Anda di halaman 1dari 6

TUGAS drh.

Ajeng
SISTEMA INTEGUMEN
IHK

1. Biopsi
Biopsi merupakan salah satu cara pemeriksaan patologi anatomi yang dapat
digunakan untuk menegakkan diagnosis pasti suatu lesi khususnya yang
dicurigai sebagai suatu keganasan
Beberapa hal yang harus diperhatikan ketika pengambilan sampel biopsy:
Biopsi dari lesi kulit atau permukaan mukosa harus menyertakan
jaringan sehat
Lokasi dan arah insisi pada biopi harus diperhatikan supaya tidak
mempersulit prosedur selanjutnya
Garis insisi harus memperhatikan rencana terapi definitif (diletakkan
dibagian yang akan diangkat saat operasi definitif)
Ahli bedah harus dapat memberikan tanda petunjuk yang tepat untuk
ahli patologi.

Beberapa jenis biopsy adalah sebagai berikut:


Biopsi tertutup : Tanpa membuka kulit,Bisa dikerjakan oleh disiplin non-
bedah. Namun dengan metode ini bahan sedikit/kurang representative, dan
dapat ditingkatkan dengan biopsi terbuka, Contoh : FNAB, Core Biopsy,
Cairan cyste-sputum-darah-ascites, dan Endoscopy.
Biopsi terbuka : Dengan membuka kulit/mukosa, Biasanya dikerjakan
oleh disiplin bedah, dan Akan mendapatkan spesimen yang lebih
representative. Biasanya dikerjakan oleh disiplin bedah, Dengan membuka
kulit/mukosa, Pemeriksaan yang dikerjakan : histo-patologi, dan
Macamnya : Biopsi insisi, Biopsi eksisi
Biopsi Insisional
Yaitu pengambilan sampel jaringan melalui pemotongan dengan pisau
bedah. Dengan pisau bedah, kulit disayat hingga menemukan massa dan
diambil sedikit untuk diperiksa.
Biopsi Eksisional (teknik yang digunakan pada case report)
Yaitu pengambilan seluruh massa yang dicurigai disertai jaringan sehat di
sekitarnya. Metode ini dilakukan di bawah bius umum atau lokal
tergantung lokasi massa dan biasanya dilakukan bila massa tumor kecil
dan belum ada metastase. Tehnik biopsi eksisional, adalah sebagai berikut:
Rancang garis eksisi,
Sebaiknya panjang elips empat kali lebarnya.
Lebar maksimum ditentukan oleh elastisitas, mobilitas, serta
banyaknya kulit yang tersedia di kedua tepi sayatan.
Banyaknya jaringan sehat yang ikut dibuang tergantung pada sifat
lesi, yaitu:
Lesi jinak, seluruh tebal kulit diangkat berikut kulit sehat di tepi lesi
dengan sedikit lemak mungkin perlu dibuang agar luka mudah
dijahit.
Karsinoma sel basal, angkat seluruh tumor beserta paling kurang 0.5
s/d 1 cm kulit sehat.
Karsinoma sel skuamosa, angkat seluruh tumor beserta paling
kurang 1 s/d 2 cm kulit sehat.
Insisi dengan skalpel nomor 15 hingga menyayat seluruh tebal kulit.
Inspeksi luka dan atasi perdarahan.
Tutup dengan jahitan sederhana menggunakan benang yang tidak
dapat diserap.

Biopi Jarum
Yaitu pengambilan sampel jaringan atau cairan dengan cara disedot lewat
jarum. Biasanya cara ini dilakukan dengan bius lokal (hanya area sekitar
jarum). Bisa dilakukan secara langsung atau dibantu dengan radiologi
seperti CT scan atau USG sebagai panduan untuk membuat jarum
mencapai massa atau lokasi yang diinginkan. Biopsi jarum dibagi atas:
a. FNAB (fine needle aspiration biopsy)/BAJAH (Biopsi Aspirasi Jarum
halus) teknik ini menggunakan jarum kecil atau halus
b. Core biopsy teknik biopsi jarum yang menggunakan jarum
berukuran besar

2. Lesi Ulcerative
Ulcer atau Ulkus terjadi sebagai akibat dari destruksi lokal suatu jaringan
kulit yang menjangkau lapisan germinativum pada membrane basal dan
lapisan dermis. Ulcer dapat besar atau kecil, berbentuk bulat atau lonjong dan
memiliki dasar baik dangkal maupun dalam.

