TINJAUAN PUSTAKA
Asuhan antenatal atau yang juga dikenal dengan prenatal care adalah suatu program
yang terencana berupa observasi, edukasi dan penanganan medik pada ibu hamil, untuk
memperoleh suatu proses kehamilan dan persalinan yang aman dan memuaskan.1
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga profesional (dokter
spesialis kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu bidan dan perawat bidan) untuk ibu
selama masa kehamilannya, sesuai dengan standar minimal pelayanan antenatal yang
meliputi 7T yaitu timbang berat badan, ukur tinggi badan, ukur tekanan darah, pemberian
imunisasi TT, ukur tinggi fundus uteri, pemberian tablet besi minimal 90 tablet selama masa
kehamilan, tes PMS (penyakit menular seksual) dan temu wicara.1
Tujuan dari asuhan antenatal adalah untuk mempersiapkan agar ibu sehat selama masa
kehamilan, persalinan dan nifas serta mengusahakan bayi yang dilahirkan sehat, memantau
kemungkinan adanya risiko-risiko kehamilan, merencanakan penatalaksanaan yang optimal
terhadap kehamilan risiko tinggi, menyiapkan persalinan menuju well born baby dan well
health mother, mempersiapkan pemeliharaan bayi dan laktasi, mengantarkan pulihnya
kesehatan ibu optimal, menurunkan morbiditas dan mortalitas ibu dan perinatal, skrining
terhadap penyakit-penyakit yang mempengaruhi kesehatan ibu dan anak yang dikandungnya,
serta menerapkan gaya hidup sehat kepada ibu hamil dan keluarganya.2.3
Setiap wanita hamil menghadapi risiko komplikasi yang bisa mengancam jiwanya.
Oleh karena itu, setiap wanita hamil memerlukan sedikitnya empat kali kunjungan selama
periode antenatal:
satu kali kunjungan selama trimester pertama (sebelum 14 minggu),
satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14-28), dan
dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28-36 dan sesudah minggu ke
36).4
Pada setiap kunjungan antenatal tersebut, perlu didapatkan informasi yang sangat
penting. Tabel di bawah ini memberikan garis-garis besarnya.4
Evaluasi prenatal awal dilakukan segera mungkin. Hal ini membutuhkan kepekaan dari
ibu berkenaan dengan periode menstruasi terlambat. Tujuan daripada evaluasi prenatal awal
yaitu:
1. menentukan diagnosis ada atau tidaknya kehamilan;
2. menentukan usia kehamilan dan perkiraan persalinan;
3. menentukan status kesehatan ibu dan janin;
4. menentukan kehamilan normal atau abnormal, serta adaatau tidaknya faktor risiko
kehamilan; dan
5. menentukan rencana pemeriksaan/penatalaksanaan selanjutnya.2
Jadwal kunjungan ulangan untuk melakukan evaluasi terhadap kondisi ibu dan janin
yaitu dengan interval 4 minggu sampai usia kehamilan 28 minggu, tiap 2 minggu sampai usia
kehamilan 36 minggu, setelahnya tiap 1 minggu sekali.5
Evaluasi prenatal lanjutan perlu dilakukan baik untuk ibu maupun janin. Untuk ibu
perlu diperhatikan tentanghal-hal sebagai berikut.5
1. Tekanan darah (sewaktu dan perubahan dari sebelumnya).
2. Berat badan (sewaktu dan perubahannya).
3. Gejala yang mungkin terjadi misal sakit kepala, penglihatan kabur, nyeri pada perut,
mual-muntah, perdarahan, adanya keluar cairan dari vagina atau nyeri berkemih.
4. Tinggi fundus uteri yang diukur dari puncak simfisis ke puncak fundus uteri dengan
sentralisasi uterus.
5. Pemeriksaan dalam pada usia trimester akhir untuk menentukan letak terendah janin,
station, kapasitas panggul, konsistensi, perlunakan dan pelebaran serviks.6
Sedangkan untuk janin perlu diperhatikan mengenai:
1. denyut jantung janin,
2. ukuran janin (sewaktu dan perubahannya),
3. volume cairan amnion,
4. aktivitas janin
5. bagian terendah dan stasion (pada trimester akhir).
6. Bagian terendah dan stasion ( pada trimester akhir)6
1. Diabetes gestational.
Diabetes gestasional berhubungan dengan hipertensi dalam kehamilan,
makrosomia, distosia bahu, dan meningkatnya jumlah persalinan perabdominal.
Insidensi diabetes gestasional mencapai 2-5%. Pada setiap kehamilan perlu dilakukan
skrining terhadap kemungkinan diabetes gestasional pada usia kehamilan 24-28
minggu kecuali pada wanita dengan risiko rendah yaitu usia kurang dari 25 tahun, dari
garis etnis dengan risiko rendah, erat sebelum kehamilan normal, tidak adanya
riwayat metabolisme glukosa abnormal, atau keluarga pada lapis keturunan pertama
yang memiliki diabetes. 7
Pemeriksaan prenatal adalah penggunaan beberapa tes khusus yang dilakukan selama
kehamilan. Terdapat dua macam tes yang dapat dilakukan, yaitu Pertama tes diagnostik yang
digunakan untuk menentukan apakah bayi menderita kelainan sebelum atau setelah proses
persalinan. Kelainan yang dimaksud meliputi masalah pertumbuhan dan perkembangan
fungsi tubuh janin. Diagnosis prenatal dapat digunakan untuk mendeteksi kondisi yang
disebabkan perubahan dalam jumlah dan struktur genetik. Beberapa defek kongenital yang
didiagnosis pada masa kehamilan ini dapat terlihat segera setelah proses persalinan atau pada
tahun pertama kehidupan bayi, tetapi defek ini juga dapat tidak terlihat sampai masa anak-
anak, remaja bahkan saat dewasa. 8
Kedua adalah tes skrining, tes ini digunakan untuk menentukan apakah bayi memiliki
resiko tinggi untuk menderita beberapa masalah. Pemeriksaan ini bukan pemeriksaan
diagnostik dan hasil yang menunjukkan resiko tinggi tidak berarti bahwa bayi tersebut
menderita kelainan. 8
Tes skrining dapat dilakukan oleh semua wanita hamil, tidak hanya untuk wanita
hamil yang berisiko untuk mendapatkan bayi dengan kelainan tetapi juga dapat dilakukan
oleh wanita hamil yang tidak memiliki risiko untuk mendapatkan bayi dengan kelainan. 8
Kehamilan resiko tinggi
2.6 Pengertian
Kehamilan Resiko Tinggi adalah kehamilanyang mempunyai resiko atau bahaya dan
komplikasi yang lebih besar pada kehamilan/persalinannnya baik terhadap ibu maupun
terhadap janin yang dikandungnya selama masa kehamilan, melahirkan ataupun nifas
dibandingkan dengan ibu hamil dengan kehamilan/persalinan normal.
c) Kelainan struktur
Kelainan struktur pada organ reproduksi wanita (misalnya rahim ganda
atau leher rahim yang lemah) bisa meningkatkan resiko terjadinya
keguguran.
Untuk mengetahui adanya kelainan struktur, bisa dilakukan pembedahan
diagnostik, USG atau rontgen.
Fibroid (tumor jinak) di dalam rahim bisa meningkatkan resiko terjadinya:
- kelahiran prematur
- gangguan selama persalinan
- kelainan letak janin
- kelainan letak plasenta
- keguguran berulang.