Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kasus penyalahgunaan narkotika dan zat aditif lainnya pada tahun terakhir
meningkat tajam. Sepintas pemakaian narkotika dan penyalagunaan obat obatan
terjadi secara merata disemua kalangan masyarakat. Dari kalangan atas hingga
anak jalanan, terutama dikalangan remaja, pelajar dan mahasiswa.1,2
Metamfetamin adalah obat psikostimulan yang sangat adiktif yang secara kimia
berhubungan dengan amfetamin. Metamfetamin dapat menghasilkan euforia dan
efek stimulan seperti yang dari stimulan lainnya seperti kokain. Selain itu,
metamfetamin mudah disintesis dari bahan kimia murah dan mudah didapat.
Kualitas-kualitas telah menyebabkan penyalahgunaan luas dan maraknya obat
berbahaya ini. 3,4

Beberapa macam golongan narkotik yang cukup terkenal adalah ekstasi


dan shabu shabu. Ekstasi adalah nama populer yang digunakan utuk
metylenedioxy methamphetamin (MDMA) sedangkan shabu-shabu adalah nama
populer yang digunakan untuk methamphetamin. Kedua jenis zat tersebut
merupakan derivat yang sama yaitu golongan amphetamin. 1,3

Penggunaan metamfetamin telah meningkat pesat di seluruh dunia, dengan


lebih dari 30 juta pengguna di seluruh dunia. Selama dekade terakhir, seluruh
wilayah Amerika Serikat mengalami peningkatan yang signifikan dalam jumlah
orang yang menggunakan obat, dan peningkatan yang sesuai dalam jumlah pasien
5,6
dengan komplikasi medis yang terlihat di bagian gawat darurat. Metamfetamin
dapat diberi secara oral atau intravena atau merokok. Metamfetamin dapat
menimbulkan euforia mirip dengan kokain, tetapi efek dapat bertahan lebih lama
lagi. 3,7

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Intoksikasi akut merupakan suatu kondisi peralihan yang timbul akibat
penggunaan alcohol atau zat psikoaktif lain sehingga terjadi gangguan kesadaran,
fungsi kognitif, persepsi, afek atau perilaku, atau fungsi dan respons
psikofisiologis lainnya. Intensitas intoksikasi akan berkurang dengan berlalunya
waktu dan pada akhirnya efeknya menghilang bila tidak terjadi penggunaan zat
lagi. Dengan demikian orang tersebut akan kembali ke kondisi semula, kecuali
jika ada jaringan yang rusak atau terjadi komplikasi. 1
Met-amfetamin (shabu-shabu) adalah bubuk kristal putih yang tidak
berbau, pahit rasanya, mudah larut dalam air dan alkohol. Disebut juga chalk,
crystal, glass, ice, meth, speed, tina. Di pasar gelap, warnanya bisa bermacam-
macam bergantung pada bahan pencampurnya. Met-amfetamin sudah dikenal
sejak tahun 1929, tetapi baru dikenal di bidang terapi pada tahun 1940an. Met-
amfetamin mempunyai efek stimulasi susunan saraf pusat lebih kuat dibandingkan
efenya terhadap peredaran daraf perifer. Yang banyak disalahgunakan di Indonesia
saat ini adalah 3,4 metilen-di-oksi met-amfetamin (MDMA) atau lebih dikenal
sebagai ekstasi, dan met-amfetamin (sabu-sabu). Met-amfetamin mempengaruhi
otak dan memberi rasa nikmat, meningkatkan energi dan meningkatkan mood.
Kecanduannya begitu cepat, sehingga peningkatan dosis terjadi dalam jangka
pendek. Gangguan kesehatannya meliputi irregularitas detak jantung, kenaikkan
tekanan darah, dan berbagai masalah psikososial. Penggunaan jangka panjang
akan membuat seseorang terganggu berat mentalnya, gangguan memori dan
masalah kesehatan mulut yang berat.2
Met-amfetamin dikonsumsi dengan cara ditelan (oral) dan akan diabsorbsi
seluruhnya ke dalam darah. Pada penggunaan secara intravena, met-amfetamin
akan sampai ke otak dalam beberapa detik. Penggunaan melalui inhalasi uap met-
amfetamin, mula-mula uap met-amfetamin akan mengendap di paru, kemudian
diabsorbsi secara cepat ke dalam darah. Met-amfetamin juga bisa diabsorbsi
melalui selaput lendir hidung pada penggunaan dengan menyedot melalui hidung.2

