Anda di halaman 1dari 7

Artikel Penelitian

Faktor yang Berhubungan dengan


Pengendalian Gula Darah pada
Penderita Diabetes Mellitus
di Perkotaan Indonesia

Laurentia Mihardja

Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

Abstrak: Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit gangguan metabolik yang dapat
menimbulkan berbagai komplikasi penyakit. Untuk mencegah komplikasi perlu pengendalian
kadar gula darah melalui diet, olahraga dan obat-obatan. Dilakukan analisis data untuk
mengetahui faktor yang berhubungan dengan pengendalian gula darah dari 279 responden
usia 15 tahun atau lebih yang mempunyai riwayat menderita DM. Data responden didapat dari
Riset Kesehatan Dasar 2007 yang dilaksanakan secara potong lintang melalui wawancara,
pengukuran fisik, dan pemeriksaan darah. Data diolah menggunakan statistik SPSS versi 15
dengan memperhitungkan desain complex sampling. Hasil yang didapat adalah prevalensi
responden yang mempunyai riwayat DM meningkat sesuai dengan bertambahnya usia. Prevalensi
lebih banyak pada wanita dan kelompok sosioekonomi yang lebih tinggi. Penderita yang
makan sayur dan buah 5 porsi atau lebih hanya 8,8%; beraktivitas fisik kurang 35,1%; yang
minum atau injeksi obat anti diabetes hanya 47,0%. Prevalensi kegemukan 60,8% pada laki-
laki dan 66,9% pada perempuan; obesitas sentral 32,5% pada laki-laki dan 59,9% pada wanita;
tekanan darah tidak terkontrol (> 130/80 mmHg) 70,0% pada laki-laki dan 76,8 % pada
wanita. Kadar gula darah 2 jam post prandial yang tidak terkontrol baik (>144 mg/dL) sebesar
68,0% pada laki-laki dan 81,1% pada perempuan. Faktor yang berhubungan dalam
pengendalian gula darah adalah usia, jenis kelamin, dan minum atau injeksi obat diabetes.
Studi ini menunjukkan sebagian besar responden belum mengetahui ataupun menyadari apa
yang seharusnya mereka lakukan untuk mengontrol penyakit diabetes. Diharapkan penentu
kebijakan dapat membuat program gaya hidup sehat untuk penderita diabetes agar faktor-
faktor risiko dapat terkendali sehingga kadar gula darah dapat terkontrol.
Kata kunci: faktor risiko, hipertensi, prevalensi, riskesdas, riwayat DM

418 Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 9, September 2009


Faktor yang Berhubungan dengan Pengendalian Gula Darah pada Penderita Diabetes Mellitus

Factors Associated with Blood Glucose Control in


Patients with Diabetes Mellitus in Urban Indonesia

Laurentia Mihardja

National Institute Health Research & Development, Ministry of Health,


Republic of Indonesia, Jakarta

Abstract: Diabetes mellitus (DM) is a group of metabolic disorders that causes many complica-
tions. Controlling blood glucose by diet, physical activity and medicines is needed to prevent these
complications. Data analyze was done in 279 respondents of 15 year old and over who had DM
history (diagnosed DM or DDM) to evaluate factors associated with blood glucose control. The
data came from the baseline health research (Riskesdas) 2007 that was done cross sectionally
with personal interview, physical and blood laboratory measurement. Data was analyzed using
SPSS 15 software by complex samples. The prevalence of DDM increased with age, but sharply
decreased in age group of 65 years or older. The prevalence of DDM were higher in females and
high socioeconomic group. The proportion of DDM cases who had > 5 portions of fruit and
vegetables intake per day were only 8.8%; lack of physical activity were found in 35.1% respon-
dents; taking antidiabetic medicines or injection was found in only 47.0% . Prevalence over-
weight and obesity among DDM were 60.8% in male and 66.9% in female; central obesity were
32.5% in male and 59.9% in female; uncontrolled blood pressure (>130/80 mmHg) were 70.0%
in male and 76.8% in female. Respondents with 2 hours post prandial blood glucose >144 mg/dL
were 68.0% in male and 81.1% in female. Factors associated with blood glucose control were
age, sex and taking DM medicines or injection. From this study it is clear that there is a gap
between what the respondents should do and what they have been doing in managing their
diabetes. It is recommended that the policy markers should conduct programs to initiate and
promote behavioural changes in people with diabetes in order to controll the blood glucose level.
Key words: diagnosed diabetes mellitus, hypertension, prevalence, risk factors, Riskesdas

