Anda di halaman 1dari 16

Jaringan Distribusi

A. Konstruksi Jaringan Tegangan Menengah (JTM)

Konstruksi jaringan tegangan menengah (JTM) di wilayah indonesia berbeda beda. Di jawa
timur yaitu di wilayah kerja PT PLN (Persero) UPJ genteng memakai konstruksi sebagai berikut:

1. TM1 : digunakan untuk konstruksi jaringan lurus (tiang penyangga) dengan sudut
belokan 00 - 150.

2. TM2 : digunakan sebagai konstruksi tiang belokan dengan sudut belokan 150 - 300.

3. TM4 : digunakan sebagai konstruksi tiang akhir

4. TM4X : bekas TM4 yang digunakan sebagai konstruksi tiang TM5 untuk sambungan
jaringan baru.

5. TM5 : konstruksi tiang dengan dua sisi tarikan (kanan dan kiri)

6. TM5C : konstruksi tiang dengan dua sisi tarikan (kanan dan kiri) dilengkapi dengan fuse
cut out (FCO)

7. TM8 : konstruksi tiang sebagai percabangan tiga (pertigaan)

8. TM8C : konstruksi tiang sebagai percabangan tiga (pertigaan) dan dilengkapi dengan
Branch Fuse Cut Out.

9. TM8X : bekas konstruksi TM1 yang diubah menjadi tiang percabangan (pertigaan)
TM8 baru

10. TM8XC : bekas konstruksi TM1 yang diubah menjadi tiang percabangan (pertigaan)
TM8 baru dan dilengkapi dengan Fuse Cut Out

11. TM10 : konstruksi tiang sebagai belokan yang mempunyai sudut lebar (sekitar 900)

12. TM10X : bekas konstruksi TM4 yang diubah menjadi TM10 karena ada penambahan
jaringan baru.

13. TM10XC : bekas konstruksi TM4 yang diubah menjadi TM10 karena ada penambahan
jaringan baru dan dilengkapi dengan fuse Cut Out

14. TM11 : konstruksi tiang akhir yang disambung dengan SKTM

15. TM12 : konstruksi TM1 yang disambung dengan SKTM


B. Konstruksi Jaringan Tegangan Rendah (JTR)

Beberapa jenis konstruksi jaringan tegangan rendah yang digunakan di wilayah kerja PT PLN
(Persero) UPJ genteng adalah sebagai berikut :

1. TR1 : digunakan untuk tarikan jaringan yang lurus dengan sudut 00 - 1500

2. TR1 : digunakan untuk tarikan jaringan yang lurus dengan sudut 00 - 150.

3. TR2 : digunakan untuk konstruksi jaringan belokan dengan sudut 250 - 900.

4. TR3 : digunakan untuk konstruksi tiang akhir

5. TR4 : digunakan untuk konstruksi tiang percabangan empat.

6. TR5 : digunakan untuk konstruksi tiang lurus dengan dua sisi tarikan kiri dan
kanan

7. TR6 : digunakan sebagai konstruksi tiang percabangan tiga dengan tarikan lurusnya
berupa TR1.

8. TR6A : digunakan sebagai konstruksi tiang percabangan tiga dengan tarikan lurusnya
berupa TR5.

9. TR7 : digunakan sebagai konstruksi sambungan antara Blunded conduktor dengan


AAAC

10. TR8 : digunakan sebagai konstruksi tarikan lurus dengan kawat A3C sebagai
penghantar (4 penghantar).

11. TR9 : digunakan sebagai konstruksi tarikan tiang akhir pada SUTR dengan kawat A3C
sebagai penghantar.

C. Konstruksi Gardu Trafo Distribusi

Gardu Distribusi berfungsi untuk mendistribusikan dan melayani energi / daya listrik ke
pelanggan dengan tegangan rendah 380 V / 220 V baik satu phasa maupun tiga phasa, disamping
itu digunakan juga untuk mengatur tegangan rendahnya sesuai dengan standard dari tegangan
nominal disamping itu pula gardu distribusi tersebut dipasang saklar dan alat pengaman arus
( fuse ) yang digunakan bila terjadi hubung singkat dijaringan, maka pengaman tersebut akan
putus. Stabilitas tegangan adalah tanggung jawab PLN untuk memepertahankan stabilitas
tegangan pelayanan kepada konsumen. Untuk standard PLN kita tentukan ( SPLN No.1 th 1985 )
yaitu + 5% dan 10% dari tegangan standard tegangan rendah.Konstruksi gardu trafo distribusi
yang digunakan di wilayah kerja APJ Bnayuwangi antara lain :
1. Gardu Trafo Tiang Portal

Gardu trafo tiang portal adalah gardu trafo distribusi yang menggunakan konstruksi 2 tiang
sebagai penyangga.

