Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu penyakit metabolik dengan


karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin atau kedua-duanya. Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu masalah
kesehatan yang besar. Penyakit ini dapat menimbulkan berbagai macam gangguan
pada organ tubuh lain, seperti gangguan penglihatan mata, katarak, penyakit
jantung, sakit ginjal, impotensi seksual, luka sulit sembuh dan
membusuk/gangren, infeksi paru-paru, gangguan pembuluh darah, stroke dan
sebagainya. Penderita Diabetes Mellitus (DM) yang sudah parah akan menjalani
amputasi anggota tubuh karena terjadi pembusukan (DepKes, 2005).
Beberapa jenis Diabetes mellitus antara lain diabetes mellitus tipe 1,
diabetes mellitus tipe 2, diabetes mellitus tipe gestasional, dan diabetes mellitus
tipe lainnya. Jenis diabetes mellitus yang paling banyak diderita adalah diabetes
mellitus tipe 2 yang ditandai dengan kenaikan gulah darah akibat penurunan
sekresi insulin oleh sel beta pankreas dan gangguan fungsi insulin (resistensi
insulin). Diabetes mellitus tipe 2 ini dapat dipengaruhi oleh pola hidup yang
kurang sehat, obesitas, penyakit keturunan dan sering muncul tanpa gejala, namun
ada beberapa gejala sebagai indikasi diabetes mellitus tipe 2, seperti sering buang
air kecil atau poliuria, sering haus atau polidipsia, dan mudah lapar atau polifagia
(Muchid et al., 2005). Penyakit diabetes mellitus dapat dicegah dengan menjaga
pola makan yang baik, sehat, dan seimbang. Penyakit diabetes tidak dapat
disembuhkan, namun resiko penyakit diabetes dapat diperkecil.
Pengobatan diabetes dapat dilakukan dengan injeksi insulin untuk diabetes
tipe 1 dan menggunakan obat modern, seperti antidiabetes oral untuk diabetes tipe
2. Obat yang dapat digunakan untuk mengatasi hiperglikemik ini adalah obat
golongan inhibitor katabolisme karbohidrat, seperti inhibitor -glukosidase yang
akan menghambat absorpsi glukosa. Inhibitor -glukosidase bekerja dengan
menghambat kerja enzim-enzim pencernaan yang mencerna karbohidrat sehingga
absorpsi glukosa ke dalam darah menjadi lebih lambat (Muchid et al., 2005). Obat

1
ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim -glukosidase di dalam
saluran pencernaan sehingga dapat menurunkan hiperglikemia postprandial.
Hiperglikemia postprandial adalah kadar gula darah dalam 2 jam setelah makan
yang melebihi nilai normal yaitu sama atau lebih 200 mg/dl. Obat ini bekerja
dalam lumen usus, tidak menyebabkan hipoglikemia dan tidak berpengaruh pada
kadar insulin, contohnya acarbosa (Tjay dan Rahardja, 2002).
Acarbosa merupakan salah satu obat diabetes oral untuk pengobatan
diabetes tipe 2. Mekanisme obat ini yaitu menghambat kerja aktivitas -
glukosidase yang berperan dalam konversi karbohidrat menjadi glukosa, sehingga
dapat menurunkan HbA1c sekiar 0,5-1% pada pasien dengan diabetes tipe 2
(Hanefeld, 2008). Namun, acarbosa mempunyai efek samping pada saluran
pencernaan. Oleh karena itu, diperlukan inhibitor alternatif lain, sehingga dalam
penelitian ini digunakan ekstrak anggur merah pomace.
Anggur merah pomace dikenal sebagai sumber antioksidan pada biji dan
kulitnya, karena memiliki senyawa polifenol seperti flavanol, catechin,
anthocyanin, dan proanthocyanidins (Frankel, 1999; Frankel, Kanner, German,
Parks, & Kinsella, 1993; Katiyar, 2008; Lorrain, Ky, Pechamat, & Teissedre,
2013). Sehingga, anggur pomace dapat digunakan sebagai inhibitor -glukosidase
karena kaya akan polifenol yang berperan sebagai anti-diabetes dan anti-obesitas
(Ivanova et al., 2010; Xia et al., 2010), serta berperan sebagai bioaktivitas
penghambatan in vitro (Benalla, Bellahcen, & Bnouham, 2010; Kumar et al.,
2011).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi potensi anti-diabetes
dari enam anggur merah pomace dengan jenis yang berbeda melalui penentuan
aktivitas penghambatan -glukosidase yang berkaitan dengan kandungan total
senyawa fenol. Penelitian ini dapat menjadi landasan bagi pengembangan
inhibitor -glukosidase yang diperoleh dari makanan untuk mencegah dan
mengobati diabetes mellitus tipe 2.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Diabetes Tipe 2

Diabetes tipe 2 adalah penyakit akibat kurangnya sensitifitas jaringan (otot,


jaringan adiposa, dan hepar) yang memilki respon terhadap insulin. Penurunan
sentifitas respon jaringan-jaringan tersebut, selanjutnya dikenal dengan resistensi
insulin dengan atau tanpa hiperinsulinemia (JJ, Nolan. 2002). Faktor yang diduga
menyebabkan terjadinya resistensi insulin dan hiperinsulinemia adalah adanya
kombinasi antara kelainan genetik, obesitas, faktor lingkungan dan faktor
makanan.
Diabetes mellitus tipe 2 merupakan penyakit hiperglikemi akibat insensivitas
sel terhadap insulin. Kadar insulin mungkin sedikit menurun atau berada dalam
rentang normal. Diabetes mellitus tipe 2 dianggap sebagai Non insulin Dependent
Diabetes Mellitus (NIDDM) karena insulin tetap dihasilkan oleh sel-sel
pankreas (Corwin, 2001). Diabetes mellitus tipe 2 adalah penyakit gangguan
metabolik yang di tandai oleh kenaikan gula darah akibat penurunan sekresi
insulin oleh sel pankreas dan gangguan fungsi insulin yang disebut resistensi
insulin (Depkes, 2005).
Diabetes mellitus tipe 2 pada wanita lebih tinggi daripada laki-laki, karena
secara fisik wanita memiliki peluang peningkatan indeks masa tubuh yang lebih
besar, sindroma siklus bulanan (premenstrual syndrome), pasca-menopouse yang
membuat distribusi lemak tubuh menjadi mudah terakumulasi akibat proses
hormonal (Irawan, 2010). Kelompok umur kurang dari 45 tahun merupakan
kelompok yang kurang beresiko menderita diabetes mellitus tipe 2. Resiko pada
kelompok ini, 72% lebih rendah dibanding kelompok umur lebih dari 45 tahun.
Selain itu, kelompok umur yang paling banyak menderita diabetes mellitus adalah
kelompok umur 45-52 sebesar 47,5%. Adanya proses penuaan menyebabkan
berkurangnya kemampuan sel pankreas dalam memproduksi insulin (Sujaya,

3
2009). Patofisiologi dalam diabetes mellitus tipe 2 terdapat keadaan yang berperan
yaitu resistensi insulin dan disfungsi sel pankreas.
Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang
pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan menghambat produksi glukosa
oleh hati. Sehingga, sel tidak mampu mengimbangi resistensi insulin
sepenuhnya, akibatnya akan terjadi defisiensi relatif insulin. Ketidakmampuan ini
terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa, dimana sel
pankreas kehilangan rangsangan terhadap glukosa. Resistensi insulin terjadi akibat
dari obesitas dan kurangnya aktivitas fisik, serta penuaan. Apabila tidak ditangani
dengan baik, pada perkembangan selanjutnya akan terjadi kerusakan sel-sel
pankreas yang disebut disfungsi sel pankreas. Kerusakan sel-sel pankreas akan
terjadi secara progresif, sehingga penderita memerlukan insulin eksogen (Smeltzer
& Bare, 2002).
Penyebab dari diabetes mellitus tipe 2 yaitu faktor genetik, dimana diabetes
dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap diabetes, karena kelainan
gen pada tubuh, sehingga tidak dapat menghasilkan insulin dengan baik. Usia juga
merupakan faktor resiko diabetes, karena penderita mengalami perubahan
fisiologi secara drastis setelah usia 30 tahun ke atas dengan berat badan yang
berlebihan, sehingga tubuhnya tidak peka terhadap insulin dan pada usia di atas 65
tahun, resistensi insulin cenderung meningkat (Padila, 2012).
Selain genetik dan usia, penyakit ini juga disebabkan oleh stres kronis yang
cenderung membuat seseorang makan makanan yang manis-manis untuk
meningkatkan kadar lemak seretonin otak. Seretonin mempunyai efek penenang
sementara untuk meredakan stresnya. Namun, gula dan lemak berbahaya yang
terkandung dalam seretonin dapat meyebabkan penyakit diabetes. Pola makanan
yang salah juga merupakan faktor penyebab diabetes mellitus tipe 2, dimana pada
penderita terjadi obesitas yang dapat mengakibatkan gangguan kerja insulin
(resistensi insulin). Obesitas bukan karena makanan yang manis atau kaya lemak,
tetapi lebih disebabkan oleh jumlah konsumsi yang terlalu banyak, sehingga
cadangan gula darah yang disimpan didalam tubuh sangat berlebihan (Smeltzer &
Bare, 2002).