2
2.2. Farmakologi

Metamfetamin telah diidentifikasi sebagai agonis kuat yang menduduki


reseptor amina 1 (TAAR1), reseptor G protein-coupled (GPCR) yang mengatur
sistem katekolamin otak. Aktivasi TAAR1, melalui adenylyl cyclase,
meningkatkan produksi adenosin monofosfat siklik (cAMP) dan menghambat atau
mengembalikan arah transport dari transporter dopamin (DAT), transporter
norepinefrin (NET), dan transporter serotonin (SERT). Ketika metamfetamin
mengikat TAAR1, memicu transporter fosforilasi melalui protein kinase A (PKA)
dan sinyal protein kinase C (PKC), akhirnya mengakibatkan internalisasi atau
membalikkan fungsi transporter monoamin. Transpoter lain yang diduga dihambat
oleh metamfetamin adalah transporter vesikular monoamin 1 (VMAT1),
transporter vesikular monoamin 2 (VMAT2), SLC22A3, dan SLC22A5.
SLC22A3 adalah transporter monoamine extraneuronal yang hadir dalam astrosit.
SLC22A5 adalah transporter karnitin yang mempunyai afinitas tinggi. Pelepasan
monoamin dari vesikula sinaptik ke dalam sitosol dari neuron presinaps terinduksi
ketika metamfetamin berinteraksi dengan VMAT2. 3
Metamfetamin juga merupakan agonis dari alpha-2 reseptor adrenergik
dan reseptor sigma, dan menghambat transporter vesikular monoamin 1
(VMAT1), monoamin oksidase B (MAO-B), dan monoamin oksidase A (MAO-
A). Metamfetamine dikenal juga untuk menghambat enzim hati CYP2D6.
Dekstrometamfetamin adalah psikostimulan kuat, sedangkan levometamfetamin
memiliki waktu paruh yang dan pengaruh terhadap SSP yang lebih lemah (sekitar
sepersepuluh) pada striatal dopamin dan efek yang lebih sebentar pada pecandu.
Pada dosis tinggi, baik enantiomer metamfetamin dapat menginduksi stereotipi
dan psikosis metamfetamin, tetapi levometamfetamin kurang diinginkan oleh
penyalahgunaan narkoba karena profil farmakodinamik yang lemah. 3
Met-amfetamin mempunyai pengaruh yang kuat terhadap neuron
dopaminergik, yaitu melepaskan dopamin ke dalam celah sinaps. Belum lama
ditemukan neurotransmiter peptida baru yang disebut cocaine and amphetamine
regulated transcript (CART), yang mula-mula diidentifikasi sebagai mRNA (oleh

3
karena itu suatu transcript) yang jumlahnya meningkat pada penggunaan kokain
atau amfetamin. Kemungkinan peptida CART ini berperan dalam penyalahgunaan
zat psikoaktif, pengendalian stres, dan perilaku makan(feeding behavior). Euforia
yang disebabkan oleh amfetamin kurang intensif, tetapi lebih lama dari euforia
akibat kokain. 3
Penelitian yang terbaru menunjukkan bahwa met-amfetamin dapat
menimbulkan kerusakan yang ireversibel pada pembuluh darah otak. Peneliti
menemukan kadar N-acethyl-aspartate (NAA) (suatu metabolit yang dihasilkan
oleh neuron) menurun pada pengguna met-amfetamin, seperti pada penyakit lain
yang diakibatkan oleh kerusakan atau kematian neuron (penyakit alzheimer,
epilepsi, stroke). Sebaliknya, para peneliti menemukan kadar choline-containing
compounds dan myoinositol (MI) meningkat di daerah substansia grisea lobus
frontalis. Kedua senyawa ini dihasilkan oleh sel glia, yang jumlahnya meningkat
sebagai reaksi terhadap kerusakan neuron akibat met-amfetamin 4.
Efek dari met-amfetamin lebih kuat dibandingkan efek dari amfetamin.
Met-amfetamin diketahui lebih bersifat adiktif, dan cenderung mempunyai
dampak yang lebih buruk. Pengguna met-amfetamin dilaporkan lebih jelas
menunjukkan gejala ansietas, agresif, paranoia dan psikosis dibandingkan
pengguna amfetamin. Efek psikologis yang ditimbulkan mirip seperti pada
pengguna kokain, tetapi berlangsung lebih lama. Met-amfetamin mempunyai
masa kerja 6-8 jam. Euforia yang begitu kuat atau rush dicapai dalam beberapa
menit pada penggunaan dengan cara dirokok atau suntikan intravena, 3-5 menit
pada penggunaan secara disedot melalui hidung, dan 15-20 menit pada
penggunaan secara oral. Penggunaan met-amfetamin dalam dosis tinggi berulang
kali sering dihubungkan dengan perilaku kekerasan dan psikosis paranoid. Dosis
yang demikian tinggi dan berulang itu menyebabkan berkurangnya dopamin dan
serotonin untuk jangka waktu yang lama. Perubahan ini tampak ireversibel karena
pengaruh met-amfetamin terhadap neuron dopaminergik dan serotonergik dapat
berlangsung lebih dari satu tahun. Perubahan perilaku yang jelas tidak terlihat,
tetapi dapat menimbulkan perubahan pola tidur, fungsi seksual, depresi, gangguan
motorik dan psikosis dengan waham mirip skizofrenia paranoid, seperti yang
terjadi pada penggunaan kronis kokain. Tidak seperti pada psikosis akibat kokain,

4
psikosis akibat met-amfetamin dapat berlangsung beberapa minggu lamanya. Pada
penggunaan jangka lama met-amfetamin, terjadi pengurangan kepadatan dan
jumlah neuron di lobus frontalis dan ganglia basalis 4.