Pendahuluan karakteristik sosiodemografi, perilaku, dan biologis penderita


Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit gangguan yang telah mengetahui dirinya menderita DM di Indonesia
metabolisme yang bersifat kronis dengan karakteristik dan kaitannya dengan pengendalian gula darah. Apakah
hiperglikemia. Berbagai komplikasi dapat timbul akibat kadar mereka melakukan pengendalian diet, melakukan aktivitas
gula darah yang tidak terkontrol, misalnya neuropati, fisik yang cukup, minum/injeksi obat agar gula darah
hipertensi, jantung koroner, retinopati, nepropati, gangren, terkontrol dengan baik?
dll.1,2
Bahan dan Cara
DM tidak dapat disembuhkan tetapi kadar gula darah
dapat dikendalikan melalui diet, olah raga, dan obat-obatan. Populasi dan Sampel
Untuk dapat mencegah terjadinya komplikasi kronis, Kerangka pengambilan sampel yang digunakan dalam
diperlukan pengendalian DM yang baik yang mempunyai Riskesdas I adalah kerangka sampel Susenas Kor tahun 2007
sasaran dengan kriteria nilai baik, di antaranya gula darah dengan jumlah sampel 280.000 rumah tangga. Pemilihan
puasa 80-<100 mg/dL, 2 jam sesudah makan 80-144 mg/dL, sampel dilakukan secara bertahap; pertama, dilakukan
A1C <6,5%, kolesterol total < 200 mg/dL, trigliserida <150 pemilihan Blok Sensus (BS) secara probability proportional
mg/dL, IMT 18,5-22,9 kg/m2 dan tekanan darah <130/80 to size (PPS) linear systematic sampling dengan besar sampel
mmHg.3 adalah banyaknya rumah tangga hasil listing di setiap Blok
Berdasarkan Riskesdas 2007 didapat prevalensi DM Sensus menurut hasil Pendaftaran Pemilih dan Pendataan
5,7%; 1,5% di antaranya telah mengetahui dirinya menderita Penduduk Berkelanjutan-PEMILU 2004 (P4B). Dari BS terpilih
DM. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dipilih 16 rumah tangga (RT) secara linear systematic sam-

Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 9, September 2009 419


Faktor yang Berhubungan dengan Pengendalian Gula Darah pada Penderita Diabetes Mellitus

