Metode Ilmiah
Metode Ilmiah
Metode Ilmiah
Ilmu mengalami perkembangan. Perkembangan ilmu ini dapat terwujud karena adanya
aktivitas yang berupa penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan. Beberapa ahli filsafat,
diantaranya Francis Bacon (1561-1620) dan Karl Popper, telah melakukan pengamatan atas
aktivitas atau cara kerja ilmuwan tersebut. Para pengamat yang bukan ilmuwan IPA menyebut
cara kerja ini sebagai metode ilmiah.
Tidak semua pengetahuan dapat disebut ilmu. Untuk memperoleh ilmu diperlukan
syarat-syarat tertentu yang disebut metode ilmiah. Metode ilmiah adalah cara atau prosedur
yang digunakan dalam kegiatan untuk memperoleh pengetahuan secara ilmiah. Pada umumnya
terdapat 5 (lima) langkah kegiatan metode ilmiah, yakni:
Dalam membahas beberapa asas metodologi ilmiah, Fuad Hasan dan Kuntjaraningrat
(1980) berpendapat bahwa suatu metode dipilih dengan mempertimbangkan kesesuaiannya
dengan objek studi dan bukan mencocokkan objek studi dengan metode.
Kegiatan Belajar 2
A. KEBENARAN ILMIAH
Thomas Khun dalam bukunya The Structure of Scientific Revolution (1970) metode
yang digunakan untuk mencari kebenaran dilandasi oleh paradigma tertentu.
Beberapa paradigma dalam mencari kebenaran sebagai berikut:
1. Paradigma Logika
Kegiatan yang dilakukan adalah analisis yang memandang bahwa kebenaran dapat
ditunjukkan apabila ada konsistensi dengan aksioma serta definisi yang berlaku.
2. Paradigma Ilmiah
Kegiatan dasar yang dilakukan adalah eksperimen. Kebenaran diperoleh setelah
hipotesis diverifikasi melalui eksperimen.
3. Paradigma Naturalistik
Teknik yang dilakukan adalah studi lapangan.
4. Paradigma Modus Operandi
Kebenaran diperoleh dengan melaksanakan pengujian secara periodik sehingga
didapat garis penyebab yang khas dari suatu peristiwa atau keadaan.
Paradigma ilmiah juga disebut paradigma positivistik. Konsep positivistik
merupakan pemikiran bahwa penyelesaian masalah dalam ilmu hanya dibatasi pada
aturan ilmu yang positif saja.
Paradigma naturalistis didasari oleh pandangan bahwa penelitian akan memberi
hasil yang sesuai dengan yang diharapkan oleh subjek penelitian.
B. SIKAP ILMIAH
Sikap ilmiah berperan sebagai kekuatan moral untuk memilih dan menggunakan
metode ilmiah dalam menemukan kebenaran ilmiah. Sikap-sikap ilmiah sebagai
berikut:
1. Kritis
Berpikir kritis erat hubungannya dengan logika atau diperlukan dalam
mengembangkan keterampilan menyelesaikan masalah. Metode berpikir kritis
berbeda dalam disiplin ilmu satu dengan yang lain. Berpikir kritis harus diilatihkan
guru melalui disiplin-disiplin tertentu.
2. Inkuiri
Inkuiri merupakan sikap selalu ingin menyelidiki atau meneliti apabila
menghadapi fenomena tertentu. Inkuiri merupakan sikap naluriah yang dibawa anak
sejak lahir. Apabila sikap ini tetap dibina, artinya diberikan peluang maka seorang
anak akan gemar meneliti sehingga dapat menemukan (to discover) sesuatu dan
menemukan (to invent) suatu karya.
3. Tekun dan Teliti
Ketekunan merupakan senjata ampuh bagi ilmuwan karena tanpa ketekunan dan
ketelitian, eksperimen tidak akan memberikan hasil yang diinginkan.
4. Skeptis
Skeptis berarti tidak mudah percaya, selalu meragukan sebelum sesuatu dapat
dibuktikan. Sikap skeptis akan mendorong seorang ilmuwan untuk meneliti
kembali pekerjaan ilmuwan sebelumnya.
5. Jujur dan Bertanggung jawab Terhadap Masyarakat
Seorang ilmuwan tidak boleh memanipulasi data. Apa pun hasil yang diperoleh
harus dikomunikasikan di depan sesama ilmuwan dengan penuh kejujuran.
6. Dapat Menerima Saran Orang Lain
Informasi tentang hasil penelitian biasanya memperoleh tanggapan atau saran
dari sesama ilmuwan. Kritik yang sifatnya membangun harus diterima dengan
lapang dada guna memperbaiki kesalahan dan kekurangan telitian yang sudah
dilakukan.