2.3 Epidemiologi
Berdasarkan Laporan Akhir Survei Nasional Perkembangan
Penyalahgunaan Narkoba tahun anggaran 2014, jumlah penyalahguna narkoba
diperkirakan ada sebanyak 3,8 juta sampai 4,1 juta orang yang pernah memakai
narkoba dalam setahun terakhir (current users) pada kelompok usia 10-59 tahun di
tahun 2014 di Indonesia. Jadi, ada sekitar 1 dari 44 sampai 48 orang berusia 10-59
tahun masih atau pernah pakai narkoba pada tahun 2014. Angka tersebut terus
meningkat dengan merujuk hasil penelitian yang dilakukan Badan Narkotika
Nasional (BNN) dengan Puslitkes UI dan diperkirakan pengguna narkoba jumlah
pengguna narkoba mencapai 5,8 juta jiwa pada tahun 2015. Jenis narkoba yang
paling banyak disalahgunakan adalah ganja, shabu dan ekstasi. Jenis narkoba
tersebut sangat terkenal bagi Pelajar/mahasiswa, pekerja, dan rumah tangga.
Sebagian besar penyalahgunaan berada pada kelompok coba pakai terutama pada
kelompok pekerja. Alasan penggunakan narkoba karena pekerjaan yang berat,
kemampuan sosial ekonomi, dan tekanan lingkungan teman kerja merupakan
faktor pencetus terjadinya penyalahgunaan narkoba pada kelompok pekerja.5
Menurut Troels Vester sebagai koordinator lembaga PBB untuk kejahatan
narkoba, UNODC (United Nations Office on Drugs and Crime) yang
diwawancarai DW (Deutsche Welle) menyatakan bahwa diiperkirakan sekitar 3,7
juta sampai 4,7 juta orang pengguna narkoba di Indonesia. Sekitar 1,2 juta orang
adalah pengguna crystalline methamphetamine dan sekitar 950.000 orang
pengguna ecstasy. Sebagai perbandingan, ada 2,8 juta pengguna cannabis dan
sekitar 110.000 pecandu heroin.6

2.4 Gejala Klinis 7,8

5
Nyeri kepala
Dilatasi pupil
Hipertensi
Kelemahan otot, depresi pernafasan, nyeri dada, atau aritmia jantung
Konvulsi, kejang, diskinesia, distonia sampai dengan koma
Mual muntah
Tanda-tanda penurunan berat badan
Perubahan perilaku maladaptif yang bermakna secara klinis (perilaku
kekerasan, menyakiti diri, kebingungan, psikosis, paranoid,
hiperseksualitas, halusinasi)

2.5 Diagnosis 9,10


Anamnesa
a. Baru menggunakan metamfetamin atau shabu-shabu, SS, ice, crank,
crystal.
b. Tingkah laku maladaptif yang bermakna secara klinis atau perubahan
psikologis (seperti euforia atau afek tumpul, perubahan kemampuan
sosial, sensitifitas interpersonal, hiper-waspada, anxietas, ketegangan atau
gusar, perilaku sterotipik, psikomotor, gangguan penilaian atau fungsi
sosial atau pekerjaan) yang terjadi selama atau segera setelah pemakaian
metamfetamin.
c. Adanya dua atau lebih tanda-tanda berikut yang terjadi selama atau segera
setelah pemakaian metamfetamin:
Gejala kardiovaskuler
Takikardi dan hipertensi.
Hipotensi bisa ditemukan bila terjadi penurunan dari katekolamin
Nyeri dada dari iskemi dan infark miokard
Kardiomiopati akut dan kronis, dengan gejala edema, dyspnea, dan
gejala lain dari acute congestive heart failure

Gejala sistem saraf pusat


Agitasi atau retardasi psikomotor.

6
Psikosis akut, paranoia.
Kebingungan,kejang,diskinesia atau koma
Gejala system respirasi
Barotrauma, pneumothorax.
Wheezing, dyspnea
Gejala gastrointestinal
Nausea atau vomitus.
Nyeri perut
Penurunan berat badan.
Gejala pada gigi dan mulut
Karies, abses peridental.
d. Gejala-gejalanya tidak disebabkan karena kondisi medis umum ataupun
gangguan mental lainnya.
e. Gejaia putus amfetamin ditandai dengan:
Penghentian (atau penurunan) amfetamin yang telah lama atau berat
Depresi
Kelelahan
Mimpi yang gamblang dan tidak menyenangkan
Insomnia atau hipersomnia
Peningkatan nafsu makan
Retardasi atau agitasi psikomotor

Pemeriksaan Khusus dan Tambahan


a. Pemeriksaan Psikiatrik Khusus
1. Penampilan umum :
- Kesadaran
- Perilaku dan aktivitas psikomotor
- Pembicaraan
- Sikap

