT NIGHT CREAM dengan ekstrak buah naga merah
yang kaya akan antioksidan dan vitamin C, terbukti secara klinis mampu
mencerahkan wajah anda. Untuk wajah cerah dan tampak semakin muda.

Cara Penggunaan : Oleskan krim pada wajah anda sebelum tidur. Cocok untuk
semua jenis kulit.

Komposisi : Asam stearat, Setil alkohol, Sari buah naga merah, Gliserin,
Trietanolamin, Nipagin, Nipasol, BHT, Natrium bisulfide, Parfume.

Netto: 15gr
Produksi : PT
Yogyakarta Indonesia
POM CD 01040601518 Exp. November 2016

19
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. DATA
Ekstraksi
Buah yang digunakan : 1,1300 kg
Ekstrak yang diperoleh :
% Rendemen :
Evaluasi
1. Uji Organoleptis
Organoleptis Hasil

Bentuk Krim

Warna Merah Muda

Bau Campuran Mawar dan Strawberry

2. Uji Homogenitas
Bagian Krim Ada/Tidak Butiran Kasar

Atas Tidak Ada

Tengah Tidak Ada

Bawah Tidak Ada

3. Uji Daya Lekat


Repetisi Waktu (detik)

1 3

20
2 4

3 3

4. Uji Daya Sebar


Repetisi Diameter (cm)

50g 100g 150g 200g

1 5 5,1 5,2 5,7

2 5 5,1 5,2 5,7

3 5 5,2 5,2 5,7

Rata-Rata 5 5,13 5,2 5,7

5. Uji pH
Repetisi pH

1 6

2 6

3 6

6. Uji Viskositas
Repetisi Viskositas (dP.s)

1 90

21
2 90

3 90

7. Uji Stabilitas
Mechanical Test
Repetisi Ada/tidaknya pemisahan

1 Tidak Ada

2 Tidak Ada

3 Tidak Ada

Penyimpanan
Perubahan Warna dan Bau

Suhu Hari

1 2 3 4 5 6 7

Tida Warma Warma Warna Warna Warna Warna


Ruangan menjad
k memuda memuda menjad menjad menjad
Ada r r i putih i putih i putih i putih

Tida Tidak
Pendingi Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
k Ada
n Ada Ada Ada Ada Ada
Ada

22
B. PEMBAHASAN
Dragon fruit whitening night cream (DREAM) dibuat dengan
menambahkan ekstrak buah naga sebagai antioksidan yang berperan dalam
mencerahkan kulit. Ekstrak buah naga didapat dengan cara melarutkan
buah naga yang telah dihaluskan dengan blender dengan pelarut berupa
alkohol 70 %. Sebanyak 1.130 g dilarutkan dengan 300 ml alkohol 70 %.
Tujuan menggunakan pelarut alkohol 70% agar dapat menyari vitamin C
(bersifat polar) dan senyawa flavonoid dan polifenol (polar/ semipolar/
nonpolar) pada buah naga merah serta untuk meminimalisir pertumbuhan
bakteri pada ekstrak. Setelah itu dilakukan penyaringan, yang kemudian
dievaporasi dan dipanaskan pada waterbath untuk mendapatkan ekstrak
kering. Ekstrak yang diperoleh sebesar (...) dan dengan rendemen (...%).
Untuk menjaga stabilitas ekstrak yang didapatkan maka ekstrak buah naga
disimpan dalam lemari pendingin.
Pembuatan krim dilakukan berdasarkan prinsip penyabunan
dimana asam lemak rantai panjang pada fase minyak akan tersabunkan
oleh basa pada fase air. Basis krim yang digunakan mengacu pada formula
standar pembuatan vanishing cream. Krim ekstrak etanol buah naga merah
dibuat dengan terlebih dahulu membuat basisnya dengan cara
mencampurkan fase air (gliserin, natrium bisulfide, nipagin, TEA, dan
aquadest) yang sudah dileburkan pada suhu 60 - 70oC ke dalam fase
minyak (nipasol, asam stearat, setil alkohol, BHT) yang juga sudah
dileburkan pada suhu yang sama sedikit demi sedikit. Campuran kedua
fase digerus menggunakan stamper dan mortir secara konstan dan
berlawan arah jarum jam agar basis yang dibuat halus dan membentuk
massa krim yang homogen. Setelah basis dingin sekitar suhu 30-35oC
dimasukan ekstrak yang sudah dilarutkan dengan sisa aquadest ke dalam
basis dengan ekstrak buah naga. Tujuan penambahan ekstrak saat basis

