Anda di halaman 1dari 127

SKRIPSI

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE


DAN KEBIJAKAN PEMBAGIAN DIVIDEN TERHADAP
ASIMETRI INFORMASI
(Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2007)

Oleh:

SOVIANA WULANDARI

NIM: 10508002685

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H/2009 M
PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE
DAN KEBIJAKAN PEMBAGIAN DIVIDEN TERHADAP
ASIMETRI INFORMASI
(Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2007)

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk memenuhi syarat-syarat untuk meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

Soviana Wulandari

NIM: 105082002685

Dibawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Abdul Hamid, MS. Rini, SE., Ak., M.Si


NIP. 131 474 891 NIP. 150 370 231
Hari ini Rabu Tanggal 17 Bulan Juni Tahun Dua Ribu Sembilan telah dilakukan
Ujian Komprehensif atas nama Soviana Wulandari NIM: 105082002685 dengan
judul Skripsi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Kebijakan
Pembagian Dividen Terhadap Asimetri Informasi (Studi Empiris pada
Perusahaan-Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode
2005-2007). Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian
berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 17 Juni 2009

Tim Penguji Komprehensif

Amilin, SE., Ak., M.Si. Yessi Fitri, SE., Ak., M.Si.


Ketua Sekretaris

Prof. Dr. Abdul Hamid, MS.


Penguji Ahli
Hari ini Kamis Tanggal 8 Bulan Oktober Tahun Dua Ribu Sembilan telah
dilakukan Ujian Skripsi atas nama Soviana Wulandari NIM: 105082002685
dengan judul Skripsi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan
Kebijakan Pembagian Dividen Terhadap Asimetri Informasi (Studi Empiris pada
Perusahaan-Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode
2005-2007). Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian
berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 08 Oktober 2009

Tim Penguji Skripsi

Prof. Dr.Abdul Hamid, MS Rini, SE., Ak., M.Si. Penguji


I Penguji II

Amilin, SE., Ak., M.Si


Penguji Ahli
PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE DAN KEBIJAKAN
PEMBAGIAN DIVIDEN TERHADAP ASIMETRI INFORMASI
(Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode
2005-2007)

RINI
Dosen Akuntansi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

SOVIANA WULANDARI
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarf Hidayatullah Jakarta

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh mekanisme corporate


governance dan kebijakan pembagian dividen terhadap asimetri informasi. Mekanisme
corporate governance dalam penelitian ini di-proxy dengan kepemilikan saham institusional,
komisaris independen, ukuran dewan direksi, komite audit, dan pengungkapan transparansi.
Sedangkan untuk variabel asimetri informasi di-proxy dengan bid-ask spread.
Penelitian ini menggunakan metode content analysis, yaitu metode analisis data
melalui teknik observasi dan analisis terhadap isi atau pesan dari satu dokumen, dengan
menggunakan instrumen penelitian, laporan good corporate governance pada laporan
tahunan perusahaan dan laporan keuangan tahunan perusahaan sampel tahun 2005-2007
ditelusuri untuk mencari item-item pengungkapan transparansi, persentase kepemilikan
saham institusional, jumlah komisaris independen, jumlah dewan direksi, jumlah komite
audit, dividend payout ratio yang diungkapkan oleh perusahaan sampel serta laporan harga
saham harian perusahaan yang digunakan untuk menghitung spread yang terjadi pada
perusahaan sampel. Analisis data dilakukan dengan menggunakan regresi linier berganda
dengan uji statistik deskriptif, uji asumsi klasik, dan uji hipotesis.
Hasil uji pada penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) kepemilikan saham institusional
dan ukuran dewan direksi berpengaruh signifikan terhadap tingkat asimetri informasi yang
di-proxy dengan bid-ask spread, (2) komisaris independen, komite audit, transparansi, dan
kebijakan pembagian dividen tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat asimetri
informasi yang di-proxy dengan bid-ask spread, (3) secara simultan atau bersama-sama
variabel independen yang terdiri dari kepemilikan saham institusional, komisaris independen,
ukuran dewan direksi, komite audit, transparansi, dan kebijakan pembagian dividen
berpengaruh signifikan terhadap tingkat asimetri informasi yang di-proxy dengan bid-ask
spread.

Kata kunci: mekanisme corporate governance, kepemilikan saham institusional, komisaris


independen, ukuran dewan direksi, komite audit, transparansi, kebijakan
pembagian dividen dan asimetri informasi.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama : Soviana Wulandari


Tempat/Tanggal Lahir : Bekasi, 24 September 1988
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Orang Tua: 1. Ayah : Tri Budi Santoso
2. Ibu : Sumarmi
Anak ke dari : 1 dari 2 bersaudara
Telepon : 021-8821064 / 021-98656664
Alamat : Perumahan Bulak Kapal Permai Blok FF No. 35
Tambun Selatan, Bekasi 17513.
E-mail : sw.soviana@yahoo.com
Riwayat Pendidikan

1991-1993 : TK. Kartika Puri Bekasi


1993-1999 : SDN Duren Jaya 01 Bekasi
1999-2002 : SMPN 2 Kota Bekasi
2002-2005 : SMUN 4 Kota Bekasi
2005-2009 : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Jurusan
Akuntansi.
Pengalaman Organisasi

Pimpinan Redaksi Majalah Sekolah : SMUN 4 Kota Bekasi


OSIS : SMUN 4 Kota Bekasi
Himpunan Mahasiswa Islam : Komisariat UIN Jakarta
BKC : UIN Jakarta
Divisi Acara : Bakti Sosial ESQ 145
Pengalaman Kerja

2008 : Bank Perkreditan Rakyat Syariah Kota Bekasi

2008-2009 : KAP Junaedi, Chairul, Labib dan Rekan

i
THE INFLUENCE OF CORPORATE GOVERNANCE MECHANISMS AND
DIVIDEND PAYOUT POLICY TOWARD ASYMMETRIC INFORMATION

By:
Soviana Wulandari

ABSTRACT

The objective of this research is to analyze the influence of corporate


governance mechanisms and dividend payout policy toward asymmetric
information. In this research, corporate governance mechanisms were proxied by
institutional ownership, board of independent commissioner, board of director
size, audit committee, and transparency. Asymmetric information was proxied by
bid-ask spread.
This research used content analyze method, a method for data with
observation technique and analyze on content or message from document, using
good corporate governance report on annual report and financial report 2005-
2007. It was traced to find out of transparency disclosure items, percentage of
institutional ownership, the composition of the companys board of independent
commissioner, number of the companys board of directors, number of audit
committee, transparency disclosure and dividend payout ratio that disclosed by
the sample firm. Even though the companys daily stock price report which used
to calculate spread that happened on the sample firm. Multiply regression linear
was applied to analyze using descriptive statistic, classic assumption test and
hypothesis test.
The result showed that (1) institutional ownership and board of directors size
have influence on asymmetric information that proxied by bid-ask spread, (2)
board of independent commissioner, audit committee, transparency disclosure,
and dividend payout policy havent influence on asymmetric information that
proxied by bid-ask spread, (3) all independent variables together have influence
on asymmetric information that proxied by bid-ask spread.

Keyword: corporate governance mechanisms, institusional ownership, board of


independent commissionare, board of director size, audit committee,
transparency disclosure, dividend payout policy and asymmetric
information.

ii
PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE DAN
KEBIJAKAN PEMBAGIAN DIVIDEN TERHADAP ASIMETRI
INFORMASI

Oleh:
Soviana Wulandari

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh mekanisme corporate


governance dan kebijakan pembagian dividen terhadap asimetri informasi.
Mekanisme corporate governance dalam penelitian ini di-proxy dengan
kepemilikan saham institusional, komisaris independen, ukuran dewan direksi,
komite audit, dan pengungkapan transparansi. Sedangkan untuk variabel asimetri
informasi di-proxy dengan bid-ask spread.
Penelitian ini menggunakan metode content analysis, yaitu metode analisis
data melalui teknik observasi dan analisis terhadap isi atau pesan dari satu
dokumen, dengan menggunakan instrumen penelitian, laporan good corporate
governance pada laporan tahunan perusahaan dan laporan keuangan tahunan
perusahaan sampel tahun 2005-2007 ditelusuri untuk mencari item-item
pengungkapan transparansi, persentase kepemilikan saham institusional, jumlah
komisaris independen, jumlah dewan direksi, jumlah komite audit, dividend
payout ratio yang diungkapkan oleh perusahaan sampel serta laporan harga saham
harian perusahaan yang digunakan untuk menghitung spread yang terjadi pada
perusahaan sampel. Analisis data dilakukan dengan menggunakan regresi linier
berganda dengan uji statistik deskriptif, uji asumsi klasik, dan uji hipotesis.
Hasil uji pada penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) kepemilikan saham
institusional dan ukuran dewan direksi berpengaruh signifikan terhadap tingkat
asimetri informasi yang di-proxy dengan bid-ask spread, (2) komisaris
independen, komite audit, transparansi, dan kebijakan pembagian dividen tidak
berpengaruh signifikan terhadap tingkat asimetri informasi yang di-proxy dengan
bid-ask spread, (3) secara simultan atau bersama-sama variabel independen yang
terdiri dari kepemilikan saham institusional, komisaris independen, ukuran dewan
direksi, komite audit, transparansi, dan kebijakan pembagian dividen berpengaruh
signifikan terhadap tingkat asimetri informasi yang di-proxy dengan bid-ask
spread.

Kata kunci: mekanisme corporate governance, kepemilikan saham institusional,


komisaris independen, ukuran dewan direksi, komite audit,
transparansi, kebijakan pembagian dividen dan asimetri informasi.

iii
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum Wr.Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, yang merupakan salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Fakultas
Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna
karena keterbatasan pengetahuan yang dimiliki penulis. Meskipun demikian,
penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan skripsi ini
dengan baik dan benar. Pada kesempatan ini, penulis dengan tulus hati
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. My Lovely Parents papa Q bapak Tri Budi Santoso, mama Q ibu Sumarmi
dan My Lil Brother (Sovyan Afandy) yang selalu menjadi motivasi dan
semangat terbesar dalam diri penulis. Ini kado istimewa pertama dari mbak
untuk mama dan papa terima kasih atas semua doa, tangis, sujud, dan
kasih sayang kalian selama ini.
2. Keluarga besar Gito Atmodjo: Pakdhe Budi, Budhe Richi (Madam), Tante
Ari (Bunda), Om Nur, Mbak Ika, De Kiki, Mas Dony, Mas Rasi, Mbak
Sinta Dan seluruh Keluarga Besar Atmo Soekarto.terima kasih banyak
untuk nasihat, support, dan perhatiannya.
3. Keluarga Mamaku: Mbah Kung, Mbah Putri, Mbah uYut, Lik Is, Om Min,
Lik Sri, Via, Mas Inuk, Lik Atun.
4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Ilmu Sosial sekaligus pembimbing 1 skripsi penulis.
5. Ibu Rini SE., Ak., M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
bersedia meluangkan waktu dan tenaganya untuk memberikan petunjuk,
bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

iv
6. Bapak Afif Sulfa, SE., Ak., M.Si., selaku Ketua Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Ibu Yessi Fitri, SE, Ak., M. Si, selaku Sekretaris Jurusan Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dan penguji komprehensif penulis.
8. Bapak Amilin SE, Ak., M.Si, selaku Dosen Penguji Komprehensif dan
Penguji Skripsi penulis.
9. Dosen Jurusan Akuntansi: Pak Hepi, Bu Rahma, Pak Masrul, Pak Cebba,
Bu Nurul, Bu Hary, Pak Fuad, dan dosen akuntansi lainnya yang telah
membekali penulis dengan ilmu pengetahuan selama ini. Serta seluruh staf
dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu urusan administrasi
penulis.
10. Sahabatku Dina Septiani dan Gina Karlina, were still The Power Puff
Girls dan perjalanan Tiga Wanita belum berakhir. Tetap letakkan semua
harapan dan cita-cita qt 5 cm di depan kening qt.
11. Kawan-kawan sepermainan kecilku Kak Lia, Kak Ledy, Shella, Meikha,
Sari yang selalu memberi semangat dan info-info.
12. Tetangga-tetanggaku di Bulak Kapal Permai terima kasih atas
perhatiannya, walau mama dan papa di Solo aku tetep merasa kalian
seperti orang tua dan keluargaku di Bekasi.
13. Teman-teman seperjuangan kompre : Epi, Ita, Fifi, Ratih, Urfy dan Lili,
qt terus saling mendukung ya kawan
14. Temen-temen akunt C05 : walau cita-cita kita buat jalan-jalan lum
kesampean Yang Penting Kompak.
15. Anak-anak Akmen05 : ga nyangka klo bakal dapet temen-temen yang
menyenagkan seperti kalian. Muv ya gw galak waktu jadi bendahara,
maklum tuntutan profesi.
16. Santi, rika (burki), aRif F, Yuli, Erna, Andi, defi, Yenti, Berlian_thanks
buat data, sharing info dan bantuannya selama penyusunan skripsi.
17. Anak nongkrong kampuz Kamal, Ade Konde, Samsul, Heri, Nandar, Irfan,
Bang Syarif, Rohli, Amung kapanpun dimanapun adalah moment, seru

v
bisa main sama kalian, ga cuma seneng tapi banyak cerita, ilmu dan
pengalaman yang bisa jadi motivasi n semangat buat diriku. Kapan-kapan
qt jalan-jalan lagi yo.
18. In d Kost Soulmate: Ara, Indri, Iffahdari asrama mpe kosan jadi hari-
hari yang ga terlupakan sama kalian. Aku kangen kalian
19. Keluarga alumni SMUN 4 Bekasi soul community(IPA 4) n X.25: lagi
btlagi senenglagi susahtetep ngumpul
20. Sahabat-sahabatku lainnya dan pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan
satu persatu yang telah membantu penulis secara langsung maupun tidak
langsung dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas segala doa,
dukungan, dan bantuannya.

Pada akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pihak-pihak yang membutuhkan. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari seluruh pihak demi kesempurnaan skripsi ini.

Wassalamualaikum wr.wb.

Jakarta, Juli 2009

Penulis,

Soviana Wulandari

vi
DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Judul
Lembar Pengesahan Skripsi
Lembar Pengesahan Uji Komprehensif
Lembar Pengesahan Uji Skripsi
Daftar Riwayat Hidup i
Abstract ....................................................................................................... ii
Abstrak ........................................................................................................ iii
Kata Pengantar .......................................................................................... iv
Daftar Isi...................................................................................................... vii
Daftar Tabel ................................................................................................ x
Daftar Gambar............................................................................................ xi
Daftar Lampiran ......................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................ 7
BAB II KERANGKA TEORITIS
A. Tinjauan Pustaka.......................................................................... 10
1. Corporate Governance ........................................................... 10
a. Definisi Corporate Governance... 10
b. Tujuan Corporate Governance ......................................... 13
c. Manfaat Corporate Governance........................................ 14
d. Prinsip-Prinsip Corporate Governance ............................. 15
e. Kepemilikan Institusional ................................................. 18
f. Komisaris Independen ...................................................... 19
g. Ukuran Dewan Direksi ..................................................... 22
h. Komite Audit .................................................................... 25
i. Transparansi ..................................................................... 31

vii
2. Kebijakan Pembagian Dividen................................................ 34
a. Definisi Dividen ............................................................... 34
b. Jenis-jenis Dividen ........................................................... 35
c. Dividend Signalling Theory .............................................. 36
3. Asimetri Informasi .................................................................. 38
a. Definisi Asimetri Informasi ............................................... 38
b. Tipe Asimetri Informasi..................................................... 39
c. Alat Ukur Asimetri Informasi ............................................ 40
4. Mekanisme Corporate Governance dan Asimetri Informasi .... 42
5. Kebijakan Pembagian Dividend dan Asimetri Informasi .......... 43
B. Penelitian Terdahulu .................................................................... 44
C. Kerangka Pemikiran .................................................................... 49
D. Perumusan Hipotesis.................................................................... 50
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................ 51
B. Metode Penentuan Sampel ........................................................... 51
C. Metode Pengumpulan Data .......................................................... 52
D. Metode Analisis Data. .................................................. 53
1. Uji Statistik Deskriptif ............................................................ 54
2. Uji Asumsi Klasik................................................................. . 55
a. Uji Normalitas Data ........................................................... 55
b. Uji Multikolinearitas .......................................................... 55
c. Uji Autokorelasi.................................................................. . 56
d. Uji Heteroskedastisitas ...................................................... 56
3. Uji Hipotesis 57
a. Uji Koefisien Determinasi (R2).. 57
b. Uji Statistik t.. 58
c. Uji Regresi Simultan (Uji F) .............................................. 58
E. Operasional Variabel Penelitian ................................................... 58
1. Variabel Independen ... 58
2. Variabel Dependen.. 60

viii
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian .............................................. 62
B. Hasil Analisis Data.. 64
1. Uji Statistik Deskriptif ............................................................ 64
2. Uji Asumsi Klasik... 68
a. Uji Normalitas. 68
b. Uji Multikolinearitas............................................................. 73
c. Uji Autokorelasi ............................................................... 74
d. Uji Heteroskedastisitas ......... 76
3. Uji Hipotesis 78
a. Koefisien Determinasi (AdjustedR2).................................... 78
b. Uji Individu (Uji t) .............................................................. 81
c. Uji Regresi Simultan (Uji F) ............................................... 99
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan ................................................................................... 101
B. Implikasi dan Keterbatasan. 103
Daftar Pustaka. 105
Lampiran.. 108

ix
DAFTAR TABEL

No. Keterangan Halaman

2.1 Perbandingan Penelitian Sebelumnya dan Sekarang.. ....... 47


3.1. Pengukuran Operasional Variabel Penelitian ........................... .... 61
4.1. Rincian Sampel Penelitian ....................................................... 62
4.2. Daftar Nama Perusahaan ......................................................... 63
4.3. Deskriptive Statistics ............................................................... 64
4.4. Nilai Korelasi Hasil Pengujian Multikolinearitas ..................... 73
4.5. Nilai Tolerance dan VIF Hasil Pengujian Multikolinearitas ..... 74
4.6. Hasil Uji Autokorelasi Sebelum Tanggal Pengumuman Dividen... 75
4.7. Hasil Uji Autokorelasi Saat Tanggal Pengumuman Dividen... 75
4.8. Hasil Uji Autokorelasi Setelah Tanggal Pengumuman Dividen .. 75
2
4.9. Hasil Analisis Adjusted R Sebelum Pengumuman Dividen... 78
2
4.10. Hasil Analisis Adjusted R Pada Tanggal Pengumuman Dividen... 79
2
4.11. Hasil Analisis Adjusted R Setelah Pengumuman Dividen .. 80
4.12. Hasil Uji Regresi Variabel Dependen Sebelum Tanggal Pengumuman
Dividen ................................................................................... ... 81
4.13. Hasil Uji Regresi Variabel Dependen Saat Pengumuman Dividen... 83
4.14. Hasil Uji Regresi Variabel Dependen Setelah Tanggal Pengumuman
Dividen ................................................................................... ... 85
4.15. Hasil Uji Simultan Sebelum Tanggal Pengumuman Dividen ... ... 99
4.16. Hasil Uji Simultan Pada Tanggal Pengumuman Dividen.. 99
4.17. Hasil Uji Simultan Setelah Tanggal Pengumuman Dividen...... ... 99

x
DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Halaman

2.1. Skema Kerangka Pemikiran.................................................. 49


4.1. Hasil Uji Normalitas Sebelum Tanggal Pengumuman Dividen . 69
4.2. Hasil Uji Normalitas Saat Tanggal Pengumuman Dividen .... 69
4.3. Hasil Uji Normalitas Setelah Tanggal Pengumuman Dividen 70
4.4. Hasil uji Normalitas Sebelum Tanggal Pengumuman Dividen Setelah
Transformasi........... 71
4.5. Hasil uji Normalitas Sebelum Tanggal Pengumuman Dividen Setelah
Transformasi........... . 71
4.6. Hasil uji Normalitas Sebelum Tanggal Pengumuman Dividen Setelah
Transformasi........... .. 72
4.7. Hasil Uji Heteroskedastisitas Sebelum Tanggal Pengumuman Dividen 76
4.8. Hasil Uji Heteroskedastisitas Saat Tanggal Pengumuman Dividen .. 77
4.9. Hasil Uji Heteroskedastisitas Setelah Tanggal Pengumuman Dividen 77

xi
DAFTAR
LAMPIRAN

No. Keterangan
Halaman

1 Daftar Indikator Pengukuran Variabel 108

2 Daftar Hasil Pengumpulan Data (Pooled Data). 109

3 Daftar Hasil Perhitungan Spread............... 112

4 Hasil Pengujian Statistik Deskriptif.. 115

5 Hasil Uji Normalitas Sebelum Pengobatan.............. 116

6 Hasil Uji Normalitas Setelah Pengobatan. 119

7 Hasil Uji Multikolinearitas 122

8 Hasil Uji Autokorelasi... 123

9 Hasil Uji Heteroskedastisitas. 125

10 Hasil Uji Regresi 128


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perilaku dan kualitas keputusan investor sangat dipengaruhi oleh kualitas

informasi yang dihasilkan manajemen dalam laporan keuangannya. Laporan

keuangan dan annual report yang dibuat oleh manajemen diharapkan dapat

menjadi alat yang paling efektif untuk mengkomunikasikan informasi

keuangan maupun perkembangan seluruh kegiatan operasional perusahaan

dalam suatu periode kepada pihak-pihak berkepentingan di luar korporasi.