2. Keadaan afektif :
- Perasaan dasar

7
- Ekspresi afektif
- Empati
3. Fungsi kognitif
- Daya ingat
- Daya konsentrasi
- Orientasi
- Kemampuan menolong diri sendiri

Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium :
- Elektrolit : akut bisa memberikan gambaran hipokalemi sedangkan
pada intoksikasi amfetamin yang berat memberikan gambaran
hiperkalemi.
- Glukosa darah : pada pemeriksaan gula darah memberikan gambaran
hipoglikemi
- Fungsi ginjal : gagal ginjal berhubungan dengan rhabdomyolisis dan
trombosis arteri ginjal pernah dilaporkan pada penyalahgunaan
amfetamin.
- Urinalisis untuk skrining amfetamin atau zat adiktif lain yang
digunakan bersama-sama,
- Tes kehamilan : semua wanita yang berada dalam usia subur sbaiknya
dilakukan tes kehamilan
- Fungsi hati : kerusakan hati mungkin terjadi pada intoksikasi akut.
Sebagai tambahan, pasien yang menggunakan amfetamin beresiko
untuk terinfeksi hepatitis, yang pada akhirnya bisa menyebabkan
perubahan mental.
- Jumlah sel darah : anemia, lekositosis, dan leukopenia
- Toksikologi: Urine drug screens: Benzoylecogonine (bentuk metabolic
kokain) bisa ditemukan pada urin 60 jam setelah menggunakan
amfetamin. Pada pengguna amfetamin yang berat bisa ditemukan
sampai 22 hari.

8
- Enzim jantung : pada pengguna amfetamin terdapat angka prevalensi
yang tinggi untuk terjadinya myocardial infection, pasien yang datang
dengan nyeri dada dan riwayat penggunaan amfetamin bisa dipikirkan
untuk melakukan pemeriksaan enzim jantung.
b. Gambaran Radiologi :
- Chest x-Ray
- CT-Scan.
c. Tes lain : Analisa gas darah, ECG
Satu-satunya cara untuk mendiagnosis pasti keracunan obat ini adalah
melalui analisis laboratorium. Bahan untuk analisis berasal dari darah, cairan
lambung, atau urin. Obat golongan amfetamin akan tertahan dalam urin selama 2
hari. Pemeriksaan dan penyaringan yang cepat dan sederhana menggunakan
kromatografi lapisan tipis dapat digunakan untuk mendeteksi 90% keracunan
umum. Sekarang terdapat cara-cara pemeriksaan baru dengan teknik yang lebih
maju dan cepat misalnya enzyme multiple immunoassay.
Pada kasus keracunan yang sedang dan berat diperlukan pemeriksaan
penunjang darah lengkap, elektrolit, glukosa darah, uji faal ginjal, CPK, analisis
gas darah, urinalisis, EKG, dan foto toraks.

2.6 Diagnosis Banding 9,10


Ketergantungan Amfetamin dan Penyalahgunaan Amfetamin
Kriteria DSM-IV-TR untuk ketergantungan dan penyalahgunaan dapat
diterapkan pada amfetamin dan zat terkait. Ketergantungan amfetamin dapat
mengakibatkan penurunan spiral yang cepat dari kemampuan seseorang untuk
menghadapi kewajiban dan stres yang berkaitan dengan keluarga dan pekerjaan.
Seseorang yang menyalahgunakan amfetamin membutuhkan dosis tinggi
amfetamin yang semakin meningkat untuk memeroleh rasa tinggi (high) yang
biasa, dan tanda fisik penyalahgunaan amfetamin (contohnya penurunan berat
badan dan ide paranoid) hampir selalu timbul dengan diteruskannya
penyalahgunaan.
Delirium pada lntoksikasi Amfetamin

9
Delirium yang disebabkan oleh penggunaan amfetamin biasanya muncul
akibat amfetamin penggunaan dosis tinggi atau terus-menerus sehingga deprivasi
tidur memengaruhi tampilan klinis. Kombinasi amfetamin dengan zat lain serta
penggunaan amfetamin oleh orang dengan kerusakan otak yang,telah ada
sebelumnya juga dapat menyebabkan timbulnya de lirium. Tidak jarang
mahasiswa universitas yang menggunakan amfetamin untuk belajar kilat
menghadapi uiian menunjukkan delirium jenis ini.

