Oleh:
Fernaldi Anggadha
109103000020
Pembimbing:
dr. Deddy Ria Saputra, SpA
Kejang merupakan keadaan dimana adanya berubahnya aktivitas motorik dan perilaku
diakibatkan oleh aktivitas elektrik abnormal.1 Kejang merupakan suatu kedaruratan
neurologi yang banyak dijumpai di instalasi gawat darurat. Hampir 5% anak berumur di
bawah 16 tahun pernah mengalami kejang selama hidupnya. Kebanyakan kejang pada
anak diprovokasi oleh salah satunya keadaan ekstrakanial, misalnya demam tinggi,
infeksi, trauma kepala, sinkop, hipoksia, dan toksin. Kejang sederhana, dapat berhenti
sendiri dan memerlukan pengobatan lanjutan, atau gejala awal dari penyakit berat, atau
cenderung menjadi status epileptikus.1
Langkah awal dalam menghadapi kejang adalah memastikan apakah gejala saat ini
kejang atau bukan. Selanjutnya melakukan identifikasi kemungkinan penyebabnya.
Tatalaksana kejang meliputi stabilitas pasien, identifikasi dan pengobatan penyebab akut,
serta pengamatan lanjutan yang baik.2
Tabel 1. Membedakan Kejang dan Bukan Kejang dari keadaan klinis (Smith DKK, 1998)
Keadaan Kejang Bukan kejang
Onset tiba-tiba Gradual
Kesadaran Terganggu tidak terganggu
Gerakan ekstrem. Sinkron Asinkron
Sianosis Sering Jarang
Gerakan abnormal mata Selalu Jarang
Serangan khas Sering Jarang
Lama detik-menit beberapa menit
Dapat diprovokasi Jarang hampir selalu
Ictal EEG abn Selalu tidak pernah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Lepasnya muatan listrik di otak secara berlebihan akibat kelainan anatomi, fisiologi,
biokimia, atau gabungannya itulah yang disebut dengan kejang. Manifestasi klinis intermiten
khas pada kejang adalah gangguan atau kehilangan kesadaran, aktivitas motorik yang
abnormal, kelainan perilaku, dan gangguan sensoris atau otonom.2
2.2. Epidemiologi
Sekitar 10% anak menderita paling tidak satu kali kejadian kejang dalam 16 tahun
pertama hidupnya. Penderita tertinggi ditempati oleh anak yang berusia kurang dari tiga
tahun. Data epidemiologi menunjukkan sekitar 150.000 anak mendapatkan kejang dan
30.000 diantaranya berkembang menjadi status epilepsy.
Dapat disertai:
D. Kejang tonik-klonik
Kejang ini sering dijumpai pada usia diatas balita yang terkenal dengan nama
grand mal. Serangan dapat diawali dengan aura yaitu tanda-tanda yang mendahului
suatu kejang. Pasien mendadak jatuh pingsan, otot-otot seluruh badan kaku. Kejang
kaku berlangsung kira-kira -1/2 menit diikuti kejang klojot di seluruh badan.
E. Kejang atonik
Pada keadaan ini otot-otot seluruh badan mendadak melemas sehingga
pasien terjatuh. Kesadaran dapat tetap baik atau menurun sebentar. Kejang ini
terutama tejadi pada anak-anak.
III. Kejang tak tergolongkan
Termasuk golongan ini adalah serangan pada bayi berupa gerakan bola mata
yang ritmik, mengunyah-ngunyah, gerakan seperti berenang, menggigil, atau
pernapasan yang mendadak berhenti sementara.
2.4. Etiologi
Semua jenis infeksi yang bersumber di luar susunan saraf pusat yang menimbulkan
demam dapat menyebabkan kejang demam. Penyakit yang paling sering menimbulkan kejang
demam adalah infeksi saluran pernafasan atas, otitis media akut, pneumonia, gastroenteritis
akut, exantema subitum, bronchitis, dan infeksi saluran kemih. Selain itu juga infeksi diluar
susunan syaraf pusat seperti tonsillitis, faringitis, forunkulosis serta pasca imunisasi DPT
(pertusis) dan campak (morbili) dapat menyebabkan kejang demam.
