LBP Jadi
LBP Jadi
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Low Back Pain (LBP) atau Nyeri Punggung Bawah (NPB) adalah
suatu gejala dan bukan merupakan suatu diagnosis. Pada beberapa kasus
gejalanya sesuai dengan diagnosis patologisnya dengan ketepatan yang
tinggi, namun sebagian besar kasus, diagnosisnya tidak pasti dan
berlangsung lama (Wagiu, 2012). LBP atau NPB merupakan salah satu
masalah kesehatan yang sering dijumpai di masyarakat. World Health
Organization (WHO) menyatakan kira-kira 150 jenis gangguan
muskuloskeletal di derita oleh ratusan juta manusia yang menyebabkan
nyeri dan inflamasi yang sangat lama serta disabilitas atau keterbatasan
fungsional, sehingga menyebabkan gangguan psikologik dan sosial
penderita. Nyeri yang diakibatkan oleh gangguan tersebut salah satunya
adalah keluhan nyeri punggung bawah yang merupakan keluhan paling
banyak ditemukan diantara keluhan nyeri yang lain. Laporan ini
berhubungan dengan penetapan dekade 2000-2010 oleh WHO sebagai
dekade tulang dan persendian (Bone and Joint Decade 2000-2010),
dimana penyakit gangguan musculoskeletal telah menjadi masalah yang
banyak dijumpai di pusat-pusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia
(WHO, 2003).
LBP merupakan keluhan yang spesifik dan paling banyak
dikonsultasikan pada dokter umum. Hampir 70%-80% penduduk negara
maju pernah mengalaminya. LBP merupakan masalah kesehatan yang
paling penting di semua negara. Prevalensi sepanjang hidup (lifetime)
populasi dewasa sekitar 70% dan prevalensi dalam 1 tahun antara 15-45%,
dengan puncak prevalensi terjadi pada usia 35 dan 55 tahun. Kebanyakan
LBP akut bersifat self limiting dan hanya 2-7% yang menjadi kronis
(Jalaluddin, 2008)
Di negara maju seperti di Amerika Serikat prevalensinya dalam
satu tahun berkisar antara 15%-20%, sedangkan berdasarkan kunjungan
pasien ke dokter adalah 14,3% (Meliawan, 2009). Dalam satu tahun
terdapat lebih dari 500.000 kasus nyeri punggung bagian bawah dan dalam
5 tahun angka insiden naik sebanyak 59%. Prevalensi pertahun mencapai
15 - 45% dengan titik prevalensi 30%. Sebanyak 80-90% kasus LBP akan
sembuh dengan sendirinya selama 2 minggu. Dari 500.000 kasus tersebut
85% penderitanya adalah usia 18-56 tahun (Wheeler, 2013). Di Swedia,
LBP adalah penyebab tersering penyakit kronis pada usia kurang dari 65
tahun dan peringkat kedua setelah penyakit vaskuler pada usia 65 tahun
keatas (Kim, 2005). LBP merupakan salah satu masalah sosial utama
ekonomi utama di Inggris karena 13% alasan seseorang tidak masuk
bekerja disebabkan karena LBP. Insidensi setiap tahun pada orang dewasa
mencapai 45% dan paling banyak menyerang usia 35-55 tahun (Amroisa,
2006).
Kelompok Studi Nyeri (Pokdi Nyeri) Persatuan Dokter Spesialis
Saraf Indonesia (PERDOSSI) melakukan penelitian pada bulan Mei 2002
di 14 rumah sakit pendidikan, dengan hasil menunjukkan bahwa jumlah
penderita nyeri sebanyak 4456 orang (25% dari total kunjungan), 1598
orang (35,86%) merupakan penderita nyeri kepala dan 819 orang (18,37%)
adalah penderita LBP (Meliala, 2003). Sementara di Indonesia walaupun
data epidemiologik mengenai LBP belum ada namun diperkirakan 40%
penduduk Jawa Tengah berusia antara 65 tahun pernah menderita nyeri
punggung dan prevalensinya pada laki-laki 18,2% dan pada perempuan
13,6% (Meliawan, 2009).
LBP merupakan salah satu keluhan yang dapat menurunkan
produktivitas kerja manusia (Suharto, 2005). LBP jarang fatal namun nyeri
yang dirasakan dapat membuat penderita mengalami penurunan
kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari, problema kesehatan kerja,
dan banyak kehilangan jam kerja pada usia produktif maupun usia lanjut,
sehingga merupakan alasan terbanyak dalam mencari pengobatan
(Yudiyanta, 2007).
B. Rumusan Masalah
A. Apa yang dimaksud dengan Low Back Pain?
B. Apa saja klasifikasi dari Low Back Pain?
C. Bagaimana epidemiologi dari Low Back Pain?
D. Apa penyebab dari penyakit Low Back Pain?
E. Bagaimana Patofisiologi Low Back Pain?
F. Apa saja Faktor Risiko yang disebabkan oleh Low Back Pain?
G. Bagaimana diagnosis yang muncul dari Low Back Pain?
H. Pemeriksaan fisik apa saja yang dapat dilakukan pada Low Back Pain?
I. Pemeriksaan penunjang apa saja yang dapat dilakukan pada Low Back
Pain?
