Anda di halaman 1dari 13

Laboratorium Ilmu Kesehatan Jiwa Laporan Kasus

Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman

Gangguan Waham Menetap (Somatik)

Oleh
Siti Munawaroh
1410029014

Pembimbing
dr. Hj. Irma Armenia Arief, Sp.KJ

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik

Laboratorium Ilmu Kesehatan Jiwa


Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
2016
Laboratorium Ilmu Kesehatan Jiwa Laporan Kasus
Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman

Gangguan Waham Menetap (Somatik)

Oleh:
Siti Munawaroh
1410029014

Dipersentasikan pada tanggal 7 Juni 2016


Mengetahui,
Pembimbing

dr. Hj. Irma Armenia Arief Sp.KJ


REFLEKSI KASUS

Dipresentasikan pada kegiatan Kepaniteraan Klinik, Lab. Kedokteran Jiwa. Pemeriksaan


dilakukan pada hari Selasa, 16 Maret 2016, di Poli jiwa RSU Kanudjoso Djatiwibowo
Balikpapan, sumber Autoanamnesis .

IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. E
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 48 tahun
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jalan Mayjen Sutoyo No. 37 RT. 43

STATUS PSIKIATRI

Keluhan Utama
Merasa tegang dan tertusuk-tusuk pada leher dan belakang kepala

Riwayat Penyakit Sekarang


Autoanamnesis
Pasien mengaku merasa tegang dan tertusuk-tusuk pada leher dan belakang kepala
semenjak 3 tahun terakhir dan disertai dengan kesulitan tidur dalam 3 bulan terakhir. Pasien
merasa jantungnya sering berbunyi tetapi tidak merasa berdebar-debar. Saat merasa tegang,
pasien mengaku otaknya panas seperti terbakar, namun tidak ada sakit kepala.Pasien sering
merasa was-was akan sakitnya, takut karena sakitnya tidak kunjung sembuh, dan merasa seperti
mau mati. Pasien tidak ada keinginan untuk bunuh diri. Pasien juga merasa sering mengalami
pikiran berulang, dan perlu beberapa kali mengecek suatu hal, contohnya mengecek pintu yang

1
dilakukan untuk melegakan perasaan pasien. Pasien mengaku telah beberapa kali ke dokter
umum dan ke dokter saraf untuk mengatasi keluhan berupa tegang pada kepala dan lehernya,
namun pasien menganggap bahwa obat yang diberikan tidak berefek terhadap keluhannya. Saat
pasien konsultasi dengan dokter sp.S, dokter sp.S mengatakan bahwa pasien tidak mengalami
sakit apa-apa, namun pasien tetap meyakini bahwa dirinya sakit dan memutuskan untuk tidak
kembali ke dokter sp.S yang sama. Pasien datang ke psikiater atas rujukan dari keluarganya.
Pasien merasa sakitnya berkurang setelah berobat selama 2 tahun ke psikiater. Pasien juga
mengeluh nyeri pada lutut.

Riwayat Penyakit Dahulu


Saat SMA pasien mengaku bisa melihat hal yang tidak bisa dilihat oleh orang lain. Pasien
mengaku melihat orang gantung diri di sebuah rumah pada saat berjalan dengan teman-temannya,
sementara teman-teman pasien tidak melihat.
Pasien pernah mengalami sakit setelah pernikahan pertamanya berlangsung selama satu
minggu. Pada saat itu, pasien mengaku didatangi oleh orang tua yang hanya memakai sarung dan
tidak memakai baju mengatakan sesuatu yang buruk kepada pasien. Sejak saat itu hubungan
pasien dengan suami pertamanya mulai buruk, dan suami pertamanya membenci pasien. Pasien
juga mengaku didatangi orang berjubah hitam diantara tumpukan uang yang banyak. Namun
suami pasien tidak melihat hal tersebut. Sejak saat itu pasien mengaku badanya tinggal tulang dan
pasien mencari pengobatan selama 7 tahun. Pengobatan yang dijalani pasien berupa pengobatan
alternatif.
Gastritis
Masuk Rumah Sakit pada tanggal 23/6/ 2015 karena gelisah, nyeri ulu hati, susah tidur,
nyeri kepala, malaise.

Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat keluarga yang menderita keluhan serupa maupun yang membutuhkan
penanganan psikiater disangkal

Gambaran Premorbid
Pasien merupakan orang yang jarang bersosialisasi

2
Faktor Pencetus
Diduga karena masalah keluarga. Pasien mengaku sering sedih karena pasien hanya di
rumah saja dan tidak pernah diajak jalan oleh suami. Pasien juga sering terpikir mengenai kedua
anaknya yang sering berkelahi. Pasien mengaku bahwa suami jarang memberikan uang, dan
pasien hanya diam saja dengan hal tersebut. Pasien merasa bahwa suaminya senang jika pasien
tidak meminta uang. Suami pasien bekerja sebagai buruh, sehingga sering pulang malam, dan
pasien tidak ada teman untuk mencurahkan isi hatinya.