Gangguan Psikotik Terinduksi Amfetamin


Kemiripan klinis psikosis terinduksi amfetamin dengan skizofrenia
paranoid telah memicu penelitian intensif tentang neurokimiawi psikosis
terinduksi amfetamin untuk menguraikan patofisiologi skizofrenia paranoid.
Tanda gangguan psikotik terinduksi amfetamin adalah adanya paranoia. Gangguan
psikotik terinduksi amfetamin dapat dibedakan dengan skizofrenia paranoid
dengan sejumlah karakteristik pembeda yang ditemukan pada gangguan psikotik
terinduksi amfetamin, yaitu adanya predominasi halusinasi visual, afek yang
secara umum serasi, hiperaktivitas, hiperseksualitas, kebingungan dan
inkoherensi, serta sedikit bukti gangguan proses pikir (seperti asosiasi longgar).
Pada beberapa studi, peneliti juga mencatat bahwa meski gejala positif gangguan
psikotik terinduksi amfetamin dan skizofrenia mirip, gangguan psikotik terinduksi
amfetamin biasanya tidak memiliki af'ek mendatar dan alogia seperti pada
skizofrenia. Namun, secara klinis, gangguan psikotik terinduksi amfetamin yang
akut mungkin tidak dapat dibedakan dengan skizofrenia, dan hanya resolusi
gejala. Dalam beberapa hari atau temuan positif pada uji tapis zat dalam urin yang
akhirnya akan menunjukkan diagnosis yang tepat. Terapi pilihan untuk gangguan
psikotik terinduksi amfetamin adalah penggunaan .jangka pendek obat
antipsikotik seperti haloperidol (Haldol).

Gangguan Mood Terinduksi Amfetamin

10
Awitan gangguan mood terinduksi amfetarnin dapat terjadi saat intoksikasi
atau putus zat. Umumnya, intoksikasi rnenimbulkan gambaran manik atau mood
campuran, sementara keadaan putus zat menimbulkan gambaran mood depresif.

Gangguan Ansietas Terinduksi Amfetamin


Amfetamin, seperti kokain, dapat menginduksi gejala yang serupa dengan
yang terlihat pada gangguan obsesif-kompulsif, gangguan panik, dan terutama,
gangguan tbbia. Awitan gangguan ansietas terinduksi amfetamin juga dapat terjadi
saat inloksikasi atau putus zat.

Disfungsi Seksual Terinduksi Amfetamin


Amfetamin sering digunakan untuk meningkatkan pengalaman seksual;
namun, dosis tinggi dan penggunaan jangka panjang dikaitkan dengan gangguan
ereksi dan disfungsi seksual lain. Disfungsi ini diklasifikasikan dalam DSM-IV-
TR sebagai disfungsi seksual terinduksi amletamin.

Gangguan Tidur Terinduksi Amfetamin


Intoksikasi amfetamin dapat menimbulkan insomnia dan deprivasi tidur,
sementara orang yang sedang mengalami keadaan putus amfetamin dapat
mengalami hipersomnolen dan mimpi buruk.

Gangguan yang Tak-Tergolongkan


Jika suatu gangguan terkait amfetamin (atau lir-amfetamin) tidak
memenuhi kriteria satu atau lebih kategori yang didiskusikan di atas, gangguan
tersebut dapat didiagnosis sebagai gangguan terkait amfetamin yang tak-
tergolongkan.

Intoksikasi Kokain
Kokain adalah zat yang adiktif yang sering disalahgunakan dan merupakan
zat yang sangat berbahaya. Kokain merupakan alkaloid yang didapatkan dari
tanaman belukar Erythroxylon coca, yang berasal dari Amerika Selatan, dimana
daun dari tanaman belukar ini biasanya dikunyah-kunyah oleh penduduk setempat

11
untuk mendapatkan efek stimulan. Saat ini Kokain masih digunakan sebagai
anestetik lokal, khususnya untuk pembedahan mata, hidung dan tenggorokan,
karena efek vasokonstriksifnya juga membantu. Kokain diklasifikasikan sebagai
suatu narkotik, bersama dengan morfin dan heroin karena efek adiktif dan efek
merugikannya telah dikenali.
Nama lain untuk Kokain : Snow, coke, girl, lady dan crack ( kokain dalam
bentuk yang paling murni dan bebas basa untuk mendapatkan efek yang lebih
kuat).
Efek yang ditimbulkan :
Kokain digunakan karena secara karakteristik menyebabkan elasi, euforia,
peningkatan harga diri dan perasan perbaikan pada tugas mental dan fisik. Kokain
dalam dosis rendah dapat disertai dengan perbaikan kinerja pada beberapa tugas
kognitif.
Gejala Intoksikasi Kokain :
Pada penggunaan Kokain dosis tinggi gejala intoksikasi dapat terjadi,
seperti agitasi iritabilitas gangguan dalam pertimbangan perilaku seksual yang
impulsif dan kemungkinan berbahaya agresi peningkatan aktivitas psikomotor,
takikardia, hipertensi, midriasis .
Gejala Putus Zat :
Setelah menghentikan pemakaian Kokain atau setelah intoksikasi akut
terjadi depresi pascaintoksikasi (crash) yang ditandai dengan disforia, anhedonia,
kecemasan, iritabilitas, kelelahan, hipersomnolensi, kadang-kadang agitasi. Pada
pemakaian kokain ringan sampai sedang, gejala putus Kokain menghilang dalam
18 jam. Pada pemakaian berat, gejala putus Kokain bisa berlangsung sampai satu
minggu, dan mencapai puncaknya pada dua sampai empat hari. Gejala putus
Kokain juga dapat disertai dengan kecenderungan untuk bunuh diri. Orang yang
mengalami putus Kokain seringkali berusaha mengobati sendiri gejalanya
dengan alkohol, sedatif, hipnotik, atau obat antiansietas seperti diazepam
(Valium).

