Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Merasa gugup dalam beberapa situasi sosial merupakan kondisi yang normal dan bukan
merupakan phobia sosial atau social anxyety disorder. Pada phobia sosial, interaksi sehari-hari
pun menyebabkan ketakutan ekstrim.1

Fobia sosial adalah penyakit mental ditandai oleh rasa takut luar biasa dan teru-menerus
yang muncul ketika seseorang menghadapi situasi-situasi sosial sehingga menyebabkan tekanan
serta ketidakmampuan untuk berfungsi secara normal dalam beberapa bagian kehidupan yang
dijalani seseorang. Penyakit ini telah ditemukan sejak tahun 1960.2,3

Prevalensi kasus fobia sosial besarnya antara 9,6%-16% dan menempati urutan nomor 3
di antara gangguan kejiwaan setelah gangguan kejiawaan penyalahgunaan zat dan depresi berat.3

Sampai sekarang belum ditemukan penyebab yang pasti. Walaupun demikian, penelitian
mengenai etiologi banyak dilakukan saat ini. Terdapat beberapa pendapat yang berusaha
menjelaskan tentang hal ini dimana faktor genetik dan lingkungan diduga saling berinteraksi
didalamnya. Selain itu, terdapat dugaan bahwa neurotransmitter otak ikut berperan dalam fobia
sosial, kebanyakan diantaranya berhubungan dengan amigdala baik langsung maupun tidak
langsung. Dugaan ini didukung oleh fakta bahwa obat-obatan untuk terapi fobia sosial
menyeimbangi substansi tersebut. 4

Penderita fobia sosial merasakan kesulitan dalam kehidupannya karena merasa tidak
cocok dengan orang lain. Diagnosis dan penanganan dini sangat penting agar tidak terjadi
komplikasi psikis lainnya seperti depresi. Beberapa penderita mungkin mencoba mengatasinya
dengan cara yang tidak sehat seperti mengkonsumsi alkohol dan narkoba. Sehingga deteksi dini
sangat penting.5

1
1.2 Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui etiologi, patofisiologi, gejala klinis, cara mendiagnosis dan terapi
fobia sosial sehingga diharapkan dapat mencegah komplikasi yang mungkin terjadi di kemudian
hari.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Fobia Sosial

Fobia sosial merupakan salah satu diantara gangguan cemas dengan gejala utama
perasaaan takut yang disertai keinginan untuk menghindar. Fobia berasal dari kata Phobos, nama
salah satu dewa Yunani yang dapat menimbulkan rasa takut. Kata phobia berasal dari namanya
yang diartikan ketakutan, kekhawatiran, atau kepanikan.3,6

Fobia sosial adalah ketakutan yang bermaksa dan terus-menerus, tidak rasional terhadap
satu atau lebih situasi-situasi sosial atau oenampilan tatkala orang tersebut diperhadapkan dengan
orang-orang yang tidak dikenalnya, atau kemungkinan diperhatikan dengan cermat oleh orang
lain. Penderita cenderung menghindari situasi sosial, seperti berbicara di depan publik, tampil di
panggung, bekerja ketika diawasi, makan ditempat umum dan berkencan, karena kawatir akan
berbuat sesuatu yang memalukan.7,8

Sedangkan menurut International Classification of Disease (ICD) 10 dan Diagnostic and


Statistical Manual Mental Disorders (DSM) V serta Pedoman Penggolongan dan Diagnosis
Gangguan Jiwa (PPDGJ) III memberi batasan fobia sosial berdasarkan gejala-gejala yang
ditimbulkan, meliputi perasaan takut sehubungan dengan prediksi akan timbulnya rasa malu
sebagai reaksi pada saat menghadapi objek, aktivitas atau situasi tertentu, misalnya tampil dan
berbicara di depan umum, menghadiri pesta dan tempat ramai. Kondisi-kondisi ini akan
menimbulkan rasa takut sehingga dalam kehidupan nyata individu ini lebih baik menghindar.3,4

2.2. Klasifikasi

Terdapat dua tipe fobia social:1

1. Fobia sosial khusus yaitu muncul ketika bertemu atau berada di dalam situasi-situasi sosial
tertentu saja.

2. Fobia sosial umum, biasanya melibatkan rasa takut intens, persisten dan kronis karena
perasaaan dihakimi oleh orang lain dan dipermalukan atau dihina karena tindakan-tindakan
yang dilakikannya. Fobia jenis ini lebih parah dan lebih buruk prognosisnya.