23
berada pada suhu 30-35oC karena ekstrak mengandung senyawa yang
tidak tahan pada suhu panas.
Setelah formulasi krim dilakukan, kemudian dilakukan evaluasi
terhadap sediaan yang meliputi uji organoleptis, uji pH, uji daya sebar, uji
viskositas, uji homogenitas, uji daya lekat, uji mechanical test dan uji
penyimpanan.
Dari uji organoleptis, sediaan krim berwarna merah muda dan
memiliki aroma yang menutupi bau ekstrak karena penambahan fragrance
mawar dan strawberry. Selain itu bentuk krim sesuai dengan tipe m/a
sehingga mudah dicuci dan nyaman untuk diaplikasikan pada kulit.
Pada uji homogenitas, krim ekstrak buah naga diambil secukupnya
kemudian dioleskan pada sekeping kaca atau gelas obyek. Hasil
pengamatan menujukkan susunan krim yang homogen dan tidak
menggumpal serta tidak terdapat butiran kasar. Krim diuji homogenitasya
dengan cara diambil bagian atas, tengan dan bawah kemudian dioleskan
pada sekeping kaca obyek dengan ditandai tidak adanya perbedaan secara
fisik antara ketiga bagian krim tersebut meliputi susunan atau tekstur
permukaan krim serta tidak adanya penggumpalan (Edy, 2013).
Uji pH pada krim merupakan pengujian untuk mengetahui kadar
keasam-basaan sediaan krim. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan
pH indikator. Nilai pH yang ideal bagi kulit adalah 4,5-6,5 (Edy dkk,
2013) sebab apabila nilai pH melampaui 7 dikhawatirkan kulit bersisik,
sedangkan pH dibawah 4,5 dikhawatirkan dapat menyebabkan iritasi. Pada
pengukuran yang dilakukan sediaan ini memiliki pH 6 dimana pH tersebut
telah sesuai dengan parameter yang dipersyaratkan.
Selain itu dilakukan juga uji daya sebar, uji daya sebar dilakukan
dengan cara menimbang krim sebanyak 0,5 g, diletakan di atas kaca arloji
yang dilapisi kertas grafik. Kemudian diberi beban dengan kaca arloji yang

24
sama selama 60 detik, lalu diberi masing-masing beban. Seberat 50, 100,
150 dan 200 g dan dibiarkan selama 60 detik. Dihitung diameter
penyebaran formula yang diambil dari panjang rata-rata diameter.
Diameter yang menunjukkan daya sebar yang baik adalah 5-7 cm (Edy
dkk, 2013). Pada uji yang dilakukan pada sediaan ini didapatkan nilai
diameter pada kisaran 5-5,7 sehingga dapat disimpulkan sediaan ini
memiliki daya sebar yang sesuai dengan nilai yang dipersyaratkan.
Dilakukan juga uji viskositas dengan menggunakan viskotester TF-
04, sediaan krim dituang pada cup hingga rotor sepenuhnya tercelup, rotor
yang digunakan adalah rotor nomor 1. Viskositas yang baik untuk sediaan
krim adalah tidak kurang dari 50 d.Pa.s (Gozali, et al, 2009). Pada sediaan
ini didapatkan data viskositas sebesar 90 d.Pa.s dimana nilai ini telah
memenuhi persyaratan viskositas yang baik untuk sediaan krim.
Kemudian dilakukan uji daya lekat pada sediaan krim dengan cara
menimbang krim sebanyak 0,1 g diletakan di atas gelas objek. Lalu
diletakan gelas objek yang lain di atas losio tersebut. Kemudian ditekan
dengan beban 1 kg selama 5 menit. Dipasang gelas objek pada alat tes,
kemudian dilepaskan beban seberat 50 g dan dicatat waktunya hingga
kedua gelas objek terlepas.Hasil waktu daya lekat krim yang diperoleh
ialah 3 - 4 detik. Secara literatur, waktu ideal untuk daya lekat sediaan
topikal semisolid (krim) belum ditentukan namun semakin lama waktu
melekat krim maka krim juga akan melekat semakin lama pada kulit
sehingga akan semakin banyak zat aktif dari krim yang diabsorbsi oleh
kulit. Daya lekat krim dipengaruhi oleh viskositas. Semakin tinggi
viskositas maka semakin lama waktu melekat krim pada kulit (Suardi et
al., 2005).
Dari uji stabilitas ada 2 yang dilakukan yaitu uji mechanical test
dan uji penyimpanan, sampel krim disentrifugasi dengan kecepatan