B. Anggur

4
Anggur dikenal sebagai sumber serat dan resveratrol yang merupakan
salah satu sumber antioksidan. Terdapat dua spesies anggur yang umum
dibudidayakan dan bisa dikonsumsi, yaitu Vitis vinifera dan Vitis labrusca, namun
yang paling terkenal adalah jenis Vitis vinifera (Wiryanta, 2008).
Ciri-ciri tanaman anggur adalah batang tegak berbentuk silindris, berkayu
coklat kehijauan. Daun tunggal berseling dengan tepi bergigi dengan panjang 10-
16 cm dan lebar 5-8 cm, bertangkai coklat dengan panjang kurang lebih 10 cm.
Bunga berwarna hijau dalam jumlah majemuk, berbentuk berhadapan, dengan
kelopak seperti mangkok, ujung rompang, mahkota lima, panjang kurang lebih 2
mm. Buah berbentuk bulat dan biji berbentuk lonjong berwarna coklat muda, serta
akar tunggang berwarna putih pucat.
Anggur dapat tumbuh dan dibudidayakan di daerah dingin, subtropis,
maupun tropis. Tanaman ini tumbuh pertama kali di dataran Eropa, Amerika
Utara, Islandia, daerah dingin yang dekat dengan Kutub Utara, Greenland dan
menyebar ke Asia, termasuk Indonesia (Setiadi, 2005). Berdasarkan taksonomi
tumbuhan, anggur diklasifikasikan sebagai berikut (Depkes RI, 2013) :
Kerajaan : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Rosidae
Ordo : Rhamnales
Famili : Vitaceae
Genus : Vitis
Spesies : Vitis vinifera

Anggur memiliki rasa segar, manis, dan dipercaya sebagai penghambat


penuaan, sumber antioksidan yang tinggi, sehingga dapat membantu mengontrol
tekanan darah, menurunkan kolesterol, melindungi jantung (Yadav et al., 2009;
Xia et al., 2010), anti-kanker (Borska et al., 2003; Kim et al., 2003; Singletary et
al., 2007), serta anti-mikroba (Baydar et al., 2006; Thtmothe et al., 2007). Buah
anggur mengandung banyak nutrisi, yaitu vitamin, mineral, karbohidrat, protein,

5
serat pangan, serta senyawa-senyawa fitokimia. Kandungan polifenol yang utama
adalah anthocyanin, proanthocyanidin, flavanol, resveratrol, serta asam fenol.
Polifenol paling banyak terdistribusi pada kulit, batang, daun, dan biji anggur.
Namun, pada daging buah anggur hanya sedikit mengandung polifenol (Shi et al.,
2003; Xia et al., 2010).
Tabel 1. Kandungan Nutrisi Buah Anggur per 100 gram (Data Nutrisi
USDA)

Kandungan Jumlah
Energi 288 kJ (69 kcal)
Karbohidrat 18.1 g
Gula 15.48 g
Serat pangan 0.9 g
Lemak 0.16 g
Protein 0.72 g
Vitamin B1 0.069 mg (5%)
Vitamin B2 0.07 mg (5%)
Vitamin B3 0.188 mg (1%)
Pantothenic acid (B5) 0.05 mg (1%)
Vitamin B6 0.086 mg (7%)
Vitamin B9 (Folate) 2 mg (1%)
Vitamin B12 0 mg (0%)
Vitamin C 10.8 mg (18%)
Vitamin K 22 mg (21%)
Calsium 10 mg (1%)
Iron 0.36 mg (3%)
Magnesium 7 mg (2%)
Manganese 0.071 mg (4%)
Phosphorus 20 mg (3%)
Potassium 191 mg (4%)
Sodium 3.02 mg (0%)
Zinc 0.07 mg (1%)

6
Senyawa utama yang terdapat dalam anggur adalah flavonoid, diantaranya
proanthocyanidins, anthocyanin dan flavonol. Flavonol ditemukan dalam kulit
anggur sebagai glikosida dari kaempferol, quercetin, myricetin dan isorhamnetin.
Sedangkan, biji anggur mengandung flavan-3-OLS termasuk (+) katekin, (-)
epikatekin (EC), (-) epikatekin-3-O-galat, sebagai monomer maupun polimer
proanthocyanidins. Kulit anggur memiliki konsentrasi flavan-3-ol (monomer
proanthocyanidins yang mengandung (-) epigallocatechin) lebih rendah, jika
dibandingkan dengan biji anggur (Cortell dan Kennedy, 2006).
Biji anggur mengandung 74-78% oligometrik proantosianidin dan kurang
dari 6% berat kering ekstrak biji anggur yang mengandung flavonoid.
Proantosianidin biji anggur merupakan kelompok polifenolik bioflavonoid. Warna
kemerah-merahan dan rasa astringen biji anggur dapat mengindikasi bahwa biji
anggur kaya akan komponen polifenol terutama proantosianidin (Perumalla dan
Hettiarachchy, 2011). Biji angggur mengandung 40% serat, 16% minyak, 11%
protein, dan 7% fenol kompleks.
Penelitian ini menggunakan enam varietas anggur yaitu Chambourcin
(hybrid), Merlot (Vitis vinifera), Norton (Vitis aestivalis), Petit Verdot (V. vinifera),
Syrah (V. vinifera) dan Tinta Cao (V. Vinifera). Enam ekstrak anggur pomace
tersebut mengandung senyawa fenol. Varietas pertama yang digunakan, yaitu
Chambourcin (hybrid) yang merupakan interspesifik hybrid dari berbagai anggur
Perancis-Amerika. Chambourcin merupakan persilangan dari V. vinifera dengan
satu atau lebih varietas. Chambourcin memiliki ketahanan yang baik terhadap
penyakit jamur dan varietas yang tahan penyakit. Varietas ini memiliki ciri-ciri
tumbuhan dengan batang pohon berkayu berwarna coklat, daun tunggal berwarna
hijau, kulit buah yang tipis, dan buah berbentuk bulat berwarna hijau dengan rasa
yang manis dan segar. Varietas anggur ini mampu tumbuh di daerah beriklim
tropis (Siswanto,1997).
Varietas kedua yang digunakan, yaitu Merlot (Vitis vinifera) yang
merupakan varietas anggur yang mampu tumbuh di daerah beriklim kering dan di
daerah dataran rendah hingga 300 m diatas permukaan laut. Varietas ini memiliki
ciri-ciri tumbuhan dengan batang pohon berkayu berwarna coklat, daun tunggal
berwarna hijau, kulit buah yang tipis, dan buah berbentuk bulat berwarna ungu

7
kehitaman dengan rasa yang manis dan segar. Anggur ini banyak digunakan untuk
bahan minuman anggur di Eropa. Merlot kini juga tumbuh di Italia, Rumania,
California, Washington State, Chili, dan Australia. Varietas ketiga yang
digunakan, yaitu Norton (Vitis aestivalis) yang merupakan varietas anggur yang
mampu tumbuh sampai 20 m. Vitis aestivalis digunakan sebagai minuman yang
menyegarkan. Varietas ini memiliki ciri-ciri tumbuhan dengan batang pohon
berkayu berwarna coklat, daun tunggal berwarna hijau, kulit buah yang tipis, dan
buah berbentuk bulat berwarna ungu kebiruan dengan rasa yang manis dan segar.
Varietas keempat yang digunakan, yaitu Petit Verdot (V. vinifera) yang tumbuh
sampai 15 m. Varietas anggur ini cocok untuk wilayah berpasir, namun lebih
mudah tumbuh pada tanah kering atau lembab. Vitis vinifera digunakan sebagai
minuman yang memiliki rasa manis. Varietas ini memiliki ciri-ciri tumbuhan
dengan batang pohon berkayu berwarna coklat, daun tunggal berwarna hijau, kulit
buah yang tipis, dan buah berbentuk bulat berwarna ungu kebiruan dengan rasa
yang manis dan segar. Varietas kelima yang digunakan, yaitu Syrah (V. vinifera)
yang tumbuh sampai 15 m. Varietas anggur ini cocok untuk wilayah berpasir,
namun lebih mudah tumbuh pada tanah kering atau lembab. Syrah unggul di
California, Australia, dan Perancis Lembah Rhone. Rasa khas dalam varietas ini
adalah aroma dan rasa buah hitam liar, seperti blackcurrant. Varietas ini memiliki
ciri-ciri tumbuhan dengan batang pohon berkayu berwarna coklat, daun tunggal
berwarna hijau, kulit buah yang tipis, dan buah berbentuk bulat berwarna ungu
kehitaman (Siswanto,1997).
Varietas keenam yang digunakan, yaitu Tinta Cao (V. vinifera) berasal dari
daerah Douro di Portugal, di mana umumnya digunakan sebagai campuran
anggur. Tinta Cao berkembang di iklim dingin dan karena hasil yang sedikit,
sehingga varietas ini hampir mengalami kepunahan. Varietas ini memiliki ciri-ciri
tumbuhan dengan batang pohon berkayu berwarna coklat, daun tunggal berwarna
hijau, kulit buah yang tebal dan buah berbentuk bulat berwarna gelap dan
digunakan untuk memproduksi anggur merah (Siswanto,1997).

