2 Votes
Kadang ketika kita berfikir tentang logam dalam kehidupan sehari-hari, kita cenderung berfikir
tentang besi, aluminium, atau crom atau nikel. Karena kelimpahannya yang demikian besar dan
kegunaannya yang sudah dirasakan sejak zaman perunggu. Walaupun demikian
logam2 yang kelimpahannya sedikit sekalipun memiliki peran sangat penting dalam teknologi
modern. Sebagai ilustrasi pada gambar ini komposisi logam yang terlibat dalam pembuatan
mesin jet. Bagaimana besi, sebagai logam yang paling dominan dalam teknologi, tidak ikut
terlibat dalam pembuatan jet tsb.
Pada materi ini kita akanmempelajari bagaimana metode pengolahan, pemurnian logam dari
bijihnya dan mempelajari sifat-sifat logam. Kita akan membahas bagaimana struktur logam,
ikatan
logam dalam zat padatnya serta melihat bagaimana logam dan campurannya berperan penting
dalam teknologi modern misal dalam aplikasinya sebagai semikonduktor, superkonduktor,
keramik, komposit dan nano material.
Kebanyakan proses metalurgi dewasa ini menggunakan proses yang disebut pyrometalurgi,
prosedur pengolahan logam menggunakan temperatur tinggi. Ada 3 jenis pyrometalurgi yang
digunakan dalam industri logam yaitu kalsinasi, pembakaran, pelelehan. Kalsinasi adalah
pemanasan bijih pada suhu tinggi sehingga bijih terdekomposisi dengan melepaskan produk gas.
Produk gas yang terbentuk bisa sebagai CO2 atau H2O. Kalsinasi karbonat logam sering
menghasilkan oksida logam dan CO2 . Sedangkan logam -logam terhidrat terdekomposisi
mengeluarkan air. Sebagai contoh:
Bijih sulfida dari logam yang kurang aktif seperti merkuri sulfida dapat direduksi langsung
melalui pembakaran menghasilkan logam merkuri bebas
Dalam banyak proses logam bebas juga dihasilkan dengan menggunakan gas pereduksi selama
proses pembakaran. Carbon monoksida sering digunakan sebagai gas pereduksi dalam mereduksi
oksida logam.
Pelelehan, pada proses ini metrial yang terbentuk pada reaksi kimia dipisahkan dalam dua atau
lebih lapisan. Dua lapisan penting yang terbentuk di tungku adalah lelehan logamnya dan ampas.
Lelehan logam ini bisa saja mengandung hanya logam tunggal atau larutan dari dua atau lebih
logam.
Sedang uap air yang hadir di udara juga bereaksi dengan karbon membentuk karbon monoksida
dan gas hidrogen pada temperatur sekitar 2000 oC.
Gas-gas CO dan H2 yang terbentuk mereduksi besi oksida, sebagai contoh reaksi dengan
Fe3O4 :
Fe3O4(s) + 4CO(g) 3Fe(s) + 4CO2 (g) H = -15 kJ
Manufaktur baja merupakan satu dari induistry logam yang sangat penting. Di USA konsumsi
baja pertahun mencapai 100 juta ton. Baja adalah amalgam besi yang mengandung 0,03 sampai
2.3.2. Hidrometalurgi
Pengolahan logam menggunakan metode pyrometalurgi membutuhkan energi yang sangat besar
dan menimbulkan polusi udara dari asap buangan, terutama sulful dioksida. Alternatif metode
lain dikembangkan untuk pengolahan beberapa logam, dimana logam diekstraksi dari bijihnya
dengan menggunakan reaksi air. Proses ini disebut hidrometalurgi. Proses hidrometalurgi yang
paling penting adalah penyepuhan, dimana senyawa yang mengandung logam dilarutkan secara
selektif. Jika senyawa tersebut larut dalam air, maka air sebagai zat penyepuh. Zat yang lebih
umum digunakan untuk proses penyepuhan biasanya adalah asam, basa atau garam. Sering
proses pelarutannya melibatkan pembentukan ion kompleks sebagai contoh dalam penyepuhan
emas. Bijih emas yang telah dipekatkan kadarnya larutkan dalam larutan NaCN. Kehadiran ion
CN- dan air akan mengoksidasi emas dan membentuk ion Au(CN)2 yang larut dalam air.
