Anda di halaman 1dari 161

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan adalah keadaan sempurna baik fisik, mental, maupun


social, tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat (WHO). Untuk mencapai
tingkat kesehatan yang optimal diperlukan upaya kesehatan. Upaya
kesehatan adalah setiap kegiatan guna memelihara dan meningkatkan
kesehatan yang dilakukan oleh masyarakat maupun pemerintah. Untuk
mewujudkan kesehatan tersebut dapat dilihat dari 2 aspek yaitu :
pemeliharaan kesehatan dan peningkatan kesehatan. Pemeliharaan kesehatan
mencakup 2 aspek yaitu: kuratif (pengobatan penyakit) dan rehabilitatif
(pemulihan kesehatan setelah sembuh dari sakit atau cacat) sedangkan
peningkatan kesehatan mencakup 2 aspek yaitu: promotif (peningkatan
kesehatan) dan preventif (pencegahan penyakit).

Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah suatu organisasi


kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan
masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat di samping memberikan
pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya
dalam bentuk kegiatan pokok. Menurut Depkes RI (2004) puskesmas merupakan
unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerja (Effendi, 2009).
Penyakit berbasis lingkungan adalah ilmu yang mempelajari proses
kejadian atau fenomena penyakit yang terjadi pada sebuah kelompok masyarakat
yang berhubungan, berakar (bounded) atau memiliki keterkaitan erat dengan satu
atau lebih komponen lingkungan pada sebuah ruang dalam mana masyarakat

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 1


tersebut bertempat tinggal atau beraktivitas dalam jangka waktu tertentu. Penyakit
tersebut bisa dicegah atau dikendalikan, kalau kondisi lingkungan yang
berhubungan atau diduga berhubungan dengan penyakit tersebut dihilangkan
(Achmadi, 2013).
Klinik sanitasi merupakan wahana untuk mengatasi masalah kesehatan
masyarakat melalui upaya terintegrasi kesehatahn lingkungan-pemberantasan
penyakit dengan bimbingan, penyuluhan dan bantuan teknis dari petugas
puskesmas. Klinik sanitasi bukan sebagai unit pelayanan yang berdiri sendiri,
tetapi sebagai bagian dari kegiatan puskesmas. Bekerja sama dengan program
yang lain dari sektor terkait di wilayah kerja puskesmas.
Dalam rangka pencapaian penyakit berbasis lingkungan, pemberdayaan
masyarakat merupakan unsur penting yang tidak bisa diabaikan. Pemberdayaan
kesehatan di bidang kesehatan merupakan sasaran utama dari promosi kesehatan.
Masyarakat merupakan salah satu dari strategi global promosi kesehatan
pemberdayaan (empowerment) sehingga pemberdayaan masyarakat sangat
penting untuk dilakukan agar masyarakat sebagai primary target memiliki
kemauan dan kemampuan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan.

Sehubungan dengan hal tersebut maka pelayanan kesehatan di masyarakat


perlu terus ditingkatkan baik yang bersifat kuratif maupun promotif dan preventif
serta rehabilitatif. Hal ini sejalan dengan misi Departemen kesehatan. yaitu
membuat rakyat sehat dan strategi utamanya antara lain Menggerakan dan
memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat dan Meningkatkan akses
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas.

Selain itu upaya menelaah masalah kesehatan lingkungan dengan


menggunakan pendekatan sistem merupakan suatu cara untuk melihat masalah
kesehatan lingkungan dari segala aspek yang berpengaruh terhadap kondisi
lingkungan yang sehat. Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat
kompleks, oleh karena itu diperlukannya pemecahan masalah kesehatan

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 2


masyarakat, tidak hanya dilihat dari aspek kesehatannya sendiri, tapi harus dilihat
dari seluruh segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah sehat-sakit atau
kesehatan tersebut. Menurut Hendrik L.Bloom ada 4 faktor yang mempengaruhi
kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan masyarakat, yaitu
keturunan, lingkungan, perilaku, dan pelayanan kesehatan. Selain itu masalah
kesehatan lingkungan dipengaruhi oleh sistem management dan prosesnya.
Dalam upaya menjaga keseimbangan lingkungan dan manusia
diperlukannya sistem manajemen lingkungan dalam puskesmas. Sebagai upaya
mewujudkan pelayanan kesehatan yang peduli dengan lingkungan dibutuhkan
upaya nyata untuk melakukan hal tersebut melalui manajemen lingkungan yang
handal, efektif, terdokumentasi. Sistem manajemen lingkungan ini mengacu pada
standar ISO 14001: 2004, hal ini perlu dukungan dari semua pihak didalam
organisasi.
Pengelolaan lingkungan dengan unsur manajemen di dalamnya disebut
sebagai Sistem Manajemen Lingkungan. Konsep ini lahir atas dasar
meningkatnya tuntutan masyarakat akan kesadaran lingkungan global. Sistem
Manajemen Lingkungan diadopsi oleh oleh International Organization for
Standardization (ISO) sebagai salah satu sertifikasi internasional di bidang
pengelolaan lingkungan (Adisasmito, 2008).
Penerapan manajemen puskesmas merupakan proses dalam rangkaian
kegiatan yang dilaksanakan secara sistematis untuk mencapai tujuan puskesmas
(Kemenkes, 2012). Manajemen puskesmas terdiri dari perencanaan, pelaksanaan dan
pengendalian, serta pengawasan dan pertanggungjawaban.
Pelaksanaan program kesehatan lingkungan dengan menggunakan
pendekatan sistem merupakan suatu usaha memecahkan dan mengatasi suatu
masalah kesehatan lingkungan di suatu kawasan seperti pemukiman, industri,
pedesaan, maupun perkotaan. Oleh karena itu, agar keadaan kondisi lingkungan
yang dihasilkan lebih baik atau tidak menjadi sumber penularan penyakit, maka
harus dilakukan kegiatan atau langkah untuk memecahkan masalah kesehatan

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 3


lingkungan sehingga selanjutnya dapat dihasilkan suatu keluaran (output) yang
sesuai.
Atas dasar tersebut di atas, dalam rangka meningkatkan kualitas proses
belajar, maka jurusan kesehatan lingkungan poltekkes kemenkes bandung perlu
melakukan kerjasama dengan tempat kegiatan praktek lapangan untuk membantu
mahasiswa dalam mencapai tujuan pembelajarannya. Kegiatan Praktek Belajar
Lapangan di Puskesmas merupakan suatu kegiatan yang tepat dalam
memperkenalkan, melatih, dan meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam
hal pelayanan kesehatan masyarakat dan juga untuk mengetahui masalah-
masalah kesehatan yang terdapat di Puskesmas Plumbon

1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum

Mahasiswa dapat mengetahui penerapan kegiatan-kegiatan pokok


kesehatan lingkungan di lingkup Puskesmas , mengetahui penerapan klinik
sanitasi di Puskesmas, mengetahui cara melakukan identifikasi kondisi
permasalahan kesehatan lingkungan di Puskesmas, mengetahui kondisi nyata
kesehatan lingkungan di Puskesmas.

2. Tujuan Khusus

a. Klinik Sanitasi :
a) Mahasiswa mampu mengkonstruksikan faktor risiko dari penyakit
berbasis lingkungan yang diderita oleh masyarakat yang berkunjung
ke Puskesmas.
b) Mahasiswa mampu melakukan konseling terhadap penderita/kasus
yang berkunjung ke Puskesmas.
c) Mahasiswa mampu mengembangkan investigasi pada tempat tinggal
penderita/kasus penyakit berbasis kesehatan lingkungan.

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 4


d) Mahasiswa mampu mengembangkan investigasi pada tempat tinggal
penderita/kasus yang mempunyai masalah kesehatan lingkungan.
e) Mahasiswa mampu mengembangkan pengolahan data penderita/kasus
berdasar hasil investigasi.
f) Mahasiswa mampu mengembangkan analisis data hasil investigasi
penderita/kasus terhadap masalah kesehatan lingkungan.
g) Mahasiswa mampu merancang dan mengelola intervensi terhadap
masalah kesehatan lingkungan yang ada di masyarakat.
h) Mahasiswa mampu merancang dan mengelola kerja sama lintas sektor
dalam mengatasi masalah kesehatan lingkungan yang ada di
masyarakat.
b. Administrasi dan Manajemen Kesehatan Lingkungan

a) Mengetahui prioritas sanitasi dasar di lingkungan wilayah Kerja


Puskesmas Plumbon.

b) Mengetahui alternatif penyelesaian permasalahan wilayah Kerja


Puskesmas Plumbon.

c) Membuat Planning of Action mengenai permasalahan wilayah Kerja


Puskesmas Plumbon.
c. Pemberdayaan Masyarakat
a) Memahami pengertian, tujuan dan ruang lingkup promosi kesehatan
b) Memahami kebijakan dan strategi promosi kesehatan lingkungan
c) Menggunakan metode promosi kesehatan
d) Mengguanakan konsep dasar desa dan pemberdayaan masyarakat di
bidang kesehatan
e) Menggunakan prinsip pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan
lingkungan

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 5


f) Menggunakan prinsip fasilitasi pengembangan desa dan kelurahan
siaga aktif
g) Melakukan prinsip fasilitasi pembinaan desa dan kelurahan siaga aktif
h) Melakuakn prinsip komunikasi dan advokasi
i) Melakukan emberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan
perubahan perilaku secara kolektif dan berkelanjutan
j) Melakukan prinsip sanitasi total berbasis masyarakat (STBM)
d. Sistem Manajemen Lingkungan
a) Mengetahui gambaran keadaan Puskesmas Plumbon Kabupaten
Indramayu
b) Mengetahui analisis SWOT di Puskesmas Plumbon
c) Mengetahui gambaran sistem manajemen lingkungan di Puskesmas
Plumbon Kabupaten Indramayu
d) Mengetahui kegiatan perencanaan sistem manajemen lingkungan di
Puskesmas Plumbon Kabupaten Indramayu
e) Mengetahui kegiatan implementasi sistem manajemen lingkungan di
Puskesmas Plumbon Kabupaten Indramayu
f) Mengetahui kegiatan evaluasi dari implementasi sistem manajemen
lingkungan di Puskesmas Plumbon Kabupaten Indramayu
1.3. Manfaat
Dengan adanya kegiatan PBL yang dilakukan di Puskesmas Plumbon,
maka terdapat beberapa manfaat bagi beberapa pihak diantaranya bagi:

1.3.1. Mahasiswa

a. Mahasiswa dapat melakukan identifikasi permasalahan sanitasi


dasar disuatu wilayad dan mampu membuat alternatif
penyelesaian masalah sanitasi dasar di wilayah Kerja Puskesmas
Plumbon.

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 6


b. Mengimplementasikan ilmu secara langsung di lingkungan Pusat
Kesehatan Masyarakat dan mengembangkan kemampuan
mahasiswa untuk terjun langsung di lapangan.
c. Memberikan manfaat bagi peserta PBL dengan menambah
pengetahuan, wawasan, dan pengalaman kerja di Puskesmas
Plumbon
1.3.2. Institusi
a. Bahan kajian proses pembelajaran dalam mata kuliah semester 6.
b. Bahan masukan terhadap kesesuaian kurikulum dengan kualitas
para mahasiswa.
1.3.3. Puskesmas
a. Dapat mengatasi masalah masalah kesehatan utamanya
kesehatan lingkungan yang dapat mengganggu status kesehatan
masyarakat
b. Memberikan gambaran dan bahan evaluasi pelaksanaan program
puskesmas.

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 7


BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1. Klinik Sanitasi


2.1.1. Pengertian
Merupakan suatu upaya/kegiatan yang mengintegrasikan pelayanan
kesehatanantara promotif, preventif, dan kuratif yang difokuskan pada
penduduk yang beresikotinggi untuk mengatasi masalah penyakit berbasis
lingkungan dan masalah kesehatan lingkungan pemukiman yang
dilaksanakan oleh petugas puskesmas bersama masyarakat yang dapat
dilakukan secara pasif dan aktif di dalam dan di luarpuskesmas (Depkes
RI, 2005).
Kegiatan klinik sanitasi dilaksananakan di dalam gedung dan di luar
gedung Puskesmas (Depkes RI, 2005):
1) Dalam Gedung
Pasien (penderita penyakit berbasis lingkungan) dan Klien
(pengunjung bukan penyakit berbasis lingkungan). Semua pasien/klien
datang berobat ke puskesmas melalui prosedur pelayanan seperti:
mendaftar di loket, selanjutnya akan mendapat kartu status, diperiksa
oleh petugas medis/paramedis di puskesmas (dokter, bidang, perawat).
Apabila diketahui pasien/klien menderita penyakit berbasis lingkungan
maka yang bersangkutan dirujuk ke ruang klinik sanitasi. Pada ruang
klinik sanitasi pasien/klien diberikan penyuluhan dan bimbingan

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 8


teknis, petugas mewawancarai pasien tentang penyakit yang diderita
dikaitkan dengan masalah kesehatan lingkungan.
Selanjutnya hasil wawancara dicacat dalam Kartu Status
Kesehatan Lingkungan. Kemudian petugas klinik sanitasi melakukan
konseling tentang penyakit yang diderita pasien dalam hubungannya
dengan lingkungan. Petugas juga membuat janji dengan pasien dan
keluarganya apabila diperlukan untuk melakukan kunjungan rumah
untuk melihat langsung faktor resiko penyakit yang dialami pasien
tersebut.
2) Luar Gedung
Kunjungan rumah (sebagai tindak lanjut kunjungan
pasien/klien ke Puskesmas). Kunjungan rumah/lokasi dilakukan oleh
petugas dengan membawa hasil analisa keadaan lingkungan
pasien/klien klinik sanitasi yang merupakan lanjut dari kesepakatan
antara petugas klinik sanitasi dengan pasien/klien yang datang ke
Puskesmas. Kunjungan rumah ini untuk mempertajam sasarannya
karena pada saat kunjungan petugas telah memiliki data pasti adanya
sarana lingkungan bermasalah yang perlu diperiksa dan fakor-faktor
perilaku yang berperan besar dalam proses terjadinya masalah
kesehatan lingkungan dan penyakit berbasis lingkungan.
Pada kunjungan ke lapangan petugas klinik sanitasi mengajak
kader kesehatan/kesehatan lingkungan, kelompok pemakai air, PKK,
dan berkonsultasi/melibatkan LSM, perangkat desa, tokoh masyarakat,
dan pihak terkait lainnya. Dengan maksud agar masyarakat turut
berperan aktif memecahkan masalahkesehatan yang timbul di
lapangan mereka sendiri. Diharapkan jika suatu saat timbul masalah
penyakit berbasis lingkungan yang sejenis, mereka dapat
menyelesaikan sendiri masalah tersebut. Petugas klinik sanitasi

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 9


maupun petugas kesehatan lain yang mendampinginya dapat
memberikan penyuluhan kepada pasien/klien dan keluarganya serta
tetangga-tetanggga pasien tersebut. Pada kunjungan rumah tangga
petugas klinik sanitasi bekerjasama dengan lintasprogram dan lintas
sektor, apabila dibutuhkan perbaikan atau pembangunan sarana
sanitasi dasar dengan biaya besar, (seperti pembangunan sistem
perpiaaan) yang tidak terjangkau oleh masyarakat setempat, petugas
klinik sanitasi melalui puskesmas dapat mengusulkan kegiatan
tersebut kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk
ditindaklanjuti.
2.1.2. Penyakit Berbasis Lingkungan
Penyakit berbasis lingkungan adalah ilmu yang mempelajari proses
kejadian atau fenomena penyakit yang terjadi pada sebuah kelompok
masyarakat yang berhubungan, berakar (bounded) atau memiliki
keterkaitan erat dengan satu atau lebih komponen lingkungan pada sebuah
ruang dalam mana masyarakat tersebut bertempat tinggal atau beraktivitas
dalam jangka waktu tertentu. Penyakit tersebut bisa dicegah atau
dikendalikan, kalau kondisi lingkungan yang berhubungan atau diduga
berhubungan dengan penyakit tersebut dihilangkan (Achmadi, 2013).
2.1.2.1. Penyakit TB Paru

1. Pengertian Penyakit TB
Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit yang diketahui
banyak menginfeksi manusia yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis kompleks. Penyakit ini biasanya
menginfeksi paru. Transmisi penyakit biasanya melalaui saluran
nafas yaitu melalui droplet yang dihasilkan oleh pasien yang
terinfeksi TB paru (Mario dan Richard, 2005).
2. Faktor Risiko

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 10


Faktor risiko TB dibagi menjadi faktor host dan faktor
lingkungan:
a. Faktor host terdiri dari:
a) Kebiasaan dan paparan, seseorang yang merokok
memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terkena TB.
b) Status nutrisi, seseorang dengan berat badan kurang
memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terkena TB.
Vitamin D juga memiliki peran penting dalam aktivasi
makrofag dan membatasi pertumbuhan Mycobacterium.
Penurunan kadar vitamin D dalam serum akan
meningkatkan risiko terinfeksi TB.
c) Penyakit sistemik, pasien pasien dengan penyakit-penyakit
seperti keganasan, gagal ginjal, diabetes, ulkus peptikum
memiliki risiko untuk terkena TB.
d) Immunocompromised, seseorang yang terkena HIV
memiliki risiko untuk terkena TB primer ataupun
reaktifasi TB. Selain itu, pengguna obat-obatan seperti
kortikosteroid dan TNF-inhibitor juga memiliki risiko
untuk terkena TB.
e) Usia, di Amerika dan negara berkembang lainnya, kasus
TB lebih banyak terjadi pada orang tua daripada dewasa
muda dan anak-anak (Horsburgh, 2009).
b. Faktor lingkungan
Orang yang tinggal serumah dengan seorang penderita
TB akan berisiko untuk terkena TB. Selain itu orang yang
tinggal di lingkungan yang banyak terjadi kasus TB juga
memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena TB. Selain itu
sosioekonomi juga berpengaruh terhadap risiko untuk terkena

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 11


TB dimana sosioekonomi rendah memiliki risiko lebih tinggi
untuk terkena TB (Horsburgh, 2009).
Pada anak, faktor risiko terjadinya infeksi TB antara lain
adalah anak yang terpajan dengan orang dewasa dengan TB
aktif (kontak TB positif), daerah endemis, kemiskinan,
lingkungan yang tidak sehat (higiene dan sanitasi tidak baik),
dan tempat penampungan umum (panti asuhan, penjara, atau
panti perawatan lain), yang banyak terdapat pasien TB dewasa
aktif. Sumber infeksi TB pada anak yang terpenting adalah
pajanan terhadap orang dewasa yang infeksius, terutama dengan
Basil Tahan Asam (BTA) positif. Berarti bayi dari seorang ibu
dengan BTA sputum positif memiliki risiko tinggi terinfeksi TB.
Semakin erat bayi tersebut dengan ibunya, semakin besar pula
kemungkinan bayi tersebut terpajan percik renik (droplet nuclei)
yang infeksius (Kartasasmita, 2009).
2.1.2.2. Penyakit ISPA
1. Pengertian ISPA

Menurut WHO (2007), Infeksi Saluran Pernapasan Akut


(ISPA) didefinisikan sebagai penyakit saluran pernapasan akut
yang disebabkan oleh agen infeksius yang ditularkan dari
manusia ke manusia. Timbulnya gejala biasanya cepat, yaitu
dalam waktu beberapa jam sampai beberapa hari.
2. Faktor resiko
Faktor resiko timbulnya ISPA menurut Dharmage (2009) :
a. Faktor Demografi
Faktor demografi terdiri dari 3 aspek yaitu :
a) Jenis kelamin

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 12


Bila dibandingkan antara orang laki-laki dan
perempuan, laki-lakilah yang banyak terserang penyakit
ISPA karena mayoritas orang laki-laki merupakan perokok
dan sering berkendaraan, sehingga mereka sering terkena
polusi udara.
b) Usia
Anak balita dan ibu rumah tangga yang lebih banyak
terserang penyakit ISPA. Hal ini disebabkan karena
banyaknmya ibu rumah tangga yang memasak sambil
menggendong anaknya.
c) Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat
berpengaruh dalam kesehatan, karena lemahnya manajemen
kasus oleh petugas kesehatan serta pengetahuan yang kurang
di masyarakat akan gejala dan upaya penanggulangannya,
sehingga banyak kasus ISPA yang datang kesarana pelayanan
kesehatan sudah dalam keadaan berat karena kurang
mengerti bagaimana cara serta pencegahan agar tidak mudah
terserang penyakit ISPA.
b. Faktor Biologis
Faktor biologis terdiri dari 2 aspek yaitu (Notoatmodjo,
2007):
1. Status gizi
Menjaga status gizi yang baik, sebenarnya bisa juga
mencegah atau terhindar dari penyakit terutama penyakit
ISPA. Misal dengan mengkonsumsi makanan 4 sehat 5
sempurna dan memperbanyak minum air putih, olah raga
yang teratur serta istirahat yang cukup. Karena dengan

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 13


tubuh yang sehat maka kekebalan tubuh akan semakin
menigkat, sehingga dapat mencegah virus ( bakteri) yang
akan masuk kedalam tubuh.
2. Faktor rumah
Syarat-syarat rumah yang sehat (Suhandayani, 2007):
a. Bahan bangunan
1) Lantai
Ubin atau semen adalah baik. Syarat yang penting disini
adalah tidak berdebu pada musim kemarau dan tidak
basah pada musim hujan. Untuk memperoleh lantai tanah
yang padat (tidak berdebu) dapat ditempuh dengan
menyiram air kemudian dipadatkan dengan benda-benda
yang berat, dan dilakukan berkali-kali. Lantai yang basah
dan berdebu merupakan sarang penyakit gangguan
pernapasan.
2) Dinding
Tembok adalah baik, namun disamping mahal tembok
sebenarnya kurang cocok untuk daerah tropis, lebih-lebih
bila ventilasinya tidak cukup. Dinding rumah di daerah
tropis khususnya di pedesaan lebih baik dinding atau
papan. Sebab meskipun jendela tidak cukup, maka lubang-
lubang pada dinding atau papan tersebut dapat merupakan
ventilasi, dan dapat menambah penerangan alamiah.
3) Atap Genteng
Atap genteng adalah umum dipakai baik di daerah
perkotaan maupun pedesaan. Disamping atap genteng
cocok untuk daerah tropis, juga dapat terjangkau oleh
masyarakat dan bahkan masyarakat dapat membuatnya

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 14


sendiri. Namun demikian, banyak masyarakat pedesaan
yang tidak mampu untuk itu, maka atap daun rumbai atau
daun kelapa pun dapat dipertahankan. Atap seng ataupun
asbes tidak cocok untuk rumah pedesaan, di samping
mahal juga menimbulkan suhu panas didalam rumah.
4) Lain-lain (tiang, kaso dan reng)
Kayu untuk tiang, bambu untuk kaso dan reng adalah
umum di pedesaan. Menurut pengalaman bahan-bahan ini
tahan lama. Tapi perlu diperhatikan bahwa lubang-lubang
bambu merupakan sarang tikus yang baik. Untuk
menghindari ini cara memotongnya barus menurut ruas-
ruas bambu tersebut, maka lubang pada ujung-ujung
bambu yang digunakan untuk kaso tersebut ditutup
dengan kayu.
b. Ventilasi
Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi
pertama adalah untuk menjaga agar aliran udara di dalam
rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan
O2 yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap
terjaga. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan O2
(oksigen) didalam rumah yang berarti kadar CO2
(karbondioksida) yang bersifat racun bagi penghuninya
menjadi meningkat. Tidak cukupnya ventilasi akan
menyebabkan kelembaban udara didalam ruangan naik
karena terjadinya proses penguapan dari kulit dan
penyerapan. Kelembaban ini akan merupakan media yang
baik untuk bakteri-bakteri, patogen (bakteri-bakteri
penyebab penyakit)

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 15


c. Cahaya
Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang
cukup, tidak kurang dan tidak terlalu banyak. Kurangnya
cahaya yang masuk kedalam ruangan rumah, terutama
cahaya matahari di samping kurang nyaman, juga
merupakan media atau tempat yang baik untuk hidup dan
berkembangnya bibit-bibit penyakit. Sebaliknya terlalu
banyak cahaya didalam rumah akan menyebabkan silau,
dam akhirnya dapat merusakan mata.

c. Faktor Polusi
Adapun penyebab dari faktor polusi terdiri dari 2
aspek yaitu (Lamsidi,2003) :
1. Cerobong asap
Cerobong asap sering kita jumpai diperusahaan
atau pabrik-pabrik industri yang dibuat menjulang tinggi
ke atas (vertikal). Cerobong tersebut dibuat agar asap
bisa keluar ke atas terbawa oleh angin. Cerobong asap
sebaiknya dibuat horizontal tidak lagi vertikal, sebab gas
(asap) yang dibuang melalui cerobong horizontal dan
dialirkan ke bak air akan mudah larut. Setelah larut debu
halus dan asap mudah dipisahkan, sementara air yang
asam bisa dinetralkan oleh media Treated Natural
Zeolid (TNZ) yang sekaligus bisa menyerap racun dan
logam berat.
2. Kebiasaan merokok

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 16


Satu batang rokok dibakar maka akan
mengelurkan sekitar 4.000 bahan kimia seperti nikotin,
gas karbon monoksida, nitrogen oksida, hidrogen
cianida, ammonia, acrolein, acetilen, benzol dehide,
urethane, methanol, conmarin, 4-ethyl cathecol,
ortcresorperyline dan lainnya, sehingga di bahan kimia
tersebut akan beresiko terserang ISPA.
d. Faktor timbulnya penyakit
Faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit
menurut Bloom dikutip dari Effendy (2004) menyebutkan
bahwa lingkungan merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, sehat atau
tidaknya lingkungan kesehatan, individu, keluarga dan
masyarakat sangat tergantung pada perilaku manusia itu
sendiri. Disamping itu, derajat kesehatan juga dipengaruhi
oleh lingkungan, misalnya membuat ventilasi rumah yang
cukup untuk mengurangi polusi asap maupun polusi
udara, keturunan, misalnya dimana ada orang yang
terkena penyakit ISPA di situ juga pasti ada salah satu
keluarga yang terkena penyakit ISPA karena penyakit
ISPA bisa juga disebabkan karena keturunan, dan dengan
pelayanan sehari-hari yang baik maka penyakit ISPA akan
berkurang dan kesehatannya sedikit demi sedikit akan
membaik, dan pengaruh mempengaruhi satu dengan yang
lainnya.
2.1.2.3. Penyakit Kulit
1. Pengertian Penyakit kulit

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 17


Penyakit kulit merupakan kelainan kulit yang diakibatkan oleh
adanya jamur, kuman-kuman, parasit, virus maupun infeksi.
Penyakit jamur dapat hidup dan berkembang biak ditempat
pembuangan sampah dan pada petugas pengangkut sampah.
Penyakit kulit dapat menyerang keseluruh atau sebagian tubuh
tertentu. Bahan-bahan yang mengandung nitrit yang terdapat dalam
sampah secara kontak langsung dapat menimbulkan alergi dan
iritasi.

2. Jenis-Jenis Penyakit Kulit

a. Eksim (ekzema)
Eksim ditandai dengan kulit kemerah-merahan, bersisik,
pecah-pecah, merasa gatal terlebih pada malam hari, timbul
gelembung kecil yang diisi air atau nanah, bengkak, melepuh,
berwarna merah, amat gatal dan merasa panas. Penyebabnya alergi
terhadap rangsangan zat kimia spesifik, atau kepekaan terhadap
makanan spesifik layaknya udang, ikan laut, alkohol, vetsin.
Pencegahan : menghindari hal-hal atau bahan-bahan yang bisa
manimbulkan alergi.

b. Kudis (skabies)
Gejala : timbul gatal hebat di malam hari, terlebih di sela-sela jari
tangan, dibawah ketiak, aerole (sekeliling puting payudara), dan
permukaan depan pergelangan. Kudis gampang menular ke orang
lain baik dengan langsung ataupun tidak langsung (handuk dan
baju). Pencegahan : kudis seringkali terjadi di tempat yang buruk,
jadi memelihara kebersihan tubuh adalah sesuatu yang harus bila
ingin terhindar dari penyakit kulit.

c. Kurap

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 18


Penyebab penyakit kurap : jamur. Gejala : kulit jadi tebal dan
timbul lingkaran-lingkaran, bersisik, lembab, berair, dan merasa
gatal. Setelah itu timbul bercak keputihan . Pencegahan : menjaga
kebersihan kulit terlebih di area tengkuk, leher, dan kulit kepala.

d. Bisul (furunkel)
Bisul disebabkan karena adanya infeksi bakteri stafilokokus
aureus pada kulit lewat folikel rambut, kelenjar minyak, kelenjar
keringat yang sesudaah itu menyebabkan infeksi lokal. Faktor
yang menambah risiko terkena bisul diantaranya kebersihan yang
buruk, luka yang terinfeksi, pelemahan diabetes, kosmetika yang
menyumbat pori dan pemakaian bahan kimia.

e. Ketombe (seboroid)
Penyebab penyakit ini diduga erat kaitannya dengan kegiatan
kelenjar sebasea dikulit. Seboroid yang terjadi pada kulit kepala
kerap di sebut juga dengan nama ketombe. Gejala : merah, bersisik,
berminyak, bau.

f. Lepra
Kusta merupakan penyakit infeksi yang kronik, dan
penyebabnya ialah mycobacterium leprae yang bersifat intraseluler
obligat. Saraf perifer sebagai afinitas pertama, lalu kulit dan mukosa
traktus respiratorius bagian atas, kemudian dapat ke organ lain
kecuali susunan saraf pusat.

