Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Low Back Pain (LBP) atau Nyeri Punggung Bawah (NPB) adalah
suatu gejala dan bukan merupakan suatu diagnosis. Pada beberapa kasus
gejalanya sesuai dengan diagnosis patologisnya dengan ketepatan yang
tinggi, namun sebagian besar kasus, diagnosisnya tidak pasti dan
berlangsung lama (Wagiu, 2012). LBP atau NPB merupakan salah satu
masalah kesehatan yang sering dijumpai di masyarakat. World Health
Organization (WHO) menyatakan kira-kira 150 jenis gangguan
muskuloskeletal di derita oleh ratusan juta manusia yang menyebabkan
nyeri dan inflamasi yang sangat lama serta disabilitas atau keterbatasan
fungsional, sehingga menyebabkan gangguan psikologik dan sosial
penderita. Nyeri yang diakibatkan oleh gangguan tersebut salah satunya
adalah keluhan nyeri punggung bawah yang merupakan keluhan paling
banyak ditemukan diantara keluhan nyeri yang lain. Laporan ini
berhubungan dengan penetapan dekade 2000-2010 oleh WHO sebagai
dekade tulang dan persendian (Bone and Joint Decade 2000-2010),
dimana penyakit gangguan musculoskeletal telah menjadi masalah yang
banyak dijumpai di pusat-pusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia
(WHO, 2003).
LBP merupakan keluhan yang spesifik dan paling banyak
dikonsultasikan pada dokter umum. Hampir 70%-80% penduduk negara
maju pernah mengalaminya. LBP merupakan masalah kesehatan yang
paling penting di semua negara. Prevalensi sepanjang hidup (lifetime)
populasi dewasa sekitar 70% dan prevalensi dalam 1 tahun antara 15-45%,
dengan puncak prevalensi terjadi pada usia 35 dan 55 tahun. Kebanyakan
LBP akut bersifat self limiting dan hanya 2-7% yang menjadi kronis
(Jalaluddin, 2008)
Di negara maju seperti di Amerika Serikat prevalensinya dalam
satu tahun berkisar antara 15%-20%, sedangkan berdasarkan kunjungan
pasien ke dokter adalah 14,3% (Meliawan, 2009). Dalam satu tahun
terdapat lebih dari 500.000 kasus nyeri punggung bagian bawah dan dalam
5 tahun angka insiden naik sebanyak 59%. Prevalensi pertahun mencapai
15 - 45% dengan titik prevalensi 30%. Sebanyak 80-90% kasus LBP akan
sembuh dengan sendirinya selama 2 minggu. Dari 500.000 kasus tersebut
85% penderitanya adalah usia 18-56 tahun (Wheeler, 2013). Di Swedia,
LBP adalah penyebab tersering penyakit kronis pada usia kurang dari 65
tahun dan peringkat kedua setelah penyakit vaskuler pada usia 65 tahun
keatas (Kim, 2005). LBP merupakan salah satu masalah sosial utama
ekonomi utama di Inggris karena 13% alasan seseorang tidak masuk
bekerja disebabkan karena LBP. Insidensi setiap tahun pada orang dewasa
mencapai 45% dan paling banyak menyerang usia 35-55 tahun (Amroisa,
2006).
Kelompok Studi Nyeri (Pokdi Nyeri) Persatuan Dokter Spesialis
Saraf Indonesia (PERDOSSI) melakukan penelitian pada bulan Mei 2002
di 14 rumah sakit pendidikan, dengan hasil menunjukkan bahwa jumlah
penderita nyeri sebanyak 4456 orang (25% dari total kunjungan), 1598
orang (35,86%) merupakan penderita nyeri kepala dan 819 orang (18,37%)
adalah penderita LBP (Meliala, 2003). Sementara di Indonesia walaupun
data epidemiologik mengenai LBP belum ada namun diperkirakan 40%
penduduk Jawa Tengah berusia antara 65 tahun pernah menderita nyeri
punggung dan prevalensinya pada laki-laki 18,2% dan pada perempuan
13,6% (Meliawan, 2009).
LBP merupakan salah satu keluhan yang dapat menurunkan
produktivitas kerja manusia (Suharto, 2005). LBP jarang fatal namun nyeri
yang dirasakan dapat membuat penderita mengalami penurunan
kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari, problema kesehatan kerja,
dan banyak kehilangan jam kerja pada usia produktif maupun usia lanjut,
sehingga merupakan alasan terbanyak dalam mencari pengobatan
(Yudiyanta, 2007).
B. Rumusan Masalah
A. Apa yang dimaksud dengan Low Back Pain?
B. Apa saja klasifikasi dari Low Back Pain?
C. Bagaimana epidemiologi dari Low Back Pain?
D. Apa penyebab dari penyakit Low Back Pain?
E. Bagaimana Patofisiologi Low Back Pain?
F. Apa saja Faktor Risiko yang disebabkan oleh Low Back Pain?
G. Bagaimana diagnosis yang muncul dari Low Back Pain?
H. Pemeriksaan fisik apa saja yang dapat dilakukan pada Low Back Pain?
I. Pemeriksaan penunjang apa saja yang dapat dilakukan pada Low Back
Pain?
J. Bagaimana penatalaksanaan dari Low Back Pain?
K. Apa saja pencegahan yang bisa dilakukan pada penyakit Low Back
Pain?
L. Diagnosa keperawatan apasaja yang dapat muncul pada Low Back
Pain?
M. Bagaimana intervensi yang dapat dilakukan pada penyakit ini?

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu memahami tentang penyakit Low Back Pain

2. Tujuan khusus
a. Untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah 2.
b. Mahasiswa diharapkan dapat :.
- Mengetahui dan memahami tentang Low Back Pain.
- Mengetahui mengenai klasifikasi dari Low Back Pain.
- Memahami epidemiologi dari Low Back Pain.
- Mengetahui penyebab dari penyakit Low Back Pain.
- Mampu memahami mengenai Patofisiologi Low Back
Pain.
- Mengetahui Faktor Risiko yang disebabkan oleh Low
Back Pain.
- Mengetahui diagnosis yang muncul dari Low Back
Pain.
- Mengetahui Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan
pada Low Back Pain.
- Mengetahui Pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan pada Low Back Pain.
- Dapat mengetahui penatalaksanaan dari Low Back
Pain.
- Memahami pencegahan yang dilakukan pada penyakit
Low Back Pain
- Mengetahui Diagnosa keperawatan yang dapat muncul
pada Low Back Pain.
- Mengetahui intervensi yang dapat dilakukan pada
penyakit Low Back Pain.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Low Back Pain (LBP)

Low back pain (LBP) adalah nyeri di daerah punggung antara sudut
bawah kosta (tulang rusuk) sampai lumbosakral (sekitar tulang ekor). Nyeri
juga bisa menjalar ke daerah lain seperti punggung bagian atas dan pangkal
paha (Rakel, 2002). LBP atau nyeri punggung bawah merupakan salah satu
gangguan muskuloskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang
baik (Maher, Salmond & Pellino, 2002).

Menurut International Association for the Study of Pain (IASP), yang


termasuk dalam low back pain terdiri dari :
a) Lumbar Spinal Pain, nyeri di daerah yang dibatasi:
Superior oleh garis transversal imajiner yang melalui ujung prosesus
spinosus dari vertebra thorakal terakhir, inferior oleh garis transversal imajiner
yang melalui ujung prosesus spinosus dari vertebra sakralis pertama dan lateral
oleh garis vertikal tangensial terhadap batas lateral spina lumbalis.
b) Sacral Spinal Pain, nyeri di daerah yang dibatasi superior oleh garis
transversal imajiner yang melalui ujung prosesus spinosus vertebra sakralis
pertama, inferior oleh garis transversal imajiner yang melalui sendi
sakrokoksigeal posterior dan lateral oleh garis imajiner melalui spina iliaka
superior posterior dan inferior.
c) Lumbosacral Pain, nyeri di daerah 1/3 bawah daerah lumbar spinal pain
dan 1/3 atas daerah sacral spinal pain. Lumbosacral Pain, nyeri di daerah
1/3 bawah daerah lumbar spinal pain dan 1/3 atas daerah sacral spinal
pain.