pling. Sampel biomedis nasional adalah subsampel sebesar Analisis Data


15% dari blok sensus perkotaan di 33 provinsi di Indonesia Analisis data dilakukan pada responden yang telah
yang didapat secara systematic random sampling. mempunyai riwayat menderita DM. Data yang diolah adalah
Responden adalah seluruh anggota rumah tangga dari RT data hasil kuesioner mengenai sosiodemografi, perilaku,
terpilih di blok sensus (BS) terpilih, usia 1-97 tahun, khusus pengukuran dan hasil pemeriksaan darah. Data dianalisis
untuk pengambilan gula darah usia 15 tahun ke atas. Kriteria dengan menggunakan statistik SPSS versi 15 dengan
inklusi adalah tercantum dalam daftar responden kesehatan memperhitungkan desain complex sampling.
masyarakat dan bersedia menandatangani informed consent.
Kriteria eksklusi adalah sakit berat, mempunyai riwayat
Hasil
penyakit hemofilia, idiopatik trombositopenia dan minum
obat pengencer darah secara rutin.4 Tabel 1. Prevalensi Penderita DM di Perkotaan Indonesia
Responden yang berpartisipasi untuk pemeriksaan Berdasarkan Sosiodemografi
biomedis sejumlah 24.417 orang. Pemeriksaan gula darah
vena 2 jam setelah pemberian gula oral 75 gram ( WHO 1999 Variabel f (orang) Prevalensi (%)
dan ADA 2003).5,6 Khusus bagi responden yang telah Usia (tahun)
mengetahui dirinya menderita Diabetes, konfirmasi oleh 15-24 10 3,6
dokter pemeriksa di laboratorium lapangan berdasarkan (a) 25-34 14 5,0
minum / injeksi obat diabetes atau (b) gejala DM jelas dan 35-44 41 14,7
45-54 77 27,6
berdasarkan anamnesis didapatkan informasi kadar gula 55-64 80 28,7
darah puasa >126 mg/dL atau gula darah sewaktu >200 mg/ 65-74 49 17,6
dL atau (c) 2 kali pemeriksaan pada hari yang berbeda 75+ 8 2,9
mempunyai kadar gula darah puasa >126 mg/dL atau gula Jenis Kelamin
Laki-laki 125 44,8
darah sewaktu >200 mg/dL, diberi perlakuan pemberian Perempuan 154 55,2
makanan cair 300 kalori. Prevalensi DM yang didapat sebesar Status perkawinan
5,7%; 1,5% di antaranya telah mengetahui dirinya menderita Belum kawin 15 5,4
DM (riwayat DM) sejumlah 279 orang.4 Kawin 225 80,6
Cerai hidup 4 1,4
Desain penelitian adalah potong lintang. Data yang Cerai mati 33 11,8
dikumpulkan meliputi wawancara individu, pengukuran sta- Tidak jelas 2 0,7
tus gizi, tekanan darah, dan pemeriksaan darah antara lain Pendidikan Tertinggi
gula darah 2 jam pembebanan dan hemoglobin. Persetujuan Pendidikan rendah 156 56,3
Pendidikan menengah 85 30,7
etik didapat dari Komisi Etik Badan Penelitian dan Pengem- Pendidikan tinggi 36 13,0
bangan Kesehatan. Pekerjaan
Tidak kerja 40 14,3
Batasan Operasional Sekolah 2 0,7
Ibu Rumah Tangga 68 24,4
Umur dihitung dalam tahun dengan pembulatan ke Pegawai. 59 22,5
bawah atau umur pada waktu ulang tahun terakhir. Status Wiraswasta/ Pedagang 64 22,9
ekonomi dikategorikan menjadi 5 kuintil berdasarkan jumlah Petani, Buruh, Nelayan 14 5,0
Lainnya 27 10,0
pengeluaran perkapita (data Susenas), kuintil 1-2
Status ekonomi
dikategorikan status ekonomi rendah atau miskin dan kuintil Miskin 24 9,2
3-5 status ekonomi menengah ke atas atau tidak miskin. Tidak miskin 236 90,8
Aktivitas fisik dinyatakan kurang jika nilai hitungan MET
<600 (WHO step). Kategori pendidikan rendah: sampai tamat
SMP atau sederajat; pendidikan menengah: tamat SMA atau Tabel 1 memperlihatkan prevalensi penderita DM
sederajat; pendidikan tinggi: lanjutan sekolah setelah tamat (responden dengan riwayat DM) meningkat sesuai usia,
SMA meningkat tajam pada kelompok usia 35 tahun ke atas,
Status kegemukan dinilai menurut Indeks Massa Tubuh tertinggi pada kelompok 55-64 tahun, yaitu sebesar 28,7%,
(IMT), berat badan dalam kg dibagi tinggi badan kuadrat tetapi mulai usia 65 tahun terlihat mulai menurun drastis.
dalam m, yaitu kurus (<18,5); normal (18,5-22,9); berat badan Prevalensi pada perempuan sebesar 55,2% lebih tinggi dari
lebih (23,0-24,9); obesitas >25,0 (WHO, Asia Pasifik). Untuk laki-laki 44,8%. Prevalensi DM pada pendidikan rendah cukup
kategori obesitas sentral adalah lingkar perut >90 cm pada tinggi, yaitu 56,3%. Responden pada umumnya sudah
laki-laki dan >80 cm pada perempuan.4 Gula darah dinyatakan menikah. Dari segi pekerjaan prevalensi tertinggi pada
terkontrol baik bila kadar gula darah 2 jam setelah pemberian kelompok ibu rumah tangga, wiraswasta/pedagang dan
makanan cair 300 kalori sebesar 80- <144 mg/dL.3 Tekanan pegawai. Dari segi ekonomi prevalensi tertinggi pada
darah dinyatakan terkontrol baik bila <130/80 mmHg.3 kelompok tidak miskin (90,8%).