J. Bagaimana penatalaksanaan dari Low Back Pain?
K. Apa saja pencegahan yang bisa dilakukan pada penyakit Low Back
Pain?
L. Diagnosa keperawatan apasaja yang dapat muncul pada Low Back
Pain?
M. Bagaimana intervensi yang dapat dilakukan pada penyakit ini?
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu memahami tentang penyakit Low Back Pain
2. Tujuan khusus
a. Untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah 2.
b. Mahasiswa diharapkan dapat :.
- Mengetahui dan memahami tentang Low Back Pain.
- Mengetahui mengenai klasifikasi dari Low Back Pain.
- Memahami epidemiologi dari Low Back Pain.
- Mengetahui penyebab dari penyakit Low Back Pain.
- Mampu memahami mengenai Patofisiologi Low Back
Pain.
- Mengetahui Faktor Risiko yang disebabkan oleh Low
Back Pain.
- Mengetahui diagnosis yang muncul dari Low Back
Pain.
- Mengetahui Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan
pada Low Back Pain.
- Mengetahui Pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan pada Low Back Pain.
- Dapat mengetahui penatalaksanaan dari Low Back
Pain.
- Memahami pencegahan yang dilakukan pada penyakit
Low Back Pain
- Mengetahui Diagnosa keperawatan yang dapat muncul
pada Low Back Pain.
- Mengetahui intervensi yang dapat dilakukan pada
penyakit Low Back Pain.
BAB II
PEMBAHASAN
Low back pain (LBP) adalah nyeri di daerah punggung antara sudut
bawah kosta (tulang rusuk) sampai lumbosakral (sekitar tulang ekor). Nyeri
juga bisa menjalar ke daerah lain seperti punggung bagian atas dan pangkal
paha (Rakel, 2002). LBP atau nyeri punggung bawah merupakan salah satu
gangguan muskuloskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang
baik (Maher, Salmond & Pellino, 2002).
B. Klasifikasi
1. Acute Low Back Pain
Acute low back pain ditandai dengan rasa nyeri yang menyerang
secara tiba-tiba dan rentang waktunya hanya sebentar, antara beberapa hari
sampai 6 minggu. Rasa nyeri ini dapat hilang atau sembuh. Acute low back
pain dapat disebabkan karena luka traumatik seperti kecelakaan mobil atau
terjatuh, rasa nyeri dapat hilang sesaat kemudian. Kejadian tersebut selain
dapat merusak jaringan, juga dapat melukai otot, ligamen dan tendon. Pada
kecelakaan yang lebih serius, fraktur tulang pada daerah lumbal dan spinal
dapat masih sembuh sendiri. Sampai saat ini penatalaksanan awal nyeri
pinggang akut terfokus pada istirahat dan pemakaian analgesik.
2. Chronic Low Back Pain
Rasa nyeri pada chronic low back pain bisa menyerang lebih dari 3
bulan. Rasa nyeri ini dapat berulang-ulang atau kambuh kembali. Fase ini
biasanya memiliki onset yang berbahaya dan sembuh pada waktu yang
lama. Chronic low back pain dapat terjadi karena osteoarthritis,
rheumatoidarthritis, proses degenerasi discus intervertebralis dan tumor.
C. Epidemiologi
85% pasien LBP tidak dapat diketahui diagnosis letak pasti
patoanatominya. Hubungan antara gejala dan pencitraan juga lemah.
Sehingga istilah nonspesifik sering diapakai seperti strain, sprain, atau
degenerative processes. LBP mempengaruhi pria dan wanita sama banyak
dan onset tersering pada usia 30-50 tahun. LBP menjadi penyebab work-
related disability orang berusia <45 tahun dan penyebab termahal jaminan
kesehatan pekerja dalam work-related disability.
D. Etiologi
Berdasarkan organ yang mendasari, Low Back Pain dapat dibagi menjadi :
a) LBP Viserogenik
Disebabkan oleh adanya proses patologik di ginjal atau visera
didaerah pelvis, serta tumor retroperitoneal. Nyeri yang dirasakan tidak
bertambah berat dengan aktivitas tubuh, juga tidak berkurang dengan
istirahat. Penderita LBP viserogenik yang mengalami neri hebat akan
selalu menggeliat untuk mengurangi nyeri, sedang penderita LBP
spondilogenik akan lebih memilih berbaring diam dalam posisi tertentu
untuk menghilangkan nyerinya.
b) LBP vaskulogenik
Aneurisma atau penyakit vaskuler perifer dapat menimbulkan nyeri
punggung atau nyeri menyerupai iskialgia. Insufisiensi arteria glutealis
superior dapat menimbulkan nyeri di daerah bokong, yang makin
memberat saat jalan dan mereda saat berdiri. Nyeri dapat menjalar ke
bawah sehingga sangat mirip dengan iskialgia, tetapi rasa nyeri ini tidak
terpengaruh oleh presipitasi tertentu misalnya: membungkuk, mengangkat
benda berat yang mana dapat menimbulkan tekanan sepanjang kolumna
vertebralis. Klaudikatio intermitten nyerinya menyerupai iskialgia yang
disebabkan oleh iritasi radiks.
c) LBP neurogenik
1. Neoplasma:
Rasa nyeri timbul lebih awal dibanding gangguan motorik, sesibilitas
dan vegetatif. Rasa nyeri sering timbul pada waktu sedang tidur
sehingga membangunkan penderita. Rasa nyeri berkurang bila
penderita berjalan.