Gejala : umumnya gejala awalnya kulit tampak mengkerut


apalagi bila penyakit tersebut telah akut kumannya perlahan-lahan
akan mengonsumsi kulit dan daging, bila sudah terkena penyakit
kulit tipe ini segera berobat ke dokter.

g. Panu atau Panau

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 19


Panau atau panu adalah salah satu penyakit kulit yang
dikarenakan oleh jamur, penyakit panu ditandai dengan bercak yang
ada pada kulit dibarengi rasa gatal pada waktu berkeringat. Bercak-
bercak ini dapat berwarna putih, coklat atau merah bergantung warna
kulit si penderita. Panau sangat banyak didapati pada remaja usia
belasan. Walau demikian panau juga dapat ditemukan pada penderita
berusia tua. Cara pencegahan penyakit kulit panau bisa dilakukan
dengan melindungi kebersihan kulit, dan bisa diobati dengan obat-
obatan tradisional layaknya daun sirih yang digabung dengan kapur
sirih dan dioles pada kulit yang terserang panu.

h. Infeksi jamur kulit


Jamur dapat tumbuh dipermukaan kulit kita, dan mengakibatkan
kerusakan tekstur kulit hingga tampak buruk. Belum lagi, rasa gatal
yang kerap menyerang menyertai infeksi jamur tersebut. Bila tidak
selekasnya diatasi, jamur kulit dengan cepat menyebar kejaringan
kulit yang lebih luas.

2.2. Administrasi dan Manajemen Kesehatan Lingkungan


2.2.1. Pengertian
Kata administrasi berasal dari kata ad dan ministro (Latin). Dalam
bahasa Inggris ad = to, ministro = minister yang berarti melayani atau
menyelenggarakan (Webster, 1974).
Definisi yang sederhana dari administrasi adalah suatu proses kegiatan
penyelenggaraan yang dilakukan oleh seorang administrator secara teratur dan
diatur melalui perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan untuk mencapai
tujuan akhir yang telah ditetapkan.
Pengertian manajemen menurut para ahli, sebagai berikut:

1. H. Koontz & O,Donnel dalam bukunya Principles of Management


mengemukan sebagai berikut : manajemen berhubungan dengan

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 20


pencapaian sesuatu tujuan yang dilakukan melalui dan dengan orang-
orang lain.
2. Mary Parker Folllett mendefinisikan manajemen sebagai seni dalam
menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.
3. George R. Terry dalam bukunya Principles of Management
menyampaikan pendapatnya manajemen adalah suatu proses yang
membeda-bedakan atas ; perencanaan, pengorganisasian, penggerakan
pelaksanaan dan pengawasan, dengan memanfaatkan baik ilmu maupun
seni, agar dapat menyelesaikan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
4. James A.F. Stoner dalam bukunya Management (1982) mengemukakan
manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber
daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
2.2.2. Dasar Pemecahan Masalah
1. Pemilihan Dan Penetapan Prioritas Masalah Kesehatan Lingkungan
Adapun teknik pemilihan dan penetapan prioritas masalah
kesehatann lingkungan dengan metode penilaian.
Pemilihan dan penetapan prioritas masalah kesehatan lingkungan
dengan Metode Scoring Technique dilakukan dengan cara memberikan
nilai (score) sekitar 1 sampai dengan 5 untuk setiap indikator/ kriteria/
parameter yang telah ditetapkan untuk setiap masalah kesehatan
lingkungan. Penilaian terhadap indiktor atau kriteria yang ditetapkan
mendapat nilai 1 apabila masalah tersebut sangat tidak penting,
sedangkan pemberian nilai dengan angka 5 apabila masalah kesehatan
lingkungan tersebut sangat tidak penting untuk segera diselesaikan maka
masalah tersebut layak untuk diprioritaskan.

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 21


Ada berbagai macam metode teknik penilaian dalam pemilihan
dan penetapan prioritas masalah kesehatan lingkungan antara lain
metode bryant, metode creteria matrix tehcnique, metode hanlon
kuantitatif, Departemen Kesehatan, Ekonometrik, U.S Public Health
Division of Health maupun Planning Programming Budgeting Sistem
dan lain-lain. Metode yang dipakai yaitu metode Bryant.
Pemilihan dan penetapan prioritas masalah dengan menggunakan
metode Bryant telah diterapkan beberapa Negara seperti di Negara
Afrika maupun Thailand. Indikator atau kriteria yang ditetapkan untuk
dinilai untuk setiap masalah kesehatan lingkungan pada methode Bryant
iniadalah Community Concen, Prevalance, Seriousness, dan
Manageability. Penilaian tehadap masing-masing kriteria yang
ditetapkan antara adalah nilai 1 sampai dengan 5 pada setiap masalah
kesehatan lingkungan. Hasil penilaian terhadap masing-masing kriteria
dengan nilai 1 berarti sangat tidak penting, sedangkan nilai 5 berarti
masalah tersebut sangat penting untuk segera diselesaikan atau
diprioritaskan.
Adapun pengertian yang dimaksudkan dengan masing-masing
kriteria yang dinilai pada setiap masalah kesehatan lingkungan adalah
sebagai sebagai berikut :
a). Community Concen (Keprihatinan Masyarakat)
Merupakan suatu sikap, perasaan da keprihatinan masyarakat
terhadap suatu maslaah kesehatan lingkungan yang ada disekitarnya.
Apabila tingkat keprihatinan masyarakat terhadap keberadaan masalah
kesehatan lingkungan disekitarnya tinggi, maka selayaknya masalah
tersebut tersebut diprioritaskan atau mendapatkan penilaian yang tinggi
untuk segera diselesaikan.
b). Prevalence (Prevalensi masalah kesehatan lingkungan)

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 22


Apabila jumlah anggota masyarakat yang terkena akibat yang
ditumbalkan oleh keberadaan masalah kesehatan lingkungan
prevalensinya tinggi, maka selayaknya masalah tersebut diprioritaskan
karena merupakan masalah yang penting untuk segera diselesaikan
dengan memberi nilai (score) yang tinggi. Hal ini karena apabila
masalah ini tidak segera diselesaikan akan cepat menyebar luas dan
karena apabila masalah ini tidak segera diselesaikan akan cepat
menyebar luas dan menyerang sebagian besai masayrakat antara lain
seperti tinggi rendahnya angka kesakita yang ditimbulkan akibat
keberadaan masalah kesehatan lingkungan.
c). Seriousness
Apabila akibat yang ditimbulkan oleh keberadaan masalah
kesehatan lingkungan membawa pengaruh yang buruk dan serius,
maka masalah tersebut selayaknya untuk diprioritaskan dengan
memberi nilai (score) yang tinggi. Perimbangan terhadap penilaian
kriteria ini didasarkan pada berat ringannya atau serius tidaknya akibat
yang ditimbulkan karena adanya masalah kesehatan lingkungan antara
lain dapat dilihat dari tinggi rendahnya angka kematian yang
ditimbulkan.
d). Manageability
Apabila sumber daya seperti tenaga (man), biaya (money) dan
sarana (material) yang dimiliki cukup atau mendukung dalam
menyelesaikan masalah kesehatan lingkungan, maka selayaknya
masalah tersebut diprioritaska dengan memberi nilai (score).
2. Merumuskan dan menetapkan tujuan penyelesaian masalah kesehatan
lingkungan
Proses perencanaan penyelesaian masalah kesehatan lingkungan
sangat tergantung pada apa yang akan dicapai. Rumusan tujuan yang

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 23


baik adalah menggambarkan tingkat penyelesaian masalah kesehatan
lingkungan yang ingin dicapai. Sebaiknya dalam rumusan tujuan
penyelesaian masalah memiliki target sehingga mudah untuk diukur,
sedangkan dalam menetapkan besarnya target yang akan dicpai dalam
jangka waktu berapa lama tidak ada pedoman yang pasti. Hanya
semakin tinggi kemampuan sumber daya yang dimilik maka akan
semakin besar target yang ingin dicapai serta dalam jangka waktu
yang tidak terlalu lama.
3. Pemilihan dan penetapan prioritas alternatif cara penyelesaianan
masalah kesehatan lingkungan
Pengertian penilaian terhadap kriteria atau indikator tingkat
efekifitas dan efisiensi dalam penetapan prioritas alternatif cara
penyelesaian masalah adalah sebagai berikut :
1). Efektifitas Program Penyelesaian Masalah
Penilaian terhadap efektifitas program merupakan suatu
kemampuan dari program dalam uaya mengatasi penyebab masalah
yang ditemukan. Semakin tinggi kemampuan program untuk
mengatasi penyebab maslah kesehatan lingkungan yang ditemkan,
maka semakin tinggi pula tingkat efektifitas program tersebut. Kriteria
atau indikator yang dipergunakan untuk penilaian terhadap tingat
efektigitas program penyelesaian masalah adalah sebagai berikut :
a. Magnitude (besarnya masalah yang mampu diselesaikan oleh program)
Semakin banyak atau tinggi besar penyebab masalah yang
mampu diatasi oleh program tersebut maka semakin tinggi tingkat
efektifitas program tersebut dan selayaknya penilaian terhadap kriteria
ini tinggi karena penting untuk segera diselesaikan. Besarnya maslah
yang mampu diselesaikan dapat ditinjau dari jumlah penduduk yang
terkena serta luas daerah yang terserang.

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 24


b. Importancy (Pentingnya cara penyelesaian masalah)
Semakin penting dalam cara penyelesaian masalah dalam uapaya
penyelesaian masalah atau semakin besar manfaat yang diperoleh dalam
penyelesaian masalah, maka semakin efektif program tersebut dan
selayaknya penilaian terhadap kriteria ini mendapatkan nilai yang tinggi
karena penting untuk segera diselesaikan. Derajat kepentingan dapat
ditinjau pula dari dampak kematian yang ditimbulkan apabila masalah
tidak segera diatasi dalam upaya menyelesaikan masalah. Tetapi dapat
diartikan pula dengan tingkat kecepatan mengatasi masalah misalnya
alternatif penyelesaian masalahnya adalah melaksanakan pendidikan,
melaksanakan magang (praktek) dan menyediakan buku petunjuk, maka
penilaian disini adalah kegiatan magang akan lebih cepat dan manfaat
yang diperoleh lebih besar.
c. Vulnerability (sensitivitas cara penyelesaian masalah)
Semakin sensitiv program dalam cara penyelesaian masalah
untuk mencapai tujuan, maka semakin efektif program cara penyelesaian
masalah. Derajat sensitifitas dari program ini dapat ditinjau dari sampai
seberapa jauh kemungkinan penurunan jumlah kasus yang terena akibat
yan ditimbulkan oleh masalah kesehatan lingkungan apabila
programmini dilaksanakan. Tetapi dapat diartikan pula pada contoh pada
derajat kepentingan, maka kegiatan magang (praktek) disini akan lebih
cepat (sensitiv) dalam proses transfer pengetahuan dibandingkan dengan
yang lain.
2). Efisiennsi Program Penyelesaian Masalah
Penilaian terhadap efisiensi program penyelesaian masalah
kesehatan lingkungan biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
masalah kesehatan lingkungan yang dihadapi. Semakin kecil biaya (cost)
yang dibutuhkan atau yang digunakan untuk menyelesaikan masalah

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 25


kesehatan lingkungan maka semakin efisien program tersebut maka
selayaknya kriteria ini diberi nilai yang tinggi karena akan memudahkan
dalam proses penyelesaian masalahnya
2.3. Pemberdayaan Masyarakat
2.3.1. Pengertian
Menurut WHO (1947), pengertian kesehatan secara luas tidak
hanya meliputi aspek medis, tetapi juga aspek mental dan sosial, dan
bukan hanya suatu keadaan yang bebas dari penyakit, cacat, dan
kelemahan (Maulana, 2009), sedangkan pengertian kesehatan menurut UU
Kesehatan No. 36 tahun 2009 adalah keadaan sehat, baik secara fisik,
mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk
hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Hal ini berarti, kesehatan
tidak hanya diukur dari aspek fisik mental dan sosial saja, tetapi juga
diukur dari produktivitasnya dalam mempunyai pekerjaan atau
menghasilkan sesuatu secara ekonomi (Notoatmodjo, 2010).

2.3.2. Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan Lingkungan

Menurut Depkes RI (2008), pemberdayaan masyarakat adalah


proses pemberian informasi secara terus menerus dan berkesinambungan
mengikuti perkembangan sasaran serta proses membantu sasaran, agar
sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek
knowledge) dari tahu menjadi mau (aspek attitude) dan dari mau menjadi
mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek practice).
Tujuan pemberdayaan masayarakat tersebut adalah menumbuhkan
potensi masyarakat yang artinya segala potensi masyarakat perlu dioptimalkan
untuk mendukung program kesehatan (Depkes RI, 2000).
1. Pemberdayaan Individu
Pemberdayaan terhadap individu dilakukan oleh setiap petugas
kesehatan puskesmas terhadap individu-individu yang datang

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 26


memanfaatkan pelayanan puskesmas. Di samping itu, individu-individu
yang `menjadi sasaran kunjungan misal, upaya keperawatan kesehatan
masyarakat, Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Tujuan dari upaya tersebut
adalah memperkenalkan perilaku baru kepada individu yang mungkin
mengubah perilaku yang selama ini dipraktikkan oleh individu tersebut.
2. Pemberdayaan keluarga
Pemberdayaan keluarga yang dilakukan oleh petugas puskesmas
yang melaksanakan kunjungan rumah terhadap keluarga, yaitu keluarga
dari individu pengunjung puskesmas atau keluarga-keluarga yang berada di
wilayah kerja puskesmas. Tujuan dari pemberdayaan keluarga juga untuk
memperkenalkan perilaku baru yang mungkin mengubah perilaku yang
selama ini dipraktikan oleh keluarga tersebut.
3. Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan terhadap masyarakat (sekelompok anggota masyarakat)
yang dilakukan oleh petugas puskesmas merupakan upaya penggerakan
atau pengorganisasian masyarakat. Penggerakan atau pengorganisasian
masyarakat diawali dengan membantu kelompok masyarakat mengenali
masalah-masalah yang mengganggu kesehatan sehingga masalah tersebut
menjadi masalah bersama. Kemudian masalah tersebut dimusyawarahkan
untuk dipecahkan secara bersama. Dari hasil tersebut tentunya masyarakat
melakukan upaya-upaya agar masalah tersebut tidak menjadi masalah lagi.
Tentunya upaya-upaya kesehatan tersebut bersumber 'dari masyarakat
sendiri dengan dukungan dari puskesmas. Peran aktif masyarakat tersebut
diharapkan dalam penanggulangan masalah kesehatan di lingkungan
mereka dengan dukungan dari puskesmas.
2.4. Sistem Manajemen Lingkungan
2.4.1. Pengertian

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 27


Sistem manajemen lingkungan adalah bagian dari keseluruhan sistem
manajemen yang meliputi organisasi, tanggung jawab, pelaksanaan,
prosedur, dan sumber daya untuk mengembangkan, mengimplementasikan,
mencapai, mengevaluasi dan memelihara kebijakan lingkungan.

2.4.2. Persyaratan Sistem Manajemen Lingkungan


Organisasi harus menetapkan, mendokumentasikan, menerapkan,
memelihara dan memperbaiki sistem manajemen lingkungan secara
berkelanjutan sesuai dengan persyaratan standar ini dan menentukan
bagaimana organisasi akan memenuhi persyaratan tersebut. Organisasi harus
menetapkan dan mendokumentasikan lingkup sistem manajemen
lingkungannya.

2.4.3. Penerapan Sistem Manajemen di Fasilitas Pelayanan Kesehatan


Manajemen fasilitas pelayanan kesehatan adalah koordinasi antara
berbagai sumber daya melalui proses perencanaan, pengorganisasian, dan
adanya kemampuan pengendalian untuk mencapai tujuan. Dalam rangka
melaksanakan pelayanan yang berorientasi pada pasien, dan menjaga mutu
pelayanan perlu dengan manajemen yang handal, dengan demikian segala hal
yang diperlukan akan tersedia dalam bentuk tepat jumlah, tepat waktu, dan
tepat sasaran.
Manfaat yang bisa didapat apabila menerapkan sistem manajemen
lingkungan fasilitas pelayanan kesehatan yang terpenting adalah
perlindungan terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat. Sistem
manajemen fasilitas pelayanan kesehatan merupakan sistem manajemen
praktis yang didesain untuk meminimalkan dampak lingkungan dengan cara
efektif-biaya (cost-effective). Beberapa manfaat yang diperoleh bila kita
menerapkan sistem manajemen lingkungan fasilitas pelayanan kesehatan
diantaranya:
1. Perlindungan terhadap Lingkungan

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 28


Dampak positif yang paling bermanfaat untuk lingkungan dengan
diterapkannya sistem manajemen fasilitas pelayanan kesehatan adalah
pengurangan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3), termasuk di
dalamnya limbah infeksius. Selain itu, minimisasi limbah sebagai bagian
kunci dari penerapan system manajemen lingkungan fasilitas pelayanan
kesehatan melalui pendekatan 3R (Reuse, Recycle, dan Recovery) dapat
mengurangi pemakaian bahan baku sehingga jumlah limbah yang dihasilkan
relatif lebih sedikit yang berarti juga biaya pengolahannya relatif lebih murah.
2. Manajemen Lingkungan Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang Lebih Baik
Sistem manajemen lingkungan fasilitas pelayanan kesehatan akan
membantu fasilitas pelayanan kesehatan membuat kerangka manajemen
lingkungan yang lebih konsisten dan dapat diandalkan, baik dalam jangka
pendek maupun jangka panjang. Spesifikasi sistem manajemen lingkungan
fasilitas pelayanan kesehatan akan memberikan garis-garis besar pengelolaan
lingkungan yang didesain untuk semua aspek, yaitu operasional, produk, dan
jasa dari fasilitas pelayanan kesehatan secara terpadu dan saling terkait satu
sama lain.
3. Pengembangan Sumber Daya Manusia
Penerapan sistem manajemen lingkungan fasilitas pelayanan
kesehatan dapat membawa perubahan kondisi kerja di fasilitas pelayanan
kesehatan. Hal ini merupakan harapan yang cukup realistis karena sistem
manajemen lingkungan fasilitas pelayanan kesehatan menekankan
peningkatan kepedulian, pendidikan, pelatihan, dan kesadaran dari semua
karyawan sehingga mereka mengerti dan tanggap terhadap konsekuensi
pekerjaannya. Keterlibatan karyawan dalam proses manajemen lingkungan
juga akan meningkatkan budaya sadar dan kepedulian untuk bersama-sama
memelihara dan meningkatkan kualitas lingkungan disekitarnya.

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 29


BAB III
METODOLOGI

3.1. Lokasi Dan Waktu


3.1.1. Lokasi Pelaksaan PBL
Lokasi pelaksaan praktik belajar lapangan yang dilakukan oleh
mahasiswa politeknik kesehatan bandung tahun 2017 di Puskesmas
Plumbon, Jl. Raya Jatibarang Indramayu KM.6, Kecamatan Indramayu.

3.1.2. Waktu

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 30


Waktu pelaksaan praktik belajar lapangan tersebut dilakukan dimulai
pada tanggal Senin, 08 Mei 2017 sampai dengan terakhir dilaksanakan
yaitu pada tanggal Rabu, 14 Juni 2017.
3.2. Sasaran dan Objek Pembelajaran
Objek dan Sasaran PBL yang dilaksanakan di Puskesmas Plumbon adalah
Sebagai Berikut:

1. Objek PBL di Puskesmas Plumbon


- Mengetahui alur pengelolaan sampah medis dan non medis
- Mengetahui kegiatan dalam dan luar gedung bagian kesehatn
lingkungan
- Pengenalan manajemen di Puskesmas Plumbon.
2. Sasaran PBL Di PT. Pakoakuina
- Masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Plumbon.
3.3. Tenaga Pelaksana
Praktik belajar lapangan di lingkungan Puskesmas Plumbon ini
dilaksanakan oleh mahasiswa Politeknik Kesehatan Bandung Jurusan
Kesehatan Lingkungan Program Studi DIV (angakatan 2), Tahun 2017,
diantaranya:

Nama NIM
N
O
1 Dewi Nurul Rahmawati P17333114421
2 Delisa Dwinnovita L P17333114434
3 M. Adijasa Yudi P17333114424

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 31


Yang sebelumnya telah diberi responsi/arahan dari Dosen untuk
melaksanakan kegiatan praktik belajar lapangan di lingkungan Puskesmas
Plumbon.

3.4. Instrumen Pengumpul Data (IPD)


IPD yang telah disiapkan oleh tenaga pelaksana untuk penunjang praktek
belajar lapangan:

1. Lembar wawancara untuk penilaian pengetahuan masyarakat mengenai


pemilahan dan pengolahan sampah sederhana.
2. Lembar observasi untuk penilaian sarana masyarakat mengenai
pemilahan dan pengolahan sampah sederhana.
3. Lembar observasi untuk penilaian perilaku masyarakat mengenai
pemilahan dan pengolahan sampah sederhana
4. Lembar wawancara untuk penilaian sikap masyarakat mengenai
pemilahan dan pengolahan sampah sederhana.
5. Lembar komitmen untuk menunjang kegiatan pemicuan.
6. Lembar absensi untuk kegiatan pemberdayaan masyarakat
7. Buku wawancara kegiatan klinik sanitasi didalam gedung
8. Buku registrasi konseling
9. Lembar observasi penyakit TB paru
10. Lembar observasi penyakit ISPA
11. Lembar observasi penyakit Kulit
12. Meteran
13. Thermohygrometer
14. Luxmeter
15. Kamera
16. ATK
3.5. Teknik Pengumpul Data

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 32


Teknik pengumpulan data yang dilakukan di Puskesmas Plumbon adalah
melalui observasi dan wawancara untuk penilaian pengetahuan, perilaku,
sarana dan sikap masyarakat mengenai pemilahan dan pengolahan sampah
sederhana, wawancara dan observasi mengenai pasien atau kline kegiatan
klinik sanitasi di dalam maupun luar gedung.

3.6. Pengukuran (Deteksi)


Pengukuran dilakukan untuk mengetahui seberapa beresiko tingkat
kualitas lingkungan fisik sebagai faktor risiko penyakit berbasis lingkungan.

3.7. Uraian Dan Jadwal Kegiatan PBL di Puskesmas Plumbon Tahun 2017

Tabel
3.1 Uraian dan jadwal PBL

No Tanggal Program Pembelajaran


1 9 , 10 , 12 dan 13 Mei 2017 Pendataan keluarga Sehat
2 15 Mei 2017 Klinik sanitasi dalam gedung dan data
mengenai profil Puskesmas Plumbon
3 16-17 Mei 2017 Investigasi / kunjungan rumah pasien
penyakit berbasis lingkungan
4 18 Mei 2017 Masalah sanitasi dasar dan klinik sanitasi
dalam gedung
5 19 dan 20 Mei 2017 Analisa Data SWOT di Puskesmas Plumbon
, Penetapan Prioritas Masalah Kesehatan
Lingkungan dan Penetapan Penyebab
Masalah Kesehatan Lingkungan
6 22 Mei 2017 Penyuluhan pencegahan diare pada anak,
kegiatan klinik sanitasi dalam gedung
7 23 dan 24 Mei 2017 Kunjungan rumah pasien PBL ,

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 33


perencanaan system manajemen lingkungan
dan Penetapan Prioritas Penyebab masalah
Kesehatan Lingkungan
8 26-27 Mei 2017 Penetapan Alternatif Prioritas Pemecahan
Penyebab Masalah Kesehatan Lingkungan
dan Implementasi Sistem Manajemen
Lingkungan
9 29 Mei 2017 Implementasi Sistem Manajemen
Lingkungan, kegitan klinik sanitasi dalam
gedung, penyuluhan BABS
10 30 Mei 2017 Inspeksi TPM dan TTU dan kunjungan
rumah psien PBL

11 31 Mei 2017 Inspeksi TPM dan TTU, Implementasi


Sistem Manajemen Lingkungan, dan
Penyusunan Rencana Pemecahan Masalah
Kesehatan Lingkungan
12 2-3 Juni 2017 Inspeksi TPM dan TTU dan Implementasi
Sistem Manajemen Lingkungan
13 5 Juni 2017 Penyuluhan PHBS dan klinik sanitasi di
dalam gedung
14 6-7 Juni 2017 Penyusunan Rencana Pemicuan dan
kunjungan rumah pasien PBL, PHAST
mamin
15 8 Juni 2017 Pemicuan pemilahan sampah dan
pengolahan sampah sederhana, Evaluasi
Sistem Manajemen Lingkungan di
Puskesmas Plumbon

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 34


16 9-10 Juni 2017 Evaluasi Sistem Manajemen Lingkungan di
Puskesmas Plumbon
17 12-14 Juni 2017 Evaluasi Sistem Manajemen Lingkungan di
Puskesmas Plumbon dan evaluasi pemicuan
pemilahan sampah dan pengolahan sampah
sederhana

3.8. Profil Puskesmas Plumbon


1. Letak Geografis
Secara geografis wilayah kerja Puskesmas Plumbon terletak di bagian
barat Kabupaten Indramayu di antara 107o 52- 108o 36 bujur lintang dan 6o
15o 6o LS lintang selatan dengan topografi dataran rendah dan
ketinggiannya antara 04 di permukaan laut, serta curah hujan antara 1.501
mm/tahun dengan luas wilayah 31.771 km2.

Tabel 3.2 Batas wilayah Kerja Puskesmas Plumbon

Letak Batas Desa/Kel


Sebelah Utara Puskesmas Margadadi Kel. Kepandean
Sebelah Selatan Puskesmas Jatisawit Desa. Telukagung
Sebelah Timur Puskesmas Balongan Desa. Singaraja
Sebelah Barat Puskesmas Sindang Kel. Bojngsari

Secara administratif, Wilayah Kerja Puskesmas Plumbon terdiri dari 7


desa dan 2 Kelurahan. Adapun luas daerah secara rinci terdapat pada table
berikut ini :
Tabel 3.3 Luas Wilayah Kerja Puskesmas Plumbon

NO DESA/KELURAHAN LUAS (KM2)


1 TELUK AGUNG 2.690
2 PLUMBON 5.139

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 35


3 DUKUH 1.258
4 PEKANDANGAN JAYA 3.935
5 PEKANDANGAN 3.667
6 KEPANDEAN 1.097
7 BOJONGSARI 0.992
8 SINGAJAYA 6.817
9 SINGARAJA 6.176
Sumber : Data BPS Kecamatan Indramayu dalam angka 2016

Berdasarkan tabel diatas, Desa Singajaya Memiliki luas wilayah


terbesar. Berurutan disusul dengan Desa Singaraja dan Desa Plumbon. Untuk
desa teluk agung dan plumbon, memiliki 2 wilayah yang terpisah oleh kali
cimanuk yaitu Teluk Agung Pulo dan Plumbon pulo.