Faktor Organobiologik
Riwayat kejang dan trauma disangkal
Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien berasal dari keluarga ekonomi menengah kebawah

Hubungan Dengan Keluarga Dan Lingkungan


Pasien tidak memiliki masalah dengan tetangga, namun pasien sangat jarang berkumpul
dan mengobrol dengan tetangga karena pasien merasa jika berkumpul dengan tetangga, tetangga
sering membicarakan orang lain. Pasien merasa sakit hati dengan adik iparnya karena telah
mengatakan bahwa pasien tidak berguna sebagai anak karena tidak bekerja. Pasien juga
mengalami hubungan yang kurang baik dengan anak tirinya sehingga pasien yang awalnya
tinggal dengan suami dan anak tirinya beserta anak kandungnya, pindah ke rumah ibunya.

STATUS PRAESENS

Status Internus
Tanda Vital :
Tekanandarah : 120/80
Nadi : 60 x/menit
Nafas : 24 x/menit
Suhu : 37 OC

3
Keadaan Umum : Pasien tampak rapi, dandanan dan wajah sesuai usia
Kesadaran : compos mentis, GCS E4 V5 M6
Mata : Anemis (-/-), Ikterik (-/-)
Sistem kardiovaskuler : Bunyi jantung I-II reguler, tidak ada murmur, tidak ada gallop
Sistem respiratorik : Vesikuler, rhonki -/-
Abdomen : Supel
Ekstremitas : Hangat

Status Neurologikus
Panca indera : Sekilas nampak normal
Tanda meningeal : tidak dilakukan pemeriksaan

Mata
Gerakan : normal
Pupil : isokor; RefleksCahaya +/+
Diplopia : tidak ditemukan
Visus : tidak dilakukan pemeriksaan
Refleks fisiologis : tidak ada peningkatan
Refleks patologis : Tromner (-), Hoffman (-)

Status Psikiatrik
Kesan umum : Pasien tampak berpenampilan rapi, wajah dan dandanan sesuai usia,
kooperatif.
Kontak : verbal baik, kontak mata baik
Kesadaran : Komposmentis, atensi baik, orientasi tempat, waktu dan ruang baik, Daya
ingat baik
Emosi / afek : mood eutimik, afek sesuai
Pikir :
Proses Pikir : Koheren
Isi Pikir : Waham somatik , obsesi
Intelegensi : cukup
Persepsi : halusinasi auditori (-),halusinasi visual (-), ilusi (-)

4
Kemauan : Pasien masih melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasanya
Psikomotor : normal
Tilikan :6
Daya nilai : Baik

DIAGNOSIS

Formulasi Diagnosis
Seorang perempuan berumur 48 tahun, agama Islam, berstatus sebagai ibu rumah tangga,
datang pada hari Selasa, 16 Maret 2016 di Poli jiwa RSU Kanudjoso Balikpapan.
Pasien mengaku merasa tegang dan tertusuk-tusuk pada leher dan belakang kepala semenjak
3 tahun terakhir. . Pasien mengaku telah beberapa kali ke dokter umum dan ke dokter saraf
untuk mengatasi keluhan tersebut, namun pasien menganggap bahwa obat yang diberikan
tidak berefek terhadap keluhannya. Saat pasien konsultasi dengan dokter sp.S, dokter sp.S
mengatakan bahwa pasien tidak mengalami sakit apa-apa, namun pasien tetap meyakini
bahwa dirinya sakit dan memutuskan untuk tidak kembali ke dokter sp.S.
Pada pemeriksaan psikiatri, didapatkan pasien tampak berpenampilan rapi, wajah dan
dandanan sesuai usia, kooperatif, kontak verbal dan visual baik, mood eutimik, afek sesuai,
orientasi baik, atensi baik, memori baik, proses piker koheren, terdapat waham somatik, tidak
ada halusinasi dan ilusi, intelegensia cukup, kemauan baik, psikomotor normal.
Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan adanya kelainan pada pasien.

