Anda di halaman 1dari 7

TUGAS GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN

PENGAPLIKASIAN METODE GRAVITY DALAM BIDANG GEOLOGI

DISUSUN OLEH :

NAMA : YUHANNA

NIM : 1301372

KELAS : GEOLOGI B (2013)

S1-TEKNIK PERMINYAKAN KONSENTRASI TEKNIK GEOLOGI

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI

BALIKPAPAN

2015/2016
Aplikasi Metode Gravity
-Metode gravity
Dilakukan untuk menyelidiki keadaan bawah permukaan berdasarkan
perbedaan rapat masa jebakan mineral dari daerah sekeliling (r=gram/cm3).
Metode ini adalah metode geofisika yang sensitive terhadap perubahan vertikal,
oleh karena itu metode ini disukai untuk mempelajari kontak intrusi, batuan dasar,
struktur geologi, endapan sungai purba, lubang di dalam masa batuan, shaff
terpendam dan lain-lain. Eksplorasi biasanya dilakukan dalam bentuk kisi atau
lintasan penampang. Perpisahan anomali akibat rapat masa dari kedalaman
berbeda dilakukan dengan menggunakan filter matematis atau filter geofisika. Di
pasaran sekarang didapat alat gravimeter dengan ketelitian sangat tinggi (mgal),
dengan demikian anomali kecil dapat dianalisa. Hanya saja metode penguluran
data, harus dilakukan dengan sangat teliti untuk mendapatkan hasil yang akurat.
Pengukuran ini dapat dilakukan dipermukaan bumi, di kapal maupun diudara.
Dalam metode ini yang dipelajari adalah variasi medan gravitasi akibat variasi
rapat massa batuan di bawah permukaan sehingga dalam pelaksanaannya yang
diselidiki adalah perbedaan medan gravitasi dari suatu titik observasi terhadap
titik observasi lainnya. Metode gravitasi umumnya digunakan dalam eksplorasi
jebakan minyak (oil trap). Disamping itu metode ini juga banyak dipakai dalam
eksplorasi mineral dan lainnya. Prinsip pada metode ini mempunyai kemampuan
dalam membedakan rapat massa suatu material terhadap lingkungan sekitarnya.
Dengan demikian struktur bawah permukaan dapat diketahui. Pengetahuan
tentang struktur bawah permukaan ini penting untuk perencanaan langkah-
langkah eksplorasi baik minyak maupun meneral lainnya.
langkah-langkah dalam melakukan pengukuran metode gravity
Hal-hal yang dilakukan terlebih dahulu sebelum melakukan pengukuran adalah
sebagai berikut:
Kalibrasi terhadap data / titik pengukuran yang telah diketahui nilai gravitasi
absolutnya, misalnya IGSN71
1. Melakukan pengikatan pada base camp terhadap titik IGSN71 terdekat
yang telah diketahui nilai ketinggian dan gravitasinya, dengan cara looping.
2. Bila perlu di base camp diamati variasi harian akibat pasang surut dan
akibat faktor yang lainnya. Setelah melakukan hal di atas barulah pengamatan
yang sebenarnya dilakukan.
Pengukuran metode gaya berat dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu: penentuan
titik ikat dan pengukuran titik-titik gayaberat. Sebelum survei dilakukan perlu
menentukan terlebih dahulu base station, biasanya dipilih pada lokasi yang cukup
stabil, mudah dikenal dan dijangkau. Base station jumlahnya bisa lebih dari satu
tergantung dari keadaan lapangan. Masing-masing base station sebaiknya
dijelaskan secara cermat dan terperinci meliputi posisi, nama tempat, skala dan
petunjuk arah. Base station yang baru akan diturunkan dari nilai gayaberat yang
mengacu dan terikat pada Titik Tinggi Geodesi (TTG) yang terletak di daerah
penelitian. TTG tersebut pada dasarnya telah terikat dengan jaringan Gayaberat
Internasional atau International Gravity Standardization Net, (IGSN 71). Base
station berada di Hotel Sari Bakung kecamatan Menggala Kabupaten Tulang
Bawang Provinsi Lampung. Base station diturunkan dari TTG.2327 yang berada
