Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pneumonia adalah infeksi saluran akut bagian bawah yang mengenai parenkim paru . Menurut
anatomis pneumonia pada anak dibedakan menjadi pneumonia lobaris , pneumonia interstisialis ,
dan bronkopneumonia .
Bronkopneumonia sebagai penyakit yang menimbulkan gangguan pada sistem pernafasan ,
merupakan salah satu bentuk pneumonia yang terletak pada alveoli paru .
Anak merupakan hal yang paling penting artinya bagi sebuah keluarga. Selain sebagai penerus
keturunan , anak pada akhirnya juga sebagai generasi penerus bangsa. Oleh karena itu, tidak
satupun orang tua yang menginginkan anaknya jatuh sakit, lebih-lebih bila anaknya mengalami
bronchopneumonia.
Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada anak-anak di bawah umur 3
tahun dengan resiko kematian yang tinggi pada bayi yang berusia kurang dari 2 bulan, sedangkan
di Amerika pneumonia menunjukkan angka 13% dari seluruh penyakit infeksi pada anak di
bawah umur 2 tahun (1).Infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah utama
dalam bidang kesehatan, baik di negara yang sedang berkembang maupun yang sudah maju. Dari
data SEAMIC Health Statistic 2001 influenza dan pneumonia merupakan penyebab kematian
nomor 6 di Indonesia, nomor 9 di Brunei, nomor 7 di Malaysia, nomor 3 di Singapura, nomor 6
di Thailand dan nomor 3 di Vietnam. Laporan WHO 1999 menyebutkan bahwa penyebab
kematian tertinggi akibat penyakit infeksi di dunia adalah infeksi saluran napas akut termasuk
pneumonia dan influenza. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes tahun 2001, penyakit
infeksi saluran napas bawah menempati urutan ke-2 sebagai penyebab kematian di Indonesia.
Penggunaan antibiotik, membuat penyakit ini bisa dikontrol beberapa tahun kemudian. Namun
tahun 2000, kombinasi bronchopneumonia dan influenza kembali merajalela dan menjadi
penyebab kematian ketujuh di negara itu.

1
1.2 TUJUAN
A. Tujuan umum :
Mahasiswa dapat memahami tentang Bronkopneumonia dan Asuhan Keperawatannya serta
menyusun asuhan keperawatan dengan proses keperawatan klien Bronkonpneumonia
B. Tujuan khusus :
1. Makalah ini mampu menjelaskan tentang definisi, etiologi, Pathofisiologi, tanda dan
gejala, manifestasi klinis, penatalaksanaan keperawatan, dan pencegahan
2. Makalah ini mampu menjelaskan asuhan keperawatan pada anak dengan
bronkopneumonia

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Bronchopneumonia adalah radang pada paru-paru yang mempunyai penyebaran berbercak,


teratur dalam satu area atau lebih yang berlokasi di dalam bronki dan meluas ke parenkim
paru (Brunner dan Suddarth, 2001).

Bronchopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-
paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak Infiltrat (Whalley and Wong,1996).

Bronchopneumonia disebut juga pneumoni lobularis, yaitu radang paru-paru yang


disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda-benda asing (Sylvia Anderson, 1994).

Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan,Bronkopneumonia adalah radang paru-


paru yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya
bercak-bercak infiltrat yang disebabkan oleh bakteri,virus dan jamur dan benda asing.

2.2 ETIOLOGI

Pada umumnya tubuh terserang Bronchopneumonia karena disebabkan oleh penurunan


mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen. Penyebab
Bronchopneumonia yang vbiasa ditemukan adalah:
1. Bakteri : Diplococus Pneumonia, Pneumococcus, Stretococcus Hemoliticus Aureus,
Haemophilus Influenza, Basilus Friendlander (Klebsial Pneumoni), Mycobacterium
Tuberculosis.
2. Virus : Respiratory syntical virus, virus influenza, virus sitomegalik.
3. Jamur : Citoplasma Capsulatum, Criptococcus Nepromas, Blastomices Dermatides,

3
Aspergillus Sp, Candinda Albicans, Mycoplasma Pneumonia. Aspirasi benda asing.
4. Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya Bronchopnemonia adalah
a) Faktor predisposisi
-usia /umur
-genetik
b) Faktor pencetus
-gizi buruk/kurang
-berat badan lahir rendah (BBLR)
-tidak mendapatkan ASI yang memadai
-imunisasi yang tidak lengkap
-polusi udara
-kepadatan tempat tinggal