Gambar 3.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Plumbon

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 36


Sumber data : Rencana kerja UPTD Puskesmas Plumbon tahun 2017

1. Keadaan Demografi dan Sosio Ekonomi

Tabel 3.4 Jumlah Penduduk, Luas Desa dan Kepadatan Di Wilayah Kerja
Puskesmas Plumbon

NO DESA/KELURAHAN JUMLAH PENDUDUK KEPADATAN


PENDUDUK
1 Teluk Agung 5.187 1.928
2 Plumbon 5.374 1.046
3 Dukuh 3.602 2.863
4 Pekandangan Jaya 4.854 1.234
5 Pekandangan 8.788 2.397
6 Kepandean 3.322 3.028
7 Bojongsari 5.157 5.199
8 Singajaya 8.328 1.222
9 Singaraja 6.153 996
Jumlah 50.765 2.212
Sumber : Data BPS Kecamatan Indramayu dalam angka 2016

Dari tabel 3.4 berdasarkan data Badan Pusat Statistik jumlah penduduk
akhir tahun 2015 adalah 50.765 jiwa dengan kepadatan penduduk 2.212 km2.
Berdasarkan rasio puskesmas dibandingkan dengan jumlah penduduk 1 30.000
jiwa tidak dapat terpenuhi . Idealnya kesehatan masyrakat wilayah kerja
Puskesmas Plumbon harus dilayani minimal oleh 2 puskesmas.

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 37


Berikut ini adalah jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin, rumah
tangga dan keluarga wilayah kerja Puskesmas Plumbon.

Tabel 3.5 Jumlah penduduk berasarkan Jenis Kelamin,

Rumah tangga dan Keluarga

Penduduk Rata-Rata
No Desa/ Kelurahan Rumah Tangga Keluarga
L P L+P (jiwa/Keluarga)
1 TELUK AGUNG 2.626 2.561 5.187 1.554 1.718 3
2 PLUMBON 2.681 2.693 5.374 1.532 1.791 3
3 DUKUH 1.83 1.772 3.602 1.111 1.231 2.9
4 PEKANDANGAN JAYA 2.519 2.335 4.854 1.255 1.405 3.5
5 PEKANDANGAN 4.337 4.451 8.788 2.416 2.623 3.4
6 KEPANDEAN 1.716 1.606 3.322 937 1.008 3.3
7 BOJONGSARI 2.669 2.488 5.157 1.455 1.76 2.9
8 SINGAJAYA 4.402 3.926 8.328 2.384 2.462 3.4
9 SINGARAJA 3.179 2.974 6.153 1.705 2.004 3.1
Jumlah 25.959 24.806 50.765 950.412 16.002 3,2
Sumber : Data BPS Kecamatan Indramayu dalam angka 2016

Tabel 3.6 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Per Desa di Kecamatan
Indramayu akhir tahun 2015

9- 15- 20- 25- 30- 35- 40- 45- 50- 55- 60- 65- 70-
No Desa/Kel 0-4 5-9 14 19 24 29 34 39 44 49 54 59 64 69 74 75+
1 TLA 443 456 494 429 386 455 441 440 382 338 268 194 166 123 85 87
2 PLB 417 469 504 464 382 436 435 392 394 394 280 242 158 156 117 134
3 DKH 296 298 336 349 269 344 333 289 271 224 151 164 107 67 60 44
4 PKD JY 420 463 499 516 352 424 408 373 304 275 254 206 155 125 45 35
5 PKD 779 789 824 834 765 849 714 689 656 666 559 271 164 114 81 34

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 38


6 K.PANDE 272 274 256 318 349 368 305 271 252 171 176 119 74 55 34 28
7 BJJGSR 439 486 529 527 444 503 435 399 385 279 241 165 126 82 51 66
8 SGJY 723 836 857 668 820 792 802 823 652 411 329 211 150 101 66 60
9 SGRJ 568 504 690 595 571 609 505 448 442 374 270 209 116 105 77 70
Jumlah 4357 4575 4989 4700 4338 4780 4378 4124 3738 3132 2528 1781 1216 928 616 558
Sumber : Data BPS Kecamatan Indramayu dalam angka 2016

Tabel 3.7 Jumlah Kepala Keluarga Menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan

Indramayu akhir tahun 2015

No Desa/Kelurahan Tidak Tamat Tamat Tamat Jumlah


tamat SD SD-SMP SLTA AK/PT
1 Teluk Agung 250 1109 294 65 1.718
2 Plumbon 321 1150 246 74 1.791
3 Dukuh 264 552 286 129 1.231
4 Pekandangan 364 677 270 94 1.405
Jaya
5 Pekandangan 333 876 946 468 2.623
6 Kepandean 49 398 439 122 1.003
7 Bojongsari 287 652 643 178 1.76
8 Singajaya 589 1.043 741 89 2.462
9 Singaraja 496 572 858 78 2.004
Jumlah 2.953 7.029 4.723 1.297 16.002

Sumber : Data BPS Kecamatan Indramayu dalam angka 2016

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 39


Tabel 3.8 Besar Penyakit di Rawat Jalan Puskesmas Plumbon Tahun 2016

No Nama Penyakit Jenis Kelamin Jumlah


L P
1 ISPA 2346 2360 4706
2 Myalgia 1504 2182 3686
3 Influenza 1368 1458 2826
4 Gastritis 995 1657 2652
5 Dermatitis 721 847 1568
6 Hipertensi 564 934 1498
7 Migren 525 781 1306
8 Susp. Typhoid 286 560 1146
9 Diare 523 524 1047
10 Faringitis 324 371 695
Jumlah 9456 11674 21130
Sumber data : Buku laporan LBI 10 Besar Penyakit Rawat Jalan Tahun 2016

1. Komitmen

Puskesmas Plumbon memiliki komitmen dalam segi pelayanan,


Komitmen yang dimaksud berbunyi :

Seluruh Karyawan/Karyawati Puskesmas Plumbon berkomitmen :

1. Memberikan pelayanan kesehatan dengan adil dan setulus hati

2. Memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan ilmu dan keterampilan yang

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 40


dimiliki

3. Menjaga etika dan senantiasa memupuk rasa persaudaraaan

4. Menegakan disiplin dan patuh terhadap peraturan yang berlaku

5. Senantiasa menjaga kebersihan dan kerapihan ruangan

6. Menjaga kenyamanan lingkungan bebas dari asap rokok

7. Memilah dan mengelola sampah medis dan non medis

8. Selalu berupaya dan semangat dalam bekerja

9. Senantiasa bekerjasama dalam tim

10. Menjaga dengan rasa tanggungjawab sarana dan prasarana yang tersedia

Plumbon, 26 Agustus 2016

Mengetahui

Kepala UPTD Puskesmas Plumbon

Dr. DSiti Hafidah, MARS

NIP.19750124 200501 2006

2. Visi Misi dan strategi Puskesmas Plumbon


Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal melalui
pembangunan kesehatan yang bertujuan untuk menaikan kesadaran,

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 41


kemauan dan kemampuan hidup sehat, puskesmas plumbon mempunyai
visi yaitu :

a. Visi

Masyarakat wilayah kerja UPTD Puskesmas Plumbon yang


Sehat, Mandiri, dan Berkeadilan.

b. Misi

1. Mendorong masyarakat untuk hidup sehat dan mandiri.

2. Meningkatkan upaya pencegahan dan pengendalian penyakit

3. Meningkatkan sarana dan prasarana dan sumber daya manusia


yang Optimal

4. Meningkatkan kualias pelayanan yang bermutu, merata, dan


terjangkau oleh masyarakat.

c. Strategi

1. Meningkatkan dan akses kualitas pelayanan kesehatan yang


merata, bermutu, terjangkau, dan berkeadilan bagi seluruh lapisan
masyarakat

2. Optimalisasi sumber daya tenaga kesehatan dengan meningkatkan


kemampuan, kualitas dan professionalisme tenaga kesehatan
dalam memberikan pelayanan kesehatan.

3. Meningkatkan ketersediaan sarana pelayanan kesehatan di


fasilitas kesehatan

4. Meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dan kemandirian


masyarakat di bidang kesehatan

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 42


5. Meningkatkan kerjasama lintas program dan lintas sektoral dalam
upaya peningkatan derajat kesehatan.

3.9. Struktur Organisasi dan Tata Kerja

Berikut ini adalah struktur organisasi di Puskesmas Plumbon

Gambar 3.2 Bagan Struktur Organisasi UPTD Puskesmas Plumbon


Kecamatan Indramayu Kabupaten Indramayu
KEPALA UPTD PUSKESMAS PLUMBON

Dr. Siti Hafidah, MARS

KEPALA SUB BAG. TATA USAHA

Iting. R. S.IP
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
DOKTER GIGI/ BIDAN/ PERAWAT/
ASISTEN APOTEKER/ SANITARIAN/
GIZI PROMKES/ PERAWAT GIGI
1. Drg. Nova Natalia

2. Tobihi , SKM FUNGSIONAL UMUM

1.Iroh Roaenah
3. Sutahar,A.Md. Kep
2. Rahwidi
4. M. Toni Rumidi A.Md. Kep PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 43
3. Casinih
5. Hj. Aeni Kusnati A.Md. Kep
4. Mintara
6. Cucu Carminih, S.Kep, Ners
5. Kasan
Uraian Tugas Struktur Organisasi dan Tata Kerja

No JABATAN URAIAN TUGAS

1 Kepala Puskesmas 1. Menyusun Perencanaan Kerja Tahunan Puskesmas


2. Menyusun Rencana Usulan Kegiatan
3. Menyusun Rencana Pelaksanaan Kegiatan
4. Memberikan Penilaian Kinerja Kegiatan
5. Membuat Laporan Penilaian Kinerja Puskesmas
6. Memberikan Penugasan Karyawan
7. Melakukan Evaluasi laporan kegiatan program
8. Memeriksa dan menandatangani surat perintah perjalanan dinas
9. Mengadakan rapat bulanan Lokmin Puskesmas

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 44


10. Melakukan pemantauan dan pembinaan Posyandu
11. Melakukan pembinaan UKS Dokcil KKR
12. Melakukan koordinasi dengan kecamatan
13. Melakukan koordinasi dengan desa kelurahan
14. Mengikuti rapat dinas pertemuan
15. Memeriksa pemanfaatan dana operasional JKN Puskesmas
1. Mengumpulkan data untuk pembuatan rencana kerja puskesmas
2 KA Sub Bag TU
2. Memilah-milah surat masuk sesuai waktu dan sifat untuk
memudahkan mengagendakan
3. Mendisposisikan surat kepada yang bersangkutan
4. Menyusun mengarsipkan dokumen pegawai
5. Membuat, mengarsipkan, menata, menyimpan surat keluar
6. Mengumpulkan data untuk kegiatan pembuatan RUK
7. Menata, menyusun, merekap, membuat daftar urut kepangkatan
8. Mengalokasikan kebutuhan barang yang dibutuh oleh puskesmas
9. Membuat blanko, merekap, mengecek, jam kehadiran dan
kepulangan pegawai
10. Menghadiri rapat dinas / rapat puskesmas
11. Mengarahkan pegawai
12. Melakukan koordinasi lintas program
13. Menyusun, menata, merekap, membuat daftar nominatif
14. Menerima / melayani tamu
15. Menyusun, menata, mengusulkan kenaikan pangkat pegawai
16. Melaksanakan tugas kedinasan yang diberikan pimpinan
17. Mengumpulkan data pegawai untuk pembuatan SKP, SKUM, dan
profil PNS
18. Membuat jadwal kegiatan
19. Mengumpulkan buku Visum
20. Mengumpulkan data penilaian kinerja puskesmas

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 45


3 Dokterigi 1. Melakukan pelayanan medik gigi dan mulut umum konsul
pertama
2. Melakukan tindakan khusus medik gigi dan mulut oleh drg umum
tingkat sedang
3. Melakukan tindakan darurat medik gigi dan mulut tingkat
sederhana
4. Melakukan pemulihan fungsi gigi dan mulut tingkat sederhana
5. Melakukan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut
6. Melakukan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut
7. Membuat catatan medik gigi dan mulut pasien rawat jalan
8. Melayani atau menerima konsultasi dari luar atau keluar
9. Melayani atau menerima konsultasi dari dalam
10. Menjadi anggota aktif Organisasi profesi drg sebagai anggota
4 Bidan
1. Menyusun Rencana kegiatan tahunan
2. Persiapan alat dan bahan pemeriksaan bumil dan balita, KB
3. Melakukan pemeriksaan fisik
4. Menegakkan diagnosa Kebidanan
5. Melaksanakan rencana Asuhan
6. Melaksanakan Asuhan pertolongan persalinan
7. Melaksanakan pelayanan kontrasepsi
8. Melaksanakan KIE

9. Melaksanakan Evaluasi Asuhan Kebidanan


10. Melaksanakan Dokmentasi Asuhan Kebidanan
11. Melaksanakan Otopsi Verbal Neo dan Maternal
12. Melaksanakan RMP Medis dan Sosial
13. Melaksanakan Supervisi Fasilitatif
14. Melaksanakan rapat Koordinasi program

15. Membina Kader KPKIA


16. Melaksanakan SDIDTK
17. Melaksanakan Rujukan Kasus
18. Melaksankan Pencatatan dan Pelaporan Program
19. Seminar

5 Perawat
1. Melaksanakan pengkajian keperawatan dasar
2. Menerima konsultasi pengkajian keperawatan dasar
3. Melaksanakan analisis data untuk merumuskan diagnosa
keperawatan
4. Merencanakan tindakan keperawatan sederhana
5. Melaksanakan tindakan keperawatan dasar kategori I
6. Melaksanakan tindakan keperawatan dasar kategori II
7. Melaksanakan tindakan keperawatan kompleks kategori I

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 46


8. Melaksanakan tindakan keperawatan kompleks kategori
II
9. Melakukan penyuluhan kepada individu dan keluarga
10. Melaksanakan evaluasi keperawatan pada individu
11. Menerima konsultasi evaluasi keperawatan sederhana
12. Melaksanakan pengelola program puskesmas
13. Kegiatan yang menunjang pelayanan tugas
keprofesian/pengurus/anggota aktif organisasi
14. Melakukan bimbingan kader di lapangan
15. Melakukan penyuluhan kelompok anak sekolah

6 Apoteker 1. Mengumpulkan data-data rencana kerja tahunan


kefarmasian
2. Merekap rencana data tahunan Kefarmasian
3. Menyusun rancangan data tahunan kefarmasian
4. Mengumpulkan data-data rencana kerja triwulan
kefarmasian
5. Mengola data rencana kerja triwulan
6. Mengumpulkan data bulanan kefarmasian
7. Mengola data bulanan kefarmasian
8. Menerima dan memeriksa perbekalan sedian farmasi
9. Menyimpan perbekalan farmasi
10. Membuat catatan stok dan laporan pemakaian
perbekalan farmasi
11. Mendistribusikan perbekalan farmasi
12. Menyiapkan kebutuhan obat tiap kali pemakaian untuk apotik
13. Menyiapkan obat dan memberikan etika pada resep individu
14. Memeriksa ulang sediaan obat dan memberikan
penjelasan penggunaan kepada pasien
15. Membuat rincian obat harian

7 Sanitarian 1. Menyusun rencana program kesling tahunan tingkat


Puskesmas
2. Mengumpulkan data dasar kesehatan lingkungan tingkat
Puskesmas

3. Mengolah data kesehatan kesling tingkat Puskesmas


4. Menganalisa data sederhana tingakt Puskesmas

5. Melaksanakan penyusunan rancangan kesehatan


lingkungan tingkat Puskesmas
6. melaksanakan penyusunan rancangan 3 bulanan tingkat

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 47


Puskesmas

7. melaksanakan pengamatan kesehatan lingkungan


8. melaksanakan pengawasan kesehatan lingkungan
9. melaksanakan pengambilan sampel dan spesimen
10. melaksanakan konsultasi kesehatan lingkungan
11. membuat perencanaan pemberdayaan masyarakat seara sederhana
12. kegiatan yang menunjang pelayanan tugas
keprofesian/pengurus/anggota aktif organisasi

8 Gizi
1. perencanaan kegiatan
2. penyuluhan kelompok
3. Pembinaan kader
4. Pelaksanaan pendistribusian MP-ASI
5. Pelaksanaan pemantauan MP-Asi
6. Pelaksanaan pendistribusian PMT bumil KEK-Anemis
7. pelaksanaan pemantauan PMT Bumil KEK-Anemis
8. pelaksanaan kegiatan pemntauan pelayanan posyandu
9. pelaksanaan penatalaksanaan balita gizi buruk
10. pelaksanaan pemantauan PMT balita gizi buruk
11. pelaksanaan pendistribusian suplementasi Gizi (Vit A, Fe,
Ferobion, Vical, Cavicur, Oralit)

12. pelaksanaan kegiatan pembinaan gizi di institusi (sekolah,


pekerja)

13. pelaksanaan kegitan Bulan Penimbangan Balita (BPB)


14. pelaksanaan kegiatan validasi hasil BPB
15. pelaksanaan kegiatan pelacakan baita gizi buruk
16. pelaksanaan kegiatan pemantauan garam beryodium
17. pelaksanaan kegiatan pemantauan konsumsi gizi
18. mengikuti pertemuan/rapat

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 48


19. pencatatan dan pelaporan hasil kegiatan
20. mengevaluasi hasil dan tindak lanjut kegiatan
9 Promkes
10 Perawat Gigi
1. Melakukan penyuluhan kesehatan gigi usia 6 14 th
2. Melakukan pemeriksaan Oral Higiene Index Score Askes
Gilut usia 6 14 th
3. Melakukan pemeriksaan Decay Mising Filing Teeth usia 6 14
th
4. Melakukan pencabutan gigi Persistensi
5. Menerima konsultasi dari pasien / masyarakat
6. Melakukan tugas sebagai asisten pelayanan mesik gigi
7. Melakukan pencatatan dan pelaporan kegiatan
pelayanan Askes gigi mulut rawat jalan
8. Melakukan komunikasi terapeutik kelompok usai > 15 th /
masyarakat
9. Melaksanakan penyuluhan pelayanan asuhan gigi kelompok
usia > 15 th / masyarakat
10. Melakukan penjaringan kesehatan gigi mulut usia 6 14 th di
sekolah
11. Melakukan pemeliharaan alkes gigi meliputi alat/hand instrumen
12. Melakukan sterilisasi peralatan kesehatan gigi
13. Melakukan demontrasi sikat gigi massal
14. Melakukan pemeriiksaan Oral Higiene Index Score Askes
Gilut usia > 15 th / masyarakat
15. Menjadi anggota aktif PPGI
11 Fungsional Umum
1. Menerima surat masuk
2. Membuat naskah surat keluar
3. Memasukan data SKP pegawai
4. Membuat blangko absen bulanan bidan PTT
5. Membuat surat cuti pegawai
6. Membuat SKUM pegawai
7. Membuat profil PNS
8. Membuat notelen bulanan
9. Membuat SPJ Lokmin bulanan
10. Membuat SPJ Lokmin Tribulan
11. Membuat Laporan SP3
12. Melaksanakan tugas lain
13. Mengikuti Rapat / Pertemuan SP3
14. Membuat SPJ JKN
15. Mengikuti rapat bulanan Puskesmas

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 49


Jenis Ketenagaan yang dimiliki Puskesmas Plumbon dapat dilhat pada tabel
berikut ini :
Tabel 3.9 Jenis Ketenagaan di Puskesmas Plumbon tahun 2016
No Jenis Tenga (PNS/PTT/Sukwan) Jumlah Tenaga 2016
PNS
1 Dokter 1
2 Dokter gigi 1
3 Bidan Puskesmas 5
4 Bidan desa 7
5 Perawat 11
6 Perawat gihi 1
7 Petugs gizi 1
8 Petugas Kesling 1
9 Petugas Lab 1
10 Farmasi 1
11 Administrasi 5
12 Kebersihan 1
JUMLAH 36
PTT
13 Bidan 3

SUKWAN/MAGANG
14 Perawat/Bidan 3
15 Petugas kebersihan 2
16 Admnistrasi 2
17 Supir 1

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 50


Jumlah 8
JUMLAH 47
Sumber : Laporan Prog. Promkes tahun 2016
Pendanaan UPTD Puskesmas Plumbon bersumber dari APBN
(BOK,JKN), APBD I, APBD II (Operasional Puskesmas), dan Bantuan Luar
negeri Tahun 2016. Anggaran kesehatan yang bersumber yang bersumber dari
APBN yaitu Biaya Opersional Kesehatan (BOK), yang dialokasikan untuk
meningkatkan kinerjapuskesmas dan jaringannya melalui pelayanan kesehatan
kesehatan yang bersifat prmotif dan preventif untuk mendukung pencapaian target
SPM bidang kesehatan. Tahun 2016, kapitasi anggaran dana BOK Puskesmas
Plumbon sebesar Rp. 255.500.150,. Namun anggaran BOK yang terealisasi Rp.
148.499.500.- atau 58,12 % dari kapitasi yang ada.

Tabel 3.10 Penggunaan Dana BOK Tahun 2016

No Penggunaan Jumlah (Rp) Persentase (%)


1 Prog. Yankes 25.950.000 17,47
2 Prog. Kesling 10.050.000 6,76
3 Prog. Promkes 24.320.000 16,37
4 Prog. P2P 16.930.000 11,4
5 Imunisasi 29.576.500 19,9
6 Prog.KIA 27.150.000 18,28
7 Prog.Gizi 7.658.000 5,15
8 Manajemen/Lokmin 6.749.000 4,26
Total 148.499.500
Sumber Data : Laporan BOK Puskesmas Plumbon Tahun 2016

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 51


BAB IV
PEMBAHASAN

.1. Klinik Sanitasi

4.1.1 Data hasil Konseling Penyakit Berbasis Lingkungan

4.1.1.1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Penyakit, Jenis


Kelamin, Golongan Usia dan Faktor Risiko

Tabel 4.1 Distribusi Pasien Penyakit Berbasis Lingkungan Yang Melakukan


Konseling Di Pelayanan Klinik Sanitasi Puskesmas Plumbon Kabupaten
Indramayu
8 Mei 2016 14 Juni 2017

Jumlah
No Jenis Penyakit (orang) Persentase
1 Kulit 10 37 %
2 Diare 1 3, 7 %
3 TB Paru 9 33,3 %
4 ISPA 7 26 %
Jumlah 27 100 %

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 52


Berdasarkan Tabel 4.1 Pasien penyakit berbasis lingkungan yang melakukan
konseling di pelayanan klinik sanitasi terbanyak adalah penyakit Kulit yaitu
sebesar 10 kasus (37%).

Tabel 4.2 Distribusi Pasien Penyakit Berbasis Lingkungan Berdasarkan Jenis


Kelamin Yang Melakukan Konseling Di Pelayanan Klinik Sanitasi Puskesmas
Plumbon Kabupaten Indramayu 8 Mei 2016 14 Juni 2017

Jumlah
No Jenis Kelamin Persentase
(orang)
1 Laki-Laki 11 40,7 %
2 Perempuan 16 59,3 %
Jumlah 27 100 %

Berdasarkan tabel 4.2 konseling penyakit berbasis lingkungan berdasarkan jenis


kelamin sebagian besar pada jenis kelamin perempuan yaitu 16 orang pasien
(59,3%).

Tabel 4.3 Distribusi Pasien Penyakit Berbasis Lingkungan Berdasarkan


Golongan usia Yang Melakukan Konseling Di Pelayanan Klinik Sanitasi
Puskesmas Plumbon Kabupaten Indramayu 8 Mei 2016 14 Juni 2017

Jumlah
No Golongan usia Persentase
(orang)
1 0-5 Tahun 6 22.2 %
2 6-11 Tahun 3 11,1 %
3 12-16 Tahun
4 17-25 Tahun 2 7,4 %

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 53


5 26-35 Tahun 2 7,4 %
6 36-45 Tahun 3 11,1 %
7 46-55 Tahun 7 26 %
8 56-65 Tahun 3 11,1 %
9 > 65 Tahun 1 3,7 %
Jumlah 27 100,00%

Berdasarkan Tabel 4.3 konseling penyakit berbasis lingkungan berdasarkan


golongan usia sebagian besar pada golongan usia 46-55 tahun yaitu 7 orang
pasien (26 %).

4.1.1.2. Distribusi Frekuensi Penyakit Kulit Berdasarkan Jenis


Penyakit, Jenis Kelamin, Golongan Usia dan Faktor Risiko

Tabel 4.4. Distribusi Hasil Konseling Pasien Penyakit Kulit


Berdasarkan Jenis Kelamin Di Pelayanan Klinik Sanitasi Puskesmas Plumbon Kab.
Indramayu Pada 08 Mei 2017 14 Juni 2017

No Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase


1 Laki-Laki 4 40 %
2 Perempuan 6 60 %
Jumlah 10 100 %

Berdasarkan tabel 4.4. pasien penyakit Kulit di pelayanan klinik sanitasi puskesmas
plumbon kab. Indramayu berdasarkan jenis kelamin pada tanggal 9 Mei 2017-14 Juni
2017 sebagian besar jenis kelamin perempuan sebanyak 6 pasien (60%).

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 54


Tabel 4.5. Distribusi Hasil Konseling Pasien Penyakit Kulit
Berdasarkan Golongan usia Di Pelayanan Klinik Sanitasi Puskesmas Plumbon Kab.
Indramayu Pada 08 Mei 2017 14 Juni 2017

No Golongan usia (Tahun) Jumlah (orang) Persentase


1 0-5
2 5-11 2 20 %
3 12-16
4 17-25 1 10 %
5 26-35 1 10 %
6 36-45 2 20 %
7 46-55 3 30 %
8 56-65 2 20 %
9 >65
Jumlah 10 100 %

Berdasarkan tabel 4.5 hasil konseling penyakit berbasis lingkungan di pelayanan


klinik sanitasi puskesmas plumbon kab. Indramayu pada tanggal 9 Mei 2017 14
Juni 2017 penyakit ISPA sebagian besar pada golongan usia 46-55 tahun (30%).

Tabel 4.6 Distribusi Faktor Risiko Penyakit Kulit Berdasarkan Hasil Konseling
Terkait Kondisi Lingkungan
No Uraian Konsidi Lingkungan Jumlah Persentase
1 Sumber air bersih yang digunakan

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 55


a. Ledeng (PAM), mata
60%
air terlindungi 6
b. SGL/SPT 4 40%
c. Sumur Gali 0 0,00%
d. Sungai 0 0,00%
e. Empang 0 0,00%
f. Air Hujan (PAH) 0 0,00%
2 Tempat mandi sehari-hari
a. Kamar mandi sendiri 100%
10
b. MCK (Mandi Cuci
Kakus), kamar mandi
0 0,00%
umum
c. Empang 0 0,00%
d. Sungai 0 0,00%
e. Sumur 0 0,00%

Tabel 4.7 Distribusi Faktor Risiko Penyakit Kulit Berdasarkan Hasil Konseling
Terkait Perilaku
No Perilaku Jumlah Persentase
1 Mandi menggunakan sabun
a. Ya 10 100,00%
b. Tidak 0 0,00%
2 Handuk tidak digunakan secara bersamaan
a. Ya 7 70%
B. Tidak 3 30%
3 Sabun tidak digunakan secara bersamaan
a. Ya 1 10%

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 56


b. Tidak 90%
9
4 Pasien merupakan karyawan pabrik yang selalu kontak dengan bahan
kimia
a. Ya 0 00,00%
b. Tidak 100 100,00%

Berdasarkan tabel 4.7 diketahui bahwa faktor perilaku pada pasien penyakit kulit
adalah:
a. Mandi tidak menggunakan sabun sebanyak 10 orang (100,00%)
b. Menggunakan handuk secara bersamaan sebanyak 3 orang (30%)
c. Sabun digunakan secara bersamaan sebanyak 9 orang (90%).

4.1.1.3. Distribusi Frekuensi Penyakit TB Paru Berdasarkan Jenis


Penyakit, Jenis Kelamin, Golongan Usia dan Faktor Risiko
Tabel 4.8. Distribusi Hasil Konseling Pasien Penyakit TB Paru
Berdasarkan Jenis Kelamin Di Pelayanan Klinik Sanitasi Puskesmas Plumbon Kab.
Indramayu Pada 08 Mei 2017 14 Juni 2017

No Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase


1 Laki-Laki 5 55,5 %
2 Perempuan 4 44,5 %
Jumlah 9 100 %

Berdasarkan tabel 4.8. pasien penyakit TB Paru di pelayanan klinik sanitasi


puskesmas plumbon kab. Indramayu berdasarkan jenis kelamin pada tanggal 9 Mei
2017-14 Juni 2017 sebagian besar jenis kelamin laki laki sebanyak 5 pasien (55,5%).

