The purpose of the research is to investigate the effect of the public accountant
leadership style and organizational culture to communication in audit team. The research uses
sample of 16 public accounting firms including big four and non big four located in Jakarta
area with purposive random sampling, and auditor who have position in supervisor, manager,
and partner. This research examine three variables using simple and multiple regression. The
data is collected with distributed 180 questionnaires and 136 (76%) questionnaires are
obtained and 56 (31%) of the questionnaires are valid for research. The result of the research
finding can be summarized as follows. First, the leadership style has a significant effect to
organizational culture. Second, the organizational culture has no significant effect to
communication in audit team. Third, the leadership style has no significant effect to
communication in audit team.
PENDAHULUAN
Dalam divisi pengauditan suatu Kantor Akuntan Publik, suatu tim audit merupakan
unit operasi dasar pekerjaan pengauditan. Pengauditan ini sangat ditentukan oleh tim audit
yang terdiri dari auditor junior, auditor senior, supervisi dan manajer. Staf yang tergabung
dalam tim audit bertanggung jawab atas pekerjaan yang ditentukan oleh supervisor timnya
dan saling bekerja sama untuk mengkoordinasikan pekerjaan yang ditugaskan. Salah satu
aktivitas mendasar yang sangat berpengaruh terhadap suatu kerja tim adalah komunikasi
untuk menyampaikan informasi yang akurat kepada rekan yang tergabung dalam timnya.
Faktor yang mempengaruhi komunikasi yang lancar antara auditor dalam tim audit adalah
kultur organisasi yang menjadi salah satu faktor penentu dalam mendorong keefektifan
proses komunikasi dalam rangka menggabungkan berbagai informasi untuk menghasilkan
opini audit yang berkualitas. Faktor yang mempengaruhi kepuasan dan perilaku auditor
dalam aktivitas pengauditan adalah gaya kepemimpinan.
Kelancaran komunikasi antar anggota dalam suatu tim audit sangat penting
keberadaannya dalam upaya menghindari terjadinya perilaku penurunan kualitas audit (Audit
Quality Reduction Behavior) yang dilakukan oleh auditor. Perilaku penurunan kualitas audit
biasanya dilakukan dengan mengurangi perolehan bukti secara tidak efektif, yaitu bukti audit
belum mencukupi sample size pembuktian transaksi dan mengakhiri pelaksanaan audit
dengan lebih awal (premature audit). Terjadinya permasalahan tersebut sangat dimungkinkan
oleh kurangnya penerapan komunikasi yang efektif antar staf dalam tim audit.
Komunikasi yang terjalin di antara anggota tim audit menjadi aktivitas yang sangat
fundamental untuk mencapai hasil akhir, yaitu opini audit yang berkualitas. Kesuksesan kerja
tim sangat dipengaruhi oleh komunikasi penyampaian informasi dalam tim audit. Dengan
2
adanya kelancaran komunikasi dalam tim audit maka kecenderungan perilaku penurunan
kualitas audit yang dilakukan oleh auditor dalam penugasan audit dapat diperkecil atau
dihindari. Menurut penelitian (Rudolph dan Walker, 1980) menunjukkan bahwa terdapat
korelasi antara struktur tim audit dengan komunikasi antar staf dalam tim audit.
Kualitas dan kuantitas pertukaran informasi atau kelancaran komunikasi yang terjadi
dalam tim audit sangat ditentukan oleh gaya kepemimpinan dan kultur organisasi yang
melekat dalam KAP. Harvey dan Brown (1996) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan dan
kultur organisasi menentukan arah untuk seluruh organisasi dan mempengaruhi komunikasi,
pengambilan keputusan dan pola kepemimpinan dari seluruh sistem.
Menurut Utaminingsih (2005) menemukan adanya keterkaitan antara gaya
kepemimpinan dengan budaya organisasi didasarkan pada kenyataan bahwa manajer hidup
dalam berbagai budaya dan seringkali merupakan instrumen dalam mengkreasi dan
mengembangkan budaya. Sudarto (2004) menyatakan bahwa kreasi, perubahan dan
manajemen budaya adalah implikasi suatu gaya kepemimpinan. Block (2003) menjelaskan
bahwa gaya kepemimpinan atasan langsung berhubungan secara signifikan dengan persepsi
karyawan tentang budaya organisasi.