Manajer sebagai pengelola (agent) dianggap memiliki informasi yang lebih

banyak mengenai informasi internal, kondisi perusahaan jangka pendek,

maupun prospek perusahaan dimasa depan dari pada pemilik (pemegang

saham).

Berdasarkan teori keagenan (agency theory), adanya pemisahan antara

pemilik (principle) dan pengelola (agent) dalam suatu perusahaan dapat

menimbulkan masalah keagenan (agency problem) yaitu berupa

ketidaksejajaran kepentingan antara principle dan agent dimana manajer

sebagai pengelola cenderung bersikap oportunis terhadap pengungkapan

informasi mengenai kondisi perusahaan seperti memanipulasi data keuangan

perusahaan agar terlihat lebih cantik dan dapat menarik perhatian para

investor. Kondisi yang demikian dikenal dengan informasi yang tidak simetris

atau asimetri informasi (asymmetric information).

1
Asimetri informasi merupakan kondisi yang merugikan bagi investor

dalam menentukan keputusan investasinya. Menurut Veronica dan Bachtiar

(2003), tingkat pengungkapan dalam laporan keuangan merupakan hal yang

dipengaruhi oleh penilaian (judgement) dari manajer, karenanya tingkat

pengungkapan memiliki hubungan yang negatif dengan tingkat asimetri

informasi, semakin tinggi tingkat pengungkapan penuh (full disclosure) akan

mengurangi asimetri informasi yang terjadi antara manajer dan pengguna

laporan.

Terdapat pengujian pengungkapan informasi terhadap asimetri informasi

seperti yang dilakukan oleh Khomsiyah dan Susanti (2003); dan Murni (2003)

menyatakan bahwa pengungkapan terbagi menjadi dua, yaitu pengungkapan

sukarela (voluntary disclosure) dan pengungkapan wajib (mandatory

disclosure). Penelitian ini mendapatkan hasil yang berbeda, Khomsiyah dan

Susanti tidak menemukan adanya hubungan yang signifikan antara

pengungkapan dengan bid-ask spread yang dijadikan proksi untuk mengukur

asimetri informasi, sementara Murni (2003) menemukan adanya pengaruh luas

pengungkapan terhadap asimetri informasi yang diproksikan dengan bid-ask

spread.

Beberapa kasus mengenai skandal bisnis dan malpraktik manajemen

menyebabkan ambruknya perusahaan-perusahaan ternama di Amerika Serikat

seperti Enron, WorldCom, Merck, Lehman Brothers, dan kawan-kawannya.

Sedangkan di Indonesia, berita kejatuhan perusahaan yang menimbulkan

heboh besar beberapa saat lalu adalah goyahnya Bakrie Group (dengan

holding-nya Bakrie&Brothers) menyebabkan harga sahamnya merosot secara

2
drastis pada 7 oktober 2008 senilai Rp. 2.175 perlembar, padahal diawal Juni

2008 harga sahamnya menyentuh angka Rp. 8.850 perlembar (SWA XXIV,

2009:87-89).

Dengan melihat kasus-kasus tersebut, menjadi cerminan adanya

ketidakterbukaan informasi, adanya ketidaksetaraan informasi, serta adanya

benturan kepentingan (conflict of interest) antara agent dan principle yang

tidak diungkapkan secara fair kepada publik terutama para investor. Untuk

mengantisipasi terjadinya asimetri informasi, diperlukan suatu mekanisme

yang dapat meminimalkan tingkat asimetri informasi yang dilakukan oleh

agent kepada principle. Salah satu mekanisme yang dapat digunakan adalah

praktik good corporate governance yang merupakan struktur, sistem, serta

proses yang saling berintegrasi untuk mewujudkan kelima prinsip utamanya,

yaitu: transparency, accountability, responsibility, independency, dan fairness.

Untuk pelaksanaan mekanisme corporate governance yang optimal diperlukan

adanya struktur yang ideal seperti: komisaris independen, komite audit,

direksi, dan komite penunjang lainnya. Selain struktur yang ideal diperlukan

adanya sistem yang digunakan sebagai aturan main dan kejelasan secara

deskripsi serta fungsi organ yang jelas, dalam sebuah sistem yang baik

diperlukan adanya pedoman tentang pelaksanaan corporate governance,

sistem penilaian dan evaluasi yang efektif, serta apresiasi kerja yang dapat

meningkatkan kinerja para karyawan. Telah banyak penelitian untuk menilai

efektifitas penerapan mekanisme corporate governance terhadap praktik

manajemen laba yang merupakan dampak dari adanya asimetri informasi,

3
seperti yang dilakukan oleh Ujiyanto dan Pramuka (2007); Iqbal dan

Fachriyah (2007); Sulistyanto dan Wibisono (2003); dan Asmoro (2007).

Selain pelaksanaan mekanisme corporate governance, Apriani (2005)

menyatakan bahwa kebijakan dividen merupakan salah satu bentuk corporate

action yang dapat dijadikan sebagai alat untuk mengkomunikasikan informasi

mengenai prospek masa perusahaan bagi investor. Sejalan dengan Apriani

(2005), Pramastuti (2007) mengungkapkan bahwa pengumuman dividen

dianggap sebagai sinyal positif yang mengandung informasi bagi investor

mengenai prospek dan kondisi perusahaan dimasa yang akan datang, serta

menunjukkan tingkat asimetri informasi yang rendah. Kebijakan dividen

memiliki banyak aspek daya tarik seperti mekanisme transmisi informasi,

kandungan informasi atas dividen menghipotesiskan bahwa para manajer

menggunakan pengumuman dividen untuk memberi sinyal perubahan dalam

pengharapannya tentang prospek perusahaan yang akan datang (Aharony dan

Swary, 1980) dalam Bandi dan Jogiyanto (2000).

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan dan beberapa hasil

pengujian empiris sebelumnya, maka penulis akan mencoba untuk meneliti

pengaruh penerapan mekanisme corporate governance dan corporate action

berupa kebijakan dividen untuk menurunkan tingkat asimetri informasi.

Alasan penulis menggunakan variabel corporate governance karena pada

penelitian sebelumnya dinyatakan bahwa pengungkapan penuh sangat penting

dalam menurunkan tingkat asimetri informasi, penulis berpendapat bahwa

corporate governance dapat dijadikan sistem, struktur, serta proses yang

efektif untuk dapat meningkatkan pengungkapan informasi kepada publik

4
karena mekanisme corporate governance dilaksanakan berdasarkan kelima

prinsipnya sehingga asimetri informasi akan menurun. Sedangkan variabel

corporate action, yaitu kebijakan pembagian dividen dipilih karena

berdasarkan signalling theory, kebijakan pembagian dividen dapat dijadikan

sebagai signal yang positif dari agent kepada principle atas prospek masa

depan perusahaan. Oleh karena itu, pada penelitian ini penulis memilih judul

berikut: Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Kebijakan

Pembagian Dividen Terhadap Asimetri Informasi (Studi Empiris pada

Perusahaan-Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode

2005-2007).

B. Rumusan Masalah

Tujuan perusahaan adalah memaksimalkan kekayaan pemilik perusahaan

atau stakeholders. Dalam rangka ini, penciptaan kekayaan pemilik kemudian

dijadikan indikator kesuksesan perusahaan dalam menciptakan nilai dan

keberhasilan manajemen dalam pengelolaan perusahaan.

Sumber informasi yang dapat menggambarkan keadaan perusahaan adalah

laporan keuangan yang disampaikan oleh manajemen, tetapi informasi

tersebut akan menjadi kurang dapat diandalkan ketika terdapat informasi yang

tidak simetris antara manajer (agent) dan pemilik (principle). Informasi yang

asimetris dapat mengakibatkan kualitas laporan keuangan rendah sehingga

menyesatkan para stakeholder (investor) yang ingin mengetahui kinerja

perusahaan dan mengambil keputusan investasi.

5
Pemberian informasi efektif kepada masyarakat serta pengelolaan

perusahaan yang baik akan menurunkan asimetri informasi yang terjadi antara

manajemen perusahaan dengan stakeholders, sehingga proses monitoring oleh

pihak luar manajemen perusahaan dapat lebih efektif dan stakeholders dapat

menilai kinerja manajemen perusahaan secara fair. Pengungkapan yang dapat

meningkatkan corporate governance adalah pengungkapan yang memiliki

kredibilitas dan kualitas yang tinggi, sehingga pengungkapan itu dapat

dijadikan acuan dan dipercaya stakeholders guna pengambilan keputusan

investasi yang penting.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka

permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah terdapat pengaruh mekanisme corporate governance yang di-

proxy dengan kepemilikan saham institusional terhadap tingkat asimetri

informasi perusahaan yang di-proxy dengan bid-ask spread?

2. Apakah terdapat pengaruh mekanisme corporate governance yang di-

proxy dengan keberadaan komisaris independen terhadap tingkat asimetri

informasi perusahaan yang di-proxy dengan bid-ask spread?

3. Apakah terdapat pengaruh mekanisme corporate governance yang di-

proxy dengan ukuran (jumlah) dewan direksi terhadap tingkat asimetri

informasi perusahaan yang di-proxy dengan bid-ask spread?

4. Apakah terdapat pengaruh mekanisme corporate governance yang di-

proxy dengan ukuran (jumlah) komite audit terhadap tingkat asimetri

informasi perusahaan yang di-proxy dengan bid-ask spread?

6
5. Apakah terdapat pengaruh mekanisme corporate governance yang di-

proxy dengan pengungkapan yang dilakukan perusahaan sebagai bentuk

pelaksanaan dari prinsip transparansi terhadap tingkat asimetri informasi

perusahaan yang di-proxy dengan bid-ask spread?

6. Apakah terdapat pengaruh kebijakan pembagian dividen terhadap tingkat

asimetri informasi perusahaan yang di-proxy dengan bid-ask spread?

7. Apakah terdapat pengaruh secara bersama-sama mekanisme corporate

governance yang di-proxy dengan kepemilikan saham institusional,

komisaris independen, ukuran dewan direksi, komite audit, transparansi,

serta kebijakan dividen terhadap tingkat asimetri informasi perusahaan

yang di-proxy dengan bid-ask spread?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji adanya pengaruh

mekanisme corporate governance dan corporate action berupa kebijakan

pembagian dividen terhadap asimetri informasi yang diterapkan oleh

perusahaan yang listing di BEI selama periode 2005-2007 serta

dampaknya terhadap reaksi pasar.

Berkaitan dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka

tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui pengaruh mekanisme corporate governance yang

di-proxy dengan kepemilikan saham institusional terhadap tingkat

asimetri informasi perusahaan yang di-proxy dengan bid-ask spread.

7
b. Untuk mengetahui pengaruh mekanisme corporate governance yang

di-proxy dengan keberadaan komisaris independen terhadap tingkat

asimetri informasi perusahaan yang di-proxy dengan bid-ask spread.

c. Untuk mengetahui pengaruh mekanisme corporate governance yang

di-proxy dengan ukuran dewan direksi terhadap tingkat asimetri

informasi perusahaan yang di-proxy dengan bid-ask spread.

d. Untuk mengetahui pengaruh mekanisme corporate governance yang

di-proxy dengan keberadaan komite audit terhadap tingkat asimetri

informasi perusahaan yang di-proxy dengan bid-ask spread.

e. Untuk mengetahui pengaruh mekanisme corporate governance yang

di-proxy dengan pengungkapan transparansi terhadap tingkat asimetri

informasi perusahaan yang di-proxy dengan bid-ask spread.

f. Untuk mengetahui pengaruh kebijakan pembagian dividen terhadap

tingkat asimetri informasi perusahaan yang di-proxy dengan bid-ask

spread.

g. Untuk mengetahui pengaruh mekanisme corporate governance yang

di-proxy dengan kepemilikan saham institusional, komisaris

independen, ukuran dewan direksi, komite audit, pengungkapan secara

transparan, serta kebijakan pembagian dividen secara simultan

(bersama-sama) terhadap asimetri informasi perusahaan yang di-proxy

dengan bid-ask spread.

8
2. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

a. Bagi Pembaca dan Publik

Sebagai referensi, kepustakaan, dan untuk penelitian berikutnya

kekurangan yang terdapat dalam penelitian ini diharapkan akan

memberikan kesempurnaan dalam penelitian yang berkaitan dengan

pengaruh mekanisme CG terhadap asimetri informasi.

b. Bagi Perusahaan

Memberikan informasi dan bukti empiris kepada perusahaan yang

listing di Bursa Efek Indonesia mengenai pentingnya menerapkan

mekanisme corporate governance dengan konsiten (bukan karena

dorongan regulasi dan menghindari sanksi saja) dapat menghambat

terjadinya rekayasa kinerja yang merupakan dampak dari adanya

asimetri informasi. Pelaksanaan Corporate Action berupa kebijakan

pembagian dividen dalam perusahaan dapat dijadikan sebagai alat

sinyal bagi perusahaan kepada investor yang dapat meningkatkan

belief (kepercayaan) investor terhadap perusahaan.

c. Bagi Penulis

Menambah pengetahuan mengenai pentingnya penerapan

mekanisme corporate governance dan organ-organ pendukung CG

dalam pengelolaan perusahaan, serta corporate action (pembagian

dividen) terhadap asimetri informasi perusahaan yang telah melakukan

penerapan mekanisme CG dengan baik.

9
BAB II

KERANGKA TEORITIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Corporate Governance

a. Definisi Corporate Governance

Konsep good corporate governance muncul atas dasar pengalaman

Amerika Serikat yang harus melakukan restrukturisasi di lingkungan

korporasinya setelah terjadi Wall Street Crash pada tahun 1929. Dua

pakar hukum, yakni Adolf Augustus Berle dan Gardiner C. Means,

dinilai punya andil bagi kelahiran konsep corporate governance lewat

monograf karya mereka, The Modern Corporation and Private

Property (1932, Macmillan). Sekitar 50 tahun kemudian, muncul dua

teori yang terkait dengan corporate governance adalah: stewardship

theory dan agency theory Chin (2000); Shaw (2003) dalam Kalihatu

(2006). Stewardship theory memandang manajemen sebagai pihak yang

dapat dipercaya untuk bertindak dengan sebaik-baiknya bagi

kepentingan publik maupun stakeholder. Sedangkan agency theory

yang dikembangkan oleh Michael Jense dan Eugene Fama dalam

bukunya The Separation of Ownership and Control, memandang

bahwa manajemen perusahaan sebagai agents bagi para pemegang

saham akan bertindak dengan penuh kesadaran bagi kepentingannya

sendiri, bukan sebagai pihak yang arif dan bijaksana serta adil terhadap

pemegang saham.

10
Selepas perang dunia II, banyak perusahaan AS yang berekspansi

dan menjelma menjadi perusahaan multinasional. Banyak perusahaan

besar dengan kontrol dominan tehadap urusan bisnis mereka tanpa

akuntabilitas dan pengawasan yang memadai. Lalu di Eropa, khususnya

Inggris, pada akhir 1980-an tejadi praktik korporasi yang menimbulkan

masalah, seperti praktik creative accounting dan terbatasnya peran

auditor. Sebagai respon atas masalah ini muncullah Cadbury Report

(1992) dari Cadbury Committee yang konon merupakan yang pertama

memperkenalkan istilah corporate governance dengan tegas

menyatakan Corporate governance is the system by which companies

are directed and controlled.

Beragam definisi tentang corporate governance yang dinyatakan

oleh beberapa peneliti dan organisasi sebagai berikut:

Menurut OECD (Organization for Economic Cooperation and

Development) dalam Almilia (2006), mendefinisikan Corporate

Governance:

Corporate governance is the system by which business


corporations are directed and controlled. The corporate
governance structure specifies the distribution of right and
responsibility among different participants in the corporation, such
as, the board, managers, shareholders and other stakeholders, and
spells out the rules and procedures for making decisions on
corporate affairs. By doing this, it also provides the structure
through which company objectives are set, and the means of
attaining those objectives and monitoring performance.

11
Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI)

mendefinisikan:

Corporate governance adalah seperangkat peraturan yang


mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola)
perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para
pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang
berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata
lain suatu sistem yang mengendalikan perusahaan.

Sedangkan menurut Indonesia Institute for Corporate Governance

(IICG) (2002), mendefinisikan:

corporate governance sebagai proses dan struktur yang diterapkan


dalam menjalankan perusahaan, dengan tujuan utama meningkatkan
nilai pemegang saham dalam jangka panjang, dengan tetap
memperhatikan kepentingan stakeholder yang lain.

Menurut Menteri BUMN Nomor KEP-117/M-MBU/2002 dalam

Asmoro (2007), Good Corporate Governance adalah :

Suatu proses dari struktur yang digunakan oleh organ BUMN


untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas
perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka
panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder
lainya, berdasarkan peraturan perundang undangan dan nilai-nilai
etika.

Menurut pakar manajemen Jill dan Aris Solomon dalam bukunya

Corporate Governance and Accountability, mendefinisikan corporate

governance sebagai sistem yang mengatur hubungan dan

pertanggungan jawab atau akuntabilitas perusahaan kepada seluruh

anggota the stakeholders non-pemegang saham (Sutojo dan Aldridge,

2005:25).

12
b. Tujuan Corporate Governance

Tujuan dari corporate governance seperti yang dinyatakan dalam

OECD adalah bertujuan:

1) Untuk mengurangi kesenjangan antara pihak-pihak yang memiliki

kepentingan dari suatu perusahaan (pemegang saham mayoritas dan

pemegang saham lainya).

2) Meningkatkan kepercayaan bagi para investor dalam melakukan

investasi.

3) Mengurangi biaya modal (cost of capital)

4) Meyakinkan kepada semua pihak atas komitmen legal dalam

pengelolaan perusahaan.

5) Penciptaan nilai bagi perusahaan termasuk hubungan antara para

stakeholders (kreditur, investor, karyawan perusahaan, bondholder,

pemerintah dan shareholder).

Indonesia Institute for Corporate Governance (IICG, undated:3)

dalam Unnisa (2008) mengungkapkan bahwa penerapan corporate

governance mempunyai tujuan, yaitu:

1) Meraih kembali kepercayaan imvestor dan kreditor nasional dan

internasional.

2) Memenuhi tuntutan standar global.

3) Meminimalkan biaya kerugian dan biaya pencegahan atas

penyalahgunaam wewenang oleh pengelola (agency cost).

4) Mengurangi biaya modal (cost of capital) dengan menekan risiko

yang dihadapi kreditor.

13
5) Meningkatkan nilai saham perusahaan.

6) Mengangkat citra perusahaan.

c. Manfaat Corporate Governance

Dalam melaksanakan corporate governance, ada beberapa manfaat

menurut Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance

(KNKCG), antara lain:

1) Memaksimalkan nilai perseroan bagi pemegang saham dengan cara

meningkatkan prinsip keterbukaan, akuntabilitas, dapat dipercaya,

bertanggung jawab, dan adil agar kompetitif serta mendorong iklim

investasi.

2) Mendorong pengelolaan perseroan secara profesional, transparan,

dan efisien, serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan

kemandirian Dewan Komisaris, Direksi, dan RUPS.

3) Mendorong pemegang saham, anggota Dewan Komisaris, anggota

Direksi agar dalam setiap pengambilan keputusan maupun

menjalankan tindakan di landasi moral yang tinggi dan kepatuhan

terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku serta

kesadaran akan adanya tanggung jawab sosial perseroan terhadap

para stakeholder maupun kelestarian lingkungan disekitar

perseroan.

Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI)

kegunaan dari GCG adalah:

1) Lebih mudah memperoleh modal

2) Biaya modal yang lebih rendah

14
3) Memperbaiki kinerja usaha

4) Mempengaruhi harga saham

5) Memperbaiki kinerja ekonomi.

Menurut Harmanto dalam majalah SWA (2004), beberapa manfaat

menerapkan Good Corporate Governance, misalnya: kepercayaan

investor, mitra bisnis ataupun kreditor; menjadi lebih linear karena

pembagian tugas serta kewenangan yang jelas; perimbangan kekuatan

diantara struktur internal perusahaan, yakni direksi, komisaris, komite

audit dan sebagainya; pengambilan keputusan menjadi lebih akuntabel

dan lebih berhati-hati demi sustainability perusahaan.

d. Prinsip - Prinsip Corporate Governance

Organization for Economic Co-operation and Development

(OECD) menyatakan bahwa dalam prinsip corporate governance

terdapat empat unsur penting yaitu :

1) Fairness (keadilan); Menjamin perlindungan hak-hak para

pemegang saham termasuk hak-hak pemegang saham minoritas dan

para pemegang saham asing, serta menjamin terlaksananya

komitmen dengan para investor.

2) Transparency (transparansi); Mewajibkan adanya suatu sistem

informasi yang terbuka, tepat waktu, jelas dan dapat

diperbandingkan yang menyangkut keadaan keuangan,

pengeloalaan perusahaan, dan kepemilikan perusahaan.

3) Accountability (akuntabilitas); Menjelaskan peran dan tanggung

jawab, serta mendukung usaha untuk menjamin penyeimbangan

15
kepentingan manajemen dan pemegang saham sebagaimana diawasi

oleh dewan komisaris.

4) Responsibility (pertanggungjawaban); Memastikan dipatuhinya

peraturan serta ketentuan yang berlaku sebagai cerminan

dipatuhinya nilai-nilai sosial.

Prinsip-prinsip Corporate Governance dari OECD diatas menyangkut

hal-hal sebagai berikut:

1) Hak-hak para Pemegang Saham;

2) Perlakuan yang sama terhadap para pemegang saham;

3) Peranan semua pihak yang berkepentingan (stakeholders) dalam

corporate governance;

4) Transparansi dan Penjelasan;

5) Peranan Dewan Komisaris.