420 Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 9, September 2009


Faktor yang Berhubungan dengan Pengendalian Gula Darah pada Penderita Diabetes Mellitus

Tabel 2. Prevalensi Penderita DM di Perkotaan Indonesia kelompok laki-laki maupun perempuan. Prevalensi kegemukan
Berdasarkan Perilaku sebesar 60,8% pada laki-laki dan 66,9% pada perempuan. IMT
Variabel f (orang) Prevalensi (%) >25 pada laki-laki sebesar 33,3% dan 49,0% pada perempuan.
Obesitas sentral sebesar 32,5% pada laki-laki dan 59,9% pada
Makan sayur buah perempuan. Tekanan darah tidak terkontrol baik sebesar 70,0%
<5 porsi/hari 239 91,2 pada laki-laki dan 76,8 % pada perempuan. Anemia 10,4%
>5 porsi/hari 23 8,8
Makan/minum manis pada laki-laki dan 16,9% pada perempuan. Kadar gula darah
>1 x/hari 141 50,7 2 jam post prandial yang tidak terkontrol baik (>144 mg/dL)
1-6 x/minggu 50 18,0 sebesar 68% pada laki-laki dan 81,1% pada perempuan.
<3 x/bulan 87 31,3 Perilaku minum alkohol tidak diolah karena data
Minum kafein
>1 x/hari 56 20,1 responden yang minum alkohol sedikit sekali. Kebiasaan
1-6 x/minggu 38 13,6 merokok juga tidak diolah karena data pertanyaan merokok
<3 x/bulan 185 66,3 hanya pada 1 bulan terakhir sehingga hasilnya bias. Demikian
Merokok 1 bulan terakhir juga minum manis dan kafein hanya ditanyakan frekuensi,
Merokok tiap hari 58 20,1
Tidak merokok 221 79,9 tanpa data jumlah yang diminum.
Minum alkohol 1 bulan terakhir Pada tabel 4 terlihat usia 35-54 tahun berisiko hiper-
Minum alkohol >5 x /minggu 3 3,4 glikemia 4,7 kali sedangkan usia 55 tahun atau lebih berisiko
Tidak minum alkohol 276 96,6 5,4 kali dibanding usia 15-34 tahun. Wanita berisiko 2 kali
Aktivitas
Kurang 98 35,1 lebih tinggi terjadi hiperglikemia dibanding pria. Risiko
Cukup 181 64,9 hiperglikemia kelompok berpendidikan rendah dan menengah
Obat anti DM tidak berbeda bermakna dengan kelompok berpendidikan
Minum/injeksi 132 47,0 tinggi (p=0,260). Proporsi hiperglikemia tidak berbeda
Tidak minum/injeksi 142 53,0
bermakna antara yang tidak bekerja dengan yang bekerja
(p=0,100), maupun antara yang miskin dan yang tidak miskin
Tabel 2 memperlihatkan 91,2% responden makan sayur (p=0,400). Tidak terdapat perbedaan risiko hiperglikemia yang
buah <5 porsi perhari, 50,7% minum/makan manis >1 kali bermakna antara yang makan sayur buah <5 porsi/hari
perhari, 20,1% minum kafein >1 kali perhari dan merokok tiap dibanding >5 porsi/ hari (p=0,300), yang kurang aktivitas
hari, dan 3,4% minum alkohol. Aktivitas fisik kurang didapati dengan yang cukup aktivitas (p=0,500), antara yang tekanan
pada 35,1% responden dan yang tidak minum/injeksi obat darahnya tidak terkontrol dengan yang terkontrol (p=0,200),
anti diabetes sebesar 53%. antara obesitas dengan yang tidak obesitas (p=0,700), dan
Tabel 3 memperlihatkan prevalensi penderita DM antara obesitas sentral dengan yang tidak (p=0,060).
cenderung meningkat seiring bertambahnya IMT baik pada

Tabel 3. Prevalensi Penderita DM Berdasarkan Variabel Biologis dan Jenis Kelamin

Variables Prevalensi Penderita DM


f (orang) Laki-laki f (orang) Perempuan
(%) (%)

Obesitas (IMT Asia Pasifik) (n=271)


Kurus (<18,5) 8 6,7 13 8,6
Normal (18,5-22,9) 39 32,5 37 24,5
BB lebih (23-24,9) 33 27,5 27 17,9
Obesitas (>25) 40 33,3 74 49,0
Lingkar Perut (n=272)
Obesitas Sentral 39 32,5 91 59,9
Tidak Obesitas Sentral 81 67,5 61 40,1
Tekanan Darah (n=279)
Tidak terkontrol (>130/80) 84 70,0 106 76,8
Terkontrol (<130/80 mmHg) 36 30,0 32 23,2
Hemoglobin (n=271)
Anemia 13 10,4 26 16,9
Tidak anemia 112 89,6 128 83,1
Kadar Gula Darah 2 jam post prandial
makanan cair 300 kalori (n=279)
<144 mg/dL 40 32,0 29 18,8
145-179 mg/dL 12 9,6 11 7,1
>180 mg/dL 73 58,4 114 74,0

Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 9, September 2009 421


Faktor yang Berhubungan dengan Pengendalian Gula Darah pada Penderita Diabetes Mellitus

Tabel 4. Hubungan Bivariat Karakteristik Sosiodemografi, Perilaku dan Biologis dengan Hiperglikemia

Karakteristik Kadar Gula Darah OR 95% CI Nilai p


<144 mg/dL >144 mg/dL
f(orang) f(orang)

Usia (tahun)
1534 14 10 1,0 Referens
3554 27 91 4,7 2,97,4 0,001
5597 28 109 5,4 2,9-7,5 0,001
Jenis kelamin
Perempuan 29 125 2.0 1,33,1 0,002
Laki-laki 40 85 1,0 Referens
Pendidikan
Pendidikan rendah dan menengah 58 183 1,4 0,82,5 0,260
Pendidikan tinggi 11 25 1,0 Referens
Pekerjaan
Pengangguran, ibu RT, Sekolah 22 86 1,4 0,92,4 0,100
Bekerja 47 124 1,0 Referens
Status Ekonomi
Tidak miskin 58 178 1,3 0,72,2 0,400
Miskin 7 17 1,0 Referens
Konsumsi buah dan sayur
<5 porsi/hari 61 178 1,6 0,64,1 0,300
>5 porsi/hari 4 19 1 Referens
Aktivitas
Kurang 23 175 1,1 0,81,5 0,500
Cukup 46 135 1,0 Referens
Minum/injeksi obat
Tidak minum 27 115 1,7 1,2-2,6 0,004
Minum/inj obat anti DM 39 93 1,0 Referens 0,500
Tekanan Darah
Tak terkontrol baik 33 120 1,3 0,82,0 0,200
Terkontrol baik 29 76 1,0 Referens
Obesitas
Obesitas 43 131 1,1 0,61,7 0,700
Tidak obesitas 20 56 1,0 Referens
Obesitas sentral
Obesitas sentral 27 103 1,6 0,9-2,6 0,060
Tidak obesitas sentral 42 100 1,0 Referens

Tabel 5. Hubungan Multivariat Karakteristik Sosiodemografi, disebabkan semakin lanjut usia maka pengeluaran insulin
Perilaku dan Biologis dengan Hiperglikemia oleh pankreas juga semakin berkurang.7 Namun prevalensi
Variabel OR 95% CI p pada usia 65 tahun ke atas semakin menurun, kemungkinan
pada kelompok tersebut responden DM berkomplikasi berat
Usia (tahun) sehingga tak bisa datang ketempat pemeriksaan (kriteria
5597 6,7 3,512,7 <0,001 eksklusi sakit berat) atau kemungkinan pada kelompok
3554 4,5 2,38,5 <0,001
1534 1,0 Referens tersebut sebagian besar sudah meninggal.
Jenis kelamin perempuan 2,5 1,54,2 <0,001 Prevalensi penderita DM pada yang pendidikan rendah
Tidak minum/injeksi obat DM 2,2 1,4-3,3 0,001 cukup tinggi, yaitu sebesar 56,3%. Hal ini perlu mendapat
perhatian karena pengetahuan dan kepatuhan mereka untuk
Tabel 5 memperlihatkan usia >55 tahun memiliki risiko berdiet, olahraga dan minum/injeksi obat diabetes harus
hiperglikemia 6,7 kali sedangkan usia 3554 tahun 4,5 kali ditingkatkan, misalnya melalui penyuluhan mengenai apa
dibanding usia 1534 tahun. Jenis kelamin perempuan yang terjadi jika kadar gula darah tidak terkendali. Penelitian
berisiko 2,5 kali dibanding laki-laki, dan yang tidak minum/ yang dilakukan Aliasgharzadeh et al,7 menunjukkan me-
injeksi obat anti diabetes berisiko 2,2 kali dibanding yang ningkatnya tingkat pendidikan seiring dengan meningkatnya
minum/injeksi obat. kepatuhan dalam berdiet, berolahraga dan obat-obatan.
Responden pada umumnya sudah menikah, sehingga
Pembahasan penyuluhan sebaiknya mengikut sertakan keluarga.
Prevalensi responden yang mempunyai riwayat DM Pada umumnya responden makan sayur buah <5 porsi
cenderung meningkat dengan bertambahnya usia, hal ini perhari ( 91,2%), minum/makan manis >1 kali perhari ( 50,7%).