B. Klasifikasi
1. Acute Low Back Pain
Acute low back pain ditandai dengan rasa nyeri yang menyerang
secara tiba-tiba dan rentang waktunya hanya sebentar, antara beberapa hari
sampai 6 minggu. Rasa nyeri ini dapat hilang atau sembuh. Acute low back
pain dapat disebabkan karena luka traumatik seperti kecelakaan mobil atau
terjatuh, rasa nyeri dapat hilang sesaat kemudian. Kejadian tersebut selain
dapat merusak jaringan, juga dapat melukai otot, ligamen dan tendon. Pada
kecelakaan yang lebih serius, fraktur tulang pada daerah lumbal dan spinal
dapat masih sembuh sendiri. Sampai saat ini penatalaksanan awal nyeri
pinggang akut terfokus pada istirahat dan pemakaian analgesik.
2. Chronic Low Back Pain
Rasa nyeri pada chronic low back pain bisa menyerang lebih dari 3
bulan. Rasa nyeri ini dapat berulang-ulang atau kambuh kembali. Fase ini
biasanya memiliki onset yang berbahaya dan sembuh pada waktu yang
lama. Chronic low back pain dapat terjadi karena osteoarthritis,
rheumatoidarthritis, proses degenerasi discus intervertebralis dan tumor.

C. Epidemiologi
85% pasien LBP tidak dapat diketahui diagnosis letak pasti
patoanatominya. Hubungan antara gejala dan pencitraan juga lemah.
Sehingga istilah nonspesifik sering diapakai seperti strain, sprain, atau
degenerative processes. LBP mempengaruhi pria dan wanita sama banyak
dan onset tersering pada usia 30-50 tahun. LBP menjadi penyebab work-
related disability orang berusia <45 tahun dan penyebab termahal jaminan
kesehatan pekerja dalam work-related disability.

D. Etiologi
Berdasarkan organ yang mendasari, Low Back Pain dapat dibagi menjadi :
a) LBP Viserogenik
Disebabkan oleh adanya proses patologik di ginjal atau visera
didaerah pelvis, serta tumor retroperitoneal. Nyeri yang dirasakan tidak
bertambah berat dengan aktivitas tubuh, juga tidak berkurang dengan
istirahat. Penderita LBP viserogenik yang mengalami neri hebat akan
selalu menggeliat untuk mengurangi nyeri, sedang penderita LBP
spondilogenik akan lebih memilih berbaring diam dalam posisi tertentu
untuk menghilangkan nyerinya.

b) LBP vaskulogenik
Aneurisma atau penyakit vaskuler perifer dapat menimbulkan nyeri
punggung atau nyeri menyerupai iskialgia. Insufisiensi arteria glutealis
superior dapat menimbulkan nyeri di daerah bokong, yang makin
memberat saat jalan dan mereda saat berdiri. Nyeri dapat menjalar ke
bawah sehingga sangat mirip dengan iskialgia, tetapi rasa nyeri ini tidak
terpengaruh oleh presipitasi tertentu misalnya: membungkuk, mengangkat
benda berat yang mana dapat menimbulkan tekanan sepanjang kolumna
vertebralis. Klaudikatio intermitten nyerinya menyerupai iskialgia yang
disebabkan oleh iritasi radiks.

c) LBP neurogenik
1. Neoplasma:
Rasa nyeri timbul lebih awal dibanding gangguan motorik, sesibilitas
dan vegetatif. Rasa nyeri sering timbul pada waktu sedang tidur
sehingga membangunkan penderita. Rasa nyeri berkurang bila
penderita berjalan.
2. Araknoiditis:
Pada keadaan ini terjadi perlengketan perlengketan. Nyeri timbul
bila terjadi penjepitan terhadap radiks oleh perlengketan tersebut
3. Stenosis kanalis spinalis:
Penyempitan kanalis spinalis disebabkan oleh proses degenerasi discus
intervertebralis dan biasanya disertai ligamentum flavum. Gejala klinis
timbulnya gejala klaudicatio intermitten disertai rasa kesemutan dan
nyeri tetap ada walaupun penderita istirahat.
d) LBP spondilogenik
o Nyeri yang disebabkan oleh berbagai proses patologik di kolumna
vertebralis yang terdiri dari osteogenik, diskogenik, miogenik dan
proses patologik di artikulatio sacroiliaka.
e) LBP psikogenik
o Biasanya disebabkan oleh ketegangan jiwa atau kecemasan dan
depresi atau campuran keduanya.
f) LBP osteogenik
o Radang atau infeksi misalnya osteomielitis vertebral dan spondilitis
tuberculosa, trauma yang dapat mengakibatkan fraktur maupun
spondilolistesis, keganasan, kongenital misalnya scoliosis lumbal,
nyeri yang timbul disebabkan oleh iritasi dan peradangan selaput
artikulasi posterior satu sisi, metabolik misalnya osteoporosis,
osteofibrosis, alkaptonuria, hipofosfatemia familial.
g) LBP diskogenik
1. Spondilosis
Proses degenerasi yang progresif pada discus intervertebralis, sehingga
jarak antar vertebra menyempit, menyebabkan timbulnya osteofit,
penyempitan kanalis spinalis dan foramen intervertebrale dan iritasi
persendian posterior. Rasa nyeri disebabkan oleh terjadinya
osteoarthritis dan tertekannya radiks oleh kantong duramater yang
mengakibatkan iskemi dan radang. Gejala neurologik timbul karena
gangguan pada radiks yaitu: gangguan sensibilitas dan motorik
(paresis, fasikulasi dan atrofi otot). Nyeri akan bertambah apabila
tekanan LCS dinaikkan dengan cara penderita disuruh mengejan
(percobaan valsava) atau dengan menekan kedua venajugularis
(percobaan Naffziger).
2. Hernia nucleus pulposus (HNP):
Keadaan dimana nucleus pulposus keluar menonjol untuk kemudian
menekan kearah kanalis spinalis melalui annulus fibrosus yang robek.
Dasar terjadinya HNP yaitu degenerasi discus intervertebralis. Pada
umumnya HNP didahului oleh aktivitas yang berlebihan misalnya
mengangkat benda berat, mendorong barang berat. HNP lebih banyak
dialami oleh laki laki dibanding wanita. Gejala pertama yang timbul
yaitu rasa nyeri di punggung bawah disertai nyeri di otot otot sekitar
lesi dan nyeri tekan ditempat tersebut. Hal ini disebabkan oleh spasme
otot otot tersebut dan spasme ini menyebabkan berkurangnya
lordosis lumbal dan terjadi scoliosis. HNP sentral menimbulkan
paraparesis flaksid, parestesia dan retensi urin. HNP lateral
kebanyakan terjadi pada L5-S1 dan L4-L5. pada HNP lateral L5-S1
rasa nyeri terdapat dipunggung bawah, ditengah tengah antara kedua
bokong dan betis, belakang tumit dan telapak kaki. Kekuatan ekstensi
jari V kaki juga berkurang dan reaksi achilles negative. Pada HNP
lateral L4-L5 rasa nyeri dan nyeri tekan didapatkan di punggung
bawah, bagian lateral bokong, tungkai bawah bagian lateral, dan di
dorsum pedis. Kekuatan ekstensi ibu jari kaki berkurang dan refleks
patella negative. Sensibilitas pada dermatom yang sesuai dengan radiks
yang terkena, menurun. Pada tes lasegue akan dirasakan nyeri di
sepanjang bagian belakang. Percobaan valsava dan naffziger akan
memberikan hasil positif.
3. Spondilitis ankilosa:
Proses ini mulai dari sendi sakroiliaka yang kemudian menjalar keatas,
ke daerah leher. Gejala permulaan berupa rasa kaku dipunggung bawah
waktu bangun tidur dan hilang setelah mengadakan gerakan. Pada foto
roentgen terlihat gambaran yang mirip dengan ruas ruas bamboo
sehingga disebut bamboo spine.
h) LBP miogenik
1. Ketegangan otot
sikap tegang yang berulang ulang pada posisi yang sama akan
memendekkan otot yang akhirnya akan menimbulkan rasa nyeri. Rasa
nyeri timbul karena iskemia ringan pada jaringan otot, regangan yang
berlebihan pada perlekatan miofasialterhadap tulang, serta regangan
pada kapsula.
2. Spasme otot atau kejang otot
Disebabkan oleh gerakan yang tiba tiba dimana jaringan otot
sebelumnya dalam kondisi yang tegang atau kaku atau kurang
pemanasan. Gejalanya yaitu adanya kontraksi otot yang disertai
dengan nyeri yang hebat. Setiap gerakan akan memperberat rasa nyeri
sekaligus menambah kontraksi.
3. Defisiensi otot
Disebabkan oleh kurang latihan sebagai akibat dari mekanisasi yang
berlebihan, tirah baring yang terlalu lama maupun karena imobilisasi.
4. Otot yang hipersensitif
Menciptakan suatu daerah yang apabila dirangsang akan menimbulkan
rasa nyeri dan menjalar ke daerah tertentu.