3
2.3. Epidemiologi

Prevalensi fobia sosial pada kelompok eksekutif di Indonesia bedarnya antara 9,6-16%
yang timbul sejak usia muda dan terus berlangsung sampai pada usia dewasa. Di negara maju
prevalensi fobia sosial besarnya 2-13%. Pria dan wanita memiliki angka kejadian yang
seimbang. Onset penyakit biasanya dimulai awal umur belasan tahun, walaupun tidak menutup
kemungkinan terjadi pada tiap tahap kehidupan. Menurut survey yang dilakukan di Amerika
sejak tahun 1994, fobia sosial adalah gangguan jiwa nomor 3 terbesar di Amerika Serikat.3,7

Dari seluruh penderita fobia sosial, 50% diantaranya telah mengalami gejala fobia sosial
sejak usia 11 tahun dan 80% sejak usia 20 tahun. Munculnya fobia sosial pada usia dini ini
cenderung mendorong munculnya depresi berat, tindakan penyalahgunaan obat-obatan dan
konflik pasikologis lainnya.2

2.4. Etiologi

Sampai sekarang belum ditemukan penyebab yang pasti. Terdapat beberapa pendapat yang
berusaha menjelaskan tentang hal ini dimana faktor genetik dan lingkungan diduga saling
berinteraksi didalamnya.7

Terdapat dugaan keterlibatan amigdala yang berperan pada tiap orang terhadap sesuatu
yang baru. Dugaan ini didukung oleh penelitian Schwartz dan Rauch (2004 dalam cottraux 2005)
menggunakan magnetic resonance imaging (MRI) yang menemukan bahwa orang dewasa pada
saat kecilnya memiliki tempramen terhambat, amigdalanya memberikan respon lebih besar
terhadap wajah baru dibanding wajah yang sudah dikenal. Jadi dapat disimpulkan bahwa fobia
sosial erat hubungannya dengan amigdala. Hal ini sesuai dengan penelitian Vulmark dkk. yang
menemukan bahwa terapi fobia sosial menurunkan aliran darah otak pada daerah tersebut
sehingga aktivitas sarafnya turut berubah. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengerti lebih
tentang daerah ini, kemungkinan keterlibatan komponen otak lain, dan hubungan antara
amigdala dengan komponen tersebut dalam menimbulkan fobia sosial.4,7

4
Ada beberapa teori yang mencoba mengungkapan penyebab fobia sosial antara lain: 1,2,6,10

Teori Psikoanalisa

Menurut Freud, gangguan ansietas (salah satunya fobia sosial) sebagau akibat konflik
yang berasal dari kejadian-kejadian pada fase perkembangan yang tidak terselesaikan. Hal ini
menyebabkan terjadinya konflik dan ansietas. Akibatnya, ego berusaha menggunakan
mekanisme pertahanan represi membuang jauh dari kesadaran. Dimana represi tidak lagi
berhasil, ego berusaha mencari mekanisme pertahanan tambahan. Mekanisme pertahanan
tambahan adalah displacement. Konflik sosial ditransfer dari orang yang mencetuskan konflik
kepada sesuatu yang sepertinya tidak penting atau objek yang tidak relevan atau situasi yang
sekarang mempunyai kekuatan untuk membangkitkan ansietas. Situasi atau objek yang dipilih
atau disimbolkan biasanya berhubungan langsung dengan sumber konflik. Dengan menghindari
objek tersebut dapat lari dari penderitaan ansietas yang serius.

Teori genetik
Faktor genetik dapat berperan dalam fobia sosial. Analisa pedigree atau silsilah
memperlihatkan silsilah pertama dari proband dengan fobia sosial tiga kali beresiko mendapat
sosial fobia dibanding kontrol. Namun, gen spesifik belum pernah diisolasi. Bukti menunjukkan
bahwa komponen herediter pada kondisi ini disebabkan perilaku cemas yang ditiru dari anggota
keluarga lainnya. Banyak ditemukan penderita fobia sosial cenderung memiliki kepribadian yang
tertekan sejak mereka anak-anak atau orang tua tidak mendidik mereka dengan keterampilan-
keterampilan sosial atau domisili yang berpindah-pindah sehingga mereka tidak memiliki cukup
waktu untuk mengakrabkan diri dengan lingkungan sekitar.
Teori Neurotransmiter

Terdapat dugaan bahwa neurotransmitter otak ikut berperan dalam fobia sosial,
kebanyakan diantaranya berhubungan dengan amigdala baik langsung maupun tidak langsung.
Dugaan ini didukung oleh fakta bahwa obat-obatan untuk terapi fobia sosial menyeimbangi
substansi tersebut. Tetapi masih belum jelas bagaimana keadaan masing-masing neurotransmitter
dalam tahap perkembangan fobia sosial dan bagaimana interaksi antara substansi ini dalam
menimbulkan fobia sosial.5

5
Beberapa dugaan neurotransmitter: 7,8,10

1. Mekanisme dopaminergik

Dari penelitian didapatkan bahwa fobia sosial berhubungan dengan gangguan pada sistem
dopaminergik. Kadar homovalinic acid (HVA) pada penderita fobia sosial lebih rendah bila
dibandingkan dengan penderita panik atau kontrol. Adanya perbaikan gejala fobia sosial dengan
pemberian monoamine oxidase inhibitor (MAOI) menunjukkan bahwa kinerja dopamin
terganggu pada fobia sosial.

