Konstruksi jaringan tegangan menengah (JTM) di wilayah indonesia berbeda beda. Di jawa
timur yaitu di wilayah kerja PT PLN (Persero) UPJ genteng memakai konstruksi sebagai berikut:
1. TM1 : digunakan untuk konstruksi jaringan lurus (tiang penyangga) dengan sudut
belokan 00 - 150.
2. TM2 : digunakan sebagai konstruksi tiang belokan dengan sudut belokan 150 - 300.
4. TM4X : bekas TM4 yang digunakan sebagai konstruksi tiang TM5 untuk sambungan
jaringan baru.
5. TM5 : konstruksi tiang dengan dua sisi tarikan (kanan dan kiri)
6. TM5C : konstruksi tiang dengan dua sisi tarikan (kanan dan kiri) dilengkapi dengan fuse
cut out (FCO)
8. TM8C : konstruksi tiang sebagai percabangan tiga (pertigaan) dan dilengkapi dengan
Branch Fuse Cut Out.
9. TM8X : bekas konstruksi TM1 yang diubah menjadi tiang percabangan (pertigaan)
TM8 baru
10. TM8XC : bekas konstruksi TM1 yang diubah menjadi tiang percabangan (pertigaan)
TM8 baru dan dilengkapi dengan Fuse Cut Out
11. TM10 : konstruksi tiang sebagai belokan yang mempunyai sudut lebar (sekitar 900)
12. TM10X : bekas konstruksi TM4 yang diubah menjadi TM10 karena ada penambahan
jaringan baru.
13. TM10XC : bekas konstruksi TM4 yang diubah menjadi TM10 karena ada penambahan
jaringan baru dan dilengkapi dengan fuse Cut Out
Beberapa jenis konstruksi jaringan tegangan rendah yang digunakan di wilayah kerja PT PLN
(Persero) UPJ genteng adalah sebagai berikut :
1. TR1 : digunakan untuk tarikan jaringan yang lurus dengan sudut 00 - 1500
2. TR1 : digunakan untuk tarikan jaringan yang lurus dengan sudut 00 - 150.
3. TR2 : digunakan untuk konstruksi jaringan belokan dengan sudut 250 - 900.
6. TR5 : digunakan untuk konstruksi tiang lurus dengan dua sisi tarikan kiri dan
kanan
7. TR6 : digunakan sebagai konstruksi tiang percabangan tiga dengan tarikan lurusnya
berupa TR1.
8. TR6A : digunakan sebagai konstruksi tiang percabangan tiga dengan tarikan lurusnya
berupa TR5.
10. TR8 : digunakan sebagai konstruksi tarikan lurus dengan kawat A3C sebagai
penghantar (4 penghantar).
11. TR9 : digunakan sebagai konstruksi tarikan tiang akhir pada SUTR dengan kawat A3C
sebagai penghantar.
Gardu Distribusi berfungsi untuk mendistribusikan dan melayani energi / daya listrik ke
pelanggan dengan tegangan rendah 380 V / 220 V baik satu phasa maupun tiga phasa, disamping
itu digunakan juga untuk mengatur tegangan rendahnya sesuai dengan standard dari tegangan
nominal disamping itu pula gardu distribusi tersebut dipasang saklar dan alat pengaman arus
( fuse ) yang digunakan bila terjadi hubung singkat dijaringan, maka pengaman tersebut akan
putus. Stabilitas tegangan adalah tanggung jawab PLN untuk memepertahankan stabilitas
tegangan pelayanan kepada konsumen. Untuk standard PLN kita tentukan ( SPLN No.1 th 1985 )
yaitu + 5% dan 10% dari tegangan standard tegangan rendah.Konstruksi gardu trafo distribusi
yang digunakan di wilayah kerja APJ Bnayuwangi antara lain :
1. Gardu Trafo Tiang Portal
Gardu trafo tiang portal adalah gardu trafo distribusi yang menggunakan konstruksi 2 tiang
sebagai penyangga.