Menurut Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance

(KNKCG), prinsip dasar pelaksanaan corporate governance antara lain:

1) Transparansi (Keterbukaan)

Prinsip Dasar

Untuk menjaga objektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan

harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan

cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku

kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk

mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh

peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk

16
pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur, dan

pemangku kepentingan lainnya.

2) Akuntabilitas (Accountability)

Prinsip Dasar

Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya

secara transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola

secara benar, terukur, dan sesuai dengan kepentingan perusahaan

dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan

pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat

yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.

3) Responsibilitas (Responsibility)

Prinsip Dasar

Perusahaan harus memenuhi peraturan perundang-undangan serta

melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan

sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka

panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen.

4) Independensi (Independency)

Prinsip Dasar

Untuk melancarkan pelaksanaan good corporate governance,

perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-

masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat

diintervensi oleh pihak lain.

17
5) Kesetaraan dan Kewajaran (Fairness)

Prinsip Dasar

Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa

memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku

kepentingan lainnya berdasarkan asas kesetaraan dan kewajaran.

e. Kepemilikan Institusional

Kepemilikan saham institusional adalah saham perusahaan yang

dipegang oleh institusi lain. Kemungkinan suatu perusahaan berada

pada posisi tekanan keuangan juga banyak dipengaruhi oleh struktur

kepemilikan perusahaan tersebut. Struktur kepemilikan tersebut

menjelaskan komitmen dari pemiliknya untuk

menyelamatkan perusahaan. Dengan adanya

institusional ownership, monitoring atas perusahaan akan meningkat.

Hal ini diakibatkan karena institusi lain yang menanamkan modalnya

pada suatu perusahaan akan memonitor lebih ketat, yang didukung

oleh information channel yang lebih baik dibandingkan kepemilikan

saham oleh individu.

Perusahaan dengan kepemilikan institusional yang besar (lebih dari

5%) mengindikasikan kemampuannya untuk memonitor manajemen.

Semakin besar kepemilikan institusional maka semakin efisien

pemanfaatan aktiva perusahaan. Dengan demikian proporsi kepemilikan

institusional bertindak sebagai pencegah terhadap pemborosan yang

dilakukan manajemen.

Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan hubungan antara

kepemilikan institusional dengan kinerja keuangan. Penelitian tersebut


antara lain dilakukan oleh Chaganti & Damanpour yang dijelaskan

Lastanti (2004) dalam Yuniarto (2007) yang meneliti mengenai

kepemilikan institusional, struktur modal dan kinerja perusahaan. Hasil

penelitian tersebut menunjukkan bahwa besarnya kepemilikan saham

oleh institusi dapat mempengaruhi secara positif dan siginifikan

terhadap kinerja keuangan perusahaan. Cornet et al., (2006) dalam

Ujiyanto dan Pramuka (2007) menyimpulkan bahwa tindakan

pengawasan perusahaan oleh pihak investor institusional dapat

mendorong manajer untuk lebih memfokuskan perhatiannya terhadap

kinerja perusahaan sehingga akan mengurangi perilaku opportunistic

atau mementingkan diri sendiri.

f. Komisaris Independen

Menurut Task Force Komite Nasional Kebijakan Corporate

Governance (2006) pengertian komisaris independen adalah:

anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan Direksi,


anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali,
serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat
mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau
bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan.

Menurut Surya dan Yustiavandana (2006:135) dalam Asmoro

(2007) pengertian komisaris independen adalah:

komisaris yang bukan merupakan anggota manajemen, pemegang


saham mayoritas, pejabat atau dengan cara lain yang berhubungan
langsung atau tidak langsung dengan pemegang saham mayoritas dari
suatu perusahaan yang mengawasi pengelola perusahaan.

Dari pengertian tersebut, peneliti dapat mengambil kesimpulan

bahwa komisaris independen harus independen dari direksi dan

19
pemegang saham pengendali serta tidak mempunyai kepentingan yang

dapat mempengaruhi kemampuan mereka untuk menjalankan

kewajiban secara adil atas nama perusahaan. Dalam kaitannya dengan

implementasi GCG diperusahaan, diharapkan bahwa keberadaan

komisaris maupun komisaris independen tidak hanya sebagai

pelengkap, karena dalam diri komisaris melekat tanggung jawab secara

hukum (yuridis). (Effendi, 2009: 19)

Kriteria komisaris independen menurut Keputusan Direksi PT

Bursa Efek Jakarta Nomor Kep-305/BEJ/07-2004 Jakarta tanggal 19

Juli 2004, yaitu :

1) Jumlah minimal komisaris independen adalah tiga puluh persen dari

seluruh anggota dewan komisaris atau paling sedikit 1 (satu) orang.

2) Tidak mempunyai saham baik langsung maupun tidak langsung

pada emiten ataupun perusahaan publik.

3) Tidak memiliki hubungan afiliasi dengan emiten atau pemegang

saham mayoritas atau pemegang saham utama dari perusahaan

tercatat yang bersangkutan.

4) Tidak memiliki hubungan afiliasi dengan direktur dan atau

komisaris lainnya dari perusahaan tercatat yang bersangkutan.

5) Tidak mempunyai kedudukan rangkap pada perusahaan lain yang

terafiliasi dengan perusahaan tercatat yang bersangkutan atau

hubungan usaha baik langsung maupun tidak langsung yang

berkaitan dengan kegiatan usaha perusahaan tercatat.

20
Tugas Komisaris Independen

Task Force Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (2006)

menyatakan komisaris independen memiliki tugas-tugas utama

meliputi:

1) Memastikan bahwa perusahaan memiliki strategi bisnis yang

efektif, termasuk di dalamnya memantau jadwal, anggaran dan

efektifitas strategi tersebut.

2) Memastikan bahwa perusahaan mengangkat eksekutif dan manajer-

manajer profesional.

3) Memastikan bahwa perusahaan memiliki informasi, sistem

pengendalian, dan sistem audit yang bekerja dengan baik.

4) Memastikan bahwa perusahaan mematuhi hukum dan perundangan

yang berlaku maupun nilai-nilai yang ditetapkan perusahaan dalam

menjalankan operasinya.

5) Memastikan resiko dan potensi krisis selalu diidentifikasikan dan

dikelola dengan baik.

6) Memastikan prinsip-prinsip dan praktek Good Corporate

Governance dipatuhi dan diterapkan dengan baik, berupa:

a) Menjamin transparansi dan keterbukaaan laporan keuangan

perusahaan.

b) Perlakuan yang adil terhadap pemegang saham minoritas dan

stakeholder yang lain.

c) Diungkapkannya transaksi yang mengandung benturan

kepentingan secara wajar dan adil.

21
d) Kepatuhan perusahaan pada perundangan dan peraturan yang

berlaku.

e) Menjamin akuntabilitas organ perseroan.

g. Ukuran Dewan Direksi

Menurut UU RI No.40 Tahun 1997 tentang Perseroan Terbatas

pasal 1 angka 5 menyatakan bahwa Direksi adalah Organ Perseroan

yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan

Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan maksud dan

tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan, baik didalam maupun di

luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.

Ukuran dan komposisi direksi dapat mempengaruhi efektif

tidaknya aktivitas monitoring. Menurut Prefer dalam Yuniarto (2007)

menyatakan bahwa peningkatan ukuran dan diversitas dewan direksi

akan memberikan manfaat bagi perusahaan karena tercipta network

dengan pihak luar perusahaan dan menjamin ketersediaan sumberdaya.

Jumlah dewan direksi yang besar kurang efektif dalam memonitor

manajemen. Hal tersebut didukung oleh penelitian Yermarck dalam

Yuniarto (2007) menyatakan bahwa jumlah dewan direksi yang kecil

meningkatkan kinerja perusahaan.

Agar pelaksanaan tugas Direksi dapat berjalan secara efektif, perlu

dipenuhi prinsip-prinsip berikut:

1) Komposisi Direksi harus sedemikian rupa sehingga memungkinkan

pengambilan keputusan secara efektif, tepat dan cepat, serta dapat

bertindak independen.

22
2) Direksi harus profesional yaitu berintegritas dan memiliki

pengalaman serta kecakapan yang diperlukan untuk menjalankan

tugasnya.

3) Direksi bertanggung jawab terhadap pengelolaan perusahaan agar

dapat menghasilkan keuntungan (profitability) dan memastikan

kesinambungan usaha (sustainability) perusahaan.

4) Direksi mempertanggungjawabkan kepengurusannya dalam RUPS

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Syarat Menjadi Dewan Direksi

Dalam UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pasal 93 ayat

1 bahwa yang dapat diangkat menjadi anggota direksi ialah orang

perseorangan:

1) Yang mampu melaksanakan perbuatan hukum;

2) Dalam waktu 5 tahun sebelum pengangkatannya tidak pernah:

a) dinyatakan pailit;

b) menjadi anggota Direksi atau anggota Dewan Komisaris

dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan

pailit; atau

c) dihukum karena melakukan tindakan pidana yang merugikan

keuangan negara dan/atau yang berkaitan dengan sektor

keuangan.

Tanggung Jawab Dewan Direksi

Menurut OECD dewan direksi bertanggung jawab untuk:

1) Menyusun strategi dan mengarahkan bisnis perusahaan.

23
2) Menyusun kebijakan operasi bisnis.

3) Memonitor kinerja manajemen perusahaan dalam mencapai tujuan

strategis perusahaan.

4) Menghasilkan keuntungan yang optimal bagi para pemegang saham,

menjaga keseimbangan semua pihak yang terkait dalam perusahaan.

5) Menjaga perusahaan mereka selalu mematuhi undang-undang atau

ketentuan hukum yang berlaku, termasuk undang-undang

perpajakan, ketentuan hukum tentang persaingan yang sehat,

perburuhan, lingkungan hidup, kesehatan dan keselamatan kerja.

6) Melindungi hak dan kepentingan para anggota stakeholders non

pemegang saham, termasuk karyawan perusahaan, para kreditur,

pelanggan, perusahaan, pemasok, dan masayarakat disekitar lokasi

perusahaan atau proyek yang mereka dirikan.

Tugas Dewan Direksi

Sesuai dengan tanggung jawab mereka dewan direksi mempunyai

tugas-tugas sebagai berikut (Sutojo dan Aldridge,2005:110-111):

1) Membangun budaya beretika tinggi di dalam organisasi

perusahaannya, termasuk dikalangan board of directors sendiri,

direksi dan para eksekutif. Budaya beretika tinggi tersebut meliputi

cara berbisnis dengan para pelanggan, kreditur, perusahaan

pemasok, mitra usaha maupun dalam memperlakukan karyawan dan

masyarakat sekitar. Dalam banyak hal budaya beretika bisnis yang

tinggi merupakan salah satu sarana jangka panjang perusahaan

24
untuk meningkatkan kredibilitas dan kepercayaan masyarakat

kepada mereka.

2) Mengesahkan rencana kerja dan anggaran tahunan yang disajikan

Chief Executive Officer (CEO) dalam rapat board of directors.

3) Secara berkala board of directors mengevaluasi hasil penerapan

strategi bisnis perusahaan, hasil rencana usaha bisnis yang dicapai,

dan kinerja CEO.

4) Mengevaluasi penggunaan dana dalam jumlah besar, termasuk dana

yang digunakan untuk mendanai pembelian sarana produksi, upaya

merger dan akuisisi.

5) Mengawasi dan memverifikasi sistem manajemen risiko yang

diterapkan perusahaan.

6) Mengawasi pelaksanaan kegiatan bisnis perusahaan agar tidak

melanggar undang-undang dan ketentuan-ketentuan hukum yang

berlaku.

7) Melalui komite audit mengawasi kinerja internal dan eksternal

auditor perusahaan, termasuk kinerja mereka dalam penyusunan

laporan keuangan.

8) Mengevaluasi kinerja dan mengganti CEO (bila diperlukan).

h. Komite Audit

Komite audit adalah suatu komite yang beranggotakan satu atau

lebih anggota dewan komisaris. Anggota komite audit dapat berasal dari

kalangan luar dengan berbagai keahlian, pengalaman dan kualitas

lainnya yang dibutuhkan guna mencapai tujuan komite audit. Komite

25
audit harus bebas dari pengaruh direksi, eksternal auditor dan hanya

bertangung jawab kepada dewan komisaris.

Ikatan Komite Audit Indonesia (IKAI) dalam Effendi (2009, 25)

mendefinisikan komite audit sebagai berikut:

suatu komite yang bekerja secara profesional dan independen


yang dibentuk oleh dewan komisaris dan, dengan demikian, tugasnya
adalah membantu dan memperkuat fungsi dewan komisaris (atau
dewan pengawas) dalam melakukan fungsi pengawasan (oversight)
atas proses pelaporan keuangan , manajemen risiko, pelaksanaan audit
dan implementasi dari corporate governance di perusahaan-
perusahaan.

Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (2001),

pengertian komite audit adalah:

komite yang menerima delegasi tugas-tugas dewan komisaris


karena pendelegasian wewenang tersebut akan bermanfaat dalam
pelaksanaan pekerjaan dewan komisaris secara rinci dengan
memusatkan perhatian dewan komisaris kepada bidang khusus
perusahaan atau pelaksanaan good corporate governance oleh
manajemen.

Komite audit timbul sebagai akibat peran pengawasan dan

akuntabilitas dewan komisaris perusahaan pada umumnya belum

memadai. Komite audit ini dibentuk oleh dewan komisaris untuk

melakukan pemeriksaan atau penelitian yang dianggap perlu terhadap

pelaksanaan fungsi direksi dalam melaksanakan pengelolaan

perusahaan serta melaksanakan tugas penting berkaitan dengan sistem

pelaporan keuangan. Anggota komite audit diharuskan memiliki

keahlian yang memadai. Komite audit ini memiliki kewenangan dan

fasilitas untuk mengakses data perusahaan.

26
Komite audit dituntut untuk dapat bertindak secara independen.

Independensi komite audit tidak dapat dipisahkan dari moralitas yang

melandasi integritasnya karena komite audit merupakan pihak yang

menjembatani antara eksternal auditor dan perusahaan yang juga

sekaligus menjembatani antara fungsi pengawasan dengan internal

auditor (Surya dan Yustiavandana, 2006:145) dalam Asmoro (2007).

Peraturan Bapepam (Nomor: SE-03/PM/2000) menyatakan bahwa

tujuan komite audit adalah membantu dewan komisaris untuk:

1) Meningkatkan kualitas laporan keuangan.

2) Menciptakan iklim disiplin dan pengendalian yang dapat

mengurangi kesempatan terjadinya penyimpangan dalam

pengelolaan perusahaan.

3) Meningkatkan efektivitas fungsi internal audit maupun eksternal

audit.

4) Mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian dewan

komisaris.

Pentingnya komite audit dalam suatu perusahaan terbuka dikuatkan

dengan ketentuan-ketentuan:

1) Surat Edaran Ketua Bapepam No.Se-03/PM/2000 tentang Komite

Audit. Ketentuan ini mewajibkan setiap perusahaan publik atau

emiten untuk memiliki komite audit. Ketentuan ini menyebutkan

bahwa komite audit bertugas membentu dewan komisaris dengan

memberikan pendapat profesional yang independen untuk

27
meningkatkan kualitas kerja serta mengurangi penyimpangan

pengelolaan perusahaan.

2) Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor Kep-305/BEJ/07-

2004 Peraturan Nomor I-A tentang Pencatatan Saham dan Efek

Bersifat Ekuitas Selain Saham yang Diterbitkan oleh Perusahaan

Tercatat yang berlaku sejak tanggal 19 Juli 2004. Ketentuan ini

menyatakan bahwa komite audit memiliki tugas untuk memberikan

pendapat profesional yang independen kepada dewan komisaris

terhadap laporan atau hal-hal yang disampaikan oleh direksi kepada

dewan komisaris serta mengidentifikasikan hal-hal yang memerlukan

perhatian dewan komisaris.

3) Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Badan Usaha Milik

Negara Nomor Kep-133/M-BUMN/1999 tentang Pembentukan

Komite Audit bagi Badan Usaha Milik Negara. Ketentuan ini

menyebutkan bahwa komite audit bersifat mandiri baik dalam

pelaksanaan tugasnya maupun dalam pelaporan dan bertanggung

jawab langsung kepada komisaris.

4) Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang dikeluarkan oleh

Ikatan Akuntan Indonesia. Pernyataan Standar Audit No.48

menetapkan persyaratan bagi auditor bahwa masalah-masalah

tertentu yang bersangkutan dengan pelaksanaan audit

dikomunikasikan kepada orang-orang yang memiliki tanggung jawab

pengawasan dalam proses pelaporan keuangan. Pihak yang disebut

28
sebagai penerima informasi dan ketentuan tersebut adalah komite

audit.

Syarat suatu komite audit adalah:

1) Komite audit bertanggung jawab kepada dewan komisaris;

2) Komite terdiri dari sekurang-kuranggya satu orang komisaris

independen dan sekurang kurangnya dua orang anggota darinya

berasal dari luar emiten atau perusahaan publik;

3) Memiliki integritas tinggi, kemampuan, pengetahuan, dan

pengalaman yang memadai sesuai latar belakang pendidikannya,

serta mampu berkomunikasi dengan baik;

4) Salah seorang dari anggota komite audit memiliki latar belakang

pendidikan keuangan dan akuntansi;

5) Memiliki pengetahuan yang cukup untuk membaca dan memahami

laporan keuangan;

6) Bukan merupakan orang dalam Kantor Akuntan Publik yang

memberikan jasa audit dan atau non audit pada emiten atau

perusahaan publik yang bersangkutan dalam satu tahun terakhir

sebelum diangkat oleh komisaris;

7) Bukan merupakan karyawan kunci emiten atau perusahaan publik

dalam satu tahun terakhir sebelum diangkat komisaris;

8) Tidak mempunyai saham baik langsung maupun tidak langsung

pada emiten atau perusahaan publik. Dalam hal anggota komite

audit memperoleh saham akibat suatu peristiwa hukum, maka dalam

29
jangka waktu paling lama enam bulan setelah diperolehnya saham

tersebut wajib mengalihkan kepada pihak lain;

9) Tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan emiten, komisaris,

direktur, atau pemegang saham utama emiten;

10) Tidak memiliki hubungan usaha baik langsung maupun tidak

langsung yang berkaitan dengan kegiatan usaha emiten;

11) Tidak merangkap sebagai anggota komite audit pada emiten atau

perusahaan publik lain pada periode yang sama;

12) Sekretaris perusahaan harus bertindak sebagai sekretaris komite

audit.

Tugas dan Tanggung Jawab Komite Audit

Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance dalam Pedoman

Umum Good Corporate Governance (2006), komite audit bertugas

membantu dewan komisaris untuk memastikan bahwa:

a. Laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip

akuntansi yang berlaku umum,

b. Struktur pengendalian internal perusahaan telah dapat dilaksanakan

dengan baik,

c. Pelaksanaan audit internal maupun eksternal telah dilaksanakan

sesuai dengan standar audit yang berlaku, dan

d. Tindak lanjut temuan hasil audit dilaksanakan oleh manajemen.

Pada umumnya komite audit mempunyai tanggung jawab pada tiga

bidang, yaitu:

30
1) Laporan Keuangan (Financial Reporting)

Tanggung jawab komite audit dibidang laporan keuangan adalah

untuk memastikan apakah laporan yang dibuat manajemen telah

memberikan gambaran yang sebenarnya tentang kondisi keuangan,

hasil usaha, rencana dan komitmen perusahaan jangka panjang

2) Tata kelola perusahan (Corporate Governance)

Tanggung jawab komite audit dalam bidang tata kelola perusahaan

adalah untuk memastikan bahwa perusahaan telah dijalankan sesuai

dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku dan etika,

melaksanakan pengawasan secara efektif terhadap benturan

kepentingan dan kecurangan yang dilakukan oleh karyawan

perusahaan.

3) Pengawasan perusahaan (Corporate Control)

Komite audit bertanggung jawab untuk pengawasan perusahaan

termasuk didalamnya hal-hal yang berpotensi mengandung risiko

termasuk didalamnya hal-hal yang berpotensi mengandung risiko

dan sistem pengendalian internal serta memonitor proses

pengawasan yang dilakukan oleh auditor internal.

i. Transparansi

Sutojo dan Aldridge (2008,171-192) dalam bukunya yang berjudul

Good Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan Yang Sehat),

mengemukakan beberapa peran transparansi dalam good corporate

governance adalah:

31
1) Sistem Pengendalian Internal

Pengungkapan informasi perusahaan secara transparan, akurat, dan

tepat waktu merupakan salah satu sarana penting bagi para

stakeholders (terutama pemegang saham dan kreditur) untuk

mengawasi perkembangan jalannya operasi bisnis perusahaan.

Pengungkapan informasi perusahaan secara transparan menjadi

salah satu sarana untuk menerapkan sistem pengendalian internal

perusahaan. Tanpa sistem pengendalian internal yang efektif,

kendala atau risiko yang dapat menyebabkan kerugian besar dapat

berlangsung lama tanpa terdeteksi pemilik perusahaan.

2) Memperkuat Posisi Bursa Efek Nasional

Menurut OECD dalam guideline on corporate governance,

pemerintah Negara yang menentukan secara tegas keharusan

perusahaan publik mengungkapkan informasi perusahaan secara

transparan, akan mampu menarik investor dan memelihara

kepercayaan investor kepada pasar modal nasional mereka.

