tutorial 4
BEBAN KERJA MENTAL
Prodi Teknik Industri
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Islam Indonesia
Tahun Ajaran
2016/2017
www.labdske-uii.com
BEBAN KERJA MENTAL 2016
A. PENDAHULUAN
Beban kerja merupakan konsekuensi dari kegiatan yang diberikan kepada
pekerja.Aktivitas pekerja pada dasarnya dapat dibedakan antara aktivitas fisik dan
aktivitasmental. Dalamprakteknya beban kerja yang dijumpai merupakan kombinasi
antara beban kerja fisik dan beban keja mental. Menurut Henry R.Jex (1988), beban
kerja mental merupakan selisih antara tuntutan beban kerja dari suatu tugas dengan
kapasitas maksimum beban mental seseorang dalam kondisi termotivasi.
Pengukuran beban kerja mental dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pengukuran
secara objektif dapat dilakukan dengan beberapa anggota tubuh antara lainkedipan mata,
flicker test dan pengukuran asam saliva. Sedangkan untuk pengukuran subjektif dapat
dilakukan dengan menggunakan metode NASA-TLX, Subjective Workload Assessment
Technique (SWAT), Harper Qoorper Rating (HQR), dan Task Difficulty Scale.
Pengukuran beban kerja mental secara subjektif merupakan teknik pengukuran yang
paling banyak digunakan karena mempunyai tingkat validitas yang tinggi dan bersifat
langsung dibandingkan dengan pengukuran lain.
Tujuan Praktikum
a. Mampu menghitung beban kerja mental operator secara subjektif dengan
menggunakan metode NASA-TLX.
b. Mampu mengintrepetasikan dan menganalisa skor perhitungan beban kerja mental
pada pekerjaan tertentu.
c. Mampu memberikan rekomendasi berdasarkan hasil analisa.
Output :
1. Hasil kuisioner NASA-TLX
2. Skor NASA-TLX
3. Kategori beban kerja mental pada suatu pekerjaan
4. Rekomendasi beban kerja
LANDASAN TEORI
Beban Kerja Mental
1. Pengertian Beban Kerja
Workload atau beban kerja merupakan usaha yang harus dikeluarkan oleh seseorang
untuk memenuhi permintaan dari pekerjaan tersebut. Sedangkan kapasitas adalah
kemampuan/kapasitas manusia. Kapasitas ini dapat diukur dari kondisi fisik maupun
mental seseorang. Beban kerja yang dimaksud adalah ukuran (porsi) dari kapasitas
operator yang terbatas yang dibutuhkan untuk melakukan kerja tertentu. Menurut
Herrianto (2010) beban kerja adalah jumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh
seseorang ataupun sekelompok orang selama periode waktu tertentu dalam keadaan
normal.
Untuk mencapai beban kerja normal dalam arti volume pekerjaan yang sesuai
dengan kemampuan kerja cukup sulit, sehingga selalu terjadi ketidakseimbangan
meskipun penyimpangannnya kecil. Beban kerja terbagi menjadi tiga tingkatan yaitu :
1) Beban kerja diatas normal artinya waktu yang digunakan untuk menyelesaikan
pekerjaan lebih besar dari jam kerja tersedia atau volume pekerjaan melebihi
kemampuan pekerjaan;
2) Beban kerja normal artinya waktu yang digunakan untuk menyelesaikan
pekerjaan sama dari jam kerja tersedia atau volume pekerjaan sama dengan
kemampuan pekerja;
3) Beban kerja dibawah normal artinya waktu yang digunakan untuk
menyelesaikan pekerjaan lebih kecil dari jam kerja tersedia atau volume
pekerjaan lebih rendah dari kemampuan pekerjaan.
2. Organisasi kerja, seperti lamanya waktu bekerja, waktu istirahat, shift kerja, kerja
malam, sistem pengupahan, model struktur organisasi, pelimpahan tugas dan
wewenang.
3. Lingkungan kerja adalah lingkungan kerja fisik, lingkungan kimiawi, lingkungan
kerja biologis dan lingkungan kerja psikologis
b. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh itu sendiri akibat dari
reaksi beban kerja eksternal. Faktor internal meliputi faktor somatis (jenis kelamin,
umur, ukuran tubuh, status gizi, dan kondisi kesehatan) dan faktor psikis (motivasi,
persepsi, kepercayaan, keinginan dan kepuasan).
Stoner (1986) mengatakan bahwa pekerjaan yang berbeda bagi setiap pekerja
akan menimbulkan tingkat stres kerja yang berbeda pula. Stres kerja berpengaruh
secara langsung maupun tidak langsung terhadap aspekaspek pekerjaan terutama
terhadap motif berprestasi yang kelak akan berhubungan dengan proses kerja.
B. Indikator NASA-TLX
Dalam melakukan pengukuran NASA-TLX terdapat 6 indikator yang harus
diperhatikan (Hancock dan Meshkati, 1988), yaitu:
Tabel 4.1 Indikator NASA-TLX
SKALA RATING KETERANGAN
EFFORT (EF) Rendah, Tinggi Seberapa keras kerja yang dibutuhkan untuk
mencapai tingkat performansi.