422 Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 9, September 2009


Faktor yang Berhubungan dengan Pengendalian Gula Darah pada Penderita Diabetes Mellitus

Perlu penyuluhan manfaat serat dan efek makan/minum manis gula darah dapat terkontrol untuk mencegah atau mem-
terhadap terjadinya hiperglikemia. Prevalensi kegemukan dan perlambat terjadinya komplikasi akibat penyakit tersebut.
obesitas sentral cukup tinggi baik pada kelompok laki-laki Perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium lainnya, misalnya
maupun perempuan. Khatib et al9 mendapatkan prevalensi HbA1C, kolesterol, trigliserida, asam urat, ureum, kreatinin,
DM dengan IMT >25 (obesitas) sebesar 24,1% di daerah lipoprotein A, apolipoprotein B, C reaktif protein, protein
rural. Dalam penelitian ini didapatkan prevalensi yang lebih uria, dan asam urat, serta pemeriksaan penunjang lainnya
tinggi, yaitu sebesar 33,3% pada laki-laki dan 49% pada misalnya Rontgen paru, elektrokardiografi untuk mengetahui
perempuan. Hal ini mungkin karena penelitian dilakukan di gambaran kondisi kesehatan penderita DM secara lebih de-
daerah perkotaan. Beberapa penelitian menunjukkan tail.
hubungan yang erat antara IMT dengan faktor risiko. Oleh
karena itu, fokus mencapai berat badan normal adalah salah Ucapan Terima Kasih
satu pendekatan untuk mengurangi faktor risiko lainnya, Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Prof. Dr.
misalnya tekanan darah, dislipidemia, dan gula darah.10,11 dr. Agus Purwadianto SH, MSi, SPF(K) selaku Kepala Badan
Obesitas meningkatkan resistensi insulin, dalam hal ini perlu Penelitian dan Pengembangan Kesehatan; dr. Triono
program diet, olahraga dan obat-obat yang aman bagi Soendoro, Ph.D selaku mantan Kepala Badan yang
penderita dalam mencapai berat badan yang normal. mencetuskan Riskesdas; dr. Endang Sedyaningsih, MPH,
Penelitian yang dilakukan Karmel et al12 pada usia 2685 tahun Dr.PH selaku mantan Kepala Pusat Penelitian dan Dr. dr.
menunjukkan bahwa 39,0% pasien diabetes tidak memonitor Trihono MSc selaku Kepala Pusat Penelitian dan Pengem-
berat badan; 35,3% tidak mengontrol tekanan darah; 34,7% bangan Biomedis dan Farmasi yang telah memberikan ijin
tidak melakukan aktivitas fisik yang cukup; dan 21,7% tidak untuk melakukan anlisis lanjut data Riskesdas 2007. Kami
minum /injeksi obat DM. Penelitian yang dilakukan Jackson juga menyampaikan terima kasih kepada Tim Manajemen Data
et al13 menunjukkan bahwa pengurangan berat badan dapat dan Sekretariat Riskesdas yang telah bekerja keras menye-
mengurangi faktor risiko diabetes yang berhubungan dengan diakan data-data yang diperlukan, serta kepada Tim Ahli,
komplikasi. surveyor, tim laboratorium, para responden, serta personil
Tekanan darah yang tidak terkontrol dengan baik (>130/ yang terlibat dalam Riskesdas 2007.
80 mmHg) pada penderita DM sebesar 70,0% pada laki-laki
dan 76,8% pada perempuan. Hipertensi meningkatkan Daftar Pustaka
resistensi insulin, karena itu hipertensi harus diterapi dengan 1. Bogardus C, Lillioja S, Howard BV, Reaven G, Mott D. Relation-
baik. Kadar gula darah 2 jam post prandial yang tidak ships between insulin secretion, insulin action, and fasting plasma
glucose concentration in nondiabetic and noninsulin-dependent
terkontrol didapatkan pada 68,0% responden laki-laki dan diabetic subjects. J Clin Invest. 1984; 74:1238-1246.
81,1% perempuan. Terlihat bahwa penderita DM kurang 2. Reaven GM, Banting L. Role of insulin resistance in human