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 57


Tabel 4.9. Distribusi Hasil Konseling Pasien Penyakit TB Paru
Berdasarkan Golongan usia Di Pelayanan Klinik Sanitasi Puskesmas Plumbon Kab.
Indramayu Pada 08 Mei 2017 14 Juni 2017

No Golongan usia (Tahun) Jumlah (orang) Persentase


1 0-5
2 5-11 1 11,1 %
3 12-16
4 17-25 1 11,1 %
5 26-35 1 11,1 %
6 36-45 1 11,1 %
7 46-55 2 22,25 %
8 56-65 2 22,25 %
9 >65 1 11,1 %
Jumlah 9 100 %

Berdasarkan tabel 4.9 hasil konseling penyakit berbasis lingkungan di pelayanan


klinik sanitasi puskesmas plumbon kab. Indramayu pada tanggal 8 Mei 2017-14 Juni
2017 penyakit TB Paru sebagian besar pada golongan usia 46-55 dan 56-65 tahun
(22,25%).

Tabel 4.10 Distribusi Faktor Risiko Penyakit TB Paru Berdasarkan Hasil Konseling
Terkait Kondisi Lingkungan di Pelayanan Sanitasi Puskesmas Plumbon Kab.
Indramayu Pada 08 Mei 2017 14 Juni 2017
No Lingkungan Jumlah Persentase (%)
Rumah dalam keadaan gelap pada siang hari
1 a. Ya 1 11,1
b. Tidak 8 88,9
2 Rumah terdapat lubang hawa / lubang angin

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 58


a. Ya 7 77,8
b. Tidak 2 22,2
Kamar memiliki ventilasi / lubang angin
3 a. Ya 7 77,8
b. Tidak 2 22,2
Lantai rumah terbuat dari tanah
4 a. Ya 2 22,2
b. Tidak 7 77,8
Sumber: Data Primer

Tabel 4.11 Distribusi Faktor Risiko Penyakit TB Paru Berdasarkan Hasil Konseling
Terkait Perilaku di Pelayanan Sanitasi Puskesmas Plumbon Kab. Indramayu Pada 08
Mei 2017 14 Juni 2017
No Perilaku Jumlah Persentase (%)
Melakukan pengobatan TB
1 a. Ya 9 100
b. Tidak 0 0
Tidur sekamar dengan orang lain
2 a. Ya 5 55,6
b. Tidak 4 44,4
Setiap kali batuk penderita tidak menutup mulut
3 a. Ya 5 55,6
b. Tidak 4 44,4
Dahak batuk dibuang sembarangan
4 a. Ya 5 55,6
b. Tidak 4 44,4
Menggunakan alat makan secara bersama sama
5 a. Ya 7 77,8
b. Tidak 2 22,2
Perilaku merokok
6 a. Ya 2 22,2
b. Tidak 7 77,8
Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 4.11 penyakit TB Paru berdasarkan hasil konseling


terkait perilaku di pelayanan sanitasi Puskesmas Plumbon Kabupaten

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 59


Indramayu diketahui bahwa faktor lingkungan yang diduga sebagai penyebab
langsung kejadian TB tidur sekamar dengan orang lain sebanyak 5 orang
(55,6%), menggunakan alat makan secara bersama-sama sebanyak 7 orang
(77,8%), Dahak batuk dibuang sembarangan sebanyak 5 orang (55,6%).

4.1.1.4. Distribusi Frekuensi Penyakit ISPA Berdasarkan Jenis


Penyakit, Jenis Kelamin, Golongan Usia dan Faktor Risiko

Tabel 4.12. Distribusi Hasil Konseling Pasien Penyakit ISPA


Berdasarkan Jenis Kelamin Di Pelayanan Klinik Sanitasi Puskesmas Plumbon Kab.
Indramayu Pada 08 Mei 2017 14 Juni 2017

No Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase


1 Laki-Laki 2 28,5 %
2 Perempuan 5 71,5 %
Jumlah 7 100 %

Berdasarkan tabel 4.12. pasien penyakit ISPA di pelayanan klinik sanitasi puskesmas
plumbon kab. Indramayu berdasarkan jenis kelamin pada tanggal 9 Mei 2017- 14
Juni 2017 sebagian besar jenis kelamin perempuan sebanyak 5 pasien (71,5%).

Tabel 4.13. Distribusi Hasil Konseling Pasien Penyakit ISPA


Berdasarkan Golongan usia Di Pelayanan Klinik Sanitasi Puskesmas Plumbon Kab.
Indramayu Pada 08 Mei 2017 14 Juni 2017

No Golongan usia (Tahun) Jumlah (orang) Persentase


1 0-5 6 85,8 %
2 5-11

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 60


3 12-16
4 17-25
5 26-35
6 36-45
7 46-55 1 14,2 %
8 56-65
9 >65
Jumlah 7 100 %

Berdasarkan tabel 4.13 hasil konseling penyakit berbasis lingkungan di pelayanan


klinik sanitasi puskesmas plumbon kab. Indramayu pada tanggal 9 Mei 2017 14
Juni 2017 penyakit ISPA sebagian besar pada golongan usia 0-5 tahun (85,8%).

Tabel 4.14 Distribusi Faktor Risiko Penyakit ISPA Berdasarkan Hasil Konseling
Terkait Kondisi Lingkungan di Pelayanan Sanitasi Puskesmas Plumbon Kabupaten
Indramayu pada 8 Mei 2017-14 Juni 2017
No Lingkungan Jumlah Persentase (%)
1 Kondisi rumah dalam keadaan gelap
Ya 0 0
Tidak 7 100
2 Terdapat atap tembus cahaya
Ya 0 0
Tidak 7 100
3 Pintu atau jendela tembus cahaya
Ya 3 42,8
Tidak 4 57,2
4 Terdapat lubang hawa/ventilasi
Ya 6 85,8
Tidak 1 14,2
5 Luas Kamar Kurang dari 8 m 2

Ya 1 85,8

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 61


Tidak 6 14,2
6 Terdapat Cerobong asap
Ya 0 0
Tidak 7 100
Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel 4.14 pasien penyakit ISPA yang melakukan
konseling terkait kondisi lingkungan di pelayanan sanitasi Puskesmas
Plumbon 8 Mei 2017 14 Juni 2017 diketahui kondisi di rumah penderita
yang tidak terdapat atap tebus cahaya sebanyak 7 orang (100%), tidak
terdapat pintu atau jendela tembus cahaya sebanyak 4 orang (57,2%), dan
luas kamar kurang dari 8 m2 sebanyak 1 orang (14,2%).

Tabel 4.15 Distribusi Faktor Risiko Penyakit ISPA Berdasarkan Hasil Konseling
Terkait Perilaku di Pelayanan Sanitasi Puskesmas Plumbon Kabupaten Indramayu
8 Mei 2017-14 Juni 2017
No
Perilaku Jumlah Persentase (%)
.
Pembuangan dahak
a. Tempat khusus ludah/riak
0 0
(paidon)
1
b. Kamar mandi atau
1 14,2
WC/Jamban
c. Sembarang tempat 6 85,8
Menutup mulut saat batuk
2 Ya 1 14,2
Tidak 6 85,8
Membawa anak saat memasak
3 Ya 2 28,5
Tidak 5 71,5
Tidur dengan orang lain
4 Ya 7 100
Tidak 0 0
5 Bahan bakar untuk memasak
Gas 7 100
Minyak tanah 0 0,00

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 62


Arang 0 0,00
Kayu Bakar 0 0
Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel 4.15 perilaku pasien penyakit ISPA berdasarkan
hasil konseling terkait kondisi lingkungan di pelayanan sanitasi Puskesmas
Plumbon Kabupaten Indramayu diketahui bahwa faktor perilaku penderita
yang diduga sebagai penyebab kejadian ISPA yakni pada perilaku tidur
dengan orang lain sebesar 100%.

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 63


4.1.2. Hasil Investigasi/Kunjungan Rumah

4.1.2.1. Hasil Investigasi penyakit kulit


Tabel 4.16 Hasil Observasi Kunjungan Rumah Faktor Risiko Penderita Kulit di Puskesmas Plumbon 8 Mei 2017 14 Juni
2017

No Nama L/P Usia Faktor Risiko Lingkungan Faktor Risiko perilaku Saran / tindak

(thn)
1 Cakra L 11 1.Sumber air sumur gali dekat 1. Ibu penderita yang jarang lebih 1.Melakukan perilaku hidup
dengan kandang ternak dengan dari 2 minggu sekali menjemur bersih dan sehat
jarak 3 m dan dekat dengan septic kasur dan bantal
2.Penderita jangan bermain di air
tank dengan jarak 3 m
2.Ibu penderita membersihkan yang kotor
2.Ruang kamar tidur penderita bak mandi 1 blan sekali
yang gelap sehingga tidak ada
3.Ibu penderita tidak
cahaya matahari masuk
membersihkan gayung yang
dipakai sehingga banyak lumut.
2 Daryem P 60 1. Sumber air sumur gali dekat 1. Menggunakan handuk sendiri 1. Melakukan perilaku hidup
dengan kandang ternak namun terlihat tidak bersih bersih dan sehat
2. Kasur, bantal dijemur 2 kali 2. Faktor lain yaitu alergi
berjarak 5 m dan dekat dengan
dalam sebulan makanan ikan, sehingga

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 64


septic tank berjarak 3 m 3. Menggunakan sabun saat menghindari factor alergi
2. Kurangnya ventilasi udara di
mandi, namun tempat sabun tersebut
kamar penderita 3. Mencuci handuk agar bersih
yang kotor
3. Ruang kamar tidur yang gelap 4. Menjemur kasur di
sehingga cahaya matahari bawahsinar matahari
5. Jangan memakai air sumur,
sedikit yang masuk
4. Air sumur gali berwarna gelap, karena air sumur yang tidak
baunya seperti bau cubluk sesuai persyaratan
dipakai untuk menyiram sisa
bekas cucian
3 Nanda L 18 1. Tidak adanya ventilasi udara 1. Mengganti pakaian 1 hari 1. Melakukan perilaku hidup
2. Kontruksi bangunan tidak
sekali hari sekali bersih dan sehat
permanen terbuat dari bilik 2. Tidak menggunakan handuk 2. Membuka jendela dan pintu
3. Lantai hanya beralaskan tanah
bersih untuk mengeringkan agar terdapat sirkulasi udara
4. Jarak rumah dengan sumber
3. Menjemur kasur
badan setelah mandi
pencemar (empang dan 4. Mengganti pakaian minimal 2
3. Tidak pernah menjemur kasur
terdapat tumpukan sampah) kali sehari
sehingga menjadi tempat
yaitu 5m
perkembangbiakan kuman
5. Terdapat tumpukan sampah
didalam kamar
4 Ahmad L 34 1. Air yang digunakan sumur 4. Tidak menjemur handuk 1. Membuka Jendela dan pintu
untuk mandi dan ledeng untuk

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 65


minum setiap hari agar ruangan tidak lembab
2. Sumber air berjarak lebih dari 5. Mengganti pakaian 2 hari 2. TIdak menggunakan pakaian
10 m dari sumber pencemar sekali orrang lain
6. Penderita tidak memakai 3. Menhemur handuk di bawah
limbah
3. Keaadaan rumah yang lembab handuk bersama-sama sinar matahari
7. Menjemur kasur dan bantal 4. Menjemur peralatan tidur
1 bulan sekali
8. Penderita berganti pakaian
dengan orang lain

5 Fitri P 11 1. Air yang digunakan sumur 1. Penderita yang senang 1.Melakukan PHBS
untuk mandi dan minum bermain di empang yang
2. Sumber air berjarak kurang 2. Menggunakan handuk sendiri
kotor, sehingga kuman
dari 10 m dari sumber
menempel ditubuh
pencemar (septic tank) 2. Kuku tangan yang kotor,
3. Terdapat lemari namun baju
sehingga terjadinya transmisi
disimpan di keranjang
kuman dari kuku ke tubuh
sehingga ditakutkan baju
menjadi kotor kembali 3.Kuku penderita kotor dan
panjang

4. Menggunakan handuk
bersama sama

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 66


5. Kasur sering dijemur 1
minggu sekali namun
keaadaan kasur tetap tidak
bersih
6. Mengganti pakaian lebih dari
2x dalam sehari

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 67


Pasien Cakra
No Uraian Hasil Ket
Terdapat suber pencemar Ya (septic tank dan
1 terhadap sumber air bersih kandang ternak) TMS
Ya (Bau dan
2 Keadaan Fisik Air bersih warna) MS
3 Kuantitas Air bersih Ya MS
4 Ketersediaan sabun mandi Ada MS
5 Keadaan pakaian bersih Kotor TMS
Keadaan tempat tidur
6 bersih Kotor TMS

Pasien Daryem
No Uraian Hasil Ket
Terdapat suber pencemar Ya (septic tank
1 terhadap sumber air bersih dan kandang TMS
PDAM ya (baud MS
an warna) dan
2 Keadaan Fisik Air bersih Sumur tidak TMS
3 Kuantitas Air bersih Ya MS
4 Ketersediaan sabun mandi Ada MS
5 Keadaan pakaian bersih Kotor TMS
Keadaan tempat tidur
6 bersih Kotor TMS

Pasien Nanda
N
o Uraian Hasil Ket
Terdapat suber pencemar
1 terhadap sumber air bersih Sungai TMS
2 Keadaan Fisik Air bersih Ya MS
3 Kuantitas Air bersih Ya MS
4 Ketersediaan sabun mandi Ada MS
5 Keadaan pakaian bersih Kotor TMS
Keadaan tempat tidur
6 bersih Kotor TMS

Pasien Ahmad

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 68


No Uraian Hasil Ket
Terdapat suber pencemar
terhadap sumber air bersih Tidak MS
Keadaan Fisik Air bersih Ya MS
Kuantitas Air bersih Cukup MS
Ketersediaan sabun mandi Ada MS
Keadaan pakaian bersih Bersih MS
Keadaan tempat tidur
bersih Bersih MS

Pasien Fitri
No Uraian Hasil Ket
Terdapat suber pencemar
1 terhadap sumber air bersih Ya (septic tank) TMS
Ya (bau dan
2 Keadaan Fisik Air bersih warna) MS
3 Kuantitas Air bersih Cukup MS
4 Ketersediaan sabun mandi Ada MS
5 Keadaan pakaian bersih Kotor TMS
Keadaan tempat tidur
6 bersih Kotor TMS

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 69


4.1.2.2. Hasil Investigasi penyakit TB paru
Tabel 4.17 Hasil Observasi Kunjungan Rumah Faktor Risiko Penderita TB Paru di Puskesmas Plumbon 8 Mei 2017 14
Juni 2017

No Nama L/P Usia Faktor Risiko Lingkungan Faktor Risiko perilaku Saran / tindak

(thn)
1 Halima P 11 1. Kurangnya pencahayaan 1. Terkadang tidak menutup 1. Menukarkan kamar tidur
alami yang masuk ke dalam mulut saat batuk atau bersin penderita dengan kamar tidur
2. Membuang dahak di kamar
kamar penderita kakak penderita dikarenakan
2. Lubang ventilasi yang sedikit mandi
kamar kakak penderita
di kamar tidur penderita
pencahayaan dan ventilasinya
lebih baik
2. Menutup mulut saat batuk
atau bersin
3. Membuang dahak di tempat
khusus

2 Rasyam L 52 1. Luas rumah tidak sesuai 1. Tidur sekamar dengan orang 1. Memisahkan kamar tidur
dengan jumlah anggota lain penderita dengan yang lain

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 70


keluarga 2. Tidak menutup mulut saat 2. Membuka gorden pada ruang
2. Ventilasi < 15 % dari lantai
batuk atau bersih keluarga agar cahaya matahari
rumah 3. TIdak merapikan pakaian,
masuk kedalam rumah
3. Kurangnya pencahayaan alami
sehingga pakaian berserakan 3. Membuka pintu untuk
yang masuk ke dalam rumah 4. Penderita berbicara terlalu
sirkulasi udara
dekat dengan orang lain 4. Menggunakan masker saat
khususnya bayi menggendong bayi

3 Ruli L 17 1. Luas ventilasi < 15 % dari 1. Penderita tidur dimana saja, 1. Membuang dahak di pot
lantai rumah sehingga berbaur dengan yang khusus
2. Kurangnya pencahayaan alami 2. Membuka jendela dipagi dan
lain
yang masuk ke dalam rumah 2. Berbicara dekat terhadap sore hari
3. Membuka gorden di pagi hari
orang lain
4. Ventilasi yang ditutup oleh
3. Membuang dahak dimana saja
4. Menggunakan alat makan dan kertas dibuka, dan ditutup
minum dengan yang lain oleh kawat kasa agar nyamk
tidak masuk dan untuk
sirkulasi udara
5. Memisahkan alat makan dan
minum dengan yang lain
4 Taryono L 60 1. Luas ruangan tidak sesuai 1. Membuang dahak di botol 1. Membuka gorden jendela,
dengan hunian bekas minuman lalu dibuang agar sinar matahari masuk

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 71


2. Tidak adanya ventilasi, hanya 2. Alat makan dan minum 2. Memisahkan alat makan
ada pintu yang berukuran dipakai bersama anggota penderita dengan anggota
sedang keluarga lainnnya keluarga yang lain
3. Cahaya matahari tidak masuk 3. Becicara terlalu dekat dengan 3. Membuang dahak di tempat
kedalam ruangan, sehingga orang lain khusus
4. Membuka pintu setiap hari
keadaan rumah menjadi gelap
karena hanya ada pintu saja
dikarenakan jendela yang
untuk sirkulasi udara
ditutup dan hanya sedikit
5 Komariah P 41 1. Luas ventilasi < 15 % luas 1. Penderita berbicara dekat 1. Memisahkan kamar tidur
lantai pada ruang tamu dan dengan orang lain penderita dengan anaknya
2. Penderita tidur sekamar 2. Membuka gorden jendela
ruang tengah
2. Cahaya matahari kurang untuk dengan anaknya bagian ruang tenga agar
3. Penderita memakai alat
memasuki ruang tengah cahaya matahari masuk
makan dan minum dengan 3. Menjemur tempat tidur setiap
dikarenakan samping rumah
anggota keluarga hari
terdapat bangunan sehingga
4. Tidak menjemur kasur
tertutupi
3. Dinding rumah masih semi
permanen
4. Luas hunian kamar tidak
sesuai dengan jumlah angoota
yang tidur dikamar tersebut

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 72


6 Juminah P 52 1. Luas ventilasi < 15 % luas 1. Penderita bicara terlalu dekat 1. Berbicara jangan terlalu dekat
ruangan dengan orang lain, sehingga dengan orang lain
2. Luas rumah tidak sesuai 2. Memisahkan kamar tidur
anaknya tertular
dengan jumlah hunian 2. Menggunakan alat makan dan penderit dengan yang lain
3. Jendela permanen, sehingga 3. Memisahkan alat makan dan
minum dengan orang lain
hanya ada pintu saja yang bias 3. Tidur sekamar dengan orang minum dari yang lain
4. Membuka pintu setiap pagi
dibuka lain
4. Tidak menjemur kasur dan sore agar sirkulasi udara
5. Jarang membukuka pintu agar
masuk
sirkulasi udara masuk 5. Menjemur kasur setiap hari
7 Rofikin L 34 1. Luas ventilasi < 15 % luas 1. Tidak pernah membuka pintu 1. Menjemur kasur setiap hari
2. Membuka jendela atau pintu
ruangan atau jendela agar udara masuk
2. Dahulu memisahkan alat minimal pagi dan sore hari
3. Memisahkan alat makan
makan dan minum penderita
penderita dengan yang lain
namun sekarang tidak
3. Menjemur kasur 1 minggu
sekali

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 73


PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 74
Tabel 4.18 Hasil Pengukuran Fisik Rumah dan factor perilaku penyakit TB Paru

Pasien halima
No Uraian Hasil Ket
1 Lingkungan
Kekuatan Cahaya
a. Ruang tamu 93,5 lux MS
b. Kamar tidur
penderita 4,06 lux TMS
c. Ruang keluarga 1765,6 lux MS
Suhu
a. Ruang tamu 32,2 oC 32,3 oC TMS
b. Kamar tidur penderita 31,8 oC 31,9 oC TMS
c. Ruang keluarga 31,8 oC 32,1 oC TMS
Kelembaban
a. Ruang tamu 63,6 % - 64,6 % TMS
b. Kamar tidur penderita 64,5 % - 69,1 % TMS
c. Ruang keluarga 65,1 % - 68,4 % TMS

Luas Ventilasi
L lantai= 4 m x 2,6 m
= 1,4 m2

Luas ventilasi :
Ventilasi = 0,2 m x
0,2 m = 0,04 m x 10
buah= 0,4 m2

Pintu = 2 m x 0,6 m
= 1,2 m2
Total luas ventilasi =
0,4 m2 + 1,2 m2 =
1,6 m2

a. Ruang tamu % ventilasi = 10,4


m2 x 10 % = 1,04 m2 MS
b. Kamar tidur penderita L lantai= 2,8 m x TMS
2,8m = 7,84 m2

Luas ventilasi :

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 75


Jendela = x a x t =
x 0,2 x1 = 0,1 m2
x 2 = 0,2 m2
Jendela = 0,2 m x
1,07 m = 0,1214 m2

Total luas jendela 0,2


+ 0,214 m2 = 0,414
m2

Ventilasi = 0,2 x 0,2


m = 0,04 m2 x 6
buah = 0,24 m2

Total luas ventilasi =


0,24 m2 + 0,414 m2
= 0,654 m2

% ventilasi = 7,84
m2 x 10 % = 0,784
m2
L lantai= 5m x 2,7 m
= 13,5 m2

Luas ventilasi :
Ventilasi = 0,2 m x
0,2 m = 0,04 m x 5
buah= 0,2 m2

Pintu = 2 m x 0,85 m
= 1,7 m2
Total luas ventilasi =
0,2 m2 + 1,7 m2 =
1,9 m2

% ventilasi = 13,5
m2 x 10 % = 1,35 m2
c. Ruang keluarga MS

2 Perilaku
Dahak di buang pada Ya MS

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 76


tempat khusus
Jendela dibuka, terutama
pagi hari Ya MS
Alat makan tidak
digunakan bersamaan Ya MS

Pasien Rasyam
No Uraian Hasil Ket
1 Lingkungan
Kekuatan Cahaya
a. Ruang utama 458 MS
b. Kamar tidur
penderita 59,3 TMS
Suhu
a. Ruang utama 32,9 oC 33,4 oC TMS
b. Kamar tidur penderita 32,5 oC 32,6 oC TMS
Kelembaban
a. Ruang utana 61,9 % - 68,8 % TMS
b. Kamar tidur
penderita 65,4 % - 70,8 % TMS

Luas Ventilasi
a. Ruang utama Luas lantai: 2,65 m x MS
4,6 m = 12,19 m2

Luas ventilasi : 0,03


m x 0,65 m = 0,0195
m2

Pintu = 1,8 m x 0,75


m = 1,35 m2

Total luas ventilasi =


0,0195 m2 + 1,35 m2
= 1,3695 m2

10% ventilasi : 10 %

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 77


x 12,19 m2 = 1,219
m2

Luas ventilasi 0,04 m


x 0,64 m = 0,0256
m2

Luas lantai = 2,65 m


x 2,65 m = 7,0225
m2

b. Kamar tidur 10 % luas ventilasi =


penderita 10 % x 7,0225 m2
= 0,70225 m2 TMS
2 Perilaku
Dahak di buang pada Tidak TMS
tempat khusus
Jendela dibuka, terutama
pagi hari Tidak TMS
Alat makan tidak
digunakan bersamaan Ya MS

Pasien Ruli
No Uraian Hasil Ket
1 Lingkungan
Kekuatan Cahaya
a. Ruang utama 539 lux TMS
Suhu
Max 32,9
a. Ruang utama Min 32,3 TMS
Kelembaban
Max 65,5
a. Ruang utana Min 62,4 TMS

Luas Ventilasi Luas lantai = 8 m x 5 TMS


m = 40 m2
Pintu = 1,8 m x 0,9 m
= 1,62 m2
10 % ventilasi = 10%

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 78


40 m2 = 4 m2
a. Ruang utama
2 Perilaku
Dahak di buang pada
tempat khusus Tidak TMS
Jendela dibuka, terutama
pagi hari Tidak TMS
Alat makan tidak
digunakan bersamaan Tidak TMS

Pasien Taryono
No Uraian Hasil Ket
1 Lingkungan
Kekuatan Cahaya
d. Ruang utama 434,4 lux MS
Suhu
d. Ruang utama 33,6 oC 33,5 oC TMS
Kelembaban
d. Ruang utama 70,2 % - 63,2 %
TMS

Luas Ventilasi
Luas pintu = 1,6 m x
0,9 m = 1,44 m2

Luas rumah = 6 m x
9 m= 54 m2

d. Ruang utama 10 % ventilasi= 10 %


54 m2 = 5,4 m2 TMS

2 Perilaku
Dahak di buang pada
tempat khusus Tidak TMS
Jendela dibuka, terutama
pagi hari Tidak TMS
Alat makan tidak
digunakan bersamaan Ya TMS

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 79


Pasien komariah
No Uraian Hasil Ket
1 Lingkungan
Kekuatan Cahaya
a. Ruang tamu 326 lux MS
b. Kamar tidur
penderita 111,3 lux MS
Suhu
e. Ruang tamu 30,7 oC 30,9 oC TMS
f. Kamar tidur penderita 30,5 oC 30,6 oC TMS
Kelembaban
e. Ruang tamu 71,1 % - 73,5% TMS
f. Kamar tidur penderita 68,7 % - 72,4 % TMS
Luas Ventilasi
L lantai= 2,88 m x 4
m = 11, 52 m2

Luas ventilasi :
jendela = 1 m x 0,4 m
= 0,4 m x 2buah= 0,8
m2

Pintu = 2,8 m x 2 m
= 5,6 m2
Total luas ventilasi =
0,8 m2 + 5,6 m2 =
6,4 m2

e. Ruang tamu % ventilasi = 11,52


m2 x 10 % = 1,52 m2 MS
f. Kamar tidur penderita L lantai= 3m x 3m = TMS
9 m2

Luas ventilasi :
Jendela = 1 m x 0,41
m = 0,41 m

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 80


% ventilasi = 9 m2 x
10 % = 0,9 m2

2 Perilaku
Dahak di buang pada
tempat khusus Ya MS
Jendela dibuka, terutama
pagi hari Ya MS
Alat makan tidak
digunakan bersamaan Ya MS

Pasien Juminah
No Uraian Hasil Ket
1 Lingkungan
Kekuatan Cahaya
7. Ruang tamu 1249 lux MS
8. Kamar tidur penderita 33,5 lux TMS
Suhu
g. Ruang tamu 31,2 oC 31,3 oC TMS
h. Kamar tidur penderita 31,6 oC 31,8 oC TMS
Kelembaban
g. Ruang tamu 68,0 % - 71,5% TMS
h. Kamar tidur penderita 68,7 % - 70,3 % TMS
Luas Ventilasi
g. Ruang tamu L lantai = 2 m x 3,5 MS
m = 7 m2

Luas ventilasi :
ventilasi = 0,12 m x
0,25 m = 0,03 m x 5
buah= 0,15 m2

Pintu = 0,8 m x 1,5m


= 1,2 m2
Total luas ventilasi =
0,15 m2 + 1,2 m2 =
1,35 m2

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 81


% ventilasi = 7 m2 x
10 % = 0,7 m2
L lantai= 2m x2,5m =
10 m2

Luas ventilasi :
ventilasi = 0,12 m x
0,25 m = 0,03 m
h. Kamar tidur penderita % ventilasi = 10 m2
x 10 % = 1 m2 TMS

2 Perilaku
Dahak di buang pada
tempat khusus Tidak TMS
Jendela dibuka, terutama
pagi hari Tidak TMS
Alat makan tidak
digunakan bersamaan Tidak TMS

Pasien Rofikin
No Uraian Hasil Ket
1 Lingkungan
Kekuatan Cahaya
9. Ruang utama 1439 lux MS
Suhu
i. Ruang utama 31,6 oC 31,8 oC TMS
Kelembaban
i. Ruang utama 67,1 % - 71,9 %
TMS