Diagnosis Rekam Medik


Gangguan waham menetap (somatik)

PENATALAKSANAAN

Psikoterapi
1. Psikoterapi suportif individu
2. Psikoterapi keluarga
Farmakoterapi:
1. Fatral 50 mg 1-0-0
2. Clobazam 10 mg 0-1-1
3. Saphris 5 mg 0-1-1

5
PROGNOSA

Dubia ad bonam

6
PEMBAHASAN

A. Definisi
Waham adalah keyakinan yang salah didasarkan pada kesimpulan salah mengenai realita
eksterna yang sangat kuat bertahan meskipun hampir semua orang percaya dan meskipun isi
waham tersebut membuktikan bahwa kenyataan berbeda dengan yang dipercaya [ CITATION
Sad10 \l 1057 ].
B. Etiologi
Penyebab gangguan waham tidak diketahui [ CITATION Sad10 \l 1057 ].
C. Perjalanan dan Prognosis
Stressor psikososial yang dapat diidentifikasi sering menyertai munculnya waham.S
tressor dapat berupa konflik sosial dengan anggota keluarga atau teman, dan isolasi sosial.
Seseorang dengan gangguan waham mungkin memiliki intelegensia di bawah rata-rata,
ekstrovert, dominan, dan hipersensitif[ CITATION Sad10 \l 1057 ].
Kurang dari 25 % kasus gangguan waham akhirnya didiagnosis sebagai skizofrenia,
kurang dari 10% pasien mengalami gangguan mood[ CITATION Sad10 \l 1057 ]. Data tersebut
menggambarkan bahwa gangguan delusional bukan semata-mata suatu stadium dini dalam
perkembangan skizofrenia atau gangguan mood[ CITATION Kap10 \l 1057 ]. Sekitar 50% pasien
sembuh dengan follow up jangka panjang, 20% mengalami pengurangan gejala, 30% tidak
mengalami perubahan gejala. Faktor berikut berkolerasi dengan prognosis baik: tingkat
pekerjaan, sosial, dan fungsional yang baik; jenis kelamin perempuan; awitan usia sebelum 30;
awitan mendadak; durasi penyakit singkat; adanya faktor presipitasi. Meskipun data yang dapat
diandalkan terbatas, pasien dengan waham kejar, somatik, dan erotik dianggap mempunyai
prognosis yang lebih baikdaripada pasien dengan waham cemburu dan kebesaran.[ CITATION
Sad10 \l 1057 ].
D. Manifestasi klinis
Status mental hasilnya normal kecuali adanya sistem waham yang secara nyata abnormal.
Pada gangguan waham, waham menetap, tidak dapat dibantah, dan sangat kuat, karena pasien
secara total diyakinkan oleh sifat fisik gangguan. Isi waham somatik sangat bervariasi untuk
setiap khasus. Pada waham somatik, pasien cenderung mengobati diri sendiri atau mencari
pertolongan ke non psikiater. Pasien biasanya datang ke psikiater karena rujukan dari dokter lain
dengan spesialisasi berbeda. Waham somatik perlu dipertimbangkan sebagai komorbid dari

7
penyakit psikiatri ataupun penyakit fisik[ CITATION Afr13 \l 1057 ]. Terdapat tiga tipe utama
yaitu waham infestasi, waham dismorforbia, waham bau tubuh yang tidak sedap atau
halitosis[ CITATION Sad10 \l 1057 ].
E. Diagnosis
Kriteria Diagnostik DSM IV TR Gangguan Waham[ CITATION Sad10 \l 1057 ]:
A. Waham tidak bizar (melibatkan situasi yang terjadi dalam kehidupan nyata, seperti
merasa diikuti, diracuni, dicintai, terinfeksi, dicintai dari jauh, atau dikhianati
pasangan atau kekasih, atau menderita suatu penyakit) sekurang-kurangnya satu
bulan.
B. Kriteria A skizofrenia tidak pernah terpenuhi. Catatan: Halusinasi taktil dan olfaktori
dapat terjadi pada gangguan waham jika sesuai dengan tema waham.
C. Fungsi tidak terganggu secara nyata dan perilaku tidak secara jelas aneh atau bizar
D. Jika episode mood telah terjadi bersamaan dengan waham, durasi totalnya singkat
dibandingkan durasi periode waham.
E. Gangguan tidak disebabkan efek fisiologis suatu zat secara langsung (contoh,
penyalahgunaan obat, suatu obat) atau kondisi medis umum.
Jenis berikut didasarkan pada tema waham yang menonjol:
Waham erotomania: pada tipe waham ini, orang lain, biasanya dengan status
lebih tinggi, jatuh cinta kepadanya.
Waham kebesaran: pada tipe waham ini terdapat kekuatan, pengetahuan,
penghargaan, identitas yang berlebihan, atau hubungan khusus terhadap orang
yang terkenal atau dewa.
Waham cemburu: pasangan seksual dianggap tidak setia.
Waham somatik: kepercayaan salah yang melibatkan fungsi tubuh
Waham campuran: lebih dari satu tipe di atas tetapi tidak ada tema yang
menonjol.
Gangguan Waham menetap menurut PPDGJ [ CITATION Rus03 \l 1057 ]:
Serangkaian gangguan dengan waham-waham yang berlangsung lama, sebagai
satu-satunya gejala klinis yang khas atau yang paling mencolok dan tidak dapat
digolongkan sebagai gangguan mental organik, skizofrenik, atau gangguan afektif.
Pentingnya faktor genetik, ciri-ciri kepribadian dan situasi kehidupan dalam
pembentukan gangguan kelompok ini tidak pasti dan mungkin bervariasi.
F. Diagnosa Banding
Hipokondriasis. Perbedaan antar hipokondriasis dengan waham somatik adalah pada
pasien hipokondriasis pasien mengakui bahwa ketakutan mereka terhadap penyakitnya tidak
berdasar[ CITATION Sad10 \l 1057 ].