25
putaran 3750 rpm pada radius sentrifugasi selama 5 jam atau 10000 rpm
selama 30 menit, karena hasilnya ekivalen dengan efek gravitasi selama 1
tahun. Syarat krim yang sesuai ialah tidak adanya pemisahan basis pada
krim dan dari hasil yang diperoleh telah sesuai dengan syarat tersebut dan
dapat dikatakan basis krim stabil selama 1 tahun. Pada uji penyimpanan
yang dilakukan selama 7 hari, Warna sediaan ini adalah merah muda yang
berasal dari warna ekstrak buah naga (tanpa penambahan pewarna) namun
karena sifat dari ekstrak buah naga tidak tahan terhadap panas, maka
warnanya memudar di suhu ruangan sedangkan pada pendingin tidak
terjadi perubahan warna. Sehingga sediaan dragonfruit whitening night
cream (DREAM) ini harus disimpan pada lemari pendingin.
Bahas Kemasan ?

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Krim kita gimana

B. Saran

Belum uji efektivitasi

Mengatasi krim supaya tahan panas dan tidak berubah warna di suhu
ruangan

26
DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaam Farmasi Edisi 4. Jakarta:


Universitas Indonesia.
Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi 4. Jakarta : Departemen
Kesehatan RI.
Edy, H.J., The, F.R., Supriyati, H.S., 2013, Formulasi Krim Penyembuh Luka
Terinfeksi (Staphylococcus aureus) Ekstrak Daun Tapak Kuda (Ipomoea
pes-caprae (L.)) Sweet pada Tipe A/M, Farmacon, Manado, hal : 11-12.
Gozali, D., Abdassah, M., & Lathiefah, S., 2009, Formulasi Krim Pelembab
Wajah yang Mengandung Tabir Surya Nanopartikel Zink Oksida Salut
Silikon, Jurnal Farmaka, 7 (1), 42.
Kumalaningsih, S., 2006, Antioksidan Alami, Trubus Agrisarana, Surabaya,
hal.46-49.

Rahmawati, D., Sukmawati, A., & Indrayudha, P., 2010, Formulasi Krim Minyak
Atsiri Rimpang Temu Giring (Curcuma heyneana Val & Zijp) : Uji Sifat
Fisik dan Daya Antijamur terhadap Candida albicans Secara In Vitro,
Majalah Obat Tradisional, 15(2), 56-53.
Sichel, G., C. Corsaro, M. Scalia, A.J. Dibilio, dan R. Bonomo, 1991. In vitro
Scavanger Activity of Some Flavonoids and Melanins Against O2. Dalam:
Free Radical Biology and Medicine. 11: 1-8.
Sciencelab, 2005, Butylated Hydroxy Toluene MSDS, Sciencelab, Texas, pp.1-6.
Sinaga, Amanda Angelina,Luliana, Sri dan Andhi Fahruroji,2013, Uji Efektivitas
Antioksidan Losio Ekstrak Metanol Buah Naga Merah (Hylocereus
polyrhizus Britton Dan Rose), Universitas Tanjungpura, Kalimantan Barat,
hal. 5-18.

27
Suardi M., Armenia, dan Maryawati A., 2005, Formulasi dan Uji klinik Gel Anti
Jerawat Benzoil Peroksida-HPMC, Karya Ilmiah, Fakultas Farmasi,
Universitas Andalas, Sumatra Barat.

28
LAMPIRAN

Proses Ekstraksi

Buah naga merah setelah diblender

Setelah dilarutka dengan alkohol 70%, disaring dan didapat ekstrak alkohol 70%
buah naga metanol

29
Ekstrak dipekatkan di vaccum
rotary evaporator

Ekstrak dipekatkan di waterbath


hingga diperoleh bobot tetap

Ekstrak kental yang diperoleh


30
Evaluasi Krim

Uji Homogenitas

Uji Daya Sebar (100g, 150g dan 200g)

31
Uji pH

Uji Viskositas

32
Uji Daya Lekat

Uji Mechanical Test

33

Anda mungkin juga menyukai