8
(a) (b) (c)

(d) (e) (f)


Gambar 1. Varietas Anggur, (a) Chambourcin; (b) Merlot; (c) Norton; (d)
Petit Verdot; (e) Syrah; (f) Tinta Cao (Yuwono, 2015)

C. Aktivitas -Glukosidase

Enzim -glukosidase atau -D-glukosida glukohidrolase merupakan enzim


yang berperan dalam sel usus halus mamalia. Enzim -glukosidase mengkatalisis
hidrolisis terminal residu glukosa non pereduksi yang berikatan -1,4 pada
berbagai substrat dan dihasilkan -D-glukosa, enzim -glukosidase
menghidrolisis ikatan -glikosidik pada oligosakarida dan -D-glikosida (Gao et
al., 2007).
Enzim -glukosidase berfungsi memecah karbohidrat menjadi glukosa
pada usus halus. Enzim ini juga melakukan degradasi glikogen. Degradasi
lanjutan dari glikogen oleh fosforilase terjadi setelah enzim glukanotransferase
dan -glukosidase mengkatalis dua reaksi. Reaksi pertama, enzim
glukanotransferase memindahkan tiga residu glukosa yang tersisa ke ujung cabang
di luar molekul lain. Kemudian, enzim -glukosidase menghidrolisis ikatan (1,6)
pada titik percabangan rantai glikogen, sehingga menghasilkan D-glukosa dan

9
membuat residu glukosa dengan ikatan (1,4). Sedangkan, pada rantai lanjutan
molekul tersebut, terbuka terhadap kerja glikogen fosforilase yang menghasilkan
glukosa 1-fosfat (Lehninger, 2004). Substrat p-nitrofenil--D-glukopiranosa
digunakan sebagai pengganti karbohidrat yang akan dipecah oleh enzim -
glukosidase. Inhibisi enzim -glukosidase terjadi karena enzim -glukosidase
akan menghidrolisis p-nitrofenil--D-glukopiranosa menjadi p-nitrofenol dan
glukosa.
Reaksi -glukosidase di dalam tubuh dengan substrat karbohidrat yang
dipecah menjadi disakarida dan oligosakarida, proses ini lebih khusus lagi terjadi
pada hidrolisis -glukopiranosida, menghasilkan -D-glukose dari gula non
reduksi (Dewi et al., 2007). Pada pengujian in vitro, enzim -glukosidase akan
menghidrolisis substrat p-nitrofenil--D-glukopiranosida menjadi p-nitrofenol
(berwarna kuning) dan glukosa aktivitas enzim -glukosidase, maka p-nitrofenol
yang dihasilkan akan berkurang.

Gambar 2. Persamaan Reaksi Enzimatik -glukosidase dan p-nitrofenil--D


glukopiranosa (Sugiwati, 2005)

Kerja enzim -glukosidase pada kondisi diabetes menghambat proses


penyerapan makanan di usus. Sehingga, pemecahan karbohidrat menjadi glukosa
mengakibatkan kadar glukosa dalam darah penderita diabetes akan semakin
tinggi. Oleh karena itu, kerja enzim ini harus dihambat menggunakan obat alami
maupun obat komersil (Murray et al., 2009). Inhibitor -glukosidase (alpha
glucosidase inhibitor, AGI) merupakan antidiabetik yang bekerja menghambat
kerja enzim -glukosidase untuk mengobati Diabetes mellitus tipe 2. Pengurangan
penyerapan karbohidrat oleh usus merupakan pendekatan terapeutik bagi
hiperglikemia postprandial. Polisakarida kompleks akan dihidrolisis oleh enzim

10
amilase menjadi dekstrin dan dihidrolisis lebih lanjut menjadi glukosa oleh enzim
-glukosidase, sebelum memasuki sirkulasi darah melalui penyerapan epitelium.
Amilase dan -glucosidase inhibitor sintetis, seperti acarbosa digunakan untuk
penangan penderita diabetes tipe 2, namun obat ini menyebabkan berbagai efek
samping (Feng et al., 2011).
Penghambatan kerja enzim -glukosidase dapat mengembalikan kadar
glukosa dalam darah pada batas normal (Bsenberg dan Zyl, 2008).
Penghambatan enzim ini dapat menggunakan glucobay, miglitol, dan voglibosa
yang mampu mengurangi hiperglikemia setelah makan melalui penghambatan
kerja enzim pencerna karbohidrat dan menunda absorpsi glukosa (Hsieh et al.,
2010).

D. Acarbosa

Acarbosa merupakan suatu oligosakarida yang diperoleh dari proses


fermentasi mikroorganisme yaitu Actinoplnes utahensis, dengan nama kimia O-4,
6 dideoxdy 4 [[(1S, 4R, 5S, 6S) - 4, 5, 6 - trihydroxy 3 - (hydroxymethyl)
2 cyclohexene 1 - y1] amino] D glucopyranosyl 1 ( 1 - > 4 ) O - -
D glucopyranosyl - (1- > 4) D - glucose. Acarbosa berbentuk serbuk berwarna
putih dengan berat molekul 645,6 yang bersifat larut dalam air dan memiliki pKa
5,1. Rumus empiriknya adalah C25H43NO18 dengan struktur kimia sebagai berikut:

Gambar 3. Struktur Acarbosa (Slagle 2002; Bayer 2004)

11
Acarbosa adalah obat anti-diabetes yang digunakan untuk mengobati
diabetes mellitus tipe 2 dan beberapa negara pradiabetes, seperti di Eropa dan
China disebut sebagai Glucobay (Bayer AG), di Amerika Utara sebagai Precose
(Bayer Pharmaceuticals), dan di Kanada sebagai Prandase (Bayer AG). Acarbosa
merupakan suatu penghambat enzim -glucosidase yang terletak pada dinding
usus halus dan menghambat -amilase pankreas yang berfungsi dapat mengurangi
peningkatan kadar glukosa postprandial. Obat ini merupakan obat oral yang
diberikan dengan dosis 150-160 mg/hari yang mempengaruhi kadar glukosa darah
pada waktu makan dan tidak mempengaruhi kadar glukosa setelah itu (Soegondo,
2005).

Gambar 4. Penghambatan Acarbosa Secara Kompetitif di Usus Halus (Acarbose,


n.d)

Enzim-enzim -glukosidase seperti, maltase, isomaltase, glukomaltase dan


sukrase berfungsi untuk menghidrolisis oligosakarida pada dinding usus halus
yang dapat mengurangi peningkatan kadar glukosa postprandial pada penderita
diabetes dan menghambat absorbsi karbohidrat pada usus halus, sehingga
peningkatan dari total glukosa darah dan rata-rata glukosa darah per hari akan
menurun (Kurt et al.,
2012).

12
Acarbosa tidak merangsang sekresi insulin oleh sel-sel -Langerhans pada
kelenjar pankreas, sehingga tidak menyebabkan hipoglikemia, kecuali diberi
insulin. Acarbosa tidak dapat diserap oleh darah, sehingga menyebabkan efek
samping, seperti gangguan pada lambung yang banyak menghasilkan gas,
mengalami flatus dan diare. Efek samping ini dapat berkurang dengan
mengurangi konsumsi karbohidrat. Selain itu, efek samping yang ditimbulkan dari
acarbosa antara lain, menimbulkan gatal-gatal dan bintik merah pada kulit, sesak
nafas, pembengkakan pada bibir, lidah atau wajah. Bila di minum dengan obat
golongan sulfonilurea atau insulin, dapat terjadi hipoglikemia yang hanya dapat
diatasi dengan glukosa murni (Adam, 1997).

E. Senyawa Fenolik

Senyawa fenolik merupakan metabolit sekunder tanaman serta komponen


penting dalam kualitas sensoris dan nutrisi pada buah, sayuran, dan tanaman
lainnya (Lapornik et al., 2005). Senyawa fenolik memiliki cincin aromatik yang
membawa satu atau lebih gugus hidroksil dengan struktur yang bervariasi, mulai
dari molekul fenolik sederhana hingga polimer kompleks dengan massa molekul
relatif yang tinggi (Balasundram et al., 2006).
Fenolik memiliki fungsi fisiologis yaitu sebagai fitoalexin, anti-feedants,
penarik untuk serangga penyebuk (pollinator), mempengaruhi pigmentasi
tanaman, antioksidan dan agensia pelindung terhadap sinar ultra-violet (Naczk
dan Shahidi, 2006).
Tabel 2. Kandungan Polifenol pada Anggur dan Produk Anggur (Xia et.al.,
2010)

13
Ekstrak anggur yang digunakan mengandung lima belas senyawa fenolik,
diantaranya yaitu Asam Galat, Malvin Klorida, Katekin, Delfinidin Klorida, Asam
Kafeat, Sianidin Klorida, Asam p-Kumarat, Epikatekin Galat, Rutin, Quercetin 3-
O-Glukosida, Malvidin Klorida, Myricetin, Resveratol, Quercetin Hydrat, dan
Kaempferol. Asam galat adalah senyawa golongan hidroksibenzoat, yaitu asam
3,4,5-trihidroksibenzoat. Senyawa ini ditemukan pada anggur yang memiliki
aktivitas sebagai antioksidan atau penangkal radikal bebas (Yilmaz dan Toledo,
2004). Kemampuan antioksidan dari asam galat lebih kuat dari trolox, yaitu suatu
analog dari vitamin E yang larut dalam air (Shi et al., 2003). Asam galat adalah
sub unit dari galotanin, yaitu polimer heterogen yang mengandung berbagai
molekul asam galat yang saling terkait dengan asam galat lain serta dengan
sukrosa dan gula lainnya.
Malvin Klorida, Malvidin Klorida, Delfinidin Klorida, dan Sianidin
Klorida merupakan golongan antosianin. Antosianin memiliki sifat antioksidan,
anti-bakteria (Thtmothe et al., 2007) dan menginduksi apoptosis (Lazze al., 2004).
Penelitian sebelumnya menunjukkan, bahwa antosianin memiliki sifat anti-
obesitas dengan mencegah kenaikan berat badan dan menurunkan leptin dan
resistin pada lemak tubuh (Seymour et al., 2009). Malvin bereaksi dengan H 2O2
untuk membentuk malvone, sedangkan Malvidin berwarna merah keunguan pada
kulit anggur Vitis vinifera. Malvidin secara karakteristik berwarna merah dalam
larutan asam dan netral, sementara malvidin berwarna biru dalam larutan basa.
Delphinidin memiliki pH yang sensitif, yaitu sebagai indikator pH alami, dimana