2.3 PATOFISIOLOGI
Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya disebabkan oleh virus
penyebab Bronchopneumonia yang masuk ke saluran pernafasan sehingga terjadi
peradangan broncus dan alveolus dan jaringan sekitarnya. Inflamasi pada bronkus ditandai
adanya penumpukan sekret, sehingga terjadi demam, batuk produktif, ronchi positif dan
mual. Setelah itu mikroorganisme tiba di alveoli membentuk suatu proses peradangan yang
meliputi empat stadium, yaitu :

A. Stadium I (4 12 jam pertama/kongesti)


Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan yang berlangsung pada
daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan peningkatan aliran darah dan
permeabilitas kapiler di tempat infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator-
mediator peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera jaringan.
Mediator-mediator tersebut mencakup histamin dan prostaglandin. Degranulasi sel mast
juga mengaktifkan jalur komplemen. Komplemen bekerja sama dengan histamin dan
prostaglandin untuk melemaskan otot polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas
kapiler paru. Hal ini mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang
interstisium sehingga terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus.

4
Penimbunan cairan di antara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang harus
ditempuh oleh oksigen dan karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah paling
berpengaruh dan sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin.

B. Stadium II/hepatisasi (48 jam berikutnya)


Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah, eksudat dan
fibrin yang dihasilkan oleh penjamu ( host ) sebagai bagian dari reaksi peradangan. Lobus
yang terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan,
sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar, pada stadium ini
udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak, stadium
ini berlangsung sangat singkat, yaitu selama 48 jam.

C. Stadium III/hepatisasi kelabu (3 8 hari)


Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi daerah
paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang
cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa sel.Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai
diresorbsi, lobus masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi
pucat kelabu dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti.

D. Stadium IV/resolusi (7 11 hari)


Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan peradangan mereda,
sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi oleh makrofag sehingga jaringan
kembali ke strukturnya semula. Inflamasi pada bronkus ditandai adanya penumpukan
sekret, sehingga terjadi demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual.
Bila penyebaran kuman sudah mencapai alveolus maka komplikasi yang terjadi adalah
kolaps alveoli, fibrosis, emfisema dan atelektasis.Kolaps alveoli akan mengakibatkan
penyempitan jalan napas, sesak napas, dan napas ronchi. Fibrosis bisa menyebabkan
penurunan fungsi paru dan penurunan produksi surfaktan sebagai pelumas yang berfungsi
untuk melembabkan rongga fleura. Emfisema ( tertimbunnya cairan atau pus dalam
rongga paru ) adalah tindak lanjut dari pembedahan. Atelektasis mengakibatkan

5
peningkatan frekuensi napas, hipoksemia, acidosis respiratori, pada klien terjadi sianosis,
dispnea dan kelelahan yang akan mengakibatkan terjadinya gagal napas.

Pathway

Virus, bakteri, jamur.

Penyebab

Invasi saluran nafas atas

Kuman berlebih di Kuman terbawa ke Infeksi saluran nafas


bronkus saluran cerna bawah

Proses Infeksi saluran


peradangan cerna Dilatasi Peradangan
pembuluh
darah
Peningkatan flora
Akumulasi secret di normal di usus Peningkatan
bronkus suhu tubuh
Eksudat
masuk
Peristaltic usus alveoli
Hipertemi
Bersihan jalan Mocus di
nafas tidak broncus Gangguan
efektif Melabsorpsi difusi gas
Suplai o2
dalam darah
Bau mulut tak
Frekuensi BAB Gangguan
sedap
3 x hari pertukaran
gas Hipoksia

anoreksia
Gangguan
keseimbangan Fatique
cairan tubuh
Intake

Intoleransi
Nutrisi kurang dari aktivitas
kebutuhan tubuh

6
2.4 MENISFESTASI KLINIK

Demam (39 40C) kadang-kadang disertai kejang karena demam yang tinggi
Anak sangat gelisah,dan adanya nyeri dada yang terasa ditusuk-tusuk, yang dicetuskan
oleh bernapas dan batuk
Pernapasan cepat dan dangkal disertai pernapasan cuping hidung dan sianosis sekitar
hidung dan mulut.
Kadang-kadang disertai muntah dan diare
Adanya bunyi tambahan pernapasan seperti ronchi, whezing.
Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan hipoksia apabila infeksinya serius.
Batuk paroksimal mirip pertussis
Anak-anak yang lebih besar tidak terlihat sakit