2. Araknoiditis:
Pada keadaan ini terjadi perlengketan perlengketan. Nyeri timbul
bila terjadi penjepitan terhadap radiks oleh perlengketan tersebut
3. Stenosis kanalis spinalis:
Penyempitan kanalis spinalis disebabkan oleh proses degenerasi discus
intervertebralis dan biasanya disertai ligamentum flavum. Gejala klinis
timbulnya gejala klaudicatio intermitten disertai rasa kesemutan dan
nyeri tetap ada walaupun penderita istirahat.
d) LBP spondilogenik
o Nyeri yang disebabkan oleh berbagai proses patologik di kolumna
vertebralis yang terdiri dari osteogenik, diskogenik, miogenik dan
proses patologik di artikulatio sacroiliaka.
e) LBP psikogenik
o Biasanya disebabkan oleh ketegangan jiwa atau kecemasan dan
depresi atau campuran keduanya.
f) LBP osteogenik
o Radang atau infeksi misalnya osteomielitis vertebral dan spondilitis
tuberculosa, trauma yang dapat mengakibatkan fraktur maupun
spondilolistesis, keganasan, kongenital misalnya scoliosis lumbal,
nyeri yang timbul disebabkan oleh iritasi dan peradangan selaput
artikulasi posterior satu sisi, metabolik misalnya osteoporosis,
osteofibrosis, alkaptonuria, hipofosfatemia familial.
g) LBP diskogenik
1. Spondilosis
Proses degenerasi yang progresif pada discus intervertebralis, sehingga
jarak antar vertebra menyempit, menyebabkan timbulnya osteofit,
penyempitan kanalis spinalis dan foramen intervertebrale dan iritasi
persendian posterior. Rasa nyeri disebabkan oleh terjadinya
osteoarthritis dan tertekannya radiks oleh kantong duramater yang
mengakibatkan iskemi dan radang. Gejala neurologik timbul karena
gangguan pada radiks yaitu: gangguan sensibilitas dan motorik
(paresis, fasikulasi dan atrofi otot). Nyeri akan bertambah apabila
tekanan LCS dinaikkan dengan cara penderita disuruh mengejan
(percobaan valsava) atau dengan menekan kedua venajugularis
(percobaan Naffziger).
2. Hernia nucleus pulposus (HNP):
Keadaan dimana nucleus pulposus keluar menonjol untuk kemudian
menekan kearah kanalis spinalis melalui annulus fibrosus yang robek.
Dasar terjadinya HNP yaitu degenerasi discus intervertebralis. Pada
umumnya HNP didahului oleh aktivitas yang berlebihan misalnya
mengangkat benda berat, mendorong barang berat. HNP lebih banyak
dialami oleh laki laki dibanding wanita. Gejala pertama yang timbul
yaitu rasa nyeri di punggung bawah disertai nyeri di otot otot sekitar
lesi dan nyeri tekan ditempat tersebut. Hal ini disebabkan oleh spasme
otot otot tersebut dan spasme ini menyebabkan berkurangnya
lordosis lumbal dan terjadi scoliosis. HNP sentral menimbulkan
paraparesis flaksid, parestesia dan retensi urin. HNP lateral
kebanyakan terjadi pada L5-S1 dan L4-L5. pada HNP lateral L5-S1
rasa nyeri terdapat dipunggung bawah, ditengah tengah antara kedua
bokong dan betis, belakang tumit dan telapak kaki. Kekuatan ekstensi
jari V kaki juga berkurang dan reaksi achilles negative. Pada HNP
lateral L4-L5 rasa nyeri dan nyeri tekan didapatkan di punggung
bawah, bagian lateral bokong, tungkai bawah bagian lateral, dan di
dorsum pedis. Kekuatan ekstensi ibu jari kaki berkurang dan refleks
patella negative. Sensibilitas pada dermatom yang sesuai dengan radiks
yang terkena, menurun. Pada tes lasegue akan dirasakan nyeri di
sepanjang bagian belakang. Percobaan valsava dan naffziger akan
memberikan hasil positif.
3. Spondilitis ankilosa:
Proses ini mulai dari sendi sakroiliaka yang kemudian menjalar keatas,
ke daerah leher. Gejala permulaan berupa rasa kaku dipunggung bawah
waktu bangun tidur dan hilang setelah mengadakan gerakan. Pada foto
roentgen terlihat gambaran yang mirip dengan ruas ruas bamboo
sehingga disebut bamboo spine.
h) LBP miogenik
1. Ketegangan otot
sikap tegang yang berulang ulang pada posisi yang sama akan
memendekkan otot yang akhirnya akan menimbulkan rasa nyeri. Rasa
nyeri timbul karena iskemia ringan pada jaringan otot, regangan yang
berlebihan pada perlekatan miofasialterhadap tulang, serta regangan
pada kapsula.