2. Gardu Trafo Tiang cantol

Gardu trafo tiang cantol adalah gardu trafo distribusi yang menggunakan konstruksi 1 tiang
sebagai penyangga, baik untuk trafo kotak maupun trafo tabung.

3. Gardu Konvensional

Gardu konvensional adalah gardu trafo yang dibangun di dalam satu ruang (bangunan) sendiri
(indoor), pada umumnya trafo tersebut digunakan untuk pelanggan berdaya besar.

D. Sistem Proteksi Jaringan Tegangan Menengah (JTM)

Jaringan distribusi berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik ke pihak pelanggan. Karena
fungsinya tersebut maka keandalan menjadi sangat penting dan untuk itujaringan distribusi perlu
dilengkapi dengan alat pengaman (proteksi).

Ada tiga fungsi sistem pengaman (proteksi) dalam jaringan distribusi yaitu :

1. Mencegah atau membatasi kerusakan pada jaringan beserta peralatannya dari akibat adanya
gangguan listrik

2. Menjaga keselamatan umum dari akibat gangguan listrik

3. Meningkatkan kelangsungan pelayanan tenaga listrik kepada konsumen

Persyaratan yang harus dimiliki oleh alat pengaman atau sistem pengaman antara lain :

a. Sensitifitas (kepekaan)

Suatu pengaman harus cukup sensitif dan bisa mendeteksi adanya gangguan yang terjdi didaerah
pengamanannya dan bila perlu mentripkan PMT atau pelebur untuk memisahkan bagian yang
terganggu dengan bagian yang sehat.

b. Selektifitas (ketelitian)

Selektifitas dari pengaman adalah kwalitas kecermatan dalam mengamankan sistem oleh adanya
gangguan diusahakan seminimal munkin.

c. Keandalan (Realibilitas)
Dalam kondisi normal pengaman tidak boleh bekerja tetapi harus pasti dapat bekerja bila
diperlikan da n tidak boleh gagal atau salah bekerja.

d. Kecepatan (Speed)

Makin cepat pengaman bekerja tidak hanya dapat memperkecil kerusakan tetapi juga dapat
memperkecil kemungkinan meluasnya akibat-akibat yang ditimbulkan oleh gangguan.
Pada Jaringan Tegangan Menengah (JTM) peralatan proteksi yang digunakan antara lain :

1. Fuse Cut Out (FCO)

Fuse Cut Out merupakan sebuah alat pemutus rangkaian listrik yang berbeban pada jaringan
distribusi yang bekerja dengan cara meleburkan bagian dari konponennya (fuse link) yang telah
dirancang khusus dan disesuaikan ukurannya. Pelengkapan fuse ini terdiri dari sebuah rumah
fuse (fuse support), pemegang fuse (fuse holder) dan fuselink sebagai pisau pemisahnya. Fuse
Cut Out ini biasanya dipasang pada gardu distribusi dan tiap percabangan atau anak cabangnya
jaringan (sub branh).

Tipe Fuse link

Untuk tipe fuse link dibedakan menjadi 3 yaitu tipe K, T, dan H. Perbedaan tipe fuse link ini
bedasarkan pada kecepatan memutuskan jaringan listrik yang berbeban apabila terjadi ganggaun.
Tipe K untuk menyatakan waktu kerja lebih cepat dan tipe T untuk menyatakan waktu kerja
lebih lambat sedangkan tipe H berdasarkan surja petir. Di APJ Banyuwangi dan di wilayah PT
PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur pada umumnya menggunakan fue link tipe K. Hal ini
dilakukan guna melindungi peralatan distribusi agar tidak cepat rusak dan umurnya lebih
panjang.