2.5 GAMBARAN KLINIS

Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas selama
beberapa hari. Suhu dapat naik secara mendadak sampai 3940C dan mungkin disertai
kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispnu, pernafasan cepat dan
dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis di sekitar hidung dan mulut. Batuk
biasanya tidak dijumpai di awal penyakit, anak akan mendapat batuk setelah beberapa hari,
dimana pada awalnya berupa batuk kering kemudian menjadi produktif.

Pada bronkopneumonia, hasil pemeriksaan fisik tergantung pada luasnya daerah yang
terkena. Pada perkusi toraks sering tidak dijumpai adanya kelainan. Pada auskultasi
mungkin hanya terdengar ronki basah gelembung halus sampai sedang.

Bila sarang bronkopneumonia menjadi satu (konfluens) mungkin pada perkusi terdengar
suara yang meredup dan suara pernafasan pada auskultasi terdengar mengeras. Pada stadium
resolusi ronki dapat terdengar lagi. Tanpa pengobatan biasanya proses penyembuhan dapat
terjadi antara 2-3 minggu.

7
2.6 TANDA DAN GEJALA
1. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan
a. Nyeri pleuritik
b. Nafas dangkal dan mendengkur
c. Takipnea
2. Bunyi nafas
a. Mengecil, kemudian menjadi hilang
b. Krekels, ronki
c. Pekak pada saat perkusi
3. Gerakan dada tidak simetris
4. Menggigil dan demam 38,8 C sampai 41,1C
5. Diafoesis
6. Anoreksia
7. Malaise
8. Batuk : tidak produktif sampai produktif dengan sputum berwarna keputihan
9. Perilaku
a. Sensitive
b. Gelisah letargik
10. Sianosis Area sirkumoral, dasar kuku kebiruan
11. Masalah-masalah psikososial :
a. Disorientasi,
b. Ansietas
c. Takut mati

2.7 PENATALAKSANAAN

A. farmakologi

Penatalaksanaan antibiotika berdasarkan derajat penyakit

Pneumonia ringan
- Amoksilin 25 mg/ kg BB dibagi dalam 2 dosis sehari selama 3 hari . Dieilayah
resistensi penisilin yang tinggi dosis dappat dinaikan sampai 80-90 mb/kgBB.

8
- Kotrimoksazol (trimetoprin 4mg/kgBB sulfametoksazol 20 mg/kgBB) dibagi
dalam 2 dosis sehari selama 5 hari .
Pneumonia berat
- Kloramfenikol 25 mg/kgBB setiap 8 jam
- Seftriakson 50 mg/kgBB i.v setiap 12 jam
- Ampisilin 50 mgkgBB i.m sehari empat kali , dan gentamisin 7,5 mg/kgBB
sehari sekali
- Benzilpenisilin 50.000 U/kgBB setiap 6 jam , dan gentamisin 7,5mg/kgBB
seahri sekali
- Pemberian antibiotic diberikan selama 10 hari pada pneumonia tanpa
komplikasi , sampai saat ini tidak ada studi control mengenai lama terapi
antibiotic yang optimal

Pemberian antibiotic berdasarkan umur

Neonates dan bayi muda (<bulan) :


- Ampicillin + aminoglikosid
- Amoksisillin asam klavulanat
- Amoksilin + aminoglikosid
- Sefalosporin generasi ke 3
Bayi dan anak usia pra sekolah (2 bulan-5 tahun)
- beta lactam amoksisillin
- amoksisillin amoksisillin klavulanat
- golongan sefalosporin
- kotrimoksazol
- makrolid (eritromisin )
anak usia skolah (>5 tahun)
-amoksisillin/makrolid (eritromisin , klaritromisin , azitromisin)
Tetrasiklin (pada anak usia > 8 tahun )

B. Non farmakologi
1. Istirahat, umumnya penderita tidak perlu dirawat, cukup istirahat dirumah.
2. Simptomatik terhadap batuk.
3. Batuk yang produktif jangan ditekan dengan antitusif
4. Bila terdapat obstruksi jalan napas, dan lendir serta ada febris, diberikan
broncodilator.
5. Pemberian oksigen umumnya tidak diperlukan, kecuali untuk kasus berat. Antibiotik
yang paling baik adalah antibiotik yang sesuai dengan penyebabnya.