2. Pemberian Rating
Pada bagian ini responden diminta memberi rating terhadap keenam indikator beban
mental. Rating yang diberikan adalah subjektif tergantung pada beban mental yang
dirasakan oleh responden tersebut. Untuk mendapatkan skor beban mental NASA-TLX,
bobot dan rating untuk setiap indikator dikalikan kemudian dijumlahkan dan dibagi
dengan 15 (jumlah perbandingan berpasangan). Berikut skala rating dari NASA TLX:
6. Interpretasi Skor
Berdasarkan penjelasan Hart dan Staveland (1981) dalam teori NASA-TLX, skor
beban kerja yang diperoleh terbagi dalam tiga bagian yaitu:
Tabel 4.3 Skor NASA-TLX
Golongan Beban Nilai
Kerja
Rendah 0-9
Sedang 10 - 29
Agak Tinggi 30 - 49
Tinggi 50 - 79
Sangat Tinggi 80 - 100
Output yang dihasilkan dari pengukuran dengan NASA-TLX ini berupa tingkat
beban kerja mental yang dialami oleh pekerja.
PD TD OP EF MD
PD PD EF PD
TD TD TD
D OP OP
EF
2. Pemberian Rating
Pemberian rating didapatkan dari lembar pengamatan yang telah diisi oleh ketiga
operator setelah menyelesaikan BKM Test, operator diminta untuk memberikan rating
terhadap indikator beban mental dan rating yang diberikan bersifat subjektif sesuai dengan
beban mental yang dirasakan oleh operator terhadap masing-masing pekerjaannya. Hasil
dapat dilihat pada Tabel 4.6. sebagai berikut:
Tabel 4.6. Data Hasil Rating
Indikator
Objek
MD PD TD OP EF FR
Supir Angkutan
70 90 40 40 80 0
Umum
Supir Taksi 60 70 80 50 70 70
Supir Travel 70 90 60 40 80 60
3. Nilai Produk
Nilai Produk diperoleh dengan mengalikan rating dengan bobot faktor. Dengan
demikian dihasilkan 6 nilai produk untuk 6 indikator (MD, PD, TD, P, EF, FR) pada
masing-masing tipe soal, hasilnya pada Tabel 4.7. sebagai berikut:
Tabel 4.7. Total Nilai Produk
Indikator
Objek
MD PD TD OP EF FR
Supir Angkutan
70 360 160 120 240 0
Umum
Indikator
Objek Total
MD PD TD OP EF FR
Supir Angkutan
70 360 160 120 240 0 950
Umum
4. Rata-rata WWL
Rata-rata Weighted Workload diperoleh dengan membagi WWL dengan jumlah bobot
total yaitu 15, hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.9. sebagai berikut:
Tabel 4.9. Perhitungan Rata-rata Weighted Workload
Indikator
Objek Total
MD PD TD OP EF FR
Supir Angkutan
4,67 24 10,67 8 16 0 63,3
Umum
7. Analisi Hasil
7.1 Beban Kerja mental supir angkutan umum
Berdasarkan perhitungan beban kerja yang telah dilakukan dengan menggunakan
metode NASA-TLX, beban kerja mental pada operator 1 yang bekerja sebagai supir
angkutan umum sebesar 63,33. Maka berdasarkan nilai tersebut, beban kerja yang dialami
oleh operator 1 berada pada 50-79 yang artinya beban kerja tinggi. Faktor dominan yang
diakibatkan dari beban kerja yang tinggi pada operator 1 adalah faktor kekuatan fisik,
dimana dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa salah satu aktivitas yang membuat
operator 1 terbebani adalah dalam hal kebutuhan fisik (PD) dimana operator 1 yang
berusia > 40 tahun dituntut untuk bekerja sebagai supir angkutan umum yang berkeliling
kota mencari penumpang dari pagi hingga sore hari sehingga membutuhkan energi yang
banyak dalam melakukan pekerjaannya.
Latihan Soal
Pada kasus ini pengukuran beban kerja mental dilakukan pada perawat poliklinik bedah,
mata, fisioterapi, internist dan neurologi sebanyak 8 responden (Hidayat dkk, 2013). Telah
diketahui pembobotan dari rekapitulasi pada jumlah tally kuisioner yang disebarkan
mendapatkan hasil pada Tabel 4.11 dan pemberian rating juga diketahui pada Tabel 4.12
Maka berapakah interprestasi skor dari tiap pekerjaan ?
Mulai Sesi
Praktikum
Pengambilan data
1. Responden kerja
2. Pengisian Kuesioner NASA-TLX
3. Pemberian rating
Data yang
dibutuhkan
terkumpul
Pengolahan Data
Analisis Data
Pengambilan
No Keputusan
Konsultasi kepada
asisten
pembimbing
ACC Asisten
Yes
Pengumpulan
Laporan
www.labdske-uii.com