Latar Belakang
1
Radikal bebas adalah atom atau molekul yang tidak stabil dan sangat
reaktif karena mengandung satu atau lebih elektron tidak berpasangan pada orbital
terluarnya. Radikal bebas dapat ditangkal oleh antioksidan. Salah satu tanaman
dari Indonesia yang terbukti mengandung antioksidan adalah Hylocereus
polyrhizus (buah naga merah). Tanaman ini mempunyai kandungan antioksidan
seperti vitamin C, senyawa flavonoid, serta polifenol. Penelitian dalam ekstrak
kering buah naga merah (H. polyrhizus) menyatakan bahwa buah naga merah
memiliki aktivitas antioksidan dengan EC50 setara dengan 2,90 mM vitamin C
per 1 g ekstrak kering. Kandungan antioksidan pada buah naga merah yaitu 134.1
30.1 g GA/g puree pada buah naga merah (H. polyrhizus) (Sinaga dkk, 2013).
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
3
Gambar 1. Tumbuhan Buah naga merah Hylocereus polyrhizus (kiri) dan buah
(kanan) (Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015)
Buah kaktus madu (buah naga) cukup kaya dengan berbagai zat vitamin
dan mineral. Kandungan zat gizi buah naga dapat dilihat di Tabel 1.
Tabel 1. Kandungan zat gizi buah naga merah per 100 gram
5
anthocyanin karena mengandung nitrogen sedangkan anthocyanin tidak.
Flavonoid yang terkandung dalam buah naga meliputi quercetin, kaempferol, dan
isorhamnetin (Sinaga dkk, 2013).
C. Preformulasi
Monografi Bahan
1. Asam stearat
Asan stearat adalah campuran asam organik padat yang diperoleh dari lemak,
sebagian besar terdiri dari asam oktadekanoat C18H36O2 dan asam
heksadekanoat
C16H32O2.
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, larut dalam 20 bagian etanol (95%)
p, dalam 2 bagian kloroform p, dan dalam 3 bagian eter p.
2. Setil Alkohol
Setil alcohol mengandung tidak kurang dari 90% C16H34O, selebihnya terdiri
dari alcohol lain yang sejenis.
6
Pemerian : serpihan putih licin, granul, atau kubus, putih, bau kahas lemah,
rasa lemah.
Kelarutan : tidak larut dalam air, larut dalam etanol dan dalam eter, kelarutan
bertambah dengan naiknya suhu.
3. Trietanolamin
Pemerian : cairan kental, tidak berwarna hingga kuning pucat, bau lemah
mirip amoniak, higroskopis.
Kelarutan : mudah larut dalam air dan dalam etanol (95%) p, larut dalam
kloroform p.
7
4. Nipagin (Metil Paraben)
BM 152,15
Kandungan Metil paraben mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak
lebih dari 101,0% C8H8O3.
Kelarutan : larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih, dalam
3,5 bagian etanol (95%) p, dan dalam 3 bagian aseton P, mudah larut dalam
eter P dan dalam larutan alkali hidroksida, larut dalam 60 bagian gliserol P
panas dan dalam 40 bagian minyak lemak nabati panas, jika didinginkan
larutan tetap jernih.
8
5. Gliserin
BM 92,10
Pemerian : cairan seperti sirop, tidak berwarna, tidak berbau, manis diikuti
rasa hangat, higroskopik. Jika disimpan beberapa lam pada suhu yang rendah
dapat memadat membentuk masa hablur tidak berwarna yang tidak melebur
hingga suhu mencapai lebih kurang 20o.
Kelarutan : dapat campur dengan air dan dengan etanol(95%) p, praktis tidak
larut dalam kloroform P, dalam eter P, dan dalam minyak lemak.
6. Air suling
Pemerian : cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau dan tidak mempunyai
rasa.
9
tidak terjadi warna biru.
BM 190,10
Kelarutan : mudah larut dalam air dan dalam gliserin, sukar larut dalam
etanol.
Wadah dan penyimpanan dalam wadah terisi penuh, tertutup rapat dan
hindarkan ari panas yang berlebihan.
10
8. Nipasol
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam aseton dan eter; larut 1,1 bagian ethanol;
larut dalam 250 bagian gliserin; larut dalam 70 bagian minyak mineral; larut
dalam 3,9 bagian propilen glikol; larut dalam 4350 bagian air.