9
2.8 PENCEGAHAN

Penyakit bronkopneumonia dapat dicegah dengan menghindari kontak dengan penderita


atau mengobati secara dini penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan terjadinya
bronkopneumonia ini. Selain itu hal-hal yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan
daya tahan tubuh kita terhadap berbagai penyakit saluran nafas seperti : cara hidup sehat,
makan makanan bergizi dan teratur ,menjaga kebersihan ,beristirahat yang cukup, rajin
berolahraga, dll. Melakukan vaksinasi juga diharapkan dapat mengurangi kemungkinan
terinfeksi antara lain:
1. Vaksinasi Pneumokokus
2. Vaksinasi H. Influenza
3. Vaksinasi Varisela yang dianjurkan pada anak dengan daya tahan tubuh rendah
4. Vaksin influenza yang diberikan pada anak sebelum anak sakit.

2. 9 ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
a. Riwayat kesehatan masa lalu
- Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya
- Kaji riwayat reaksi alergi atau sensitifitas terhadap zat / factor lingkungan
b. Aktifitas
- Ketidak kemampuan melakukan aktifitas karena sulit bernafas
- Adanya penurunan kemampuan / peningkatan pemenuhan kebutuhan melakukan
aktifitas sehari-hari
- Tidur dalam posisi duduk tinggi
c. Pernafasan
- Dyspnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktifitas / latihan
- Napas memburuk ketika klien berbaring telentag di tempat tidur
- Menggunakan alat bantu pernafasan , missal meninggikan bahu, melebarkan
hidung
- Adanya bunyi nafas mengi
- Adanya batuk berulang
d. Sirkulasi
- Adanya peningkatan tekanan darah
- Adanya peningkatan frekuensi jantung

10
- Warna kulit / membrane mukosa normal/ abu abu / sianosis

e. Integritas ego
- Ansietas
- Ketakutan
- Peka rangsangan
- Gelisah
f. Asupan nutrisi
- Ketidak kemampuan untuk makan karena distress pernafasan
- Penurunan berat badan karna anoreksia
g. Hubungan social
- Keterbatasan mobilitas fisik
- Susah bicara atau bicara terbata bata
- Adanya ketergantungan pada orang lain

Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan
menentukan gambaran hiperinflasi pada paru paru yakni radiolusen yang bertambah dan
peleburan rongga interkostalis, serta diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat
komplikasi, maka kelainan yang di dapat adalah sebagai berikut :
- Bila disertai bronchitis ,maka terdapat gambaran infiltrate pada paru
- Dapat pula ditimbulkan gambaran akteletasis local
- Bila terjadi pneumonia mediastinum , pneotoraks, pneomoperikardium, maka
dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru paru.
b. Pemerikasaan kulit
Dilakukan untuk mencari factor alergi dengan berbagai alergen yang dapata
menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
c. Elektro kardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3 bagian
dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru, yaitu :
- Perubahan aksis jantung, pada umumnya terjadi right axis deviasi dan clock wise
rotation
- Terdapat tanda tanda hipertropi otot jantung, yakni teradapatnya RBB (right
bundle branch block )
- Tanda tanda hipoksemia , yaitu terdapatnya sinus takikardia
d. Scanning paru
Dapat diketahui pada redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada
paru paru

11
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa yang dapat diangkat adalah :

1. Gangguan pertukaran gas b/d akumulasi eksudat dan peningkatan produksi mucus
2. Hipertermia berhubungan dengan infeksi
3. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan evaporasi
tubuh, kurangnya intake cairan.
4. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b/d akumulasi sekret di jalan napas
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan
kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi, mual dan muntah.
6. Ansietas pada orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi anak