Gardu trafo tiang cantol adalah gardu trafo distribusi yang menggunakan konstruksi 1 tiang
sebagai penyangga, baik untuk trafo kotak maupun trafo tabung.
3. Gardu Konvensional
Gardu konvensional adalah gardu trafo yang dibangun di dalam satu ruang (bangunan) sendiri
(indoor), pada umumnya trafo tersebut digunakan untuk pelanggan berdaya besar.
Jaringan distribusi berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik ke pihak pelanggan. Karena
fungsinya tersebut maka keandalan menjadi sangat penting dan untuk itujaringan distribusi perlu
dilengkapi dengan alat pengaman (proteksi).
Ada tiga fungsi sistem pengaman (proteksi) dalam jaringan distribusi yaitu :
1. Mencegah atau membatasi kerusakan pada jaringan beserta peralatannya dari akibat adanya
gangguan listrik
Persyaratan yang harus dimiliki oleh alat pengaman atau sistem pengaman antara lain :
a. Sensitifitas (kepekaan)
Suatu pengaman harus cukup sensitif dan bisa mendeteksi adanya gangguan yang terjdi didaerah
pengamanannya dan bila perlu mentripkan PMT atau pelebur untuk memisahkan bagian yang
terganggu dengan bagian yang sehat.
b. Selektifitas (ketelitian)
Selektifitas dari pengaman adalah kwalitas kecermatan dalam mengamankan sistem oleh adanya
gangguan diusahakan seminimal munkin.
c. Keandalan (Realibilitas)
Dalam kondisi normal pengaman tidak boleh bekerja tetapi harus pasti dapat bekerja bila
diperlikan da n tidak boleh gagal atau salah bekerja.
d. Kecepatan (Speed)
Makin cepat pengaman bekerja tidak hanya dapat memperkecil kerusakan tetapi juga dapat
memperkecil kemungkinan meluasnya akibat-akibat yang ditimbulkan oleh gangguan.
Pada Jaringan Tegangan Menengah (JTM) peralatan proteksi yang digunakan antara lain :
Fuse Cut Out merupakan sebuah alat pemutus rangkaian listrik yang berbeban pada jaringan
distribusi yang bekerja dengan cara meleburkan bagian dari konponennya (fuse link) yang telah
dirancang khusus dan disesuaikan ukurannya. Pelengkapan fuse ini terdiri dari sebuah rumah
fuse (fuse support), pemegang fuse (fuse holder) dan fuselink sebagai pisau pemisahnya. Fuse
Cut Out ini biasanya dipasang pada gardu distribusi dan tiap percabangan atau anak cabangnya
jaringan (sub branh).
Untuk tipe fuse link dibedakan menjadi 3 yaitu tipe K, T, dan H. Perbedaan tipe fuse link ini
bedasarkan pada kecepatan memutuskan jaringan listrik yang berbeban apabila terjadi ganggaun.
Tipe K untuk menyatakan waktu kerja lebih cepat dan tipe T untuk menyatakan waktu kerja
lebih lambat sedangkan tipe H berdasarkan surja petir. Di APJ Banyuwangi dan di wilayah PT
PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur pada umumnya menggunakan fue link tipe K. Hal ini
dilakukan guna melindungi peralatan distribusi agar tidak cepat rusak dan umurnya lebih
panjang.
Relai arus lebih adalah suatu relai yang bekerja berdasarkan danya kenaikan nili arus dan waktu
setingnya. Relai arus lebih ini berfungsi sebagai proteksi terhadap gangguan hubung singkat,
baik hubung singkat antar fasa (OCR = Over Current Relay) maupun fasa ke tanah (DGR =
Direct Ground Relay). Berdasarkan karakteristik waktu kerjanya relai arus lebih dapat dibagi
menjadi :
b) Relai arus lebih dengan tunda waktu tertentu (definite time over current relay)
c) Relai arus lebih dengan tunda waktu terbalik (inverse time over current relay)
3. Arrester
Arrester adalah alat untuk melindungi isolasi atau peralatan listrik terhadap tegangan lebih yang
diakibatkan oleh sambaran petir atau tegangan transient yang tinggi dari suatu penyambungan
atau pemutusan rangkaian ( sirkuit ), dengan jalan mengalirkan arus denyut ( surge current ) serta
membatasi berlangsungnya arus ikutan ( follow current ) serta mengembalikan keadaan jaringan
jaringan ke keadaan semula tanpa mengganggu sistem.