9. BHT
11
Kelarutan : larut dalam aseton dan metano. Tidak larut dalam air dingin.
Sangat larut dalam toluen. Larut dalam isopropanol, metil etil
keton, benzen, dan hampir semua pelarut hidrokarbon, etanol,
petolium eter, liquid petrolatum. Tidak larut dalam alkali.
Penyimpanan : simpan pada tempat tertutup rapat, pada ruangan yang sejuk dan
berventilasi baik.
D. Pendekatan Formulasi
Krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi kental mengandung air
tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar. Secara tradisional
istilah krim digunakan untuk sediaan setengah padat yangmempunyai konsistensi
relatif cair di formulasi sebagai emulsi air dalam minyak(a/m)atau minyak dalam
air (m/a) ( Dirjen POM, 1995 ).
Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-
asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air yang dapat dicuci dengan air
dan lebih ditujukan untuk pemakaian kosmetika dan estetika. Ada dua tipe krim,
yaitu:
1. Tipe a/m, yaitu air terdispersi dalam minyak
Contoh : cold cream.
Cold cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud memberikan
rasa dingin dan nyaman pada kulit, sebagai krim pembersih, berwarna putih dan
bebas dari butiran. Cold cream mengandung mineral oil dalam jumlah besar.
Praktis
Bahan untuk pemakaian topical jumlah yang diabsorpsi tidak cukup beracun.
(Anief, 2004)
13
III. METODE FORMULASI
A. Formulasi Krim
R/
Bahan-Bahan Fungsi Jumlah (g)
14
Perhitungan Formulasi
Dibuat menjadi 150g + 10% (mencegah kekurangan) = 175 g
Ekstrak buah naga 0,15 x 10 + (0,0667 x 10 x 0,1) = 1,65 g
Asam Stearat 1,8 x 10 + (0,8 x 10 x 0,1) = 19,8 g
TEA 0,15 x 10 + (0,0667 x 10 x 0,1) = 1,65 g
Setil Alkohol 0,075 x 10 + (0,0333 x 10 x 0,1) = 0,825 g
Nipasol 0,0075 x 10 + (0,00333 x 10 x 0,1) = 0,0825 g
Nipagin 0,0225 x 10 + (0,01 x 10 x 0,1) = 0,2475 g
Gliserin 0,3 x 10 + (0,133 x 10 x 0,1) = 3,3 g
Natrium bisulfide 0,03 x 10 + (0,0133 x 10 x 0,1) = 0,33 g
BHT 0,003 x 10 + (0,00133 x 10 x 0,1) = 0,033 g
Akuades 147,082 g
B. Cara Kerja
Ekstrak buah naga merah dilarutkan alkohol 70% sebanyak 50 mL, diaduk selama
1 menit lalu disaring dengan penyaring, sisa saringan dilarutkan dan diaduk
dengan alkohol 70% selama 1 menit sebanyak 50 mL dilakukan pengulangan
hingga 3 kali.
2. Pembuatan Krim
Campurkan fase minyak ( Parafin Cair, Asam Stearat dan Setil Alkohol ) dalam
cawan porselen 1 dan fase air ( Aquadest,Gliserin , TEA, dan Metil Paraben)
dalam cawan porselen 2 dipanaskan diatas waterbath 60-70 C
Campurkan fase air yang sudah dileburkan pada suhu 60-70oC ke dalam fase
minyak yang juga sudah dileburkan pada suhu yang sama sedikit demi sedikit
Campuran kedua fase digerus menggunakan stemper dan mortir (dalam keadaan
panas) secara konstan dan berlawan arah jarum jam agar basis yang dibuat halus
dan membentuk massa krim yang homogen
Basis didinginkan. Setelah basis dingin sekitar suhu 30-35oC dimasukan parfum
dan ekstrak yang sudah dilarutkan dengan sisa aquadest ke dalam basis.
C. Evaluasi Krim
Uji Organoleptis
Pemeriksaan organoleptis meliputi warna, bau dan bentuk.
16
Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan dengan 1 g krim dioleskan pada plat kaca, lalu
digosok dan diraba. Homogenitas krim dinyatakan dengan massa krim
tidak tersisa bahan padatnya atau teksturnya nyata (ada atau tidaknya
butiran kasar).