14
terjadi perubahan menjadi merah dalam larutan asam dan berwarna biru dalam
larutan basa. Senyawa ini memberi warna biru-merah pada anggur yang
menghasilkan Cabernet Sauvignon. Cabernet Sauvignon adalah varietas anggur
wine merah yang memiliki tingkat tannin lebih tinggi dari pada tingkat
keasamannya, dikarenakan bagian biji dan kulitnya lebih tebal dari pada jenis
anggur yang lain. Anggur cabernet sauvignon digunakan untuk membuat Red
Wine, karena termasuk anggur berwarna hitam (Robinson, 2006).
Sianidin merupakan pigmen yang ditemukan dalam anggur dengan warna
ungu-kemerahan, sianidin berwarna merah, jika pH kurang dari 3, sedangkan
warna ungu pada pH 7-8 dan biru pada pH lebih dari 11. Konsentrasi tertinggi
sianidin ditemukan dalam biji dan kulit anggur. Penelitian lain telah menunjukkan
bahwa, sianidin dapat menghambat perkembangan obesitas dengan menghambat
efek diet yang tidak sehat. Selain itu, dapat menghambat perkembangan diabetes,
serta memberikan efek anti-inflamasi.
Katekin dan epikatekin galat adalah metabolit sekunder yang dihasilkan
oleh tumbuhan dan termasuk golongan flavonoid. Epikatekin galat adalah flavan-
3-ol yang merupakan jenis flavonoid di anggur. Senyawa ini memiliki aktivitas
antioksidan karena memiliki gugus fenol. Strukturnya memiliki dua gugus fenol
(cincin-A dan -B), serta satu gugus dihidropiran (cincin-C), karena memiliki lebih
dari satu gugus fenol yang disebut senyawa polifenol. Katekin memiliki efek anti-
kanker, antioksidan (Yilmaz dan Toledo, 2004), anti-bakteri dan anti-inflamasi.
Efek anti-obesitas katekin didapatkan melalui penurunan adiposit, inhibisi
absorpsi lemak dari saluran pencernaan (Sergent et al., 2012). Penelitian
sebelumnya, menunjukkan bahwa pemberian katekin dapat mencegah kenaikan
berat badan (McDougal dan Stewart, 2005).
Asam Kafeat merupakan asam hydroxycinnamic padat berwarna kuning,
yang terdiri dari dua fenolik dan kelompok fungsional akrilik. Asam kafeat
sebagai senyawa perantara dalam biosintesis lignin yang merupakan salah satu
komponen utama dari biomassa tanaman dan residunya. Kandungan Asam kafeat
banyak ditemukan pada jus anggur yang mempunyai manfaat sebagai antioksidan,
anti-bakteri, anti-virus, dan anti-kanker. Jus anggur yang diproses lebih lanjut
dapat dijadikan wine (Yani et al., 2012).

15
Asam p-Kumarat merupakan asam hidroksisinamat yang telah digunakan
sebagai starting material dalam pengembangan senyawa yang memiliki
bioaktivitas sebagai anti-kanker. Asam hidroksisinamat merupakan senyawa
turunan asam sinamat. Asam sinamat berbentuk kristal berwarna putih yang
biasanya digunakan sebagai prekursor untuk mensintesis senyawa-senyawa ester
komersial yang diaplikasikan dalam bidang kosmetik dan obat-obatan (Sharma,
2011). Senyawa asam tersebut memiliki karbon karbonil ,-tak jenuh yang
merupakan bagian aktif dalam pembuatan obat anti-kanker.
Rutin atau Quercetin-3-O-rutinosida dan Quercetin 3-O-Glucoside,
Quercetin Hydrat merupakan golongan flavonoid yang ditemukan dalam berbagai
tanaman. Rutin digunakan sebagai obat untuk perlindungan pembuluh darah dan
bahan dasar dari multivitamin dan obat herbal. Quercetin 3-O-Glucoside atau
isoquercetin dapat diisolasi dari berbagai spesies tanaman. Quercetin adalah
flavonoid yang dapat memperbaiki dislipidemia, hipertensi, hiperinsulinemia,
inflamasi dan obesitas dengan menginduksi terjadinya apoptosis pada preadiposit
3T3-L1 (Rayalam et al., 2008; Yang et al., 2008). Penelitian sebelumnya,
menunjukkan bahwa pemberian quercetin dapat menurunkan berat badan (Kobori
et al., 2011). Quercetin yang dikombinasikan dengan resveratrol menimbulkan
efek sinergistik dalam menyebabkan lipolisis karena quercetin meningkatkan
bioavailabilitas resveratrol (Yang et al., 2008).
Myricetin adalah senyawa polifenol dengan sifat antioksidan yang berasal
dari sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan, buah, teh, dan ditemukan dalam
anggur merah. Myricetin dihasilkan dari taxifolin senyawa induk melalui (+) -
dihydromyricetin dan dapat diproses lebih lanjut untuk membentuk laricitrin dan
syringetin.
Resveratrol adalah senyawa polifenol utama yang ditemukan pada kulit
dan biji anggur. Kulit anggur segar mempunyai kandungan resveratrol sebanyak
40 mg per liter ekstrak. Senyawa ini juga banyak terdapat pada produk olahan
anggur yaitu wine (Xia et al., 2010) dan dimanfaatkan dalam bidang medis.
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa, resveratrol memiliki efek
kardioprotektif (Bertelli dan Das, 2009), antioksidan (Cai et al., 2008), anti-
inflamasi (Martin et al., 2004), anti-kanker (Kim et al., 2003), anti-obesitas, anti-

16
penuaan (Baur et al., 2006; Lagouge et al., 2006). Penelitian yang telah dilakukan
menunjukkan bahwa, kadar resveratrol berkisar antara 0,24 1,25 mg/ 160 g
anggur merah, dan 1,14 8,69 mg/L jus anggur (Burns et al., 2002).
Resveratrol digolongkan sebagai senyawa fitoaleksin, yaitu senyawa yang
dihasilkan tanaman sebagai respon terhadap masuknya patogen atau penyakit.
Resveratrol banyak terdapat pada anggur dan produk olahannya, seperti wine.
Resveratrol dapat mencegah kanker, melindungi jantung dan mencegah diabetes,
inflamasi, penyakit neurodegeneratif, serta penyakit kardiovaskular, serta dapat
menurunkan asupan makanan dengan meningkatkan lipolisis dan menghambat
absorpsi makanan (Wielinga et al., 2002; Hussein dan El-Maksoud, 2013).
Kaempferol adalah golongan flavonoid yang ditemukan dalam berbagai
tanaman dan makanan nabati. Kaempferol berbentuk kristal kuning padat dengan
titik leleh 276-278 C (529-532 F) yang larut dalam air dan sangat larut dalam
etanol panas, eter, dan DMSO. Kaempferol berfungsi sebagai antioksidan.
Penelitian sebelumnya menunjukkan, bahwa pemberian kaempferol 6 mg/kg BB
pada tikus yang diberi makanan tinggi lemak akan menurunkan asupan makanan,
serta mencegah kenaikan berat badan (Yu et al., 2006).
Penelitian sebelumnya telah membuktikan, bahwa komponen polifenol
yang terdapat pada anggur memberikan khasiat antioksidan (Cai et al., 2003),
anti-kanker (Kim et al., 2006), meningkatkan daya tahan tubuh (Falchetti et al.,
2001), anti-diabetes (Baur et al., 2006), anti-pembekuan darah, neuroprotektif
(Sun et al., 2002), anti-obesitas, anti-penuaan (Moreno et al., 2003), serta anti-
infeksi (Martin et al., 2004).

(a) (b) (c)

17
(d) (e) (f)

(g) (h) (i)

(j) (k) (l)

(m) (n) (o)

Gambar 5. Struktur Senyawa Fenolik; (a) Asam Galat, (b) Malvin, (c)
Malvidin, (d) Delfinidin, (e) Sianidin, (f) Katekin, (g)
Epikatekin Galat, (h) Asam Kafeat, (i) Asam p-Kumarat, (j)

18
Rutin, (k)Isoquercetin, (l) Quercetin Hydrat, (m) Myricetin,
(n) Resveratrol, (o) Kaempferol (Fukumoto et al., 2000 &
Harborne, 1987)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah HPLC jenis pro tipe Fisher
Scientific, Atlanta, GA., tabung sentrifuge, kertas saring Whatman 20 M, pompa
vakum, rotavapor, microplate dengan lubang 90 buah, perkin Elmer HTS 7000
BioAssay, mixer vortex, hitachi HPLC (Model L-2455 DiodeArray Detector,
Model L-2200 Autosampler, Model L-2100/2130 Pump), spektrofotometer UV,
IBM SPSS 22.0 for Windows (IBMCorp., Armonk, NY), analisis Post-hoc HSD
Tukey, kolom analitis Phenomenex Aqua 5 pm C 250 4,6 mm (Phenomenex,
Torrance, CA).
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah bubuk usus tikus,
senyawa 4-nitrofenil--Dglucopyranoside (pNPG), reagen Folin-Ciocalteu, dan
senyawa standar fenolik, termasuk asam kafeat, delphinidin klorida, asam galat,
malvin klorida, malvidin klorida, quercetin hidrat dan quercetin 3-O-glukosida,
katekin, epikatekin galat, kaempferol, myricetin dan resveratrol, klorida sianida

19
dan asam p-coumarat, rutin, acarbosa, aseton encer (50%), Supernatan, ddHO,
buffer fosfat (PB) pH 6,8, enzim -glukosidase, natrium karbonat, gas nitrogen,
metanol, serta varietas enam anggur merah, yaitu Chambourcin (hybrid), Merlot
(Vitis vinifera), Norton (Vitis aestivalis), Petit Verdot (V. vinifera), Syrah (V.
vinifera) dan Tinta Cao (V. vinifera).