2. Spasme otot atau kejang otot
Disebabkan oleh gerakan yang tiba tiba dimana jaringan otot
sebelumnya dalam kondisi yang tegang atau kaku atau kurang
pemanasan. Gejalanya yaitu adanya kontraksi otot yang disertai
dengan nyeri yang hebat. Setiap gerakan akan memperberat rasa nyeri
sekaligus menambah kontraksi.
3. Defisiensi otot
Disebabkan oleh kurang latihan sebagai akibat dari mekanisasi yang
berlebihan, tirah baring yang terlalu lama maupun karena imobilisasi.
4. Otot yang hipersensitif
Menciptakan suatu daerah yang apabila dirangsang akan menimbulkan
rasa nyeri dan menjalar ke daerah tertentu.
E. Patofisiologi
Kolumna vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah batang elastis
yang tersusun atas banyak unit rigid (vertebrae) dan unit fleksibel (diskus
intervertebralis) yang diikat satu sama lain oleh kompleks sendi faset,
berbagai ligamen dan otot paravertebralis. Konstruksi punggung yang unik
tersebut memungkinkan fleksibelitas sementara disisi lain tetap dapat
memberikan perlindungan yang maksimal terhadap sumsum tulang
belakang. Lengkungan tulang belakang akan menyerap goncangan vertikal
pada saat berlari dan melompat. Batang tubuh membantu menstabilkan
tulang belakang. Otot-otot abdominal dan toraks sangat penting pada
aktivitas mengangkat beban. Bila tidak pernah dipakai akan melemahkan
struktur pendukung ini.
Mengangkat beban berat pada posisi membungkuk menyamping
menyebabkan otot tidak mampu mempertahankan posisi tulang belakang
thorakal dan lumbal, sehingga pada saat facet joint lepas dan disertai
tarikan dari samping, terjadi gesekan pada kedua permukaan facet joint
menyebabkan ketegangan otot di daerah tersebut yang akhirnya
menimbulkan keterbatasan gesekan pada tulang belakang. Obesitas,
masalah postur, masalah struktur, dan perengangan berlebihan pendukung
tulang dapat berakibat nyeri punggung.
Diskus intervertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika usia
bertambah tua. Pada orang muda, diskus terutama tersusun atas
fibrokartilago dengan matrik gelatinus. Pada lansia akan menjadi
fibrokartilago yang padat dan tak teratur.
Diskus lumbal bawah, L4-L5 dan L5-S1, menderita stress mekanis
paling berat dan perubahan degenerasi terberat. Penonjolan faset akan
mengakibatkan penekanan pada akar saraf ketika keluar dari kanalis
spinalis, yang menyebabkan nyeri menyebar sepanjang saraf tersebut.
F. Faktor Risiko
Faktor risiko terjadinya Low Back Pain adalah sebagai berikut :
1. Usia
Secara teori, nyeri pinggang atau LBP dapat dialami oleh siapa saja, pada
umur berapa saja. Namun demikian keluhan ini jarang dijumpai pada
kelompok umur 0-10 tahun, hal ini mungkin berhubungan dengan beberapa
faktor etiologik tertentu yag lebih sering dijumpai pada umur yang lebih tua.
Biasanya nyeri ini mulai dirasakan pada mereka yang berumur dekade kedua
dan insiden tertinggi dijumpai pada dekade kelima. Bahkan keluhan nyeri
pinggang ini semakin lama semakin meningkat hingga umur sekitar 55 tahun.
2. Jenis Kelamin
Laki-laki dan perempuan memiliki risiko yang sama terhadap keluhan nyeri
pinggang sampai umur 60 tahun, namun pada kenyataannya jenis kelamin
seseorang dapat mempengaruhi timbulnya keluhan nyeri pinggang, karena
pada wanita keluhan ini lebih sering terjadi misalnya pada saat mengalami
siklus menstruasi, selain itu proses menopause juga dapat menyebabkan
kepadatan tulang berkurang akibat penurunan hormon estrogen sehingga
memungkinkan terjadinya nyeri pinggang.
3. Faktor Indeks Massa Tubuh
Pada orang yang memiliki berat badan yang berlebih risiko timbulnya nyeri
pinggang lebih besar, karena beban pada sendi penumpu berat badan akan
meningkat, sehingga dapat memungkinkan terjadinya nyeri pinggang.
Tinggi badan berkaitan dengan panjangnya sumbu tubuh sebagai lengan
beban anterior maupun lengan posterior untuk mengangkat beban tubuh.
4. Pekerjaan
Keluhan nyeri ini juga berkaitan erat dengan aktivitas mengangkat beban
berat, sehingga riwayat pekerjaan sangat diperlukan dalam penelusuran
penyebab serta penanggulangan keluhan ini. Pada pekerjaan tertentu, misalnya
seorang kuli pasar yang biasanya memikul beban di pundaknya setiap hari.