Peneliti tertarik meneliti masalah ini karena gaya kepemimpinan dalam KAP
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kepuasan dan perilaku auditor dalam
aktivitas pengauditan (Safriliana, 2001) dan kultur organisasi merupakan faktor yang sangat
berpengaruh terhadap situasi dalam suatu organisasi, serta komunikasi merupakan salah satu
aktivitas yang sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan kerja tim audit untuk menghasilkan
opini audit yang berkualitas.
Penelitian ini mengacu pada penelitian Nugraheni (2005) yang melihat pengaruh
kultur Kantor Akuntan Publik terhadap komunikasi dalam tim audit, dimana peneliti ingin
menambahkan variabel independen yaitu gaya kepemimpinan. Alasan peneliti menambahkan
variabel independen untuk menguji pengaruh gaya kepemimpinan terhadap komunikasi
dalam tim audit secara langsung maupun melalui kultur organisasi, juga bertujuan untuk
mengkonfirmasi penelitian Halimatusyadiah (2003) yang menyatakan bahwa adanya
pengaruh yang signifikan antara gaya kepemimpinan dan kultur organisasi terhadap
komunikasi dalam tim audit. Oleh sebab itu, peneliti ingin meneliti lebih dalam mengenai
pengaruh variabel gaya kepemimpinan dan kultur organisasi terhadap komunikasi dalam tim
audit. Penelitian ini penting untuk dilakukan karena mengingat peranan auditor dalam tim
pengauditan yang melakukan pemeriksaan dan penyajian laporan keuangan hasil audit yang
berkualitas selalu memerlukan komunikasi penyampaian informasi yang akurat antar staf
dalam tim audit. Peranan pimpinan sangat penting terhadap kelancaran komunikasi dalam tim
audit untuk menghasilkan audit yang berkualitas.
Gaya Kepemimpinan
juga hasil Safriliana (2001) bahwa gaya kepemimpinan struktur inisiatif lebih berpengaruh
dalam mengurangi perilaku penurunan kualitas audit dibanding dengan gaya kepemimpinan
konsiderasi.
Kultur Organisasi
organisasi memiliki pengaruh yang kuat dalam suatu organisasi melalui penanaman nilai-
nilai, pengharapan dan perilaku, yang kemudian mempengaruhi individu, kelompok dan
proses organisasi (Gibson, 2000). Penelitian OReilly (1989) menunjukkan bahwa kultur
perusahaan mempunyai pengaruh terhadap efektivitas suatu perusahaan, terutama pada
perusahaan yang mempunyai kultur yang sesuai dengan strategi dan dapat meningkatkan
komitmen karyawan terhadap perusahaan.
Umumnya kultur organisasi dibawakan atau diciptakan pertama kali oleh pendiri
organisasi atau lapisan pimpinan paling atas (top management), sehingga kultur organisasi
tidak dapat dipisahkan dengan kepemimpinan. Kotter dan Heskett (1992) menyatakan bahwa
budaya organisasi bersumber dari beberapa orang, lebih sering hanya dari satu orang pendiri
perusahaan, orang tersebut akan mengembangkan strategi sesuai lingkungan bisnis yang
dikelolanya, yang pada akhirnya akan menjadi kultur di perusahaan. Higginson dan Waxler
(1993), menyatakan bahwa gaya kepemimpinan dan kultur organisasi merupakan refleksi
personalitas CEO-nya. Pendapat lainnya yang menyatakan adanya hubungan antara
kepemimpinan dan kultur organisasi adalah Dessler (1995) menyatakan bahwa kultur
organisasi merupakan salah satu variabel penting bagi seorang pemimpin, karena kultur
organisasi mencerminkan nilai-nilai yang diakui dan menjadi pedoman bagi perilaku anggota
organisasi.