Penyebab kejang demam hingga kini masih belum diketahui dengan pasti. Ada
beberapa faktor yang mungkin berperan dalam menyebabkan kejang demam, yaitu: 3
1. Demamnya sendiri
2. Efek produk toksik daripada mikroorganisme (kuman dan virus (t.u shigellosis,
salmonellosis) terhadap otak
3. Respon alergik atau keadaan imun yang abnormal oleh infeksi
4. Perubahan keseimbangan cairan atau elektrolit
5. Ensefalitis viral (radang otak akibat virus) yang ringan atau yang tidak diketahui atau
ensefalopati toksik sepintas
6. Gabungan dari keseluruhan faktor diatas
Kejang
Kejang
Infeksi
Infeksi non-Infeksi
non-Infeksi
Intrakranial
Intrakranial Ekstrakranial
Ekstrakranial gangguan
gangguan metabolik
metabolik
kejang demam
kejang demam
meningitis
meningitis gangguan elektrolit
gangguan elektrolit
sederhana
sederhana
kejang demam
kejang demam gangguan
gangguan
ensefalitis
ensefalitis kompleks
kompleks kardiovaskular
kardiovaskular
meningoensefalitis
meningoensefalitis keganasan
keganasan
epilepsi
epilepsi
Infeksi viral paling sering ditemukan pada kejang demam. Hal ini mungkin
disebabkan karena infeksi viral memang lebih sering menyerang pada anak dan mungkin
bukan merupakan suatu hal yang khusus.3
2.5. Patofisiologi
Stimulasi Mekanis /
Sel Kimiawi
Glia Na+ POMPA
K+ K +
ION
Jejas /kel.Gen Gangguan
LEPAS metabolik
Na K ATPase
MUATAN
BERLEBIHAN Oksigen
Eksitasi Glukose
Asetil kolin
As. glutamat
Zat Transmiter
Inhibisi
GABA
Gliserin
Tidak menjalar ke Menjalar sampai Menjalar ke
sekitar jarak tertentu seluruh
Kejang (-) (kejang fokal) otak (kejang
umum)
Untuk mempertahankan hidupnya, sel otak membutuhkan energi yaitu senyawa
glukosa yang didapat dari proses metabolisme. Terdapat 4 sumber energi otak adalah glukosa
yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh suatu
membran yang terdiri dari permukaan dalam adalah lipoid dan permukaan luar adalah ionik.
Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion Kalium
(K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion Natrium (Na+) dan elektrolit lain kecuali Clorida (Cl-).
Akibatnya konsentrasi ion K di dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi ion Na rendah.5
Keadaan sebaliknya terjadi di daerah luar sel neuron, karena perbedaan jenis dan
konsentrasi ion di dalam dan di luar sel tersebut maka terjadi beda potensial yang disebut
Potensial Membran Sel Neuron. Menjaga keseimbangan potensial membran sel diperlukan
energi dan enzim Na-K-ATPase yang terdapat pada permukaan sel.5 Keseimbangan potensial
membran sel sangat dipengaruhi oleh:
Secara umum, kejang terjadi kerena menurunnya potensial membran sel saraf akibat
proses patologik dalam otak, gaya mekanik, atau toksik, yang selanjutnya menyebabkan
terlepasnya muatan listrik dari sel saraf tersebut.6
Pada jejas otak lebih banyak asetilkolin daripada dalam otak sehat. Pada tumor serebri
atau adanya sikatriks setempat pada permukaan otak sebagai gejala sisa dari meningitis,
ensefalitis, kontusio serebri atau trauma lahir, dapat terjadi penimbunan setempat dari
asetilkolin. Oleh karena itu, pada tempat itu akan terjadi lepas muatan listrik sel-sel saraf.
Penimbunan asetilkolin setempat harus mencapai konsentrasi tertentu untuk dapat
merendahkan potensial membran sehingga lepas muatan listrik dapat terjadi. Hal ini
merupakan mekanisme kejang fokal yang biasanya simptomatik.6
Pada kejang tonik-klinik atau grand mal, secara primer muatan muatan listrik
dilepaskan oleh nuklei intralaminares talami, yang dikenal sebagai inti centrecephalic. Inti
merupakan terminal dari lintasan asendens aspesifik atau lintasan asendens ekstralemsnikal.
Input dari korteks serebri melalui lintasan aferen aspesifik menentukan derajat kesadaran.