Mengangkat beban berat lebih dari 25 kg sehari akan memperbesar resiko
timbulnya keluhan nyeri pinggang.
5. Aktivitas atau Olahraga
Sikap tubuh yang salah merupakan penyebab nyeri pinggang yang sering
tidak disadari oleh penderitanya. Terutama sikap tubuh yang menjadi
kebiasaan. Kebiasaan seseorang, seperti duduk, berdiri, tidur, mengangkat
beban pada posisi yang salah dapat menimbulkan nyeri pinggang, misalnya,
pada pekerja kantoran yang terbiasa duduk dengan posisi punggung yang
tidak tertopang pada kursi, atau seorang mahasiswa yang seringkali
membungkukkan punggungnya pada waktu menulis. Posisi berdiri yang salah
yaitu berdiri dengan membungkuk atau menekuk ke muka. Posisi tidur yang
salah seperti tidur pada kasur yang tidak menopang spinal. Kasur yang
diletakkan di atas lantai lebih baik daripada tempat tidur yang bagian
tengahnya lentur. Posisi mengangkat beban dari posisi berdiri langsung
membungkuk mengambil beban merupakan posisi yang salah, seharusnya
beban tersebut diangkat setelah jongkok terlebih dahulu.
6. Faktor Risiko Lain
Kondisi kesehatan yang buruk, masalah psikologik dan psikososial, artritis
degeneratif, merokok, skoliosis mayor (kurvatura >80o), obesitas, tinggi
badan yang berlebihan, hal yang berhubungan pekerjaan seperti duduk dan
mengemudi dalam waktu lama, duduk atau berdiri berjam-jam (posisi tubuh
kerja yang statik), getaran, mengangkat, membawa beban, menarik beban,
membungkuk, memutar, dan kehamilan.
Merokok meningkatkan resiko terjadinya nyeri pinggang bawah pada usia
muda dengan odds ratio 2,4 95% CI 1,3-6,0.
G. Diagnosis
Anamnesis
Nyeri pinggang bawah dapat dibagi dalam 6 jenis nyeri, yaitu:
a) Nyeri pinggang lokal
Jenis ini paling sering ditemukan. Biasanya terdapat di garis tengah
dengan radiasi ke kanan dan ke kiri. Nyeri ini dapat berasal dari bagian-
bagian di bawahnya seperti fasia, otot-otot paraspinal, korpus vertebra, sendi
dan ligamen.
b) Iritasi pada radiks
Rasa nyeri dapat berganti-ganti dengan parestesi dan dirasakan pada
dermatom yang bersangkutan pada salah satu sisi badan. Kadang-kadang
dapat disertai hilangnya perasaan atau gangguan fungsi motoris. Iritasi dapat
disebabkan oleh proses desak ruang pada foramen vertebra atau di dalam
kanalis vertebralis.
c) Nyeri rujukan somatis
Iritasi serabut-serabut sensoris dipermukaan dapat dirasakan lebih dalam
pada dermatom yang bersangkutan. Sebaliknya iritasi di bagian-bagian dalam
dapat dirasakan di bagian lebih superfisial.
d) Nyeri rujukan viserosomatis
Adanya gangguan pada alat-alat retroperitonium, intraabdomen atau dalam
ruangan panggul dapat dirasakan di daerah pinggang.
e) Nyeri karena iskemia
Rasa nyeri ini dirasakan seperti rasa nyeri pada klaudikasio intermitens
yang dapat dirasakan di pinggang bawah, di gluteus atau menjalar ke paha.
Dapat disebabkan oleh penyumbatan pada percabangan aorta atau pada arteri
iliaka komunis.
f) Nyeri psikogen
Rasa nyeri yang tidak wajar dan tidak sesuai dengan distribusi saraf dan
dermatom dengan reaksi wajah yang sering berlebihan.
H. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik secara
komprehensif pada pasien dengan
nyeri punggung meliputi evaluasi
sistem neurologi dan muskuloskeltal. Pemeriksaan neurologi meliputi evaluasi
sensasi tubuh bawah, kekuatan dan refleks-refleks.
a) Inspeksi :
o Pemeriksaan fisik dimulai dengan inspeksi dan bila pasien tetap berdiri
dan menolak untuk duduk, maka sudah harus dicurigai adanya suatu
herniasi diskus.
o Gerakan aktif pasien harus dinilai, diperhatikan gerakan mana yang
membuat nyeri dan juga bentuk kolumna vertebralis, berkurangnya
lordosis serta adanya skoliosis. Berkurang sampai hilangnya lordosis
lumbal dapat disebabkan oleh spasme otot paravertebral.
o Gerakan-gerakan yang perlu diperhatikan pada penderita:
Keterbatasan gerak pada salah satu sisi atau arah.
Ekstensi ke belakang (back extension) seringkali menyebabkan
nyeri pada tungkai bila ada stenosis foramen intervertebralis di
lumbal dan artritis lumbal, karena gerakan ini akan menyebabkan
penyempitan foramen sehingga menyebabkan suatu kompresi pada
saraf spinal.