Carlson dan Perrewe (1995) menyatakan bahwa perilaku pemimpin memberikan
kontribusi yang cukup besar pada terbentuknya kultur organisasi. Astuti (1995) yang meneliti
tentang analisis kepemimpinan dalam pembentukan budaya perusahaan di Hotel
Ambarrukmo, hasilnya menemukan bahwa ada hubungan yang positif antara gaya
kepemimpinan dengan budaya perusahaan. Demikian juga Praningrum (1997) meneliti gaya
kepemimpinan dan budaya organisasi pada industri kecil, menemukan bahwa gaya
kepemimpinan mempengaruhi budaya organisasi.
Keterkaitan antara gaya kepemimpinan dengan budaya organisasi didasarkan pada
kenyataan bahwa manajer hidup dalam berbagai budaya dan seringkali merupakan instrumen
dalam mengkreasi dan mengembangkan budaya. Oleh sebab itu, salah satu kewajiban
manajer adalah memahami apa yang dihadapi dan apa yang dikerjakan jika mencoba untuk
mengelola budaya, sedangkan kewajiban bagi pimpinan adalah menciptakan dan
memodifikasi budaya. Menurut Block (2003) menjelaskan bahwa gaya kepemimpinan atasan
langsung berhubungan secara signifikan dengan persepsi karyawan tentang budaya
organisasi. Atasan langsung memiliki pengaruh yang lebih tinggi terhadap persepsi karyawan
tentang budaya organisasi daripada pimpinan pada level yang lain.
Berdasarkan uraian di atas diajukan hipotesis alternatif sebagai berikut:
Ha1: Terdapat pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kultur organisasi dalam tim audit.
Menurut Ivancevich dan Matteson (1987) dalam Nugraheni (2005), komunikasi dalam
suatu kelompok adalah pengiriman informasi oleh salah seorang anggota kelompok kepada
anggota yang lain dengan menggunakan simbol-simbol tertentu. Profesi akuntan publik tidak
terlepas dari proses komunikasi karena akuntan publik selalu dituntut untuk melakukan
komunikasi yang baik dengan klien maupun dengan karyawan professional dan klerikal
dalam perusahaan. Putusnya komunikasi antar akuntan dapat memberi pengaruh kurang baik
terhadap kinerja akuntan, selain itu dapat menimbulkan konsekuensi yang membahayakan
perusahaan dan juga menghambat kemampuan akuntan untuk menyelesaikan pekerjaannya
dengan baik, seperti yang dikemukakan oleh Hammer dan Galvin (1983) dalam Rachma
(2000). Di dalam proses komunikasi, ada beberapa elemen kunci yang harus diperhatikan
agar komunikasi dapat berjalan secara efektif, yaitu: berfikir (thinking), pencatatan
6
yang mana sasaran perusahaan dapat dicapai (Harry, 1978 dalam Timpe, 1991). Dalam
pelaksanaan audit, supervisi selalu melakukan komunikasi dengan bawahan mengenai
instruksi tugas dan tujuan dari tugas yang diberikan kepada bawahan, pemberian saran yang
dapat membantu bawahan dalam menjalankan tugasnya (Hall, 1996). Tanpa adanya
komunikasi yang cukup antara supervisi dan bawahan, maka auditor akan mengalami
kesulitan dalam melaksanakan tugas dan menangani tugas-tugas penting yang berkaitan
dengan pelaksanaan tugas dan interpretasi terhadap informasi yang berkenaan dengan audit
yang dilakukan. Pentingnya komunikasi dalam organisasi didukung penelitian Miles et al.,
(1996) dalam Wardhani (2000) yang menemukan bahwa komunikasi yang efektif dari
supervisor mengenai pekerjaan dapat mengurangi role ambiguity dan role conflict.
Berdasarkan uraian di atas diajukan hipotesis alternatif sebagai berikut:
Ha3: Terdapat pengaruh gaya kepemimpinan terhadap komunikasi dalam tim audit melalui
kultur organisasi sebagai variabel intervening.
METODE PENELITIAN
Sampel Penelitian
Sampel penelitian yang digunakan adalah auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan
Publik dengan kriteria sebagai berikut:
1. Auditor yang berada di beberapa wilayah Jakarta dengan pengambilan sampel
berdasarkan purposive random sampling dengan cara mengumpulkan data kuesioner
secara acak dengan menggunakan pertimbangan tertentu yaitu peneliti hanya mempunyai
contact person di daerah Jakarta Barat, Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan.