2. Mekanisme Serotonergik

Pemberian fenifluramin pada penderia fobia sosial menyebabkan peningkatan kortisol


sehingga diperkirakan adanya disregulasi serotonin. Walaupun demikian, pada pemberian
methchlorphenylpiperazine (MCPP), suatu serotonin agonis, tidak ditemukan adanya perbedaan
respon prolactin antara penderita fobia sosial dengan kontrol normal. Begitu pula, pengukuran
ikatan platelet (3H)-paroxetine, suatu petanda untuk mengetahui aktifitas serotonin; tidak terlihat
adanya perbedaan antara fobia sosial dengan gangguan panik atau kontrol normal.

3. Mekanisme Noradrenergik

Penderita fobia sosial sangat melepaskan lebih banyak norepinefrin sentral ataupun perifer
dibandingkan orang non-fonik akibatnya penderita menjadi sangat sensitif terhadap pelepasan
norepinefrin sehingga dengan cepat terjadinya peningkatan denyut jantung, berkeringat dan
tremor. Pada orang normal gejala fisik yang timbul akibat peningkatan epinefrin mereda atau
menghilang dengan cepat. Sebaliknya pada penderita fobia sosial terdapat penurunan gejala.
Bangkitan gejala fisik yang meningkat semakin mengganggu penampilan di depan umum.
Pengalaman ini juga membangkitkan kecemasan pada penampilan berikutnya sehingga
mengakibatkan orang tidak berani tampil dan menghindari penampilan selanjutnya.

Teori neuroendokrin
Anak-anak dengan defisiensi growth hormone mempunyai kecenderungan gangguan
penyesuaian psikologik. Anak-anak tersebut mempunyai sifat imatur, tergantung
(dependent) pemalu (shy) dan terisolasi sosial. Orang dewasa yang diobati dengan
pemberian growth hormone melaporkan adanya perbaikan status kesehatan dan perasaan

6
senang. Dewasa yang pernah mengalami defisiensi growth hormone, ditemukan insidens
fobia sosial yang cukup tinggi.6

2.4 Gambaran Klinis

Ciri khas untuk fobia sosial adalah kecemasan bahwa dirinya akan dinilai atau diperhatikan
oleh sekitarnya. Pikiran irasional ini datang tanpa bisa dikendalikan sehingga membuat orang
yang mengalami fobia sosial cenderung menghindari situasi-situasi yang membuatnya
mengalami kecemasan seperti itu.10

Fobia sosial khusus ditandai dengan timbulnya kecemasan cukup berat saat pasien
dihadapkan pada suatu situasi atau objek yang spesifik. Pasien-pasien fobia akan mencoba
menghindari stimulus fobik. Beberapa individu pengidap fobia sosial bisa mempunyai ketakutan
yang sangat spesifik (non-generalized sosial phobia) dengan gambaran sangat jelas, seperti
berbicara di depan umum dan makan/minum atau menulis di tempat umum, menghadapi lawan
jenis, tidak dapat buang air kecil di toilet umum (shy bladder), atau ketakutan terhadap interaksi
yang terbatas pada satu atau dua keadaan saja.4

Jenis fobia sosial lain adalah takut pada keadaan yang bersifat umum (generalized type).
Penderita ini takut atau merasa malu atau tidak dapat berada dalam sebagian besar situasi-situasi
sosial atau keadaan-keadaan fungsi sosial khusus. Dalam PPDGJ-III, gangguan ini disebut
dengan gambaran kabur (difus) yang mencakup hampir semua situasi sosial di luar lingkungan
keluarga.11,12

Orang dikatakan menderita fobia sosial umum (generalized sosial phobia) jika ia merasa
takut akan situasi-situasi interaksi dengan orang lain, seperti pertemuan sosial atau terlibat dalam
satu percakapan, sedangkan tipe spesifik atau nongeneralized sosial phobia jika yang
bersangkutan takut akan situasi yang berorientasi pada penampilan/perbuatan (performance-
oriented situations), seperti berbicara di depan umum atau menulis di hadapan orang lain.5
Manifestasi klinis bisa bermacam-macam dan bisa mengenai setiap sistem tubuh. Gejala
yang sering adalah palpitasi, kadang-kadang disertai nyeri dada, dispneu, mulut kering, kadang-
kadang disertai mual atau muntah. Selain itu, bisa terdapat gejala banyak keringat, ketegangan
otot, perasaan panas dingin, serta rasa tertekan di kepala atau nyeri kepala. Dapat juga tercetus
keluhan malu (muka merah), tangan gemetar, atau ingin buang air kecil. Kadang-kadang