Prinsip kerja arrester Bila terjadi tegangan lebih pada jaringan, arrester bekerja dengan
mengalirkan arus surja (surge current) ketanah, kemudian setelah tegangan normal kembali,
arrester tersebut segera memutus arus yang mengikuti kemudian (follow current).
Arrester ditempatkan pada tiap-tiap penghantar baik pada trafo tiga fasa maupun satu fasa untuk
sistem Y ditanahkan bisa juga dipasang pada jaringan yang rawan petir. Tegangan pada arrester
adalah tegangan fasa-fasa jika salah satu penghantar mengalami gangguan fasa ke tanah dan
arrester tetap harus dipasang tiap fasa. Untuk trafo satu fasa juga memerlukan arrester pada tiap
kawat fasa di sisi primer.
PBO di gunakan sebagai pengaman gangguan temporer dan juga untuk membatasi luas daerah
yang padam akibat gangguan (lokalisir gangguan). Alat ini dipasang di jaringan utama SUTM,
salah satunya yaitu Recloser. Prinsip kerja Recloser adalah apabila terjadi gangguan pada
jaringan di belakang pemasangan recloser maka gangguan tersebut tidak sampai mengakibatkan
trip PMT (penyulang trip) dengan catatan setting relay dan waktunya lebih kecil dari setting
relay di gardu induk.
Alat ini mempunyai fungsi yang sama dengan PBO yaitu untuk pengaman gangguan temporer
dan juga membatasi luas daerah yang padam akibat gangguan (lokalisir gangguan), contoh
peralatan ini adalah AVS (Automatic Vaccum Switch) dengan peredam busur api gas SF6. Alat
ini bekerja berdasarkan setting waktu tegangan yang masuk dan juga setting hitungan (counter)
bekerjanya alat ini. Di wilayah kerja APJ Banyuwangi AVS dioperasikan secara manual karena
komponen peralatannya ada yang rusak, jadi dalam pengoperasiaannya (open - close) dilakukan
oleh petugas secara manual. Selain AVS ada juga LBS (Load Break Switch) yaitu saklar SUTM
yang digunakan untuk membuka dan menutup jaringan apabila terjadi gangguan (lokalisir
gangguan) dan juga untuk melakukan manuver jaringan.
3. Ground Wire
Sama halnya dengan Arrester alat ini digunakan sebagai pengaman jaringan apabila terjadi
sambaran petir. Tetapi dalam konstruksi pemasangannya berbeda dengan arrester. Ground wire di
pasang di ujung atas tiang SUTM kemudian dihubungkan dengan konduktor pada tiang yang
kemudian ditanam ke tanah menggunakan elektoda pembumian. Hal ini dimaksudkan apabila
ada sambaran petir tidak mengenai jaringan SUTM karena pemasangannya di ujung atas tiang
dan pembumiannya lebih efektif karena dipasang pada tiap tiang.
Pengoperasian jaringan distribusi adalah segala kegiatan yang mencakup mengatur, membagi,
memindahkan dan menyalurkan listrik kepada konsumen secepat mungkin serta menjamin
terhadap kelangsungan penyaluran / pelayanan. Adapun faktor faktor yang mempengaruhi
kelangsungan pelayanan adalah:
a) Jaringan baru
Jaringan dinyatakan layak / baik (konstruksi, material konstruksi dan kualitas material sesuai
standart atau tidak)
Daerah yang dilayani diketahui (aman, beban, daerah yang dilayani dan peralatan yang
terpasang).