2. Relai Arus Lebih

Relai arus lebih adalah suatu relai yang bekerja berdasarkan danya kenaikan nili arus dan waktu
setingnya. Relai arus lebih ini berfungsi sebagai proteksi terhadap gangguan hubung singkat,
baik hubung singkat antar fasa (OCR = Over Current Relay) maupun fasa ke tanah (DGR =
Direct Ground Relay). Berdasarkan karakteristik waktu kerjanya relai arus lebih dapat dibagi
menjadi :

a) Relai arus lebih seketika (instanstaneous over current relay)

b) Relai arus lebih dengan tunda waktu tertentu (definite time over current relay)

c) Relai arus lebih dengan tunda waktu terbalik (inverse time over current relay)
3. Arrester

Arrester adalah alat untuk melindungi isolasi atau peralatan listrik terhadap tegangan lebih yang
diakibatkan oleh sambaran petir atau tegangan transient yang tinggi dari suatu penyambungan
atau pemutusan rangkaian ( sirkuit ), dengan jalan mengalirkan arus denyut ( surge current ) serta
membatasi berlangsungnya arus ikutan ( follow current ) serta mengembalikan keadaan jaringan
jaringan ke keadaan semula tanpa mengganggu sistem.

Prinsip kerja arrester Bila terjadi tegangan lebih pada jaringan, arrester bekerja dengan
mengalirkan arus surja (surge current) ketanah, kemudian setelah tegangan normal kembali,
arrester tersebut segera memutus arus yang mengikuti kemudian (follow current).

Arrester ditempatkan pada tiap-tiap penghantar baik pada trafo tiga fasa maupun satu fasa untuk
sistem Y ditanahkan bisa juga dipasang pada jaringan yang rawan petir. Tegangan pada arrester
adalah tegangan fasa-fasa jika salah satu penghantar mengalami gangguan fasa ke tanah dan
arrester tetap harus dipasang tiap fasa. Untuk trafo satu fasa juga memerlukan arrester pada tiap
kawat fasa di sisi primer.

1. PBO (Penutup Balik Otomatis)

PBO di gunakan sebagai pengaman gangguan temporer dan juga untuk membatasi luas daerah
yang padam akibat gangguan (lokalisir gangguan). Alat ini dipasang di jaringan utama SUTM,
salah satunya yaitu Recloser. Prinsip kerja Recloser adalah apabila terjadi gangguan pada
jaringan di belakang pemasangan recloser maka gangguan tersebut tidak sampai mengakibatkan
trip PMT (penyulang trip) dengan catatan setting relay dan waktunya lebih kecil dari setting
relay di gardu induk.

2. Saklar Seksi Otomatis (SSO)

Alat ini mempunyai fungsi yang sama dengan PBO yaitu untuk pengaman gangguan temporer
dan juga membatasi luas daerah yang padam akibat gangguan (lokalisir gangguan), contoh
peralatan ini adalah AVS (Automatic Vaccum Switch) dengan peredam busur api gas SF6. Alat
ini bekerja berdasarkan setting waktu tegangan yang masuk dan juga setting hitungan (counter)
bekerjanya alat ini. Di wilayah kerja APJ Banyuwangi AVS dioperasikan secara manual karena
komponen peralatannya ada yang rusak, jadi dalam pengoperasiaannya (open - close) dilakukan
oleh petugas secara manual. Selain AVS ada juga LBS (Load Break Switch) yaitu saklar SUTM
yang digunakan untuk membuka dan menutup jaringan apabila terjadi gangguan (lokalisir
gangguan) dan juga untuk melakukan manuver jaringan.

3. Ground Wire

Sama halnya dengan Arrester alat ini digunakan sebagai pengaman jaringan apabila terjadi
sambaran petir. Tetapi dalam konstruksi pemasangannya berbeda dengan arrester. Ground wire di
pasang di ujung atas tiang SUTM kemudian dihubungkan dengan konduktor pada tiang yang
kemudian ditanam ke tanah menggunakan elektoda pembumian. Hal ini dimaksudkan apabila
ada sambaran petir tidak mengenai jaringan SUTM karena pemasangannya di ujung atas tiang
dan pembumiannya lebih efektif karena dipasang pada tiap tiang.

D. Pengoprasian dan Pemeliharaan Jaringan Distribusi

Pengoperasian jaringan distribusi adalah segala kegiatan yang mencakup mengatur, membagi,
memindahkan dan menyalurkan listrik kepada konsumen secepat mungkin serta menjamin
terhadap kelangsungan penyaluran / pelayanan. Adapun faktor faktor yang mempengaruhi
kelangsungan pelayanan adalah:

Adanya pekerjaan jaringan

Kecepatan dalam mengisolasi gangguan dan manuver beban

Ketahanan peralatan terhadap tegangan lebih, hubung singkat dan pembebanan.