7
individu bersangkutan merasa yakin bahwa salah satu dari manifestasi gejala sekunder
ansietasnya merupakan yang utama; dalam hal ini, gejala dapat berkembang menjadi serangan
panik. Temuan pemeriksaan status mental yang paling bermakna adalah ketakutan irasional dan
ego-distonik terhadap situasi, aktivitas, atau objek tertentu; pasien juga dapat menggambarkan
bagaimana mereka menghindari hubungan/kontak dengan situasi fobik tersebut. Depresi
ditemukan pada kira-kira sepertiga pasien fobia.1,2,4

2.5 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders
V (DSM V) yaitu:9
1. Ketakutan atau kecemasan menetap tentang suatu atau lebih pada situasi sosial yang
kemungkinan individu itu dapat dikritik oleh orang lain. Contohnya interaksi sosial (seperti
sedang dalam sebuah percakapan, bertemu orang baru), merasa diawasi (contoh saat makan
atau minum) dan tampil di depan umum (berpidato).
2. Individu merasa takut mereka akan menunjukkan gejala khawatir yang akan direspon
negatif oleh yang lain (contoh dihina dipermalukan atau ditolak).
3. Situasi-situasi sosial hampir selalu mencetuskan ras takut atau cemas.
4. Menghindari situasi-situasi sosial atau dihadapi namun penuh dengan rasa takut atau
cemas.
5. Rasa takut, cemas atau penghindaran bersifat persisten, minimal berlangsung selama 6
bulan.
6. Rasa takut, cemas atau penghindaran menyebabkan distres yang signifikan secara klinis
atau berpengaruh pada kehidupan sosial, pekerjaan atau bagian lain yang penting.
7. Ketakutan atau penghindaran tersebut tidak disebabkan oleh penggunaan zat, kelainan
medis umum atau gangguan jiwa lainnya.

Pedoman Diagnostik Fobia Sosial Menurut Pedoman Gangguan Jiwa di Indonesia III
(F40.1). Semua kriteria dibawah ini harus dipenuhi untuk dignosa pasti: 9
(a) Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yang timbul harus merupakan manifestasi primer
dari anxietasnya dan bukan sekunder dari gejala gejala lain seperti misalnya waham atau
pikiran obsesif;

8
(b) Anxietas harus mendominasi atau terbatas pada situasi sosial tertentu (outside the family
circle); dan
(c) Menghindari situasi fobik harus atau sudah merupakan gejala yang menonjol.
Bila terlalu sulit membedakan antara fobia sosial dengan agorafobia, hendaknya diutamakan
diagnosis agorafobia (F40.0).

2.6 Diagnosis Banding


Fobia sosial penting dibedakan dari ketakutan yang sesuai dan rasa malu yang normal.
DSM-V membantu dalam pembedaan tersebut dengan mengharuskan bahwa gejala mengganggu
kemampuan pasien untuk berfungsi secara tepat. Kondisi medis nonpsikiatrik yang dapat
menyebabkan perkembangan suatu fobia adalah pemakaian zat (khususnya halusinogen dan
simpatomimetik), tumor system saraf pusat, dan penyakit serebrovaskular. Gejala fobik pada
keadaan tersebut tidak dapat dipercaya tanpa adanya temuan tambahan yang mengarahkan pada
pemeriksaan fisik, neurologi, dan status mental.12

Skizofrenia juga merupakan diagnosis banding untuk fobia sosial. Karena pasien
skizofrenia dapat memiliki gejala fobia sebagai bagian dari psikosisnya. Tetapi, tidak seperti
pasien skizofrenia, pasien fobik memiliki tilikan terhadap irasionalitas ketakutan mereka dan
tidak memiliki kualitas aneh dan gejala psikotik lainnya yang meyertai skizofrenia.12

DSM-V mengakui bahwa membedakan antara gangguan panik, agoraphobia, fobia sosial
dan fobia spesifik mungkin sulit pada kasus individual. Tetapi pada umumnya, pasien dengan
fobia spesifik atau fobia sosial yang tidak umum (nongeneralized sosial phobia) cenderung
mengalami kecemasan segera jika dihadapkan dengan stimulus fobik. Selain itu, kecemasan atau
panik mereka adalah terbatas pada situasi yang dapat dikenali, dan pada umumnya, pasien tidak
mengalami kecemasan abnormal jika mereka tidak berhadapan dengan stimulus fobik ataupun
tidak disebabkan dalam memperkirakan datangnya stimulus.11,12

