Anda di halaman 1dari 5

1

Theorizing Practice in Management Accounting Research (Thomas Ahrens and


Christopher S. Chapman)
Dalam hal penelitian akuntansi keuangan, pada tahun 1960-an di Amerika Serikat,
semangat yang mendasari penelitian dirangsang oleh APB (Accounting Principles Board)
dengan misi untuk mengurangi sejumlah alternative akuntansi yang berterima umum.
Pada saat itu muncul alternative lain dari konsep full costing sehingga pelaporan
keuangan seolah-olah tersaji tanpa adanya standar yang berterima umum. Atas dasar
dorongan badan inilah banyak sekali monograph maupun buku yang ditulis para pakar
untuk memberikan argumentasi sistem pengukuran dalam akuntansi. Pada tahun 1970-
an terjadi pergeseran orientasi penelitian. Penelitian tentang capital
market terhadap issue kebijakan mencerminkan kebijaksanaan utama badan-badan
pengambil kebijakan seperti SEC dan FASB. Badan ini melakukan penelitian akuntansi
keuangan secara mendalam mengenai issue kebijakan dan juga penelitian mengenai
bagaimana penggunaan informasi akuntansi untuk keputusan investasi dan keputusan
lainnya. Pada awal tahun 1980-an para peneliti mulai menyadari bahwa reaksi pasar
akan menunjukan reaksi yang berbeda untuk alternative akuntansi yang berbeda pula,
begitu juga mereka tidak dapat melihat bagaimana pasar seharusnya bereaksi. Tentunya
hal ini secara alami akan melahirkan gagasan baru dalam penelitian akuntansi, yang
berarti akan muncul paradigma baru dalam penelitian akuntansi. Ketidakmampuan
akuntansi dalam menunjukan implikasi normative dari reaksi harga-harga securitas
menyebabkan para peneliti empiric berpindah dari studi tentang capital
market terhadap issue kebijakan kearah kemanfaatan untuk memprediksi
earnings dan return dimasa depan. Demikian hal perkembangan penelitian akuntansi
pada saat ini, menunjukan arah bagaimana rekayasa akuntansi mampu menjawab
fenomena tersebut.
Dalam hal penelitian akuntansi manajerial, penelitian empiric didominasi oleh field
studies yang bertujuan melakukan tes hipotesa berdasarkan literatur perilaku
keorganisasian. Kecenderungan ini meningkat karena adanya jarak antara experiment
lengkap dalam kondisi yang terkontrol dengan hasil-hasil studi akan menghendaki
replikasi yang berlanjut dan mahal. Bentuk penelitian dalam akuntansi manajerial dalm
30 tahun terakhir menggunakan pendekatan analytical. Dalam decade 1960-an model
2

dalam akuntansi manajerial meminjam berbagai model matematis yang ditemukan


dalam operation research. Model penelitian akuntansi manajerial pada tahun 1970-an
bergeser dar modeloperation research kea rah model yang berbasis informations
economics. Namun dalam kenyataannya model ini mempunyai relevansi dalam
kepentingan praktis yang sangat kecil terhadap issue akuntansi manajerial. Para peneliti
lebih tertarik untuk berpindah menggunakan agency models agar dapat lebih bermanfaat
dalam membantu issue manajemen.
Berbagai studi direview dengan teori praktek lainnya, umumnya merupakan
kepedulian terhadap pemahaman bagaimana kehendak yang dikondisikan oleh aspek
'sistem' serta wujud
tindakan, dan terutama kegiatan rutin. Mereka menekankan fitur yang berbeda dari
praktek. Studi kepemerintahan cenderung berkonsentrasi pada asal-usul dan garis besar
wacana struktur saat ini, di mana kegiatan akuntansi yang beragam dapat terungkap.
Studi actor network theory (ANT) telah menyoroti sifat yang dibangun akuntansi sebagai
salah satu di antara banyak teknologi administrasi dan potensinya agar dengan mudah
didekonstruksi dan dilupakan.
Studi akuntabilitas menekankan kemungkinan pelepasan akuntabilitas dalam
tindakan sehari-hari. Muncul studi dari kemampuan studi normatif fungsi akuntansi untuk
melakukan strukturisasi anggota organisasi yang berbeda misalnya kegiatan, yang, pada
gilirannya, mempengaruhi yang potensial normatif. Kontrol manajemen sebagai praktek
karenanya lebih dari sekedar blueprintsnya (manual misalnya akuntansi, peraturan
anggaran, dan otorisasi pengeluaran). Ini berpotensi terungkap melalui cara-cara di mana
berbagai pelaku di atasnya sebagai sumber daya gabungan.
Meskipun sering tidak mudah untuk menentukan, mengingat kepentingan yang
beragam organisasi terhadap kegiatan anggota mereka, penelitian praktek akan
menunjukkan bahwa praktik pengendalian manajemen pusat untuk mengorganisir tujuan
tersebut karena mereka membantu untuk mewujudkan hubungan antara kegiatan yang
beragam antar anggota organisasi. Berbeda dengan masyarakat praktik literatur, yang
telah menjelaskan pada pengembangan bidang kegiatan khusus dalam organisasi
(misalnya Love & Wenger, 1991; Orr, 1996), studi yang berteori pengendalian
3