Luas Ventilasi
i. Ruang utama Luas pintu = 0,8 m x MS
2 m = 1,6 m2
Luas ventilasi = 0,03
m x 0,5 m = 0,015
m2
Total luas ventilasi :
1,6 m2 + 0,015 m2 =
1,615 m2

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 82


Luas rumah = 3 m x
3 m= 9 m2

10 % ventilasi= 10 %
9 m2 = 0,9 m2

2 Perilaku
Dahak di buang pada
tempat khusus Ya MS
Jendela dibuka, terutama
pagi hari Tidak TMS
Alat makan tidak
digunakan bersamaan Ya TMS

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 83


4.1.2.3. Hasil investigasi penyakit ISPA
Tabel 4.19 Hasil Observasi Kunjungan Rumah Faktor Risiko Penderita ISPA di Puskesmas Plumbon 8 Mei 2017 14 Juni
2017

No Nama L/P Usia Faktor Risiko Lingkungan Faktor Risiko perilaku Saran / tindak

(thn)
1 Nabila P 7 1. Memakai tungku biasa 1. Jarang membersihkan lantai 1. Membersihkan rumah seperti
bulan untuk memasak sehingga karena banyak debu terdapat lantai dinding dll, agar tidak
terdapat asap di bagian dilantai menumpuknya debu.
2. Ibu penderita tidak menutup 2. Membuka jendela dan pintu
dapur
3. Ibu penderita tidak
2. Tidak adanya ventilasi mulut penderita saat
menggendong penderita saat
untuk lubang hawa penderita batuk
3. Menggendong penderita saat memasak
sedang memasak didapur

2 Delia P 3,5 1. Kurangnya ventilasi 1. Tidak membersihkan rumah 1. Membersihkan rumah (lantai
2. Penderita tidak menutup
tahun karena jendela permanen dan dinding)
2. Luas hunian tidak sesuai mulut saat batuk 2. Membuka pintu dan jendela
3. Pencahayaan kurang 3. Penderita tidur sekamar
setiap hari
dengan orang lain

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 84


3 Syifan P 1,5 1. Kurangnya pencahayaan 1. Ibu penderita jarang 1. Membuka jendela dan pintu
i tahun sehingga ruangan gelap membersihkan rumah dan setiap hari
2. Kurangnya udara yang 2. Membersihkan lantai, dan
merapikan rumah sehingga
masuk karena ventilasi dinding rumah
banyak debu
3. Ibu penderita menututp mulut
tertutup 2. Penderita tidak menutup
penderita saat batuk
mulut saat batuk
3. Penderita tidur sekamar
dengan orang lain
4 Shinta P 4 1. Kurangnya pencahayaan 1. Ibu penderita jarang 1. Membuka jendela dan pintu
tahun sehingga ruangan gelap membersihkan rumah bagian setiap hari
2. Kurangnya udara yang 2. Membersihkan lantai, dan
atap sehingga banyak jarring
masuk karena ventilasi dinding rumah
laba-laba
3. Ibu penderita menututp mulut
tertutup 2. Ibu penderita tidak menata
3. Minimnya ventilasi pada penderita saat batuk
dengan rapih benda pada
4. Hindarkan penderita dari asap
bagian dapur
bagian dapur
4. Tidak adanya ventilasi rokok
3. Penderita tidak menutup
pada bagian dapur
mulut saat batuk
5. Penderita tidur sekamar
dengan orang lain
6. Ayah penderita yang suka
merokok di dekat penderita
5 Putra L 3 1.Kurangnya pencahayaan 1. Ibu penderita jarang 1. Membuka jendela dan pintu

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 85


tahun sehingga ruangan gelap membersihkan rumah bagian setiap hari
2.Kurangnya udara yang 2. Membersihkan lantai, dan
atap sehingga banyak jarring
masuk karena ventilasi dinding rumah
laba-laba
3. Ibu penderita menututp mulut
tertutup 2. Ibu penderita tidak menata
penderita saat batuk
dengan rapih benda pada
3.Minimnya ventilasi pada 4. Hindarkan penderita dari asap
bagian dapur
bagian dapur rokok
3. Penderita tidak menutup
mulut saat batuk
4. Penderita tidur sekamar
dengan orang lain
5. Ayah penderita yang suka
merokok di dekat penderita

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 86


4.1.3. Pembahasan
a. Penyakit TB Paru

Dari hasil konseling didapatkan 3 pasien penyakit TB Paru,


kedua pasien tersebut berjenis kelamin laki-laki 2 orang dan
perempuan 1 orang. Dari hasil investigasi didapatkan 7 pasien yang
telah dikunjungi. 4 pasien diantaranya tidak dilakkan konseling karena
pasien tersebut ditemukan dilapangan.

Dari hasil pengolahan data hasil investigasi kunjugan pasien


TB diperoleh distribusi pasien berdasarkann jenis kelamin yaitu 45,5
% perempuan sedangkan laki laki 55,5 % . Dari hasil ivestigasi di
dapati jumlah pasien laki laki mempunyai jumlah yang lebih besar.

Penyakit TB mempunyai berapa faktor resiko diantaranya


faktor pengetahuan, lingkungan, faktor perilaku, faktor sarana, dan
lain-lain. Pada investigasi yang kami lakukan, faktor yang kami amati
hanya faktor lingkungan dan perilaku dan pengamatan tersebut
menggunakan lembar wawancara klinik sanitasi dan lembar
wawancara PBTKL mengenai penyakit TB.

Dari hasil konseling dan investigasi didapatkan faktor


penyebab penyakit TB Paru berdasarkan kondisi lingkungan dan
perilaku. Menurut Parija dalam Textbook Of Microbiology and
Immunology disebutkan bahwa Mycrobacterium tuberculosis dapat
hidup dan tumbuh pada suhu antara 25 40 0C dan suhu optimum
untuk hidup adalah 370C. Menurut sumber lain bakteri tersebut dapat
hidup dan berkembang pada kelembaban tinggi yaitu pada
kelembaban lebih dari 60 %. Menurut data hasil pengukuran pada
investigasi kunjungan pasien TB, dari 7 pasien/ klien memiliki 100 %
faktor resiko suhu dan kelembaban pada kamar dan ruangan keluarga.

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 87


Kekuatan cahaya pada rumah 3 pasien pada bagian kamar tidur
kurang dari 60 lux sehingga ruangan terasa gelap dan tidak ada cahaya
yang masuk kedalam ruangan.

Kurangnya ventilasi di ruangan akan menghambat pertukaran


udara sehingga udara kotor dan bakteri yang di dalam ruangan tetap
ada dan semakin bertambah. Luas Ventilasi yang tidak sesuai dengan
persyaratan rumah sehat yaitu 10 % dari luas lantai sebanyak 4 rumah
pada bagian kamar tidur, dan sebanyak 3 rumah pada bagian ruang
tamu. Membuang dahak sembarangan dapat memicu penularan
penyakit TB Paru karena bakteri dalam dahak tersebut dapat menyebar
melalui udara. Tidur dengan orang lain dapat mempermudah penularan
kepada orang yang tidak menderita TB Paru karena penularannya
melalui udara sehingga semakin cepat sebanyak 55,6 %.
Menggunakan alat makan secra bersamaan dapat menularkan penyakit
TB Paru yakni dari bakteri yang ada pada ludah yang menempel pada
alat makan seperti menggunakan gelas secara bersamaan sebanyak
77,8 %. Selain itu perilaku tidak menutup mulut pada saat batuk dapat
menularkan penyakit TB Paru yaitu dari percikan ludah yang keluar
dari mulut akan mengeluarkan banyak bakteri dan menyebar melalui
udara sehingga mempermudah terjadinya penularan.

b. Penyakit kulit
Berdasarkan hasil konseling di dapatkan pasien penyakit kulit
sebanyak 10 orang, sebagian besar pasien tersebut berjenis kelamin
perempuan yaitu sebanyak 6 orang (60%). Dari seluruh pasien
penyakit kulit diderita oleh pasien dengan usia 46-55 tahun sebanyak 3
orang (30%). Sedangkan dari hasil investigasi, didapatkan 5 rumah
pasien penyakit kulit yang telah dikunjungi.

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 88


Dari hasil konseling dan investigasi didapatkan faktor
penyebab terjadinya penyakit kulit karena perilaku. Rumah yang
jarang di bersihkan, tempat tidur yang tidak dibersihkan serta spray
yang tidak diganti dapat menjadi pemicu hidupnya pinjal yang dapat
menjadi penyebab penyakit kulit dengan cara menggigit manusia.
Hasil dari kunjungan rumah 100 % penderita memakai sabun mandi
bersamaan hal itu dapat memudahkan terjadinya penularan penyakit
kulit karena kuman dari penderita penyakit kulit akan menempel pada
sabun tersebut. Perilaku membersihkan diri yang tidak baik seperti
jarang mandi serta tidak mengganti pakaian yang sudah kotor dapat
memudahkan terjadinya penyakit kulit. Kondisi rumah dengan
kelembaban yang tinggi melebihi 40-60% juga dapat menyebabkan
penyakit kulit, karena semakin lembab suatu ruangan maka tempat
tersebut menjadi tempat untuk tumbuhnya jamur.

c. Penyakit ISPA
Berdasarkan hasil konseling di dapatkan pasien penyakit ISPA
sebanyak 7 orang, sebagian besar pasien tersebut berjenis kelamin
perempuan yaitu sebanyak 5 orang 71,5%. Dari seluruh pasien
penyakit ISPA diderita oleh pasien dengan usia 0-5 tahun sebanyak 6
orang (85,8%). Sedangkan dari hasil investigasi, didapatkan 5 rumah
pasien ISPA yang telah dikunjungi.
Berdasarkan hasil konseling dan investigasi didapatkan faktor
penyebab penyakit ISPA berdasarkan kondisi lingkungan dikarenakan
kurangnya ventilasi di dalam rumah sehingga pertukaran udara tidak
berjalan lancar. Selain itu tidak adanya atap atau jendela tembus
cahaya sehingga tidak ada cahaya yg masuk kedalam ruangan. Ukuran
ruangan yang tidak sesuai dengan jumlah penghuni sehingga ruangan
menjadi lebih pengap dan susah untuk mendapatkan oksigen. Tidak

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 89


adanya cerobong asap pada bagian dapur yang mengakibatkan asap
tidak keluar dari ruangan sehingga ruangan tersebut menjadi sesak.
Selain faktor lingkungan, faktor penyebab penyakit ISPA juga
diakibatkan dari perilaku yaitu membuang dahak sembarangan
sehingga bakteri yang ada dalam dahak tersebut dapat menular kepada
orang lain. Perilaku tidak menutup mulut pada saat batuk juga menjadi
penyebab terjadinya penularan penyakit ISPA karena pada saat batuk
bakteri akan keluar dan dengan mudah menyebar melalui udara. Selain
itu factor perilaku yang tidak membersihkan rumah meliputi lantai
atau dinding sehingga penuh debu. Perilaku anggota keluarga yang
merokok dekat penderita sehingga menjadi faktor risiko penyakit
ISPA.
4.1.4. Lintas Sektor

Kerja sama lintas sektor yang ada di Puskesmas Plumbon yang


berhubungan dengan penyakit berbasis lingkungan yaitu:

a. Adanya kerja sama antara perangkat desa untuk memberikan


penyuluhan mengenai penyakit berbasis lingkungan
b. Adanya kerja sama antara Puskesmas Plumbon dengan instansi
pendidikan untuk menjadi juru pantau jentik di lingkungan sekitar.
c. Adanya kerja sama antara Puskesmas dengan perangkat desa
setempat yakni memberikan data rumah tidak sehat sehingga bisa
dilakukan tindak lanjut oleh perangkat desa untuk diperbaiki
kondisi bangunannya sehingga tidak menjadi salah satu penyebab
penyakit.

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 90


.2. Administrasi dan Manajemen Kesehatan Lingkungan
4.2.1. Unsur-unsur Manajemen
Dalam sebuah manajemen terdapat 5 unsur yaitu :

1. Man

Dalam manajemen, faktor manusia adalah yang paling


menentukan. Manusia yang membuat tujuan dan manusia pula yang
melakukan proses untuk mencapai tujuan. Tanpa ada manusia tidak
ada proses kerja, sebab pada dasarnya manusia adalah makhluk kerja.

Struktur organisasi di Puskesmas Plumbon mengacukepada


Peraturan Bupati Indramayu no 15 tahun 2009 tentang organisasi dan
tatakerja unit pelaksana teknis dinas puskesmas pada dinas kesehatan
Kabupaten Indramayu.

2. Money

Uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan.


Uang merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai. Besar-kecilnya
hasil kegiatan dapat diukur dari jumlah uang yang beredar dalam
perusahaan.
Pendanaan UPTD Puskesmas Plumbon bersumber dari APBN
(BOK,JKN), APBD I, APBD II (Operasional Puskesmas), dan
Bantuan Luar negeri Tahun 2016. Anggaran kesehatan yang
bersumber yang bersumber dari APBN yaitu Biaya Opersional
Kesehatan (BOK), yang dialokasikan untuk meningkatkan
kinerjapuskesmas dan jaringannya melalui pelayanan kesehatan
kesehatan yang bersifat prmotif dan preventif untuk mendukung
pencapaian target SPM bidang kesehatan. Tahun 2016, kapitasi
anggaran dana BOK Puskesmas Plumbon sebesar Rp. 255.500.150,.

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 91


Namun anggaran BOK yang terealisasi Rp. 148.499.500.- atau 58,12
% dari kapitasi yang ada.
3. Material
Materi terdiri dari bahan setengah jadi (raw material) dan
bahan jadi. Dalam dunia usaha untuk mencapai hasil yang lebih baik,
selain manusia yang ahli dalam bidangnya juga harus dapat
menggunakan bahan/materi-materi sebagai salah satu sarana. Sebab
materi dan manusia tidaki dapat dipisahkan, tanpa materi tidak akan
tercapai hasil yang dikehendaki.
Sarana prasarana yang terdapat di bagian kesehatan lingkungan
yaitu :
1. Ruang Konseling
2. Alat tulis kantor
3. Pedoman Inspeksi
4. Pedoman konseling klinik sanitasi
5. Sanitarian Kit
6. Proyektor

4. Methode
Puskesmas Plumbon memiliki program-program untuk
menunjang kegiatan puskesmas termasuk bagian Kesehatan
Lingkungan seperti klinik sanitasi dan lain-lain.
Sistem penerimaan PNS didasarkan dari Negara, sedangkan
pegawai magang terdapat tes tulis dan wawancara di Puskesmas
Plumbon. Terdapat pegawai PTT yang ditunjuk oleh pusat daerah.
Sistem pelaporan dan pencatatan di Puskesmas Plumbon, pada
setiap kegiatan lapangan disediakan laporan catatan dinas. Setiap
melakukan kegiatan di luar gedung pegawai mengisi laporan tersebut
dan setiap harinya di laporkan kepada kepala Puskesmas, laporan
tersebut berisi judul kegiatan, tanggal kegiatan, sasaran kegiatan,
hasil kegiatan, kesimpulan dan saran.
Setiap 1 bulan sekali adanya laporan kegiatan dan keuangan
di luar gedung dan dilaporkan ke Dinas Kesehatan.

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 92


4.2.2. Pelaksanaan Program Kesehatan Lingkungan di Puskesmas
Plumbon

Untuk mencapai tujuan yaitu meningkatkan derajat keseahatan


dalam pelayanan kesehatan terhadap masayarakat, diperlukannya suatu
program agar terlaksananya kegiatan sesuai dengan tujuan awal.
Program kesehatan lingkungan yang direncanakan oleh Puskesmas
Plumbon tahun 2017 sebagai berikut :

1. Cakupan pengawasan rumah sehat target yaitu 75 %


2. Cakupan pengawasan Sarana Air Bersih (SAB) Target 80 %
3. Cakupan pengawasan jamban target 75 %
4. Cakupan pengawasan SPAL (Saluran pembuangan air limbah)
dengan target pencapaian yaitu 80 %
5. Cakupan pengawasan sanitasi tempat-tempat umum (TTU) target
75 %
6. Cakupan pengawasan sanitasi tempat pengolahan makanan (TPM)
dengan target pencapaian yaitu 75 %
7. Cakupan Pengawasan Industri dengan target pencapaian yaitu 75
%
8. Cakupan kegiatan klinik sanitasi dengan target pencapaian yaitu 25
%
9. Cakupan Inspeksi sanitasi pembuangan sampah dengan target
pencapaian 75 %
10. Desa / Kelurahan yang melaksanakan sanitasi total
berbasismasarakat (STBM)

Program kesehatan lingkungan terdiri dari 10 program dari


pelaksaan pelayanan kesehatan lingkungan di tahun 2016 program
yang telah mencapai target adalah program cakupan pengawasan
SPAL, cakupan SAB (saranan air bersih), cakupan TTU,cakupan
pengawasan jamban dan cakupan TPM. Sedangkan untuk program
cakupan kegiatan klinik sanitasi dan cakupan Inspeksi sarana

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 93


pembuangan sampah belum tercapai target sehingga harus dilakukan
peningkatan pada tahun selanjutnya.
4.2.3. Keadaan Kesehatan Lingkungan
Terdapat beberapa upaya kesehatan lingkungan di Puskesmas Plumbon
Tabel 4.20 Cakupan Rumah Sehat

Rumah memenuhi
Jumlah
syarat (Rumah
No Desa Seluruh
sehat)
Rumah
Jumlah %
Teluk Agung
1 1521 1065 70,02
Plumbon
2 1411 988 70,02
Dukuh
3 1043 782 74,89
Pekandangan Jaya
4 1283 1026 79,97
Pekandangan
5 1922 1537 79,97
Kepandean
6 677 575 84,93
Bojongsari
7 1443 1154 79,97
Singajaya
8 1453 1162 79,97
Singaraja
9 1448 1086 75,00
Jumlah 12201 9375 76,84
Sumber data : Laporan Kegiatan Kesling tahun 2016

Dalam kurun waktu tahun 2016 jumlah rumah yang ada di


wilayah kerja Puskesmas Plumbon sebanyak 12.201 unit dan hasil
pemeriksaan terhadap sanitasi rumah sebanyak sarana rumah yang
ada, diperoleh hasil sebanyak 9.375 (76,84%) rumah yang memenuhi
syarat sehat.
Hal ini disebabkan kesadaran masyarakat yang masih rendah
tentang pentingnya tempat tinggal yang sehat. Disamping itu, rumah
tinggal kebanyakan dihuni penduduk dengan tingkat social ekonomi
menengah kebawah. Puskesmas Plumbon bekerjasama dengan lintas

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 94


sektor terkait terus berupaya memberikan penyuluhan dan membangun
kesadaran masayarakat tentang hidup sehat.

Tabel 4.21 Cakupan Pengawasan Sarana Air Bersih dengan Kualitas, Kuantitas dan
Kontruksi Memenuhi Syarat

No Desa/Kelurahan Jumlah Jumlah Jumlah yang Cakupan


Penduduk SAB yang menggunaka penggunaa
(Jiwa) MS n SAB (jiwa) n SAB (%)
1 Teluk Agung 7068 394 6348 89.81
2 Plumbon 5950 433 5345 89.83
3 Dukuh 4068 298 3654 89.82
4 Pekandangan Jaya 5501 470 4941 89.82
5 Pekandangan 9001 1900 8084 89.81
6 Kepandean 3275 569 2942 89.83
7 Bojong Sari 4927 1239 4426 89.83
8 Singajaya 9126 1180 8197 89.82
9 Singaraja 6218 641 5666 91.12
Jumlah 55134 7124 49603 89.97
Sumber data : Laporan Kegiatan Kesling, Tahun 2016

Berdasarkan hasil pengawasan sarana air bersih tahun 2016,


cakupan pengawasan sarana air bersih di wilayah kerja Puskesmas
Plumbon sudah mencapai target yaitu 80 %. Salah satunya Desa
Plumbon dengan cakupan penggunaan sarana air bersih 89,93 % yang
sudah mencapai target.

Tabel 4.22 Cakupan Pengawasan Jamban yang Memenuhi Syarat

No Desa/Kelurahan Jumlah Jumlah Jumlah yang Cakupan


Penduduk Jamban menggunaka penggunaa

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 95


(Jiwa) yang MS n Jamban n Jamban
(jiwa) (%)
1 Teluk Agung 7068 1367 6912 97.79
2 Plumbon 5950 1268 5820 97.82
3 Dukuh 4068 988 4055 99.68
4 Pekandangan Jaya 5501 1216 5437 98.84
5 Pekandangan 9001 1833 8939 99.31
6 Kepandean 3275 668 3227 96.53
7 Bojong Sari 4927 1397 4898 99.41
8 Singajaya 9126 1305 9045 99.11
9 Singaraja 6218 1155 6126 98.52
Jumlah 55134 11197 54459 98,78
Sumber data : Laporan Kegiatan Kesling, Tahun 2016

Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Plumbon


mengggunakan jamban jenis leher angsa. Jumlah sarana jamban
keluarga yang ada sebanyak 11.197 unit. Jumlah penduduk yang
menggunakan sarana jamban tersebut sebanyak 54.459. Sedangkan
jumlah penduduk yang sudah akses ke jamban keluarga yang layak
sebanyak 54.459 (98,78). Cakupan pengawasan Jamban ini sudah
mencapai target 75 % Salah satunya yaitu Desa Plumbon cakupan
pengawasan jamban sebesar 97,82 %.

Tabel 4.23 Cakupan Orang yang Melakukan Pemilahan Sampah dan Pengolahan
Sampah
No Desa/Kelurahan Jumlah Jumlah jiwa yang Cakupan jiwa yang
Penduduk melakukan pemilahan melakukan
(Jiwa) dan pengolahan pemilahan dan
sampah pengolahan sampah

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 96


(%)
1 Teluk Agung 7068 4649 69,98
2 Plumbon 5950 4163 69,98
3 Dukuh 4068 2845 69,93
4 Pekandangan Jaya 5501 4122 74,94
5 Pekandangan 9001 7200 80
6 Kepandean 3275 2780 84,89
7 Bojong Sari 4927 3937 79,94
8 Singajaya 9126 6384 69,95
9 Singaraja 6218 4390 70,61
Jumlah 55134 40470 73,5
Dari data diatas didapatkan bahwa sebanyak 40470 jiwa
(73,5 %) yang melakukan pemilahan sampah dan pengelolaan
sampah dinyatakan memenuhi syarat. Hal ini belum mencapai target
yaitu 75 %. Salah satunya di Desa Plumbon dengan cakupan
pemilahan dan pengolahan sampah sebesar 69,98 % yang belum
mencapai target.

Tabel 4.24 Cakupan Penggunaan SPAL yang Memenuhi Syarat

No Desa/Kelurahan Jumlah Jumlah Jumlah yang Cakupan


Penduduk SPAL menggunaka penggunaa
(Jiwa) yang MS n SPAL n SPAL (%)
(jiwa)
1 Teluk Agung 7068 1060 5301 75
2 Plumbon 5950 892 4462 75
3 Dukuh 4068 677 3388 83,3
4 Pekandangan Jaya 5501 880 4400 80

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 97


5 Pekandangan 9001 1560 7803 86,7
6 Kepandean 3275 655 3275 100
7 Bojong Sari 4927 820 4104 83,3
8 Singajaya 9126 1277 6388 70
9 Singaraja 6218 1243 6218 100
Jumlah 55134 9064 45336 82,2

Dari data diatas cakupan penggunaan SPAL yang memenuhi syarat sebanyak
45.336 jiwa (82 %). Cakupan penggunaan SPAL ini sudah memenuhi target yaitu 80
%. Namun di masih ada desa/ kelurahan yang belum mencapai target salah satunya
yaitu desa Plumbon sebesar 75 %.

Tabel 4.25 Cakupan perilaku cuci tangan pakai sabun dengan kualitas air bersih dan
kontruksi yang memenuhi syarat
No Desa/Kelurahan Jumlah Jumlah jiwa yang Cakupan jiwa yang
Penduduk melakukan cuci angan melakukan cuci angan
pakai sabun dengan pakai sabun dengan
(Jiwa) kualitas air bersih dan kualitas air bersih dan
kontruksi yang kontruksi yang memenuhi
memenuhi syarat syarat (%)

1 Teluk Agung 7068 7054 99,8


2 Plumbon 5950 5950 100
3 Dukuh 4068 3837 95,1
4 Pekandangan Jaya 5501 5033 91,5
5 Pekandangan 9001 8677 96,4

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 98


6 Kepandean 3275 2555 78,01
7 Bojong Sari 4927 4588 93,13
8 Singajaya 9126 9046 99,12
9 Singaraja 6218 6281 100
Jumlah 55134 53021 96,2
Sumber data : Rencana Kegiatan Puskesmas Plumbon tahun 2017
Dari data diatas cakupan perilaku cuci tangan pakai sabun di
wilayah puskesmas plumbon tahun 2016 sebanyak 53.021 jiwa (96,2
%).

Tabel 4.26 Cakupan Pengawasan Tempat Pengolahan Makanan (TPM)

JUMLA DIPERIKS MEMENUHI


JENIS TPM H A SYARAT
1 2 3 4
1 Industri Makanan
Pengelola
Penjamah
2 Jasa Boga 23 23 23
Pengelola 23 23
Penjamah 23 23
3 Restoran
Pengelola
Penjamah
4 Rumah Makan 1 1 1
Pengelola 1 1
Penjamah 1 1
5 Warung Makan 14 14 12
Pengelola 14 14
Penjamah 42 42
6 Snac Bar

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 99


Pengelola
Penjamah
7 Kantin
Pengelola
Penjamah
8 Makanan Jajanan 55 55 47
Pengelola 55 55
Penjamah 55 55
9 TPM Institusi Khusus
A Asrama
Pengelola
Penjamah
B Panti Asuhan
Pengelola
Penjamah
C Rutan / LP 1 1 1
Pengelola 1 1
Penjamah 1 1
10 Toko Penjual Makanan 22 22 19
Pengelola 22 22
Penjamah 22 22
11 Pengrajin Makanan 35 35 29
Pengelola 35 35
Penjamah 35 35
12 Depot Air Minum Isi Ulang 32 32 15
Pengelola 32 32
Penjamah 32 32
13 TPM Lain
Pengelola
Penjamah
Jumlah Total Sarana 183 183
Jumlah Total Pengelola 183 174
Jumlah Total Penjamah 211 202
% Yang Memenuhi Syarat 183 147
Sumber Data : Laporan Kesling 2016

Jumlah TPM yang ada di wilayah Puskesmas Plumbon tahun


2016 sebanyak 183 sarana. Dari hasil pemeriksaan terhadap semua

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 100


sarana TPM yang ada (100%), diperoleh hasil sarana TPM yang
memenuhi syarat kesehatan sebanyak 147 TPM (80,33%). Cakupan
pengawasan sarana TPM (80,33%) sudah mencapai target (75%). Hal
ini disebabkan meningkatnya kesadaran pemilik sarana tentang
kesehatan lingkungan tempat bekerja.

Tabel 4.27 Cakupan Pengawasan Sanitasi Tempat Tempat Umum (TTU)

JUMLAH JUMLAH
N JUMLAH YANG YANG
JENIS %
O YANG ADA DIPERIKS MEMENUHI
A SYARAT
1 Hotel 1 1 1
2 Kolam Renang 2 2 2
3 Mesjid 13 13 13
4 Gereja
5 Kelenteng
6 Pura
7 Terminal
Angkutan Darat
Angkutan Laut
Angkutan Udara
8 Bioskop
9 Gedung Pertunjukan
10 Tempat Pangkas Rambut 4 4 4
11 Salon Kecantikan 7 7 7
12 Panti Pijat
13 Pasar
14 Pusat Perbelanjaan
15 Tempat Hiburan
16 Sekolah
SD / MI 26 26 24
SLTP 6 5 5
SLTA 6 5 5

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 101


Perguruan Tinggi
17 Ponpes 3 3 3
18 Puskesmas 1 1 1
19 Rumah Sakit 1 1 1
20 Poliklinik
21 Industri
Industri Tekstil
Industri Kayu
Industri Kertas
Industri Kimia
Industri Barang Galian Non
Logam
Industri Logam
Industri Logam dari Mesin
Industri Cat
Industri Kulit
22 Tempat Penggilingan Padi / Heller 10 10 9
23 Perkantoran 15 15 13
24 PT
25 CV
Jumlah 95 93 85
Sumber Data : Laporan Kesling 2016

Jumlah TTU yang ada di wilayah Puskesmas Plumbon tahun


2016 sebanyak 95 sarana. Dari hasil pemeriksaan terhadap jumah
TTU yang ada, dilakukan pemeriksaan TTU sebanyak 93 sarana
(97,89%). Diperoleh hasil yang memenuhi TTU yang memenuhi
syarat kesehatan sebanyak 85 TTU.