Menurut Effendi (2009:104) dalam bukunya yang berjudul The

Power of Good Corporate Governance Teori dan Implementasi,

menyatakan empat tujuan utama keterbukaan informasi (disclosure)

terutama pengungkapan informasi finansial dan nonfinansial bagi

perusahaan adalah sebagai berikut:

1) Meningkatkan transparansi dalam pemberian informasi.

2) Mendukung proses implementasi GCG, termasuk pelaporan kepada

pemangku kepentingan.

32
3) Mengupayakan kualitas manajemen perusahaan yang lebih

professional.

4) Bagi auditor eksternal (auditor independen) dituntut lebih

memahami analisis strategi dan risiko perusahaan secara

keseluruhan.

OECD guidelines on disclosure and transparency menyarankan

informasi perusahaan yang berikut diungkapkan secara transparan,

yaitu:

1) Hasil operasi bisnis dan keuangan perusahaan

2) Sasaran bisnis perusahaan

3) Struktur kepemilikan dan hak suara

4) Nama dan kualifikasi anggota direksi, proses pemilihan dan

kebijaksanaan balas jasa direksi dan komisaris utama

5) Transaksi dengan relasi dekat perusahaan

6) Faktor risiko yang dapat diperkirakan

7) Hal-hal yang bersangkutan dengan karyawan dan stakeholders yang

lain

8) Struktur tata kelola dan kebijaksanaan perusahaan.

UU RI No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, mewajibkan

Perseroan Terbatas Indonesia setiap tahun menyampaikan informasi

tentang kondisi perusahaan selama tahun yang bersangkutan dalam

bentuk laporan keuangan. Laporan tahunan yang disampaikan dalam

RUPS itu antara lain memuat:

33
1) Laporan keuangan yang terdiri dari atas sekurang-kurangnya neraca

akhir tahun buku yang baru lampau dalam perbandingan dengan

tahun buku sebelumnya, laporan laba rugi dari tahun buku yang

bersangkutan, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas, serta

catatan atas laporan keuangan.

2) Laporan mengenai kegiatan perseroan.

3) Laporan Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.

4) Rincian masalah yang timbul selama tahun buku yang

mempengaruhi kegiatan usaha Perseroan.

5) Laporan mengenai tugas pengawasan yang telah dilaksanakan oleh

Dewan Komisaris selama tahun buku yang baru lampau.

6) Nama anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris.

7) Gaji dan tunjangan bagi Direksi dan gaji atau honorarium dan

tunjangan bagi anggota Dewan Komisaris Perseroan untuk tahun

yang baru lampau.

2. Kebijakan Pembagian Dividen

a. Definisi Dividen

Dividen (dividend) adalah pembagian aktiva perusahaan kepada

para pemegang saham perusahaan. Dividen dapat dibayar dalam

bentuk uang tunai (kas), saham perusahaan, ataupun aktiva lainnya.

Semua dividen haruslah diumumkan oleh dewan direksi sebelum

dividen tersebut menjadi kewajiban perusahaan. Dividen merupakan

proporsi laba atau keuntungan yang dibagikan kepada pemegang

34
saham dalam jumlah yang sebanding dengan jumlah lembar saham

yang dimilikinya dan disesuaikan dengan keuntungan yang diperoleh

perusahaan.

Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh

perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen

atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan

investasi dimasa mendatang.

b. Jenis-jenis Dividen

Kieso et.al., (2002:359-365) menyebutkan ada beberapa jenis dividen

yaitu :

1) Dividen Tunai (cash dividend)

Dividen yang paling umum dibagikan perusahaan adalah bentuk

kas. Yang perlu diperhatikan oleh pemimpin perusahaan sebelum

membuat pengumuman adanya dividen kas adalah apakah jumlah

kas yang ada mencukupi untuk pembagian dividen tersebut.

2) Dividen properti (property dividend)

Kadang-kadang dividen dibagikan dalam bentuk aktiva selain kas,

dividen dalam bentuk ini disebut property dividend. Aktiva yang

dibagikan bisa berbentuk surat-surat berharga perusahaan lain yang

dimiliki oleh perusahaan, barang dagang, real estate, atau

investasi, atau bentuk lainnya yang dirancang oleh dewan direksi.

3) Dividen hutang (scrip dividend)

Dividen hutang timbul apabila laba tidak dibagi saldonya,

mencukupi untuk pembagian dividen, tetapi saldo kasnya tidak

35
cukup. Sehingga pimpinan perusahaan akan mengeluarkan script

kepada pemegang saham sebagai dividen hanya merupakan bentuk

khusus dari wesel bayar, yaitu janji tertulis untuk membayar

jumlah tertentu di waktu yang akan datang.

4) Dividen Likuidasi (liquidating dividend)

Dividen Likuidasi adalah dividen yang sebagian merupakan

pengembalian modal. Apabila perusahaan membagi dividen

likuidasi, maka para pemegang saham harus diberitahu mengenai

berapa jumlah pembagian laba, dan berapa yang merupakan

pengembalian modal sehingga para pemegang saham bisa

mengurangi rekening investasinya.

5) Dividen saham (stock dividend)

Dividen saham adalah pembagian tambahan saham tanpa dipungut

pembayaran kepada pemegang saham, sebanding dengan saham-

saham yang dimilikinya. Dividen saham dapat berupa saham yang

jenisnya sama maupun berbeda.

c. Dividend Signaling Theory

Dividend signaling theory pertama kali dicetuskan oleh

Bhattacharya (1979) dalam Pramastuti (2007). Dividend signaling

theory mendasari dugaan bahwa pengumuman perubahan cash

dividend mempunyai kandungan informasi yang mengakibatkan

munculnya reaksi harga saham. Menurut Ross (2003) terdapat 3 syarat

yang perlu diperhatikan dalam mengoptimalkan kebijakan dividen

sebagai sinyal, yaitu :

36
1) Manajemen harus selalu memiliki insentif yang sesuai untuk

mengirimkan sinyal yang jujur, meskipun beritanya buruk.

2) Sinyal dari perusahaan yang sukses tidak mudah diikuti oleh

pesaingnya yaitu perusahaan yang kurang sukses.

3) Sinyal itu harus memiliki hubungan yang cukup berarti dengan

kejadian yang diamati (misalnya, pembagian dividen yang tinggi

pada masa sekarang akan dihubungkan dengan arus kas yang tinggi

pula di masa mendatang).

Jika manajemen memang memutuskan untuk membagi dividen,

maka manajemen harus memiliki keyakinan bahwa perusahaannya

akan memiliki profitabilitas yang baik dimasa mendatang. Oleh karena

itu, manajer akan bekerja keras demi meningkatkan laba perusahaan

untuk menarik investor supaya berinvestasi di perusahaannya. Dari

sudut pandang investor, salah satu indikator penting untuk menilai

prospek perusahaan di masa mendatang adalah dengan melihat dividen

yang dibayarkan. Indikator ini sangat berguna untuk mengetahui

sejauhmana investasi yang akan dilakukan investor di suatu

perusahaan mampu memberikan return yang sesuai dengan tingkat

yang disyaratkan investor. Jika suatu perusahaan bisa memperoleh laba

yang semakin besar, maka secara teoritis perusahaan akan mampu

membagikan dividen yang makin besar. Dengan membagi dividen

yang besar akan menarik para investor untuk berinvestasi karena

mereka melihat bahwa perusahaan tersebut memiliki laba yang cukup

untuk membayar tingkat keuntungan yang disyaratkannya. Hal tersebut

37
menjadi indikator bahwa masa depan perusahaan cukup menjanjikan.

Dengan kata lain profitabilitas perusahaan akan semakin membaik di

masa depan.

3. Asimetri Informasi

a. Definisi Asimetri informasi

Asimetri informasi merupakan situasi dimana suatu pihak memiliki

akses informasi yang lebih besar dari pada pihak lain. Dalam suatu

perusahaan adanya asimetri informasi terjadi karena manajer (agent)

memiliki dan mengetahui informasi atas prospek atau perkembangan

perusahaan yang tidak dimiliki pemilik (principle) dan pihak-pihak

berkepentingan lainnya. Agency theory mengimplikasikan adanya

asimetri informasi antara manajer (agent) dengan pemilik (principal).

Ketika asimetri informasi tinggi, stakeholder tidak memiliki sumber

daya yang cukup, insentif, atau akses atas informasi yang relevan untuk

memonitor tindakan manajer, dimana hal ini memberikan kesempatan

atas praktek manajemen laba. Adanya asimetri informasi akan

mendorong manajer untuk menyajikan informasi yang tidak sebenarnya

terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja

manajer.

Jansen dan Meckling (1976) dalam Rahmawati et. al., (2007)

berpendapat bahwa jika antara agent dan principal adalah orang-orang

yang berusaha memaksimalkan utilitasnya, maka ada indikasi bahwa

agent tidak akan selalu melakukan yang terbaik untuk kepentingan

38
principle. Laporan keuangan sebagai sarana informasi bagi investor,

kreditor, dan calon investor yang potensial, serta pemakai lain untuk

pengambilan keputusan investasi, kredit, dan keputusan lain yang

berhubungan dengan perusahaan. Sehingga pengungkapan informasi

akuntansi (keuangan) yang berkualitas dan relevan berguna bagi investor

untuk menurunkan asimetri informasi.

Komalasari (2000) dalam Murni (2003) menyatakan bahwa:

Ketika timbul asimetri informasi, keputusan ungkapan yang dibuat


oleh manajer dapat mempengaruhi harga saham sebab asimetri
informasi antara investor yang lebih terinformasi dan investor yang
kurang terinformasi menimbulkan biaya transaksi dan mengurangi
likuiditas yang diharapkan dalam pasar untuk saham-saham
perusahaan.

Terjadinya asimetri informasi, menurut beberapa penelitian

mengindikasikan adanya praktik manajemen laba dalam perusahaan

yang dilakukan oleh manajer (agent) atas dasar pemenuhan kebutuhan

pribadi.

b. Tipe Asimetri Informasi

Ada dua tipe asimetri informasi, yaitu:

1) Adverse Selection

Adverse selection adalah jenis asimetri informasi dimana satu pihak

atau lebih yang melakukan atau akan melakukan suatu transaksi

usaha atau transaksi usaha potensial memiliki informasi lebih dari

pada pihak-pihak lain. Adverse selection terjadi ketika investor tidak

dapat melihat nilai ekonomi perusahaan yang benar. Informasi tidak

sempurna mengenai kualitas manajemen dan nilai ekonomi

39
perusahaan menghasilkan risiko keagenan lebih besar yang

dibebankan pada pemegang saham.

2) Moral Hazard

Moral hazard adalah jenis asimetri informasi dimana satu pihak atau

lebih yang melakukan atau akan melakukan suatu transaksi usaha

atau transaksi usaha potensial dapat mengamati tindakan-tindakan

mereka dalam penyelesaian transaksi-transaksi tersebut, sedangkan

pihak lain tidak bisa. Moral hazard dapat terjadi karena adanya

pemisahan kepemilikan dengan pengendalian yang merupakan

karakteristik dari sebagian besar perusahaan besar. Asimetri

informasi menciptakan masalah bahaya moral (moral hazard) ketika

manajer mempunyai insentif untuk mengejar kepentingannya sendiri

atas biaya pemegang saham.

c. Alat Ukur Asimetri Informasi

Beberapa penelitan yang berhubungan dengan asimetri informasi

dengan alat ukur yang berbeda-beda pula. Adapun yang beberapa alat

ukur yang digunakan sebagai proksi untuk menilai tingkat asimetri

informasi dari penelitian-penelitian sebelumnya, antara lain:

1) Forcast Dispertion, merupakan alat ukur asimetri informasi dengan

menghitung standar deviasi dari rasio-rasio keuangan, seperti

penelitian Lang and Lundholm (1999) yang melakukan pengukuran

asimetri informasi dengan proksi forcast dispertion.

2) Trading Volume Activity, seperti penelitian tentang asimetri

informasi yang dilakukan oleh Bartov dan Bodnar (1996) dalam

40
Rahmawati et.al., (2007) menjadikan volume perdagangan saham

sebagai proksi asimetri informasi yang didasarkan pada perputaran

saham tahunan.

3) Bid Ask-Spread, dari beberapa penelitian terdahulu, Komalasari

(2000), Mardiyah (2002), Coller dan Yohn (1997), Senteney (1991),

Brooks (1994), Krinsky dan Lee (1996) dimana Asimetri Informasi

diukur dengan menggunakan Bid Ask Spread. Berdasarkan literatur

mikrostruktur OHara (1995) dalam Rahmawati et.al., (2007)

mengenai Bis Ask Spread menyatakan bahwa terdapat suatu

komponen spread yang turut memberikan kontribusi terhadap

kerugian yang dialami dealer ketika bertransaksi dengan pedagang

terinformasi tersebut adalah sebagai berikut:

a) Order Processing Cost, terdiri dari biaya yang dibebankan oleh

pedagang sekuritas (efek) atas kesiapannya mempertemukan

pesanan pembelian dan penjualan, dan kompensasi untuk waktu

yang diluangkan untuk waktu yang diluangkan oleh pedagang

sekuritas guna menyelesaikan transaksi.

b) Inventory Holding Cost, yaitu cost yang ditanggung oleh

pedagang sekuritas untuk membawa persediaan saham agar dapat

diperdagangkan sesuai dengan permintaan.

c) Adverse Selection Component, menggambarkan suatu upah

(reward) yang diberikan kepada pedagang sekuritas untuk

mengambil suatu risiko ketika berhadapan dengan investor yang

41
memiliki informasi superior. Komponen ini terkait erat dengan

arus informasi di pasar modal.

Asimetri informasi sering diproksikan dengan Bid Ask Spread

yang dapat dihitung dengan rumus berikut:

Relative bid-ask spread dioperasikan dengan:

SPREADi,t = (aski,t bidi,t)/{(aski,t + bid i,t)/2} x 100

Keterangan:

aski,t : harga ask tertinggi saham perusahaan i yang terjadi pada

hari t

bid i,t : harga bid terendah saham perusahaan i yang terjadi pada

hari t

4. Mekanisme Corporate Governance dan Asimetri Informasi

Teori sinyal menyatakan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh

manajer untuk mengurangi asimetri informasi (Fala, 2007). Adanya

asimetri informasi antara agent dan principle dapat menimbulkan sikap

oportunis para manajer. Menurut Lins dan Warnock (2004) dalam Fala

(2007) menyatakan bahwa mekanisme corporate governance dapat

mengendalikan perilaku manajemen. Oleh sebab itu, pelaksanaan

mekanisme corporate governancedapat mempengaruhi pilihan

manajemen dalam menerapkan prinsip akuntansi yang terkait dengan

prinsip konservatisme dimana penerapan kebijakan akuntansi

konservatisme yang ditunjukkan melalui laporan keuangan merupakan

sinyal positif dari manajemen kepada investor bahwa manajemen telah

42
menerapkan akuntansi konservatisme untuk menghasilkan kinerja yang

berkualitas.

Kusumawati dan Riyanto (2005) dalam Fala (2007), melihat

mekanisme corporate governance memiliki fungsi service dan control

yang dapat memberikan suatu sinyal kepada para investor bahwa

perusahaan telah dikelola sebagaimana mestinya (sinyal positif). Sinyal

positif tersebut mengindikasikan rendahnya asimetri informasi antara

pengelola dan pemilik. Dengan demikian, investor diharapkan akan

menerima sinyal ini dan bersedia membayar premium yang lebih tinggi

untuk perusahaan yang well-governed di Indonesia. Sehingga, penerapan

good corporate governance berhubungan negatif dengan asimetri

informasi di mata investor.

5. Kebijakan Pembagian Dividen dan Asimetri Informasi

Hubungan antara kebijakan pembagian dividen dan asimetri

informasi dapat dijelaskan melalui dividend signaling theory yang telah

dijelaskan sebelumnya pada bab ini. Teori ini menjelaskan bahwa

informasi tentang cash dividend yang dibayarkan dianggap investor

sebagai sinyal prospek perusahaan di masa mendatang. Adanya anggapan

ini disebabkan terjadinya asymmetric information antara manajer dan

investor, sehingga para investor menggunakan kebijakan dividen sebagai

sinyal tentang prospek perusahaan. Apabila terjadi peningkatan dividen

akan dianggap sebagai sinyal positif yang berarti perusahaan mempunyai

prospek yang baik, sehingga menimbulkan reaksi harga saham yang

43
positif. Sebaliknya, jika terjadi penurunan dividen akan dianggap sebagai

sinyal negatif yang berarti perusahaan mempunyai prospek yang tidak

begitu baik, sehingga menimbulkan reaksi harga saham yang negatif.

Seperti hubungan corporate governance dengan asimetri informasi,

sinyal yang ditimbulkan dari kebijakan pembagian dividen diharapkan

oleh para investor bahwa tidak ada lagi asimetri informasi dengan para

pengelola perusahaan.

B. Penelitian Terdahulu

Berikut ini akan dipaparkan mengenai penelitian yang pernah dilakukan

sebelumnya terkait dengan pengaruh mekanisme corporate governance dan

corporate action terhadap tingkat asimetri informasi.

1. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Holm dan Scholer (2008),

tentang Reduction of Asymmetric Information Through Corporate

Governance Mechanisms The Importance of Ownership Dispertion and

International Orientation, bahwa transparansi sebagai mekanisme

corporate governance berpengaruh signifikan dalam penurunan tingkat

asimetri informasi pada perusahaan yang berorientasi internasional.

Sedangkan keberadaaan komisaris independen berpengaruh signifikan

terhadap penurunan asimetri informasi pada jenis perusahaan yang

melakukan pemisahan kepemilikan (ownership dispertion). Adapun dalam

penelitian tersebut menggunakan 100 perusahaan yang listing di

Copenhagen Stock Exchange.

44
2. Penelitian Khomsiyah dan Susanti (2003) mengungkapkan dalam

hipotesisnya yang menyatakan bahwa terdapat hubungan negatif antara

pengungkapan dengan asimetri informasi, ternyata ditolak. Karena

berasarkan hasil pengujian Pearson Correlation menunjukkan bahwa

pengungkapan informasi tidak berhubungan secara signifikan dengan

asimetri informasi. Hasil tersebut berbeda dengan ekspektasi sebelumnya

argumentasinya adalah pengungkapan sebagai salah satu alat yang penting

untuk mengatasi masalah keagenan antara manajemen dan pemilik, karena

dipandang sebagai upaya untuk mengurangi asimetri informasi.

3. Penelitian lain yang berhubungan dengan asimetri informasi dilakukan

oleh Lang dan Lundholm (1996) menunjukkan bahwa kebijakan

pengungkapan yang lebih informatif akan mengurangi asimetri informasi.

Hal ini dibuktikan bahwa perusahaan yang mempunyai kebijakan

memberikan pengungkapan informasi yang lebih banyak akan diikuti oleh

analis yang lebih besar, tingkat akurasi forecast yang lebih baik, sehingga

dispertion dan volatility forecast lebih kecil.

4. Sedangkan penelitian mengenai mekanisme corporate governance telah

dilakukan oleh Ujiyanto dan Pramuka (2007) melakukan penelitian yaitu

menguji pengaruh mekanisme corporate governance terhadap praktik

manajemen laba yang merupakan akibat dari adanya asimetri informasi.

Hasil penelitian menunjukkan proporsi komisaris independen secara

individu berpengaruh signifikan terhadap praktik manajemen laba.

5. Penelitian Nasution dan Setiawan (2007) menunjukkan bahwa komposisi

dewan komisaris, ukuran dewan direksi, dan keberadaan komite audit

45
merupakan mekanisme corporate governance yang mampu mengurangi

tindak manajemen laba yang terjadi pada industri di bidang perbankan.

6. Iqbal dan Fachriyah (2007) melakukan penelitian mekanisme corporate

governance yang di-proxy dengan kepemilikan manajerial, kepemilikan

institusional, ukuran dewan direksi, dan komite audit yang digunakan

sebagai alat pereda praktik manajemen laba. Hasil pengujian penelitian ini

menunjukkan hanya kepemilikan manajerial dan dewan direksi yang dapat

digunakan sebagai alat pereda praktik manajemen laba karena dewan

direksi dapat meningkatkan pengawasan manajemen dalam pembuatan

laporan keuangan, sementara kepemilikan manajerial dijadikan sebagai

motivasi para manajer untuk terus meningkatkan profitability dan

sustainability perusahaan.

7. Vinola Herawaty (2008) melakukan penelitian pengaruh manajemen laba

terhadap nilai perusahaan dengan menggunakan mekanisme corporate

governance sebagai variabel moderating. Hasil pengujian empirisnya

menyatakan bahwa komisaris independen dan kepemilikan saham

institusional sebagai variabel moderating mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap nilai perusahaan karena dapat meminimumkan earning

management. Sedangkan kepemilikan manajerial tidak mampu

meminimumkan tindakan manajemen untuk memanipulasi laba.

8. Suluh Pramastuti (2007) dalam thesisnya, melakukan analisis kebijakan

dividen dengan pengujian dividend signaling theory. Hasil pengujian

menunjukkan bahwa kenaikan (penurunan) dividen direspon secara positif

(negatif) oleh pasar. Ketika dividen naik dan pasar bereaksi positif, kondisi

46
ini mendukung dividen signaling theory jika pasar cenderung

mengintepretasikan bahwa kenaikan dividen dianggap sebagai sinyal

tentang prospek cerah perusahaan di masa yang akan datang. Hal ini juga

dianggap oleh investor bahwa di dalam perusahaan tersebut terdapat

controling shareholders yang tidak melakukan eksploitasi terhadap kaum

minoritas yang berarti tidak terjadi kesenjangan informasi (asimetri

informasi) manajemen dan shareholders-nya.