Bila ada penambahan beban (baru) dapat dilayani oleh sumber tenaga yang tersedia
3. Tujuan Pemeliharaan
Andal (reable)
Berdasarkan Metodenya :
a) Pemeriksaan rutin
b) Pemeliharaan rutin
c) Pemeriksaan prediktif
6. Pemeriksaan Rutin
Inspeksi Jaringan SUTM : memeriksa dan melaporkan keadaan tiang, braket, cross arm,
pentanahan, penghantar, isolator, cut out, arester, LBS dll.
Inspeksi gardu distribusi : memeriksa dan melaporkan keadaan inspeksi gardu distribusi :
ruang gardu, kubikel, trafo, panel TR, terminal, Sepatu kabel dll.
Inspeksi jaringan SUTR : memeriksa dan melaporkan keadaan tiang, hantaran, terminal out
door, konektor hantaran dll.
7. Pemeliharaan rutin
Pekerjaan pemeliharaan yang dilakukan secara berkala dan terus menerus untuk
mempertahankan kondisi peralatan jaringan agar tetap berada dalam kondisi baik dan prima.
Contoh pemeliharaan rutin antara lain :
8. Pemeriksaan Prediktif
Sistem pemeliharaan yang berbasis kondisi (condition base maintenance) dengan cara
memonitor kondisi peralatan / jaringan secara on line maupun off line. Contoh pemeriksaan rutin
antara lain :
Pemeriksaan partial discharge pada terminal indoor penyulang 20 KV di gardu induk / gardu
hubung.
Pekerjaan pemeliharaan untuk memperbaiki jaringan distribusi yang rusak akibat Force
Mayeur seperti : bencana alam, kebakaran, huru hara dll. Contoh pemeriksaan rutin antara lain :
Perbaikan / penggantian JTR / SUTM maupun gardu distribusi yang rusak akibat huru hara
F. Jenis Jenis Pemeliharaan
1. Pemeliharaan SUTM
Pondasi
Tiang
Cross arm
Arester
Grounding arrester
Konduktor
Guy wire
2. Pemeliharaan GTT
3. Pemeliharaan SUTR
Pondasi
Tiang
Cross arm
Konduktor
Konektor
1. Pengertian
SOP (Standing Operation Prosedure) adalah prosedure yang dibuat berdasarkan kesepakatan /
ketentuan yang harus dipatuhi oleh seseorang atau tim untuk melaksanakan tugas / fungsinya
agar mendapatkan hasil yang optimal dan untuk mengantisipasi kesalahan manuver, kerusakan
peralatan dan kecelakaan manusia. Yang dimaksud SOP disini adalah SOP dalam melakukan
pengoperasian sistem jaringan distribusi dan peralatan berikut petugasnya, terdiri dari :
SOP jaringan distribusi adalah aturan atau pedoman bagi operator / teknisi untuk
melaksanakan tugasnya dalam melakukan pengawasan dan pengoperasian instalasi jaringan
distribusi pada kondisi normal, kondisi gangguan, kondisi pemulihan dan kondisi daruarat. SOP
Sistem Jaringan Distribusi dibuat dengan memperhatikan kemampuan peralatan yang terpasang
dan konfigurasi serta fungsi jaringan distribusi. Di dalam SOP Sistem Jaringan Distribusi
terdapat panduan pada beberapa kondisi, yaitu :
Periksa dan pastikan bahwa penunjukan kV meter sudah menunjuk 0 (nol) kV untuk JTM
Periksa dan yakinkan serta catat jika ada PMT yang trip di GI maupun Gardu Hubung (GH)
dan kelainan kelainan yang terjadi.
Periksa dan catat semua indikator yang muncul pada panel kontrol di GI atau GH kemudian
direset
Peralatan jaringan distribusi / instalasi baru yang sesuai dengan standar yang telah ditentukan
oleh PLN
Buku SOP sistem jaringan distribusi yang berlaku dan telah disepakati
Penerapan setting sesuai dengan hasil perhitungan dari petugas yang diberi wewenang oleh
pejabat terkait
Telah terbit pernyataan laik bertegangan / operasi dari pejabat yang berwenang
Pemberitahuan dan ijin kepada dispatcher APD dan piket APJ tentang pelaksanaan
pemeliharaan, bahwa pekerjaan siap dimulai dan minta untuk instalasi yang dipelihara agar
dibebaskan dari tegangan
Melaksanakan perintah dispatcher APD (APJ). Pada kondisi tertentu, atas perintah dispatcher
APD harus dilepas oleh operator / teknisi / teknisi jaringan distribusi
Menginformasikan ke APD (APJ) bahwa perintah tersebut telah dilaksanakan dengan baik
dan aman.