Berdasarkan mekanisme patologiknya dapat dibedakan menjadi:


a) Trauma10,17,18
Trauma dan gangguan mekanis merupakan penyebab utama Low Back Pain.
Pada orang-orang yang tidak biasa melakukan pekerjaan otot atau melakukan
aktivitas dengan beban yang berat dapat menderita nyeri pinggang yang akut.
Gerakan bagian punggung belakang yang kurang baik dapat menyebabkan
kekakuan dan spasme yang tiba-tiba pada otot punggung, mengakibatkan
terjadinya trauma punggung sehingga menimbulkan nyeri. Kekakuan otot
cenderung dapat sembuh dengan sendirinya dalam jangka waktu tertentu.
Namun pada kasus-kasus yang berat memerlukan pertolongan medis agar
tidak mengakibatkan gangguan yang lebih lanjut. Menurut Soeharso (1978),
secara patologis anatomis, pada Low Back Pain yang disebabkan karena
trauma, dapat ditemukan beberapa keadaan, seperti:
o Perubahan pada sendi Sacro-Iliaca
Gejala yang timbul akibat perubahan sendi sacro-iliaca adalah rasa nyeri
pada os sacrum akibat adanya penekanan. Nyeri dapat bertambah saat
batuk dan saat posisi supine. Pada pemerikasaan, lassague symptom positif
dan pergerakan kaki pada hip joint terbatas.
o Perubahan pada sendi Lumba Sacral
Trauma dapat menyebabkan perubahan antara vertebra lumbal V dan
sacrum, dan dapat menyebabkan robekan ligamen atau fascia. Keadaan ini
dapat menimbulkan nyeri yang hebat di atas vertebra lumbal V atau sacral
I dan dapat menyebabkan keterbatasan gerak.
b) Infeksi10
Infeksi pada sendi terbagi atas dua jenis, yaitu infeksi akut yang disebabkan
oleh bakteri dan infeksi kronis, disebabkan oleh bakteri tuberkulosis. Infeksi
kronis ditandai dengan pembengkakan sendi, nyeri berat dan akut, demam
serta kelemahan.
Artritis rematoid dapat melibatkan persendian sinovial pada vertebra.
Artritis rematoid merupakan suatu proses yang melibatkan jaringan ikat
mesenkimal.
Penyakit Marie-Strumpell, yang juga dikenal dengan nama spondilitis
ankilosa atau bamboo spine terutama mengenai pria dan teruta mengenai
kolum vertebra dan persendian sarkoiliaka. Gejala yang sering ditemukan
ialah nyeri lokal dan menyebar di daerah pnggang disertai kekakuan
(stiffness) dan kelainan ini bersifat progresif.
c) Neoplasma
Tumor vertebra dan medula spinalis dapat jinak atau ganas. Tumor jinak
dapat mengenai tulang atau jaringan lunak. Contoh gejala yang sering
dijumpai pada tumor vertebra ialah adanya nyeri yang menetap. Sifat nyeri
lebih hebat dari pada tumor ganas daripada tumor jinak. Contoh tumor
tulang jinak ialah osteoma osteoid, yang menyebabkan nyeri pinggang
terutama waktu malam hari. Tumor ini biasanya sebesar biji kacang, dapat
dijumpai di pedikel atau lamina vertebra. Hemangioma adalah contoh tumor
benigna di kanalis spinal yang dapat menyebabkan nyeri pinggang.
Meningioma adalah tumor intradural dan ekstramedular yang jinak, namun
bila ia tumbuh membesar dapat mengakibatkan gejala yang besar seperti
kelumpuhan.
d) Low Back Pain karena Perubahan Jaringan10,18
Kelompok penyakit ini disebabkan karena terdapat perubahan jaringan pada
tempat yang mengalami sakit. Perubahan jaringan tersebut tidak hanya pada
daerah punggung bagian bawah, tetapi terdapat juga disepanjang punggung
dan anggota bagian tubuh lain. Beberapa jenis penyakit dengan keluhan
LBP yang disebabkan oleh perubahan jaringan antara lain:
o Osteoartritis (Spondylosis Deformans)
Dengan bertambahnya usia seseorang maka kelenturan otot-
ototnya juga menjadi berkurang sehingga sangat memudahkan
terjadinya kekakuan pada otot atau sendi. Selain itu juga terjadi
penyempitan dari ruang antar tulang vetebra yang menyebabkan
tulang belakang menjadi tidak fleksibel seperti saat usia muda. Hal
ini dapat menyebabkan nyeri pada tulang belakang hingga ke
pinggang.
o Penyakit Fibrositis
Penyakit ini juga dikenal dengan Reumatism Muskuler. Penyakit
ini ditandai dengan nyeri dan pegal di otot, khususnya di leher dan
bahu. Rasa nyeri memberat saat beraktivitas, sikap tidur yang
buruk dan kelelahan.
e) Kongenital
Kelainan kongenital tidak merupakan penyebab nyeri pinggang bawah
yang penting. Kelainan kongenital yang dapat menyebabkan nyeri
pinggang bawah adalah :
o Spondilolisis dan spondilolistesis
Pada Spondilolisis tampak bahwa sewaktu pembentukan korpus
vertebrae (in utero) arkus vertebrae tidak bertemu dengan korpus
vertebraenya sendiri. Pada spondilolistesis korpus vertebrae itu
sendiri ( biasanya L5) tergeser ke depan. Walaupun kejadian ini
terjadi sewaktu bayi itu masih berada dalam kandungan, namun
( oleh karena timbulnya kelinan-kelainan degeneratif ) sesudah
berumur 35 tahun, barulah timbul keluhan nyeri pinggang. Nyeri
pinggang ini berkurang atau hilang bila penderita duduk atau tidur.
Dan akan bertambah, bila penderita itu berdiri atau berjalan.
Spondilolitesis dapat mengakibatkan tertekuknya radiks L5
sehingga timbul nyeri radikuler.
o Spina Bifida
Bila di daerah lumbosakral terdapat suatu tumor kecil yang ditutupi
oleh kulit yang berbulu, maka hendaknya kita waspada bahwa
didaerah itu ada tersembunyi suatu spina bifida okulta.
Pada foto rontgen tampak bahwa terdapat suatu hiaat pada arkus
spinosus di daerah lumbal atau sakral. Karena adanya defek
tersebut maka pada tempat itu tidak terbentuk suatu ligamentum
interspinosum. Keadaan ini akan menimbulkan suatu lumbo-
sakral sarain yang oleh si penderita dirasakan sebagai nyeri
pinggang.
o Stenosis kanalis vertebralis
Diagnosis penyakit ini ditegakkan secara radiologis. Walaupun
penyakit telah ada sejak lahir, namun gejala-gejalanya baru tampak
setelah penderita berumur 35 tahun. Gejala yang tampak adalah
timbulnya nyeri radikuler bila si penderita jalan dengan sikap
tegak. Nyeri hilang begitu penderita berhenti jalan atau bila ia
duduk. Untuk menghilangkan rasa nyerinya maka penderita lantas
jalan sambil membungkuk.
o Spondylosis lumbal
Penyakit sendi degeneratif yang mengenai vertebra lumbal dan
discus intervertebralis, yang menyebabkan nyeri dan kekakuan.
o Spondylitis
Suatu bentuk degeneratif sendi yang mengenai tulang belakang .
ini merupakan penyakit sistemik yang etiologinya tidak diketahui,
terutama mengenai orang muda dan menyebabkan rasa nyeri dan
kekakuan sebagai akibat peradangan sendi-sendi dengan osifikasi
dan ankilosing sendi tulang belakang.
f) Low Back Pain karena Pengaruh Gaya Berat17,18
Gaya berat tubuh, terutama dalam posisi berdiri, duduk dan berjalan
dapat mengakibatkan rasa nyeri pada punggung dan dapat
menimbulkan komplikasi pada bagian tubuh yang lain, misalnya genu
valgum, genu varum, coxa valgum dan sebagainya. Beberapa
pekerjaan yang mengaharuskan berdiri dan duduk dalam waktu yang
lama juga dapat mengakibatkan terjadinya. Kehamilan dan obesitas
merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya LBP akibat
pengaruh gaya berat. Hal ini disebabkan terjadinya penekanan pada
tulang belakang akibat penumpukan lemak, kelainan postur tubuh dan
kelemahan otot.