1. Tujuan Pengoperasian Jaringan Distribusi

Tujuan pengoperasian jaringan distribusi adalah untuk memberikan kelangsungan dan


kontinuitas (keandalan) penyaluran dengan tegangan dan frekuensi yang stabil, biaya
pengoperasian yang efisien, keamanan dan keselamatan konsumen serta masyarakat pada
umumnya terjamin sehingga mutu listrik dan kepuasan pelanggan tetap terjaga.

2. Prosedur Pengoperasian Jaringan Distribusi

Ada dua macam jaringan distribusi yang dioperasikan :

a) Jaringan baru

b) Jaringan lama yang padam atau dipadamkan

Pengoperasian jaringan distribusi baru meliputi :

Jaringan dinyatakan layak / baik (konstruksi, material konstruksi dan kualitas material sesuai
standart atau tidak)

Penyulang dan sumber tenaga mampu

Daerah yang dilayani diketahui (aman, beban, daerah yang dilayani dan peralatan yang
terpasang).

Pelaksanaan fisik pengoperasian (pengukuran jaringan dengan megger dan pengukuran


tahanan pembumian (maksimal 5 ohm) )

Pengoperasian jaringan lama yang padam atau dipadamkan meliputi :


Telah diterima laporan resmi bahwa jaringan telah diperbaiki dan perbaikan telah diuji dan
petugas dalam posisi aman

Bila ada penambahan beban (baru) dapat dilayani oleh sumber tenaga yang tersedia

Pelaksanaan fisik pengoperasian (pengukuran jaringan dengan megger dan pengukuran


tahanan pembumian (maksimal 5 ohm) )

3. Tujuan Pemeliharaan

Agar instalasi jaringan Distribusi Beroperasi dengan :

Aman (safe) bagi manusia dan lingkungannya.

Andal (reable)

Kesiapan (avaibility) tinggi

Unjuk kerja (performance) baik.

Umur (live time) sesuai desain

Waktu pemeliharaan (down time) efektif.

Biaya pemeliharaan (cost) efisien / ekonomis.

4. Macam macam pemeliharaan

Berdasarkan waktu pelaksanaan :

Pemeliharaan terencana (planed maintenance) preventif dan korektif.

Preventif dan tidak direncanakan (unplaned maintenance)

Berdasarkan Metodenya :

Pemeliharaan berdasarkan waktu (time base maintenance)

Pemeliharaan berdasarkan kondisi (on condition base maintenance)

Pemeliharaan darurat / khusus (brak down maintenance)


5. Pemeliharaan Preventif

Pemeliharaan preventif adalah pemeliharaan untuk mencegah terjadinya kerusakan peralatan


yang lebih parah dan untuk mempertahankan unjuk kerja jaringan agar tetap beroperasi dengan
keandalan dan efisiensi tinggi. Kegiatan pokok pemeliharaan preventif ditentukan berdasarkan
perioda / waktu dan kondisi peralatan. Kegiatan pemeliharaan preventif bisa berupa pemeriksaan
, pemeliharaan, perbaikan peralatan, penggantian sampai pada perubahan atau penyempurnaan
jaringan. Lingkup kegiatan pemeliharaan preventif antara lain :

a) Pemeriksaan rutin

b) Pemeliharaan rutin

c) Pemeriksaan prediktif

d) Perbaikan / penggantian peralatan

e) Perubahan / penyempurnaan jaringan.

6. Pemeriksaan Rutin

Pemeriksaan jaringan secara visual (inspeksi) untuk kemudian diikuti dengan


melaksanakan pekerjaan pemeliharaan sesuai dengan saran / usulan dari hasil inspeksi antara lain
adalah perbaikan, penggantian, pembersihan, peneraan, atau pengetesan peralatan jaringan.
Contoh pemeriksaan rutin antara lain :

Inspeksi Jaringan SUTM : memeriksa dan melaporkan keadaan tiang, braket, cross arm,
pentanahan, penghantar, isolator, cut out, arester, LBS dll.

Inspeksi gardu distribusi : memeriksa dan melaporkan keadaan inspeksi gardu distribusi :
ruang gardu, kubikel, trafo, panel TR, terminal, Sepatu kabel dll.