Uji Daya Sebar
Krim sebanyak 0,5 g diletakan di atas kaca arloji yang dilapisi kertas
grafik. Kemudian diberi beban dengan kaca arloji yang sama selama 60
detik, lalu diberi masing-masing beban. seberat 50, 100, 150 dan 200 g dan
dibiarkan selama 60 detik. Dihitung diameter penyebaran formula yang
diambil dari panjang rata-rata diameter.
Uji Daya Lengket
Krim sebanyak 0,1 g diletakan di atas gelas objek. Lalu diletakan gelas
objek yang lain di atas krim tersebut. Kemudian ditekan dengan beban 1
kg selama 5 menit. Dipasang gelas objek pada alat tes, kemudian
dilepaskan beban seberat 50 g dan dicatat waktunya hingga kedua gelas
objek terlepas.
Uji Viskositas
Menggunakan viscotester TF-04 dengan rotor no.1
Uji pH
Menggunakan pH indikator universal
Uji Stabilitas
Pada metode mechanical test, sampel krim disentrifugasi dengan
kecepatan putaran 3750 rpm pada radius sentrifugasi selama 5 jam atau
10000 rpm selama 30 menit, karena hasilnya ekivalen dengan efek
gravitasi selama 1 tahun.
Pada penyimpanan, disimpan pada suhu ruangan dan pendingin
selama 7 hari, dilihat ada/tidaknya perubahan warna dan bau yang terjadi.
17
(Rahmawati dkk, 2010)
D. Pengemasan
Kemasan
Kemasan sediaan primer ini menggunakan wadah dari plastik berwarna
putih dan tebal, yang dipastikan wadah tersebut tidak bereaksi dengan zat dalam
sediaan krim ini dan dapat menjaga stabilitas dari sediaan krim ini.
Informasi
Pada kemasan primer krim, tertera informasi produk yang berisikan
manfaat krim secara singkat, informasi cara penggunaan, dan komposisi bahan,
nomor registrasi, tanggal kadaluwarsa
18
DREAM DRAGON FRUIT NIGHT CREAM
DREAM DRAGON FRUIT NIGHT CREAM dengan ekstrak buah naga merah
yang kaya akan antioksidan dan vitamin C, terbukti secara klinis mampu
mencerahkan wajah anda. Untuk wajah cerah dan tampak semakin muda.
Cara Penggunaan : Oleskan krim pada wajah anda sebelum tidur. Cocok untuk
semua jenis kulit.
Komposisi : Asam stearat, Setil alkohol, Sari buah naga merah, Gliserin,
Trietanolamin, Nipagin, Nipasol, BHT, Natrium bisulfide, Parfume.
Netto: 15gr
Produksi : PT
Yogyakarta Indonesia
POM CD 01040601518 Exp. November 2016
19
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. DATA
Ekstraksi
Buah yang digunakan : 1,1300 kg
Ekstrak yang diperoleh :
% Rendemen :
Evaluasi
1. Uji Organoleptis
Organoleptis Hasil
Bentuk Krim
2. Uji Homogenitas
Bagian Krim Ada/Tidak Butiran Kasar
1 3
20
2 4
3 3
5. Uji pH
Repetisi pH
1 6
2 6
3 6
6. Uji Viskositas
Repetisi Viskositas (dP.s)
1 90
21
2 90
3 90
7. Uji Stabilitas
Mechanical Test
Repetisi Ada/tidaknya pemisahan
1 Tidak Ada
2 Tidak Ada
3 Tidak Ada
Penyimpanan
Perubahan Warna dan Bau
Suhu Hari
1 2 3 4 5 6 7
Tida Tidak
Pendingi Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
k Ada
n Ada Ada Ada Ada Ada
Ada
22
B. PEMBAHASAN
Dragon fruit whitening night cream (DREAM) dibuat dengan
menambahkan ekstrak buah naga sebagai antioksidan yang berperan dalam
mencerahkan kulit. Ekstrak buah naga didapat dengan cara melarutkan
buah naga yang telah dihaluskan dengan blender dengan pelarut berupa
alkohol 70 %. Sebanyak 1.130 g dilarutkan dengan 300 ml alkohol 70 %.
Tujuan menggunakan pelarut alkohol 70% agar dapat menyari vitamin C
(bersifat polar) dan senyawa flavonoid dan polifenol (polar/ semipolar/
nonpolar) pada buah naga merah serta untuk meminimalisir pertumbuhan
bakteri pada ekstrak. Setelah itu dilakukan penyaringan, yang kemudian
dievaporasi dan dipanaskan pada waterbath untuk mendapatkan ekstrak
kering. Ekstrak yang diperoleh sebesar (...) dan dengan rendemen (...%).