E. Patofisiologi
Kolumna vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah batang elastis
yang tersusun atas banyak unit rigid (vertebrae) dan unit fleksibel (diskus
intervertebralis) yang diikat satu sama lain oleh kompleks sendi faset,
berbagai ligamen dan otot paravertebralis. Konstruksi punggung yang unik
tersebut memungkinkan fleksibelitas sementara disisi lain tetap dapat
memberikan perlindungan yang maksimal terhadap sumsum tulang
belakang. Lengkungan tulang belakang akan menyerap goncangan vertikal
pada saat berlari dan melompat. Batang tubuh membantu menstabilkan
tulang belakang. Otot-otot abdominal dan toraks sangat penting pada
aktivitas mengangkat beban. Bila tidak pernah dipakai akan melemahkan
struktur pendukung ini.
Mengangkat beban berat pada posisi membungkuk menyamping
menyebabkan otot tidak mampu mempertahankan posisi tulang belakang
thorakal dan lumbal, sehingga pada saat facet joint lepas dan disertai
tarikan dari samping, terjadi gesekan pada kedua permukaan facet joint
menyebabkan ketegangan otot di daerah tersebut yang akhirnya
menimbulkan keterbatasan gesekan pada tulang belakang. Obesitas,
masalah postur, masalah struktur, dan perengangan berlebihan pendukung
tulang dapat berakibat nyeri punggung.
Diskus intervertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika usia
bertambah tua. Pada orang muda, diskus terutama tersusun atas
fibrokartilago dengan matrik gelatinus. Pada lansia akan menjadi
fibrokartilago yang padat dan tak teratur.
Diskus lumbal bawah, L4-L5 dan L5-S1, menderita stress mekanis
paling berat dan perubahan degenerasi terberat. Penonjolan faset akan
mengakibatkan penekanan pada akar saraf ketika keluar dari kanalis
spinalis, yang menyebabkan nyeri menyebar sepanjang saraf tersebut.
F. Faktor Risiko
Faktor risiko terjadinya Low Back Pain adalah sebagai berikut :
1. Usia
Secara teori, nyeri pinggang atau LBP dapat dialami oleh siapa saja, pada
umur berapa saja. Namun demikian keluhan ini jarang dijumpai pada
kelompok umur 0-10 tahun, hal ini mungkin berhubungan dengan beberapa
faktor etiologik tertentu yag lebih sering dijumpai pada umur yang lebih tua.
Biasanya nyeri ini mulai dirasakan pada mereka yang berumur dekade kedua
dan insiden tertinggi dijumpai pada dekade kelima. Bahkan keluhan nyeri
pinggang ini semakin lama semakin meningkat hingga umur sekitar 55 tahun.
2. Jenis Kelamin
Laki-laki dan perempuan memiliki risiko yang sama terhadap keluhan nyeri
pinggang sampai umur 60 tahun, namun pada kenyataannya jenis kelamin
seseorang dapat mempengaruhi timbulnya keluhan nyeri pinggang, karena
pada wanita keluhan ini lebih sering terjadi misalnya pada saat mengalami
siklus menstruasi, selain itu proses menopause juga dapat menyebabkan
kepadatan tulang berkurang akibat penurunan hormon estrogen sehingga
memungkinkan terjadinya nyeri pinggang.
3. Faktor Indeks Massa Tubuh
Pada orang yang memiliki berat badan yang berlebih risiko timbulnya nyeri
pinggang lebih besar, karena beban pada sendi penumpu berat badan akan
meningkat, sehingga dapat memungkinkan terjadinya nyeri pinggang.
Tinggi badan berkaitan dengan panjangnya sumbu tubuh sebagai lengan
beban anterior maupun lengan posterior untuk mengangkat beban tubuh.
4. Pekerjaan
Keluhan nyeri ini juga berkaitan erat dengan aktivitas mengangkat beban
berat, sehingga riwayat pekerjaan sangat diperlukan dalam penelusuran
penyebab serta penanggulangan keluhan ini. Pada pekerjaan tertentu, misalnya
seorang kuli pasar yang biasanya memikul beban di pundaknya setiap hari.
Mengangkat beban berat lebih dari 25 kg sehari akan memperbesar resiko
timbulnya keluhan nyeri pinggang.
5. Aktivitas atau Olahraga
Sikap tubuh yang salah merupakan penyebab nyeri pinggang yang sering
tidak disadari oleh penderitanya. Terutama sikap tubuh yang menjadi
kebiasaan. Kebiasaan seseorang, seperti duduk, berdiri, tidur, mengangkat
beban pada posisi yang salah dapat menimbulkan nyeri pinggang, misalnya,
pada pekerja kantoran yang terbiasa duduk dengan posisi punggung yang
tidak tertopang pada kursi, atau seorang mahasiswa yang seringkali
membungkukkan punggungnya pada waktu menulis. Posisi berdiri yang salah
yaitu berdiri dengan membungkuk atau menekuk ke muka. Posisi tidur yang
salah seperti tidur pada kasur yang tidak menopang spinal. Kasur yang
diletakkan di atas lantai lebih baik daripada tempat tidur yang bagian
tengahnya lentur. Posisi mengangkat beban dari posisi berdiri langsung
membungkuk mengambil beban merupakan posisi yang salah, seharusnya
beban tersebut diangkat setelah jongkok terlebih dahulu.
6. Faktor Risiko Lain
Kondisi kesehatan yang buruk, masalah psikologik dan psikososial, artritis
degeneratif, merokok, skoliosis mayor (kurvatura >80o), obesitas, tinggi
badan yang berlebihan, hal yang berhubungan pekerjaan seperti duduk dan
mengemudi dalam waktu lama, duduk atau berdiri berjam-jam (posisi tubuh
kerja yang statik), getaran, mengangkat, membawa beban, menarik beban,
membungkuk, memutar, dan kehamilan.
Merokok meningkatkan resiko terjadinya nyeri pinggang bawah pada usia
muda dengan odds ratio 2,4 95% CI 1,3-6,0.