Intoksikasi Halusinogen (LSD)

12
Ketergantungan Zat
Pemakaian jangka panjang jarang terjadi. Tidak terdapat adiksi fisik,
namun demikian adiksi psikologis dapat terjadi walaupun jarang. Hal ini
disebabkan karena pengalaman menggunakan LSD berbeda-beda dan karena tidak
terdapat euforia seperti yang dibayangkan.
Gejala Intoksikasi
a. Perilaku maladaptif (kecemasan, paranoid, gangguan dalam pertimbangan)
b. Perubahan persepsi ( depersonalisasi, ilusi, direalisasi, halusinasi)
c. Dilatasi pupil
d. Takikardi
e. Berkeringat
f. Palpitasi
g. Pandangan kabur
h. Tremor
i. Inkoordinasi

2.7 Kategori dan Reaksi Penyalahgunaan


Saat seseorang memakai metamfetamin, kehidupan mereka terpengaruh
dalam beberapa tingkatan.
Ada tiga kategori penyalahgunaan : 11
Penyalahgunaan sabu intensitas rendah
Pemakaian dengan cara menelan atau menghirup metamfetamin. Mereka
menginginkan tambahan stimulasi dari metamfetamin agar mereka bisa
terjaga cukup lama untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan, atau
mereka menginginkan efek penahan nafsu makan untuk mengurangi berat
badan. Tingkat penyalahgunaan ini mendekati tingkat penyalahgunaan
binge (artinya, penggunaan zat yang tidak terkendalikan)
Penyalahgunaan sabu tingkat binge.
Pengguna binge menghisap atau menyuntikkan metamfetamin. Hal ini
memungkinkan mereka mendapat efek yang lebih kuat dari narkoba ini
dan mengalami rush yang lebih kuat yang merupakan ketergantungan
psikologis. Mereka berada pada ambang menuju penyalahgunaan

13
intensitas tinggi.
Penyalahgunaan sabu intensitas tinggi
Pengguna intensitas tinggi adalah para pecandu yang sering disebut speed
freaks . Seluruh keberadaan mereka tercurahkan untuk mencegah crash,
penderitaan yang menyakitkan setelah high. Jadi agar rush yang
diinginkan dari narkoba tercapai, mereka harus menggunakan lebih banyak
dan lebih banyak lagi. Sama halnya dengan narkoba lain, setiap high
berikutnya akan lebih rendah daripada yang sebelumnya, mendorong
pecandu Sabu masuk spiral adiksi yang gelap dan mematikan.

Beberapa reaksi pada penyalahgunaan adalah sebagai berikut


1. Rush
Rush adalah reaksi pertama yang dirasakan pengguna bila menghisap atau
menyuntikan metamfetamin. Selama berlangsungnya rush mereka mengalami
detak jantung yang cepat dan melonjaknya metabolisme, tekanan darah dan
denyut nadi. Tidak seperti rush pada crack kokain, yang berlangsung selama dua
sampai lima menit, rush metamfetamin dapat berlangsung sampai 30 menit.
2. High
Rush akan diikuti dengan high, terkadang disebut dengan bahu. Saat
itulah mereka merasa lebih cerdik dan senang berdebat, sering memotong kalimat
orang lain dan menyelesaikan kalimat mereka. Dampak khayalan bisa membuat
pengguna menjadi sangat terfokus pada hal yang biasa atau yang ngawur, seperti
berulangkali membersihkan jendela yang sama selama beberapa jam. High bisa
berlangsung selama 4-16 jam.
3. Binge
Binge adalah penggunaan narkoba atau alkohol yang tak terkendalikan.
Hal ini disebabkan adanya dorongan untuk selalu high, dengan merokok atau
menyuntikkan metamfetamina lebih banyak. Binge ini bisa selama 3-15 hari. Saat
itulah penyalahguna menjadi hiperaktif secara mental dan fisik. Setiap kali mereka
menghisap atau menyuntikkan lebih banyak narkoba, dia merasakan rush lagi
tetapi yang lebih lemah, sampai akhirnya rush dan high menghilang.
4. Tweaking