manajemen seperti praktik berusaha untuk memahami lebih luas dan lebih kompleks dari
bidang pengorganisasian praktik.
Ini berimplikasi bagi pemahaman kita tentang hubungan antara kontrol dan
strategi. Praktek tidak dipetakan dengan rapi ke dalam rencana strategis karena
mengatakan dan melakukan kegiatan yang berbeda secara fundamental (Bloch, 1991).
Gagasan implementasi strategi sering menyesatkan dalam hal ini (Ahrens & Chapman,
2005), seperti yang diakui dalam diskusi strategi sebagai praktik (Whittington, 2006).
Untuk teori praktik, tatanan sosial yang nyata dalam arti kegiatan yang termasuk
praktik dan bahwa praktik serta pengaturan material dapat diidentifikasi seperti
mempertahankan atau mengubah satu sama lain. Namun, kepemerintahan, ANT,
akuntabilitas, dan penelitian yang ada telah menunjukkan bahwa fungsionalitas tatanan
sosial adalah jauh lebih kompleks daripada tindakan reproduksi sederhana atau nilai-
nilai. Sebaliknya, tatanan sosial muncul dari upaya pelaku secara berkelanjutan untuk
mengembangkan tindakan mereka dengan referensi untuk pemahaman yang lebih luas,
peraturan, dan keterlibatannya.
Pelaku mungkin ingin tindakan mereka membaur atau menonjol tergantung pada
penilaian mereka tentang kondisi apa yang dibutuhkan. Praktek yang demikian didasari
oleh kekusutan dari samenesses dan persamaan (Schatzki, 2001, hal. 42). Hubungan
antara rekan-rekan praktisi dan praktik mereka tidak bisa menjadi mekanikal, bergantung
hanya pada aktivitas berulang; apa yang telah kadang-kadang sudah disebut sebagai
kegiatan rutin. Sebaliknya, praktik tergantung atas yang dimaksudkan, keterkaitan yang
berarti antara kegiatan yang berkaitan dengan hasil, klien, praktisi, teknik, sumber daya,
strategi, lembaga, dll.
Dalam mengelola sebuah perusahaan, manajemen pasti akan menghadapi
berbagai masalah. Salah satunya adalah terjadinya suatu pemborosan dan kegiatan-
kegiatan yang tidak memberi nilai tambah sehingga tidak dapat memperoleh keuntungan
yang maksimal. Untuk menghadapi masalah tersebut, diperlukan suatu sistem pelaporan
intern yang memadai, sehingga kalau terjadi penyelewengan ataupun pemborosan
dalam proses produksi dapat segera diatasi. Dan manajemen perusahaan juga perlu
melakukan perencanaan aktivitas dan pengendalian pelaksanaan rencana aktivitasnya.
Akuntansi manajemen merupakan jaringan penghubung yang sistematis dalam
4