G. Diagnosis
Anamnesis
Nyeri pinggang bawah dapat dibagi dalam 6 jenis nyeri, yaitu:
a) Nyeri pinggang lokal
Jenis ini paling sering ditemukan. Biasanya terdapat di garis tengah
dengan radiasi ke kanan dan ke kiri. Nyeri ini dapat berasal dari bagian-
bagian di bawahnya seperti fasia, otot-otot paraspinal, korpus vertebra, sendi
dan ligamen.
b) Iritasi pada radiks
Rasa nyeri dapat berganti-ganti dengan parestesi dan dirasakan pada
dermatom yang bersangkutan pada salah satu sisi badan. Kadang-kadang
dapat disertai hilangnya perasaan atau gangguan fungsi motoris. Iritasi dapat
disebabkan oleh proses desak ruang pada foramen vertebra atau di dalam
kanalis vertebralis.
c) Nyeri rujukan somatis
Iritasi serabut-serabut sensoris dipermukaan dapat dirasakan lebih dalam
pada dermatom yang bersangkutan. Sebaliknya iritasi di bagian-bagian dalam
dapat dirasakan di bagian lebih superfisial.
d) Nyeri rujukan viserosomatis
Adanya gangguan pada alat-alat retroperitonium, intraabdomen atau dalam
ruangan panggul dapat dirasakan di daerah pinggang.
e) Nyeri karena iskemia
Rasa nyeri ini dirasakan seperti rasa nyeri pada klaudikasio intermitens
yang dapat dirasakan di pinggang bawah, di gluteus atau menjalar ke paha.
Dapat disebabkan oleh penyumbatan pada percabangan aorta atau pada arteri
iliaka komunis.
f) Nyeri psikogen
Rasa nyeri yang tidak wajar dan tidak sesuai dengan distribusi saraf dan
dermatom dengan reaksi wajah yang sering berlebihan.

Penyebab mekanis LBP menyebabkan nyeri mendadak yang timbul


setelah posisi mekanis yang merugikan. Mungkin terjadi robekan otot,
peregangan fasia atau iritasi permukaan sendi. Keluhan karena penyebab lain
timbul bertahap. Harus dibedakan antara LBP dengan nyeri tungkai, mana
yang lebih dominan dan intensitas dari masing-masing nyerinya, yang
biasanya merupakan nyeri radikuler. Nyeri pada tungkai yang lebih banyak
dari pada LBP dengan rasio 80-20% menunjukkan adanya radikulopati dan
mungkin memerlukan suatu tindakan operasi. Bila nyeri LBP lebih banyak
daripada nyeri tungkai, biasanya tidak menunjukkan adanya suatu kompresi
radiks dan juga biasanya tidak memerlukan tindakan operatif.
Gejala LBP yang sudah lama dan intermiten, diselingi oleh periode
tanpa gejala merupakan gejala khas dari suatu LBP yang terjadinya secara
mekanis. Herniasi diskus bisa membutuhkan waktu 8 hari sampai resolusinya.
Degenerasi diskus dapat menyebabkan rasa tidak nyaman kronik dengan
eksaserbasi selama 2-4 minggu.
Walaupun suatu tindakan atau gerakan yang mendadak dan berat,
yang biasanya berhubungan dengan pekerjaan, bisa menyebabkan suatu LBP,
namun sebagian besar episode herniasi diskus terjadi setelah suatu gerakan
yang relatif sepele, seperti membungkuk atau memungut barang yang enteng.
Harus diketahui pula gerakan-gerakan mana yang bisa menyebabkan
bertambahnya nyeri LBP, yaitu duduk dan mengendarai mobil dan nyeri
biasanya berkurang bila tiduran atau berdiri, dan setiap gerakan yang bisa
menyebabkan meningginya tekanan intra-abdominal akan dapat menambah
nyeri, juga batuk, bersin dan mengejan sewaktu defekasi.
Selain nyeri oleh penyebab mekanik ada pula nyeri non-mekanik.
Nyeri pada malam hari bisa merupakan suatu peringatan, karena bisa
menunjukkan adanya suatu kondisi terselubung seperti adanya suatu
keganasan ataupun infeksi.
Faktor-faktor lain yang penting adalah gangguan pencernaan atau
gangguan miksi-defekasi, karena bisa merupakan tanda dari suatu lesi di
kauda ekuina dimana harus dicari dengan teliti adanya hipestesi peri-anal,
retensio urin, overflow incontinence dan tidak adanya perasaan ingin miksi
dan gejala-gejala ini merupakan suatu keadaan emergensi yang absolut, yang
memerlukan suatu diagnosis segera dan dekompresi operatif segera, bila
ditemukan kausa yang menyebabkan kompresi.
Suatu radikulopati tanpa nyeri menandakan kemungkinan adanya
suatu penyakit metabolik seperti polineuropati diabetik, namun juga harus
diingat bahwa hilangnya nyeri tanpa terapi yang adekuat dapat menandakan
adanya suatu penyembuhan, namun dapat pula berarti bahwa serabut nyeri
hancur sehingga perasaan nyeri hilang, walaupun kompresi radiks masih ada.
Suatu nyeri yang berkepanjangan akan menyebabkan dan dapat
diperberat dengan adanya depresi sehingga harus diberi pengobatan yang
sesuai. Terdapat 5 tanda depresi yang menyertai nyeri yang hebat, yaitu anergi
(tak ada energi), anhedonia (tak dapat menikmati diri sendiri), gangguan tidur,
menangis spontan dan perasaan depresi secara umum.

H. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik secara
komprehensif pada pasien dengan
nyeri punggung meliputi evaluasi
sistem neurologi dan muskuloskeltal. Pemeriksaan neurologi meliputi evaluasi
sensasi tubuh bawah, kekuatan dan refleks-refleks.
a) Inspeksi :
o Pemeriksaan fisik dimulai dengan inspeksi dan bila pasien tetap berdiri
dan menolak untuk duduk, maka sudah harus dicurigai adanya suatu
herniasi diskus.
o Gerakan aktif pasien harus dinilai, diperhatikan gerakan mana yang
membuat nyeri dan juga bentuk kolumna vertebralis, berkurangnya
lordosis serta adanya skoliosis. Berkurang sampai hilangnya lordosis
lumbal dapat disebabkan oleh spasme otot paravertebral.
o Gerakan-gerakan yang perlu diperhatikan pada penderita:
Keterbatasan gerak pada salah satu sisi atau arah.
Ekstensi ke belakang (back extension) seringkali menyebabkan
nyeri pada tungkai bila ada stenosis foramen intervertebralis di
lumbal dan artritis lumbal, karena gerakan ini akan menyebabkan
penyempitan foramen sehingga menyebabkan suatu kompresi pada
saraf spinal.
Fleksi ke depan (forward flexion) secara khas akan menyebabkan
nyeri pada tungkai bila ada HNP, karena adanya ketegangan pada
saraf yang terinflamasi diatas suatu diskus protusio sehingga
meninggikan tekanan pada saraf spinal tersebut dengan jalan
meningkatkan tekanan pada fragmen yang tertekan di sebelahnya
(jackhammer effect).
b) Palpasi :
o Adanya nyeri (tenderness) pada kulit bisa menunjukkan adanya
kemungkinan suatu keadaan psikologis di bawahnya (psychological
overlay).
o Kadang-kadang bisa ditentukan letak segmen yang menyebabkan nyeri
dengan menekan pada ruangan intervertebralis.
o Pada spondilolistesis yang berat dapat diraba adanya ketidak-rataan
(step-off) pada palpasi di tempat/level yang terkena.
o Penekanan dengan jari jempol pada prosesus spinalis dilakukan untuk
mencari adanya fraktur pada vertebra.
o Pemeriksaan fisik yang lain memfokuskan pada kelainan neurologis.
o Harus dicari pula refleks patologis seperti babinski, terutama bila ada
hiperefleksia yang menunjukkan adanya suatu gangguan upper motor
neuron (UMN). Dari pemeriksaan refleks ini dapat membedakan akan
kelainan yang berupa UMN atau LMN.
c) Pemeriksaaan Motorik
o Harus dilakukan dengan seksama dan harus dibandingkan kedua sisi
untuk menemukan abnormalitas motoris.
o Pemeriksaan yang dilakukan meliputi :
Berjalan dengan menggunakan tumit.
Berjalan dengan menggunakan jari atau berjinjit.
Jongkok dan gerakan bertahan ( seperti mendorong tembok )
d) Pemeriksaan Sensorik
o Pemeriksaan sensorik akan sangat subjektif karena membutuhkan
perhatian dari penderita dan tak jarang keliru
o Nyeri dalam otot.
o Rasa gerak.
e) Refleks
o Refleks yang harus di periksa adalah refleks di daerah Achilles dan
Patella, respon dari pemeriksaan ini dapat digunakan untuk
mengetahui lokasi terjadinya lesi pada saraf spinal.
Special Test
o Tes Lasegue:
Mengangkat tungkai dalam keadaan ekstensi. Positif bila pasien
tidak dapatmengangkat tungkai kurang dari 60 dan nyeri
sepanjang nervus ischiadicus. Rasa nyeri dan terbatasnya
gerakan sering menyertai radikulopati, terutama pada herniasi
discus lumbalis / lumbo-sacralis.

o Tes Patrick dan anti-patrick:


Fleksi-abduksi-eksternal rotation-ekstensi sendi panggul.
Positif jika gerakan diluar kemauan terbatas, sering disertai
dengan rasa nyeri. Positif pada penyakit sendi panggul,
negative pada ischialgia.
o Tes kernig:
Pasien terlentang, paha difleksikan, kemudian meluruskan
tungkai bawah sejauh mungkin anpa timbul rasa nyeri yang
berarti. Positif jika terdapat spasme involunter otot
semimembraneus, semitensinous, biceps femoris yang
membatasi ekstensi lutut dan timbul nyeri.
o Tes Naffziger:
Dengan menekan kedua vena jugularis, maka tekanan LCS
akan meningkat, akan menyebabkan tekanan pada radiks
bertambah, timbul nyeri radikuler. Positif pada spondilitis.
o Tes valsava:
Penderita disuruh mengejan kuat maka tekanan LCS akan
meningkat, hasilnya sama dengan percobaan Naffziger.
o Spasme m. psoas:
Diperiksa pada pasien yang berbaring terlentang dan pelvis
ditekan kuat kuat pada meja oleh sebelah tangan pemeriksa,
sementara tangan lain menggerakkan tungkai ke posisi vertical
dengan lutu dalam keadaan fleksi tegak lurus. Panggulsecara
pasif mengadakan hiperekstensi ketika pergelangan kaki
diangkat. Terbatasnya gerakan ditimbulkan oleh spasme
involunter m.psoas.
o Tes Gaenselen:
Terbatasnya fleksi lumbal secara pasif dan rasa nyeri yang
diakibatkan sering menyertai penyakit pada art. Lumbal /
lumbo-sacral. Dengan pasien berbaring terlentang, pemeriksa
memegang salah satu ekstremitas bawah dengan kedua belah
tangan dan menggerakkan paha sampai pada posisi fleksi
maksimal. Kemudian pemeriksa menekan kuatkuat ke bawah
kearah meja dan ke atas kearah kepala pasien, yang secara pasif
menimbulkan fleksi columna spinalis lumbalis.

I. Pemeriksaan Penunjang
a) Laboratorium:
Pada pemeriksaan laboratorium rutin penting untuk melihat; laju endap
darah (LED), kadar Hb, jumlah leukosit dengan hitung jenis, dan fungsi
ginjal.
b) Pungsi Lumbal (LP) :
LP akan normal pada fase permulaan prolaps diskus, namun belakangan
akan terjadi transudasi dari low molecular weight albumin sehingga
terlihat albumin yang sedikit meninggi sampai dua kali level normal.
c) Pemeriksaan Radiologis :
Foto polos sering terlihat normal atau kadang-kadang dijumpai
penyempitan ruangan intervertebral, spondilolistesis, perubahan
degeneratif, dan tumor spinal. Penyempitan ruangan intervertebral
kadang-kadang terlihat bersamaan dengan suatu posisi yang tegang
dan melurus dan suatu skoliosis akibat spasme otot paravertebral.

CT scan adalah sarana diagnostik yang efektif bila vertebra dan level
neurologis telah jelas dan kemungkinan karena kelainan tulang.
Mielografi berguna untuk melihat kelainan radiks spinal, terutama pada
pasien yang sebelumnya dilakukan operasi vertebra atau dengan alat
fiksasi metal. CT mielografi dilakukan dengan suatu zat kontras
berguna untuk melihat dengan lebih jelas ada atau tidaknya kompresi
nervus atau araknoiditis pada pasien yang menjalani operasi vertebra
multipel dan bila akan direncanakan tindakan operasi terhadap stenosis
foraminal dan kanal vertebralis.