Fleksi ke depan (forward flexion) secara khas akan menyebabkan
nyeri pada tungkai bila ada HNP, karena adanya ketegangan pada
saraf yang terinflamasi diatas suatu diskus protusio sehingga
meninggikan tekanan pada saraf spinal tersebut dengan jalan
meningkatkan tekanan pada fragmen yang tertekan di sebelahnya
(jackhammer effect).
b) Palpasi :
o Adanya nyeri (tenderness) pada kulit bisa menunjukkan adanya
kemungkinan suatu keadaan psikologis di bawahnya (psychological
overlay).
o Kadang-kadang bisa ditentukan letak segmen yang menyebabkan nyeri
dengan menekan pada ruangan intervertebralis.
o Pada spondilolistesis yang berat dapat diraba adanya ketidak-rataan
(step-off) pada palpasi di tempat/level yang terkena.
o Penekanan dengan jari jempol pada prosesus spinalis dilakukan untuk
mencari adanya fraktur pada vertebra.
o Pemeriksaan fisik yang lain memfokuskan pada kelainan neurologis.
o Harus dicari pula refleks patologis seperti babinski, terutama bila ada
hiperefleksia yang menunjukkan adanya suatu gangguan upper motor
neuron (UMN). Dari pemeriksaan refleks ini dapat membedakan akan
kelainan yang berupa UMN atau LMN.
c) Pemeriksaaan Motorik
o Harus dilakukan dengan seksama dan harus dibandingkan kedua sisi
untuk menemukan abnormalitas motoris.
o Pemeriksaan yang dilakukan meliputi :
Berjalan dengan menggunakan tumit.
Berjalan dengan menggunakan jari atau berjinjit.
Jongkok dan gerakan bertahan ( seperti mendorong tembok )
d) Pemeriksaan Sensorik
o Pemeriksaan sensorik akan sangat subjektif karena membutuhkan
perhatian dari penderita dan tak jarang keliru
o Nyeri dalam otot.
o Rasa gerak.
e) Refleks
o Refleks yang harus di periksa adalah refleks di daerah Achilles dan
Patella, respon dari pemeriksaan ini dapat digunakan untuk
mengetahui lokasi terjadinya lesi pada saraf spinal.
Special Test
o Tes Lasegue:
Mengangkat tungkai dalam keadaan ekstensi. Positif bila pasien
tidak dapatmengangkat tungkai kurang dari 60 dan nyeri
sepanjang nervus ischiadicus. Rasa nyeri dan terbatasnya
gerakan sering menyertai radikulopati, terutama pada herniasi
discus lumbalis / lumbo-sacralis.
I. Pemeriksaan Penunjang
a) Laboratorium:
Pada pemeriksaan laboratorium rutin penting untuk melihat; laju endap
darah (LED), kadar Hb, jumlah leukosit dengan hitung jenis, dan fungsi
ginjal.
b) Pungsi Lumbal (LP) :
LP akan normal pada fase permulaan prolaps diskus, namun belakangan
akan terjadi transudasi dari low molecular weight albumin sehingga
terlihat albumin yang sedikit meninggi sampai dua kali level normal.
c) Pemeriksaan Radiologis :
Foto polos sering terlihat normal atau kadang-kadang dijumpai
penyempitan ruangan intervertebral, spondilolistesis, perubahan
degeneratif, dan tumor spinal. Penyempitan ruangan intervertebral
kadang-kadang terlihat bersamaan dengan suatu posisi yang tegang
dan melurus dan suatu skoliosis akibat spasme otot paravertebral.
CT scan adalah sarana diagnostik yang efektif bila vertebra dan level
neurologis telah jelas dan kemungkinan karena kelainan tulang.
Mielografi berguna untuk melihat kelainan radiks spinal, terutama pada
pasien yang sebelumnya dilakukan operasi vertebra atau dengan alat
fiksasi metal. CT mielografi dilakukan dengan suatu zat kontras
berguna untuk melihat dengan lebih jelas ada atau tidaknya kompresi
nervus atau araknoiditis pada pasien yang menjalani operasi vertebra
multipel dan bila akan direncanakan tindakan operasi terhadap stenosis
foraminal dan kanal vertebralis.
MRI (akurasi 73-80%) biasanya sangat sensitif pada HNP dan akan
menunjukkan berbagai prolaps. Namun para ahli bedah saraf dan ahli
bedah ortopedi tetap memerlukan suatu EMG untuk menentukan diskus
mana yang paling terkena. MRI sangat berguna bila:
vertebra dan level neurologis belum jelas
kecurigaan kelainan patologis pada medula spinal atau jaringan
lunak
untuk menentukan kemungkinan herniasi diskus post operasi
kecurigaan karena infeksi atau neoplasma
Mielografi atau CT mielografi dan atau MRI adalah alat diagnostik
yang sangat berharga pada diagnosis LBP dan diperlukan oleh ahli bedah
saraf atau ortopedi untuk menentukan lokalisasi lesi pre-operatif dan
menentukan adakah adanya sekwester diskus yang lepas dan mengeksklusi
adanya suatu tumor. Diskus prolaps pada mielografi 25% negatif palsu dan
10% positif palsu (akurasi 67%).