Setelah ion logam secara selektif terlarut dari bijihnya, ion tersebut akan mengendap dari larutan
membentuk logam bebas atau sebagai senyawa ionik yang tak larut. Emas dalam contoh ini
dihasilkan dari kompleks sianidanya melalui reduksi menggunakan serbuk Seng
Zn. Selain emas, alumunium juga diproduksi secara komersial melalui metode hidrometalurgi.
Bijih yang paling berguna dalam proses pengolahan aluminium adalah bauksit, yang alumunium
sebagai oksida hidratnya, Al2O3.H2O. Proses pemurnian alumunium disebut juga proses Bayer.
Pertama-tama bijih alumunium digerus halus dan dicampurkan pada larutan NaOH pekat, sekitar
30 % berat NaOH pada interval temperatur antara 150 sampai 230 C. Tekanan yang cukup
sekitar 30 atm diberikan untuk mencegah pendidihan. Al2O3 terlarut membentuk kompleks ion
aluminat, Al(OH)4:
Al2O3.H2O(s) + 2H2O(l) + 2OH(aq) 4Al(OH)4(aq)
2.3.3. Elektrometalurgi
Elektrometalurgi sering digunakan dalam proses pengolahan logam terutama untuk logam-logam
aktif seperti Natrium, magnesium dan alumunium. Logam-logam ini tidak dapat dihasilkan dari
larutan airnya karena air lebih mudah direduksi daripada ion logamnya.
Potensial reduksi standar air lebih positif dari pada Na+ (Ered = -2,71 V), Mg2+ (Ered = -2,37
V), Al3+ (Ered = -1,66) baik dalam konsisi asam maupun basa:
Oleh karena itu, untuk mendapatkan logam dari proses elektrometalurgi haruslah dilakukan pada
medium lelehan garam non-air.
3. Ikatan Logam
Sejauh ini kita telah membahas logam dari sumber alaminya, proses produksinya serta beberapa
sifat-sifat fisik dari logam seperti kekerasan, titik leleh, duktilitasnya sehingga bisa dibentuk
kawat atau sifat kekenyalannya sehingga bisa dibuat lempengan tanpa mengalami pemecahan
seperti gelas atau kristal ionik. Selain itu logam juga memiliki konduktifitas (daya hantar) termal
dan listrik yang tinggi. Sebagai contoh jika kita menyentuh logam akan terasa
dingin karena logam menghantarkan panas secara efisien dari tangan kita. Begitu juga ketika
kawat dihubungkan dengan baterei akan menghantarkan listrik. Untuk memahami sifat-sifat
logam seperti diatas, kita harus melihat bagaimana ikatan dalam logam. Ada dua model teori
yang sering digunakan untuk menjelaskan fenomena ini: model lautan elektron dan teori orbital
molekul.
Hasil interaksi ini membentuk orbital molekul dimana orbital dengan energi terendah menempati
orbital ikatan sedang lainya sebagai orbital anti ikatan. Hal yang sama juga terjadi pada ikatan
atom dari molekul gas Na2 (Gambar 6.9). Apa yang terjadi jika jumlah atom Na yang berintekasi
dalam ikatan ditingkatkan
menjadi 3, 4, 5, 6 dan seterusnya sampai 6,02 x 1023. Bagaimana perubahan orbital molekulnya?
Tentu akan ada tiga orbital molekul untuk Na3 , empat orbital molekul untuk Na4 dan seterusnya.
Perbedaan energi orbital molekul untuk molekul Nan akan menurun dengan bertambahnya
jumlah atom sehingga terjadi penggabungan orbital molekul dimana pita level energi menjadi
kontinue tidak lagi terkuanta untuk n yang sangat besar (lihat Gambar 6.10). Teori orbital
molekul untuk logam ini disebut teori pita energi.