di pertigaan jalan terminal Panarakan-Menggala-Panarakan depan kuburan, 800 m
membesar dari km.121 TB;km.2 Menggala; km.20 Panarakan. Penurunan tersebut
dilakukan dengan metode kitaran/looping.
Pengukuran data lapangan meliputi pembacaan gravity meter juga penentuan
posisi, waktu dan pembacaan barometer serta suhu. Pengukuran gayaberat pada
penelitian ini menggunakan alat gravity meter LaCoste & Romberg type G.525
berketelitian 0,03 mGal/hari atau 0,1 mGal/bulan. Penentuan posisi dan waktu
menggunakan Global Positioning System (GPS) Garmin, sedangkan pengukuran
ketinggian menggunakan Barometer Aneroid Precission dan termometer.
Pengukuran pada titik-titik survei dilakukan dengan metode kitaran/looping
dengan pola A-B-C-D-A, dengan A adalah salah satu cell center (CC) yang
merupakan base station setempat. Jarak antar titik pengukuran pada keadaan
normal 5 km, tergantung dari medan yang akan diukur dengan pertimbangan
berdasarkan pada kecenderungan (trend) geologi di daerah survei.
Metode kitaran/looping diharapkan untuk menghilangkan kesalahan yang
disebabkan oleh pergeseran pembacaan gravity meter. Metode ini muncul
dikarenakan alat yang digunakan selama melakukan pengukuran akan mengalami
guncangan, sehingga menyebabkan bergesernya pembacaan titik nol pada alat
tersebut
Pengolahan Data Gravity
Pemrosesan data gayaberat yang sering disebut juga dengan reduksi data
gayaberat, secara umum dapat dipisahkan menjadi dua macam, yaitu: proses dasar
dan proses lanjutan. Proses dasar mencakup seluruh proses berawal dari nilai
pembacaan alat di lapangan sampai diperoleh nilai anomali Bouguer di setiap titik
amat. Proses tersebut meliputi tahap-tahap sebagai berikut: konversi pembacaan
gravity meter ke nilai milligal, koreksi apungan (drift correction), koreksi pasang
surut (tidal correction), koreksi lintang (latitude correction), koreksi udara bebas
(free-air correction), koreksi Bouguer (sampai pada tahap ini diperoleh nilai
Anomali Bouguer Sederhana (ABS) pada topografi.), dan koreksi medan (terrain
correction). Pemrosesan data tersebut menggunakan komputer dengan software
MS. Excel. Proses lanjutan merupakan proses untuk mempertajam
kenampakan/gejala geologi pada daerah penyelidikan yaitu pemodelan dengan
menggunakan software Surfer 8 dan GRAV2DC. Beberapa koreksi dan konversi
yang dilakukan dalam pemrosesan data metoda gayaberat, dapat dinyatakan
sebagai berikut :
a. Konversi Pembacaan Gravity Meter
Pemrosesan data gayaberat dilakukan terhadap nilai pembacaan gravity meter
untuk mendapatkan nilai anomali Bouguer. Untuk memperoleh nilai anomali
Bouguer dari setiap titik amat, maka dilakukan konversi pembacaan gravity meter
menjadi nilai gayaberat dalam satuan milligal. Untuk melakukan konversi
memerlukan tabel konversi dari gravity meter tersebut. Setiap gravity meter
dilengkapi dengan tabel konversi.
Cara melakukan konversi adalah sebagai berikut:
1. Misal hasil pembacaan gravity meter 1714,360. Nilai ini diambil nilai
bulat sampai ratusan yaitu 1700. Dalam tabel konversi (Tabel 3.1) nilai 1700 sama
dengan 1730,844 mGal.
2. Sisa dari hasil pembacaan yang belum dihitung yaitu 14,360 dikalikan
dengan faktor interval yang sesuai dengan nilai bulatnya, yaitu 1,01772 sehingga
hasilnya menjadi 14,360 x 1,01772 = 14.61445 mGal.
3. Kedua perhitungan diatas dijumlahkan, hasilnya adalah (1730,844 +
14.61445) x CCF = 1746.222 mGal. Dimana CCF (Calibration Correction
Factor) merupakan nilai kalibrasi alat Gravity meter LaCoste & Romberg type
G.525 sebesar 1.000437261.
b. Posisi dan Ketinggian