Diskografi dapat dilakukan dengan menyuntikkan suatu zat kontras ke
dalam nukleus pulposus untuk menentukan adanya suatu annulus
fibrosus yang rusak, dimana kontras hanya bisa penetrasi/menembus
bila ada suatu lesi. Dengan adanya MRI maka pemeriksaan ini sudah
tidak begitu populer lagi karena invasif.
Elektromiografi (EMG) :
Pemeriksaan elektrofisiologis/neurofisiologis sangat berguna pada
diagnosis sindroma radiks. Pemeriksaan EMG dilakukan untuk :
Menentukan level dari iritasi atau kompresi radiks
Membedakan antara lesi radiks dengan lesi saraf perifer
Membedakan adanya iritasi atau kompresi radiks
Elektroneurografi (ENG)
Pada elektroneurografi dilakukan stimulasi listrik pada suatu saraf
perifer tertentu sehingga kecepatan hantar saraf (KHS) motorik dan
sensorik (Nerve Conduction Velocity/NCV) dapat diukur, juga dapat
dilakukan pengukuran dari refleks dengan masa laten panjang seperti F-
wave dan H-reflex. Pada gangguan radiks, biasanya NCV normal,
namun kadang-kadang bisa menurun bila telah ada kerusakan akson dan
juga bila ada neuropati secara bersamaan
Potensial Cetusan Somatosensorik (Somato-Sensory Evoked
Potentials/SSEP)
Kadang-kadang pemeriksaan SSEP diperlukan untuk membuat
diagnosis lesi-lesi yang lebih proksimal sepanjang jaras-jaras
somatosensorik.
Semua tes mempunyai hasil yang positif palsu dan negatif palsu
serta penggunaan tes diagnostik lebih dari satu akan mempertajam akurasi
diagnostik.
Harus diingat bahwa seluruh pemeriksaan tambahan ini dilakukan
dalam kerangka pemeriksaan klinis neurologis dan harus dievaluasi
sebagai suatu kesatuan yang menyeluruh sehingga sampai pada suatu
kesimpulan diagnosis yang akurat sehingga tindakan pembedahan yang
berlebihan dapat dicegah.
J. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Low Back Pain Akut
Sebagian besar pasien dapat diatasi secara efektif dengan
kombinasi dari pemberian informasi, saran, analgesia, dan jaminan
yang tepat. Pasien juga harus disemangati untuk segera kembali
bekerja. Penjelasan dan saran dapat juga dalam bentuk tertulis.
Kronisitas low back pain dapat dihindari dengan: memperhatikan aspek
psikologis gejala yang ada, menghindari pemeriksaan yang tidak perlu
dan berlebihan, menghindari penatalaksanaan yang tidak konsisten,
serta memberikan saran untuk mencegah rekurensi (seperti:
menghindari pengangkatan beban yang berat).
Faktor yang berhubungan dengan hasil dan kronisitas low back
pain :
Distress: reaksi depresif, ketidakberdayaan.
Pemahaman tentang nyeri dan disabilitas: rasa takut dan
kesalahpahaman tentang nyeri.
Faktor perilaku: menghindari gerakan-gerakan yang
memperberat.
(Deyo&Weinstein,
2001)
K. Pencegahan
Low back pain (LBP) merupakan permasalah yang sering muncul dalam
suatu asuhan keperawatan dengan gejala umum yang terasa pada bagian
lumbo-sacral, otot gluteal, paha dan sering kali pada ekstremitas bawah.
Ketika karakteristik gejala low back pain muncul maka diperlukan
pengangkatan suatu diagnosa dan bagaimana penanganannya yang tepat.
Hampir dari 90 % penduduk pernah mengalami LBP dalam siklus
kehidupannya dan LBP merupakan keluhan nomor dua yang sering muncul
setelah keluhan pada gangguan system pernafasan. Terdapat hasil penelitian
yang menyebutkan bahwa hampir 48% klien dengan LBP tidak diketemukan
penyebabnya yang jelas. Croft juga menyebutkan bahwa 90 % klien dengan
LBP menghentikan pengobatannya setelah 3 bulan pengobatan walaupun
nyerinya masih terasa.
Umumnya LBP berhubungan dengan peregangan ligament dan otot yang
diakibatkan dari mekanik tubuh yang salah saat mengangkat sesuatu. Faktor
resiko untuk mengalami LBP adalah berat badan berlebih, memiliki postur
dan memiliki kekuatan otot perut yang buruk. Berikut ini akan diuraikan cara
pencegahan terjadinya low back pain dan cara mengurangi nyeri apabila LBP
telah terjadi.
Latihan Punggung Setiap Hari
1. Berbaringlah terlentang pada lantai atau matras yang keras. Tekukan satu
lutut dan gerakkanlah menuju dada lalu tahan beberapa detik. Kemudian
lakukan lagi pada kaki yang lain. Lakukanlah beberapa kali.