Seorang pasien dengan agorafobik seringkali merasa nyaman dengan dengan adanya orang
lain di dalam situasi yang menimbulkan kecemasan, sedangkan pasien dengan fobia sosial
menjadi lebih merasa cemas dari pada sebelumnya jika ada orang lain. Perbedaan antara fobia
sosial dengan gangguan kepribadian menghindar mungkin sulit dan memerlukan wawancara
yang luas dan wawancara psikiatrik.12

9
Dua pertimbangan diagnosis banding tambahan untuk fobia sosial adalah gangguan
depresif berat dan gangguan kepribadian schizoid. Menghindari situasi sosial seringkali
merupakan gejala depresi. Tetapi, wawancara psikiatrik dengan pasien kemungkinan
mengungkapkan berbagai kumpulan gejala depresif. Pada pasien dengan gangguan kepribadian
schizoid, tidak adanya minat dalam hal sosialisasi, menyebabkan perilaku sosial menghindar.14

2. 7 Penatalaksanaan

Gabungan psikofarmaka dengan psikoterapi lebih baik bila dibandingkan dengan obat atau
psikoterapi saja.

1. Psikofarmaka
Saat ini ada tiga jenis psikofarmaka yang dapat digunakan pada fobia sosial yaitu:
a. Monoamine Oxidase Inhibitors (MAOI)
Obat yang paling efektif untuk mengobati fobia sosial adalah MAOI. Beberapa obat
yang termasuk golongan MAOI antara lain iproniazide. Obat ini ditarik dari peredaran
karena toksik terhadap hepar. Tranylcypromine dan phenelzine juga ditarik dari peredaran
karena berinteraksi dengan tyramine (the cheese reaction) dan dapat menyebabkan krisis
hipertensi. Karena harus membatasi diet dan efek samping yang berbahaya, MAOI tidak
lagi menjadi pilihan. Enzim MAO memiliki dua bentuk isoenzim (A dan B) yang
memetabolisme neurotransmiter berbeda. MAO tipe A memetabolisme serotonin dan
norepinefrin sedangkan dopamin di metabolisme MAO tipe A dan B.4

Saat ini tersedia RIMA (reversible inhibitor of monoamine oxidase A) yaitu obat
yang juga memblok MAO tetapi bersifat reversibel. Moclobemide merupakan contoh
golongan RIMA atau antidepresan yang efektif untuk fobia sosial. Aktivitas enzim MAO
kembali baik dengan sempurna dalam 24-48 jam setelah dihambat oleh RIMA.
Moclobemide ditoleransi dengan baik dan pada pemakaiannya tidak perlu diet pembatasan
tiramin. Obat ini menjadi pilihan pertama (first-line treatment choice) untuk pengobatan
fobia sosial. Komorbiditas gangguan panik dengan fobia sosial juga dapat efektif diatasi
dengan moclobemide.4

10
Dosis Moclobemide 450 mg/hari. Efektif dan aman. Efek samping yang kadang-
kadang (20% pasien) ditemui yaitu nyeri kepala, pusing, mual, insomnia dan mulut kering.
Moclobemide tidak menimbulkan ketergantungan. Dosis moclobemide mesti dikurangi
setengahnya jika digunakan dengan obat yang menghambat CYP2D6, misalnya cimetidine.
Insiden insomnia, disfungsi seksual dan penambahan berat badan sangat jarang terjadi pada
pemakaian moclobemide.4,6

b. Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRI)

Golongan SSRI seperti citalopram, fluvoxamine, paroxetine, sertraline, menjadi


pilihan alternatif untuk fobia sosial. Sebagian klinikus menyatakan bahwa SSRI merupakan
obat pilihan pertama. Karena pasien fobia sosial tidak memperlihatkan supersensitivitas
terhadap obat, seperti yang terlihat pada gangguan panik, dosis SSRI dapat dimulai seperti
dosis untuk antidepresan dan dititrasi berdasarkan respons klinik. Berikut beberapa SSRI
yang dapat digunakan untuk fobia sosial: 4

Citalopram,
Sekitar 86 % penderita fobia sosial berespons terhadap citalopram. Efeknya terlihat
setelah 12 minggu pengobatan. Citalopram merupakan salah satu SSRIs, dapat diberikan
oral dan intravena (iv). Absorbsinya tidak dipengaruhi oleh makanan. Konsentrasi plasma
puncak dicapai empat jam setelah pemakaian oral. Ekskresi sekitar 20%, dikeluarkan
melalui ginjal. Waktu paruhnya 35 jam. Klirensnya berkurang pada orang tua. Gangguan
fungsi hati dapat mempengaruhi metabolisme citalopram sehingga klirens turun menjadi
37% dan waktu paruh meningkat dua kali lipat. Dosis 20 mg/hari merupakan dosis
maksimum untuk pasien tua dan pasien dengan gangguan hati. Citalopram paling selektif
dan paling kuat memblok serotonin.4,6