Penentuan posisi menggunakan GPS, sedangkan pengukuran ketinggian
menggunakan barometer aneroid dan termometer. Pengukuran ketinggian
dilakukan secara diferensial yaitu dengan menggunakan dua buah barometer dan
termometer. Pengukuran tersebut dilakukan dengan menempatkan satu alat di
base station sedangkan alat yang lain dibawa untuk melakukan pengukuran pada
setiap titik amat.
Adapun pemrosesan data posisi dan ketinggian sebagai berikut.
1. Pemrosesan Data GPS
Setiap kali pembacaan posisi titik amat langsung dapat diketahui dari bacaan
tersebut, yaitu berupa bujur (longitude) dan lintang (latitude). Posisi yang
ditunjukan GPS dalam satuan derajat, menit dan detik. Maka perlu melakukan
konversi posisi dari satuan waktu ke dalam satuan derajat. Posisi ini selanjutnya
digunakan untuk menghitung koreksi lintang atau perhitungan normal.
2. Pemrosesan Data Barometer
Barometer merupakan alat ukur tekanan udara yang secara tidak langsung
digunakan untuk mengukur beda tinggi suatu tempat di permukaan bumi. Prinsip
pengukuran ketinggian barometer didasarkan pada suatu hubungan antara tekanan
udara disuatu tempat dengan ketinggian tempat lainnya, yaitu dengan adanya
tekanan udara suatu tempat dipermukaan bumi sebanding dengan berat kolom
udara vertikal yang berada diatasnya (hingga batas atas atmosfer). Ketelitiaan
pengukuran tinggi barometer sangat tergantung pada kondisi cuaca, sebab
keadaan tersebut akan mempengaruhi tekanan udara di suatu tempat. Perbedaan
temperatur udara dan kecepatan angin disuatu tempat akan menyebabkan tekanan
udara naik turun (berfluktuasi), sehingga akan menimbulkan kesalahan dalam
beda tinggi antara dua tempat yang berbeda. Maka perlu dilakukan pengukuran
temperatur udara untuk menentukan koreksi temperatur yang harus
diperhitungkan dalam penentuan beda tinggi, sehingga akan memperkecil
kesalahan (Subagio, 2002). Pengukuran ketinggiaan dengan menggunakan
barometer selain tergantung pada tekanan udara, dipengaruhi juga oleh beberapa
parameter seperti temperatur udara, kelembaban udara, posisi lintang titik amat,
serta ketinggian titik ukur.
Dalam pemrosesan data metoda gayaberat terdapat beberapa tahapan dengan
koreksi-koreksi diantaranya adalah :
1. Koreksi Apungan (Drift Correction)
Koreksi ini dilakukan untuk menghilangkan pengaruh perubahan kondisi alat
(gravity meter) terhadap nilai pembacaan. Koreksi apungan muncul karena gravity
meter selama digunakan untuk melakukan pengukuran akan mengalami
goncangan, sehingga akan menyebabkan bergesernya pembacaan titik nol pada
alat tersebut. Koreksi ini dilakukan dengan cara melakukan pengukuran dengan
metode looping, yaitu dengan pembacaan ulang pada titik ikat (base station)
dalam satu kali looping, sehingga nilai penyimpangannya diketahui. Besarnya
koreksi Drift dirumuskan sebagai berikut
drift
dengan g adalah medan gravitasi hasil pengukuran (mGal).
2. Koreksi Pasang Surut (Tidal Correction)
Koreksi ini adalah untuk menghilangkan gaya tarik yang dialami bumi akibat
bulan dan matahari, sehingga di permukaan bumi akan mengalami gaya tarik naik
turun. Hal ini akan menyebabkan perubahan nilai medan gravitasi di permukaan
bumi secara periodik. Koreksi pasang surut juga tergantung dari kedudukan bulan
dan matahari terhadap bumi. Koreksi tersebut dihitung berdasarkan perumusan
Longman (1965) yang telah dibuat dalam sebuah paket program komputer.
Koreksi ini selalu ditambahkan terhadap nilai pengukuran, dari koreksi akan
diperoleh nilai medan gravitasi di permukaan topografi yang terkoreksi drift dan
pasang surut,
3. Koreksi Lintang (Latitude Correction)