B. Prosedur Percobaan

1. Persiapan Ekstraksi Anggur Pomace

6 varietas anggur pomace


- Sampel dikeringkan dalam dehidrator makanan pada 95F selama 28
jam
Anggur- pomace kering dari batang dan tanah
Dibersihkan
- Dibuat bubuk

Bubuk anggur pomace


Varietas enam anggur merah yang digunakan, yaitu Chambourcin (hybrid),
Merlot (Vitis vinifera), Norton (Vitis aestivalis), Petit Verdot (V. vinifera), Syrah
(V. vinifera) dan Tinta Cao (V. vinifera) disediakan oleh Chrysalis Vineyards
(Middleburg, VA).

Bubuk anggur pomace

- Direndam
- Diaduk semalaman (12 jam) pada 450 rpm dalam aseton encer (50%)
pada konsentrasi 0.1 g/mL
-
- Dikumpulkan
Hasil-rendaman bubuk pada
Disentrifuge anggur pomace
1000 rpm selama 5 menit
- Disaring
-
- Dipindahkan ke rotavapor
Ekstrak dari rendaman bubuk anggur pomace

Pelarut hasil ekstrak yang telah di rotavapor

20
- Diisolasi melalui penguapan 50-180 rpm pada 40-60C
- Dikondensasi pada 4-8C
-
- Dibekukan pada -80C
Ekstrak
- anggur pomace murni
Dilyophilisasi
- Disimpan dalam bentuk bubuk pada suhu 4C

Bubuk Ekstrak Anggur Pomace (PGE)


- Dilarutkan dengan 50% aseton
- Diencerkan dengan ddHO sampai konsentrasinya 0.5 mg/mL

Supernatan disaring menggunakan kertas saring Whatman 20 M dengan


Hasil Ekstraksi
infiltrasi menggunakan pompa vakum. Lyophilisasi adalah suatu metode
pengeringan sampel dengan cara dikeringkan lalu didinginkan atau disebut freeze-
dried.

2. Isolasi -Glucosidase dalam Usus Tikus

Bubuk usus tikus


- Diekstrak dengan 0,05 M buffer fosfat (PB) pH 6,8 pada konsentrasi
25 mg/mL
-
Larutan -ekstrak usus tikus
Direndam
- Diaduk semalaman pada 450 rpm

Larutan hasil rendaman

- Disentrifugasi pada 1000 rpm selama 5 menit


- Disaring
-
- Dibekukan pada -80 C
Larutan hasil penyaringan
- Dilyophilisasi
- Dilarutkan dengan 0,05 M PB pH 6,8 sampai di dapat konsentrasi 25
mg/mL
-
- Disimpan pada -20 C
Aliquots

Enzim -glucosidase

3. Pengujian Inhibisi -Glukosidase

21
4-nitrophenyl--d-glucopyranoside (PnPG) 4 mM

- Dihidrolisis oleh enzim -glukosidase yang memiliki konsentrasi 25


mg/mL dari aliquots yang sudah disiapkan
p-nitrofenol(PnP)
Senyawa 4-Nitrophenyl--D-glucopyranoside (pNPG) digunakan sebagai
substrat. Kompleks enzim -glukosidase menghidrolisis pNPG dan menghasilkan
p-nitrofenol (PnP). Absorbansi yang digunakan pada panjang gelombang 405 nm
akan menghasilkan PnP, sehingga mewakili aktivitas enzimatik. Acarbosa sebagai
kontrol positif memiliki konsentrasi 50 g/mL. Larutan enzim, substrat dan
sampel atau Acarbosa dibuat dalam 0,05 M PB pH 6,8, dan larutan PB digunakan
sebagai kontrol negatif selama percobaan.

115 L sampel GPE dan kontrol, 90 L larutan enzim, dan 45 L larutan substrat

- Dimasukkan ke setiap lubang microplates

- Diaduk secara merata

- Diinkubasi pada suhu 37 C

- Diukur absorbansi pada 405 nm setiap menit ke-30 dan 90 dengan


pengadukan setiap siklus

Rumus: % Inhibition = 100 - { Abs sample / Abs control } 100


Hasil uji inhibisi -glukosidase

4. Estimasi Kandungan Fenolik Total (TPC) pada Sampel Gpe

Tabung berisi 25 L sampel/standar dan 250 L air suling

- Ditambahkan 750 L reagen fenol Folin-Ciocalteu

- Dicampur menggunakan mixer vortex

- Ditambahkan Natrium Karbonat 500 L dari 200 mg/mL

- Dicampur merata
Sampel dan standar

22
- Diinkubasi selama 2 jam pada suhu kamar dalam keadaan gelap

- Diukur absorbansi dibaca pada 765 nm


Hasil estimasi TPC
TPC diuji dengan reagen fenol Folin-Ciocalteu yang berfungsi untuk
menetapkan kadar fenol total dalam ekstrak (Lee et al., 2003). Penetapan kadar ini
disebut sebagai metode Lowry. Asam galat digunakan sebagai standar untuk
membuat kurva standar. TPC dari masing-masing sampel dinyatakan sebagai
miligram ekivalen asam galat (GAE) per mg GPE.

5. Analisis Senyawa Fenolik dalam Gpe dengan HPLC

Ekstrak
- Dibersihkan

- Dikeringkan dengan gas nitrogen


Ekstrak kering dan standar

- Dilarutkan dalam metanol

- Disaring
Filtrat hasil penyaringan

Lima belas senyawa fenolik dalam anggur dan wine digunakan sebagai
standar untuk mengidentifikasi dan mengukur sampel GPE. Ekstrak dibersihkan
menggunakan ekstraksi fase padat untuk menghilangkan gula dan kandungan
lainnya. Penyaringan menggunakan 0,45 mikron, 3 mm jarum suntik penyaringan.
HPLC reverse fase digunakan untuk menentukan senyawa fenolik dalam ekstrak
yang dibandingkan terhadap standar fenolik, menggunakan sistem Hitachi HPLC
(Model L-2455 DiodeArray Detector, Model L-2200 Autosampler, Model L-
2100/2130 Pump) dari Hitachi High teknologi (Tokyo, Jepang).

Kolom analitis sebagai fase diam

0,5% asam asetat dalam 50% asetonitril 2% asam asetat dalam 50% asetonitril sebagai
sebagai fasa gerak pelarut A fase gerak pelarut B
23
Sampel

Sampel

- Disuntikkan 20 L melalui autosampler dengan tekanan


0-5689 psi pada suhu kamar

- Sistem gradien: 10-26% A, 0-8 menit; 26% A, 8-15 menit;


26-30% A, 15-20 menit; 30-55% A, 20-42 menit; 55-87%
A, 42-75 menit; 87-100% A, 75-78 menit; 100% A, 78-83
menit; 100-10% A, 83-85 menit; 10% A, 85-90 menit

- Deteksi oleh UV pada 280 nm dengan panjang gelombang


200-700 nm
Hasil

Laju aliran yang digunakan adalah 1 mL/menit. Profiles standar dan


sampel dibandingkan, terdeteksi, dan diukur atas dasar waktu retensi dan
spektrum UV.

6. Analisis Statistik

Dianalisis melalui IBM SPSS 22.0 for Windows menggunakan analisis


satu arah varians. Analisis Post-hoc HSD Tukey digunakan untuk membandingkan
hasil, dimana P <0,05 dianggap signifikan dan Korelasi Pearson dilakukan untuk
mempelajari hubungan antara variabel. Data untuk setiap variabel yang diikat
dilaporkan sebagai nilai rata-rata SEM.

24
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bagian ini akan dibahas dari beberapa hasil penelitian yang telah
didapatkan dan dibagi beberapa bagian sebagai berikut.

A. Inhibisi -glucosidase dari Mamalia

Enzim -Glucosidase berperan signifikan dalam pencernaan dan


penyerapan karbohidrat serta glukosa darah postprandial untuk pencegahan
diabetes. Perbandingan potensi inhibisi -glucosidase dari beberapa ekstrak
anggur pomace memungkinkan pengidentifikasian berbagai anggur yang
berpotensi kaya akan senyawa inhibitor. Meskipun ragi -glucosidase sudah
tersedia dalam bentuk murni dan secara luas digunakan untuk penyelidikan
nutraceutical, -glukosidase dari sumber mamalia lebih relevan secara biologis.
Kompleks enzim mamalia diekstraksi dan dimurnikan dari bubuk usus tikus. Data
inhibisi -glucosidase yang disajikan, konsisten dengan temuan sebelumnya yang
menunjukkan bahwa anggur merah adalah inhibitor enzim yang kuat dengan
pengecualian untuk Petit Verdot.
Persen penghambatan enzim oleh GPE ditunjukkan pada Gambar. 6,
dengan pengecualian GPE Petit Verdot yang menunjukkan inhibisi terhadap -
glucosidase di usus tikus.