MRI (akurasi 73-80%) biasanya sangat sensitif pada HNP dan akan
menunjukkan berbagai prolaps. Namun para ahli bedah saraf dan ahli
bedah ortopedi tetap memerlukan suatu EMG untuk menentukan diskus
mana yang paling terkena. MRI sangat berguna bila:
vertebra dan level neurologis belum jelas
kecurigaan kelainan patologis pada medula spinal atau jaringan
lunak
untuk menentukan kemungkinan herniasi diskus post operasi
kecurigaan karena infeksi atau neoplasma
Mielografi atau CT mielografi dan atau MRI adalah alat diagnostik
yang sangat berharga pada diagnosis LBP dan diperlukan oleh ahli bedah
saraf atau ortopedi untuk menentukan lokalisasi lesi pre-operatif dan
menentukan adakah adanya sekwester diskus yang lepas dan mengeksklusi
adanya suatu tumor. Diskus prolaps pada mielografi 25% negatif palsu dan
10% positif palsu (akurasi 67%).
Diskografi dapat dilakukan dengan menyuntikkan suatu zat kontras ke
dalam nukleus pulposus untuk menentukan adanya suatu annulus
fibrosus yang rusak, dimana kontras hanya bisa penetrasi/menembus
bila ada suatu lesi. Dengan adanya MRI maka pemeriksaan ini sudah
tidak begitu populer lagi karena invasif.
Elektromiografi (EMG) :
Pemeriksaan elektrofisiologis/neurofisiologis sangat berguna pada
diagnosis sindroma radiks. Pemeriksaan EMG dilakukan untuk :
Menentukan level dari iritasi atau kompresi radiks
Membedakan antara lesi radiks dengan lesi saraf perifer
Membedakan adanya iritasi atau kompresi radiks
Elektroneurografi (ENG)
Pada elektroneurografi dilakukan stimulasi listrik pada suatu saraf
perifer tertentu sehingga kecepatan hantar saraf (KHS) motorik dan
sensorik (Nerve Conduction Velocity/NCV) dapat diukur, juga dapat
dilakukan pengukuran dari refleks dengan masa laten panjang seperti F-
wave dan H-reflex. Pada gangguan radiks, biasanya NCV normal,
namun kadang-kadang bisa menurun bila telah ada kerusakan akson dan
juga bila ada neuropati secara bersamaan
Potensial Cetusan Somatosensorik (Somato-Sensory Evoked
Potentials/SSEP)
Kadang-kadang pemeriksaan SSEP diperlukan untuk membuat
diagnosis lesi-lesi yang lebih proksimal sepanjang jaras-jaras
somatosensorik.
Semua tes mempunyai hasil yang positif palsu dan negatif palsu
serta penggunaan tes diagnostik lebih dari satu akan mempertajam akurasi
diagnostik.
Harus diingat bahwa seluruh pemeriksaan tambahan ini dilakukan
dalam kerangka pemeriksaan klinis neurologis dan harus dievaluasi
sebagai suatu kesatuan yang menyeluruh sehingga sampai pada suatu
kesimpulan diagnosis yang akurat sehingga tindakan pembedahan yang
berlebihan dapat dicegah.

J. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Low Back Pain Akut
Sebagian besar pasien dapat diatasi secara efektif dengan
kombinasi dari pemberian informasi, saran, analgesia, dan jaminan
yang tepat. Pasien juga harus disemangati untuk segera kembali
bekerja. Penjelasan dan saran dapat juga dalam bentuk tertulis.
Kronisitas low back pain dapat dihindari dengan: memperhatikan aspek
psikologis gejala yang ada, menghindari pemeriksaan yang tidak perlu
dan berlebihan, menghindari penatalaksanaan yang tidak konsisten,
serta memberikan saran untuk mencegah rekurensi (seperti:
menghindari pengangkatan beban yang berat).
Faktor yang berhubungan dengan hasil dan kronisitas low back
pain :
Distress: reaksi depresif, ketidakberdayaan.
Pemahaman tentang nyeri dan disabilitas: rasa takut dan
kesalahpahaman tentang nyeri.
Faktor perilaku: menghindari gerakan-gerakan yang
memperberat.

2. Mengidentifikasi Faktor Risiko ke Arah Kronisitas


Guidelines tatalaksana untuk strata 1 dititikberatkan pada
identifikasi faktor risiko ke arah kronisitas. Pendekatan yang berguna
telah dikembangkan di New Zealand. Bertujuan untuk
mengikutsertakan semua pihak (pasien, keluarga, paramedis, dan yang
paling penting atasan pasien). Empat kelompok faktor risiko (flags)
untuk kronisitas berikut dengan strategi penatalaksanaan yang
direkomendasikan, termasuk pemakaian kuesioner skrining, struktur
interview yang sesuai dan pedoman manajemen perilaku. Fokusnya
hanya pada faktor psikologis yang mengarah ke kronis. Red flags akan
mengidentifikasi sejumlah kecil pasien yang membutuhkan rujukan ke
ahli bedah. Begitu pula jika pasien bertendensi untuk bunuh diri, harus
dirujuk ke psikiater secepatnya. Kedua grup pasien ini harus
ditatalaksana secara terpisah
3. Pedoman Penatalaksanaan Komprehensif Pasien dengan Nyeri
Mendengarkan pasien dengan seksama.
Memperhatikan perilaku pasien dengan cermat.
Mendengarkan bukan hanya apa yang dikatakan, tetapi bagaimana
hal tersebut dikatakan.
Empati terhadap perasaan pasien.
Memotivasi agar pasien tidak merasa takut.
Memperbaiki kesalahpahaman yang mungkin terjadi dalam
konsultasi dokter-pasien.
Menghilangkan pikiran-pikiran yang tidak membantu (atau bahkan
merusak).
Mengerti kondisi sosial ekonomi pasien.
4. Penatalaksanaan Low Back Pain Kronik yang menyebabkan
Disabilitas
Penelitian telah menunjukkan bahwa pengaruh terpenting dalam
perkembangan kronisitas adalah psikologikal dibandingkan dengan
biomekanikal.
Faktor-faktor psikologis yang dimaksud adalah distress berat,
kesalahpahaman tentang nyeri dan implikasinya, serta penghindaran
aktivitas karena takut membuat rasa nyeri bertambah parah.
Terhadap pasien-pasien yang membutuhkan penanganan rujukan
spesialis, pilihan terapinya adalah interdisciplinary pain management
programme (IPMP). Dimana difokuskan pada fungsi dibandingkan
penyakit, tatalaksana dibandingkan penyembuhan, integrasi beberapa
terapi spesifik, penatalaksanaan multidisiplin, menekankan pada
metode aktif daripada pasif, dan self care daripada hanya menerima
terapi.
5. Penatalaksanaan Low Back Pain Non Spesifik
Aktivitas: lakukan aktivitas normal. Penting untuk melanjutkan
kerja seperti biasanya.
Tirah baring: tidak dianjurkan sebagai terapi, tetapi pada beberapa
kasus dapat dilakukan
tirah baring 2-3 hari pertama untuk mengurangi nyeri.
Medikasi: obat anti-nyeri diberikan dengan interval biasa dan
digunakan hanya jika diperlukan. Mulai dengan parasetamol atau
NSAID. Jika tidak ada perbaikan, coba campuran parasetamol
dengan opioid. Pertimbangkan tambahan muscle relaxant tetapi
hanya untuk jangka pendek, mengingat bahaya ketergantungan.
Olahraga : harus dievaluasi lebih lanjut jika pasien tidak kembali ke
aktivitas sehari-harinya dalam 4-6 minggu.
Manipulasi: dipertimbangkan untuk kasuskasus yang
membutuhkan obat penghilang nyeri ekstra dan belum dapat
kembali bekerja dalam 1-2 minggu. Terapi dan intervensi lain:
belum ada penelitian mengenai terapi dengan traksi, termis
ultrasound, akupuntur, sabuk penyangga, ataupun pijatan.
6. Penatalaksanaan Low Back Pain dengan Nerve Root
Aktivitas: pasien didorong melakukan beragam aktivitas walaupun
punggung/tungkai bawahnya nyeri.
Tirah baring: mungkin dibutuhkan untuk menghilangkan nyeri.