Koreksi lintang digunakan untuk mengkoreksi gayaberat di setiap lintang
geografis karena gayaberat tersebut berbeda, yang disebabkan oleh adanya gaya
sentrifugal dan bentuk ellipsoide. Dari koreksi ini akan diperoleh anomali medan
gayaberat. Medan anomali tersebut merupakan selisih antara medan gayaberat
observasi dengan medan gayaberat teoritis (gayaberat normal).
Menurut (Sunardy, A.C., 2005) gayaberat normal adalah harga gayaberat teoritis
yang mengacu pada permukaan laut rata-rata sebagai titik awal ketinggian dan
merupakan fungsi dari lintang geografi. Medan gayaberat teoritis diperoleh
berdasarkan rumusan-rumusan secara teoritis, maka untuk koreksi ini
menggunakan rumusan medan gayaberat teoris pada speroid referensi (z = 0) yang
ditetapkan oleh The International of Geodesy (IAG) yang diberi nama Geodetic
Reference System 1967 (GRS 67) sebagai fungsi lintang (Burger, 1992),
4. Koreksi Ketinggian
Koreksi ini digunakan untuk menghilang perbedaan gravitasi yang
dipengaruhi oleh perbedaan ketinggian dari setiap titik amat. Koreksi ketinggian
terdiri dari dua macam yaitu:
a) Koreksi Udara Bebas (free-air correction)
b) Koreksi Bouguer
Koreksi udara bebas merupakan koreksi akibat perbedaan ketinggian sebesar h
dengan mengabaikan adanya massa yang terletak diantara titik amat dengan
sferoid referensi. Koreksi ini dilakukan untuk mendapatkan anomali medan
gayaberat di topografi. Untuk mendapat anomali medan gayaberat di topografi
maka medan gayaberat teoritis dan medan gayaberat observasi harus sama-sama
berada di topografi, sehingga koreksi ini perlu dilakukan. Koreksi udara bebas
dinyatakan secara metematis dengan rumus :
FAC =0.3085h mGal
dimana h adalah beda ketinggian antara titik amat gayaberat dari sferoid referensi
(dalam meter).
Setelah dilakukan koreksi tersebut maka akan didapatkan anomali udara bebas di
topografi yang dapat dinyatakan dengan rumus :
FAA =gobs-g(f) +FAC mGal
dimana :
FAA: anomali medan gayaberat udara bebas di topografi (mGal)
Gobs: medan gayaberat observasi di topografi (mGal)
G(f): medan gayaberat teoritis pada posisi titik amat (mGal)
FAC : koreksi udara bebas (mGal)
b). Koreksi Bouguer
Bouguer Correction adalah harga gaya berat akibat massa di antara referensi
antara bidang referensi muka air laut samapi titik pengukuran sehingga nilai
gobservasi bertambah. Setelah dilakukan koreksi-koreksi terhadap data percepatan
gravitasi hasil pengukuran (koreksi latitude, elevasi, dan topografi) maka
diperoleh anomali percepatan gravitasi (anomali gravitasi Bouguer lengkap) yaitu:
gBL = gobs g() + gFAgB + gT
dimana :
gobs = medan gravitasi observasi yang sudah dikoreksi pasang surut
g() = Koreksi latitude
gFA = Koreksi udara bebas (Free Air Effect)
gB = Koreksi Bouguer
gT = Koreksi topografi (medan)
Dengan memasukan harga-harga numerik yang sudah diketahui,
gBL = gobs g() + 0.094h (0.01277h T)
5. Koreksi Medan (Terrain Corection)
Koreksi medan digunakan untuk menghilangkan pengaruh efek massa
disekitar titik observasi. Adanya bukit dan lembah disekitar titik amat akan
mengurangi besarnya medan gayaberat yang sebenarnya. Karena efek tersebut
sifatnya mengurangi medan gayaberat yang sebenarnya di titik amat maka koreksi
medan harus ditambahkan terhadap nilai medan gayaberat.
Anomali Bouguer
Nilai anomali Bouguer lengkap dapat diperoleh dari nilai anomali Bouguer
sederhana yang telah terkoreksi medan, Merupakan anomali yang dicari dengan
cara mereduksi hasil pengukuran lapangan dengan koreksi-koreksi seperti yang
telah diuraikan di atas.
Dg = {Dgobs DgF + (3,086 0,4191r) h + Tr} gu.

Anda mungkin juga menyukai