C. PERENCANAAN KEPERAWATAN

1. DX 1 : Gangguan pertukaran gas b/dobstruksi saluran pernapasan


Tujuan : pertukaran gas dapat diperbaiki
KH :
a. Respirasi anak mudah dan kecepatan respirasi dalam batas normal
b. Warna kulit normal
c. Gelisah menurun
Rencana tindakan :
Kaji status pernafasan anak terhadap adanya dyspnea , takipneea , wheezing ,
krekel , ronchi , dan sianosis
Rasional : dapat menunjukan pengobatan yang tidak efektif dan kondisi anak
mungkin buruk
Berikan anak istirahat yang cukup
Rasional : periode istirahat yang cukup mengehmat energy yang dibutuhkan untuk
penyembuhan infeksi
Berikan lingkungan dingin dan lembab pada bagian facemask , pemberian
oksigen maupu dengan tenda oksigen

12
Rasional : dingin dan lembab dapat melembabkan jalan nafas dan membantu
mengurangi sekresi dan edema bronkial
Atur posisi anak setiap 1-2 jam
Rasional : posisi yang diubah membantumobilisasi sekresi
Biarkan anak berasumsi untuk merasaka posisi yang nyaman baginya
Rasioanal :anak berasumsi bmerasakn posisi yang nyaman seperti semi fowler
membuat anak bernafas lebih mudah
Lakukan fisioterapi dada setiap 4 jam sesuai order
Rasional : fisioterapi dada termasukperkusi manual,vibrasi , dan tekanan dada ,
batuk , kekuatan ekspirasi , dan latihan nafas dalam untuk membersihkan mucus
dari jalan nafas serta meningkatkan pengembangan paru kembali
Anjurkan pemberian intake oral , jika tidak ada kontraindikasi
Rasional : pemebrian cairan dapat mengencerkan sekresi
Anjurkan anak untuk batuk , latihan nafas dalam setiap 2 jam
Rasional : batuk merupakan mekanisme pembersihan jalan nafas alami , dan
membantu sillia mempertahankan kepatenan jalan nafas
Kolaborasi pemberian oksigen melalui masker , kanul , maupun tenda oksigen
sesuai order
Rasional : oksigen membantu menurunkan kegelisahan yang berhubungan dengan
distress pernafasan dan hipoksemia
2. DX 2: Hipertermi berhubungan dengan infeksi
Tujuan : temperature tubuh anak kembali normal
KH : temepratur tubuh anak kuran dari 37,8 C
Rencana tindakan :
Monitor temperature anak setiap 1-2 jam terhadap perubahan temperature tubuh
yang tiba-tiba
Rasional : perubahan temperature yang tiba-tiba mungkin menyebabkan kejang
Pelihara lingkungan yang dingin
Rasioanl : lingkungan yang dingin membantu megurangi temperature melalui
kehilangan panas
Berikan seka air hangan jika dibutuhkan untuk mengurangi demam

13
Rasioanal : mansi seka aoir hangan mendinginkan permukaan tubuh melalui
konduksi , dengan memindahlkan panas tubuh ke air dan handuk seka karena
kontak langsung anatara kulit dengan handuk seka , makan panas tubuh menurun.
Kolaborasi pemberian antipiretik golongan acetaminophen atau ibuprofen , bukan
aspirin sesuai order
Rasioanl : antipiretik biasanya mengurangi demam dengan efektif dengan
mengembalikan set point menjadi normal
Kolaborasi pemberian antimikrobal sesuai order
Rasioanal :antimikrobal menyerang organisme penyebab
Kolaborasi untuk pengambilan sempel specimen sputum untuk pemeriksaan
kultur
Rasioanl : sampel specimen sputum membantu mengidentifikasi agen penyebab
3. DX 3 : Resiko defisit volume cairan b.d kehilangan cairan melalui hipertemia atau
hiperpnea
Tujuan : kekurangan volume cairan tidak terjadi pada anak
Kriteria evaluasi:
a. output urine 1-2 ml/kg jam
b. tugor kulit baik
c. waktu pengisian kapiler 3-5 detik
Rencana tindakan :
kaji anak untuk peningkatan kecepatan respirasi dan demam setiap 1-2 jam
rasionalnya : peningkatan pencepatan respirasi dan temperature tubuh terjadi
karna adanya peningkatan kehilangan cairan
monitor intake dan output cairan anak dengan teliti.
Rasional : teliti monitoring mendeteksi penurunan output urine yang mungkin
mengindikasi kan dehidrasi.
Kaji anak terhadap tanda2 dehidrasi pada anak termaksud turgor kulit
jelek,membrane mukosa kering,fontanel cekung,dan mata cekung.
Rasional : tanda2 seperti ini mengindikasikan perlunya peningkatan intake cairan.
Anjurkan intake cairan oral yang tepat jika tidak ada kontra indikasi.
Rasional : peningkatan intake cairan membantu mencegah dehidrasi dan
pengenceran secret.
Berikan cairan intravena sesuai order
Rasional : cairan intravena perlu untuk menjaga hidrasi anak yang adekuat
4. DX 4: Ketidakefektifan Bersihan jalan napas b/d akumulasi sekret di jalan nafas
Tujuan : jalan nafas kembai efektif