Tingkat energi orbital molekul dari molekul Nan . Kristal logam natrium digambarkan sebagai
molekul raksasa Nan . Warna merah sebagai pita ikatan dari elektron valensi yang terisi. Pita
energi tertinggi yang terisi elektron analog dengan HOMO (highest occupied molecular orbital)
disebut pita valensi. Sedang pita energi yang lebih tinggi yang tidak terisi elektron analog dengan
LUMO (lowest unoccupied molecular orbital) disebut pita konduksi.
Perbedaan energi antra pita-pita ini disebut energi gap, Eg.
Pita-pita energi dan energi gap menentukan apakah material tersebut sebuah konduktor (logam),
semikonduktor atau sebuah insulator (lihat Gambar 6.11). Pada Logam tidak dijumpai energi gap
antara tingkat energi pita valensi dan pita konduksi, sehingga dengan sedikit bantuan termal
elektron pada pita valensi mudah tereksitasi ke pita konduksi dan meninggalkan lubang. Lubang
pada pita valensi selanjutnya diisi oleh elektron lain secara kontinue bergerak terus sepanjang
material menyebabkan logam sebagai penghantar listrik yang baik. Pada semikonduktor energi
gap lebih kecil daripada material insulator. Material semikonduktor akan menghantarkan listrik
jika diberikan panas yang cukup sesuai dengan Eg atau ketika di hubungkan dengan elemen
tertentu, biasanya unsur-unsur golongan 4A seperti Si dan Ge.
Kemampuan semikonduktor dalam menghantarkan listrik bisa juga ditingkatkan dengan
menambahkan pengotor tertentu yang disebut doping. Sebagai contoh penambahan sedikit ari
unsur Boron atau Pospor pada padatan silikon akan merubah struktur elektronik dari
padatan silikon tersebut. Pospor ([Ne]3s23p3) memiliki 1 elektron valensi lebih banyak dari
silikon ([Ne]3s23p2), sehingga ada 1 elektron yang tidak berikatan yang dapat bergerak bebas
pada struktur padatan material tersebut dan befungsi sebagai elektron konduksi. Padatan yang
mengandung pengotor donor disebut semikonduktor tipe n (dari kata negatif karena adanya
tambahan elektron).
Efek kebalikannya juga terjadi jika boron ditambahkan pada material silikon. Atom boron
memeiliki tiga elektron valensi, ([1s22s22p1) lebih sedikit satu elektron dari silikon. Sehingga ada
satu kekosongan elektron valensi pada struktur kristal silikon yang
memungkinkan satu elektron dari silikon tereksitasi ke orbital kosong tadi. Elektron lain akan
mengisi orbital kosong yang baru dan seterusnya dalam satu arah sehingga lubang positif tadi
bergerak pada arah sebaliknya, dan material silikon menjadi konduktor listrik. Pengotor seperti
boron yang kurang elektron ini disebut pengotor acceptor. Semikonduktor yang mengandung
pengotor acceptor ini disebut semikonduktor tipe p (positif).
Perkembangan industri semikonduktor sejak tahun 1960 sangat pesat. Dewasa ini semikonduktor
menjadi komponen sangat penting dalam pembuatan alat-alat elektronik muali dari radi, televisi,
kalkulator saku komputer dan sebagainya. Salah satu keunggulan
utama dari alat-alat dari zat padat ini dari alat elektronik tabung vakum adalah mudah dibuat
menjadi komponen yang sangat kecil, yang memudahkan untuk dibawa seperti microprocessor.
4. Logam Transisi
Logam transisi didefinisikan sebagai semua unsur kimia yang menempati blok-d pada tabel
berkala (Gambar 6.13) termasuk didalamnya unsur-unsur seperti krom, besi, nikel dan tembaga.
Termasuk dalam grup ini adalah unsur-unsur yang sering disebut unsur transisi dalam yaitu
unsur-unsur lantanida antara La dan Hf dan aktinida antara Ac dan Rf. Karena subgrup ini
memiliki orbital f yang terisi elektron, kadang disebut sebagai unsur blok f.
3. logam transisi dan senyawanya memperlihatkan sifat magnetik yang menarik dan sangat
penting.