25
Gambar 6. Grafik Persen Penghambatan Enzim oleh GPE

Penelitian ini melaporkan bahwa Tinta Cao menghasilkan hambatan yang


bervariasi karena perbedaan dalam pertumbuhan dan kondisi tanah. Ekstrak
kering Tinta CAO pada konsentrasi 0,5 mg/ml menghasilkan inhibisi -
glucosidase terkuat pada 95% (P <0,05). Chambourcin, Norton, Merlot dan Syrah
juga menunjukkan aktivitas penghambatan yang signifikan, mulai dari 72%
sampai 88% penghambatan. Efek penghambatan sampel-sampel tersebut
menunjukkan bahwa Acarbosa dapat digunakan sebagai inhibitor -glucosidase
komersial yang menghasilkan penghambatan setara 50% pada 50 g/mL. Petit
Verdot, di sisi lain menunjukkan aktivitas penghambatan yang lemah sebanyak
7%. Sebanyak lima belas senyawa fenolik diidentifikasi dan diukur dalam GPEs
dengan HPLC. Namun, tidak satupun dari senyawa ini menunjukkan
penghambatan yang signifikan dari -glucosidase di usus tikus pada kisaran
konsentrasi 0,5-1 mg/mL.

B. Kandungan Fenolik Total (TPC)

Senyawa fenolik dalam anggur banyak dikaitkan dengan antioksidan


selama beberapa dekade terakhir, hal ini menunjukkan bahwa bioaktivitas yang
dihasilkan oleh ekstrak anggur mungkin memiliki kandungan antioksidan.
Literatur tentang inhibitor -glukosidase yang diperoleh dari tanaman melaporkan
bahwa senyawa antioksidan yang diketahui seperti polifenol, flavonoid dan lain-
lain telah menunjukkan aktivitas penghambatan in vitro. Hal ini menunjukkan
perlunya penelitian untuk membandingkan antioksidan pada enam varietas anggur

26
tersebut. Oleh karena itu, uji antioksidan yang universal digunakan untuk
mengukur kandungan fenolik. HPLC digunakan untuk mendeteksi perbedaan,
serta senyawa fenolik yang spesifik ditunjukkan dalam Gambar. 7.

Gambar 7. Grafik Kandungan Fenolik Total oleh GPE

Semua sampel pomace yang diuji mengandung sejumlah senyawa fenolik


pada konsentrasi 2 mg/mL, dengan pengecualian Petit Verdot. GPE Merlot
mengandung TPC tertinggi (0,29 mg GAE/mg) yang diikuti oleh GPE Syrah (0,28
mg GAE/mg), GPE Tinta cao (0,26 mg GAE/mg), GPE Chambourcin (0,19 mg
GAE/mg) dan GPE Norton (0,14 mg GAE/mg), sedangkan GPE Petit Verdot
(0,06 mg GPE/mg, P <0,05).

C. Kolerasi

Menurut hasil penelitian, varietas anggur pomace yang diuji kaya akan
senyawa fenolik dengan pengecualian dari Petit Verdot yang memiliki nilai TPC
yang rendah. Ekstrak pomace Merlot mengandung senyawa fenolik sebesar 29%,
ekstrak pomace Syrah mengandung senyawa fenolik sebesar 28% dan ekstrak
pomace Tinta Cao mengandung senyawa fenolik sebesar 27%. TPC yang tinggi
telah dilaporkan sebelumnya dalam ekstrak anggur merah pomace, misalnya
Norton (48%, 80% ekstrak etanol) dan Bangalore (36%, ekstrak metanol),
perbedaan mungkin disebabkan oleh metode ekstraksi/pelarut. Hasil penelitian
sebelumnya cenderung konsisten dengan hasil inhibisi -glucosidase. Hasil
penelitian tidak hanya menunjukkan bahwa tiga varietas yang sangat kaya akan
antioksidan, tetapi juga menunjukkan bahwa kandungan fenolik telah
berkontribusi terhadap potensi penghambatan enzim a-glukosidase. Data inhibisi
berkorelasi kuat dengan data TPC yang menunjukkan bahwa varietas dengan

27
kapasitas inhibisi enzim yang lebih kuat akan menghasilkan kapasitas antioksidan
yang lebih kuat, dikarenakan kayanya senyawa fenolik yang sesuai dengan
penelitian-penelitian sebelumnya.
Analisis korelasi Pearson digunakan untuk membandingkan tren inhibisi
-glucosidase yang teramati dan kandungan fenolik. Hasil penelitian
menunjukkan korelasi kuat antara keduanya dengan koefisien korelasi sebesar
0,882 (P<0,01).

D. Komposisi Fenolik

Antioksidan dalam sampel diperoleh melalui HPLC untuk mendeteksi


perbedaan utama yang dapat menjelaskan tren yang diamati. Anthocyanin,
cyanidin klorida, delphinidin klorida, malvidin klorida dan Malvin klorida,
flavanols catechin dan epicatechin gallate, flavonols kaempferol, myricetin,
quercetin hidrat dan quercetin 3-O-glukosida, flavone rutin, cinnamates hidroksi
asam caffeic dan asam p-coumaric, resveratrol stilbenoid dan non flavonoid asam
galat, kandungan yang berlimpah dalam anggur, terutama anggur merah dan
ekstraknya, serta wine. Oleh karena itu, anggur-anggur tersebut terpilih sebagai
standar fenolik dari sampel GPE. Senyawa antioksidan dalam sampel yang diuji
dan juga konsentrasi total fenolat tertinggi terdeteksi pada Tinta Cao dan terendah
pada Petit Verdot. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan
bahwa senyawa fenolik yang memiliki kandungan inhibitor -glucosidase yang
rendah yaitu Petit Verdot dan senyawa fenolik yang memilki kandungan inhibitor
-glucosidase paling tinggi yaitu Tinta Cao. Kromatogram HPLC standar dan
sampel ditunjukkan dalam Gambar. 8.

28
Gambar 8. Kromatogram HPLC Standar dan Sampel

Catechin, p-coumaric acid, gallate epicatechin, quercetin3-O-glukosida,


malvidin klorida dan resveratrol ditemukan sangat rendah pada GPE Petit Verdot.
Semua anthocyanin terdapat dalam varietas Chambourcin dan Tinta Cao.
Konsentrasi malvidin klorida pada Tinta Cao 3,22 kali lebih tinggi daripada
varietas yang lain. Hal ini mendorong kapasitas inhibisi -glucosidase dari semua
senyawa tersebut untuk mengidentifikasi senyawa-senyawa yang mungkin
berperan dalam GPE varietas yang berbeda. Penelitian ini, menguji sejumlah
senyawa fenolik dalam ekstrak kulit anggur termasuk katekin, resveratrol,
delphinidin klorida, cyanidin klorida, malvidin-diglucoside, Malvin klorida,
malvidin klorida, cyanidin-diglucoside, procyanidins B1 dan B2, gallate
epicatechin, kaempferol, myricetin, quercetin hidrat, quercetin 3-O-glukosida, dan
asam fenolik (gallic, caffeic, p-coumaric, dan asam ferulat).

29
Tabel 3. Konsentrasi Antioksidan dalam Sampel GPE

Senyawa fenolik yang tertinggi, teramati pada varietas Chambourcin


sementara Petit Verdot memiliki konsentrasi fenolik paling rendah. Jumlah
konsentrasi senyawa tertinggi terdapat pada GPE Tinta Cao (169,06 mg/g), yang
disebabkan adanya klorida antosianin malvidin (149,31 mg/g), dan konsentrasi
senyawa terendah terdapat pada Petit Verdot (9,69 mg/g). Senyawa-senyawa lain
memiliki konsentrasi yang rendah dalam GPE Vetit verdot, kecuali asam caffeat
(2,00 mg/g). Jumlah konsentrasi senyawa berkisar 9,69-169,06 mg/g pada varietas
yang lain.
Studi sebelumnya melaporkan bahwa oligomer dari proanthocyanidin pada
kulit kesemek dan proanthocyanidins dari ekstrak kulit pohon pinus menghasilkan
penghambatan yang kuat pada -glucosidase. Namun, penelitian tersebut
menggunakan enzim dari ragi (non mamalia spesies). Penelitian menunjukkan
bahwa procyanidins B1 dan B2 tidak menghambat -glucosidase pada usus
mamalia. Hal ini menunjukkan bahwa proanthocyanidin mungkin menghasilkan
aktivitas inhibisi yang berbeda terhadap -glucosidase non mamalia. Penelitian
ini, melaporkan bahwa GPE yang diuji mengandung komponen bioaktif yang tak
dikenal dan sangat menghambat -glucosidase secara kuat karena mengandung
fenolik yang tinggi. Varietas Tinta Cao memiliki inhibisi -glucosidase yang
tinggi dengan kandungan fenolik yang tinggi, terutama Malvidin. Menariknya,
pada percobaan ini menunjukkan bahwa senyawa 6-O-p-trans-coumaroyl-D-

30
glucopyranoside dari Tinto CAO berpotensi sebagai inhibitor -glucosidase yang
potensial. Senyawa 6-O-p-trans-coumaroyl-D-glucopyranoside merupakan
antosianin dari p-Kumarat yang ditemukan dalam anggur dan wine. Senyawa ini
memiliki dua bentuk dengan isomer cis dan trans dari asam p-kumarat dengan
rumus empiriknya yaitu C32H31O14.