Tabel 2.1
Perbandingan Penelitian Sebelumnya dan Sekarang
Penelitian Variabel yang Digunakan
Sebelumnya INST KOMIND BDSIZE KOMAUD TRANS DVDN ASYM

Holm and Scholer   

(2008)
Khomsiyah dan 

Susanti (2003)
Lang and  

Lundholm (1996)
Ujiyanto dan  

Pramuka (2007)
Nasution dan   

Setiawan (2007)
Iqbal dan   

Fachriyah (2007)
Vinola Herawaty  

(2008)
Suluh Pramastuti 

(2007)
Penelitian       

Sekarang
Sumber: Data dari berbagai Sumber

47
Keterangan:

INST: Kepemilikan Saham Institusional BDSIZE: Ukuran Dewan Direksi

KOMAUD: Komite Audit TRANS: Transparansi

DVDN: Kebijakan Pembagian Dividen ASYM: Asimetri Informasi.

KOMIND: Keberadaan Komisaris Independen.

C. Kerangka Pemikiran

Corporate Governance merupakan isu yang masih hangat dalam dunia

perekonomian, terutama di Indonesia. Corporate governance secara ringkas

dapat dinyatakan sebagai cara mengelola perusahaan yang baik, yaitu dengan

menerapkan prinsip-prinsip antara lain: transparansi, akuntabilitas, kewajaran,

dan prinsip lainnya yang dapat membantu terbentuknya perusahaan yang baik.

Pengumuman pembagian dividen merupakan salah satu bentuk dari

corporate action yang dapat dijadikan sinyal bahwa perusahaan memiliki

prospek yang baik dimasa yang akan datang.

Dalam penelitian ini, corporate governance dan corporate action

dikaitkan dengan asymmetric information, yaitu ketimpangan informasi yang

terjadi antara pemilik dan pengelola dalam perusahaan karena adanya

perbedaan kepentingan. Dengan adanya corporate governance dan corporate

action berupa kebijakan pembayaran dividen, diharapkan perusahaan dapat

menurunkan tingkat asimetri informasi yang terjadi sehingga masalah agency

dapat diselesaikan.

48
Cara menganalisis pengaruh antara corporate governance dan corporate

action dengan asymmetric information adalah dengan melihat variabel yang

terkait: kepemilikan saham institusional (INST), komisaris independen

(KOMIND), ukuran dewan direksi (BDSIZE), komite audit (KOMAUD),

transparansi (TRANS), serta kebijakan pembagian dividen (DVDN) selama 3

periode, kemudian dibandingkan dengan Asymmetric information yang terjadi

pada perusahaan.

Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran

Kepemilikan Saham
Institusional (X1)
Ujiyanto dan
Pramuka (2007)
Ha1
Komisaris
Independen (X2)
Ujiyanto dan Pramuka Ha2

Ukuran Dewan
Direksi (X3) Ha3 Asimetri
Iqbal dan Fachriyah Informasi (Y1)
(2007) Khomsiyah dan
Susanti (2003)
Ha4
Komite Audit (X4)
Setiawan dan
Nasution (2007)
Ha5
Transparansi (X5)
Rini (2007)

Kebijakan Ha6
Pembagian Dividen
(X6) Ha7
Suluh Pramastuti
(2007)

49
D. Perumusan Hipotesis

Ha1 : Kepemilikan Saham Intitusional memiliki pengaruh terhadap tingkat

asimetri informasi.

Ha2 : Komisaris Independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

tingkat asimetri informasi.

Ha3 : Ukuran Dewan Direksi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

tingkat asimetri informasi.

Ha4 : Komite Audit memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat

asimetri informasi.

Ha5 : Transparansi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat

asimetri informasi.

Ha6 : Kebijakan Pembagian Dividen memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap tingkat asimetri informasi.

Ha7 : Kepemilikan Saham Institusional, Komisaris Independen, Ukuran

Dewan Direksi, komite Audit, Transparansi, dan Kebijakan Pembagian

Dividen secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap

tingkat asimetri informasi.

50
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Objek penelitian ini adalah laporan corporate governance (tata kelola

perusahaan) dan corporate action berupa kebijakan pembagian dividen tunai

emiten yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2005-2007. Populasi

penelitian ini adalah seluruh emiten yang konsisten listing di BEI tahun 2005

sampai 2007. Jenis riset dalan penilitian ini adalah penelitian deskriptif dengan

menggunakan data kuantitatif (data sekunder). Dilihat dari dimensi waktu

yang digunakan, penelitian ini masuk dalam kelompok data time series dengan

menggunakan annual report periode 2005 sampai 2007.

B. Metode Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan go public yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia (BEI) . Periodisasi populasi penelitian mencakup data

objek penelitian tahun 2005 hingga tahun 2007. Sampel dipilih dengan

menggunakan metode purposive sampling yaitu pengambilan sampel

berdasarkan kriteria-kriteria yang ditentukan.


Penentuan Sampel dilakukan dengan metode purposive sampling, dengan

kriteria-kriteria berikut:

1. Perusahaan tidak pernah mengalami delisting (tidak terdaftar/keluar) di

BEI selama tahun 2005 sampai 2007.

51
2. Annual report dan financial report perusahaan tersedia di Pusat Referensi

Pasar Modal (Capital Market Referance Centre) dan dapat diakses melalui

website www.idx.co.id tiga tahun secara berturut-turut selama 2005-2007.

3. Perusahaan sampel melakukan corporate action berupa pembagian dividen

tunai tiga tahun berturut-turut selama 2005-2007.

4. Terdapat transaksi jual beli saham perusahaan sampel pada lima hari

sebelum hingga lima hari setelah pengumuman dividen.

5. Pengumuman dividen tidak bercampur dengan peristiwa lain, seperti: stock

split, bonus share, reverse split, stock dividend, right issue, right offering,

dan warrant.

C. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang

umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun

dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan atau tidak dipublikasikan

(Indriantoro dan Supomo 2002:147). Strategi pengumpulan data yang

digunakan adalah strategi arsip, dimana untuk mendapatkan data sekunder,

teknik pengumpulan data yang dapat digunakan adalah teknik pengumpulan

data dari basis data (Jogiyanto, 2005: 82). Penelitian dilakukan dengan cara

pengambilan data laporan tahunan (annual report) perusahaan yang go public

yang terdaftar di BEI dengan mendatangi Pusat Referensi Pasar Modal

(Capital Market Referance Centre) dan melakukan download langsung

melalui website www.idx.co.id. Sedangkan untuk data-data yang berkaitan

52
dengan harga saham diakses dari Indonesian Capital Market Directory

(ICMD).

Pengumpulan data dengan cara pooled data, yaitu gabungan antara data

cross section dan time series. Data pooling adalah kombinasi antara data

runtut waktu yang memiliki observasi temporal biasa pada suatu unit analisis,

dengan data silang tempat yang memiliki observasi-observasi pada suatu unit

analisis pada suatu titik waktu tertentu (Sayrs, 1989: 5-7 dalam Kuncoro,

2004).

Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder

berupa:

1. Data perusahaan yang terdaftar di BEI selama 2005-2007.

2. Data perusahaan yang menerbitkan annual report dan financial report

periode 2005-2007.

3. Data tentang corporate action yang dilakukan perusahaan.

4. Data tanggal pengumuman dividen perusahaan sampel tahun 2005-2007,

yang akan digunakan sebagai event date pada penelitian ini.

5. Data bid dan ask saham perusahaan sampel pada saat event date.

D. Metode Analisis

Untuk melakukan pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan

analisis regresi berganda. Analisis regresi berganda digunakan untuk

memprediksi besar variabel tergantung dengan menggunakan data variabel

bebasnya. Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini digunakan model

berikut:

53
Keterangan:

Y = Asimetri informasi

= Konstanta, harga Y bila X = 0

= Koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan ataupun

penurunan variabel terikat (Y) yang didasarkan pada variabel bebas (X).

X1 = Kepemilikan Institusional (INST)

X2 = Keberadaan Komisaris Independen (KOMIND)

X3 = Ukuran Dewan Direksi (BDSIZE)

X4 = Keberadaan Komite Audit (KOMAUD)

X5 = Pengungkapan Transparansi (TRANS) X6

= Kebijakan Pembagian Dividen (DVDN)

e = Error

Nilai koefisien regresi atau diperoleh dengan menggunakan program

SPSS versi 15.0.

1. Uji Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif merupakan proses transformasi data penelitian

dalam bentuk tabulasi (ringkasan, pengaturan, atau penyusunan data dalam

bentuk tabel numerik dan grafik) sehingga mudah dipahami dan

diinterpretasikan. Statistik deskriptif umumnya digunakan dalam

penelitian untuk memberikan informasi mengenai karakteristik variabel

penelitian yang utama. Ukuran yang digunakan dalam deskripsi antara lain

berupa: rata-rata (mean), median, modus, dan standar deviasi (Indriantoro

dan Supomo, 2005:170).

54
2. Uji Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan pengujian regresi berganda, perlu dilakukan suatu

pengujian asumsi klasik agar model regresi menjadi suatu model yang

lebih representatif. Uji asumsi klasik yang digunakan pada penelitian ini

adalah uji normalitas data, uji multikoloniearitas, uji heteroskedastisitas,

dan uji autokorelasi yang digunakan karena data yang digunakan dalam

penelitian ini lebih dari satu tahun.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi, variabel dependen dan variabel independen mempunyai

distribusi data normal atau tidak dengan menggunakan Normal P-Plot.

Model regresi yang baik adalah mempunyai distribusi normal atau

mendekati normal. Uji normalitas dilakukan dengan analisa grafik,

dengan dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:

1) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah

garis diagonalnya, maka model regresi memenuhi asumsi

normalitas.

2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan/atau tidak

mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi

asumsi normalitas.

b. Uji Multikoliniearitas

Uji multikoliniearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen

(Ghozali, 2005:91). Jika terjadi korelasi, maka terdapat problem

55
multikoliniearitas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi

korelasi diantara variabel independennya. Ada tidaknya

multikoliniearitas di dalam model regresi adalah dilihat dari besaran

VIF (Variance Inflation Factor) dan tolerance. Regresi yang terbebas

dari problem multikolinearitas apabila nilai VIF < 10 dan nilai

tolerance > 0,10, maka data tersebut tidak ada multikolinearitas

(Ghozali, 2005:92).

c. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam sebuah model regresi

linear ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan

kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Autokorelasi digunakan

pada model regresi yang datanya time series. Cara mendeteksi ada atau

tidaknya autokorelasi dengan menggunakan uji Durbin-Watson,

dengan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut (Ghozali: 2005,

96):

a) 0 < d < dI, berarti tidak ada autokorelasi positif b)

dI d du, berarti tidak ada autokorelasi positif c) 4

dI < d < 4, berarti tidak ada korelasi negatif

d) 4 du d 4 dI, berarti tidak ada korelasi negatif

e) du < d < 4 du, berarti tidak ada autokorelasi, positif ataupun

negatif.

d. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedstisitas bertujuan menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual atau pengamatan

56
ke pengamatan yang lain dengan menggunakan grafik Scatteplot.

Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas

(Ghozali, 2005:105). Dasar pengambilan keputusannya, jika ada pola

tertentu seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur

(bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka

mengindikasikan bahwa telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada

pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0

pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali,

2005:105).

3. Uji Hipotesis

a. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Nilai R2 digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model

dalam menerangkan variasi variabel dependen. Tetapi, karena R2

mengandung kelemahan mendasar dimana adanya bias terhadap jumlah

variabel independen yang dimasukkan dalam model. Oleh karena itu,

pada penelitian ini yang digunakan adalah adjusted R2 berkisar antara

nol dan satu. Nilai adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu

variabel independen ditambahkan ke dalam model. Nilai adjusted R

yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam

menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang

mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan

hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel

dependen (Ghozali: 2005, 83).

57
b. Uji Statistik t

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh

satu variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan

variasi variabel dependen. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh

masing-masing variabel bebas secara individual terhadap variabel

terikat digunakan tingkat signifikan 5% (Ghozali, 2005: 84-85).

c. Uji Regresi Simultan (Uji Statistik F)

Uji statistik F dilakukan dengan tujuan untuk menguji apakah

keseluruhan variabel independen mempunyai pengaruh secara bersama-

sama terhadap satu variabel dependen. Menurut Ghozali (2005:84),

dapat disimpulkan bahwa jika nilai signifikan > 0,05 maka H0 ditolak,

namun jika nilai signifikan < 0,05 maka H0 diterima.

E. Operasional Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian dibagi menjadi 2 yaitu variabel dependen dan

independen. Variabel independen terdiri dari kepemilikan saham institusional,

komisaris independen, ukuran dewan direksi, komite audit, transparansi,

pembagian dividen, dan asymmetric information. Sedangkan variabel

dependen adalah asimetri informasi.

1. Variabel Independen

a. Kepemilikan saham institusional (INST/X1)

Kepemilikan saham institusional diukur dengan menggunakan skala

rasio yang diperolah dari jumlah persentase saham perusahaan sampel

58
yang dimiliki oleh pihak institusional adalah persentase kepemilikan

oleh institusi lain.

b. Komisaris independen (KOMIND/X2)

Variabel ini diukur dengan menggunakan skala rasio yang diperoleh

dengan membandingkan jumlah komisaris independen terhadap total

komisaris yang dimiliki perusahaan pada periode t.

c. Ukuran dewan direksi (BDSIZE/X3)

Ukuran Dewan Direksi dalam penelitian ini diukur dengan cara

menghitung jumlah orang yang menduduki jabatan sebagai direksi

perusahaan pada periode t.

d. Komite audit (KOMAUD/X4)

Komite audit merupakan variabel dengan menggunakan skala rasio

yang diperoleh dari menghitung jumlah orang yang diangkat sebagai

komite audit perusahaan pada periode t.

e. Transparansi (TRANS/X5)

Transparansi diukur dengan menggunakan dimensi berupa uraian-

uraian yang diungkapkan oleh perusahaan dalam annual report-nya

yang berkaitan dengan pengungkapan corporate governance. Indikator

pada variabel ini dimodifikasi dari penelitian Rini (2007), adalah

ukuran (jumlah) item pengungkapan dalam laporan tahunan

perusahaan.

59
Dimana:

X = Persentase pelaksanaan transparansi

XP = Banyaknya item pengungkapan yang dilakukan perusahaan.

XD= Jumlah item pengungkapan yang mungkin dilakukan perusahaan.

f. Kebijakan Pembagian Dividen (DVDN/X6)

Pembagian dividen merupakan salah satu bentuk dari corporate action

yang dapat diukur dengan menghitung dividend payout ratio

perusahaan disetiap periode.

dimana:

DPR : Rasio Pembayaran Dividen

Cash Dividend Paid : Kas yang dibayarkan untuk dividen tunai

Net Income : Laba Bersih Perusahaan pada periode t

Dividen diprediksikan berhubungan positif dengan tingkat asimetri

informasi dan reaksi pasar sebagai alat sinyal perusahaan kepada para

stakeholders.

2. Variabel Dependen

Asimetri informasi (Y)

Penelitian ini menggunakan bid-ask spread sebagai proksi dari asimetri

informasi. Model ini seperti yang telah digunakan dalam penelitian

Komalasari (2000), Khomsiyah dan Susanti (2003), Rahmawati, et.al (2007),

sebagai berikut:

Relative bid-ask spread dioperasikan dengan:

SPREADi,t = (aski,t bidi,t)/{(aski,t + bid i,t)/2} x 100

60
Keterangan:

aski,t : harga ask tertinggi saham perusahaan i yang terjadi pada

hari t

bidi,t : harga bid terendah saham perusahaan i yang terjadi pada

hari t

Berikut operasional variabel dalam penelitian ini ditunjukkan oleh tabel


dibawah ini :
Tabel 3.1
Pengukuran Operasional Variabel Penelitian
Variabel Indikator Skala
Kepemilikan Saham
Institusional Persentase saham yang dimiliki Rasio
(X1) oleh investor institusional
Ujiyanto dan Pramuka
(2007)
Komisaris Independen
(X2) Rasio
Ujiyanto dan Pramuka
(2007)
Ukuran Dewan Direksi
(X3) Jumlah orang Rasio
Iqbal dan Fachriyah
(2007)
Komite Audit
(X4) Jumlah orang Rasio
Setiawan dan Nasution
(2007)
Transparansi Persentase Jumlah pengungkapan
(X5) yang dilakukan perusahaan, setiap Rasio
Rini (2007) pengungkapan diberi skor 1
dengan nilai maksimal 100%
Kebijakan Pembagian Dividend Payout Ratio
Dividen Rasio
(X6)
Suluh Pramastuti
(2007)
Asimetri Informasi
(Y1) Bid Ask-Spread Rasio
Khomsiyah dan
Susanti (2003)
Sumber: Data dari berbagai Sumber
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan metode purposive sampling untuk

menentukan sampel. Populasi penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan

yang listing di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini mengambil sampel selama

3 tahun, yaitu dari tahun 2005 2007. Penelitian secara purposive sampling

mengindikasikan bahwa sampel yang digunakan dalam penelitian ini

merupakan representasi dari populasi yang ada serta sesuai dengan tujuan dari

penelitian. Data yang digunakan berasal dari annual report tahun 2005, 2006,

dan 2007 yang diakses melalui website seperti: yahoo.finance.com,

www.idx.co.id, dan Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM).

Tabel 4.1
Rincian Sampel Penelitian
Kriteria Jumlah
Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2005 343

Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2006 352

Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2007 378

Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan secara konsisten 144


tahun 2005-2007
Perusahaan yang secara konsisten membagikan dividen selama 59
tahun 2005-2007
Perusahaan yang memenuhi kriteria tahun 2005 29

Perusahaan yang memenuhi kriteria tahun 2006 29

Perusahaan yang memenuhi kriteria tahun 2007 30

Sumber: Data diolah


62
Adapun daftar nama perusahaan yang dijadikan sampel dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2
Daftar Nama Perusahaan
NO. EMITEN KODE
1 Astra Graphia ASGR
2 Astra International ASII
3 Asuransi Bintang ASBI
4 Asuransi Harta Aman Pratama AHAP
5 Asuransi Jasa Tania ASJT
6 Bank International Indonesia BNII
7 Bank Mandiri BMRI
8 Bank Negara Indonesia BBNI
9 Bank Rakyat Indonesia BBRI
10 Berlian Laju Tanker BLTA
11 Centrin Online CENT
12 Citra Marga Nusaphala Persada CMNP
13 Colorpak Indonesia CLPI
14 Fast Food Indonesia FAST
15 Gowa Makasar Tourism Development GMTD
16 Hexindo Adiperkasa HEXA
17 Indosat ISAT
18 Jaya Real Properti JRPT
19 Kresna Graha Sekurindo KREN
20 Lippo Karawaci LPKR
21 Maskapai Reasuransi Ind. MREI
22 Mitra Adiperkasa MAPI
23 Perusahaan Gas Negara PGAS
24 Pool Advista Indonesia POOL
25 Pudjiadi & Sons Estate PNSE
26 Ramayana Lestari Sentosa RALS
27 Rig Tenders RIGS
28 Telekomunikasi Indonesia TLKM
29 Trimegah Securities TRIM
30 United Tractors UNTR
31 Yulie Sekurindo YULE
Sumber: www.idx.co.id

63
B. Hasil Analisis Data

1. Uji Statistik Deskriptif

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi

kepemilikan saham institusional, persentase komisaris independen, ukuran

dewan direksi, komite audit, transparansi, dan kebijakan pembagian

dividen sebagai variabel independen. Sedangkan variabel dependen, yaitu

asimetri informasi yang di-proxy dengan bid-ask spread. Hasil pengujian

variabel tersebut secara deskriptif seperti berikut ini:

Tabel 4.3
Descriptive Statistics
N Min Max Mean Std.
Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic
INST 88 28.2300 98.1000 65.6928 1.8182 17.0563
KOMIND 88 20.0000 71.4286 39.6031 .9842 9.2325
BDSIZE 88 2.0000 11.0000 5.4659 .2493 2.3388
KOMAUD 88 .0000 8.0000 3.3977 .1580 1.4820
TRANS 88 25.0000 100.0000 71.7330 2.2177 20.8041
DVDN 88 7.1429 92.8571 38.4777 2.2147 20.7757
ASYM_5 88 .4462 38.5318 5.8600 1.0081 9.4563
ASYM_0 88 .3810 58.8235 5.7943 1.1082 10.3956
ASYM5 88 .4393 44.5194 5.4286 .9809 9.2017
Valid N 88
(listwise)
Sumber: Data diolah

Tabel 4.3 menyajikan informasi bahwa jumlah data yang menjadi

objek penelitian adalah 88. Jumlah tersebut adalah 29 perusahaan go

public di tahun 2005, 29 perusahaan di tahun 2006 dan 30 perusahaan

listing di BEI pada tahun 2007 yang memenuhi kriteria dalam pemilihan

sampel serta memiliki tahun tutup buku 31 Desember.

a. Kepemilikan Saham Institusional (INST)

Pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa sampel yang kepemilikan

saham institusionalnya terbesar adalah PT. Asuransi Jasa Tania, Tbk

64
pada tahun 2007 yaitu sebesar 98.1% dan sampel data dengan proporsi

kepemilikan saham terkecil adalah PT. Citra Marga Nusaphala Persada,

Tbk pada tahun 2007 yaitu sebesar 28.23% dari seluruh saham yang

dimiliki oleh perusahaan sampel. Untuk besar rata-rata komposisi

saham yang dimiliki oleh pihak institusional dari banyaknya jumlah

data yang diteliti adalah 65.69%. Standar deviasi dari kepemilikan

saham institusi adalah 17.056. Nilai tersebut menunjukkan besarnya

keragaman dari kepemilikan saham institusional yang diteliti.

b. Komisaris Independen (KOMIND)

Untuk variabel komisaris independen dapat dilihat pada tabel 4.3

bahwa Bank Mandiri, Tbk pada tahun 2007 memiliki komposisi

komisaris indepnden terbesar yaitu 71.43% sedangkan sampel data

yang memiliki komposisi komisaris independen terendah adalah PT.