3. Epitel penyusun stratum spinosum


Stratum spinosum merupakan lapisan kedua dari lapisan dasar
epidermis. Pada lapisan ini terdiri dari keratynocyte berbentuk cuboid dan
squamous. Langerhans cell pada lapisan ini berfungsi aktif dalam menangani
adanya kerusakan jaringan. Sel- sel Keratinocyte pada lapisan ini terikat
sangat kuat dengan tonofilamen pada desmosome, sehingga memberikan
struktur seperti duri-duri dan berfungsi untuk mencegah abrasi serta menjaga
fleksibilitas pada kulit.
4. Beda antibody monoclonal dan poliklonal
Antibodi monoklonal adalah antibodi yang homogen atau mempunyai
sifat yang spesifik karena dapat mengikat 1 epitop antigen dan dapat dibuat
dalam jumlah tidak terbatas. Antibody monoclonal dibuat dengan cara
penngabungan/fusi 2 jenis sel yaitu sel limfosit B yang memproduksi dengan
sel kanker yang dapat membelah terus menerus.
Antibodi poliklonal adalah adalah campuran antibodi heterogen yang
berikatan terhadap berbagai epitopes dari antigen sama. Antibodi ini
dihasilkan oleh klon sel B yang berbeda dari hewan sehingga memiliki sifat
kimia imun yang berbeda. Antibodi poliklonal campuran dapat memiliki
sedikit perbedaan pada spesifitas dan afinitasnya. Antibodi poliklonal paling
sering diproduksi di kelinci tetapi juga dibuat dalam mamalia lainnya
termasuk kambing, babi, babi guinea dan sapi.

5. Beda makula dan hiperpigmentasi


Makula adalah salah satu bentuk lesi primer dimana suatu area kulit
memiliki warna berbeda dibandingakan warna dari area sekitarnya, berbatas
jelas dan tidak terdapat benjolan.
Hiperpigmentasi merupakan perubahan warna kulit menjadi gelap, kelabu
atau kecoklatan yang terlihat jika area tersebut tidak berbulu atau alopesia.
Hiperpigmentasi juga dapat terjadi secara spontan sebagai hasil peningkatan
aktivitas melanosit baik di lapisan epidermis maupun lapisan dermis.

6. Imunohistokimia (IHK)
Pemeriksaan imunohistokimia dapat memberi informasi mengenai kandungan
berbagai unsur molekul didalam sel normal maupun sel neoplastik. Dasar dari
pemeriksaan ini adalah pengikatan antigen (yang terkandung dalam sel)
dengan antibodi spesifiknya yang diberi label chromogen.
Pemeriksaan imunohistokimia dimaksudkan untuk mengenali bahan spesifik
tertentu didalam jaringan dengan menggunakan antibodi dan sistem deteksi
yang memungkinkan untuk mengenali bahan spesifik tersebut secara visual.
Prinsip dari metode imunohistokimia adalah perpaduan antara reaksi
imunologi dan kimiawi, dimana reaksi imunologi ditandai adanya reaksi
antara antigen dengan antibodi, dan reaksi kimiawi ditandai adanya reaksi
antara enzim dengan substrat kromogen. Molekul (substrat) ini didalam
larutan dalam konsentrasi terlarut, tidak berwarna dan mengendap berupa
massa coklat gelap bila teroksidasi. Hasil positif pada umumnya akan
ditunjukan dengan adanya warna coklat. Hal tersebut dikarenakan antigen
dalam sampel berikatan dengan antibody primer selanjutnya dilabeli oleh
antibody sekunder, sehingga ketika dilakukan penambahan substrat
(Diaminobenzidine (DAB) akan memberikan warna coklat terhadap ikatan
antigen dengan antibody primer yang dilabeli antibody sekunder.
Tahap imunohistokimia indirect adalah
1. Tahap deparafinisasi yaitu, preparat direndam dalam larutan xylol (2
kali), etanol absolut (2 kali), alkohol 80%, alkohol 70% dan akuades
steril masing-masing selama 2 menit. Setelah itu, disimpan selama 24
jam pada suhu 4oC. Preparat dicuci dalam PBS pH 7,4 (3x5 menit) lalu
direndam dalam 3% Hidrogen Peroksida (H2O2) selama 10 menit (dalam
PBS) dan dicuci kembali dalam PBS pH 7,4 (3x5 menit), lalu direndam
dalam 1% BSA (dalam PBS) selama 1 jam pada suhu ruang (Golgberg
dan Merkel, 2001).
2. Selanjutnya preparat ditetesi dengan antibodi primer (antibodi
monoklonal), (dalam BSA 1% dalam PBS) 1:100 dan diinkubasi pada
suhu 4oC selama 24 jam. Setelah itu, preparat dikeluarkan dari
refrigerator dan dibiarkan selama 30 menit dalam suhu ruang, lalu
dicuci dengan PBS pH 7,4 (3x5 menit).
3. Selanjutnya ditambahkan antibody sekunder yang berlabel biotin dalam
PBS (1:200) selama 1 jam pada suhu ruang, lalu dicuci dengan PBS pH
7,4 (3x5 menit).
4. Selanjutnya, ditambahkan SA-HRP dalam PBS (1:500) selama 40 menit
pada suhu ruang, lalu dicuci dengan PBS pH 7,4 (3x5 menit).
5. Kromogen DAB (3,3-diaminobenzidine tetrahydrochloride)
ditambahkan selama 20 menit pada suhu ruang lalu dicuci dengan PBS
pH 7,4 (3x5 menit).
6. Counter stain (Hematoxylen-Eosin) 5 menit pada suhu ruang. Setelah
itu, dilakukan mounting dengan entellan. Hasil akhir diamati dibawah
mikroskop cahaya dengan perbesaran 400 kali.

Anda mungkin juga menyukai