8
G. Penatalaksanaan
Psikoterapi
Psikoterapi individual tampaknya lebih efektif daripada terapi kelompok; terapi perilaku,
kognitif dan suportif yang berorientasi pemahaman sering efektif. Bila ada anggota keluarga,
klinisi dapat memutuskan mereka dalam rencana pengobatan. Seorang klinisi harus
mencobamencari keluarga yang dapat dijadikan rekan dalam proses pengobatan[ CITATION
Sad10 \l 1057 ].
Farmakoterapi
Obat antipsikotik adalah pilihan pengobatan gangguan waham. Riwayat pasien terhadap respon
pengobatan adalah petunjuk terbaik untuk memilih obat[ CITATION Sad10 \l 1057 ]

PEMBAHASAN

Teori Fakta
Waham tidak bizar sekurang- Pasien mengaku merasa tegang dan tertusuk-tusuk pada
kurangnya satu bulan. leher dan belakang kepala semenjak 3 tahun
Fungsi tidak terganggu secara Pasien masih melakukan aktivitas sehari-hari seperti
nyata dan perilaku tidak biasanya
secara jelas aneh atau bizar
Waham menetap, tidak dapat
Saat pasien konsultasi dengan dokter sp.S, dokter sp.S
dibantah, dan sangat kuat,
mengatakan bahwa pasien tidak mengalami sakit apa-apa,
karena pasien secara total
namun pasien tetap meyakini bahwa dirinya sakit dan
diyakinkan oleh sifat fisik
memutuskan untuk tidak kembali ke dokter sp.S yang sama
gangguan
pasien cenderung mengobati
Pasien mengaku telah beberapa kali ke dokter umum dan
diri sendiri atau mencari
ke dokter saraf untuk mengatasi keluhan tersebut, namun
pertolongan ke non psikiater.
pasien menganggap bahwa obat yang diberikan tidak
Pasien biasanya datang ke berefek terhadap keluhannya.
psikiater karena rujukan dari Pasien datang ke psikiater atas rujukan keluarga
dokter lain dengan spesialisasi
berbeda.

9
Psikoterapi
Farmakoterapi: antipsikotik Psikoterapi individu dan keluarga
Saphris (antipsikotik atipikal) 5 mg 0-1-1
Fatral (antidepresan SSRI)
Clobazam (Benzodiazepine)

Berdasarkan anamnesa yang diperoleh secara autoanamnesa gejala yang dialami pasien
menunjukkan gangguan waham menetap (somatik). Hal ini sesuai dengan literatur yang
menyatakan bahwa Pada gangguan waham, waham menetap, tidak dapat dibantah, dan sangat
kuat. Pasien masih yakin bahwa dirinya mengalami sakit walaupun telah dinyatakan tidak
terdapat penyakit yang mendasari keluhan pasien.

10
DAFTAR PUSTAKA

African Journal of Psychiatri. (2013). Monosymptomatic Hypocondriacal Psychosis (somatic


delusional disorder): A report of two cases. African Journal of Psychiatri , 87-91.
Kaplan, I. H., Sadock, J. B., & Grebb, A. J. (2010). Sinopsis Psikiatri Ilmu pengetahuan
perilakupsikiatri klinis. Tangerang: Binapura Aksara Publisher.
Maslim, R. (2003). Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Jakarta: PT Nuh Jaya.
Sadock, B. J., & Sadock, A. V. (2012). Buku Ajar Psikiatri Klinis. Jakarta: EGC.

11

Anda mungkin juga menyukai