Rigs Tenders, Tbk di tahun 2006 yaitu 20% dari jumlah keseluruhan

komisaris dalam perusahaan. Untuk besar rata-rata keberadaan

komisaris independen dari banyaknya jumlah yang diteliti adalah

39.603%. Standar deviasi dari keberadaan komisaris independen adalah

9.2325. Nilai tersebut menunjukkan besarnya keragaman dari jumlah

keberadaan komisaris independen yang diteliti.

c. Ukuran Dewan Direksi (BDSIZE)

Ukuran dewan direksi terbesar yaitu sebanyak 11 dimiliki oleh

Bank Mandiri, Tbk pada tahun 2007 dan perusahaan sampel yang

memiliki direksi paling sedikit adalah PT. Pool Advista Indonesia, Tbk

pada tahun 2005 dan 2006, PT. Yulie Sekurindo, Tbk selama tahun

65
2005-2007, dan Pudjiadi & Sons Estate di tahun 2007 yaitu sebanyak 2

orang. Untuk rata-rata ukuran dewan direksi dalam penelitian ini

sebesar 5.466 atau 6 orang. Standar deviasi ukuran dewan komisaris

adalah 2.339 atau 2 orang.

d. Komite Audit (KOMAUD)

Dari hasil pengujian tabel 4.3 menunjukkan bahwa Bank Negara

Indonesia, Tbk pada tahun 2005 adalah sampel yang memiliki komite

audit terbanyak yaitu 8 orang, sedangkan sampel data yang tidak

memiliki komite audit sebanyak 4 perusahaan pada tahun 2005. Untuk

besar rata-rata jumlah komite audit mean dari komite audit sebesar

3,398 atau 3 orang, besarnya rata-rata jumlah komite audit dari sampel

yang diobservasi selama tahun 2005 sampai 2007 sesuai dengan

ketentuan Bapepam No.SE-03/PM/2000 tentang komite audit. Standar

deviasi dari komite audit adalah 1.482 atau 2 orang. Nilai tersebut

menunjukkan jumlah komite audit yang tidak cukup beragam pada

sampel yang diteliti.

e. Transparansi (TRANS)

Dari 88 sampel yang diobservasi, pada tabel 4.3 dapat dilihat

sampel data yang melakukan pengungkapan transparansi terendah

adalah Asuransi harta Aman Pratama, Tbk dan Gowa Makasar Tourism

Development di tahun 2005 yaitu sebanyak 25% atau hanya

mengungkapkan 2 item dari 8 item pengungkapan bentuk dari

transparansi. Sampel data yang melakukan pengungkapan transparansi

66
terbanyak ada 10 perusahaan yang terdiri dari tahun 2005, 2006, dan

2007 sebanyak 100% atau 8 item.

Untuk besar rata-rata pengungkapan yang mungkin dilakukan

perusahaan dari banyaknya jumlah yang diteliti adalah 71.73% atau 6

item pengungkapan. Standar deviasi dari pengungkapan transparansi

yang dilakukan perusahaan adalah 20.8%. Nilai tersebut menunjukkan

besarnya keragaman dari pengungkapan transparansi yang diteliti.

f. Kebijakan Pembagian Dividen (DVDN)

Pada tabel 4.3 dapat dilihat sampel yang memiliki rasio

pembayaran dividen terendah adalah perusahaan PT. Kresna Graha

Sekurindo, Tbk pada tahun 2005 yaitu 7.143% dan sampel data yang

memiliki rasio pembayaran dividen terbesar adalah perusahaan PT

Yulie Sekurindo, Tbk pada tahun 2007 yaitu 92.857%. Untuk besar

rata-rata dividend payout ratio (DPR) dari banyaknya jumlah data yang

diteliti adalah 38.48% dari net income. Standar deviasi dari pembagian

dividen adalah 20.776. Nilai tersebut menunjukkan besarnya keragaman

dari pembagian dividen tunai yang diteliti.

g. Asimetri Informasi (ASYM)

Hasil pengujian statistik deskriptif menunjukkan bahwa asimetri

informasi yang diproksikan dengan bid ask spread terbesar untuk lima

hari sebelum pengumuman dividen adalah Asuransi Bintang, Tbk

sebesar 38.5318 pada tahun 2005 dan 2007, lima hari setelah

pengumuman dividen adalah PT. Rigs Tenders, Tbk yaitu sebesar

44.519 pada tahun 2005 dan 2007, dan spread yang terjadi pada tanggal

67
pengumuman dividen adalah PT. Yulie Sekurindo, Tbk di tahun 2006

sebesar 58.824. Untuk bid-ask spread terendah untuk lima hari sebelum

pengumuman dividen adalah PT. Astra Internasional, Tbk sebesar 0.446

pada tahun 2007, lima hari setelah pengumuman dividen adalah

Perusahaan Gas Negara yaitu sebesar 0.439 pada tahun 2006, dan

spread yang terjadi pada tanggal pengumuman dividen adalah PT. Astra

Internasional, Tbk di tahun 2005 sebesar 0.381. Besar rata-rata asimetri

informasi yang diproksikan dengan bid-ask spread untuk lima hari

sebelum tanggal pengumuman dividen sebesar 5.860, lima hari setelah

tanggal pengumuman dividen yaitu sebesar 5.794, dan pada tanggal

pengumuman dividen sebesar 5.429. Nilai tersebut menunjukkan bahwa

besarnya tingkat asimetri informasi lima hari sebelum, lima hari setelah,

dan pada tanggal pengumuman dividen tidak menunjukkan perubahan

yang signifikan.

2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan metode

Probability-Plot (P-Plot). Pengujian ini dimaksudkan untuk

mengetahui apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau

residual mempunyai distribusi normal. Pengujian normalitas yang

dilakukan dalam penelitian ini untuk periode sebelum, saat, dan

sesudah tanggal pengumuman yang hasilnya dapat dilihat sebagai

berikut:

68
Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas Sebelum Tanggal Pengumuman Dividen

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dependent Variable: AS YM_5


1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Observed Cum Prob

Sumber: Data diolah

Gambar 4.2
Hasil Uji Normalitas Saat Tanggal Pengumuman Dividen

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dependent Variable: ASYM_0


1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Observed C um Prob

Sumber: Data diolah

Gambar 4.3

69
Hasil Uji Normalitas Setelah Tanggal Pengumuman Dividen

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dependent Variable: ASYM5


1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Observed Cum Prob

Sumber: Data diolah

Uji normalitas dengan P-P Plot pada gambar 4.1, gambar 4.2, dan

gambar 4.3 di atas, menunjukkan bahwa terdapat titik-titik yang tidak

menyebar disekitar garis diagonal serta penyebarannya menyimpang

dan menjauhi dari garis diagonal sehingga P-P Plot untuk lima hari

sebelum tanggal pengumuman dividen, lima hari sebelum tanggal

pengumuman dividen, maupun pada tanggal pengumuman dividen

menunjukkan bahwa data tidak berdistribusi normal.

Untuk mendapatkan hasil pengujian yang lebih baik dan valid

maka langkah pengobatan dilakukan dengan mentransformasi data

mentah kedalam bentuk logaritma dari masing-masing data yang diuji

(Ghozali: 2005, 32-33). Berikut P-P Plot setelah pengobatan:

Gambar 4.4
Hasil Uji Normalitas Sebelum Tanggal Pengumuman Dividen

70
Setelah Transformasi

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dependent Variable: LGASYM_5


1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Observed C um Prob

Sumber: Data diolah

Gambar 4.5
Hasil Uji Normalitas Saat Tanggal Pengumuman Dividen
Setelah Transformasi

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dependent Variable: LGASYM0


1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Observe d Cum Prob

Sumber: Data diolah

Gambar 4.6
Hasil Uji Normalitas Setelah Tanggal Pengumuman Dividen

71
Setelah Transformasi

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dependent Variable: LGASYM5


1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Observe d Cum Prob

Sumber: Data diolah

Setelah dilakukan transformasi data dapat dilihat pada gambar 4.4,

gambar 4.5, dan gambar 4.6 bahwa P-P Plot sebelum pengumuman

dividen, pada tanggal pengumuman dividen, dan setelah pengumuman

dividen di atas, menunjukkan bahwa titik-titik menyebar di sekitar

garis diagonal serta penyebarannya mengikuti garis diagonal sehingga

dapat disimpulkan bahwa data telah berdistribusi normal.

Terkait dengan pengujian asumsi klasik lainnya, yaitu

multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas. Maka data

hasil transformasi (setelah pengobatan) yang dilakukan akan

digunakan selanjutnya pada pengujian asumsi klasik lainnya dan uji

hipotesis dalam model regresi penelitian ini.

b. Uji Multikolinearitas

72
Multikolinearitas menunjukkan apakah dalam model regresi

ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independent

variable). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi

antar variabel independennya. Multikolinearitas dilihat dari besaran

VIF (Variance Inflation Factor) dan tolerance. Regresi yang bebas

dari problem multikolonieritas apabila nilai VIF < 10 dan tolerance >

0.10, maka data tersebut dikatakan tidak ada multikolonieritas.

Hasil uji multikolonieritas terhadap data untuk pengujian hipotesis

ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 4.4
Nilai Korelasi Hasil Pengujian Multikolinearitas
Model DVDN BDSIZE KOMIND INST TRANS KOMAUD
1 Correlations DVDN 1.000 .221 -.028 -.353 -.360 -.150
BDSIZE .221 1.000 -.172 -.150 -.055 -.483
KOMIND -.028 -.172 1.000 .405 -.018 -.108
INST -.353 -.150 .405 1.000 .154 -.042
TRANS -.360 -.055 -.018 .154 1.000 -.414
KOMAUD -.150 -.483 -.108 -.042 -.414 1.000
Covariances DVDN .000 .000 .000 .000 .000 .000
BDSIZE .000 .001 .000 .000 .000 -.001
KOMIND .000 .000 .000 .000 .000 .000
INST .000 .000 .000 .000 .000 .000
TRANS .000 .000 .000 .000 .000 .000
KOMAUD .000 -.001 .000 .000 .000 .002
a Dependent Variable: Asimetri Informasi
Sumber: Data diolah

Melihat hasil besaran korelasi antar variabel independen pada tabel

4.4, tampak bahwa variabel ukuran dewan komisaris (BDSIZE) yang

memiliki korelasi terbesar dibandingkan dengan variabel lain dengan

tingkat korelasi sebesar -0.483 atau sekitar 48%. Oleh karena korelasi

masih dibawah 95%, maka dapat dikatakan tidak terjadi

multikolinearitas.

73
Tabel 4.5
Nilai Tolerance dan VIF Hasil Pengujian Multikolinearitas
Collinearity
Model Statistics Keterangan
Tolerance VIF
1 INST .715 1.398 Tidak Terjadi Multikolinearitas
KOMIND .755 1.325 Tidak Terjadi Multikolinearitas
BDSIZE .627 1.594 Tidak Terjadi Multikolinearitas
KOMAUD .481 2.078 Tidak Terjadi Multikolinearitas
TRANS .577 1.734 Tidak Terjadi Multikolinearitas
DVDN .674 1.484 Tidak Terjadi Multikolinearitas
a Dependent Variable: Asimetri Informasi
Sumber: Data diolah

Dari hasil pengujian nilai tolerance pada tabel 4.5 diatas, nilai VIF

terendah dihasilkan oleh variabel kebijakan pembagian dividen

(DVDN) sebesar 1,484 sedangkan nilai VIF terbesar dihasilkan komite

audit (KOMAUD) dengan nilai 2,078, maka nilai VIF untuk setiap

variabel independen < 10 dengan angka tolerance berkisar antara

0,481 sampai 0,755. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak

ada problem multikolinearitas antar variabel independen dalam model

penelitian ini.

c. Uji Autokorelasi

Autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah

model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada

periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Untuk

mendeteksi ada tidaknya problem autokorelasi angka DW (Durbin

Watson) dapat dijadikan panduan dalam pengambilan keputusan.

Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi

(Ghozali, 2005: 95).

Tabel 4.6
Hasil Uji Autokorelasi Sebelum Tanggal Pengumuman Dividen

74
Adjusted Std. Error of Durbin-
Model R R Square R Square the Estimate Watson
1 .659(a) .435 .393 .43290 2.155
a Predictors: (Constant), DVDN, BDSIZE, KOMIND, INST, TRANS, KOMAUD
b Dependent Variable: ASYM_5
Sumber: Data diolah

Berdasarkan tabel 4.6, terlihat angka Durbin Watson untuk lima

hari sebelum pengumuman dividen sebesar 2.155, angka ini terletak

diatas du 1,801 dan dI 1,518 pada tabel Durbin Watson tingkat

signifikan 0,05. Nilai DW 2,155 lebih besar dari batas atas (du) 1,801

dan kurang dari 4-1,801 (4-du), maka dapat disimpulkan bahwa tidak

terdapat autokorelasi, positif atau negatif.

Tabel 4.7
Hasil Uji Autokorelasi Saat Tanggal Pengumuman Dividen
Adjusted Std. Error of Durbin-
Model R R Square R Square the Estimate Watson
1 .677(a) .459 .419 .43040 2.338
a Predictors: (Constant), DVDN, BDSIZE, KOMIND, INST, TRANS, KOMAUD
b Dependent Variable: ASYM_0
Sumber: Data diolah

Berdasarkan tabel 4.7, terlihat angka Durbin Watson pada tanggal

pengumuman dividen sebesar 2.338, angka ini terletak diatas du 1,661

dan dI 1,383 pada tabel Durbin Watson tingkat signifikansi 0,01. Nilai

DW 2,338 lebih besar dari batas atas (du) 1,661 dan kurang dari 4-

1,661 (4-du), maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat

autokorelasi positif atau negatif.

Tabel 4.8
Hasil Uji Autokorelasi Setelah Tanggal Pengumuman Dividen
Adjusted Std. Error of Durbin-
Model R R Square R Square the Estimate Watson
1 .684(a) .467 .428 .40664 2.181
a Predictors: (Constant), DVDN, BDSIZE, KOMIND, INST, TRANS, KOMAUD
b Dependent Variable: ASYM5
Sumber: Data diolah

75
Berdasarkan tabel 4.7, terlihat angka Durbin Watson untuk lima

hari setelah pengumuman dividen sebesar 2.181, angka ini terletak

diatas du 1,801 dan dI 1,518 pada tabel Durbin Watson tingkat

signifikan 0,05. Nilai DW 2,181 lebih besar dari batas atas (du) 1,801

dan kurang dari 4-1,801 (4-du), maka dapat disimpulkan bahwa tidak

terdapat autokorelasi, positif atau negatif.

d. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan

ke pengamatan lain. Hasil pengujian dapat diamati dengan

mengunakan grafik scatterplot.

Gambar 4.7
Hasil Uji Heteroskedastisitas Sebelum Tanggal Pengumuman
Dividen
Scatterplot

Dependent Variable: LGASYM_5

-1

-2

-3

-2 -1 0 1 2 3
Regression Standardized Predicted Value

Sumber: Data yang diolah

Dari grafik scatterplot pada gambar 4.7 diatas terlihat bahwa titik-

titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah

angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi

heteroskedastisitas pada model regresi untuk sebelum pengumuman

dividen.

76
Gambar 4.8
Hasil Uji Heteroskedastisitas Saat Tanggal Pengumuman Dividen

Scatterpl ot

Dependent Variable: LGASYM0

-2

-4

-2 -1 0 1 2 3
Regression Standardized Predicted Value

Sumber: Data yang diolah

Berdasarkan hasil pengujian heteroskedastisitas pada tanggal

pengumuman dividen yang ditunjukkan oleh gambar 4.8 di atas, dapat

dilihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di

atas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. sehingga dapat

disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas.

Gambar 4.9
Hasil Uji Heteroskedastisitas Setelah Tanggal Pengumuman Dividen

Scatterplot

Dep endent Variable: LGASYM5

-2

-4

-2 -1 0 1 2 3
Regression Standardized Predicted Value

Sumber: Data yang diolah

Dari grafik scatterplot pada gambar 4.9 menunjukkan titik-titik

menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, dengan

77
demikian dalam penelitian ini tidak terjadi heteroskedastisitas pada

model regresi setelah tanggal pengumuman.

3. Uji Hipotesis

a. Koefisien Determinasi (Adjusted R2)

Koefisien determinasi bertujuan untuk menerangkan seberapa jauh

kemampuan variabel-variabel independen yaitu kepemilikan saham

institusional, komisaris independen, ukuran dewan direksi, komite

audit, transparansi, dan kebijakan pembagian dividen dalam

menjelaskan variabel dependen asimetri informasi yang di-proxy

dengan bid-ask spread. Kelemahan dalam menggunakan nilai R2

adalah adanya bias terhadap jumlahvariabel indpenden yang

dimasukkan kedalam model. Maka dalam penelitian ini digunakan

nilai adjusted R2 untuk mengukur kemampuan variabel-variabel

independen menjelaskan variabel independen.

Tabel 4.9
Hasil Analisis Adjusted R2 Sebelum Pengumuman Dividen
Adjusted R Std. Error of
Model R R Square Square the Estimate
1 .659(a) .435 .393 .43290
a Predictors: (Constant), DVDN,BDSIZE,KOMIND,INST,TRANS,KOMAUD
b Dependent Variable: ASYM_5
Sumber: Data diolah
2
Nilai Adjusted R pada tabel 4.9 menunjukkan nilai 0.393, hal ini

berarti 39.3% asimetri informasi yang terjadi selama lima hari sebelum

tanggal pengumuman dividen dapat dijelaskan oleh variasi dari ke

enam variabel independen kepemilikan saham institusional (INST),

komisaris independen (KOMIND), komite audit (KOMAUD), ukuran

78
dewan direksi (BDSIZE), transparansi (TRANS), dan kebijakan

pembagian dividen (DVDN). Sedangkan sisanya sebesar 60,7%

dijelaskan oleh variabel lain diluar model. Artinya, berdasarkan hasil

uji determinasi mekanisme corporate governance dan corporate action

berupa kebijakan pembagian dividen mempunyai pengaruh yang lemah

terhadap asimetri informasi yang di-proxy dengan bid-ask spread

karena semakin nilai determinasi mendekati nol maka pengaruhnya

lemah. Lemahnya pengaruh dalam model regresi ini dikarenakan

banyak faktor lain yang dapat menjelaskan asimetri informasi yang di-

proxy bid-ask spread seperti management forecast. Lang dan

Lundholm (1996), Coller dan Yohn (1997) dalam Khomsiyah dan

Susanti (2003) mengemukakan bahwa pengumuman management

forecast merupakan cara yang efektif untuk menurunkan spread karena

analisa dengan tingkat akurasi yang baik dapat mengurangi asimetri

informasi (bid-ask spread) karena informasi yang diterima oleh

partisipan pasar dianggap cukup dapat diandalkan.

Tabel 4.10
Hasil Analisis Adjusted R2 Pada Tanggal Pengumuman Dividen
Adjusted R Std. Error of
Model R R Square Square the Estimate
1 .677(a) .459 .419 .43040
a Predictors: (Constant), DVDN, BDSIZE, KOMIND, INST, TRANS, KOMAUD
b Dependent Variable: ASYM0
Sumber: Data diolah

Nilai Adjusted R2 pada tanggal pengumuman dividen sebesar

0.419, menyatakan bahwa 41.9% tingkat asimetri informasi yang di-

proxy dengan bid-ask spread dapat dijelaskan oleh variabel-variabel

independennya. Sehingga 58.1% lebih banyak dijelaskan oleh faktor-

79
faktor lainnya. Ini berarti, hasil pengujian menunjukkan asimetri

informasi yang di-proxy dengan bid-ask spread dapat dijelaskan oleh

kepemilikan saham institusional, komisaris independen, ukuran dewan

direksi, komite audit, pengungkapan transparansi, dan kebijakan

pembagian dividen pengaruhnya cukup kuat atau sedang.

Tabel 4.11
Hasil Analisis Adjusted R2 Setelah Pengumuman Dividen
Adjusted R Std. Error of
Model R R Square Square the Estimate
1 .684(a) .467 .428 .40664
a Predictors: (Constant), DVDN, BDSIZE, KOMIND, INST, TRANS, KOMAUD
b Dependent Variable: ASYM5
Sumber: Data yang diolah

Tabel 4.11 menunjukkan nilai Adjusted R2 sebesar 0.428. Temuan

ini menunjukkan bahwa asimetri informasi yang di-proxy dengan bid-

ask spread dapat dijelaskan oleh kepemilikan saham institusional,

komisaris independen, ukuran dewan direksi, komite audit,

pengungkapan transparansi, dan kebijakan pembagian dividen sebesar

42,8%. Sedangkan sisanya, sebesar 57,2% dijelaskan oleh variabel

lainnya. Jika besarnya dampak ini diinterpretasikan berdasarkan

ukuran kuatnya hubungan, maka dampaknya secara bersama-sama

mekanisme corporate governance dan corporate action terhadap

asimetri informasi yang di-proxy dengan bid-ask spread untuk

pengujian setelah pengumuman dividen adalah cukup kuat atau

sedang.