(Deyo&Weinstein,
2001)

K. Pencegahan
Low back pain (LBP) merupakan permasalah yang sering muncul dalam
suatu asuhan keperawatan dengan gejala umum yang terasa pada bagian
lumbo-sacral, otot gluteal, paha dan sering kali pada ekstremitas bawah.
Ketika karakteristik gejala low back pain muncul maka diperlukan
pengangkatan suatu diagnosa dan bagaimana penanganannya yang tepat.
Hampir dari 90 % penduduk pernah mengalami LBP dalam siklus
kehidupannya dan LBP merupakan keluhan nomor dua yang sering muncul
setelah keluhan pada gangguan system pernafasan. Terdapat hasil penelitian
yang menyebutkan bahwa hampir 48% klien dengan LBP tidak diketemukan
penyebabnya yang jelas. Croft juga menyebutkan bahwa 90 % klien dengan
LBP menghentikan pengobatannya setelah 3 bulan pengobatan walaupun
nyerinya masih terasa.
Umumnya LBP berhubungan dengan peregangan ligament dan otot yang
diakibatkan dari mekanik tubuh yang salah saat mengangkat sesuatu. Faktor
resiko untuk mengalami LBP adalah berat badan berlebih, memiliki postur
dan memiliki kekuatan otot perut yang buruk. Berikut ini akan diuraikan cara
pencegahan terjadinya low back pain dan cara mengurangi nyeri apabila LBP
telah terjadi.
Latihan Punggung Setiap Hari
1. Berbaringlah terlentang pada lantai atau matras yang keras. Tekukan satu
lutut dan gerakkanlah menuju dada lalu tahan beberapa detik. Kemudian
lakukan lagi pada kaki yang lain. Lakukanlah beberapa kali.
2. Berbaringlah terlentang dengan kedua kaki ditekuk lalu luruskanlah ke
lantai. Kencangkanlah perut dan bokong lalu tekanlah punggung ke lantai,
tahanlah beberapa detik kemudian relaks. Ulangi beberapa kali.
3. Berbaring terlentang dengan kaki ditekuk dan telapak kaki berada flat di
lantai. Lakukan sit up parsial, dengan melipatkan tangan di tangan dan
mengangkat bahu setinggi 6 -12 inci dari lantai. Lakukan beberapa kali.
Berhati-Hatilah Saat Mengangkat
1. Gerakanlah tubuh kepada barang yang akan diangkat sebelum
mengangkatnya.
2. Tekukan lutut , bukan punggung, untuk mengangkat benda yang lebih
rendah
3. Peganglah benda dekat perut dan dada
4. Tekukan lagi kaki saat menurunkan benda
5. Hindari memutarkan punggung saat mengangkat suatu benda
Lindungi Punggung Saat Duduk dan Berdiri
1. Hindari duduk di kursi yang empuk dalam waktu lama
2. Jika memerlukan waktu yang lama untuk duduk saat bekerja, pastikan
bahwa lutut sejajar dengan paha. Gunakan alat Bantu (seperti
ganjalan/bantalan kaki) jika memang diperlukan.
3. Jika memang harus berdiri terlalu lama, letakkanlah salah satu kaki pada
bantalan kaki secara bergantian. Berjalanlah sejenak dan mengubah posisi
secara periodic.
4. Tegakkanlah kursi mobil sehingga lutut daapt tertekuk dengan baik tidak
teregang.
5. Gunakanlah bantal di punggung bila tidak cukup menyangga pada saat
duduk dikursi
Tetaplah Aktif dan Hidup Sehat
1. Berjalanlah setiap hari dengan menggunakan pakaian yang nyaman dan
sepatu berhak rendah
2. Makanlah makanan seimbang, diit rendah lemak dan banyak
mengkonsumi sayur dan buah untuk mencegah konstipasi.
3. Tidurlah di kasur yang nyaman.
4. Hubungilah petugas kesehatan bila nyeri memburuk atau terjadi trauma.
(Deyo&Weinstein,2001).
L. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan Low
Back Pain adalah :
1) Nyeri akut b.d agen injuri (fisik muskuloskeletal) dan system syaraf
vascular)
2) Kerusakan mobilitas fisik b.d nyeri, kerusakan muskula skeletal,
kekakuan sendi, kontraktur)
3) Gangguan pola tidur b.d nyeri, tidak nyaman

M. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawatan
1. Nyeri akut b/d agen Setelah dilakukan Manajemen nyeri (1400)
injuri (fisik, kelainan tindakan keperawatan 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
muskulo skeletal dan selama x 24 jam nyeri kom-prehensif (lokasi, karateristik,
system syaraf berkurang / hilang durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor
vaskuler dengan kriteria : presipitasi).
2. Observasi reaksi non verbal dari
Batasan Tingkat nyeri (2102) ketidaknyamanan.
karakteristik : 1. Melaporkan nyeri 3. Gunakan teknik komunikasi terapetik
1. Verbal ber-kurang / hilang untuk mengetahui pengalaman nyeri
Menarik nafas pan- 2. Frekuensi nyeri klien.
jang, merintih berku-rang / hilang 4. Kaji kultur / budaya yang
Mengeluh nyeri 3. Lama nyeri mempengaruhi respon nyeri.
2. Motorik berkurang 5. Evaluasi pengalaman nyeri masa
Menyeringaikan 4. Ekspresi oral lampau.
wajah. berkurang / hilang 6. Evaluasi bersama klien dan tim

Langkah yang ter- 5. Ketegangan otot kesehatan lain tentang ketidak


seok-seok berku-rang / hilang efektifan kontrol nyeri masa lampau.
Postur yang kaku / 6. Dapat istirahat 7. Bantu klien dan keluarga untuk

tidak stabil 7. Skala nyeri mencari dan menemukan dukungan.


Gerakan yang amat berkurang / menurun 8. Kontrol lingkungan yang dapat
lambat atau mempe-ngaruhi nyeri (suhu ruangan,
terpaksa Kontrol Nyeri (1605) pencahayaan, dan kebisingan)
Respon autonom 1. Mengenal faktor- 9. Kurangi faktor presipitasi nyeri.
Perubahan vital sign faktor penyebab 10. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
2. Mengenal onset nyeri (farmokologi, non farmakologi dan
3. Jarang / tidak pernah inter-personal)
melakukan tindakan 11. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk me-
pertolongan dengan nentukan intervensi.
non analgetik 12. Ajarkan tentang teknik non
4. Jarang / tidak pernah farmakologi.
menggunakan 13. Berikan analgetik untuk mengurangi
analgetik nyeri.
5. Jarang / tidak pernah 14. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
melaporkan nyeri 15. Tingkatkan istirahat
kepa-da tim 16. Kolaborasi dengan dokter jika ada
kesehatan. keluhan dan tindakan nyeri tidak
6. Nyeri terkontrol berhasil.
17. Monitor penerimaan klien tentang
Tingkat kenyamanan mana-jemen nyeri.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Low back pain (LBP) adalah nyeri di daerah punggung antara sudut
bawah kosta (tulang rusuk) sampai lumbosakral (sekitar tulang ekor). Nyeri
juga bisa menjalar ke daerah lain seperti punggung bagian atas dan pangkal
paha (Rakel, 2002). LBP atau nyeri punggung bawah merupakan salah satu
gangguan muskuloskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang
baik (Maher, Salmond & Pellino, 2002). Klasifikasi LBP ada 2 yaitu Acute
Low Back Pain dan Chronic Low Back Pain.
B. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi
pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih terdapat banyak kekurangan
dan kelemahan, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan
kritik dan saran yang membangun kepada penulis untuk perbaikan makalah
selanjutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga
para pembaca yang budiman pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Deyo & Weinstein. 2001. Low Back Pain. N Engl J Med, Vol. 344, No. 5
Low Back Pain. 2012. Clinical Practice Guidelines Linked to the International
Classification of Functioning, Disability, and Health from the Orthopaedic
Section of the American Physical Therapy Association. J Orthop Sports Phys
Ther. 2012;42(4):A1-A57.
Ehrlich. 2003. Low back pain. Bulletin of the World Health Organization
2003;81:671-676.

Anda mungkin juga menyukai