2. Berbaringlah terlentang dengan kedua kaki ditekuk lalu luruskanlah ke
lantai. Kencangkanlah perut dan bokong lalu tekanlah punggung ke lantai,
tahanlah beberapa detik kemudian relaks. Ulangi beberapa kali.
3. Berbaring terlentang dengan kaki ditekuk dan telapak kaki berada flat di
lantai. Lakukan sit up parsial, dengan melipatkan tangan di tangan dan
mengangkat bahu setinggi 6 -12 inci dari lantai. Lakukan beberapa kali.
Berhati-Hatilah Saat Mengangkat
1. Gerakanlah tubuh kepada barang yang akan diangkat sebelum
mengangkatnya.
2. Tekukan lutut , bukan punggung, untuk mengangkat benda yang lebih
rendah
3. Peganglah benda dekat perut dan dada
4. Tekukan lagi kaki saat menurunkan benda
5. Hindari memutarkan punggung saat mengangkat suatu benda
Lindungi Punggung Saat Duduk dan Berdiri
1. Hindari duduk di kursi yang empuk dalam waktu lama
2. Jika memerlukan waktu yang lama untuk duduk saat bekerja, pastikan
bahwa lutut sejajar dengan paha. Gunakan alat Bantu (seperti
ganjalan/bantalan kaki) jika memang diperlukan.
3. Jika memang harus berdiri terlalu lama, letakkanlah salah satu kaki pada
bantalan kaki secara bergantian. Berjalanlah sejenak dan mengubah posisi
secara periodic.
4. Tegakkanlah kursi mobil sehingga lutut daapt tertekuk dengan baik tidak
teregang.
5. Gunakanlah bantal di punggung bila tidak cukup menyangga pada saat
duduk dikursi
Tetaplah Aktif dan Hidup Sehat
1. Berjalanlah setiap hari dengan menggunakan pakaian yang nyaman dan
sepatu berhak rendah
2. Makanlah makanan seimbang, diit rendah lemak dan banyak
mengkonsumi sayur dan buah untuk mencegah konstipasi.
3. Tidurlah di kasur yang nyaman.
4. Hubungilah petugas kesehatan bila nyeri memburuk atau terjadi trauma.
(Deyo&Weinstein,2001).
L. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan Low
Back Pain adalah :
1) Nyeri akut b.d agen injuri (fisik muskuloskeletal) dan system syaraf
vascular)
2) Kerusakan mobilitas fisik b.d nyeri, kerusakan muskula skeletal,
kekakuan sendi, kontraktur)
3) Gangguan pola tidur b.d nyeri, tidak nyaman
M. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawatan
1. Nyeri akut b/d agen Setelah dilakukan Manajemen nyeri (1400)
injuri (fisik, kelainan tindakan keperawatan 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
muskulo skeletal dan selama x 24 jam nyeri kom-prehensif (lokasi, karateristik,
system syaraf berkurang / hilang durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor
vaskuler dengan kriteria : presipitasi).
2. Observasi reaksi non verbal dari
Batasan Tingkat nyeri (2102) ketidaknyamanan.
karakteristik : 1. Melaporkan nyeri 3. Gunakan teknik komunikasi terapetik
1. Verbal ber-kurang / hilang untuk mengetahui pengalaman nyeri
Menarik nafas pan- 2. Frekuensi nyeri klien.
jang, merintih berku-rang / hilang 4. Kaji kultur / budaya yang
Mengeluh nyeri 3. Lama nyeri mempengaruhi respon nyeri.
2. Motorik berkurang 5. Evaluasi pengalaman nyeri masa
Menyeringaikan 4. Ekspresi oral lampau.
wajah. berkurang / hilang 6. Evaluasi bersama klien dan tim
A. Kesimpulan
Low back pain (LBP) adalah nyeri di daerah punggung antara sudut
bawah kosta (tulang rusuk) sampai lumbosakral (sekitar tulang ekor). Nyeri
juga bisa menjalar ke daerah lain seperti punggung bagian atas dan pangkal
paha (Rakel, 2002). LBP atau nyeri punggung bawah merupakan salah satu
gangguan muskuloskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang
baik (Maher, Salmond & Pellino, 2002). Klasifikasi LBP ada 2 yaitu Acute
Low Back Pain dan Chronic Low Back Pain.
B. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi
pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih terdapat banyak kekurangan
dan kelemahan, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan
kritik dan saran yang membangun kepada penulis untuk perbaikan makalah
selanjutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga
para pembaca yang budiman pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Deyo & Weinstein. 2001. Low Back Pain. N Engl J Med, Vol. 344, No. 5
Low Back Pain. 2012. Clinical Practice Guidelines Linked to the International
Classification of Functioning, Disability, and Health from the Orthopaedic
Section of the American Physical Therapy Association. J Orthop Sports Phys
Ther. 2012;42(4):A1-A57.
Ehrlich. 2003. Low back pain. Bulletin of the World Health Organization
2003;81:671-676.