80
b. Uji Individu (Uji t)

Uji t bertujuan untuk menguji seberapa jauh pengaruh satu variabel

independen secara individual yaitu mekanisme corporate governance

dalam hal kepemilikan saham institusional, komisaris independen,

ukuran dewan direksi, komite audit, dan pengungkapan transparansi

serta corporate action berupa kebijakan pembayaran dividen dalam

menerangkan variabel dependen, yaitu asimetri informasi yang diukur

dengan bid-ask spread untuk lima hari sebelum pengumuman dividen,

lima hari setelah pengumuman dividen, maupun spread yang terjadi

pada tanggal pengumuman dividen (Ghozali, 2005). Berikut hasil

pengujian.

Tabel 4.12
Hasil Uji Regresi Variabel Dependen Sebelum Tanggal
Pengumuman Dividen
Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta


1 (Constant) .183 .370 .495 .622
INST .013 .003 .387 3.921 .000
KOMIND .003 .006 .056 .585 .560
BDSIZE -.112 .025 -.470 -4.457 .000
KOMAUD -.054 .045 -.144 -1.199 .234
TRANS -.001 .003 -.019 -.175 .862
DVDN .001 .003 .050 .495 .622
a Dependent Variable: ASYM_5
Sumber: Data yang diolah

Berdasarkan tabel 4.12, maka persamaan regresi untuk pengujian

lima hari sebelum tanggal pengumuman dividen dapat di rumuskan

sebagai berikut:

Interpretasi dari persamaan linier berganda diatas adalah sebagai

berikut:

81
1) Koefisien konstanta sebesar 0.183 menunjukkan bahwa bila nilai

variabel independen nol, maka bid-ask spread akan ada sebesar

0.183 dengan nilai positif meskipun tidak dipengaruhi oleh

variabel-variabel independennya yaitu kepemilikan saham

institusional, komisaris independen, ukuran dewan direksi, komite

audit, transparansi, dan kebijakan pembagian dividen.

2) Koefisien regresi sebesar 0,013 menyatakan bahwa setiap

penambahan satu persen variabel kepemilikan saham institusional,

maka asimetri informasi (spread) akan meningkat sebesar 0,013.

3) Koefisian regresi variabel komisaris independen sebesar 0,003

menyatakan bahwa setiap penambahan satu persen variabel

komisaris independen, maka akan meningkatkan tindakan asimetri

informasi yang di-proxy dengan bid-ask spread sebesar 0,003.

4) Koefisien regresi -0,112 pada variabel ukuran dewan direksi

menyatakan setiap penambahan dewan direksi dalam suatu

perusahaan, maka akan menurunkan tingkat asimetri informasi

(spread) sebesar 0,112.

5) Koefisien regresi -0,054 menyatakan bahwa setiap penambahan

anggota komite audit, maka dapat mengurangi tingkat asimetri

informasi yang di-proxy dengan bid-ask spread sebesar 0,054.

6) Koefisien regresi pada variabel pengungkapan transparansi sebesar

-0.001 menyatakan bahwa setiap penambahan pengungkapan

transparansi akan menurunkan pula tingkat asimetri informasi yang

di-proxy dengan bid-ask spread sebesar 0,001.

82
7) Koefisien regresi 0,001 menyatakan bahwa setiap peningkatan

rasio pembayaran dividen, maka akan menambah pula tingkat

asimetri informasi yang di-proxy dengan bid-ask spread sebesar

0,001.

Tabel 4.13
Hasil Uji Regresi Variabel Dependen Saat Pengumuman Dividen
Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients T Sig.

B Std. Error Beta


1 (Constant) .051 .368 .139 .890
INST .013 .003 .405 4.186 .000
KOMIND .003 .006 .054 .575 .567
BDSIZE -.106 .025 -.440 -4.264 .000
KOMAUD -.090 .045 -.236 -2.003 .048
TRANS -.001 .003 .055 -.507 .614
DVDN .002 .003 .055 .557 .579
a Dependent Variable: ASYM0
Sumber: Data yang diolah
Dari hasil pengujian pada tabel 4.13 di atas maka dapat disusun

suatu persamaan regresi berganda untuk pengujian pada tanggal

pengumuman dividen sebagai berikut:

Berikut interpretasi dari persamaan linier berganda pada tanggal

pengumuman dividen:

1) Koefisien konstanta berdasarkan hasil regresi adalah 0.051 dengan

nilai positif, ini dapat diartikan bahwa asimetri informasi (spread)

saat pengumuman dividen akan bernilai 0.051 jika kepemilikan

saham institusional, komisaris independen, ukuran dewan direksi,

komite audit, transparansi, dan kebijakan pembagian dividen

masing-masing bernilai 0. Nilai itu berarti tingkat asimetri

83
informasi akan ada meskipun tidak dipengaruhi oleh variabel-

variabel independennya.

2) Koefisien regresi 0.013 pada variabel kepemilikan saham

institusional menyatakan bahwa setiap penambahan satu persen

saham institusional dapatmeningkatkan tindakan asimetri

informasi yang di-proxy dengan bid-ask spread sebesar 0,013.

3) Koefisian regresi 0,003 menyatakan bahwa setiap penambahan satu

anggota komisaris independen, tidak dapat menurunkan tindakan

asimetri informasi yang di-proxy dengan bid-ask spread sebesar

0,003.

4) Koefisien regresi variabel ukuran dewan direksi sebesar -0,106

menyatakan bahwa setiap penambahan satu orang dewan direksi

akan menurunkan tingkat asimetri informasi yang di-proxy dengan

bid-ask spread sebesar 0,106.

5) Koefisien regresi -0,090 menyatakan bahwa setiap terjadi

penambahan satu anggota komite audit, maka dapat menurunkan

tingkat asimetri informasi (spread) sebesar 0,090.

6) Koefisien regresi -0,001 menyatakan bahwa setiap penambahan

satu persen variable transparansi, maka akan berdampak pada

penurunan tingkat asimetri informasi (spread) sebesar 0,001.

7) Koefisien regresi 0.002 menyatakan bahwa setiap penambahan satu

persen rasio pembayaran dividen (DPR) dapat mempengaruhi

tingkat asimetri informasi (spread) sebesar 0,002.

84
Tabel 4.14
Hasil Uji Regresi Variabel Dependen Setelah Tanggal
Pengumuman Dividen
Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta


1 (Constant) -.161 .347 -.464 .644
INST .015 .003 .462 4.820 .000
KOMIND .005 .005 .091 .974 .333
BDSIZE -.104 .024 -.452 -4.419 .000
KOMAUD -.083 .042 -.229 -1.959 .054
TRANS -.002 .003 -.095 .893 .374
DVDN .000 .003 .017 .174 .862
a Dependent Variable: ASYM5
Sumber: Data yang diolah

Berdasarkan tabel 4.14 maka persamaan regresi berganda untuk

pengujian setelah pengumuman dividen adalah sebagai berikut:

Persamaan regresi diatas dapat diinterpretasikan sebagai berikut:

1) Koefisien konstanta berdasarkan hasil regresi adalah 0.161, ini

dapat diartikan bahwa Y (tingkat asimetri informasi yang di-proxy

dengn bid-ask spread setelah tanggal pengumuman dividen) akan

bernilai 0.161 jika INST, KOMIND, BDSIZE, KOMAUD, TRANS,

dan DVDN masing-masing bernilai nol. Nilai itu berarti tingkat

asimetri informasi akan ada meskipun tidak dipengaruhi oleh

variabel-variabel independennya.

2) Koefisien regresi 0,015 menyatakan bahwa setiap penambahan satu

persen saham institusional, maka akan asimetri informasi yang di-

proxy dengan bid-ask spread akan bertambah sebesar 0,015.

3) Koefisian regresi 0,005 pada variabel komisaris independen

menyatakan bahwa setiap penambahan satu orang komisaris

85
independen, maka akan menambah asimetri informasi yang di-proxy

dengan bid-ask spread sebesar 0,005.

4) Koefisien regresi -0,104 menyatakan bahwa setiap penambahan satu

anggota dewan direksi akan menurunkan tingkat asimetri informasi

yang di-proxy dengan bid-ask spread sebesar 0,104.

5) Koefisien regresi -0,083 pada variabel komite audit menyatakan

bahwa setiap penambahan satu orang komite audit, maka akan

menurunkan tingkat asimetri informasi yang di-proxy dengan bid-

ask spread sebesar 0,083.

6) Koefisien regresi -0,002 menyatakan bahwa setiap penambahan satu

persen variable transparansi, maka akan menurunkan tingkat

asimetri informasi di-proxy dengan bid-ask spread sebesar 0,002.

7) Koefisien regresi 0,000 menyatakan bahwa setiap penambahan satu

persen rasio pembayaran dividen, maka tidak akan mengurangi dan

menambah tingkat asimetri informasi yang di-proxy dengan bid-ask

spread.

Pembahasan Hasil Uji t

Untuk menguji hipotesis yang diajukan apakah diterima atau

diitolak dengan melihat tingkat signifikansi (pada kolom sig.) pada

tabel 4.12 untuk hasil uji regresi sebelum tanggal pengumuman

dividen, tabel 4.13 untuk hasil uji regresi pada tanggal pengumuman

dividen, serta pada tabel 4.14 yang merupakan hasil uji regresi setelah

tanggal pengumuman dividen, maka hipotesis penelitian tentang

86
hubungan antara variabel dependen dan variabel independen secara

individual dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Kepemilikan Saham Institusional Asimetri Informasi

Hasil uji t menunjukkan bahwa kepemilikan saham institusional

berpengaruh secara signifikan terhadap asimetri informasi, baik

asimetri informasi yang di-proxy dengan bid-ask spread lima hari

sebelum pengumuman dividen, lima hari setelah pengumuman

dividen, maupun spread yang terjadi pada tanggal pengumuman

dividen. Hal ini dibuktikan pada tabel 4.12, tabel 4.13, dan tabel

4.14 tingkat signifikansi (pada kolom sig.) untuk kepemilikan

institusional (INST) sebesar 0,000. Dimana nilai 0,000 lebih kecil

dari 0,05 yang berarti Ha1 diterima. Semakin besar persentase

kepemilikan saham institusional, maka asimetri informasi (spread)

semakin rendah.

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan

oleh Rajgofal et al., (1999) dalam Iqbal dan Fachriyah (2007),

Ujiyantho dan Pramuka (2007) menyimpulkan bahwa tindakan

pengawasan perusahaan oleh pihak investor institusional dapat

mendorong manajer untuk lebih memfokuskan perhatiannya

terhadap kinerja perusahaan sehingga akan mengurangi perilaku

oportunis yang dapat menimbulkan adanya asimetri informasi.

Namun arah dari hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian

Balsam et al., (2002) dalam Herawaty (2008) menemukan

hubungan yang negatif antar discretionary accrual yang tidak

87
diekspektasi dengan imbal hasil di sekitar tanggal pengumuman

karena investor institusional mempunyai akses atas sumber

informasi yang lebih tepat waktu dan relevan yang dapat

mengetahui keberadaan pengelolaan laba lebih cepat dan lebih

mudah dibandingkan investor individual. Peneliti menduga bahwa

arah positif ini disebabkan karena besarnya kepemilikan saham

institusional dalam perusahaan akan dinilai positif oleh pasar,

dimana para pemegang saham institusional cenderung

mempertahankan kepemilikannya sehingga manajer dapat

mempengaruhi harga saham sebab asimetri informasi antara

investor yang lebih terinformasi dan kurang terinformasi

menimbulkan biaya transaksi dan mengurangi likuiditas yang

diharapkan pasar untuk saham-saham perusahaan (Komalasari,

2000) dalam Murni (2003).

Selanjutnya, hasil penelitian ini kontradiktif dengan hasil penelitian

Asmoro (2007), Herawaty (2008) menyatakan bahwa kepemilikan

institusional sebagai bagian dari mekanisme corporate governance

gagal mengurangi perilaku manajemen laba yang merupakan

dampak dari adanya asimetri informasi. Hal ini dikarenakan

struktur kepemilikan yang terkonsentrasi pada suatu institusi yang

biasanya memiliki saham yang cukup besar yang mencerminkan

kekuasaan, sehingga mempunyai kemampuan untuk melakukan

intervensi terhadap jalannya perusahaan dan mengatur proses

penyusunan laporan keuangan. Akibatnya manajer terpaksa

88
melakukan tindakan berupa manajemen laba demi untuk memenuhi

keinginan pihak-pihak tertentu, diantaranya pemilik.

Adanya pengaruh kepemilikan saham institusional terhadap

asimetri informasi yang di-proxy dengan bid-ask spread

disebabkan kepemilikan saham oleh pihak institusional memiliki

kemampuan untuk mengendalikan pihak manajemen melalui

proses monitoring secara efektif sehingga dapat menurunkan

asimetri informasi.

2) Komisaris Independen Asimetri Informasi

Untuk menguji hipotesis ke-2 (Ha2) yang diajukan diterima atau

ditolak dengan melihat tingkat signifikansi hasil uji t lima hari

sebelum pengumuman dividen, lima hari setelah pengumuman

dividen, maupun spread yang terjadi pada tanggal pengumuman

dividen. Pada tabel 4.12 menunjukkan nilai signifikansi variabel

komisaris independen (KOMIND) sebelum pengumuman dividen

sebesar 0,560. Tabel 4.13 menunjukkan pengaruh komisaris

independen terhadap asimetri informasi asimetri yang di-proxy

dengan bid-ask spread memliki tingkat sinifikansi sebesar 0,567;

dan setelah pengumuman dividen pada tabel 4.14 terlihat angka

signifikan sebesar 0,333 pada variabel komisaris independen. Hal

ini menunjukkan bahwa komisaris independen tidak memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap tingkat asimetri informasi yang

di-proxy dengan bid-ask spread karena hasil signifikansi pada tabel

4.12; 4.13; dan 4.14 menunjukkan angka > 0,05 serta nilai beta

89
yang positif menunjukkan bahwa setiap penambahan jumlah

komisaris independen tidak mampu untuk menurunkan tingkat

asimetri informasi. Berdasarkan hasil analisis tersebut menyatakan

bahwa Ha2 gagal diterima (ditolak).

Hasil ini konsisten dengan penelitian Asmoro (2007); Ujiyanto dan

Pramuka (2007); Herawaty (2008) yang menemukan pengaruh

yang positif antara proporsi komisaris independen dengan earning

management. Penelitin ini mendukung penelitian Sylvia dan

Siddharta (2005) yang menyatakan bahwa pengangkatan dewan

komisaris indepnden oleh perusahaan mungkin hanya dilakukan

untuk pemenuhan regulasi saja tetapi tidak ditujukan untuk

menegakkan Good Corporate Governance (GCG).

Namun penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian

Wedari (2004) dalam Asmoro (2007) yang menemukan pengaruh

yang negatif dan signifikan komisaris independen dengan earning

management sebagai akibat adanya asimetri informasi dikarenakan

komisaris independen dapat memonitor manajemen dalam rangka

menyelaraskan perbedaan kepentingan pemilik dan manajemen.

Penyebab tidak berpengaruhnya komisaris independen terhadap

asimetri informasi yang di-proxy dengan bid-ask spread

disebabkan karena tidak efektifnya pengawasan yang dilakukan

oleh komisaris independen terhadap perusahaan. Hal ini seperti

yang telah ditegaskan dari hasil survai Asian Development Bank

dalam Gideon (2005) bahwa kuatnya kendali pendiri perusahaan

90
dan kepemilikan saham mayoritas menjadikan dewan komisaris

tidak independen dan fungsi pengawasan yang seharusnya menjadi

tanggung jawabnya menjadi tidak efektif. Ada kemungkinan

penempatan atau penambahan anggota dewan dari luar perusahaan

hanya sekedar memenuhi ketentuan formal, sementara pemegang

saham mayoritas (pengendali/ founders) masih memegang peranan

penting sehingga kinerja dewan tidak meningkat bahkan bias

menurun.

3) Ukuran Dewan Komisaris - Asimetri Informasi

Hasil uji t menunjukkan bahwa ukurn dewan direksi berpengaruh

secara signifikan terhadap asimetri informasi, baik asimetri

informasi yang di-proxy dengan bid-ask spread lima hari sebelum

pengumuman dividen, lima hari setelah pengumuman dividen,

maupun spread yang terjadi pada tanggal pengumuman dividen.

Hal ini dibuktikan pada tabel 4.12, tabel 4.13, dan tabel 4.14

tingkat signifikansi (pada kolom sig.) untuk ukuran dewan direksi

(BDSIZE) sebesar 0,000. Dimana nilai 0,000 lebih kecil dari 0,05

dan nilai beta negatif yang berarti ukuran dewan direksi

berpengaruh negatif terhadap asimetri informasi, sehingga Ha3

diterima. Semakin banyak jumlah direksi, maka asimetri informasi

(spead) semakin rendah.

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan

oleh Chotorou et al., (2001) dalam Iqbal dan Fachriyah (2007),

Wardhani (2006) dalam Yuniarto (2007) menemukan bahwa

91
ukuran dewan direksi yang besar dapat memonitor proses

pelaporan keuangan dengan lebih efektif dibandingkan dengan

ukuran dewan direksi yang kecil. Penelitian ini mendukung

penelitian Prabowo (2007) yang menyatakan bahwa ukuran dewan

direksi dalam persahaan berpengaruh terhadap biaya agency yang

timbul akibat dari adanya konflik kepentingan dan asimetri

informasi antara agent dan principle.

Penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan

oleh Iqbal dan Fachriyah (2007) membuktikan bahwa semakin

besar ukuran atau semakin banyak jumlah dewan direksi maka

semakin tinggi manajemen laba, ini berarti ukuran dewan direksi

yang kecil akan lebih efektif dalam menjalankan fungsi

monitoringnya atas laporan keuangan sehingga mengurangi

kesempatan bagi manajer untuk memanipulasi laba.

Adanya pengaruh ukuran dewan direksi terhadap tingkat asimetri

informasi yang di-proxy dengan bid-ask spread disebabkan karena

para dewan direksi dapat melaksanakan fungsi monitoringnya

dengan baik, maka dapat peluang terjadinya praktik manajemen

laba dapat diminimumkan. Hal ini sejalan dengan teori yang

menyatakan bahwa ukuran atau jumlah dewan direksi adalah salah

satu mekanisme good corporate governance yang dapat

mengurangi konflik kepentingan dan kesenjangan informasi yang

timbul dari hubungan keagenan antara manajemen dan pemegang

saham serta adanya dewan direksi dalam pengelolaan perusahaan

92
agar dapat menghasilkan keuntungan (profitability) dan

memastikan kesinambungan usaha (sustainability) perusahaan.

4) Komite Audit Asimetri Informasi

Hasil uji t pada tabel 4.12 menunjukkan nilai signifikansi sebesar

0,234 dan pada tabel 4.14 yang menunjukkan nilai signifikansi

pada variabel komite audit (KOMAUD) sebesar 0,054. Dimana

nilai signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05 yang berarti

keberadaan komite audit tidak berpengaruh terhadap tingkat

asimetri informasi yang di-proxy dengan bid-ask spread untuk

pengujian lima hari sebelum dan lima hari setelah pengumuman

dividen. Hasil pengujian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya

yang dilakukan oleh Asmoro (2007) yang menyatakan bahwa

keberadaan komite audit pada perusahaan dalam melaksanakan

pemeriksaan atau penelitian terhadap fungsi direksi dalam

mengelola perusahaan belum optimal. Begitu juga dengan

penelitian yang dilakukan oleh Yuniarto (2007) yang menyatakan

bahwa keberadaan komite audit hanyalah bersifat formalitas untuk

memenuhi peraturan, sehingga keberadaan komite audit tidak

menjalankan fungsinya sebagai badan pengawas dalam perusahaan

dengan baik.

Sedangkan untuk hasil uji t pada tanggal pengumuman dividen

pada tabel 4.13 menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,042.

Dimana nilai 0,042 < 0,05 dengan arah hubungan negatif yang

berarti Ha4 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa

93
keberadaan komite audit dalam perusahaan berpengaruh terhadap

asimetri informasi yang di-proxy dengan bid-ask spread pada

tanggal pengumuman dividen. Semakin besar jumlah komite audit

dalam perusahaan, semakin rendah spread yang dihasilkan.

Penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh

Setiawan dan Nasution (2007) yang menyatakan bahwa komite

audit yang ada di perusahaan sebagai salah satu mekanisme

corporate governance mampu mengurangi tindak manipulasi laba

oleh manajemen. Namun, arah negatif dari hasil penelitian ini tidak

sesuai dengan hasil penelitian Iqbal dan Fachriyah (2007) yang

menunjukkan hasil positif signifikan komite audit terhadap

perilaku manajemen laba yang diduga bahwa perusahaan yang

memiliki komite audit akan dinilai positif oleh pasar, dimana pasar

merasa manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan dari

perspektif efisiensi (sebagai motivasi untuk meningkatkan laba)

bukan sebagai perilaku oportunistik manajemen yang

memanfaatkan kondisi informasi yang tidak simetris antara

pengelola dan pemegang saham.

Peneliti menduga adanya perbedaan tingkat signifikansi

keberadaan komite audit terhadap tingakat asimetri informasi yang

di-proxy dengan bid-ask spread antara pengujian sebelum dan

setelah tanggal penguuman dengan pada tanggal pengumuman

disebabkan karena saham-saham perusahaan yang memiliki komite

audit baru di reaksi positif oleh pasar yang menganggap

94
perusahaan telah meningkatkan sistem pengawasan dan penerapan

good corporate governance dengan keberadaan komite audit ketika

perusahaan mengumumkan kebijakan untuk melakukan pembagian

dividen tunai atas laba tahunan perusahaan sehingga tingkat

asimetri informasi menurun yang ditandai dengan spread yang

rendah.