Fluoxetine
Pada uji klinik terbuka didapatkan bahwa fluoxetine efektif untuk fobia sosial. Tidak
ada penelitian dengan kontrol saat ini. Fluoxetine diabsorbsi secara oral. Metabolisme
utama di hepatosit. Konsentrasi plasma maksimum dicapai setelah 6-8 jam pemberian
(dosis 40 mg). Makanan tidak mengganggu penyerapannya. Distribusi fluoxetine sangat
luas dan terdapat dalam ASI. Fluoxetine didemetilasi dalam hati menjadi norfluoxetine dan

11
beberapa metabolit lain yang belum teridentifikasi. Metabolit inaktif melalui metabolisme
hati dikeluarkan melalui ginjal. Waktu paruh eliminasi fluoxetine, setelah pemberian
jangka pendek, 1-3 hari dan setelah pemberian jangka panjang adalah 4-6 hari. Sedangkan
waktu paruh norfluoxetine lebih panjang yaitu 4-6 hari. Waktu paruh yang panjang, baik
fluoxetine maupun norfluoxetine, dapat menyebabkan interaksi farmakokinetik obat
sampai beberapa saat setelah obat dihentikan. Gangguan fungsi hati dikaitkan dengan
gangguan metabolisme. Waktu paruh pada pasien dengan gangguan fungsi hati meningkat
menjadi rata-rata 7,6 hari dan norfluoxetine menjadi rata-rata 12 hari. Oleh karena itu,
perlu penurunan dosis pada pasien dengan gangguan hati. Metabolisme fluoxetine atau
norfluoxetine dosis tunggal tidak terganggu pada pasien dengan gangguan ginjal. Untuk
pemakaian dosis berulang, penelitiannya belum ada. Oleh sebab itu, diperlukan penurunan
dosis pada pasien gangguan ginjal.4

Kemampuan fluoxetine menghambat ambilan serotonin 23 kali lebih kuat bila


dibandingkan dengan kemampuannya menghambat ambilan norepinefrin (NE).
Afinitasnya juga kurang terhadap saluran ion sodium jantung sehingga pasien aman dari
toksisitas jantung. Tidak ada pengaruhnya terhadap aktivitas monoamine oxidase (MAO).4

Fluvoxamine
Suatu uji klinik buta ganda yang membandingkan fluvoxamine dengan plasebo
melaporkan bahwa setelah 12 minggu terapi dengan fluvoxamine (150 mg), 7 dari 15
pasien fobia sosial mendapat perbaikan sedangkan dengan plasebo hanya 1 dari 15 pasien
yang mengalami perbaikan. Absorbsinya tidak dipengaruhi oleh makanan dan konsentrasi
maksimal dicapai 3-8 jam setelah pemberian. Terikat dengan protein serum terutama
albumin. Keberadaannya dalam ASI tidak diketahui. Metabolisme terutama melalui
demetilasi oksidasi dan deaminasi di hepar. Metabolit utamanya asam fluvoxamine, kurang
kuat menghambat ambilan serotonin. Waktu paruh pada orang tua lebih panjang yaitu rata-
rata 17,4 hari (dosis 50 mg) dan rata-rata 25,9 hari untuk dosis 100 mg. Disfungsi hepar
menurunkan klirens 30%, tetapi gangguan fungsi ginjal tidak menyebabkan penurunan
klirens.6

12
Paroxetine
Uji klinik terbuka dengan dosis rata-rata 36,6 mg per hari, dilakukan terhadap
penderita fobia sosial, menunjukkan bahwa 15 dari 18 pasien mendapat perbaikan.
Paroxetine diabsorbsi secara oral dan tidak dipengaruhi oleh makanan. Konsentrasi
sistemik maksimum dicapai 5,2 jam setelah pemberian; terikat kuat dengan protein serum.
Metabolisme paroxetine melalui oksidasi dan metilasi, tidak mengganggu metabolisme
phenytoin. Beberapa metabolit sudah diketahui. Kekuatannya hanya 1/50 obat aktifnya.
Baik penderita gangguan ginjal maupun gangguan hati hendaklah menggunakan dosis kecil
(10 mg per hari). Paroxetine dapat menghambat ambilan norepinefrin ke dalam membran
sinaptosal hipotalamus, tetapi dosis yang dibutuhkan 320 kali lebih tinggi bila
dibandingkan dosis untuk menghambat ambilan serotonin. Walaupun demikian, paroxetine
adalah SSRIs yang paling kuat menghambat NE bahkan lebih kuat daripada venlafaxine
(suatu serotonin-noradrenergic reuptake inhibitor).4