Bilamana sama sekali tidak ada input maka timbullah koma. Pada grandmal, dimana
etiologinya belum diketahui, terjadi lepas muatan listrik dari inti-inti intralaminar talamik
secara berlebih. Perangsangan talamokortikal yang berlebihan ini menghasilkan kejang
seluruh tubuh dan sekaligus menghalangi sel-sel saraf yang memelihara kesadaran menerima
impuls aferen dari dunia luar sehingga kesadaran hilang.6
Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan metabolisme
basal 10-15% dan peningkatan kebutuhan oksigen sampai 20%. Pada seorang anak yang
berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh, sedangkan pada orang
dewasa hanya 15%. Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan
keseimbangan dari membran dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium
maupun natrium melalui membran, dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas
muatan listrik ini sedemikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke
membran sel lainnya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmitter sehingga terjadi
kejang. 1
Demam
Metabolisme kebutuhan O2
basal (10-15%) (20%)
Perubahan keseimbangan
(membran sel neuron)
Kejang
Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung dari tinggi
rendahnya ambang kejang seorang anak. Ada anak yang ambang kejangnya rendah, kejang
telah terjadi pada suhu 38oC, sedangkan pada anak dengan ambang kejang tinggi, kejang baru
terjadi pada suhu 40oC.1 Jadi pada kenaikan suhu tertentu dapat terjadi perubahan
keseimbangan dari membran dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi ion Kalium dan
Natrium melalui membran sel, dengan akibat lepasnya muatan listrik yang demikian besar
sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun ke membran sel tetangga dengan bantuan
neurotransmitter dan terjadilah kejang. Terulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada
anak dengan ambang kejang rendah. 4
Kejang demam yang berlangsung singkat umumnya tidak berbahaya dan tidak
meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang demam yang berlangsung lama (>15 menit) biasanya
disertai dengan apneu, meningkatnya kebutuhan oksigen dan enrgi ontuk kontraksi otot skelet
yang mengakibatkan hipoksemia, hiperkapnea, dan asidosis laktat.
Hipotensi arterial disertai dengan aritmia jantung dan kenaikan suhu tubuh disebabkan
meningkatnya aktivitas berakibat meningkatnya metabolisme otak. 4
Dari penjelasan diatas merupakan faktor penyebab terjadinya kerusakan neuron otak
pada kejang yang lama. Faktor yang terpenting adalah gangguan peredaran darah yang
mengakibatkan hipoksia sehingga berakibat meningkatnya permeabilitas vascular dan udem
otak serta kerusakan sel neuron. 4 Kerusakan anatomi dan fisiologi yang bersifat menetap bisa
terjadi di daerah medial lobus temporalis setelah ada serangan kejang yang berlangsung lama.
Hal ini diduga kuat sebagai faktor yang bertanggung jawab terhadap terjadinya epilepsi.4
2.6. Diagnosis
2.4.1. Anamnesis
Anamnesis merupakan kunci diagnosis kejang. Sebaiknya keterangan
diperoleh dari orang yang telah beberapa kali menyaksikan kejang yang dialami
Kelainan perilaku
Pada anamnesa, harus ditanyakan saat pre-iktal, saat iktal, dan pos-iktal.
1. Kejadian Pre-Iktal
Berikut ini adalah pertanyaan yang perlu ditanyakan mengenai
kejadian sebelum episode kejang terjadi :
1. Lumbal pungsi
Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu pungsi lumbal.
2. Elektroensefalografi
Kelainan epileptiform relatif umum didapatkan pada anak-anak dengan kejang
demam. EEG sendiri memiliki sensitivitas yang rendah pada anak di bawah
usia tiga tahun dengan kejang dan peran yang terbatas dalam diagnosis
gangguan ensefalopatik akut
3. Pencitraan
1. Sinkop
Sinkop biasanya didahului oleh dizziness, pandangan yang kabur, penderita
tahu jika sebentar lagi akan kehilangan kesadaran, dan pucat. Sinkop biasanya terjadi
pada siang hari dan posisi penderita sedang berdiri. Sedangkan kejang terjadi secara
tiba tiba, kapan saja, dan dimana saja.
2. Breath holding spells
Breath holding spells merupakam salah satu episode apnea pada anak anak,
biasanya berkaitan dengan penurunan kesadaran. Breath holding spells terjadi pada
5% anak anak berusia 6 bulan hingga 5 tahun. Ada beberapa tipe dari Breath
holding spells yang menyerupai episode kejang, yaitu cyanotic spell dan pallid spell.