14
Seorang penyalahgunaan metamfetamin paling berbahaya, saat merasakan
tahap adiksi yang disebut tweaking suatu keadaan yang terjadi di akhir dari
binge, saat metamfetamina tidak memberikan rush atau high lagi. Karena tak bisa
mengatasi kesenduan yang luar biasa yang ditimbulkan oleh perasaan kosong dan
kebutuhan yang besar, pemakai akan kekehilangan perasaan akan identitas diri.
Rasa gatal-gatal umum dirasakan dan pengguna meyakini bahwa ada serangga
merayap dibawah kulitnya. Tak bisa tidur selama beberapa hari, menyebabkan
pengguna sering mengalami gangguan jiwa, dia berada di dunianya sendiri,
melihat dan mendengar sesuatu yang tidak dialami oleh orang lain. Halusinasinya
sangat hidup sehingga dirasakan nyata dan hubungannya dengan kenyataan
terputus, dia bersikap bermusuhan dan berbahaya bagi diri sendiridan orang lain.
Kemungkinan untuk melakukan mutilasi diri sangat besar.
4. Crash
Bagi penyalahgunaan tingkat binge, crash terjadi pada saat tubuh pingsan,
tidak bisa mengatasi efek yang sedang berlangsung dalam tubuh sehingga akan
tertidur untuk jangka waktu lama. Penyalahgunaan yang paling kejam atau paling
brutal sekalipun akan menjadi sangat tak berdaya, dan tidak merupakan ancaman
bagi orang lain. Crash ini bisa berlangsung selama satu sampai dengan tiga hari.
5. Hangover Sabu
Setelah crash, penggunaan kembali berada dalam kondisi yang memburuk,
kelaparan, dehidrasi, dan sangat lelah secara fisik, mental dan perasaan. Tahap ini
biasanya berlangsung antara 2 dan14 hari. Keadaan ini menguatkan perilaku
adiksi, karena nampaknya menggunakan Sabu dapat mengatasi permasalahan.
6. Gejala putus zat
Sering kali 30 sampai 90 hari sesudah penggunaan terakhir penyalahguna
baru sadar bahwa dia mengalami gejala putus zat. Pertama, dia sangat depresif,
kehilangan tenaga dan kemampuan untuk merasakan kesenangan. Lalu datang
rasa rindu pada lebih banyak metamfetamina, dan pengguna acapkali cenderung
melakukan bunuh diri. Gejala putus zat dengan sabu sangat menyakitkan dan
susah, maka kebanyakan penyalahguna mengulang lagi, 93 % pasien terapi
tradisional kembali menggunakan metamfetaminanya.

15
2.8 Penatalaksanaan
Pasien dengan intoksikasi akut methamphetamin cenderung akan sangat
gelisah dan memerlukan penanganan dan keamanan yang khusus. Diperlukan
bantuan medis sebelum pasien di bawa ke rumah sakit. 9
Fungsi mental pasien dapat terganggu sehingga pasien tidak dapat
memberi keputusan tindakan medis, namun penanganan terapi intravena dapat
diberikan untuk penanganan gawat darurat tanpa informed consent. Terapi
tersebut seperti kejang dan gaduh gelisah dengan obat obatan sedasi intravena
sesuai dengan protap. 9
Sebagian besar toksisitas methamphetamine dapat dikelola secara suportif.
Pada kasus overdosis, perawatan suportif langsung, termasuk pengendalian jalan
nafas, oksigenasi dan dukungan ventilasi, dan monitoring yang tepat diperlukan.
Penelitian pada hewan menunjukkan bahwa senyawa amfetamin dapat
didekontaminasi dengan arang aktif. 9
Pada overdosis yang parah, penghentian metamphetamin menginduksi
kejang dan aritmia. Koreksi hipotensi, hipertermi, metabolik dan serum elektrolit
diperlukan. Pemeriksaan hepatitis virus dan HIV sering diperlukan untuk follow
up pada rehabilitasi. 9
1. Tindakan emergensi dan suportif 12
a. Mempertahankan fungsi pernafasan
Terapi agitasi: Midazolam 0,05-0,1 mg/Kg IV perlahan-lahan atau
0,1 0,2 mg/kg IM; Diazepam 0,1-0,2 mg/kg IV perlahan-lahan;
Haloperidol 0,1-0,2/kg IM atau IV perlahan-lahan.
Terapi kejang: Diazepam 0,1-0,2 mg/kg BB IV; Phenitoin 15-20
mg/kg BB infus dengan dosis 25-50 mg/menit; pancuronium dapat
digunakan bila kejang tidak teratasi terutama dengan komplikasi
asidosis dan atau rabdomiolisis.
Terapi koma : awasi suhu, tanda vital dan EKG minimal selama 6
jam
b. Terapi spesifik dan antidotum, pada methamphetamine tidak ada
antidotum khusus
c. Terapi hipertensi: phentolamine atau nitroprusside

16
d. Terapi takiaritmia: propanolol atau esmolol
e. Terapi hipertermia: bila gejala ringan terapi dengan kompres dingin atau
sponging bila suhu lebih dari 40C atau peningkatan suhu berlangsung
sangat cepat terapi lebih agresif dengan menggunakan selimut dingin atau
ice baths. Bila hal ini gagal dapat digunakan Dantrolene. Trimethorfan 0,3-
7 mg/menit IV melalui infus.
f. Terapi hipertensi dengan bradikardi atau takikardi bila ringan biasanya
tidak memerlukan obat-obatan. Hipertensi berat (distolik > 120 mmHg)
dapat diberikan terapi infus nitroprusid atau obat-obat lain seperti
propanolol, diazoksid, khlorpromazine, nifedipin dan fentolamin.
g. Gejala psikosa akut sebaiknya diatasi dengan supportive environment dan
evaluasi cepat secara psikiatri. Gejala yang lebih berat dapat diberikan
sedatif dengan khlorpromazin atau haloperidol.