2. Pendidikan auditor minimal D3 Akuntansi berdasarkan job performance dan pengalaman
kerja auditor tersebut, sehingga auditor tersebut dianggap telah memiliki pengetahuan dan
kemampuan untuk memimpin suatu organisasi di dalam suatu KAP dan mampu
mempengaruhi bawahannya.
3. Auditor yang berada di divisi pengauditan dalam KAP yang ukurannya besar, sedang dan
kecil dengan pengalaman kerja minimal 3 tahun karena auditor tersebut dianggap telah
memahami hal-hal yang berkaitan dengan kondisi lingkungan audit.
4. Auditor yang mempunyai jabatan sebagai supervisor, manajer dan partner karena
supervisor, manajer dan partner adalah pemimpin dalam tim audit, sehingga dapat
mempengaruhi kinerja dan perilaku bawahannya untuk mencapai tujuan organisasi serta
supervisor, manajer dan partner mempunyai kemampuan untuk mengambil keputusan
yang tepat.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner disebarkan secara
langsung ke tempat responden bekerja, melalui email dan melalui perantara. Dari 180
kuesioner yang disebarkan, sebanyak 136 kuesioner dapat dikumpulkan kembali. Setelah
diseleksi, dari 136 kuesioner yang terkumpul, hanya 56 kuesioner yang memenuhi syarat
untuk diolah. Sisanya 80 kuesioner tidak sesuai dengan sampel penelitian.
Pengukuran Variabel
Terdapat tiga variabel yang diteliti dalam penelitian ini. Satu variabel dependen yaitu
komunikasi dalam tim audit, satu variabel independen yaitu gaya kepemimpinan, dan satu
variabel intervening yaitu gaya kepemimpinan. Berikut ini adalah penjelasan masing-masing
variabel dan pengukurannya:
8
2. Gaya kepemimpinan
Gaya kepemimpinan terdiri dari dua dimensi, yaitu struktur inisiatif (initiating structure)
dan konsiderasi (consideration) yang diukur dengan menggunakan skala likert 5 poin,
mulai dari 1 (tidak pernah) sampai 5 (hampir selalu) yang berisi 20 pertanyaan yang
berkaitan dengan perilaku manajer KAP. 10 pertanyaan merefleksikan perilaku struktur
inisiatif, sedangkan 10 pertanyaan merefleksikan perilaku konsiderasi.
3. Kultur organisasi
Kultur organisasi terdiri dari tiga dimensi, yaitu birokrasi, inovatif dan suportif yang
diukur dengan menggunakan lima skala likert, mulai dari 1 (tidak menggambarkan)
sampai 5 (benar menggambarkan).
Pada penelitian ini, pengujian dan analisis data menggunakan Statistical Program for
Social Science (SPSS) 11.5 for windows. Hipotesis penelitian ini diuji dengan menggunakan
metode statistik regresi sederhana (simple regression) untuk hipotesis 1 dan regresi berganda
(multiple regression) untuk hipotesis 2 dan 3. Persamaan regresi yang digunakan dalam
penelitian ini sebagai berikut:
1. Model penelitian untuk variabel kultur organisasi
KO = a + b1GK + e
2. Model penelitian untuk variabel komunikasi dalam tim audit
KDTA = a + b1GK + b2KO + e
Keterangan :
KDTA = Komunikasi dalam tim audit
GK = Gaya kepemimpinan
KO = Kultur organisasi
e = Error
Statistik Deskriptif
Tabel di bawah ini menampilkan hasil statistik deskriptif yang diuji dalam penelitian ini.
TABEL 1.
Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
Variabel Mean Standar Deviasi
Gaya Kepemimpinan 80.55 8.113
Kultur Organisasi 94.64 10.256
Komunikasi Dalam Tim Audit 49.71 7.834
9
TABEL 2.
Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Cronbach Alpha Hasil
Gaya Kepemimpinan 0.8998 Reliabel
Kultur Organisasi 0.8948 Reliabel
Komunikasi Dalam Tim Audit 0.8667 Reliabel
1. Uji Multikoliniearitas
Pada output SPSS tampak bahwa nilai tolerance lebih besar dari 0.1 dan nilai variance
inflation factor (VIF) tiap masing-masing variabel lebih kecil dari 10. Hal ini berarti dalam
model regresi tidak terjadi multikoliniearitas.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak ada autokorelasi baik positif maupun negatif, atau
dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi.