Afinitas terhadap antikolinergik cukup bermakna dan menimbulkan gejala mulut


kering, konstipasi, mata kabur, dan gangguan buang air kecil. Walaupun demikian, bila
dibandingkan dengan amitriptilin, efek samping paroxetine jauh lebih kecil. Ia tidak
bekerja pada saluran sodium cepat jantung sehingga tidak menimbulkan gangguan
konduksi jantung. Paroxetine tidak menghambat aktivitas MAO.4

Sertraline
Sertraline efektif untuk pengobatan fobia sosial. Konsentrasi sistemik maksimum
dicapai setelah 4,5-8,4 jam. Bila diberikan bersama makanan, rata-rata konsentrasi
plasmanya naik 25%. Sekitar 98% terikat dengan plasma protein. Sertraline terdapat dalam
ASI. Waktu paruhnya 26 jam. Kekuatan metabolitnya, menghambat ambilan serotonin, 1/5
dari zat aktifnya. Dapat ditemukan di dalam urin (dalam bentuk tidak aktif) sedangkan
dalam feses ditemukan dalam bentuk aktif. Penyakit hepar mengganggu metabolismenya.
Pada penderita sirosis hati ringan, waktu paruhnya meningkat menjadi 52 jam sehingga
perlu penurunan dosis. Untuk penderita gangguan ginjal tidak diperlukan penurunan dosis.
Sertraline sangat lemah menghambat ambilan dopamine; tidak ada pengaruhnya terhadap
ambilan norepinefrin. Sertraline menghambat pula ambilan serotonin trombosit.
Toleransinya baik dan tidak berpengaruh terhadap MAO dan jantung.4

13
c. Benzodiazepin

Benzodiazepine juga efektif untuk fobia sosial. Efek samping benzodiazepin lebih ringan,
mula kerjanya cepat tetapi responsnya kurang dan jika obat dihentikan kekambuhan cepat terjadi.
Dosis rata-rata Alprazolam per hari 1 mg, maksimum sekitar 3 mg per hari untuk orang dewasa.
Rata-rata waktu paruh 6-20 jam. Obat ini berpotensi menimbulkan ketergantungan sehingga
penghentiannya dapat membangkitkan kembali gejala awal penyakit. Selain itu, obat ini juga
menimbulkan rasa kantuk di siang hari. Meskipun relatif kurang menimbulkan toksisitas pada
keadaan kelebihan dosis, penggunaan bersama dengan alkohol dapat fatal. Benzodiazepin lebih
dianjurkan untuk menghilangkan anxietas berat dalam penggunaan jangka pendek.4

d. Beta bloker
Beta bloker dapat menurunkan aktivitas sistem otonom yang disebabkan oleh kecemasan
(tremor, tachicardi).6
2. Psikoterapi Tingkah laku

Psikoterapi tingkah laku, seperti desensitisasi bertahap mungkin bermanfaat terhadap fobia
sosial. Teknik ini melibatkan pasien untuk berada situasi pada situasi yang secara normal
menyebabkan kecemasan. Dengan penguasaan situasi tampak kecemasan, pasien secepatnya
mampu mentorelir situasi yang yang sebelumnya membuat cemas.9

3. Kognitif

Terapi perilaku kognitif dapat memperbaiki kondisi psikis sebanyak 75%. Jenis terapi ini
didasarkan pada gagasan bahwa pikiran yang ada pada diri sendiri menentukan bagaimana
berperilaku atau bereaksi. Hal ini dapat dilakukan dengan mengubah cara berpikir dan
berperilaku dengan cara berpikir positif. Terapi ini disebut juga dengan Cognitive-Behavioral
Therapy (CBT).1,4,9

2.8 Prognosa

Fobia sosial biasanya dimulai sejak usia dini dan menyebabkan gangguan diberbagai
bidang akademik seperti rendahnya kemampuan akademik, rendahnya prestasi sekolah dan

14
sering putus sekolah. Pemilihan karir sangat terbatas dan biasanya sering dikeluarkan dari
pekerjaan. Fobia sosial cenderung menjadi kronik. Bila tidak diobati dapat menjadi komorbiditas
dengan gangguan lain seperti depresi, penyalahgunaan alkohol atau obat. Pada penderita
agorafobia dan fobia sosial, pemakaian alkohol sering digunakan untuk penyembuhan diri
sendiri. Namun demikian banyak laporan bahwa pasien dengan fobia sosial setelah mengikuti
CBT (cognitif behaviour training) dapat hidup dan bersosialisasi lebih baik.2,14