2. Dekontaminasi 12
Dekontaminasi dari saluran cerna setelah penggunaan methamphetamine
tergantung pada jenis obat yang digunakan, jarak waktu sejak digunakan, jumlah
obat dan tingkat agitasi dari pasien. Pada pasien yang mempunyai gejala toksik
tetapi keadaan sadar berikan karbon aktif 30-100 gr pada dewasa dan pada anak-
anak 1-2 gr/kg BB diikuti atau ditambah dengan pemberian katartik seperti
sorbitol. Bila pasien koma lakukan kumbah lambung dengan menggunakan naso
atau orogastric tube diikuti dengan pemberian arang aktif.

2.8 Prognosis 9
Prognosis pada kasus toksisitas akut umumnya baik apabila dilakukan
penanganan segera dan sesuai, tetapi prognosis pada kasus kronis lebih sedikit
menunjukkan hasil yang baik. Angka kejadian berulang setelah mendapat
penanganan rata-rata tinggi (salah satu studi menunjukkan 36% dengan terapi
dibawah 6 bulan dan 15% pada teraou 7-19 bulan). Selain itu prognosis juga
ditentukan oleh ada tidaknya komplikasi seperti rhabdomiolisis, gagal ginjal,
kejang, krisis hipertensi, stroke dengan defisit permanen, koma, Acute coronary
ischemia or infarction, kardiomiopati, gagal jantung kongestif, ventrikuler aritmia,

17
gangguan psikiatri (kecemasan, depresi, psikosis, pikiran atau tindakan bunuh
diri), kematian, HIV, hepatitis, penyakit periodontal, infeksi kulit, penuaan dini,
penurunan fungsi kognitif (memory loss, bingung, motorik lambat, gangguan
proses belajar), malnutrisi, kehilangan berat badan.

BAB III
RINGKASAN

18
Metamfetamin merupakan obat psikostimulan adiktif yang secara kimiawi
berhubungan dengan amfetamin. Efek dari metamfetamin lebih kuat dibandingkan
efek dari amfetamin. Metamfetamin diketahui lebih bersifat adiktif,
Metamfetamin dapat menimbulkan euforia, gejala ansietas, agresif, paranoia dan
psikosis lebih jelas daripada amfetamin. Pengaruh metamfetamin terhadap neuron
dopaminergik dan serotonergik dapat berlangsung lebih dari satu tahun.
Prevalensi penggunaan metamfetamin di Indonesia masih tinggi. Menurut
UNODC (United Nations Office on Drugs and Crime) menyatakan bahwa
diiperkirakan sekitar 3,7 juta sampai 4,7 juta orang pengguna narkoba di
Indonesia. Sekitar 1,2 juta orang adalah pengguna crystalline methamphetamine
dan sekitar 950.000 orang pengguna ecstasy.
Mekanisme kerja metamfetamin pada susunan saraf pusat dipengaruhi
oleh pelepasan biogenik amin yaitu dopamin, norepinefrin dan serotonin dari
tempat penyimpanan pada presinap yang terletak pada akhiran saraf. Absorbsi
metamfetamin dilakukan secara oral melalui usus halus dan onset dari obat ini
adalah 20 menit, dan memiliki durasi selama 8 jam atau lebih, dan di eksresikan
melalui ginjal.
Dalam mendiagnosis intoksikasi metamfetamin terdapat beberapa hal yang
perlu ditanyakan antara lain riwayat penggunaan metamfetamin serta menilai
adanya perubahan perilaku dan perubahan psikologis seperti euforia atau afek
tumpul, perubahan kemampuan sosial, sensitifitas interpersonal, hiper-waspada,
anxietas, ketegangan atau gusar, perilaku sterotipik, psikomotor, gangguan
penilaian atau fungsi sosial atau pekerjaan yang terjadi selama atau segera setelah
pemakaian metamfetamin. Satu-satunya cara untuk mendiagnosis pasti melalui
analisis laboratorium dari bahan darah, cairan lambung, atau urin.
Penatalaksanaan pada umumnya dilakukan secara suportif. Pada kasus
overdosis, perawatan suportif termasuk pengendalian jalan nafas, oksigenasi dan
dukungan ventilasi, dan monitoring yang tepat diperlukan. Farmakoterapi
diberikan dengan tujuan mengurangi efek toksik obat dan mengurangi morbiditas
serta mencegah komplikasi, termasuk diantaranya tindakan emergensi dan
suportif, tindakan dekontaminasi, sedasi, kontrol seizure, dan kontrol hipertensi-
takikardi yang diinduksi oleh katekolanmin. Prognosis dari intoksikasi

19
metamfetamin secara umum baik apabila tidak ditemukan komplikasi dan
dilakukan penanganan segera dan sesuai.

20

Anda mungkin juga menyukai