Pada output SPSS tampak bahwa untuk Ha2 dan Ha3 nilai Durbin-Watson sebesar
1.295. Jika menggunakan tingkat signifikan ( = 5%), jumlah sampel sebanyak 56 data serta
jumlah variabel bebas (independen) adalah 2, maka dari tabel D-W diperoleh batas atas/upper
bound (du) sebesar 1.652 dan nilai bawah/lower bound (dl) sebesar 1.514. Dengan demikian,
maka didapatkan nilai (4-du) sebesar 2.348 dan nilai (4-dl) sebesar 2.486. Berdasarkan hasil
uji Durbin-Watson di atas, tampak bahwa nilai DW sebesar 1.295 terletak diantara 0 dan dl.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak ada autokorelasi positif.
4. Uji Normalitas
Uji normalitas terhadap data-data yang akan digunakan dalam penelitian ini
menggunakan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test pada tingkat signifikansi 5%. Pada
output SPSS tampak bahwa nilai signifikansi lebih besar dari 5% sehingga data berdistribusi
normal.
Uji Hipotesis
Pengolahan data ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 11.5. Hasil
uji hipotesis dapat dilihat pada persamaan regresi dibawah ini:
1. Kultur organisasi = 54,641 + 0,506 gaya kepemimpinan.
Artinya konstanta sebesar 54,641 menyatakan bahwa jika variabel independen (gaya
kepemimpinan) dianggap konstan, maka kultur organisasi adalah sebesar 54,641.
Koefisien regresi sebesar 0,506 menyatakan bahwa setiap penambahan 1% pada gaya
kepemimpinan maka kultur organisasi akan naik sebesar 0,506%.
2. Komunikasi dalam tim audit = 48,938 0,132 gaya kepemimpinan + 0,044 kultur
organisasi.
Artinya konstanta sebesar 48,938 menyatakan bahwa jika variabel independen (gaya
kepemimpinan dan kultur organisasi) dianggap konstan, maka komunikasi dalam tim
audit adalah sebesar 48,938. Koefisien regresi sebesar 0,132 menyatakan bahwa
setiap penambahan 1% pada gaya kepemimpinan maka komunikasi dalam tim audit
akan turun sebesar 0,132%. Koefisien regresi sebesar 0,044 menyatakan bahwa setiap
penambahan 1% pada kultur organisasi maka komunikasi dalam tim audit akan naik
sebesar 0,044%.
Hasil uji koefisien korelasi (R) dan koefisien determinasi (adjusted R square) dapat dilihat
pada tabel 3 dan tabel 4 dibawah ini:
TABEL 3.
Hasil Uji R dan Adjusted R square
TABEL 4.
Hasil Uji R dan Adjusted R square
Sum of Mean
Model Squares Df Square F Sig.
1 Regression 924.272 1 924.272 10.725 .002(a)
Residual 4653.567 54 86.177
Total 5577.839 55
a. Predictors: (Constant), TTL_GK
b. Dependent Variable: TTL_KO
TABEL 6.
Hasil Uji F
Sum of Mean
Model Squares Df Square F Sig.
1 Regression 52.463 2 26.231 .423 .657(a)
Residual 3288.394 53 62.045
Total 3340.857 55
a. Predictors: (Constant), TTL_KO, TTL_GK
b. Dependent Variable: TTL_KDTA
12
Berdasarkan tabel 5 diatas, nilai uji F sebesar 10.725 dengan tingkat signifikansi
sebesar 0.002 karena tingkat signifikansi lebih kecil dari 5% maka berarti Ha1 diterima,
bahwa variabel independen (gaya kepemimpinan) secara bersama-sama berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen (kultur organisasi). Hasil penelitian ini konsisten
dengan hasil penelitian sebelumnya yaitu Halimatusyadiah (2003).