14
KH : - pernafasan dan denyut jantung sesuai usia
- Anak dapat bernafas dengan mudah
Rencana tindakan :
Monitor status pernafan anak dan tanda-tanda vital secara terus menerus hingga
jalan nafas paten . tempatkan alat intubasi emergensi disebelah tempat tidur .
Rasional : sebagai mandatory sebab peningkatan edema dapat menyebabkan
obdstruksi lengkap pada beberapa waktu memerlukan intubasi emergensi
Auskultasi bunyi paru-paru anak untuk tanda-tanda peningkatan pembengkakkan
jalan nafas dan obstrusi lanjut termasuk dyspnea , takipnea , dan wheezing .
Rasional : keluahan segera terhadap tanda-tand aini penting karena peningkatan
bengkak dengan cepat dapat menjadi fatal
Biarkan anak mengansumsi osisi yang nyaman kecuali posisi horizontal
Rasinal : posisi horizontal mungkin menyebabkan jaringan pada jalan nafas
memburuk yang mungkin mengarah ke obstruksi
Hindari rasangan pada jalan nafas dengan depressor lidah , kultur apusa, , cateter
suction , atau laringoskop
Rasional : beberapa manipulasi jaringan jalan nafas mungkin menyebabkan
spasem laring dan pembengkakkan yang mungkin mengarah pada
pembengkakkan lengkap

5. DX 5 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan


kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi, mual dan muntah.
Tujuan : status nutrisi anak adekuat
KH : - anak mengkonsumsi makanan sedikitnya habis 80% setiap kali makan
- Berat badan dapat dipertahankan atau ditingkatkan
Rencana tindakan :
Berikan makan sedikit dengan frekuensi makan yang sering , dan makanan yang
sikuai anak .

15
Rasional : makan sedikit , dengan frekuensi makan yang sering dapat emnurunkan
usaha respirasi . pemberian makan yang disukai anak membantu anak makan
banyak setiap kali makan
Beriakan anak makanan timggi proyein , diet tinggi protein
Rasinal : anak memerlukan diet tinggi protein dan kalori untuk meningkatkan
kebutuhan kalori
Berikan susu formula pada anak dengan tepat
Rasional : pemberian susu yang tidak tepat menyebabkan penebalan sekresi
Lakukan penilaian terhadap status nutrisi anak sperti berat badan , tinggi badan ,
lingkar lengan , konjungtiva , , indekss masa tubuh , lab darah
Rasional : status nutrisi ditentukan dari pemeriksaan fisik dan laboraturium darah
sehingga kebutuhan kalori dapat ditentukan dan mengevaluasi keadekuatan
rencana pemenuhan nutrisi
6. DX 6 : Ansietas pada orangtua b.d kurang pengetahuan tentang kondisi anak.
Tujuan: ansietas orangtua menurun
a. Kriteria evaluasi :
b. Orang tua mendukung perawatan anak
c. Orangtua mampu menjelaskan kondisi anaknya
Rencana tindakan :
kaji pemahaman orangtua tentang kondisi anak dan pemberian obat
rasional : pengkajian memberikan dasar untuk memulai pengajaran pada anak dan
orang tua
jelaskan tentang semua prosedur tindakan yang dilakukan kepada anak dan
orangtua
rasional : memberikan penjelasan sebelum tindakan yang di lakukan di rumah
sakit memperbaiki pengetahuan dan ketidakpahaman yang dapat menurukan
kecemasan pada anak dan orangtua.
ijinkan orangtua untuk tinggal dengan anak
rasional : membolehkan orang tua tinggal bersama anak memberikan dukungan
yang adekuat pada anak
berikan dukungan emosional pada orangtua selama tinggal dirumah sakit
rasional : mendengarkan dengan empati tentang perasaan yang diungkapkan
orangtua dan membantu mereka sepakat dengan kondisi krisis anak selama
dirawat dirumah sakit