Gambar 6.16 memperlihatkan bilangan oksidasi dari deret pertama logam transisi. Bilangan
oksidasi yang digambarkan dengan bulatan besar berwarna biru adalah bilangan yang sering
dijumpai baik dalam larutan dan senyawa padatnya. Bilangan yang diperlihatkan
sebagai bulatan kecil berwarna hijau adalah bilangan oksidasi yang jarang dijumpai. Sc hanya
memiliki bilangan oksidasi tingkat +3 dan Zn terjadi hanya pada bilangan oksidasi tingkat +2.
Logam transisi lainnya memiliki variasi bialngan oksidasi dari +2 sampai +7.
Pada deret kedua atau ketiga dari logam transisi ukuran atomnya meningkat pada orbital 4d dan
5d yang memungkinkan untuk memiliki bilangan oksidasi +8 seperti pada senyawa RuO4 dan
OsO4 . Secara umum bilangan oksidasi maksimum terjadi hanya ketika logam transisi
berkombinasi dengan unsur yang sangat lektronegatif seperti O, F dan pada beberapa kasus
dengan Cl.
5.1 Kromiun
Krom larut sangat lambat dalam asam klorida dan asam sulfat membebaskan gas hidrogen.
Tanpa keterlibatan udara reaksi akan membentuk larutan langit biru dari ion Kromium(II).
Kromium sering juga dijumpai memiliki bilangan oksidasi +6. pada larutan basa larutan kuning
ion kromat (CrO42-) adalah yang paling stabil, sedang dalam larutan asam terbentuk ion
dikromat (Cr2O72-) seperti yang ditunjukkan oleh reaksi berikut:
5.2 Besi
Dalam larutan, besi memiliki bilangan oksidasi +2 (fero) atau +3 (feri). Besi bereaksi dengan
asam non oksidator seperti asam asetat atau asam sulfat membentuk Fe(II), dengan adanya
oksigen, Fe2+ cenderung teoksidasi membentuk Fe3+, Seperti terlihat dalam
persamaan reaksi dengan nilai standar oksidasinya positif:
4Fe2+(aq) + O2 (g) + 4H+(aq) 4Fe3+(aq) + 2H2O(l) E = + 0,46
Padatan warna coklat sering juga terlihat pada pipa kran, warna coklat ini adalah besi(III) oksida,
yang terbentuk dari oksidasi besi (II) dalam air, yang dapat diwakilkan oleh reaksi berikut ini:
Besi (III) mudah larut dalam larutan asam sebagai ion terhidrat, Fe(H2O)63+. Ion ini terhidrolisis
segera seperti pada reaksi:
5.3 Tembaga
Tembaga dalam larutan air memiliki bilangan oksidasi +1 (kupro) dan +2 (kupri),
dengan konfigurasi elektron masing-masing [Ar] 3d10 dan [Ar] 3d9. Garam-daram dari
Cu+ sering tak larut
dalam air dan tak berwarna. Dalam larutan air ion Cu+ mengalami reaksi disproposionasi seperti:
Karena reaksi ini dan juga karena mudahnya Cu+ teroksidasi menjadi Cu2+, bilangan oksidasi+2
sebagai bilangan oksidasi yang sering dijumpai pada ion tembaga.
Garam-garam Cu2+ seperti CuSO4 , Cu(NO3)2 dan CuCl2 larut dalam air. Garam-garam ini
berwarna biru dan memiliki struktur hidrat, dimana molekul air terikat pada ion
tembaga. Cu(OH)2 termasuk garam yang sukar larut dalam air terbentuk dari reaksi antara
Cu2+ dengan NaOH. Senyawa biru ini akan kehilangan molekul airnya jika dipanaskan
membentuk padatan hitam CuO.
Senyawa tembaga yang paling kecil nilai kelarutannya adalah CuS (Ksp = 6,3 x 10-36). Senyawa
hitam ini tak larut dalam NaOH, NH3 atau asam nonoksidator seperti HCl. Namun dengan asam
oksidator seperti HNO3 , CuS terlarut karena sulfidanya teroksidasi membentuk sulfur.
Senyawa-senyawa tembaga secara umum tidak beracun terhadap manusia, kecuali dalam jumlah
yang sangat besar.