5) Transparnsi Asimetri Informasi

Untuk menguji Ha5 yang diajukan diterima atau ditolak dengan

melihat tingkat signifikansi hasil uji t lima hari sebelum

pengumuman dividen, lima hari setelah pengumuman dividen,

maupun spread yang terjadi pada tanggal pengumuman dividen.

Pada tabel 4.12 menunjukkan nilai signifikansi variabel

pengungkapan transparansi (TRANS) sebelum pengumuman

dividen sebesar 0,862. Tabel 4.13 menunjukkan pengaruh

pengungkapan transparansi terhadap asimetri informasi asimetri

yang di-proxy dengan bid-ask spread pada tanggal pengumuman

dividen memliki tingkat sinifikansi sebesar 0,614; dan setelah

pengumuman dividen pada tabel 4.14 terlihat angka signifikan

sebesar 0,374 pada variabel pengungkapan transparansi. Hal ini

menunjukkan bahwa pengungkapan transparansi tidak memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap tingkat asimetri informasi yang

di-proxy dengan bid-ask spread karena hasil signifikansi pada tabel

4.12; 4.13; dan 4.14 menunjukkan angka > 0,05 akan tetapi nilai

beta yang negatif berarti bahwa pengungkapan transparansi dalam

95
perusahaan yang go public dapat menurunkan tingkat asimetri

informasi. Berdasarkan hasil analisis tersebut menyatakan bahwa

Ha5 ditolak.

Hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Lang dan Lundholm (1996), Welker (1995) dalam

Khomsiyah dan Susanti (2003), Healy et al., (1999) dalam

Veronica dan Bachtiar (2003), Rahmawati et al., (2007) yang

menyatakan bahwa peningkatan pengungkapan menyebabkan

fleksibilitas manajer untuk melakukan manajemen laba akan

berkurang karena berkurangnya asimetri informasi antara

manajemen dengan pemegang saham dan pengguna laporan

keuangan lainnya. Penelitian ini tidak konsisten dengan Verrecchia

(1991) dalam Murni (2003) menunjukkan bahwan dengan

mengungkapkan informasi privat maka tuntutan investor terhadap

kompensasi menurun karena biaya transaksi turun sehingga

komponen adverse selection dan bid-ask spread berkurang. Begitu

juga dengan hasil penelitian Holm dan Scholer (2008) yang

menunjukkan adanya penurunan tingkat asimetri informasi dalam

suatu perusahaan jika mekanisme corporate governance berupa

pengungkapan keterbukaan (transparansi) meningkat.

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Khomsiyah dan

Susanti (2003) yang menyatakan bahwa pengungkapan informasi

tidak berhubungan secara signifikan dengan asimetri informasi,

baik asimetri informasi yang di-proxy dengan bid-ask spread untuk

96
sebelum tanggal pelaporan keuangan, setelah pelaporan keuangan,

maupun spread yang terjadi pada tanggal pelaporan keuangan.

Tidak adanya pengaruh yang signifikan antara pengungkapan

transparansi dengan asimetri inormasi yang di-proxy dengan bid-

ask spread diduga karena pengungkapan yang dilakukan oleh

perusahaan hanyalah untuk memenuhi ketentuan Bapepam dalam

rangka pelaksanaan good corporate governance.

6) Kebijakan Pembagian Dividen Asimetri Informasi

Hasil uji t antara variabel kebijakan pembagian dividen (DVDN)

dengan asimetri informasi yang di-proxy dengan bid-ask spread

yang dapat dilihat pada tabel 4.12, tabel 4.13, dan tabel 4.14. Pada

tabel 4.12 menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,622 untuk

pengujian sebelum tanggal pengumuman. Tabel 4.13 yang

menunjukkan nilai signifikansi pada variabel kebijakan pembagian

dividen (DVDN) sebesar 0,579. Dan nilai signifikan untuk

pengujian setelah tanggal pengumuman dividen sebagaimana yang

ditunjukkan pada tabel 4.14 adalah sebesar 0,862. Dimana nilai

signifikansi untuk lima hari sebelum pengumuman dividen, lima

hari setelah pengumuman dividen, maupun pada tanggal

pengumuan dividen tersebut lebih besar dari 0,05 yang berarti

keberadaan kebijakan pembagian dividen tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap tingkat asimetri informasi yang di-proxy

dengan bid-ask spread. Dengan demikian Ha6 ditolak.

97
Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Prabowo

(2007) yang melakukan penelitian tentang agency cost menyatakan

bahwa kebijakan pembagian dividen tidak berpengaruh signifikan

terhadap biaya agensi yang timbul dari adanya kondisi informasi

yang tidak simetris antara agent dan principle. Hasil peneletian ini

sejalan dengan penelitian Khomsiyah dan Susanti (2003) yang

menunjukkan tidak ada perubahan spread yang signifikan disekitar

event window yaitu: tujuh hri sebelum pelaporan keuangan, tujuh

hari setelah pelaporan keuangan, maupun spread yang terjadi pada

tanggal pelaporan keuangan.

Hasil penelitian ini kontradiktif dengan penelitian yang dilakukan

oleh beberapa peneliti (seperti: Yohn, 1997; Senteney, 1991; Lee et

al., 1994) dalam Khomsiyah dan Susanti (2003) yang melakukan

penelitian tentang pelaksanaan salah satu bentuk corporate action

yaitu pengumuman laba yang dianggap memiliki hubungan dengan

asimetri informasi yang di-proxy dengan bid-ask spread, adanya

pengaruh pengumuman laba terhadap spread yang disebabkan

adanya komponen asimetri informasi dari spread tersebut.

98
c. Uji Regresi Simultan (Uji Statistik F)

Signifikansi model regresi pada penelitian ini diuji dengan melihat

nilai signifikansi (pada kolom sig.) dan nilai F-tabel.

Hasil analisis regresi disajikan dalam tabel berikut ini:

Tabel 4.15
Hasil Uji Simultan Sebelum Tanggal Pengumuman Dividen
Sum of Mean
Model Squares Df Square F Sig.
1 Regression 11.676 6 1.946 10.384 .000(a)
Residual 15.179 81 .187
Total 26.855 87
a Predictors: (Constant), DVDN, BDSIZE, INST, TRANS, KOMIND, KOMAUD
b Dependent Variable: ASYM_5
Sumber: Data yang diolah

Tabel 4.16
Hasil Uji Simultan Pada Tanggal Pengumuman Dividen
Sum of Mean
Model Squares df Square F Sig.
1 Regression 12.713 6 2.119 11.438 .000(a)
Residual 15.005 81 .185
Total 27.717 87
a Predictors: (Constant), DVDN, BDSIZE, INST, TRANS, KOMIND, KOMAUD
b Dependent Variable: ASYM_0
Sumber: Data yang diolah

Tabel 4.17
Hasil Uji Simultan Setelah Tanggal Pengumuman Dividen
Sum of Mean
Model Squares Df Square F Sig.
1 Regression 11.748 6 1.958 11.841 .000(a)
Residual 13.394 81 .165
Total 25.142 87
a Predictors: (Constant), DVDN, BDSIZE, INST, TRANS, KOMIND, KOMAUD
b Dependent Variable: ASYM5
Sumber: Data yang diolah

Dari hasil analisis regresi ini, didapat f-tabel tabel 4.15 adalah

10,384 dengan tingkat sinifikansi 0,000 oleh karena probabilitas

(0,000) lebih kecil dari 0,05 maka model regresi penelitian ini dapat

dipakai untuk memprediksi tingkat asimetri informasi sebelum tanggal

99
pengumuman dividen. Hasil pengujian pada tanggal pengumuman

dividen menunjukkan nilai f-tabel pada tabel 4.16 sebesar 11.438 yang

memiliki tingkat signifikan 0,000. Sedangkan untuk pengujian setelah

pengumuman dividen pada tabel 4.17 ditunjukkan hasil f-tabel sebesar

11,841 dengan tingkar signifikansi sebesar 0,000. Berdasarkan tingkat

signifikansi dari tabel 4.12, tabel 4.13, dan tabel 4.14 tersebut lebih

kecil dari 0,05 (=5%) berarti bahwa Ha7 diterima. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa secara simultan (bersama-sama) kepemilikan

saham institusional (INST), keberadaan komisaris independen

(KOMIND), ukuran dewan direksi (BDSIZE), jumlah komite audit

(KOMAUD), pengungkapan transparansi (TRANS), dan kebijakan

pembayaran dividen (DVDN), berpengaruh terhadap penurunan

asimetri informasi yang di-proxy dengan bid-ask spread lima hari

sebelum pengumuman dividen, lima hari setelah pengumuman

dividen, maupun spread pada tanggal pengumuman dividen. Dengan

kata lain, model regresi yang terbentuk adalah signifikan.

100
BAB V

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris mengenai

pengaruh variabel independen yaitu mekanisme corporate governance yang

di-proxy dengan kepemilikan saham institusional; keberadaan komisaris

independen; ukuran dewan direksi; jumlah komite audit; dan pengungkapan

transparansi, serta kebijakan pembayaran dividen terhadap asimetri informasi

yang di-proxy dengan bid-ask spread lima hari sebelum pengumuman

dividen, lima hari setelah pengumuman dividen, maupun spread pada tanggal

pengumuman dividen. Dari hasil analisa dan pembahasan bab sebelumnya,

maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh signifikan kepemilikan saham institusional (INST)

terhadap asimetri informasi yang di-proxy dengan bid-ask spread lima hari

sebelum pengumuman dividen, lima hari setelah pengumuman dividen,

maupun spread pada tanggal pengumuman dividen dengan tingkat

signifikansi 0,000.

2. Tidak terdapat pengaruh signifikan keberadaan komisaris independen

(KOMIND) terhadap asimetri informasi yang di-proxy dengan bid-ask

spread lima hari sebelum pengumuman dividen dengan signifikansi

sebesar 0,560; lima hari setelah pengumuman dividen menunjukkan nilai

signifikansi sebesar 0,333; maupun spread pada tanggal pengumuman

dividen pada tingkat signifikansi 0,567.

101
3. Terdapat pengaruh signifikan ukuran dewan direksi (BDSIZE) terhadap

asimetri informasi yang di-proxy dengan bid-ask spread lima hari sebelum

pengumuman dividen, lima hari setelah pengumuman dividen, maupun

spread pada tanggal pengumuman dividen dengan tingkat signifikansi

0,000.

4. Tidak terdapat pengaruh signifikan jumlah komite audit (KOMAUD)

terhadap asimetri informasi yang di-proxy dengan bid-ask spread lima hari

sebelum pengumuman dividen dengan signifikansi sebesar 0,234; lima

hari setelah pengumuman dividen menunjukkan nilai signifikansi sebesar

0,054. Namun terdapat pengaruh yang signifikan spread pada tanggal

pengumuman dividen pada tingkat signifikansi 0,048 < 0,05.

5. Tidak terdapat pengaruh signifikan pengungkapan transparansi (TRANS)

terhadap asimetri informasi yang di-proxy dengan bid-ask spread lima hari

sebelum pengumuman dividen dengan signifikansi sebesar 0,862; lima

hari setelah pengumuman dividen menunjukkan nilai signifikansi sebesar

0,374; maupun spread pada tanggal pengumuman dividen pada tingkat

signifikansi 0,614.

6. Tidak terdapat pengaruh signifikan kebijakan pembayaran dividen

(DVDN) terhadap asimetri informasi yang di-proxy dengan bid-ask spread

lima hari sebelum pengumuman dividen dengan signifikansi sebesar

0,622; lima hari setelah pengumuman dividen menunjukkan nilai

signifikansi sebesar 0,862; maupun spread pada tanggal pengumuman

dividen pada tingkat signifikansi 0,579.

102
7. Terdapat pengaruh signifikan secara simultan (bersama-sama) kepemilikan

saham institusional, keberadaan komisaris independen, ukuran dewan

direksi, jumlah komite audit, pengungkapan transparansi, dan kebijakan

pembayaran dividen, berpengaruh terhadap penurunan asimetri informasi

yang di-proxy dengan bid-ask spread lima hari sebelum pengumuman

dividen, lima hari setelah pengumuman dividen, maupun spread pada

tanggal pengumuman dividen dengan tingkat signifikansi 0,000.

B. Implikasi dan Keterbatasan

Berikut ini ditemukan beberapa implikasi yang relevan dengan penelitian,

implikasi tersebut dapat dijabarkan antara lain:

1. Dapat digunakan sebagai pertimbangan, khususnya yang berkaitan dengan

masalah keterbukaan informasi dalam pengelolaan perusahaan.

2. Dapat berguna untuk pengambilan kebijakan terhadap pelaksanaan good

corporate governance disektor swasta maupun pemerintah sebagai

langkah tegas untuk mengurangi kesenjangan informasi (asimetri

informasi) antara pengelola dan pemilik untuk menghindari adanya

earning management dan biaya agensi (agency problem) yang tidak

efektif.

3. Bagi perusahaan publik penerapan mekanisme corporate governance yang

optimal dan pelaksanaan corporate action berupa kebijakan pembagian

dividen diharapkan dapat menumbuhkan belief dari para investor.

103
4. Bagi investor dan calon investor yang tertarik menanamkan modalnya

melalui pasar modal, hasil penelitian ini dapat dijadikan tambahan

referensi dalam mempertimbangkan keputusan informasi.

5. Kalangan akademisi maupun para peneliti yang berminat terhadap good

corporate governance, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar

untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut.

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah penggunaan bid-ask spread untuk

melakukan pengukuran asimetri informasi masih kurang efektif, karena bid-

ask spread diukur melalui perbedaan harga permintaan dan penawaran saham

sehingga lebih menggambarkan likuiditas pasar saham. Oleh karena itu,

untuk penelitian selanjutnya agar menggunakan alat ukur asimetri yang lain

seperti yang dilakukan oleh Lang dan Lundholm (1997) yang menggunakan

forcast dispertion analist untuk mengukur tingkat asimetri informasi.

Pengukuran ini perlu digunakan pada penelitian selanjutnya terutama untuk

penelitian yang menggunakan data sekunder.

104
DAFTAR PUSTAKA

Almilia, Luciana Spica dan Lailul L. Sifa. 2006. Reaksi Pasar Publikasi
Corporate Governance Perception Index pada Perusahaan yang Terdaftar di
Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi IX, Padang.

Apriani, Lisia. 2005. Reaksi Pasar Terhadap Pengumuman Kenaikan/Penurunan


Dividen (Studi Empiris pada Perusahaan Utilitas Publik dan Perusahaan
dalam Industri Tidak Diregulasi). Simposium Nasional Akuntansi VIII, Solo.

Ariwibowo, Taufik Yunianto. 2007. Analisis Reaksi Investor Terhadap


Pengumuman Penurunan Dividen. Skripsi: Universitas Islam Indonesia,
Yogyakarta.

Asmoro, Kurniawan Yuli. 2007. Pengaruh Good Corporate Governance dan


Pemegang Saham Pengendali Terhadap Praktek Manajemen Laba
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Skripsi:
Universitas Trisakti, Jakarta.

Bandi dan Jogiyanto Hartono. 2000. Perilaku Reaksi Harga dan Volume
Perdagangan Saham Terhadap Pengumuman Dividen. Jurnal Riset Akuntansi
Indonesia (Vol. 3, No. 2, Juli 2000).

Basyori, Kurniawan. 2007. Analisis Pengaruh Pengumuman Dividen Terhadap


Return Saham. Skripsi: Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

Boediono, Gideon SB.. 2005. Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme


Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan
Analisis Jalur. Simposium Nasional Akuntansi VIII, Solo.

Effendi, Muh. Arief. 2009. The Power Of Good Corporate Governance Teori dan
Implementasi. Salemba Empat, Jakarta.

Fala, Dwiyana Amalia S. 2007. Pengaruh Konservatisma Akuntansi Terhadap


Penilaian Ekuitas Perusahaan Dimoderasi Oleh Good Corporate
Governance. Simposium Nasional Akuntansi X, Makassar.

FCGI. 2001. Peran Komisaris dan Komite Audit dalam Pelaksanaan Corporate
Governance (Tata Kelola Perusahaan): Seri Tata Kelola Perusahaan Jilid II.
www.fcgi.co.id (diakses tanggal 20 Maret 2009).

Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS,


Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

Hamid, Abdul. 2007. Buku Panduan Penulisan Skripsi. Fakultas Ekonomi dan
Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.

105
Herawaty, Vinola. 2008. Peran Praktik Corporate Governance Sebagai
Moderating Variabel dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai
Perusahaan. www.google.com (diakses tanggal 10 Maret 2009).

Holm, Claus and Fina Scholer. 2008. Reduction Of Asymmetric Information


Through Corporate Governance Mechanisms-The Importance Of Ownership
Dispersion and International Orientation. www.ssrn.com (diakses tanggal 25
Desember 2008).

Indriantoro, Nur dan Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk


Akuntansi dan Menejemen. BPFE: Yogyakarta.

Iqbal, Syaiful dan Nurul Fachriyah. 2007. Corporate Governance Sebagai Alat
Pereda Praktik Manajemen Laba (Earning Management). Tema (Volume 8,
Nomor 1, Maret 2007).

Jian Shen, Ming., Min, Chin., 2006. A Study of Ownership Structure and Firm
Values Under Corporate GovernanceThe Case Listed and OTC Companies
in Taiwans Finance Industry. Journal of American Academy Business.
Cambridge.

Joko, Sugiarsono. 2008. GCG, Antara Teori dan Praktik SWA 01/XXIV/9-23
Januari 2008.

__________. 2008. GCG, Skandal Bisnis, dan Kejatuhan Perusahaan. SWA


27/XXIV/ 18 Desember 2008 - 7 Januari 2009.

Kaihatu, Thomas S. 2006. Good Corporate Governance dan Penerapannya di


Indonesia. www.google.com (diakses tanggal 30 Desember 2008).

Khomsiyah dan Susanti. 2003. Pengungkapan, Asimetri Informasi, dan Cost Of


Capital. Simposium Nasional Akuntansi VI, Surabaya.

Kuncoro, Mudjarad. Model Pooled Time Series. Artikel diakses tanggal 23 Juni
2009, dari http://www.mudrajad.com/x/content/view/8/31, 2004.

KNKCG. 2006. Pedoman Umum Good Corporate Governance. http://www.cic-


fcgi.org/news/files/Pedoman_GCG_060906.pdf. (diakses tanggal 20 Maret
2009).

Lang, Mark H. and Russell J. Lundholm. 1996. Corporate Disclosure Policy and
Analyst Behavior. The Accounting Review (Volume 71 No.4, Oct 1996: 467-
492).

Murni, Siti Asiah. 2003. Pengaruh Luas Pengungkapan Sukarela dan Asimetri
Informasi Terhadap Cost Of Equity Capital pada Perusahaan Publik
Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi VI, Surabaya.

106
Nasution, Marihot dan Doddy Setiawan. 2007. Pengaruh Corporate Governance
Terhadap Manajemen Laba di Industri Perbankan Indonesia. Simposium
Nasional Akuntansi. Makasar.

Pramastuti, Suluh. 2007. Analisis Kebijakan Dividen: Pengujian Dividend


Signalling Theory dan Rent Extraction Hypothesis. Thesis: Universitas Gajah
Mada, Yogyakarta.

Rahmawati, Yacob Suparno, dan Nurul Qomariyah. 2007. Pengaruh Asimetri


Informasi Terhadap Praktik Manajemen Laba pada Perusahaan Perbankan
Publik yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Riset Akuntansi
Indonesia (Vol. 10, No. 1, Januari 2007).

Ross, Stephen A. 2003. Fundamentals of Corporate Finance. McGraw-Hill. New


York.

Siallagan, Hamonangan dan Masud Machfoedz. 2006. Mekanisme Corporate


governance, Kualitas Laba, dan Nilai Perusahaan. Simposium Nasional
Akuntansi. Padang.

Sulistyanto, H. Sri dan Haris Wibisono. 2003. Good Corporate Governance:


Berhasilkah Diterapkan di Indonesia?. Jurnal Widya Warta (No. 2 Tahun
XXVI/Juli 2003).

Sulistyowati, Firma. 2003. Peran Fraud Auditor dalam Mendeteksi Fraud Untuk
Mewujudkan Good Governance dan Good Corporate Governance di
Indonesia. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan Sektor Publik (Vol. 04, No. 01,
Mei 2007).

Sutojo, Siswanto dan E. John Aldridge. 2008. Good Corporate Governance (Tata
Kelola Perusahaan yang Sehat). PT. Damar Mulia Pustaka. Jakarta.

Ujiyantho, Muh. Arief dan Bambang Agus Pramuka.2007. Mekanisme Corporate


Governance, Manajemen Laba, dan Kinerja Keuangan. Simposium Nasional
Akuntansi X, Makasar.

Unnisa, Syafaat. 2008. Pengaruh Pengungkapan Corporate Governance


Terhadap Kondisi Keuangan Perusahaan. Skripsi: Universitas Trisakti,
Jakarta.

Veronica, Sylvia dan Yanivi S. Bachtiar. 2003. Hubungan Antara Manajemen


Laba dengan Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan. Simposium
Nasional Akuntansi VI, Surabaya.

Yuniarto, Fajar Eka. 2007. Mekanisme Corporate Governance Dalam


Perusahaan yang Mengalami Permasalahan Keuangan (Financially
Distressed Firms). Skripsi: Universitas Trisakti, Jakarta.

107

Anda mungkin juga menyukai