mengetahui apa manfaatnya jika kadar gula darah terkontrol disease. Diabetes. 1988;37:1595-1607.
baik. Kontrol intensif untuk penderita diabetes melalui terapi 3. Perkeni. Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes melli-
tus tipe 2 di Indonesia 2006. Jakarta: Perkeni; 2006.
nutrisi medik, olahraga dan obat-obatan sangat perlu agar 4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen
gula darah terkontrol baik sehingga dapat mencegah atau Kesehatan. Laporan Riskesdas. Jakarta: Balitbangkes; 2007.
menunda terjadinya komplikasi penyakit. Dokter dengan tim 5. Report of WHO. Definition and diagnosis of diabetes mellitus
kesehatan perawat dan ahli gizi harus dapat memotivasi and intermediate hyperglycaemia. Geneva: WHO; 2006.p.9-43.
6. Ferrannini E, Bjorkman O, Reichard GA Jr, Pilo A, Olsson M,
pasien serta saling bekerja sama dalam menanggulangi Wahren J, et al. The disposal of an oral glucose load in healthy
penyakit diabetes. Tingkat kepatuhan berdiet, berolahraga, subjects: A quantitative study. Diabetes. 1985;34:580-588.
dan minum/injeksi obat antidiabetes harus dipantau.14 Faktor 7. Dunstan DW, Zimmet PZ, Welborn TA, De Courten MP, Cameron
risiko yang berperan dalam pengendalian gula darah yang AJ, Sicree RA, et al. The rising prevalence of diabetes and im-
paired glucose tolerance: The Australian Diabetes, Obesity and
didapat dalam penelitian ini adalah umur, jenis kelamin, dan Lifestyle Study. Diabetes Care. 2002;25:829-834.
perilaku minum /injeksi obat anti diabetes. Agar penderita 8. Aliasgharzadeh A, Mobasseri M, Adib M. Adherence to manage-
DM mau minum/injeksi obat anti diabetes secara rutin maka ment plans for diabetes in type 2 diabetic patients. Abstract
perlu diberi penyuluhan tentang manfaat obat anti diabetes Book 13th Asia Oceania Congress of Endocrinology, 2006, May
10-12. Teheran: 2006.p.162.
terhadap hiperglikemia. 9. Khatib NM, Quazi ZS, Gaidhane AM, Waghmare TS, Goyal RC.
Risk factors of type 2 diabetes mellitus in rural Wardha: A com-
Kesimpulan dan Saran munity based study. Int J Diabetes. 2008; vol 28 (3):79-82
10. Krishnan S, Rosenberg L, Djousse L, Cupples A, Palmer YR.
Ditinjau dari data kuantitatif, penelitian ini menunjukkan Overall and central obesity and risk of type 2 diabetes. Obesity.
sangat tingginya prevalensi obesitas, tekanan darah dan 2007;15:1860-6.
kadar gula darah yang tidak terkontrol pada penderita DM. 11. Schafer S, Kantarcis K, Machann J, Venter C, Niess A, Schick F,
oleh karen aitu, perlu dilakukan program yang menyeluruh et al. Lifestyle intervention in individuals with normal versus
impaired glucose tolerance. Eur J Clin Invest. 2007;37:535-543.
dan terpadu oleh penentu kebijakan melalui penyuluhan, diet, 12. Karmel NM, Badawy YA, El-Zeiny NA, Merdan IA.
olahraga dan obat-obatan pada penderita DM agar kadar Sociodemographic determinants of management behavior of dia-

Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 9, September 2009 423


Faktor yang Berhubungan dengan Pengendalian Gula Darah pada Penderita Diabetes Mellitus

betic patients. Eastern Mediterranean Health J. 1999;5:967-973. 14. Susman JL, Helseth LD. Reducing the complications of type 2
13. Jackson, Edelman D, Weinberger M. Primary care research. Jour- diabetes: A patient centre approach. Am Fam Physician. 1997;
nal of General Internal Medicine. 2006;21:1050-6. 56:471-80.
EV

424 Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 9, September 2009

Anda mungkin juga menyukai