Untuk menjaga stabilitas ekstrak yang didapatkan maka ekstrak buah naga
disimpan dalam lemari pendingin.
Pembuatan krim dilakukan berdasarkan prinsip penyabunan
dimana asam lemak rantai panjang pada fase minyak akan tersabunkan
oleh basa pada fase air. Basis krim yang digunakan mengacu pada formula
standar pembuatan vanishing cream. Krim ekstrak etanol buah naga merah
dibuat dengan terlebih dahulu membuat basisnya dengan cara
mencampurkan fase air (gliserin, natrium bisulfide, nipagin, TEA, dan
aquadest) yang sudah dileburkan pada suhu 60 - 70oC ke dalam fase
minyak (nipasol, asam stearat, setil alkohol, BHT) yang juga sudah
dileburkan pada suhu yang sama sedikit demi sedikit. Campuran kedua
fase digerus menggunakan stamper dan mortir secara konstan dan
berlawan arah jarum jam agar basis yang dibuat halus dan membentuk
massa krim yang homogen. Setelah basis dingin sekitar suhu 30-35oC
dimasukan ekstrak yang sudah dilarutkan dengan sisa aquadest ke dalam
basis dengan ekstrak buah naga. Tujuan penambahan ekstrak saat basis
23
berada pada suhu 30-35oC karena ekstrak mengandung senyawa yang
tidak tahan pada suhu panas.
Setelah formulasi krim dilakukan, kemudian dilakukan evaluasi
terhadap sediaan yang meliputi uji organoleptis, uji pH, uji daya sebar, uji
viskositas, uji homogenitas, uji daya lekat, uji mechanical test dan uji
penyimpanan.
Dari uji organoleptis, sediaan krim berwarna merah muda dan
memiliki aroma yang menutupi bau ekstrak karena penambahan fragrance
mawar dan strawberry. Selain itu bentuk krim sesuai dengan tipe m/a
sehingga mudah dicuci dan nyaman untuk diaplikasikan pada kulit.
Pada uji homogenitas, krim ekstrak buah naga diambil secukupnya
kemudian dioleskan pada sekeping kaca atau gelas obyek. Hasil
pengamatan menujukkan susunan krim yang homogen dan tidak
menggumpal serta tidak terdapat butiran kasar. Krim diuji homogenitasya
dengan cara diambil bagian atas, tengan dan bawah kemudian dioleskan
pada sekeping kaca obyek dengan ditandai tidak adanya perbedaan secara
fisik antara ketiga bagian krim tersebut meliputi susunan atau tekstur
permukaan krim serta tidak adanya penggumpalan (Edy, 2013).
Uji pH pada krim merupakan pengujian untuk mengetahui kadar
keasam-basaan sediaan krim. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan
pH indikator. Nilai pH yang ideal bagi kulit adalah 4,5-6,5 (Edy dkk,
2013) sebab apabila nilai pH melampaui 7 dikhawatirkan kulit bersisik,
sedangkan pH dibawah 4,5 dikhawatirkan dapat menyebabkan iritasi. Pada
pengukuran yang dilakukan sediaan ini memiliki pH 6 dimana pH tersebut
telah sesuai dengan parameter yang dipersyaratkan.
Selain itu dilakukan juga uji daya sebar, uji daya sebar dilakukan
dengan cara menimbang krim sebanyak 0,5 g, diletakan di atas kaca arloji
yang dilapisi kertas grafik. Kemudian diberi beban dengan kaca arloji yang
24
sama selama 60 detik, lalu diberi masing-masing beban. Seberat 50, 100,
150 dan 200 g dan dibiarkan selama 60 detik. Dihitung diameter
penyebaran formula yang diambil dari panjang rata-rata diameter.
Diameter yang menunjukkan daya sebar yang baik adalah 5-7 cm (Edy
dkk, 2013). Pada uji yang dilakukan pada sediaan ini didapatkan nilai
diameter pada kisaran 5-5,7 sehingga dapat disimpulkan sediaan ini
memiliki daya sebar yang sesuai dengan nilai yang dipersyaratkan.