Inspeksi jaringan SUTR : memeriksa dan melaporkan keadaan tiang, hantaran, terminal out
door, konektor hantaran dll.

7. Pemeliharaan rutin

Pekerjaan pemeliharaan yang dilakukan secara berkala dan terus menerus untuk
mempertahankan kondisi peralatan jaringan agar tetap berada dalam kondisi baik dan prima.
Contoh pemeliharaan rutin antara lain :

Pengecatan tiang pada SUM dan SUTR.

Pemotongan ranting / dahan pada pohon yang mendekati jaringan


Pengecatan jembatan kabel

Pengecatan bangunan gardu sipil

Revisi instalasi gardu distribusi dan gardu hubung

Revisi instalasi 20 KV Gardu Induk.

8. Pemeriksaan Prediktif

Sistem pemeliharaan yang berbasis kondisi (condition base maintenance) dengan cara
memonitor kondisi peralatan / jaringan secara on line maupun off line. Contoh pemeriksaan rutin
antara lain :

Pemeriksaan instalasi dengan infrared / thermo vision.

Pemeriksaan partial discharge pada terminal indoor penyulang 20 KV di gardu induk / gardu
hubung.

Pengukuran beban pada trafo distribusi

Pengukuran beban jurusan pada PHB TR gardu Distribusi.

Pengukuran tegangan ujung pada JTR

Tes trip pada PMT Penyulang 20 KV di gardu Induk dll

9. Pemeliharaan Khusus / Darurat

Pekerjaan pemeliharaan untuk memperbaiki jaringan distribusi yang rusak akibat Force
Mayeur seperti : bencana alam, kebakaran, huru hara dll. Contoh pemeriksaan rutin antara lain :

Perbaikan / penggantian JTR yang rusak akibat kebakaran

Perbaikan / penggantian instalasi gardu yang rusak akibat banjir.

Perbaikan / penggantian JTR / SUTM maupun gardu distribusi yang rusak akibat huru hara
F. Jenis Jenis Pemeliharaan

1. Pemeliharaan SUTM

Pemeliharaan SUTM (Saluran Udara Tegangan Menengah) meliputi :

Pondasi

Tiang

Cross arm

Arm tie dan arm tie band

Isolator tumpu / isolator tarik

Arester

Grounding arrester

Konduktor

Join dan jumper (connector)

Guy wire

2. Pemeliharaan GTT

Pemeliharaan GTT meliputi :

Pengecekan fisik trafo tiap 6 bulan sekali

Pemeriksaan minyak trafo dan sampling minyak trafo untuk di tes

Pemeiksaan paking dan baut pengikat

Pemeriksaan pembersihan bushing TM dan bushing TR

Pemeriksaan kran trafo jika ada

Pemeriksaan semua terminal penghubung.

Tes kondisi tegangan pada masing masing fasa

Membersihkan semua terminal penghubung dari kotoran.


Membersihkan LV Panel (PHB TR) dari debu dan kotoran yang melekat

Membersihkan NH Fuse dan mengoleskan vaselin

Tes pembumian atau grounding

3. Pemeliharaan SUTR

Pemeliharaan SUTR meliputi :

Pondasi

Tiang

Cross arm

Arm tie dan arm tie band

Isolator tumpu dan isolator tarik

Konduktor

Suspension / strain clamp

Konektor

Grounding ujung line netral

F. SOP (standing operation prosedure) Operasi Sistem Distribusi

1. Pengertian

SOP (Standing Operation Prosedure) adalah prosedure yang dibuat berdasarkan kesepakatan /
ketentuan yang harus dipatuhi oleh seseorang atau tim untuk melaksanakan tugas / fungsinya
agar mendapatkan hasil yang optimal dan untuk mengantisipasi kesalahan manuver, kerusakan
peralatan dan kecelakaan manusia. Yang dimaksud SOP disini adalah SOP dalam melakukan
pengoperasian sistem jaringan distribusi dan peralatan berikut petugasnya, terdiri dari :