Gambar 9. Struktur 6-O-p-trans-coumaroyl-D-glucopyranoside (Brandao


et al., 1997)

KESIMPULAN

Ekstrak anggur pomace memiliki enzim inhibitor yang kuat karena anggur
kaya akan senyawa fenolik yang mengandung antioksidan, terutama pada bagian
kulit dan biji anggur. Ekstrak anggur merah, GPE Tinta Cao memiliki kandungan
senyawa fenolik yang tinggi yaitu 95%, terutama Malvidin klorida sebesar 149,31
mg/g.
Hasil yang didapat menunjukkan bahwa kandungan antioksidan yang
tinggi, berkorelasi dengan penghambatan -glucosidase yang kuat dikarenakan
pada ekstrak anggur pomace kaya akan senyawa fenolik. Total konsentrasi
senyawa fenolik pada Chambourcin sebesar 51,02 mg/g dengan kandungan
fenolik 0,19 mg GAE/mg, total konsentrasi pada Merlot sebesar 16,53 mg/g
dengan kandungan fenolik 0,29 mg GAE/mg, total konsentrasi Norton sebesar

31
20,42 mg/g dengan kandungan fenolik 0,14 mg GAE/mg, total konsentrasi Petit
Verdot sebesar 9,69 mg/g dengan kandungan fenolik 0,06 mg GPE/mg, total
konsentrasi Syrah sebesar 57,06 mg/g dengan kandungan fenolik 0,28 mg
GAE/mg, dan total konsentrasi Tinta Cao sebesar 169,06 mg/g dengan kandungan
fenolik 0,26 mg GAE/mg.
Ekstrak GPE Tinta Cao memiliki kandungan senyawa fenolik yang tinggi,
sehingga Tinta Cao merupakan varietas anggur yang berpotensi kuat dalam
menghambat -glucosidase pada mamalia dan Tinta cao dapat dijadikan makanan
fungsional untuk mencegah dan mengobati diabetes.

DAFTAR PUSTAKA

Adam, J.M.F. 2006. Diabetes melitus gestasional. Dalam: A. W. Sudoyo, (eds).


Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 4. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Akarbose. 2001. Akarbose. http://www.medicinenet.com/akarbose/article.htm,
diakses tanggal 10 April 2017, pukul 22.45 WIB.
Balasundaram, R., Valavan, D., Baskar, N. 2014. Heuristic Based Approach for
BICriteria Optimization of Minimizing Makespan and Total Flow Time of
Flowshop Scheduling. International Journal of Mechanical & Mechatronics
Engineering IJMME-IJENS Vol: 14 No:02.
Baur, J.A., Pearson, K.J., Price, N.L., Jamieson, H.A., Lerin, C., Kalra, A.,
Prabhu, V.V., Allard, J.S., Lopez-Lluch, G., Lewis, K., Pistell, P.J., Poosala,
S., Becker, K.G., Boss, O., Gwinn, D., Wang, M., Ramaswamy, S., Fishbein,
K.W., Spencer, R.G., Lakatta, E.G., Le Couteur, D., Shaw, R.J., Navas, P.,

32
Puigserver, P., Ingram, D.K., de Cabo, R., Sinclair, D.A. 2006. Resveratrol
Improves Health and Survival of Mice on a High-calorie Diet. Nature; 444:
337-342.
Baydar, N.G., Sagdic, O., Ozkan, G., Cetin, S. 2006. Determination of
Antibacterial Effects and Total Phenolic Contents of Grape (Vitis vinifera)
Seed Extracts. International Journal of Food Science and Technology; 41:
799804
Bayer. 2004. Precose. http://www.drugs.com/PDR/PrecoseTablets.html., diakses
tanggal 09 April 2017, pukul 18.00 WIB.
Benalla, W., Bellahcen, S., Bnouham, M. (2010). Antidiabetic Medicinal Plants as
a Source of Alpha Glucosidase Inhibitors. Current Diabetes Reviews, 6(4),
247254.
Bertelli, A.A. and Das, D.K. 2009. Grapes, Wines, Resveratrol and Heart Health.
Journal of Cardiovascular Pharmacology; 54(6): 468-476.
Borska, S., Gebarowska, E., Wysocka, T., Drag-Zalesinska, M., Zabel, M. 2003.
Induction of Apoptosis by EGCG in Selected Tumour Cell Lines in Vitro.
Folia Histochemica et Cytobiologica; 41: 229-232.
Bsenberg LH, Zyl DGV. 2008. Themecanism of Action of Oral Antidiabetic
Drug: A Review of Recent Literature. The Journal of Endocrinology,
Metabolism and Diabetes of South Africa. 13(3): 80-88.
Brandao, M.G., Krettli, A.U., Soares, L.S., Nery, C.G., Marinuzzi, H.C. 1997.
Antimalarial Activity of Extracts and Fractions from Bidens Pilosa and
Other Bidens Species (Asteraceae) Correlated with The Presence of
Acetylene and Flavonoid Compounds. J. Ethnopharmacol., 57, 131138. 4.
Burns, J., Yokota, T., Ashihara, H., Lean, M.E.J., Crozier, A. 2002. Plant Foods
and Herbal Sources of Resveratrol. Journal of Agricultural and Food
Chemistry; 50(11): 3337-3340.
Cai, Y.J., Fang, J.G., Ma, L.P., Yang, L., Liu, Z.L. 2003. Inhibition of Free
Radical-Induced Peroxidation of Rat Liver Microsomes by Resveratrol and
its Analogues. Biochimica et Biophysica Acta; 1637: 31-38.
Calvo, David et al., 2004. Migration Order of Wine Anthocyanins in Capillary
Zone Electrophoresis. Analytica Chimica Acta, Volume 524, Issues 12,
Pages 207213.
Cortell, J.M. dan Kennedy, J.A. 2006. Effect of Shading on Accumulation of
Flavonoid Compounds in (Vitis vinifera L.) Pinot Noir Fruit and Extraction
in a Model System. Journal of Agricultural Food Chemistry, 54, 8510-8520.
Corwin, E.J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Ter. Dari Handbook of
Pathophysiology oleh Brahm U. Pendit. Jakarta: EGC, 542-557.
Departemen Kesehatan. 2005. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Diabetes
Melitus.

33
Departemen Kesehatan RI. 2013. Vitis vinifera l. Available at:
http://www.warintek.ristek.go.id/pangan_kesehatan/tanaman_obat/depkes/3
-159.pdf, diakses pada 09 April 2017, pukul 20.11 WIB.
Derdemezis, C.S., Kiortsis, D.N., Tsimihodimos, V., Petraki, M.P., Vezyraki, P.,
Elisaf, M.S., Tselepis, A.D. 2011. Effect of Plant polyphenols on Adipokine
Secretion from Human SGBS Adipocytes. Biochemical Research
International: 1-5.
Dewi, R.T., et al. 2007. Inhibitory effect of Koji Aspergillus Terreus on Alfa
Glucosidase Activity and Postprandial Hyperglycemia. Pakistan Journal of
Biological Science, 18, 3131-3135.
Falchetti, R., Fuggetta, M.P., Lanzilli, G., Tricarico, M., Ravagnan, G. 2001.
Effects of Resveratrol on Human Immune Cell Function. Life Sciences; 70:
8196.
Frankel, E. N., Kanner, J., German, J. B., Parks, E., dan Kinsella, J. E. 1993.
Inhibition of Oxidation of Human Low-density Lipoprotein by Phenolic
Substances in Red Wine. Lancet, 341(8843), 454457.
Frankel, E. N. 1999. Food Antioxidants and Phytochemicals: Present and Future
Perspectives. Fett-Lipid, 101(12), 450455.
Fukumoto, L.R., Mazza, G. 2000. Assessing Antioxidant and Prooxidant
Activities of Phenolic Compounds, J. Agric. Food Chem, 43, 3597-3604.
Gao H, Huang Y, Xu PY, Kawabata J. 2007. Inhibitory Effect on -glucosidase by
The Fruits of Terminalia chebula retz. Food Chemistry. 105(2):628-634.
Hanefeld, Markolf, Schaper Frank. 2008. Acarbose: Oral Antidiabetes Drug with
Additional Cardiovascular Beriefits. Expert Rev. Cardivasc. Ther. 6(2), 153-
163.
Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia. ITB. Bandung.
Harding, Anne Helen et al. 2003. Dietary Fat adn Risk of Clinic Type Diabetes.
American Journal of Epidemiology;15(1);150-9.
Hsieh PC, Huang HJ, Ho YL, Lin YH, Huang SS, Chiang YC, Tseng MC, Chang
YS. 2010. Activities of Antioxidants, -glucosidase Inhibitors and Aldose
Reductase Inhibitors of The Aqueous Extracts of Four Flemingia Species in
Taiwan. Botanical Studies.51(3):293-302
Hussein, M.A. and El-Maksoud, H.A. 2013. Biochemical effects of Resveratrol
and Curcumin Combination on Obese Diabetic Rats. Molecular and
Clinical Pharmacology; 4(1): 1-10.
Irawan, Dedi. 2010. Prevalensi dan Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe
2 di Daerah Urban Indonesia (Analisa Data Sekunder Riskesdas 2007).
Thesis Universitas Indonesia.
Ivanova, V., Stefova, M., and Chinnici, F. 2010. Determination of the Polyphenol
Contents in Macedonian Grapes and Wines by Standardized

34
Spectrophotometric Methods. Journal of Serbian Chemical Society; 75(1):
45-59.
Katiyar, S. K. 2008. Grape Seed Proanthocyanidines and Skin Cancer Prevention:
Inhibition of Oxidative Stress and Protection of Immune System. Molecular
Nutrition & Food Research, 52 (Suppl. 1), S71S76.
Kim, S.Y., S.M. Jeong, W.P. Park, K.C. Nam, D.U. Ahn and S.C. Lee.
2005. Effect of Heating Conditions of Grape Seeds on The Antioxidant
Sctivity of Grape Seed Extracts. Food Chemistry Vol. 97 (2006): 472
479.
Kim, Y.A., Rhee, S.H., Park, K.Y., Choi, Y.H. 2003. Antiproliferative Effect of
Resveratrol in Human Prostate Carcinoma Cells. Journal of Medicinal
Food; 6: 273-280.
Kobori, M., Masumoto, S., Akimoto, Y., Oike, H. 2011. Chronic Dietary Intake of
Quercetin Alleviates Hepatic Fat Accumulation Associated with
Consumption of a Western-style Diet in C57/BL6J Mice. Molecular
Nutrition and Food Research; 55: 530-540.
Kumar, S., Narwal, S., Kumar, V., & Prakash, O. 2011. Alphaglucosidase
Inhibitors from Plants: A Natural Approach to Treat Diabetes.
Pharmacognosy Reviews, 5(9), 1929.
Kurt, E. Jhonson. 1994. Histologi dan Biologi Sel. Jakarta: Binarupa Aksara.