Dilakukan juga uji viskositas dengan menggunakan viskotester TF-
04, sediaan krim dituang pada cup hingga rotor sepenuhnya tercelup, rotor
yang digunakan adalah rotor nomor 1. Viskositas yang baik untuk sediaan
krim adalah tidak kurang dari 50 d.Pa.s (Gozali, et al, 2009). Pada sediaan
ini didapatkan data viskositas sebesar 90 d.Pa.s dimana nilai ini telah
memenuhi persyaratan viskositas yang baik untuk sediaan krim.
Kemudian dilakukan uji daya lekat pada sediaan krim dengan cara
menimbang krim sebanyak 0,1 g diletakan di atas gelas objek. Lalu
diletakan gelas objek yang lain di atas losio tersebut. Kemudian ditekan
dengan beban 1 kg selama 5 menit. Dipasang gelas objek pada alat tes,
kemudian dilepaskan beban seberat 50 g dan dicatat waktunya hingga
kedua gelas objek terlepas.Hasil waktu daya lekat krim yang diperoleh
ialah 3 - 4 detik. Secara literatur, waktu ideal untuk daya lekat sediaan
topikal semisolid (krim) belum ditentukan namun semakin lama waktu
melekat krim maka krim juga akan melekat semakin lama pada kulit
sehingga akan semakin banyak zat aktif dari krim yang diabsorbsi oleh
kulit. Daya lekat krim dipengaruhi oleh viskositas. Semakin tinggi
viskositas maka semakin lama waktu melekat krim pada kulit (Suardi et
al., 2005).
Dari uji stabilitas ada 2 yang dilakukan yaitu uji mechanical test
dan uji penyimpanan, sampel krim disentrifugasi dengan kecepatan
25
putaran 3750 rpm pada radius sentrifugasi selama 5 jam atau 10000 rpm
selama 30 menit, karena hasilnya ekivalen dengan efek gravitasi selama 1
tahun. Syarat krim yang sesuai ialah tidak adanya pemisahan basis pada
krim dan dari hasil yang diperoleh telah sesuai dengan syarat tersebut dan
dapat dikatakan basis krim stabil selama 1 tahun. Pada uji penyimpanan
yang dilakukan selama 7 hari, Warna sediaan ini adalah merah muda yang
berasal dari warna ekstrak buah naga (tanpa penambahan pewarna) namun
karena sifat dari ekstrak buah naga tidak tahan terhadap panas, maka
warnanya memudar di suhu ruangan sedangkan pada pendingin tidak
terjadi perubahan warna. Sehingga sediaan dragonfruit whitening night
cream (DREAM) ini harus disimpan pada lemari pendingin.
Bahas Kemasan ?
A. Kesimpulan
B. Saran
Mengatasi krim supaya tahan panas dan tidak berubah warna di suhu
ruangan
26
DAFTAR PUSTAKA
Rahmawati, D., Sukmawati, A., & Indrayudha, P., 2010, Formulasi Krim Minyak
Atsiri Rimpang Temu Giring (Curcuma heyneana Val & Zijp) : Uji Sifat
Fisik dan Daya Antijamur terhadap Candida albicans Secara In Vitro,
Majalah Obat Tradisional, 15(2), 56-53.
Sichel, G., C. Corsaro, M. Scalia, A.J. Dibilio, dan R. Bonomo, 1991. In vitro
Scavanger Activity of Some Flavonoids and Melanins Against O2. Dalam:
Free Radical Biology and Medicine. 11: 1-8.
Sciencelab, 2005, Butylated Hydroxy Toluene MSDS, Sciencelab, Texas, pp.1-6.
Sinaga, Amanda Angelina,Luliana, Sri dan Andhi Fahruroji,2013, Uji Efektivitas
Antioksidan Losio Ekstrak Metanol Buah Naga Merah (Hylocereus
polyrhizus Britton Dan Rose), Universitas Tanjungpura, Kalimantan Barat,
hal. 5-18.
27
Suardi M., Armenia, dan Maryawati A., 2005, Formulasi dan Uji klinik Gel Anti
Jerawat Benzoil Peroksida-HPMC, Karya Ilmiah, Fakultas Farmasi,
Universitas Andalas, Sumatra Barat.
28
LAMPIRAN
Proses Ekstraksi
Setelah dilarutka dengan alkohol 70%, disaring dan didapat ekstrak alkohol 70%
buah naga metanol
29
Ekstrak dipekatkan di vaccum
rotary evaporator
Uji Homogenitas
31
Uji pH
Uji Viskositas
32
Uji Daya Lekat
33