penyajian informasi yang berguna dan dapat daya untuk membantu pimpinan
perusahaan dalam usaha mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Akuntansi manajemen berperan dalam menyediakan informasi keuangan bagi
penyusunan rencana aktivitas, yang member informasi sebagai dasar untuk
mengalokasikan sumber daya kepada berbagai aktivitas yang direncanakan. Akuntansi
manajemen juga berperan dalam menyajikan informasi umpan balik kepada manajemen
mengenai pelaksanaan rencana aktivitas yang telah disusun. Informasi akuntansi
manajemen dibutuhkan oleh manajemen untuk menyusun rencana aktivitas perusahaan
di masa yang akan datang. Kegiatan perencanaan meliputi pengambilan keputusan
pemilihan alternatif tindakan dari berbagai alternatif yang mungkin dilaksanakan di masa
yang akan datang. Pengambilan keputusan itu sendiri pada dasarnya meliputi kegiatan
perumusan masalah, penentuan berbagai alternatif tidakan untuk memecahkan masalah
tersebut, analisis konsekuensi setiap alternatif tindakan tersebut sehingga dapat
ditentukan alternatif pemilihan terbaik yang akan dilaksanakan di masa yang akan
datang. Informasi akuntansi manajemen sangat bermanfaat bagi manajemen terutama
pada tahap analisis konsekuensi setiap alternatif tindakan yang mungkin dalam proses
pengambilan keputusan tersebut. Hal ini memungkinkan manajemen melakukan
pengambilan keputusan untuk memilih alternatif tindakan yang terbaik diantara alternatif
tindakan yang dipertimbangkan.

Kebutuhan Informasi Manajer dan Pengguna Lainnya.


Berbagai skenario dapat digunakan untuk mengilustrasikan setiap tujuan dari sistem
akuntansi manajemen, misalnya, menunjukkan pentingnya penentuan biaya produk dan
proses atau menekankan pentingnya penelusuran biaya dan ukuran non-keuangan bagi
kinerja dari waktu ke waktu. Akurasi dalam tugas-tugas kalkulasi biaya dan manfaat
informasi non-keuangan telah menjadi isu penting pada tahun-tahun belakangan ini. Isu
ini dan isu-isu terkait lainnya telah mendorong perkembangan informasi akuntansi
manajemen yang baru dan lebih berdaya guna yang lebih dikenal dengan sistem
informasi akuntansi manajemen kontemporer.
Perencanaan, pengendalian, dan evaluasi disini diilustrasikan oleh manajer, eksekutif,
dan karyawan membutuhkan sistem informasi yang dapat mengidenditifikasi berbagai
5

masalah, seperti kemungkinan terjadinya kelebihan biaya (cost overrun) atau


ketidakmampuan manajer sub-unit untuk melaksanakan rencana secara tepat. Apabila
permasalahan diketahui, tindakan dapat di ambil untuk mengidentifikasi dan
mengimplementasi solusinya. Informasi keuangan dan non-keuangan yang diperlukan
agar para karyawan dapat mengevaluasi dan memonitor dampak keputusan yang diambil
untuk meningkatkan kinerja operasional dan unit-unitnya. Pemberian informasi kepada
pekerja mengenai kinerja operasional dan keuangan memungkinkan pekerja itu untuk
menilai efektivitas usaha yang dilakukan untuk meningkatkan pekerjaan mereka. Pekerja
dan manajer harus secara bersama-sama melakukan perbaikan berkelanjutan terhadap
aktivitas yang dilakukan.
Perbaikan berkelanjutan (continuous improvement) berarti mencari cara untuk
meningkatkan efisiensi dan produktivitas suatu aktivitas dengan mengurangi limbah,
meningkatkan mutu, dan menghemat biaya. jadi, informasi dibutuhkan untuk membantu
mengidentifikasi berbagai peluang perbaikan dan untuk mengevaluasi kemajuan yang
telah dicapai dalam pengimplementasian berbagai tindakan yang dirancang untuk
menciptakan perbaikan. Menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan, berkaitan
dengan dua tujuan pertama. Sebagai contoh, informasi mengenai biaya produksi,
pelanggan, proses, dan objek perhatian manajemen lainnya adalah dasar untuk
mengidenditifkasi berbagai masalah dan solusi alternatif. Observasi serupa dapat
dilakukan untuk informasi yang berkenaan dengan perencanaan, pengendalian, dan
evaluasi. Contohnya mencakup penggunaan biaya produksi untuk memberikan suatu
penawaran, membantu manajer memutuskan apakah akan mengurangi harga atau
meningkatkan biaya iklan untuk meningkatkan profitabilitas, atau membantu manajer
memutuskan apakah memerlukan otomatisasi atau tidak.

Anda mungkin juga menyukai