Lagouge, M., Argmann, C., Gerhart-Hines, Z., Meziane, H., Lerin, C., Daussin, F.,
Messadeq, N., Milne, J., Lambert, P., Elliott, P., Geny, B., Laakso, M.,
Puigserver, P., Auwerx, J. 2006. Resveratrol Improves Mitochondrial
Function and Protects against Metabolic Disease by Activating SIRT1 and
PGC-1. Cell; 127: 1-14.
Lapornik, B., Prosek, M., and Wondra, A. G. 2005. Comparison of Extracts
Prepared from Plant by-Products Using Different Solvents and Extraction
Time, Journal of Food Engineering, 71, 214222.
Lazze, M.C., Savio, M., Pizzala, R., Cazzalini, O., Perucca, P., Scovassi, A.I.,
Stivala, L.A., Bianchi, L. 2004. Anthocyanins Induce Cell Cycle
Perturbations and Apoptosis in Different Human Cell Lines.
Carcinogenesis; 25: 14271433.
Lehninger AL. 1988. Dasar-dasar Biokimia Jilid I. Thenawidjaja M, penerjemah.
Jakarta : Erlangga. Terjemahan dari : Principles of Biochemistry. 369 hlm.
Lorrain, B., Ky, I., Pechamat, L., & Teissedre, P.-L. 2013. Evolution of Analysis
of Polyhenols from Grapes, Wines, and Extracts. Molecules: A Journal of
Synthetic Chemistry and Natural Product Chemistry. [electronic resource],
18(1), 10761100.

35
Martin, A.R., Villegas, I., La Casa, C., de la Lastra, C.A. 2004. Resveratrol, a
Polyphenol Found in Grapes, Suppresses Oxidative Damage and Stimulates
Apoptosis during Early Colonic Inflammation in Rats. Biochemical
Pharmacology; 67: 1399-1410.
McDougall, G.J. and Stewart, D. 2005. The inhibitory Effects of Berry
Polyphenols on Digestive Enzymes. BioFactors; 23(4): 189-195.
Moreno, D.A., Ilic, N., Poulev, A., Brasaemle, D.L., Fried, S.K., Raskin, I. 2003.
Inhibitory Effects of Grape Seed Extract on Lipases. Nutrition; 19: 876-879.
Muchid et al.. 2005. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Diabetes Mellitus.
Jakarta (ID): Direktorat Bina farmasi Komunitas dan Klinik Direktorat
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI.
Murray RK, Daryl KG, Victor WR. 2009. Biokimia Harper Edisi 27. Nanda
Wulandari, penerjemah; Jakarta (ID): EGC. Terjemahan dari Harpers
Ilustrated of Biochemistry, 27th ed.
Nolan JJ. 2002. What is Type 2 diabetes. Medicine International; 6-10.
Padila. 2012. Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuhu
Medika.
Perumalla, A.V.S and Hettiarachchy N.S. 2011. Green Tea and Grape Seed
Extracts Potential applications in food safety and quality. Food Research
International 44 (2011) 827-839.
Rayalam, S., Della-Fera, M.A., and Baile, C.A. 2008. Phytochemicals and
Regulation of The Adipocyte Life Cycle. Journal of Nutritional
Biochemistry; 19: 717-726.
Setiadi. 2005. Bertanam Anggur. Jakarta: Penebar Swadaya.
Seymour, E.M., Lewis, S.K., Urcuyo-Llanes, D.E., Tanone, I.I., Kirakosyan, A.,
Kaufman, P.B., Bolling, S.F. 2009. Regular Tart Cherry Intake Alters
Abdominal Adiposity, Adipose Gene Transcription, and Inflammation in
Obesity-Prone Rats Fed a High Fat Diet. Journal of Medicinal Food; 12(5):
935-942.
Shahidi, F. and Naczk, M. 1995. Food Phenolics. Technomic pub.Co. Inc.,
Lancester-Basel.
Sharma, P. 2011. Cinnamid Acid Derivates: A New Chapter of Various
Pharmacological Activities, Journal of Chemical and Pharmaceutical
Research, 3(2): 403-423.
Shi, J., Yu, J., Pohorly, J.E., Kakuda, Y. 2003. Polyphenolics in Grape Seeds
Biochemistry and Functionality. Journal of Medicinal Food; 6(4): 291-299.
Singletary, K.W., Jung, K.J., and Giusti, M. 2007. Anthocyanin-rich Grape Extract
Blocks Breast Cell DNA Damage. Journal of Medicinal Food; 10: 244-251.

36
Siswanto, Y.W., 1997. Penanganan Hasil Panen Tanaman Obat Komersil.
Ungaran: Trubus Agriwidya.
Slagle M. 2002. Alpha-Glucosidase Inhibitors. Southern Medical Journal.
http://static.highbeam.com/s/southernmedicaljournal/january012002/alphagl
ucosi daseinhibitorsmedicationupdatebriefart/index.html., diakses tanggal
09 April 2017, pukul 20.30 WIB.
Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, Brenda G. 2002. Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah Brunner dan Suddarth (Ed.8, Vol. 1,2), Alih bahasa oleh
Agung Waluyu, Jakarta: EGC.
Soegondo S. 2005. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Mellitus Terkini dalam
Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu, Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Sugiwati S. 2005. Aktivitas Antihiperglikemik dari Ekstrak Buah Mahkota Dewa
[Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.] sebagai Inhibitor Alfa Glukosidase
in vitro dan in vivo pada Tikus Putih. [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor.
Sujaya, I Nyoman. 2009. Pola Konsumsi Makanan Tradisional Bali sebagai
Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 di Tabanan. Jurnal Skala Husada
Vol. 6 No.1 hal: 75-81.
Sun, A.Y., Simonyi, A., and Sun, G.Y. 2002. The French Parado and Beyond:
Neuroprotective Effects of Polyphenols. Free Radical Biology and
Medicine; 32: 314-318.
Teixeria L. 2011. Regular Physical Exercise Training Assists in pPeventing Type 2
Diabetes Development: Focus on its Antioxidant and Antiinflammantory
Properties. Biomed Central Cardiovascular Diabetology.; 10(2);1-15.
Thtmothe, J., Bonsi, I.A., and Padilla-Zakour, O.I. 2007. Chemical
Characterization of Red Wine Grape (Vitis vinifera and Vitis Interspecific
Hybrids) and Pomace Phenolic Extracts and Their Biologicalactivity
Against Streptococcus Mutans. Journal of Agricultural and Food
Chemistry.; 55: 1020010207.
Tjay dan Rahardja, 2002. Obat-obat Penting, Khasiat, Pengunaaan dan Efek
Sampingnya Edisi V. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Kelompok
Gramedia.
United States Department of Agriculture. 1998. USDA Nutrient Database for
Standard Reference. http://www.nal.usda.gov/fnic/foodcomp. diakses
tanggal 09 April 2017 pukul 22.00 WIB.
Wielinga, P.Y., Louter-vd Haar, J., Poelman, M.G., Romeijn, M., Nieuwenhuizen,
A.G., Scheurink, A.J.W. 2002. The Effect of (-)-Hydroxycitric Acid (HCA)
and Grape Seed on Food Intake, Body Weight and Metabolism. Appetite;
39: 106.
Wiryanta, B.T.W. 2008. Membuahkan anggur di dalam pot. Cetakan ke-7. Jakarta:
Penerbit PT Agronedia Pustaka. hal 7-12.

37
Xia, E.Q., Deng, G.F., Guo, Y.J, Li, H.B. 2010. Biological Activities of
Polyphenols from Grapes. International Journal of Molecular Sciences; 11:
622-646.
Yadav, M., Jain, S., Bhardwaj, A., Nagpal, R., Puniya, M., Tomar, R., Singh, V.,
Parkash, O., Prasad, G.B.K.S., Marotta, F., Yadav, H. 2009. Biological and
Medicinal Properties of Grapes and Their Bioactive Constituents: An
Update. Journal of Medicinal Food; 12(3): 473-484.
Yang. J.Y., Della-Fera, M.A., Rayalam, S., Ambati, S., Hartzell, D.L., Park, H.J.,
Baile, C.A. 2008. Enhanced inhibition of adipogenesis and induction of
apoptosis in 3T3-L1 adipocytes with combinations of resveratrol and
quercetin. Life Sciences; 82: 1032-1039.
Yilmaz, Y. and Toledo, R.T. 2004. Major Flavonoids in Grape Seeds and Skins:
Antioxidant Capacity of Catechin, Epicatechin and Gallic Acid. Journal of
Agricultural and Food Chemistry; 52: 255-260
Yu, S.F., Shun, C.T., Chen, T.M., Chen, Y.H. 2006. 3-O--D-Glucosyl-(1--6)-D-
Glucosyl-kaempferol Isolated from Sauropus Androgenus Reduces Body
Weight Gain in Wistar Rats. Biological and Pharmaceuticl Bulletin; 29(12):
2510-2513.
Yuwono, T. 2005. Biologi Molekuler. Erlangga: Jakarta.

38

Anda mungkin juga menyukai