1. SOP sistem jaringan distribusi

2. SOP komunikasi dan

3. SOP lokal jaringan distribusi


2. SOP Sistem Jaringan Distribusi

SOP jaringan distribusi adalah aturan atau pedoman bagi operator / teknisi untuk
melaksanakan tugasnya dalam melakukan pengawasan dan pengoperasian instalasi jaringan
distribusi pada kondisi normal, kondisi gangguan, kondisi pemulihan dan kondisi daruarat. SOP
Sistem Jaringan Distribusi dibuat dengan memperhatikan kemampuan peralatan yang terpasang
dan konfigurasi serta fungsi jaringan distribusi. Di dalam SOP Sistem Jaringan Distribusi
terdapat panduan pada beberapa kondisi, yaitu :

a) . SOP Kondisi Normal

Operator / teknisi melakukan pengawasan / mensupervisi jaringan distribusi dan melaksanakan


perintah dispatcher / APD untuk manuver perbaikan sistem maupun pemeliharaan jaringan
distribusi serta kebutuhan lainnya.

b) SOP Kondisi Gangguan :

Operator / teknisi melakukan tindakan seperti :

Periksa dan pastikan bahwa penunjukan kV meter sudah menunjuk 0 (nol) kV untuk JTM

Periksa dan yakinkan serta catat jika ada PMT yang trip di GI maupun Gardu Hubung (GH)
dan kelainan kelainan yang terjadi.

Periksa dan catat semua indikator yang muncul pada panel kontrol di GI atau GH kemudian
direset

Laporkan kepada Dispatcher APD

Laporkan kepada Piket APJ / Cabang

c) SOP Kondisi Pemulihan

Operator / teknisi melakukan tindakan manuver atas perintah Dispatcher kemudian


melaporkannya

d) SOP Kondisi Darurat

Tindakan operator / teknisi jaringan distribusi membebaskan peralatan dari tegangan,


sehubungan dengan kondisi setempat seperti : banjir, kebakaran, huru hara atau kondisi yang
dianggap bahaya oleh operator / teknisi jaringan distribusi, selanjutnya operator / teknisi jaringan
distribusi harus melaporkan kejadian tersebut pada dispatcher APD dan piket APJ

e) SOP Pengoperasian Jaringan Distribusi / Instalasi Baru


Di dalam mengoperasikan jaringan distribusi atau instalasi baru ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, antara lain :

Peralatan jaringan distribusi / instalasi baru yang sesuai dengan standar yang telah ditentukan
oleh PLN

Buku SOP sistem jaringan distribusi yang berlaku dan telah disepakati

Penerapan setting sesuai dengan hasil perhitungan dari petugas yang diberi wewenang oleh
pejabat terkait

Telah terbit pernyataan laik bertegangan / operasi dari pejabat yang berwenang

Telah dinyatakan siap operasi oleh manager APJ

Skenario / panduan manuver yang telah dibuat.

f) SOP Manuver Pembebasan Tegangan Untuk Pekerjaan Pemeliharaan

Didalam melakukan manuver pembebasan / penormalan peralatan jaringan distribusi karena


ada pekerjaan pemeliharaan harus berkoordinasi terlebih dahulu dengan pengawas jaringan dan
yang perlu diperhatikan antara lain :

Ijin kerja yang sudah disetujui oleh APD atau APJ

Diwajibkan membaca / mempelajari serta memahami SOP Manuver Pembebasan dan


pemberian tegangan.

Membaca dan memahami dokumen keselamatan kerja

Menyiapkan peralatan untuk melaksanakan maneuver

Menyiapkan tanda atau rambu rambu untuk pengaman

Pemberitahuan dan ijin kepada dispatcher APD dan piket APJ tentang pelaksanaan
pemeliharaan, bahwa pekerjaan siap dimulai dan minta untuk instalasi yang dipelihara agar
dibebaskan dari tegangan

Menunggu perintah dispatcher APD

Melaksanakan perintah dispatcher APD (APJ). Pada kondisi tertentu, atas perintah dispatcher
APD harus dilepas oleh operator / teknisi / teknisi jaringan distribusi

Menginformasikan ke APD (APJ) bahwa perintah tersebut telah dilaksanakan dengan baik
dan aman.
Memasukkan PMS pentanahan / membumikan jaringan tersebut dan memasang rambu
rambu tanda bahaya.

g) SOP Manuver Penormalan Setelah Pekerjaan Pemeliharaan


Melaksanakan pembukaan PMS pentanahan / pembumian

Lapor ke dispatcher APD (APJ) bahwa pekerjaan sudah selesai dengan melaporkan status
PMS tanah / pembumian