Memasukkan PMS pentanahan / membumikan jaringan tersebut dan memasang rambu
rambu tanda bahaya.
Lapor ke dispatcher APD (APJ) bahwa pekerjaan sudah selesai dengan melaporkan status
PMS tanah / pembumian
Kondisi normal PMT 20 KV dimasukkan oleh Dispatcher atau oleh operator / teknisi
jaringan
Setelah peralatan bertegangan kembali, periksa semua indikator, meter dan relai apakah
dalam keadaan normal.
G. SOP Komunikasi
Di dalam pengendalian sistem tenaga listrik terdapat sarana bantu yang sangat dibutuhkan
yaitu saran komunikasi. Untuk itu agar tujuan pengoperasian sistem tenaga listrik yang handal,
ekonomis dan mutu yang baik diperlukan sistem komunikasi yang baik pula.
Sarana komunikasi yang dipergunakan tersebut antara lain :
a) Radio Transceiver : adalah sarana komunikasi yang menggunakan media udara dan
mempunyai sifat CONFRENCE artinya salah satu bicara menggunakan Radio, maka akan dapat
didengar oleh semua operator / teknisi jaringan distribusi (TM) dan dispatcher APD (sesuai
frekuensi yang digunakan masing masing region).
b) Power Line Carier Telephone (PLCT) : adalah sarana komunikasi telephone yang
menggunakan saluran udara tegangan tinggi 150 KV dan 70 KV sebagai media komunikasi
c) Fiber optik : adalah merupakan sarana komunikasi telephone dengan menggunakan media
kabel fiber optik yang terbentang pada saluran transmisi 500 KV dan 150 KV
Di dalam bekomunikasi ada batas batas tertentu yang harus dipatuhi dan dilaksanakan
dengan etika komunikasi yang menyangkut tata tertib dan sopan santun. Adapun yang dimaksud
dengan etika komunikasi adalah jika anda menerima telepon maka sebutkan nama atau tempat
anda berada dan kemudian tanyakan dari mana dan atau tanyakan keperluannya. Akan tetapi jika
anda mengirim, kenalkan terlebih dahulu dengan menyebutkan nama dan kesatuan anda, dan
selanjutnya tanyakan siapa lawan bicara kemudian baru membicarakan maksud dan tujuan anda
menghubungi seseorang / tempat dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti secara
santun.
SOP Lokal jaringan distribusi adalah aturan atau pedoman bagi operator / teknisi untuk
melaksanakan tugasnya dalam melaksanakan pengawasan dan pengoperasian peralatan bantu di
jaringan distribusi pada kondisi normal, gangguan maupun pemeliharaan.
Adapun materi yang sangat mendasar dan harus dipahami / dimengerti oleh setiap operator /
teknisi jaringan distribusi adalah pembacaan dan pengertian anouncator pada panel kontrol dan
panel proteksi, sedangkan untuk aturan atau pedoman / panduan pengoperasian, pemeliharaan
dan perbaikan setiap peralatan di jaringan distribusi mengacu pada Buku Manual Jaringan
Distribusi (SOP Lokal).
Apabila anounciator pada panel kontrol atau indikator proteksi bekrja / muncul bunyi alarm,
tugas daripada operator / teknisi jaringan distribusi adalah :
Memeriksa dan mencatat anouncator pada panel kontrol atau indikator proteksi pada panel
yang bekerja / muncul
Mereset anounciator pada panel kontrol atau indikator proteksi yang bekerja / muncul
Melaporkan anounciator pada panel kontrol atau indikator proteksi bekerja / muncul ke
dispatcher APD / APJ piket penanggung jawab jaringan distribusi