Berdasarkan tabel 6 diatas, nilai uji F sebesar 0.423 dengan tingkat signifikansi
sebesar 0.657 karena tingkat signifikansi lebih besar dari 5% maka berarti Ha3 gagal
diterima, bahwa variabel independen (gaya kepemimpinan dan kultur organisasi) secara
bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (komunikasi dalam
tim audit).
Hasil uji t dapat dilihat pada tabel 7 dan tabel 8 dibawah ini:
TABEL 7.
Hasil Uji t
Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 54.641 11.307 4.833 .000
TTL_GK .506 .155 .407 3.275 .002
a. Dependent Variable: TTL_KO
TABEL 8.
Hasil Uji t
Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 48.938 11.483 4.262 .000
TTL_KO .044 .115 .057 .381 .705
TTL_GK -.132 .144 -.137 -.920 .362
Nilai uji t untuk gaya kepemimpinan diperoleh sebesar -0.920 dengan tingkat
signifikansi sebesar 0.362. Dengan tingkat signifikansi yang lebih besar dari 5% maka Ha3
yang menyatakan bahwa gaya kepemimpinan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
komunikasi dalam tim audit gagal diterima. Jadi dapat dikatakan bahwa gaya kepemimpinan
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap komunikasi dalam tim audit. Hasil penelitian ini
tidak konsisten dengan hasil penelitian sebelumnya yaitu Halimatusyadiah (2003) karena
penelitian ini menggunakan sampel penelitian yaitu auditor dengan jabatan supervisor,
manajer dan partner, sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan staf auditor yang telah
berpengalaman minimal 1 tahun sehingga terjadi perbedaan gaya kepemimpinan yang
digunakan yang menyebabkan ketidak lancaran komunikasi dalam tim audit. Tanpa adanya
komunikasi yang cukup antara supervisi dan bawahan, maka auditor akan mengalami
kesulitan dalam melaksanakan dan menangani tugas-tugas penting yang berkaitan dengan
pelaksanaan tugas dan interpretasi terhadap informasi yang berkenaan dengan audit yang
dilakukan.
Hasil uji hipotesis ketiga mengenai pengaruh gaya kepemimpinan berpengaruh
terhadap komunikasi dalam tim audit secara langsung maupun tidak langsung melalui kultur
organisasi dapat dilihat pada gambar 1 dibawah ini:
Gambar 1.
Hasil Uji Hipotesis Ketiga
Kultur
Organisasi
0.057
0.407
Gaya
Komunikasi
Kepemimpinan -0.137 dalam Tim Audit
Nilai standardized beta gaya kepemimpinan pada persamaan (1) sebesar 0.407 dan
nilai signifikansi 0.002 yang berarti gaya kepemimpinan mempengaruhi kultur organisasi.
Nilai standardized beta gaya kepemimpinan pada persamaan (2) sebesar -0.137 dan kultur
organisasi sebesar 0.057 yang berarti gaya kepemimpinan dan kultur organisasi tidak
mempengaruhi komunikasi dalam tim audit. Gaya kepemimpinan dapat berpengaruh secara
langsung ke komunikasi dalam tim audit dan dapat juga berpengaruh tidak langsung yaitu
gaya kepemimpinan ke kultur organisasi (sebagai variabel intervening) lalu ke komunikasi
dalam tim audit. Besarnya pengaruh langsung adalah -0.137 sedangkan besarnya pengaruh
tidak langsung harus dihitung dengan mengalikan koefisien tidak langsungnya yaitu (0.407) x
(0.057) = 0.023 sedangkan pengaruh gaya kepemimpinan ke komunikasi dalam tim audit
= -0.137 + (0.407 x 0.057) = -0.114.
PENUTUP
Kesimpulan
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah gaya kepemimpinan dan kultur
organisasi berpengaruh signifikan terhadap komunikasi dalam tim audit. Berdasarkan hasil
penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh yang signifikan antara gaya kepemimpinan terhadap kultur organisasi.
2. Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara kultur organisasi terhadap komunikasi
dalam tim audit.
3. Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara gaya kepemimpinan terhadap komunikasi
dalam tim audit melalui kultur organisasi sebagai variabel intervening.