16
D. DISCHARGE PLANNING
Hal-hal yang perlu disampaikan kepada keluarga dan pasien sebelum pulang adalah :
1. Memberitahukan kepada pasien dan keluarga untuk melanjutkan pengobatan di
rumah sesuai dosis dan instruksi dokter
2. Memberitahukan jadwal kontrol di dokter kepada pasien dan keluarga
3. Mengajarkan kepada keluarga seperti :
-minum air hangat
-istirahat secukupnya
-mencuci tangan dengan sering
-membersihkan mulut dengan sering
4. Memberitahukan keluarga pasien tentang pentingnya memberi ASI eksklusif dan
nutrisi pada anak untuk mempertahankan sistem kekebalan tubuh dan
mempercepat proses penyembuhannya.
5. Memberitahukan pada keluarga pasien tentang pentingnya menjaga kebersihan
lingkungan tempat tinggal ,hindari merokok,polusi udara,lingkungan berdebu
karena dapat menurunkan kesehatan dan melemahkan kondisi saluran napas anak.
6. Memberitahukan pentingnya pemberian imunisasi pada anak, karena dengan
imunisasi kekebalan tubuh semakin kuat dan mikroorganisme sulit masuk dalam
tubuh.
7. Mengajarkan tindakkan sederhana yang dapat dilakukan bila anak sakit misalnya :
memberikan kompres hangat untuk menurunkan demam, memberikan minuman
yang cukup untuk mencegah dehidrasi, memberikan minuman hangat untuk
membantu mengencerkan sekret yang kental.

17
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Bronkopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru
yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat yang disebabkan oleh bakteri,virus dan
jamur dan benda asing.

Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya disebabkan oleh virus penyebab
Bronchopneumonia yang masuk ke saluran pernafasan sehingga terjadi peradangan broncus dan
alveolus dan jaringan sekitarnya. Inflamasi pada bronkus ditandai adanya penumpukan sekret,
sehingga terjadi demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual.

Pada umumnya tubuh terserang Bronchopneumonia karena disebabkan oleh penurunan


mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen. Pathogen penyebab
Bronchopneumonia yang biasa ditemukan adalah: Bakteri (( Diplococus Pneumonia,
Pneumococcus, Stretococcus Hemoliticus Aureus, Haemophilus Influenza, Basilus Friendlander
(Klebsial Pneumoni), Mycobacterium Tuberculosis)) Virus (Respiratory syntical virus, virus
influenza, virus sitomegalik)Jamur (Citoplasma Capsulatum, Criptococcus Nepromas,
Blastomices Dermatides, Aspergillus Sp, Candinda Albicans, Mycoplasma Pneumonia. Aspirasi
benda asing) dan juga faktor lain yaitu :usia /umur,genetic ,gizi buruk/kurang ,berat badan lahir
rendah (BBLR) ,tidak mendapatkan ASI yang memadai , imunisasi yang tidak lengkap ,polusi
udara dan kepadatan tempat tinggal

3.2 SARAN

Perlu penyuluhan yang intensif tentang penyakit, proses penyakit dan pengobatannya pada
penderita Bronchopneumonia. Menginformasikan tentang pencegahan-pencegahan terjadinya
Bronchopneumonia dengan cara :

1. Perhatikan berat badan


2. Hindari zat polusi
3. Jaga stamina tubuh

18
4. Istirahat cukup
5. Rutin mengikuti rehabilitasi paru-paru
6. Lakukan latihan bernapas
7. Tetap beraktivitas
8. Lakukan terapi oksigen jika keadaan parah
9. Konsumsi makanan sehat

19
DAFTAR PUSTAKA

Berhman,R.E., & Vaughan,V.C., (2000). Nelson Ilmu Kesehatan Anak (15 ed.,Vol.II).Jakarta :
EGC

Cecily,L.B., & Linda,A.S.(2002).Buku Saku Keperawatan Pediatri(edisi 3).Jakarta: EGC

Saeful , A.R., & Widya, H.A.(2010).Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem


Pernafasan.Jakarta: CV.Trans Info Media.

Schwahz,P.(2009).Buku Ajar Keperawatan Pediatrik (6 ed., Vol.II).Jakarta : EGC

20

Anda mungkin juga menyukai