15
BAB III
KESIMPULAN

Fobia sosial adalah ketakutan yang tidak rasional dan berlebihan terhadap pandangan
negative orang lain. Dimana penderita merasa semua orang memandangi dan mengevaluasi
dirinya sehingga mereka cenderung menghindari situasi sosial, seperti berbicara di depan publik,
tampil di panggung, bekerja ketika diawasi, makan ditempat umum dan berkencan, karena
kawatir akan berbuat sesuatu yang memalukan.
Fobia sosial adalah gangguan mental nomor tiga terbesar di dunia dengan onset terbanyak
adalah pada masa remaja. Bila tidak diobati akan dapt menimbulkan berbagai keterbatasan dalam
kehidupan sosial, aktivitas profesional, kemampuan mencari nafkah dan kotribusi terhadap
masyarakat luas. Penderitanya berisiko tinggi untuk menderita gangguan cemas lain, depresi, dan
ketergantungan alkohol atau obat-obatan.
Diagnosis fobia sosial dapat memakai PPDGJ III atau DSM V. Dimana terdapat adanya
ketakutan atau kecenderungan menghindari interaksi sosial seperti bercakapan, berbicara di
depan umum. Rasa takut ini menyebabkan distres yang signifikan secara klinis atau berpengaruh
pada kehidupan sosial, pekerjaan atau bagian lain yang penting. Ketakutan atau penghindaran
tersebut tidak disebabkan oleh penggunaan zat, kelainan medis umum atau gangguan jiwa
lainnya. Fobia sosial harus berlangsung selama minimal 6 bulan.
Penatalaksanaan fobio sosial yang baik adalah dengan mengkombinasikan psikofarmaka
dan psikoterapi. Jika fobia sudah muncul sejak kecil maka pronosis buruk karena saat dewasa
pasien akan sulit berinteraksi dengan sekitar, sekolah dan pekerjaan sangat terganggu. Orang-
orang dengan fobia sosial juga cenderung akan melakukan penyalahgunaan alkohol atau obat.
Mreka juga cenderung sendiri dan bisa terjadi depresi.

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Ratnadita, Adelia. 2011. Sosial Phobia, Takut Berinteraksi dengan Banyak Orang.
Diakses dari http://www.m.detik.com/health/read/2011/09/14/0092957.htm, 1 Juli 2014.
2. Frederick,Baron. 2013. Social Anxiety Disorde. Diakses dari
http://socialphobia.org/social-anxiety-disorder-definition-symptoms-treatment-therapy-
medications-insight-prognosis, 28 Juni 2014.
3. Ibrahim, Ayub Sani. 2012. Laporan Kasus: Fobia Sosial. Jakarta: FK Trisakti.
4. Anonimus. 2013. Fobia Sosial dan Tatalaksana. Diakses dari
http://www.artikelkedokteran.com/766/fobia-sosial-dan-tatalaksana.html, 28 Juni 2014.
5. Maslim, Rusdi. 2014. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III dan
DSM-5. Jakarta: Atmajaya.
6. Yaunin, Yaslinda. 2012. Fobia Sosial dalam jurnal CKD-198 volume 39 no.10; hal.752-
754.
7. Prayitno, Imam. 2012. Fobia Sosial dalam Psikiatri. Diakses dari
www.ml.scribd.com/doc/138600638/fobia-sosial, 28 Juni 2014.
8. Aryana, Dimas dkk. 2011. Jurnal Fobia Sosial: Gejala dan Penatalaksanaannya. Diakses
dari http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/download/7027/5272, 28 Juni 2014.
9. Pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa di Indonesia. Edisi III. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI-Direktorat Jenderal Pelayanan Medik; 1993. p. 175-6.
10. Andri. 2012. Fobia Sosial yang Menghambat Karier. Diakses dari
http://helath.kompas.com/read/2012/09/13/fobia.sosial.yang.menghambat.karier., 1 Juli
2014.
11. Shelton RC. Anxiety disorder. In: Ebert MH, Nurcombe B, Loosen PT, Leckman JF,
editors. Current diagnosis & treatment psychiatry. 2nd ed. The Mc Graw Hill Co. Inc.;
2008. p. 351-62.
12. Kaplan, Sadock dan Grebb. Fobia Spesifik dan Fobia Sosial dalam Sinopsis Psikiatri:
Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Binarupa Aksara. Jakarta. 1997. Hal 31 40.
13. Silva, Almira. 2012. Phobia Social. Diakses dari http://www.saviodsilva.net/ph/3.htm, 28
Juni 2014.

17
14. Azmee. 2011. Berkenalan dengan Fobia Sosial dan Penyebabnya. Diakses dari
www.kolomsehat.com/berkenalan-dengan -fobia-sosial-dan-penyebabnya/, 1 Juli 2014.

18

Anda mungkin juga menyukai