Melaksanakan dan mencatat perintah dispatcher APD (APJ)

Kondisi normal PMT 20 KV dimasukkan oleh Dispatcher atau oleh operator / teknisi
jaringan

Setelah peralatan bertegangan kembali, periksa semua indikator, meter dan relai apakah
dalam keadaan normal.

h) Pembebasan Instalasi Gardu Trafo Tiang (GTT)

SOP Urutan Pembebasan Instalasi dan Tegangan :

Fuse line dibuka oleh operator / teknisi

PMS / saklar utama oleh operator / teknisi jaringan distribusi

CO dibuka oleh operator / teknisi

PMS tanah / grounding dimasukkan oleh operator / teknisi jaringan distribusi

SOP Urutan Pemberian Tegangan Pada Instalasi

PMS tanah / grounding dilepas oleh operator / teknisi jaringan distribusi

CO dimasukkan oleh operator / teknisi jaringan distribusi

PMS / saklar utama dimasukkan oleh operator / teknisi jaringan distribusi

Fuse line dibuka oleh operator / teknisi

G. SOP Komunikasi

Di dalam pengendalian sistem tenaga listrik terdapat sarana bantu yang sangat dibutuhkan
yaitu saran komunikasi. Untuk itu agar tujuan pengoperasian sistem tenaga listrik yang handal,
ekonomis dan mutu yang baik diperlukan sistem komunikasi yang baik pula.
Sarana komunikasi yang dipergunakan tersebut antara lain :

a) Radio Transceiver : adalah sarana komunikasi yang menggunakan media udara dan
mempunyai sifat CONFRENCE artinya salah satu bicara menggunakan Radio, maka akan dapat
didengar oleh semua operator / teknisi jaringan distribusi (TM) dan dispatcher APD (sesuai
frekuensi yang digunakan masing masing region).

b) Power Line Carier Telephone (PLCT) : adalah sarana komunikasi telephone yang
menggunakan saluran udara tegangan tinggi 150 KV dan 70 KV sebagai media komunikasi

c) Fiber optik : adalah merupakan sarana komunikasi telephone dengan menggunakan media
kabel fiber optik yang terbentang pada saluran transmisi 500 KV dan 150 KV

d) Telephone umum (PT TELKOM)

Di dalam bekomunikasi ada batas batas tertentu yang harus dipatuhi dan dilaksanakan
dengan etika komunikasi yang menyangkut tata tertib dan sopan santun. Adapun yang dimaksud
dengan etika komunikasi adalah jika anda menerima telepon maka sebutkan nama atau tempat
anda berada dan kemudian tanyakan dari mana dan atau tanyakan keperluannya. Akan tetapi jika
anda mengirim, kenalkan terlebih dahulu dengan menyebutkan nama dan kesatuan anda, dan
selanjutnya tanyakan siapa lawan bicara kemudian baru membicarakan maksud dan tujuan anda
menghubungi seseorang / tempat dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti secara
santun.

H. SOP Lokal Jaringan Distribusi

SOP Lokal jaringan distribusi adalah aturan atau pedoman bagi operator / teknisi untuk
melaksanakan tugasnya dalam melaksanakan pengawasan dan pengoperasian peralatan bantu di
jaringan distribusi pada kondisi normal, gangguan maupun pemeliharaan.

Adapun materi yang sangat mendasar dan harus dipahami / dimengerti oleh setiap operator /
teknisi jaringan distribusi adalah pembacaan dan pengertian anouncator pada panel kontrol dan
panel proteksi, sedangkan untuk aturan atau pedoman / panduan pengoperasian, pemeliharaan
dan perbaikan setiap peralatan di jaringan distribusi mengacu pada Buku Manual Jaringan
Distribusi (SOP Lokal).

Apabila anounciator pada panel kontrol atau indikator proteksi bekrja / muncul bunyi alarm,
tugas daripada operator / teknisi jaringan distribusi adalah :

Mematikan bunyi bell / klakson (kalau ada)

Memeriksa dan mencatat anouncator pada panel kontrol atau indikator proteksi pada panel
yang bekerja / muncul
Mereset anounciator pada panel kontrol atau indikator proteksi yang bekerja / muncul

Melaporkan anounciator pada panel kontrol atau indikator proteksi bekerja / muncul ke
dispatcher APD / APJ piket penanggung jawab jaringan distribusi

Anda mungkin juga menyukai