14
Keterbatasan
Dalam melakukan penelitian ini peneliti merasakan bahwa penelitian ini masih kurang
mendapat respon yang memuaskan. Hal ini dapat dilihat dari pengisian kuesioner bahwa
tingkat pengembalian kuesioner ini hanya 76% dari 180 kuesioner yang disebarkan, ada
beberapa kuesioner yang dikembalikan tanpa diisi dan ada yang diisi tidak sesuai dengan
kriteria objek, sehingga yang digunakan hanya 56 kuesioner (31%). Waktu yang ada dirasa
sangat kurang bagi peneliti, maka pengumpulan data menggunakan purposive random
sampling, dimana kuesioner yang disebarkan hanya ke KAP yang mudah dijangkau oleh
peneliti dan melalui contact person yang bekerja di KAP, melalui email dan mendatangi KAP
tersebut.
Karena data yang dikumpulkan melalui contact person, maka ada kemungkinan yang
mengisi kuesioner bukanlah responden yang dikehendaki. Yang menjadi objek penelitian ini
terbatas yaitu supervisor, manajer dan partner karena para responden pada sibuk dan KAP big
four tidak dimasukan ke dalam sampel penelitian.
5.3. Rekomendasi
Penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian dengan jumlah
responden yang lebih banyak lagi dan cara penyebaran kuesioner yang lebih baik agar
mendapat hasil yang lebih akurat. Penelitian selanjutnya diharapkan dalam menyebarkan
kuesioner sebaiknya menyediakan waktu yang cukup panjang untuk memperoleh kembali
kuesioner yang disebarkan karena mengingat kesibukan dari para responden. Penelitian
selanjutnya diharapkan dapat mendatangi responden yang diharapkan untuk mengisi
kuesioner.
Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambahkan variabel baru yaitu struktur
organisasi sesuai penelitian. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan objek
penelitian sehingga tidak hanya terbatas pada wilayah Jakarta dan KAP big four dapat
dimasukkan ke dalam sampel penelitian.
DAFTAR REFERENSI
Hair, Joseph F., William C. Black, Barry J. Babin, Rolph E. Anderson, and Ronald L.
Tatham, Multivariate Data Analysis, Sixth Edition, Prentice Hall International
Inc., 2006.
15
Hodgetts, Richard M., Fred Luthans, and Jonathan P. Doh, International Management-
Culture, Strategy, and Behavior, Sixth Edition. McGraw Hill Co. Inc., 2006.
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo, Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan
Manajemen, Edisi Pertama, Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Yogyakarta,
Yogyakarta, 2002.
Mayangsari, Sekar, Kos Transaksi dan Kultur Organisasi : Perspektif Pertukaran pada
Kantor Akuntan Publik , Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi,
Volume 2 No.1, April 2002, pp. 47-65.
Muhammad, Rifqi, Pengaruh Struktur Organisasi terhadap Komunikasi dalam Tim Audit,
Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia, Volume 9 No. 2, Desember 2005, pp.
167-188.
Murtanto, dan Melva Djasmin, Analisa Hubungan Tindakan Supervisi dan Budaya
Organisasi terhadap Kinerja Individual Akuntan Yunior di Kantor Akuntan
Publik dengan Kepuasan Kerja sebagai Variabel Intervening, Jurnal Bisnis dan
Akuntansi, Volume 7 No. 1, April 2005, pp. 84-109.
Nahar, Aida, Pengaruh Gaya Evaluasi Atasan terhadap Tekanan dan Kepuasan Kerja
Bawahan dengan Budaya Organisasi sebagai Variabel Moderating, Jurnal
MAKSI, Volume 4, Januari 2004, pp. 1-19.
Nugraheni, Peni, Pengaruh Kultur Kantor Akuntan Publik terhadap Komunikasi dalam Tim
Audit, Jurnal Akuntansi dan Investasi, Volume 6 No.1, Januari 2005, pp. 67-
79.
Robbins, Stephen P., Organizational Behavior, Eleventh Edition, Prentice Hall International
Inc., 2005.
16
Santoso, Singgih, Buku Latihan SPSS Statistik Multivariat, PT. Elex Media Komputindo,
Gramedia, Jakarta, 2001.
Yukl, Gary, Leadership In Organizations, Sixth Edition, Pearson Education Inc., New
Jersey, 2006.
17