Pada cyanotic spell, anak menangis kuat diikuti dengan menahan napas, sianosis,
rigiditas otot dan pincang, serta seringkali disertai dengan gerakan seperti kejang pada
ekstremitas. Pallid spell terjadi dengan rangsangan nyeri, diikuti dengan penderita
tampak pucat dan kehilangan kesadaran yang singkat.
3. Migrain
Pada anak dengan migrain, anak dapat kehilangan kesadaran, yang sering
diawali dengan pandangan kabur, dizziness, dan kehilangan postur tubuh.
4. Paroxysmal movement disorders
Paroxysmal movement disorders melibatkan aktivitas motorik yang abnormal
dan dapat menyerupai kejang dan penurunan kesadaran jarang terjadi. Tics adalah
gerakan berulang dan singkat dan dapat terjadi pada bagian tubuh manapun. Tics
muncul terutama pada keadaan stres dan biasanya dapat ditekan kemunculannya.
Shuddering attacks adalah tremor pada seluruh tubuh yang berlangsung selama
beberapa detik dan setelah itu kembali ke aktivitas normal. Distonia akut ditandai
dengan kontraksi wajah dan batang tubuh secara involunter dengan postur yang
abnormal dan wajah yang meringis.
1. Pseudoseizures
Pseudoseizures dapat muncul dengan gerakan seperti pada paroxysmal movement
disorders. Pseudoseizures sulit dibedakan dengan kejang yang sebenarnya dan sering
terjadi pada anak anak dengan riwayat epilepsi.
2. Gangguan tidur
Gangguan tidur dapat dibedakan dengan kejang dengan melihat karaterisktik
perubahan perilaku yang terjadi. Night terrors terjadi pada anak usia sebelum masuk
sekolah. Anak tiba tiba terbangun dari tidurnya, diikuti dengan menangis, berteriak
dan tidak bisa didiamkan. Lalu anak kembali ke tidurnya dan tidak dapat mengingat
kejadian tersebut. Sleepwalking atau somnabulisme dapat ditemukan pada anak usia
sekolah yang terbangun dari tidurnya dan berjalan tanpa tujuan dan disertai dengan
pandangan kosong lalu anak tersebut kembali ke tidurnya. Narcolepsy sering
ditemukan pada anak usia remaja dengan perubahan kesadaran disertai rasa kantuk tak
tertahan. Narcolepsy sering disertai dengan katapleksi, yaitu kehilangan tonus otot
secara tiba tiba
2.8. Tatalaksana
Beberapa obat yang digunakan dalam penanganan jangka panjang adalah sebagai berikut :
Antipiretik
o Paracetamol 10-15 mg/kgBB/kali 4x sehari tidak boleh > 5 kali per hari.
Antikonvulsan
Pengobatan rumatan
Kejang fokal
Kejang berulang dalam waktu 24 jam
o Efek samping dari fenobarbital seperti gangguan prilaku dan kesulitan belajar.
o Efek samping dari asam valproat pada anak < 2 tahun, bisa menyebabkan
gangguan fungsi hati.
o Hanya diberikan pada kasis selektif dan dalam waktu jangka pendek.
2.9. Prognosis
Beberapa hal yang merupakan faktor risiko berulangnya kejang demam adalah:
Kejang demam terjadi segera setelah mulai demam atau saat suhu sudah relatif
normal
Risiko berulangnya kejang demam adalah 10% tanpa faktor risiko, 25% dengan 1
faktor risiko, 50% dengan 2 faktor risiko, dan dapat mencapai 100% dengan 3 faktor risiko.
Dan kemungkinan terjadinya epilepsy pada anak dengan factor resiko diatas adalah >9% bila
dibandingkan dengan 1% anak dengan kejang demam tanpa factor resiko.1
1. Kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum kejang demam pertama.
Bila sadar, posisikan terlentang dan kepala miring yang bertujuan agar lidah tidak
terjatuh ke belakang dan menghambat jalan nafas serta tidak tersedak oleh ludah
pasien sendiri.
Bersihkan jalan nafas untuk mencegah adanya sumbatan yang menghambat jalan
nafas
Bawa ke dokter atau rumah sakit jika kejang terjadi tanpa dibatasi oleh waktu
DAFTAR PUSTAKA
5. Panduan Pelayanan Medis Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSCM. Agustus 2007.
6. Shorvon S. Status epilepticus. Program and abstracts of the 17th World Congress of
Neurology; June 17-22, 2001; London, UK. J Neurol Sci. 2001;187(suppl 1):S213