Tabel 4.28 Cakupan Pengawasan Industri

N
URAIAN PENCAPAIAN KET
O
1 Jumlah Industri yang Ada 10
Cak. 90% T =
2 Jumlah Industri yang diperiksa 10
75%
3 Jumlah Industri yang Sehat 9
Sumber Data : Laporan Kesling 2016

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 102


Jumlah cakupan pengawasan industry di wilayah kerja
Puskesmas Plumbon sudah mencapai target (90%). Hal ini
dikarenakan secara rutin triwulan, petugas melaksanakan inspeksi dan
pengawasan kepada industry (yang ada industry tempat pengolahan
makanan).

Tabel 4.29 Cakupan Kegiatan Klinik Sanitasi

N PENCAPAIA
URAIAN KET
O N
Jumlah Penderita Penyakit
1 512
Berbasis Lingkungan (PBL) Cak. 20,12% T =
Jumlah Penderita yang 25%
2 103
dikonseling Klinik Sanitasi
Sumber Data : Laporan Kesling 2016

Berdasarkan data di atas bahwa penderita berbasis


lingkungan yang di konseling di klinik sanitasi belum mencapai target
(20,12%). Oleh karena itu masih perlu untuk meningkatkan kegiatan
konseling kepada pasien berbasis lingkungan dengan menambahkan
jadwal buka klinik sanitasi. Selain itu, pasien PBL yang ditemukan di
luar gedung atau Pustu, harus mendapatkan rujukan ke sanitasi.

4.2.4. Masalah Sanitasi Dasar di Wilayah Puskesmas Plumbon


Wilayah kerja Puskesmas Plumbon mempunyai 9 desa wilayah
binaan, hanya di ambil 1 desa sebagai sampling kondisi lingkungan
yaitu desa Plumbon. Alasan pemilihan desa tersebut yaitu :
1. Letaknya dekat dengan puskesmas Plumbon
2. Masukan dan saran pembimbing lapangan
3. Masalah kesehatan lingkungan masih cukup besar

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 103


Dalam hal ini yang menjadi populasi adalah seluruh rumah di
Desa Plumbon Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu tahun
2017 yang terdiri dari 7.068 jiwa yang dijadikan sebagai populasi.
Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti.
Sampel dalam pelaksanaan penyelesaian masalah di Desa Plumbon
adalah masyarakat yang tidak melakukan pemilahan dan pengolahan
sampah yaitu 2419 jiwa.
Sampling rumah yang diambil sebanyak 30 rumah yaitu RW 02,
RW 04 dan RW 06 . Penentuan sampling rumah di ambil dengan
metode simple random sampling.
Dari hasil data sekunder yang didapatkan. Didapatkan 2 masalah
sanitasi dasar di Desa Plumbon Kecamatan Indramayu, Kabupaten
Indramayu yaitu masalah pengelolaan sampah dan saluran pembuangan
air limbah. Berikut dibawah ini merupakan jumlah masalah sanitasi
dasar yang ditemukan.
Rumusan Masalah
1. Sebanyak 69,98% cakupan pemilahan dan pengolahan sampah di
Desa Plumbon Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu tidak
mencapai target program yaitu 75 %.
2. Sebanyak 75% cakupan penggunaan SPAL di Desa Plumbon
Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu tidak mencapai
target program yaitu 80 %.

4.2.5. Penetapan Prioritas Masalah Kesehatan Lingkungan

Tabel 4.30 Prioritas Masalah Kesehatan Lingkungan

No Nilai Ktriteria CC P S M Hasil


Indikator

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 104


Masalah

Sanitasi Dasar

1. Cakupan 2 3 4 2 48
Penggunaan Sarana
Pengelolaan Air
Limbah
2. Cakupan Pemilahan 2 4 4 3 96
dan Pengelolaan
Sampah

Metode : Bryant
Kesimpulan:
Hasil perkalian dari nilai masing-masing kriteria/indikator
yang dinilai pada setiap masalah kesehatan lingkungan dengan angka
yang tertinggi merupakan prioritas utama masalah yang harus segera
diselesaikan, dengan demikian berdasarkan hasil penilaian (scoring)
terhadap 2 masalah Sanitasi dasar di Desa Plumbon Kecamatan
Indramayu Kabupaten Inramayu kemudian yang ditetapkan sebagai
prioritas utama dengan metode Bryant adalah masalah cakupan
pemilahan dan pengolahan sampah.
Dengan pertimbangan community concern sebesar 2 poin,
karena masyarakat secara umum mereka tidak terlalu memperdulikan
pemilahan dan pengolahan sampah. Sedangkan untuk pertimbangan
prevalent penyakit yang disebabkan oleh pengolahan sampah yang

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 105


buruk sebesar 4 poin. Hal ini disebabkan prevalensi penyakit ISPA
.Pertimbangan seriousness sebesar 4 poin karena dari pemilahan dan
pengolahan sampah yang buruk dapat menjadi faktor resiko utama
penyakit ISPA. Pertimbangan Manage Ability sebesar 3 poin karena
terdapatnya pegangkutan sampah ke TPA.
4.2.6. Penetapan Penyebab Masalah Kesehatan Lingkungan

Perilaku masyarakat dalam memilah dan mengolah sampah


sederhana dipengaruhi oleh beberapa aspek, yaitu :

1. Aspek Pengetahuan

Berdasarkan hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner


tentang tingkat pengetahuan responden tentang pemilahan dan
pengelolaan sampah dari 30 responden persentase pengetahuan sebesar
30,04 %.
Pertanyaan-pertanyaan yang kurang dipahami oleh masyarakat yaitu :
a. Jenis sampah yang beracun dan berbahaya bagi kesehatan manusia
serta lingkungan
b. Jenis sampah yang termasuk sampah organik

c. Jenis sampah yang termasuk sampah B3

d. Manfaat pemilah sampah

e. Pengertian 3R

f. Contoh produk 3R

Tabel 4.31 Hasil Kuesioner Pengetahuan Pemilahan dan Pengolahan Sampah


di Desa Plumbon kecamatan Indramayu Bulan Juni Tahun 2017

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 106


No Pengetahuan pemilahan sampah Jumlah Orang Persentase (%)
dan pengolahan sampah
1 Tinggi 11 36,7
2 Rendah 19 63,3
Jumlah 30 100
Sumber data : Data Primer

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa pengetahuan masayarakat


dalam memilah dan mengolah sampah dari 30 responden masih rendah
yaitu sebesar 63,3 %, sedangkan perilaku yang baik sebesar 36,7 %.

2. Sikap

Berdasarkan hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner


tentang sikap responden tentang pemilahan dan pengelolaan sampah
dari 30 responden persentase sikap masyarakat sebesar 89,7 %.
Hasil penelitian dengan menggunakan Kuesioner sikap
masyarakat tentang pemilahan dan pengelolaan sampah adalah sebagai
berikut:

Tabel 4.32 Hasil Kuesioner Sikap Pemilahan dan Pengolahan Sampah di Desa
Plumbon kecamatan Indramayu Bulan Juni Tahun 2017

No Sikap pemilahan sampah dan Jumlah Orang Persentase (%)


pengolahan sampah
1 Positif 30 100
2 Negatif 0 0
Jumlah 30 100
Sumber data : Data Primer

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 107


Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa 30 responden,
keseluruhannya mempunyai sikap positif yaitu sebanyak 30 orang
(100%)
3. Sarana
Berdasarkan hasil observasi dengan menggunakan lembar
observasi tentang sarana prasarana responden tentang pemilahan dan
pengelolaan sampah dari 30 responden, persentase sarana prasarana
sebesar 33,3 %.
Item sarana prasarana yang tidak memenuhi syarat yaitu:
1. Tidak adanya sampah untuk organik dan anorganik
2. Tempat sampah tidak tertutup

Berdasarkan hasil observasi dengan menggunakan lembar


observasi tentang sarana pemilahan dan pengelolaan sampah adalah
sebagai berikut

Tabel 4.33 Hasil Observasi Sarana Pemilahan dan Pengolahan Sampah di


Desa Plumbon kecamatan Indramayu Bulan Juni Tahun 2017

No Sarana pemilahan Jumlah Jumlah Orang Persentase (%)


sampah dan pengolahan responden
sampah
1 Terdapat 2 tempat 30 0 0
sampah untuk organic
dan anorganik
2 Tempat sampah kedap air 30 20 66,7
3 Tempat sampah tertutup 30 2 6,7
Sumber data : Data Primer

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 108


Dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 30 responden semuanya
hanya memiliki 1 tempat sampah tidak memiliki tempat sampah untuk
organik dan anorganik, sarana pembuangan sampah yang kedap air sebanyak
66,7 % dan sarana pembuangan sampah yang tertutp senayak 6,7 %.

4.2.7. Penetapan Prioritas Penyebab masalah Kesehatan Lingkungan


Tabel 4.34 Penetapan Prioritas Masalah Kesehatan Lingkungan

Nilai Kriteria /
Indikator

Penyebab Masalah Hasil

Manageability
No

Prevalence

Seriouness
Kesehatan Lingkungan Penilaian
Comunity
Concern

1 Sarana 3 4 4 4 192
2 Pengetahuan 4 4 4 4 256
3 Sikap 3 3 3 3 81

Berdasarkan metode Bryant didapatkan prioritas penyebab


masalah yaitu pengetahuan masyarakat. Penilaian Community
Concent mendapat ckor 4 dikarenakan keprihatinan terhadap perilaku
tidak memilah sampah dan mengolah sampah sederhana. Prevalence
diberi skor 4 karena angka penyakit ISPA tertinggi di wilayah kerja
Puskesmas Plumbon. Seriouness diberi skor 4 karena perilaku
masayarakat yang mengolah sampah dengan dibakar akan

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 109


menyebabkan terjadinya faktor risiko penyakit ISPA. Manageability
diberi skor 4 karena system untuk mengelola sampah sudah ada yaitu
pengangkutan sampah ke TPA.

4.2.8. Penetapan Alternatif Pemecahan Penyebab Masalah Kesehatan


Lingkungan

Dari Masalah Kesehatan diatas yaitu cakupan pemilahan dan


pengolahan sampah didapatkan bahwa penyebab masalah tersebut
yaitu kurangnya pengetahuan masyarakat Desa Plumbon Kecamatan
Indramayu tentang pemilahan dan pengolahan sampah.

Untuk menyelesaikan penyebab dari masalah tersebut ada


beberapa alternative yaitu :

1. Penyuluhan langsung
2. Penyuluhan tidak langsung
3. Penyuluhan dengan menggunakan media spanduk atau poster
4. Penyuluhan Door to door

4.2.9. Penetapan Prioritas Alternatif Pemecahan Penyebab Masalah


Kesehatan Lingkungan

Tabel 4.35 Alternatif Cara Penyelesaian Masalah Cakupan Pemilahan Sampah


Nilai Kriteria Total Nilai
Alternatif Cara
No. Efektivitas Efisiensi MxIxV
Penyelesaian Masalah
M I V C C
1 Penyuluhan langsung 4 4 3 3 16
Penyuluhan tidak
2 2 1 1 1 2
langsung
Penyuluhan dengan
3 3 4 2 3 8
media poster/spanduk

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 110


Penyuluhan door to
4 3 3 2 2 9
door
Sumber: Data Primer

Metode Reinke
Kesimpulan:
Hasil penilaian masing-masing kriteria pada tingkat efektifitas
dan efisien terhadap setiap alternatif sebagai prioritas utama yang
harus diselesaikan dengan pertimbangan baru pertama kali
dilaksanakan dan lebih mudah dilaksanakan serta hasilnya cepat
dirasakan adalah alternatif penyelesaian dengan penyuluhan langsung
dengan nilai akhir 16. Nilai Magnitude diberi skor 4, dengan alternatif
ini masalah pengetahuan bisa teratasi karena masyarakat mengetahui
memilah dan mengolah sampah sederhana. Importancy diberi nilai 4,
alternatif ini penting untuk mengatasi masalah pengetahuan.
Vulnerability diberi skor 3, alternatif ini mudah dilakukan oleh
fasilitator . Efisiensi (cost) diberi Skor 3, karena menghemat waktu
dan menghemat tenaga untuk melakukan penyuluhan agar masyarakat
lebih mengetahui mengenai pemilahan dan pengolahan sampah.
Berdasarkan hasil penetapan prioritas cara penyelesaian masalah
menggunakan rumus Reinke didapat alternatif pemecahan masalah
adalah dengan pemicuan, maka selanjutnya perlu dipersiapkan rencana
operasional penyuluhan dapat digambarkan sebagai suatu siklus
kegiatan yang disebut dengan siklus PDCA (Plan, Do, Check, and
Action) agar tujuan dapat tercapai secara optimal. Pengertian
rangkaian kegiatan dalam siklus PDCA adalah dimulai sejak Plan
(penyusunan rencana kerja), Do (pelaksanaan rencana kerja), Check
(pemeriksaan terhadap pelaksanaan rencana kerja) dan Action

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 111


(perbaikan secara terus menerus yang merupakan saran tindak lanjut
terhadap rencana kerja).
Dari prioritas yang telah terpilih yaitu penyuluhan langsung.
Penyuluhan terhadap masyarakat dianggap sebagai solusi yang tepat
karena dengan melakukan penyuluhan sebagai tenaga kesehatan dapat
memberikan solusi agar masyarakat mengetahui mengenai memilah
dan mengolah sampah.
Dari program penyuluhan yang mempunyai pengetahuan yang
rendah yaitu memilah dan mengolah sampah dapat dilakukan
kerjasama lintas program dengan tenaga promkes serta dapat
diintregrasikan dengan program yang ada dan dilakukan tenaga
Sanitarian Penyuluhan dan bembinaan STBM. Dengan adanya
kerjasama lintas program diharapkan akan semakin meningkatkan
cakupan memilah dan mengolah sampah.

4.2.10. Penyusunan Rencana Pemecahan Masalah Kesehatan Lingkungan


Untuk mencari target pencapaian untuk peningkatan cakupan
pemilahan dan pengolahan sampah, menggunakan rumus :
Perhitungan Target Minimal Peningkatan Perilaku Pemilahan
dan Pengolahan sampah di Desa Plumbon

Berdasarkan data sekunder cakupan pemilahan dan pengolahan


sampah di Desa Plumbon Kecamatan Indramayu Kabupaten
Indramayu.
Perhitungan target minimal
Diketahui
N1 = 5950
N2 = 5950
P1 = 30,02% (cakupan belum memilah dan mengolah sampah)
Q 1 = 100 % - 30,02% =69,98%

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 112


P1P2
K=
P1 Q 1 P 2 Q2
N1
+
N2
30,02P 2
1,96 =
30,02 69,98 P 2(100P2)
5950
+
5950
( 30,02P 2)2
(1,96)2 = 2.100,80 100 P2P2
2

+
5950 5950
2.100,80+100 P2P 22
3,8416 ( ) = ( 30,02 P2)2
5950
8.070,43+ 384,16 P2 3,8416 P 22
=901,20 60,04 p 2+
5950
2
P2

2 2
8.070,43+384,16 P23,8416 P2 =5.362 .140357.238 P2+ 5950 P
5.953,8416 P 22 357.622,16 P2 +5.354 .069,57=0

b b24 ac
P2 =
2a

226784,16+ 226784,16 24 (1335,8416 13320000)


P2 =
2(1335,841)

357.622,16 357.622,1624 (5.953,8416 5.354 .069,57)


=
2(5.953,8416)

357.622,16 127.893.609 .323,06127.509 .128 .540,64


11.907,683
357.622,16 384.480.782,42
=
11.907,683
357.622,16 19.608,18
= 11.907,683
= 30,03 % 1,65%

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 113


Perhitungan di atas dihitung berasarkan jumlah data sekunder
jiwa atau orang yang berada di Desa Plumbon Kecamatan Indramayu
Kabupaten Indramayu. Hal tersebut dilakukan agar hasil perhitungan
dapat secara nyata digunakan oleh puskesmas sebagai acuan program.
Dari hasil perhitungan diatas untuk menyelesaikan masalah
cakupan pemilahan dan pengolahan sampah di Desa Plumbon maka
perlu ditingkatkan sebesar 1,65%.
Rencana pemecahan masalah kesehatan lingkungan terlampir.

.3. Pemberdayaan Masyarakat

4.3.1. Promosi Kesehatan Puskesmas Plumbon


4.3.1.1. Pengertian
Promosi kesehatan di Puskesmas Plumbon merupakan salah
satu bentuk pelayanan program puskesmas yang mempunyai
peranan meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan sehingga tercapainya derajat kesehatan melalui
peningkatan pengetahuan dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat.
Perilaku kesehatan masyarakat merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi derajat kesehatan dari empat faktor yang
mempengaruhinya.

4.3.1.2. Tujuan
Pelayanan promosi kesehatan di Puskesmas Plumbon
dilakukan dalam mewujudkan Visi Puskesmas Plumbon yaitu
masyarakat yang sehat mandiri. Maksudnya yaitu dimana
masyarakat telah peduli terhadap kesehatannya dan berupaya untuk
mencapai kesehatan yang layak. Tujuan utama dari promosi
kesehatan di puskesmas adalah mengupayakan individu, keluarga,

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 114


dan masyarakat umum untuk meningkatkan pengetahuan, perilaku,
sikap dan status kesehatan yang lebih baik dari, oleh, untuk
masyarakat sendiri.

4.3.1.3. Ruang Lingkup


Ruang lingkup promosi kesehatan di Puskesmas Plumbon
berdasarkan program yang dilaksanakannya adalah Menciptakan
lingkungan sehat yaitu dengan upaya pelayanan promosi kesehatan,
melaksanakan program kerjanya dalam mewujudkan terciptanya
lingkungan sehat meliputi pengawasan dan pemantauan kualitas air
minum, makanan jajanan di sekolah dan di pasaran, pembinaan
perilaku hidup bersih dan sehat di rumah tangga, tatanan pendidikan,
institusi kesehatan, tempat-tempat umum dan tempat kerja, seta
inspeksi sanitasi di tempat-tempat umum, industri, dan tempat
pengolahan makanan.

Kegiatan lain yang dilakukan bidang promosi kesehatan


Puskesmas Plumbon yaitu Mengembangkan ketrampilan individu,
kelompok, maupun masyarakat agar mampu dan mau melakukan
upaya memelihara, meningkatkan serta menciptakan kesehatan
secara mandiri melalui pemberian informasi, pendidikan dan
pelatihan mencakup Orientasi perilaku hidup bersih dan sehat rumah
tangga bagi kader baru, Pembinaan Posyandu, Pelatihan Kader
Posyandu, dan Desa siaga.

4.3.1.4. Kebijakan
Secara umum mengenai pelayanan promosi kesehatan

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 115


mengacu pada Kebijakan Undang-undang Nomor 36 tahun 2009
tentang Kesehatan. Pelayanan kesehatan upaya promosi kesehatan
Puskesmas Plumbon dilakukan berdasarkan Pedoman Pelaksanaan
Promosi Kesehatan di Puskesmas yang di terbitkan oleh
Kementerian Kesehatan Nomor 585/MENKES/SK/V/2007. Selain
itu adapun kebijakan yang digunakan oleh Puskesmas Plumbon
dalam upaya pelayanan promosi kesehatan mengacu pada
kebijakan yang digunakan di Dinas Kesehatan Kabupaten
Indamayu diantaranya adalah:

1. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 13 tahun 2015 tentang


Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lingkungan di
Puskesmas
2. Peraturan Menteri Kesehatan RI NO
736/MENKES/PER/VI/2010 tentang Tata Laksana Pengawasan
Kualitas Air Minum
3. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
2269/MENKES/PER/XI/2011 tentang Pedoman Pembinaan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
4. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1529/MENKES/SK/X/2010 tentang Pedoman Umum
Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 3 tahun 2014 tentang
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
6. Modul Pelatihan Promosi Kesehatan bagi Petugas Puskesmas

4.3.1.5. Strategi
Secara umum srategi upaya pelayanan promosi kesehatan
terdiri dari 3 komponen yaitu :

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 116


1) Pemberdayaan Masyarakat

Melakukan pemberdayaan masyarakat yang diwujudkan


dalam bentuk pembinaan atau penyuluhan terhadap masyarakat
sehingga masyarakat tau, mau dan mampu melakukan
perubahan bagi kehidupannya. Perubahan yang diharapkan
adlkah dengan terbentuknya gerakan masyarakat yang yang
peduli dan berkeinginan meningkatkan derajat kehidupan
masyarakat di bidang kesehatan.

2) Advokasi

Upaya advokasi dilakukan dengan mengadakan


kemitraan pada pihak pembuat keputusan atau instansi
pemerintah di wilayah kerja Puskesmas Plumbon agar mau
mendukung program kesehatan, salah satunya adalah advokasi
dengan pihak Kecamatan Indramayu sehingga pihak terkait
dapat memberi dukungan berupa pembuatan surat keputusan
kebijakan kegiatan promosi kesehatan.

3) Dukungan Sosial.

Dukungan sosial melalui tokoh masyarakat atau


tokoh agama di wilayah kerja Puskesmas Plumbon. Selain itu
adanya Kader posyandu di setiap Desa atau Kelurahan.

Strategi yang dirancang dalam upaya pelayanan


promosi kesehatan Puskesmas Plumbon dituangkan dalam
bentuk program sebagai berikut :

Tabel 4.36 Cakupan Program Promosi Kesehatan

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 117


N SASARA PENCAPAIA CAKUPA TARGE
O JENIS KEGIATAN N N N T
A UPAYA PROMOSI KESEHATAN
PROMOSI KESEHATAN DALAM GEDUNG
Cakupan Komunikasi Interpersonal
1 50,967 2,448 4.8 5
dan Konseling (KIP/K)
2 Cakupan Penyuluhan kelompok oleh 96 52 54.17 100
petugas di dalam gedung Puskesmas
Cakupan Institut Kesehatan ber -
3 8 8 100 100
PHBS
PROMOSI KESEHATAN LUAR GEDUNG
4 Cakupan Pengkajian dan Pembinaan 13,065 9,156 70.08 65
PHBS di Tatanan Rumah Tangga
Cakupan Pemberdayaan Masyarakat
5 Melalui Penyuluhan Kelompok oleh 876 292 33.33 100
Petugas di Masyarakat
Cakupan Pembinaan UKM dilihat
6 melalui persentase (%) Posyandu 73 43 58.9 65
Purnama & Mandiri
Cakupan Pembinaan Pemberdayaan
Masyarakat dilihat Melalui
7 Persentase (%) Desa Siaga Aktif 9 3 33.33 60
(untuk Kabupaten) RW Siaga Aktif
(untuk kota)
Cakupan Pemberdayaan Individu /
8 Keluarga Melalui Kunjungan 52 52 100 50
Rumah
Sumber Data : Laporan Penilaian Kerja Puskesmas (PKP) Tahun 2016

Kegiatan upaya promosi kesehatan meliputi :


penyuluhan, pembinaan posyandu, pembinaan PHBS Rumah
Tangga dan Institusi 4 tatanan, kunjungan rumah dalam rangka
pemberdayaan individu/keluarga serta pendataan keluarga sehat.

Kegiatan penyuluhan meliputi kegiatan Komunikasi


Interpersonal dan Kelompok (KIP/K) dan Institusi Kesehatan
yang dilaksanakan sebanyak 2.448 kali dalam setahun (4,80%)
dari target 5%. Kegiatan ini melibatkan lintas program

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 118


diantaranya : TB, Kusta, KIA/KB, DBD, Kesling dan
IMS/HIV AIDS.

Penyuluhan luar gedung berupa kegiatan


penyuluhan kelompok masyarakat di Posyandu dan Posbindu
sebanyak 52 kali dalam setahun 54,17%.

Materi yang disampaikan : PHBS, TB, Diare, DBD,


Penyakit menular lain, Imunisasi dan KIA.Kegiatan
pembinaan PHBS dilaksanakan pada tatanan RT dan 4 tatanan
institusi (Sekolah, TTU, Kantor, Institusi Kesehatan). Untuk
pembinaan PHBS tatanan RT, dari 13.065 RT yang dibina
PHBSnya sebanyak 9.1562 RT (70,08%). Untuk cakupan
pemberdayaan masyarakat melalui penyuluhan kelompok oleh
petugas di masyarakat sebnayak 292 (33,3%) dari 876.
Pembinaan UKBM melalui posyandu purnama dan mandiri
sebanyak 43 posyandu (58,90%). Sedangkan pembinaan desa
siaga, dari 9 desa yang ada baru 3 desa yang merupakan Desa
Siaga Aktif (33,33%), dari yang di targetkan sebesar 60%.
Desa siaga aktif di Wilayah kerja Puskesmas Plumbon yaitu
Kelurahan Kepandean, Desa Dukuh dan Desa Plumbon.
Sedangkan cakupan pemberdayaan individu / keluarga melalui
kunjungan rumah sebanyak 52 keluarga (100%).

4.3.1.6. Metode

Metode yang diguanakan di Puskesmas Plumbon


dalam menerapkan kegaiatan promosi kesehatan di bedakan
berdasarkan cara pendekatan dengan objek sasarannya yaitu
dengan metode personal dan kelompok, dimana metode

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 119


personal adalah dengan menyampaikan informasi secara
individu kepada setiap masyarkat seperti konseling sedangkan
metode kelompok adalah menyampaikan informasi pada
beberapa orang atau lebih secara sekaligus.

Penerpaan metode dalam upaya pelayanan promosi


kesehatan yang dilakukan Puskesmas Plumbon adalah sebagai
berikut:

Tabel 4.37 Penerapan Metode pada Program

No Program Metode Ket


1 KIP/K dalam Gedung --Tidak Melakukan--
2 Penyuluhan Kesehatan di luar Perssonal/Kelompok
gedung
3 Orintasi PHBS Rumah tangga bagi
--Tidak Melakukan--
Kader Baru
4 Pembinaan PHBS di Rumah Tangga Personal/Kelompok
5 Pembinaan PHBS di Personal/Kelompok
Tatatanan Pendidikan
6 Pembinaan PHBS di --Tidak Melakukan--
Institusi Kesehatan
7 Pembinaan PHBS di Tempat- Personal/Kelompok
tempat umum
8 Pembinaan PHBS di Tempat Personal/Kelompok
Pengolahan Makanan
9 Pendampingan penyusunan --Tidak Melakukan--
rencana kegiatan STBM
10 Kunjungan ke penderita Penyakit Kelompok
Berbasis Lingkungan
11 Penyuluhan tentang Penyakit Personal/Kelompok
Berbasis Lingkungan

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 120


12 Penyuluhan Kesehatan Personal
Masyarakat (Lintas Program)
13 Pemicuan (Pemberdayaan Personal
Masyarakat)
14 Pembinaan Posyandu
15 Pelatihan Kader Posyandu
16 Desa Siaga Maternal --Tidak Melakukan--
Sumber : Primer Data
Secara umum palayanan promosi kesehatan yaitu secara personal dan
kelompok. Penerapan metode disesuaikan dengan keadaan lapangan.

4.3.2. Pemberdayaan Masyarakat Puskesmas Plumbon


4.3.2.1. Konsep Dasar Desa dan Kelurahan Siaga Aktif
Konsep dasar dari Desa dan Kelurahan Siaga Aktif
adalah Desa atau Kelurahan yang memiliki 3 komponen di
wilayahnya yang mencakup (1) Pelayanan Kesehatan Dasar; (2)
Pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan UKBM dan
upaya survailans berbasis mayarakat, kedaruratan kesehatan dan
penganggulangan bencana serta penyehatan lingkungan; dan (3)
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

1) Pelayanan Kesehatan Dasar


Sembilan desa yang merupakan wilayah kerja Puskesmas
Plumbon memiki Prasarana Kesehatan dalam upaya
menjalankan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif adapun prasarana
yang dikmaksud adalah:

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 121


Tabel 4.38 Prasarana Kesehatan Wilayah Kerja Puskesmas Plumbon 2016

UD

JOBO

MJU
LUTE

UPL

KPE

KPE

PAKE

NSI

NSI
SARANA
PRASARANA
RUMAH
1 0
SAKIT
PUSKESMAS 1 1
PUSTU 1 1 1 3
POSKEL / 1 1 1 1 4
POSKESDES
POSYANDU 8 8 5 9 11 8 5 9 8 71
KLINIK
0
BERSALIN
RUMAH
0
BERSALIN
PRAKTEK
DOKTER 1 1 3 1 1 1 7
UMUM
PRAKTEK
DOKTER 0
GIGI
DOKTER 1 1
SPESIALIS
BIDAN
3 2 1 3 3 1 1 1 15
PRAKTEK
PARAMEDIS 8 3 8 3 2 1 1 1 27
APOTIK 1 2 1 4
TOKO OBAT 1 1
TOKO JAMU 1 1 1 3
LAB.
1 1
SWASTA
Sumber:Laporan Puskesmas Plumbon, 2016

Dari semua sarana prasarana yang tersedia di setiap desa


atau kelurahan yang berada di wilayah kerja Puskesmas
Plumbon dapat memberikan kemudahan terhadap masyarakat
dalam mengakses pelayanan kesehatan. Dengan demikian akan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Plumbon, karena setiap fasilitas pelayanan kesehatan

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 122


merupakan salah satu faktor yang meningkatkan derajat
kesehatan. Terasedianya sarana prasarana kesehatan memberikan
kemudahan dalam mencari berbagai penyakit yang ada di
wilayah kerja Puskesmas Plumbon dengan seiring berjalannya
hubungan lintas sektoral.

2) Pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan UKBM


Pemberdayaan masyarakat di upayakan melalui UKBM
dalam mengatasi permasalahan kesehatan daerahnya. Kegiatan di
fokuskan kepada upaya survailans berbasis masyarakat,
kedaruratan kesehatan dan penanggulangan bencana serta
penyehatan lingkungan.

Tabel 4.39 Data Keikutsertaan Masyarakat dalam UKBM


Tokoh
Jumlah Kader Dukun Bayi
N Masyarakat
DESA
O Akti Akti
Total Dilatih Dilatih Dilatih Aktif
f f
1 Tl. Agung 27 0 27 0 0 0 0
2 Plumbon 22 0 22 0 0 0 1
3 Dukuh 16 0 16 0 0 0 0
4 Pkd 39 0 39 0 0 0 1
5 Pkd Jy 20 0 20 1 0 0 0
Kepandea
6 n 19 0 19 0 0 0 1
7 Bojongsari 35 0 35 0 0 0 1
8 Singajaya 40 0 40 0 0 0 0
9 Singaraja 38 0 38 0 1 0 0
Jumlah 256 0 256 1 1 0 4
Sumber : Laporan Program Promkes, 2016
Berdasarkan Tabel 4.39 memberikan gambaran bahwa
masyarakat wilayah kerja di Puskesmas Plumbon setiap
desa/kelurahan masyarakat ikut serta dalam melakukan

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 123


pemberian pelayanan kesehatan, sehingga upaya pelayanan
kesehatan bersumber masyarakat berjalan.

3) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


Penerapan PHBS di Desa atau Kelurahan Siaga
Aktif harus berjalan dengan berkelanjutan hal ini terlihat dari
data PHBS yang dilakuakn oleh Desa atau Kelurahan wilayah
binaan Puskesmas Plumbon:

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 124


Tabel 4.40 Rumah Tangga Ber-PHBS dengan 10 indikator PHBS tahun 2016.

% STATUS
% INDIKATOR PHBS
RUMAH

MELAKUKAN AKTIFITAS FISIK SETIAP HARI


JUMLAH RUMAH TANGGA DIDATA

MENCUCI TANGAN DENGAN AIR BERSIH

MAKAN BUAH DAN SAYUR SETIAP HARI

TIDAK MEROKOK DI DALAM RUMAH


MEMBERANTAS JENTIK DI RUMAH
MENGGUNAKAN JAMBAN SEHAT
JUMLAH RUMAH TANGGA

MENGGUNAKAN AIR BERSIH

TIDAK SEHAT
ASI EKSLUSIF

DAN SABUN
DITIMBANG
NO NAMA DESA

LINAKES

SEHAT
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 TELUK AGUNG 1575 5051 113 148 393 1573 1558 1551 1470 1552 995 1522 1003 580
2 PLUMBON 1386 1649 131 85 429 1641 1641 1641 1641 1641 1274 1641 989 477
3 DUKUH 1161 3600 68 69 343 1148 1105 1161 1120 1162 741 1153 756 403
4 PKD. JAYA 1437 1384 345 277 336 1374 1315 1333 1321 1362 765 1354 997 440
5 PEKANDNAGAN 1125 1284 64 49 300 1284 1085 1282 1276 1248 517 1275 802 323
6 SINGARAJA 2356 5621 135 93 502 1697 1697 1685 1673 1698 955 1698 1662 366
7 SINGAJAYA 1655 2740 186 211 417 1788 1838 1812 1800 1624 1004 569 1238 417
8 BOJONGSARI 1479 4834 66 63 406 1466 1466 1459 1461 1464 981 1460 1067 414
9 KEPANDEAN 891 2054 43 45 272 891 891 891 891 889 524 879 640 255
JUMLAH 13065 28217 1151 1040 3398 12862 12596 12815 12653 12640 7756 11551 9156 3675

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 125


Dari data penerapan PHBS tahun 2016 rumah tangga
di 9 desa wilayah binaan Puskesmas Plumbon terlihat yang
menjadi permasalah utama dalam penerapan PHBS di rumah
tangga yang paling rendah adalah LINAKES (Permasalahan
Tenaga Kesehatan). Dari 9 Desa / Kelurahan di wilayah
binaan Puskesmas Plumbon yang paling rendah adalah Desa
Teluk Agung dengan data 2,24%% dari 1575 KK. Permasalah
yang kedua adalah masih adanya desa yang angka Asi
Ekslusif rendah yaitu pada Desa Plumbon hanya 5,15% dari
1386 KK.

Permasalahan yang muncul dari setiap Desa atau


Kelurahan akan menjadi sebuah acuan untuk Puskesmas
Plumbon dalam melakukan perencanaan program dalam
menjawab permasalahan yang muncul.

4.3.2.2. Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan


Lingkungan

Pemberdayaan masyarakat di desa dilakukan oleh


masyarakat sendiri dengan adanya kader kesehatan. Di
wilayah kerja puskesmas Plumbon, kader kesehatan tidak
hanya melakukan kegiatan pelayanan KB, KIA, Imunisasi,
Gizi atau kegiatan posyandu lainnya dan kegiatan yang
berhubungan dengan kesehatan lingkungan misalnya
pengawasan jentik di rumah tangga.
Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan
lingkungan yaitu melakukan inspeksi rumah sehat yaitu
kondisi lingkungan rumah seperti ventilasi, pencahayaan dan
jendela, sarana santasi yaitu sarana air minum dan air bersih,
jamban, SPAL, serta tempat pembuangan sampah, selain itu

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 126


juga juga perilaku penghuni yang berhubungan dengan
kualitas lingkungan rumah.

Tabel 4.41 Inspeksi Rumah


RUMAH YANG DI
NO DESA/KELURAHAN
INSPEKSI
1 Plumbon
Rt 10 60
Rt 12 57
Rt 14 51
Sumber : Data Primer 2017
Inspeksi rumah sehat hanya dilakukan di beberapa
Rukun Tetangga di salah satu desa, dimana kegiatan ini
dilakukan bersamaan dengan pendataan rumah sehat.

4.3.2.3. Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif


Upaya pengembangan desa/kelurahan siaga aktif ini
berlangsung karena berjalannya lintas sektor antara
Puskesmas Plumbon dengan Desa/Kelurahan wilayah kerja
Puskesmas Plumbon dalam upaya mengembangkan
desa/kelurahan siaga aktif. Pengembangan Desa/Kelurahan
Siaga aktif tercakup dalam rencana pembangunan desa, baik
dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa
(RPJMD) dan Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKP
Desa). Pembangunan merupakan program nasional namun
dengan adanya Peraturan Daerah yang mendukung tentang
pelaksanaan desa/kelurahan siaga aktif akan mendukung
terselenggaranya program desa/kelurahan siaga aktif. Adapun
Pengembangannya yaitu dengan membentuk kelompok kerja
Gotong royong, Upaya Kesehatan, Pengamatan dan
Pemantuan dan Pembiayaan Kesehatan.

Desa/kelurahan wilayah kerja Puskesmas Plumbon


yaitu 7 desa dan 2 kelurahan sudah memilki Surat Keputusan

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 127


mengenai pelaksanaan desa/kelurahan siaga aktif.

Tabel 4.42 Strata Desa Siaga

No Desa/Kelurahan Strata
1 Teluk Agung Madya
2 Plumbon Madya
3 Dukuh Mandiri
4 Pekandangan Jaya Madya
5 Pekandangan Madya
6 Bojongsari Madya
7 Kepandean Mandiri
8 Singajaya Madya
9 Singaraja Madya

Sosialisasi desa siaga dilakukan dengan cara:


1) Sosialisasi desa siaga di dinas kesehatan
2) Pembentukan tim pengembangan desa siaga tingkat dinas
kesehatan
3) Sosialisasi desa siaga ke kepala puskesmas dan LS
4) Pelatihan fasilitator I pengembangan desa siaga ke petugas
puskesmas
5) Sosialisasi dan pembentukan penanggung jawab
daerah/desa binaan desa siaga
6) Pelatihan fasilitator II desa siaga untuk petugas puskesma
7) Pelatihan fasilitator desa siaga
8) Pelatihan kader posyandu untuk menuju desa siaga

4.3.2.4. Prinsip Fasilitasi Pengembangan Desa dan Kelurahan


Siaga Aktif
Pengembangan desa/kelurahan siaga aktif akan
berjalan seiring dengan adanya fasilitas yang mendukung
mulai dari fasilitas sarana dan sumber daya manusia. Sumber

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 128


daya manusia tidaklah setiap orang bisa melakukannya harus
adanya kemamapuan dan kemauan dalam menjalankannya.
Desa/Kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Plumbon dalam
segi prasarana sudah terpenuhi seperti terlihat dalam tabel
4.42 prasarana Posyandu sudah tersebar diseluruh
desa/kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Plumbon.
Kegiatan memfasilitasi masyarakat menyelenggarakan
pengembangan Desa atau Kelurahan Siaga Aktif, yang
merupakan tugas dari Kader Pemberdayaan Masyarakat
(KPM dan Kader Kesehatan, harus mendapat dukungan dari
Kepala Desa/Lurah dan BPD, Perangkat Desa/Kelurahan,
serta lembaga kemasyarakatan yang ada.

Prinsip fasilitasi pengembangan Desa/Kelurahan


siaga aktif telah dilakukan oleh Puskesmas Plumbon yaitu
dengan program Desa Siaga Aktif dan Desa Siaga Maternal,
selain itu Pembinaan pada kader- kader agar mampu dan mau
melakukan pemberian pelayanan kesehatan dasar, melakukan
surveilans, dan menerapkan PHBS. Fasilitasi pengembangan
desa/kelurahan siaga aktif yang dilakukan oleh Puskesmas
Plumbon berupa adanya fasilitas kesehatan berupa Pustu
(Puskesmas Pembantu), Posyandu, dan Poskesdes. Selain
sarana Puskesmas pun melakukan fasilitasi melalui pelatihan
yang merupakan program upaya promosi kesehatan yaitu
program Pembinaan Posyandu dan Pelatihan Kader Baru.

4.3.2.5. Prinsip Fasilitasi Pembinaan PHBS di Masyarakat


Program pembinaan perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) di Puskesmas Plumbon dijalankan oleh bidang
Promosi Kesehatan. Adapun kegiatan pembinaan PHBS yang

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 129


telah diikuti dilaksanakan adalah:

1) Pembinaan PHBS di Rumah Tangga


Pembinaan PHBS di rumah tangga merupakan salah
satu program bidang promosi kesehatan. Upaya pembinaan
PHBS di rumah tangga ini bertujuan untuk mengkatkan
akses informasi dan edukasi. Pembinaan secara personal
dilakukan pada saat inspeksi rumah sehat atau kunjungan
ke rumah warga yang menderita penyakit berbasis
lingkungan.

Berikut merupakan laporan pelaksanaan PHBS di


rumah tangga:

Tempat : Desa Plumbon

Tujuan : Memberikan akses informasi dan edukasi


kepada masyarakat

Sasaran : Masyarakat Desa Plumbon


Metode : Advokasi/Pembinaan Personal

Tabel 4.43 Daftar Pelaksanaan Pembinaan PHBS di Rumah Tangga


Rumah yang Indikator PHBS yang di
NO TEMPAT
diberikan konseling tekankan
Desa Plumbon
RT 04 / RW 02 3
1 RT 05 / RW 02 3
RT 06 / RW 02 4 Pembinaan Cuci Tangan
RT 09 / RW 04 5 Pakai Sabun (CTPS) dan
2
RT 10 / RW 04 5 Perilaku Pemilahan dan
RT 14 / RW 06 3 Pengolahan Sampah
3 RT 15 / RW 06 3
RT 16 / RW 06 4
Sumber : Data Primer 2017

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 130


Dari hasil Pembinaan PHBS di rumah tangga yang
menjadi faktor penghambat adalah masyarakat yang kurang
peduli dan kurang memperhatikan apa yang di sampaikan.

Kegiatan yang dilakukan selain itu adalah kegiatan


penyuluhan 10 indikator PHBS (terlampir).

2) Pembinaan PHBS di Institusi Kesehatan


Pembinaan PHBS di institusi kesehatan dilaksanakan
oleh bidang Promosi Kesehatan di Puskesmas Plumbon, namun
mahasiswa belum berkesempatan untuk melakukan pembinaan.

3) Pembinaan PHBS di Tempat-tempat Umum


Pelaksanaan pembinaan PHBS di tempat-tempat
umum dilakukan bersamaan dengan pengawasan tempat-
tempat umum dan tempat pengolahan makanan,
pembinaan dilaksanaan secara personal/advokasi pada
pihak Tempat-tempat umum atau Tempat pengolahan
makanan berdasarkan hasil temuan dari penilaian dan
pengawasan persayaratan kesehatan lingkungan. Adapun
pembinaan dan pengawasan yang dilaksanakan di tempat-
tempat umum dan tempat pengolahan makanan adalah:

Tabel 4.44 Daftar Pelaksanaan Pembinaan dan Pengawasan TTU-I dan TPM
N INDIKATOR UTAMA
NAMA TEMPAT WAKTU
O PEMBINAAN
1 Humairah Skin Care 30/5/2017 Hanya Inspeksi
2 Indomart Pekandangan 30/5/2017 Penyimpanan Makanan dan
Minuman Kadaluarsa,
3 MM Toserba 30/5/2017 Persyaratan Kemasan Makanan
4 Kripik Wahyu 31/5/2017 Bahan Tambahan Pangan,
5 Sirup ESTU 31/5/2017 Penyimpanan alat makan,
6 Kripik Sukun Dukuh 31/5/2017 Penyimpanan bahan makanan
7 Tahu Permana 1/6/2017 dan Kemasan Makanan
8 Tahu Mekar Sari 1/6/2017
9 Tahu Jaya Abadi 1/6/2017

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 131


10 Wingko 1/6/2017
11 Tari Cakes 2/6/2017
12 Saung Ampera 2/6/2017
13 Catering Ibu Andreas 2/6/2017
14 Catering Ibu Yanti 5/6/2017
13 Tahu Sumedang 5/6/2017
Sumber : Data Primer

Sebelum melakukan pembinaan secara


advokasi/personal pada pihak pengelola TTU atau TPM,
Puskesmas Plumbon melakukan penilaian dan pengawasan
setelah mendapat temuan maka dilakukan pembinaan.
4) Pembinaan PHBS di Tempat Kerja
Pembinaan PHBS di tempat kerja dilaksanakan oleh
bidang Promosi Kesehatan di Puskesmas Plumbon, namun
mahasiswa belum berkesempatan untuk melakukan pembinaan.

5) Pembinaan PHBS di Tatanan Pendidikan


Pembinaan PHBS di tempat kerja dilaksanakan oleh
bidang Promosi Kesehatan di Puskesmas Plumbon, namun
mahasiswa belum berkesempatan untuk melakukan pembinaan.

4.3.2.6. Prinsip Komunikasi dan Advokasi


Prinsip komunikasi dan Advokasi di Puskesmas
Plumbon dilaksanakan dengan tujuan membantu pencapaian
program yang direncakan bidang promosi kesehatan.
Berjalannya suatu program tidak dapat terlaksanan tanpa
adanya hubungan lintas program maupun lintas sektor, prinsip
komunikasi dan advokasi ini dilakukan oleh Puskesmas
Plumbon dalam melaksanakan program yang direncanakan.
Terlihat pada Tabel 3.4 yang menunjukan terbentuknya
berbagai UKBM di setiap desa atau kelurahan binaan
Puskesmas Plumbon sehingga menunjukan prinsip komunikasi

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 132


dan advokasi di Puskesmas Plumbon berjalan.

Selain itu komunikasi dan advokasi dilakukan untuk


mengembangkan desa/kelurahan yang berada di wilayah kerja
Puskesmas Plumbon, data-data kesehatan yang dikumpulkan
oleh Puskesmas Plumbon akan disampaikan kepada
desa/kelurahan untuk menjadi gambaran atau dasar dalam
mengembangkan desa/kelurahan wilayak kerja Puskesmas
Plumbon. Pelaksanaan program yang menggunakan
komunikasi dan advokasi ini tidak sebatas pelayanan promosi
kesehatan dan pelayanan kesehatan lingkungan, melainkan
program lain menggunakan prinsip ini agar program yang
direncanakan dapat berjalan. Memberdayakan masyarakat
dalam mende

Komunikasi dan advokasi lintas sektor dilakukan dalam


beberapa program seperti program Sanitasi Dasar dan
Abatisasi, Puskesmas Plumbon melakukan komunikasi dan
advokasi lintas sektor pada perangkat Desa/Kelurahan untuk
melakukan kegiatan inspeksi sanitasi dasar yang dilakukan
oleh kader disetiap RT. Program Posyandu merupakan
program yang melibatkan perangkat desa/kelurahan sehingga
program Posyandu dapat berjalan, tanpa adanya komunikasi
dan advokasi setiap program Puskesmas dari Pelayanan dasar
kesehatan hingga pembinaan dan pengawasan tidak akan
berjalan karena masyarakat merupakan ujung tombak dari
berlangsungnya suatu program.

Tabel 4.45 Kegiatan Komunikasi dan Advokasi


N Komunikasi/Advokas
Tujuan Kegiatan
O i
1 Desa/Kelurahan Membuat komitmen dukungan Pelaksanaan

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 133


Ds. Plumbon terhadap peningkatan derajat
kesehatan Investigasi kasus,
Membuat komitmen dukungan Pembinaan PHBS
terhadap peningkatan derajat Rumah Tangga
Ds. Dukuh kesehatan
Tokoh Masyarakat Membuat komitmen dukungan
Ds. Plumbon terhadap peningkatan derajat
kesehatan Pembinaan PHBS
2
Membuat komitmen dukungan Rumah Tangga
terhadap peningkatan derajat
Ds. Dukuh kesehatan
Kader Desa
Membuat komitmen dukungan
Ds. Plumbon Pembinaan PHBS
3 terhadap peningkatan derajat
Ds. Dukuh Rumah Tangga
kesehatan
Ds. Singajaya
Institusi Pendidikan
Membuat komitmen dukungan Pembinaan PHBS
SDN Pekandangan
4 terhadap peningkatan derajat disekolah, Pemicuan
III
kesehatan PHBS
Sumber: Data Primer 2017
4.3.2.7. Metode Pemicuan Perubahan Perilaku secara Kolektif
dan Berkelanjutan

1)Implementasi PHAST Makanan dan Minuman Jajanan


Sekolah
Program implementasi PHAST Mamin ini
merupakan salah satu program yang dilakukan oleh bagian
kesehatan lingkungan. Program ini bertujuan untuk
memicu pengetahuan siswa dalam memilih makanan dan
minuman di sekolah, sasaran program ini adalah siswa
dasar kelas 3 sampai kelas 5 dengan pengambilan sampel
siswa sebanyak 20 siswa.

Laporan kegiatan PHAST Mamin terlampir.

Laporan kegiatan Pemicuan terlampir.

4.3.3. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Puskesmas

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 134


Plumbon

Sanitasi total berbasis masyarkat merupakan program


Puskesmas Plumbon dalam upaya meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat dari masyarakat untuk masyarakat,
Puskesmas Plumbon menerapkan 5 pilar STBM yaitu 1) Jangan
BAB Sembarangan 2) Cuci Tangan Memakai Sabun 3) Memasak
Air Minum Sebelum dikonsumsi 4) Melakukan Pemilahan
Sampah 5) Adanya Septictank. Di tahun 2016 STBM dilakukan
di Kelurahan Dukuh dengan upaya penyuluhan tentang stop
BAB sembarangan.

Dari 9 Desa / Kelurahan yang ada di wilayah kerja


Puskesmas Plumbon hanya 3 Desa yang melakukan Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat (STBM) yaitu Desa Plumbon, Dukuh
dan Singaraja. Untuk Desa Dukuh, sudah di ikrarkan sebagai
desa ODF (Open Defecation Free) atau desa stop BAB
sembarangan.

Pada sosialisasi STBM rencana pelaksanaan pilar stop


BAB Sembarangan dilakukan dengan terlebih dahulu
melakukan pemberian infomasi pada warga untuk tidak
melakukan BAB Sembarangan.

Tabel 4.46 Desa/Kel yang Melaksanakan Sanitasi Total Berbasis


Masyarakat (STBM)

SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM)


N JUMLAH Desa Melakukan Desa Stop BABS
O SELURUH DESA Desa STBM
STBM (SBS)
Nama Desa Jumlah Nama Desa Jumlah Nama Desa Jumlah
1 Teluk Agung Plumbon 1 Plumbon 1 Dukuh 1
2 Plumbon Dukuh 1 Dukuh 1
3 Dukuh Singaraja 1 Singaraja 1

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 135


4 Pekandangan Jaya
5 Pekandangan
6 Kepandean
7 Bojong Sari
8 Singajaya
9 Singaraja
Sumber Data : Laporan Kesling 2016

.4. Sistem Manajemen Lingkungan


4.4.1. Analisis data SWOT di Puskesmas Plumbon

a) Analisis SWOT Perencanaan Program

Stregth (Kekuatan) Wearkness (Kelemahan)

1. Adanya puskesmas pembantu 1. Sarana dan prasarana


sebanyak : Puskesmas yang kurang
Adanya puskesmas memadai, dari segi lingkungan
keliling fisik bangunan (Keterbatasan
Adanya UKBM berupa ruangan tiap-tiap bagian) ,
Posyandu tindakan pelayanan yang
Adanya poskesdes dilakukan oleh tiap bagian
Adanya desa siaga kurang sesuai dengan profesi
2. Pemerintah telah menyediakan yang seharusnya (Perawat
dana dari pengembalian merangkap menjadi beberapa
retribusi pendapatan bagian unit yang belum
puskesmas dengan besaran ditunjang oleh pendidikan tiap
yang bervariasi dari setiap anggota pegawai),

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 136


kab/kota, pengadaan tenaga, 2. Keterbatasan jumlah pegawai
obat, alat kesehatan dll. dengan tanggungan wilayah
3. Adanya tenaga kesehatan yang terlalu besar, serta akses
puskesmas yang telah ke beberapa tempat yang sulit
ditempatkan di sarana dijangkau menjadikan
kesehatan, baik di puskesmas pelayanan kesehatan kurang
indiv idu, puskesmas menyeluruh
pembantu, balai pengobatan 3. Belum adanya SOP Penggunaan
desa, pos kesehatan desa& APD di ruang konseling
bidan desa di wilayah kerja 4. Program klinik sanitasi hanya
puskesmas berjalan pada hari Senin dan
4. Adanya standard acuan untuk Kamis yaitu hanya 2 hari dalam
pelayanan (SOP) seminggu
5. Adana sistem kesehatan 5. Kurangnya petugas Sanitarian
nasional dan UU Tentang sehingga dengan banyaknya
kesehatan serta peraturan wilayah yang ditangani,
perundang-undangan lainya sanitarian sangat kewalahan
sebagai pedoman dalam dalam mencapai program
penyelenggaraan pembangunan kesehatan lingkungan
kesehatan 6. Kebijakan pengolahan Limbah
6. Adanya kerjasama antar sektor medis sudah ada, Tetapi belum
yang menunjang untuk ada rencana pengolahan limbah
tercapainya program kesehatan medis secara khusus
yang dilakukan.

Opportunity (Kesempatan/Peluang) Threat (Ancaman, Rintangan,


Tantangan)
1. Adanya peran serta masyarakat 1. Masih kurangnya kesadaran akan
dalam upaya meningkatkan pentingnya kerjamasama antar
derajat kesehatan (adanya seluruh sektor / terutama peran
Kader pada tiap-tiap desa serta seluruh masyarakat
sebagai jembatan penghubung 2. Kurangnya komitmen dari
antara koordinasi petugas seluruh sektor terkait (Petugas
kesehatan di puskesmas dengan kesehatan, tokoh masyarakat, dan
masyarakat desa) seluruh masyarakat)
2. Adanya dukungan dari tokoh 3. Mobilitas penduduk yang
masyarakat terhadap program semakin meningkat,
puskesmas (Dukungan dari mengakibatkan peningkatan
tiap-tiap kuwu disetiap desa risiko penularan penyakit
dengan memberikan dukungan berbasis lingkungan

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 137


berupa sarana desa untuk 4. Kurangnya pengetahuan
pengadaan sosialisasi program masyarakat tentang PHBS
kesehatan) 5. Orientasi pemikiran masyarakat
3. Kerjasama antar sektor yang yang cenderung bersifat kuratif
baik, serta sudah mulai tumbuh (Kurangnya tindakan pencegahan
rasa kesadaran masyarakat penyakit, karena adanya jaminan
tentang pentingnya kesehatan kesehatan membiasakan
masyarakat untuk berobat tampa
melakukan perubahan pada
kebiasaan sehari-hari yang
merupakan faktor paling
berpengaruh terhadap kesehatan)

4.4.2. Mengintegrasikan Perencanaan Sistem Manajemen Lingkungan


(SML)

4.4.2.1. Kebijakan Lingkungan

Kebijakan yang dilakukan Puskesmas plumbon ialah


pengiriman sampah medis ke pihak ke 3 RS. Indramayu sesuai
dengan anggaran BOK yang telah di rencanakan. Sampah medis
yang terdapat di beberapa ruangan di kumpulkan ke dalam
tempat sampah yang menggunakan plastik kuning tetapi pada
pelaksanaanya tercampurnya sampah medis dengan sampah
domestik. Kemudian ada juga di beberapa ruangan yang
melakukan pemilahan sampah sesuai dengan penempatannya
dan sampah medis yang dibuang dikumpulkan terlebih dahulu
di safety box sampai terisi penuh, lalu dikirimkan ke pihak ke 3
RS. Indramayu untuk dilakukan pengolahan selanjutnya.
Pengangkutan sampah medis dilakukan 3 bulan sekali oleh
petugas pihak ke 3. Tetapi untuk sampah medis yang telah
bercampur dengan sampah domestik dilakukan pembakaran di
lingkungan puskesmas.

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 138


Berdasarkan analisis SWOT yang dilakukan terdapat
beberapa kemungkinan program yang diusulkan yaitu sebagai
berikut:

1. Pengelolaan limbah dan sampah medis di Puskesmas Plumbon


sudah direncanakan oleh dinas kesehatan dari segi biaya dalam
pengelolaan dana BOK, dari segi tenaga kerja sudah
memungkinkan dilakukan program pengolahan sampah medis,
tetapi program pengolahan limbah belum bisa dilaksanakan
secara baik dikarenakan belum adanya Standard Operasional
Prosedur dalam pengelolaan limbah dan sampah medis,
sehingga pengelolaan limbah dan sampah medis masih sering
menyatu dengan sampak domestik.

2. Pelaksanaan program klinik sanitasi dan konseling masih


berjalan dengan minim, sehingga perencanaan dalam program
pencegahan penyakit berbasis lingkungan menjadi terhambat,
akan lebih baik apabila pelaksanaan konseling pada klinik
sanitasi berjalan setiap hari.

4.4.2.2. Perencanaan Kegiatan (Program)

Regulasi tentang penanganan Limbah dan Sampah medis / B3

1. PP No 101 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan


Berbahaya Dan Beracun

Penyimpanan

-Pasal 12 ayat 3 bahwa, untuk dapat melakukan penyimpanan


limbah B3, wajib memiliki surat izin pengelolaan limbah B3
untuk kegiatan penyimpanan limbah B3

-Pasal 13, Lokasi penyimpanan limbah B3, bahwa lokasi


penyimpanan limbah B3 yang sesuai dengan jumlah limbah

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 139


B3, karakteristik limbah B3, dan dilengkapi dengan upaya
pengendalian pencemaran lingkungan hidup serta adanya
peralatan penanggulangan keadaan gawat darurat.

-Pasal 14, bahwa Lokasi penyimpanan limbah B3 harus bebas


banjir dan tidak rawan bencana alam, dan harus berada di
dalam penguasaan setiap orang yang menghasilkan limbah
B3.

-Pasal 15, bahwa fasilitas penyimpanan limbah B3 dapat


berupa, Bangunan, Tangki atau container, Silo, Tempat
tumpukan limbah, atau bentuk lainnya sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

-Pasal 16 bahwa, apabila penyimpanan limbah B3 berupa


bangunan maka.

Desain dan kontruksi yang mampu melindungi limbah


B3 dari hujan dan sinar matahari

Memiliki penerangan dan ventilasi

Memiliki saluran drainase dan bak penampung

-Pasal 17 bahwa, peralatan penanggulangan keadaan gawat


darurat paling sedikit meliputi.

Alat pemadam api dan

alat penanggulangan keadaan darurat lain yang sesuai

- Pasal 19 bahwa, pengemasan limbah B3 yang dimaksud


dalam pasal 12, pengemasan menggunakan kemasan yang

Terbuat dari bahan yang dapat mengemas limbah B3


sesuai dengan karakteristik limbah B3 yang akan

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 140


disimpan

Mampu mengungkung limbah B3 untuk tetap berada


dalam kemasan

Memiliki penutup yang kuat untuk mencegah terjadinya


tumpahan saat dilakukan penyimpanan, pemindahan,
atau pengangkutan

Berada dalam kondisi baik, tidak bocor, tidak berkarat,


dan tidak rusak

Pada label limbah B3 paling sedikit memuat keterangan mengenai

Nama limbah

Identitas penghasil limbah

Tanggal dihasilkanya limbah B3

Tanggal pengemasan limbah B3

Pengangkutan limbah B3

- Pasal 47

Pengangkutan limbah B3 wajib dilakukan dengan


menggunakan alat angkut yang tertutup

2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1428/MENKES/SK/XII/2006 Tentang Pedoman
Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Puskesmas

Tentang sampah

- Sampah Infeksius harus dipisahkan dengan sampah Non


Infeksius

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 141


- Setiap ruangan harus disediakan Tempat samoah yang terbuat
dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air dan
mudah dibersihkan serta dilengkapi dengan kantong plastic
sebagai berikut.

Untuk sampah Infeksius menggunakan kantong plastic


berwarna kuning

Benda-benda tajam dan jarum ditampung pada wadah


khusus seperti botol

Sampah domestic menggunakan plastic berwarna hitam


terpisah antara sampah basah dan sampah kering, dapat
diolah sendiri atau pihak ketiga untuk proses
pemusnahanya

- Sampah Infeksius dimusnahkan dalam Incenerator

- Sampah domestic dapat dikubur, dibakar ataupun diangkut ke


tempat pembuangan sampah akhir

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 142


No Nama Kegiatan Waktu Tujuan Sasaran Target Nakes Sarana Dana Evaluasi
Pelaksanaan dan
prasarana
1 Penanganan 1 bulan Limbah medis 100% Petugas Pill box, Rp. 100.000 / - Dibuatnya logbook
limbah medis di sekali - Agar tidak yang limbah sanitarian dan bulan tentang penanganan
puskesmas terjadi dihasilkan yang , bidan, plastik limbah medis
plumbon secara oleh dihasilkan tenaga limbah - Kuantitas limbah
terpadu pencemaran puskesmas, ditangani kesehatan medis medis yang terkumpul
lingkungan pustu, dan sesuai terkait - Kesesuaian dari
poskesdes dan dengan dan penanganan
oleh limbah bidan (semua regulasi cleaning dilapangan dengan
medis kegiatan service SOP yang telah
pelayanan dibentuk
kesehatan - Program penanganan
- Agar tidak
yang limbah medis
menjadi menghasilkan dilakukas secara
limbah medis berkesinambungan
sumber dan
penyebab
penyakit

a. Perencanaan Persiapan Pengelolaan Limbah dan Sampah Medis

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 143


Kesimpulan dan ringkasan singkat tentang pengelolaan
Limbah Medis

Segi penyimpanan

a. Sampah medis harus dipisahkan sesuai jenisnya terlebih


dahulu:

- Limbah infeksius dimasukan pada plastik berwarna


kuning

- Limbah Farmasi dimasukan pada plastik berwarna


Coklat

- Limbah medis padat dan tajam disimpan dalam safety


box atau container

- Setiap jenis sampah medis harus dipisahkan saat


disimpan dalam ruangan penyimpanan sementara,
misalnya untuk limbah infeksius dan lainya dipisah
dalam satu ruangan dengan menggunakan sekat, serta
adanya alas agar sampah tidak langsung menempel pada
lantai dan dinding.

b. Penyimpanan limbah medis harus dipisahkan dan


disimpan dalam ruangan tersendiri, hal ini untuk
mencegah adanya aktivitas disekitar limbah medis,
dikarenakan limbah medis dapat berbahaya serta
berpotensi untuk menularkan atau menjadi sumber
penyakit.

c. Adanya Standard Operasional Prosedur (SOP) dalam


melakukan pengolaan limbah medis di puskesmas,
seperti :

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 143


- Setiap menangani sampah medis, petugas wajib
menggunakan masker dan hand gloves

- Sampah yang dihasilkan oleh setiap unit bagian harus


dipisahkan terlebih dahulu oleh petugas bagian yang
bertugas

- Pengangkutan limbah dan sampah medis dilakukan


setiap hari dan ditangani setelah jam kerja puskesmas
selesai (tidak boleh ditunda / di esok harikan)

- Penimbunan sampah medis maksimal 3bulan

d. Dibuatnya MOU dengan pihak ke 3

- Perjanjian tentang pengangkutan limbah dan sampah


medis

- Pelaporan terhadap limbah yang telah dikelola, bahwa


limbah yang telah diolah harus sesuai dengan nilai
ambang batas maksimum

Perencanaan Evaluasi (pelaksanaan dan evaluasi)

Pada Tahap Evaluasi dilakukan oleh seorang


penanggung jawab ialah harus memberikan laporan hasil
kegiatan harian, bulanan, triwulan, dan tahunan . yang nantinya
laporan tersebut akan diolah menjadi data untuk merencanakan
evaluasi dan perbaikan program yang telah dijalankan.

4.4.2.3. Rencana system manajemen lingkungan di puskesmas


plumbon (Penanganan limbah medis)

a. Tujuan

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 144


-Agar limbah medis yang dihasilkan dari hasil kegiatan
pelayanan kesehatan di puskesmas plumbon tidak
mencemari lingkungan fisik disekitar puskesmas plumbon
-Mencegah penularan penyakit yang dapat disebabkan
oleh limbah medis yang bersifat infeksius
-Untuk memastikan bahwa limbah medis yang dihasilkan
dari kegiatan pelayanan kesehatan di puskesmas
plumbond dapat ditangani dengan baik, sehingga
keberadaanya tidak membahayakan bagi lingungan.

b. Ruang lingkup
Rencana ini mencangkup tentang penanganan limbah
medis yang dihasilkan dari kegiatan pelayanan kesehatan di
puskesmas plumbon

c. Definisi

1. Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya


disingkat B3 adalah zat, energi, dan/atau komponen lain
yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik
secara langsung maupun tidak langsung, dapat
mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup,
dan/atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,
serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup
lain.

2. Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan.

3. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun yang


selanjutnya disebut Limbah B3 adalah sisa suatu usaha
dan/atau kegiatan yang mengandung B3.

4. Limbah Medis adalah hasil buangan dari suatu aktivitas


medis

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 145


5. Pengelolaan Limbah B3 adalah kegiatan yang meliputi
pengurangan, penyimpanan, pengumpulan,
pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan, dan/atau
penimbunan

6. Pengurangan Limbah B3 adalah kegiatan Penghasil


Limbah B3 untuk mengurangi jumlah dan/atau
mengurangi sifat bahaya dan/atau racun dari Limbah B3
sebelum dihasilkan dari suatu usaha dan/atau kegiatan.

7. Penyimpanan Limbah B3 adalah kegiatan menyimpan


Limbah B3 yang dilakukan oleh Penghasil Limbah B3
dengan maksud menyimpan sementara Limbah B3 yang
dihasilkannya

8. Pengumpulan Limbah B3 adalah kegiatan


mengumpulkan Limbah B3 dari Penghasil Limbah B3
sebelum diserahkan kepada Pemanfaat Limbah B3,
Pengolah Limbah B3, dan/atau Penimbun Limbah B3

9. Pemanfaatan Limbah B3 adalah kegiatan penggunaan


kembali, daur ulang, dan/atau perolehan kembali yang
bertujuan untuk mengubah Limbah B3 menjadi produk
yang dapat digunakan sebagai substitusi bahan baku,
bahan penolong, dan/atau bahan bakar yang aman bagi
kesehatan manusia dan lingkungan hidup.

10. Pengolahan Limbah B3 adalah proses untuk


mengurangi dan/atau menghilangkan sifat bahaya
dan/atau sifat racun

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 146


11. Penimbunan Limbah B3 adalah kegiatan menempatkan
Limbah B3 pada fasilitas penimbunan dengan maksud
tidak membahayakan kesehatan manusia dan
lingkungan hidup.

d. Tanggung jawab

1. Kepala puskesmas

Memastikan agar semua prosedur dan peraturan


yang berhubungan dengan penanganan limbah
medis yang dihasilkan dari kegiatan pelayanan
kesehatan di puskesmas plumbon dapat berjalan
sesuai standar operasional prosedur

Memfasilitasi semua peralatan dan perlengkapan


yang dibutuhkan untuk mengelola limbah medis

2. Petugas PUSTU (Puskesmas Pembantu)

Mengumpulkan dan menangani limbah medis


yang dihasilkan dari pelayanan kesehatan di
PUSTU dan menyimpanya di tempat
penampungan sementara yang telah disediakan

Membuat catatan tentang kuantitas dan jenis


limbah medis yang dihasilkan dan dikumpulkan
serta ditampung pada penampungan sampah
medis sementara

3. Bidan desa

Mengumpulkan dan menangani limbah medis


yang dihasilkan dari pelayanan persalinan atau

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 147


KIA dan menyimpanya di dalam tempat
penampungan sementara yang telah disediakan

Membuat catatan tentang kuantitas dan jenis


limbah medis yang dihasilkan dan dikumpulkan
serta ditampung pada pendampungan sampah
medis sementara

4. Petugas sanitarian

Mengumpulkan dan menangani limbah medis


yang dihasilkan oleh seluruh aktivitas pelayanan
kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Plumbon

Membuat logbook tentang limbah medis

Mengirim limbah medis yang dihasilkan dari


kegiatan pelayanan kesehatan di wilayah kerja
Puskesmas Plumbon ke pihak ketiga (RSUD
Indramayu)

e. Uraian

1. Petugas Sanitarian melakukan identifikasi limbah


medis yang ada di wilayah kerja Puskesmas
Plumbonpeng berdasarkan daftar limbah medis
dengan jenis sebagai berikut:

Limbah medis farmasi

Limbah medis patologi

Limbah medis benda tajam

Limbah medis citotoksin

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 148


Limbah medis infeksius

Limbah kemasan bertekanan

Limbah kimia

Limbah logam berat

2. Petugas sanitarian memberikan pengetahuan dan


penjelasan kepada seluruh tenaga kesehatan yang
berada di wilayah kerja Puskesmas Plumbon
tentang jenis limbah yang ada serta sarana dan
prasarana yang dibutuhkan untuk melakukan
penanganan terhadap limbah medis

3. Petugas sanitarian melakukan sosialisasi dan


pelatihan tentang tatacara penanganan limbah
medis sesuai dengan stardar operasional yang
telah memenuhi kriteria regulasi yang ada

4. pengumpulan limbah medis sementara

semua limbah yang dihasilkan oleh aktivitas


pelayanan kesehatan di seluruh area wilayah
kerja puskesmas plumbon ditampung
sementara dalam tempat khusus sesuai dengan
jenis limbah medisnya

menggunakan plastik kuning untuk sampak B3


infeksius

pengumpulan limbah medis tidak disatukan


dengan limbah biasa

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 149


jumlah limbah medis yang ditampung dalam
kurun waktu 1 bulan harus dicatat kuantitas
dan dilaporkan pada petugas sanitarian yang
nantinya akan menjadi laporan
pertanggungjawaban ke dinas keeshatan.

Limbah medis dipastikan dari segi


pengawasan label dan penyimpananya telah
sesuai dengan standard.

f. Dokumen terkait

1. Form laporan jumlah limbah

2. Form manifest Limbah Medis

3. Ijin pengumpulan dan penyimpanan limbah


medis

Implementasi Sistem Manajemen Lingkungan di


Puskesmas PlumboSistem manajemen Lingkungan di .

Puskesmas Plumbon sudah dilaksanakan, tetapi


dalam pelaksanaanya

4.4.3. Impelemtasi Sistem Manajemen Lingkungan di Puskesmas


Plumbon
Sistem manajemen lingkungan di puskesmas plumbon sudah
dilaksanakan, namun dalam pelaksanaanya belum ada system
manajemen lingkungan yan tertata dalam pelaksanaanya. Belum adanya
SOP, Komitmen tertulis dan pendokumentasian limbah medis (Logbook
limbah medis) masih menjadi kendala dalam penanganan limbah medis
di wilayah kerja puskesmas plumbon.

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 150


Pelaksanaan penanganan limbah medis yang dilakukan di
puskesmas masih hanya dalam tahap pengumpulan sementara oleh
tenaga sanitarian. limbah medis yang dihasilkan seperti benda tajam
(Jarum Suntik), limbah infeksius (Kapas dan perban yang terkontaminasi
darah dll) diseluruh wilayah kerja puskesmas plumbon akan
dikumpulkan dalam kardus, setelah sekitar 3 bulan lamanya, limbah
medis yang dihasilkan akan diangkut ke RSUD Indramayu untuk
dikumpulkan serta di olah oeh pihak ketiga sesuai dengan MOU yang
telah disepakati oleh dinas kesehatan dan pihak RSUD Indramayu.

4.4.4. Evaluasi system manajemen lingkungan di puskesmas


plumbon

Berdasarkan penanganan limbah medis yang telah


dilaksanakan, ada beberapa hal yang perlu di evaluasi guna
meningkatkan kinerja dalam hal penanganan limbah medis yang lebih
baik, diantaranya .:

a. SDM : Sumber Daya Manusia untuk mendukung program


penanganan limbah medis di puskesmas plumbon masih sedikit,
dalam wilayah kerja yang luas petugas sanitarian yang berdinas
hanya 1 orang dan dibantu dengan petugas kebersihan yang
bertugas mengumpulkan limbah medis pada tiap-tiap bagian
pelayanan kesehatan di puskesmas plumbon, serta kurangnya
kesadaran akan bahaya dari limbah medis masih kurang,
b. Sumber dana : sumber dana yang ada dalam penanganan limbah
medis masih terbatas, maka sangat diperlukan peningkatan anggaran
dana penanganan limbah medis untuk melakukan penanganan
limbah medis yang benar.
c. Sarana dan prasarana : sarana dan prasarana yang mendukung untuk
melakukan penanganan limbah medis masih terbatas, pada
pelaksanaanya hanya ada safety box dan plastik biasa. Seharusnya

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 151


ada sarana berupa Alat Pelindung Diri (APD) serta safety box yang
kuat untuk menyimpan limbah medis berupa jarum suntik.
d. Metode : pada pelaksanaan penanganan limbah medis di puskesmas
Plumbon belum ada SOP yang jelas untuk mengatur tata laksana
penanganan limbah medis yang benar. Sehingga pada proses
penyimpanan, pengumpulan, pewadahan limbah medis yang ada
belum sesuai dengan persyaratan yang berlaku.

BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
1. Klinik Sanitasi

Berdasarkan hasil konseling dan hasil investigasi yang telah


dilakukan terhadap pasien/klien yang mengunjungai kinik sanitasi yang
dilakukan pada tanggal 8 Mei 2017 14 Juni 2017 di Puskesmas Plumbon
di peroleh 27 pasien konseling penyakit berbasis lingkungan di Pelayanan
Klinik Sanitasi. Pasien yang dikonseling hanya pasien yang menderita
penyakit berbasis lingkungan, dimana didapat penderita penyakit TB
sebanyak 9 pasien, penyakit kulit 10 pasien dan penyakit ISPA sebanyak 7
pasien dan penyakit diare sebanyak 1 pasien. Banyaknya pasien yang
berkunjung ke klinik sanitasi yakni pasien berjenis kelamin laki laki
sebesar 40,7% dan 59,3 % berjenis kelamin perempuan dimana pasien
yang berkunjung ke klinik sanitasi paling banyak pada kelompok usia 46-
55 tahun sebanyak 7 orang.

Faktor risiko dari 4 penyakit PBL yaitu kualitas udara di rumah,


perilaku pasien, PHBS. Intervensi yang diberikan kepada pasien PBL

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 152


berkaitan dengan faktor risiko penyakit yang di derita, dilihat dari faktor
perilaku dan lingkungan . Puskesmas Plumbon melakukan lintas sektor
dengan berbagai sektor yang berhubungan dengan Penyakit Berbasis
Lingkungan, diantara yaitu dengan perangkat desa, instansi pendidikan
dan dokter praktek swasta.

2. Administrasi dan Manajemen Kesehatan Lingkungan

Terdapat 5 masalah sanitasi dasar di Puskesmas Plumbon dengan


prioritas wilayah yaitu Desa Plumbon:

1. Cakupan pengawasan sarana air bersih dengan kualitas, kuantitas dan


kontruksi yang memenuhi syarat di Desa Plumbon sebesar 89,83 %
yang sudah memenuhi target.

2. Cakupan pengawasan jamban yang memenuhi syarat di Desa


Plumbon sebesar 97,82 % yang sudah memenuhi target

3. Cakupan orang yang melakukan pemilahan dan pengolahan sampa di


Desa Plumbon ssebear 69,98 % yang belum memenuhi target yaitu 75
%.

4. Cakupan penggunaan SPAL yang memenuhi syarat di Desa Plumbon


sebesar 75 % belum memenuhi arget sebesar 80 %.

5. Cakupan perilaku cuci tangan pakai sabun dengan kualitas air bersih
dan kontruksi yang memenuhi sayarat di desa Plumbon sebesar 100
%.

Perioritas masalah Kesehatan Lingkungan di Desa Plumbon


yang menggunakan metode bryant adalah cakupan pemilahan dan
pengolahan sampah.

Dari 30 rumah yang berada di Desa Plumbon RW 2, RW 4 dan


RW 6 yang dijadikan sampling untuk mengetahui faktor penyebab

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 153


masalah kesehatan lingkungan. Penyebab masalah cakupan pemilahan
dan pengolahan sampah yaitu pengetahuan, sarana dan sikap.

Prioritas penyebab masalah didapatkan berdasarkan rumus


Bryant udidapatkan bahwa yang menjadi faktor utama adalah
pengetahuan. Untuk mengatasi penyebab masalah diperlukan beberapa
alternatif pemecahan masalah yaitu penyuluhan langsung, penyuluhan
tidak langsung, penyuluhan door to door dan penyuluhan dengan media
poster/spanduk.

Berdasarkan metode reinke untuk prerioritas alternative masalah


didapatkan hasil perioritas alternatif pemecahan masalah cakupan
pemilahan sampah adalah melakukan penyuluhan langsung agar
masyarakat dapat meningkatkan pengetahuan dalam memilah dan
mengolah sampah sederhana.

Diperlukannya perencanaan untuk meningkatkan pengetahuan


dalam memilah dan mengolah sampah sederhana yaitu target pencapaian
alternatif pemecahan masalah adalah : Meningkatnya perilaku memilah
dan mengolah sampah di desa Plumbon 69,8 % menjadi 71,63 % pada
bulan September tahun 2017.
3. Pemberdayaan Masyarakat
1) Promosi kesehatan merupakan salah satu bentuk pelayanan program
puskesmas yang mempunyai peranan meningkatkan akses masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan sehingga tercapainya derajat kesehatan
melalui peningkatan pengetahuan dari, oleh, untuk, dan bersama
masyarakat.
2) Tujuan utama dari pelayanan promosi kesehatan di puskesmas adalah
mengupayakan individu, keluarga, dan masyarakat umum
mendapatkan kesehatan yang lebih baik dari, oleh, untuk, dan
bersama masyarakat sendiri

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 154


3) Ruang lingkup promosi kesehatan di puskesmas adalah menciptakan
lingkungan sehat dan mengembangkan keterampilan individu,
kelompok maupun masyarakat.
4) Kebijakan dan strategi promosi kesehatan lingkungan mengacu pada
Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Puskesmas yang di
terbitkan oleh Kementerian Kesehatan Nomor
585/MENKES/SK/V/2007
5) Metode promosi kesehatan yang dilakukan berupa pembinaan
individu/personal dan kolektif/kelompok.
6) Konsep Dasar Desa dan Pemberdayaan Masyarakat di Bidang
Kesehatan di Puskesmas Plumbon dilakukan mencakup 3 komponen
di wilayahnya yang mencakup
(1) Pelayanan Kesehatan Dasar; (2) Pemberdayaan masyarakat melalui
pengembangan UKBM dan upaya survailans berbasis mayarakat,
kedaruratan kesehatan dan penganggulangan bencana serta penyehatan
lingkungan; dan (3) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

7) Prinsip Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan Lingkungan


dengan upaya membuat desa/kelurahan melakukan 3 komponen
konsep dasar desa secara mandiri.
8) Prinsip Fasilitasi PEmbinaan PHBS di masyarakat dilakukan di 5
tatanan. Yaitu tatanan pendidikan, tatanan institusi kesehatan, tatanan
rumah tangga, tatanan TTU dan TPM, tatanan tempat kerja.
9) Prinsip Komunikasi dan Advokasi dilakukan dengan adanya
hubungan lintasprogram maupun lintas sector yaitu pada perangkat
desa/kelurahan, kader desa, tokoh masyarakat dan instansi
pendidikan.
10) Pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan perubahan
perilaku secara kolektif dan berkelanjutan dilakukan hanya pada
instansi pendidikan dengan upaya membuat siswa mampu melakukan
PHBS sekolah.
Sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) dilakukan di Desa
Pekandangan sebatas Sosialisasi untuk menjalankan pilar bebas buang
air besar sembarangan dan pilar pemilahan sampah.

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 155


4. Sistem Manajemen Lingkungan
Puskesmas Plumbon belum memiliki Sistem Manajemen
Lingkungan yang terintegritas khususnya dalam hal penanganan limbah
medis. Pada pelaksanaanya belum ada komitmen dan SOP (Standar
Operasional Prosedur) tertulis yang telah disepakati untuk menangani
limbah medis yang dihasilkan, sehingga penanganan limbah medis di
Puskesmas Plumbon belum berjalan dengan optimal walaupun pada
pelaksanaanya penanganan limbah medis telah dilakukan. Hal ini
berakibat penanganan limbah medis yang dilakukan masih memiliki
resiko yang besar untuk menimbulkan bahaya bagi lingkungan sekitar.

5.2. Saran
1. Klinik Sanitasi

a. Meningkatkan komunikasi antara balai pengobatan dengan layanan


klinik sanitasi

b. Adanya kerjasama lintas program dan sector untuk menangani


masalah penyakit berbasing lingkungan

c. Melakukan aktif case finding terhadap penyakit berbasis lingkungan

d. Memperbaiki faktor faktor resiko yang berpotensi menyebabkan


penyakit berbasis lingkungan

2. Admistrasi dan Manajemen Kesehaan Lingkungan

Kepada pihak puskesmas khususnya bidang promosi kesehatan


dan sanitarian diharapkan untuk lebih aktif dalam melakukan advokasi
khususnya kepada perangkat desa sehingga penyelesaian masalah

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 156


lingkungan seperti pemilahan sampah dan pengolahan sampah yang
dibakar dapat terselesaikan sehingga mengurangi factor risiko terjadinya
penyakit. Hal tersebut tidak hanya dapat dilakukan oleh petugas
kesehatan di Puskesmas tetapi juga oleh seluruh masyarakat terutama
para kader atau tokoh masyarakat setempat. Petugas Puskesmas juga
memantau masyarakat melalui kader atau tokoh masyarakat untuk
melihat perubahan perilaku masayarakat mengenai pemilahan dan
pengolahan sampah.

3. Pemberdayaan Masyarakat
Dalam rangka pencapaian kemandirian kesehatan,
pemberdayaan masyarakat merupakan unsur penting yang tidak bisa
diabaikan. Pemberdayaan kesehatan di bidang kesehatan merupakan
sasaran utama dari promosi kesehatan. Oleh karena itu kepada pihak
puskesmas khususnya bidang promosi kesehatan diharapkan untuk lebih
aktif dalam melakukan advokasi kepada perangkat desa atau instansi
pemerintah lainnya sehingga pelaksanaan pemberdayaan masyarakat
tidak hanya dapat dilakukan oleh petugas kesehatan di Puskesmas tetapi
juga dapat dilaksanakan oleh seluruh masyarakat terutama para kader
atau tokoh masyarakat setempat di wilayah kerja puskesmas plumbon.

4. Sistem Manajemen Lingkungan


Agar penanganan limbah medis di Puskesmas Plumbon
dapat berjalan dengan baik, maka perlu dibuatnya komitmen dan SOP
yang jelas dan tertulis serta disepakati oleh bersama, untuk menciptakan
sistem manajemen lingkungan dalam hal penanganan limbah medis
yang baik dan sesuai dengan persyaratan.

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 157


DAFTAR PUSTAKA

Andie,Purwanto. Tanpa Tahun. Manajemen Lingkungan: Dulu, Sekarang, Dan


MasaDepan.http://andietri.tripod.com/jurnal/manajemen_lingkungan_x.ht
m_

Buku pedoman Desa Siaga Aktif. 2010. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat

Hapsari, Riza. 2010. Analisis Pengelolaan Sampah Dengan Pendekatan Sistem Di


Rsud Dr Moewardi Surakarta. Semarang: Universitas Diponegoro.
http://eprints.undip.ac.id/_

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1529/MENKES/SK/X/2010 tentang


Pedoman Umum Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif

Maulanan, Heri D J. 2009. Promosi Kesehatan. Cetakan I. Jakarta; EGC. Modul


Pelatihan Promosi Kesehatan bagi Petugas Puskesmas

Maulana, Syarief. Tanpa tahun. Dasar-dasar Pemecahan Masalah Kesehatan


Lingkungan. Bandung: Politeknik Kesehatan Bandung.

Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Puskesmas yang di terbitkan oleh


Kementerian Kesehatan Nomor 585/MENKES/SK/V/2007

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 158


Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 2269/MENKES/PER/XI/2011 tentang
Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Pratiwi, Dyah. 2013. Analisis Pengelolaan Limbah Medis Padat Pada Puskesmas
Kabupaten Pati. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
http://lib.unnes.ac.id/_

Pusat Promosi Kesehatan. 2011. Promosi Kesehatan di Daerah Bermasalah


Kesehatan Panduan bagi Petugas Kesehatan di Puskesmas. Jakarta:
Kementrian Kesehtaan Republik Indonesia.
http://www.depkes.go,id/_diakses tanggal 27 Mei 2017

Pusat Promosi Kesehatan. 2014. Kurikulum dan Modul Pelatihan Promosi


Kesehata bagi Petugas Puskesmas. Jakarta Kementrian Kesehatan RI.

Taufik, Achmad. 2015. Bahan Ajar Administrasi dan Manajemen Kesehatan


Lingkungan. Bandung: Politeknik Kesehatan Bandung.

PBL PUSKESMAS PLUMBON 2017 Page | 159

Anda mungkin juga menyukai