BAB I
PENDAHULUAN
Istilah ganggang pernah dipakai bagi alga, namun sekarang tidak dianjurkan karena dapat
menyebabkan kekacauan arti dengan sejumlah tumbuhan yang hidup di air lainnya, seperti
Hydrilla. Dalam taksonomi yang banyak didukung para pakar biologi, alga tidak lagi dimasukkan
dalam satu kelompok divisi atau kelas tersendiri, namun dipisah-pisahkan sesuai dengan fakta-
fakta yang bermunculan saat ini. Dengan demikian alga bukanlah satu kelompok takson
tersendiri.
BAB II
PEMBAHASAN
Saat ini, alga hijau dimasukkan ke dalam kelompok (klad) yang lebih berdekatan dengan semua
tumbuhan fotosintetik (membentuk klad Viridiplantae). Alga merah merupakan kelompok
tersendiri (Rhodophycophyta atau Rhodophyceae); demikian juga alga pirang (Phaeophycophyta
atau Phaeophyceae) dan alga keemasan (Chrysophyceae).
Sebelumnya, alga ini bersama bakteri masuk ke dalam kerajaan Monera. Akan tetapi dalam
perkembangan selanjutnya diketahui bahwa ia lebih banyak memiliki karakteristik bakteri
sehingga dimasukkan ke dalam kelompok bakteri benar (Eubacteria). Sebagai tambahan,
beberapa kelompok organisme yang sebelumnya dimasukkan sebagai bakteri, sekarang malah
dipisahkan menjadi kerajaan tersendiri, Archaea.
Jenis-jenis alga lainnya memiliki struktur sel eukariotik dan mampu berfotosintesis, entah dengan
klorofil maupun dengan pigmen-pigmen lain yang membantu dalam asimilasi energi.
Dalam taksonomi paling modern, alga-alga eukariotik meliputi filum/divisio berikut ini. Perlu
disadari bahwa pengelompokan semua alga eukariotik sebagai Protista dianggap tidak valid lagi
karena sebagian alga (misalnya alga hijau dan alga merah) lebih dekat kekerabatannya dengan
tumbuhan daripada eukariota bersel satu lainnya.
Archaeplastida : Regnum Viridiplantae atau Plantae (tumbuhan):
o Filum Chlorophyta (alga hijau)
o Filum Charophyta (alga hijau berkarang)
Archaeplastida : Regnum incertae sedis
o Filum Rhodophyta (alga merah)
Archaeplastida : Regnum incertae sedis
o Filum Glaucophyta
Superregnum Cabozoa: Regnum Rhizaria:
o Filum Cercozoa
Kelas Chlorarachnia
Superregnum Cabozoa: Regnum Excavata:
o Filum Euglenozoa
Regnum Chromalveolata: Superfilum Chromista
o Filum Heterokontophyta (atau Heterokonta)
Kelas Bacillariophyceae (Diatomae)
Kelas Axodina
Kelas Bolidomonas
Kelas Eustigmatophyceae
Kelas Phaeophyceae (alga coklat)
Kelas Chrysophyceae (alga keemasan)
Kelas Raphidophyceae
Kelas Synurophyceae
Kelas Xanthophyceae (alga pirang)
o Filum Cryptophyta
o Filum Haptophyta
Regnum Chromalveolata: Superfilum Alveolata
o Filum Dinophyta (atau Dinoflagellata)
Sebagian besar alga mempunyai dinding sel yang jelas, tetapi beberapa marga dan sel-sel
reproduktif tertentu tidak mempunyai dinding sel. Materi penyusun dinding sel alga adalah:
selulosa, xilan, manan, polisakarida yang mengandung sulfat asam alginate, protein, silikon,
dioksida, dan CaCO3. Dinding sel alga tidak dibentuk oleh satu senyawa, tetapi merupakan
matriks dari satu materi yang bergantian dengan materi yang lainnya atau terbentuk dari lapisan-
lapisan berbagai materi yang berbeda.
Semua golongan alga mengandung klorofil dan beberapa karotenoid. Dalam pigmen karotenoid
termasuk karoten dan xantofil. Di samping pigmen tersebut di atas yang larut dalam pelarut
organik, ada pula pigmen yang larut dalam air, yaitu fikobiliprotein, atau fikobilin. Pigmen ini
terdapat dalam alga biru dan alga merah.
Walaupun alga tidak memiliki organ batang, akar, daun, dan bunga, namun bentuknya berkisar
dari tumbuhan yang bersel tunggal (mikroskopik) sampai yang bersel banyak (makroskopik)
yang sangat kompleks yang panjangnya mencapai 70 meter. Karena demikian besarnya kisaran
bentuk alga, maka bentuk alga dapat dibedakan sebagai berikut.
1. Bersel tunggal, bersel tunggal yang dapat bergerak contohnya: Chlamidomonas, bersel
tunggal yang tidak dapat bergerak contohnya: Chlorella, Synecoccus
2. Thallus bersel banyak, dibagi menjadi 5 bentuk sebagai berikut:
Koloni, koloni yang dapat bergerak contohnya Volvox, Pandorina. Koloni yang kokoid yang tidak
dapat bergerak contohnya Hydrodiction, Pediastrum.
Agregat, contohnya Palmella, Gloeocapsa
Filament, filamen yang bercabang contohnya Ulothrix, Spirogyra. Filamen yang bercabang,
contohnya Cladophora. Filamen yang heterotrikos, contohnya Chaelophora, Ectocarpus,
Stigeoelonium. Parenkim semu contohnya Nemaliun.
Sipon, contohnya Briopsis, Vancheria.
Thallus Parenkim, contohnya Ulva, Porphyra, Panctaria.
Keragaman alga makroskopis relatif rendah dengan jumlah spesies sekitar 8.000 spesies.
Walaupun alga makroskopis diketahui menyebar secara luas mulai dari perairan kutub sampai
pada perairan tropis baik di belahan bumi utara maupun di belahan bumi selatan, namun
masing-masing spesies alga makroskopis memiliki daerah sebaran tertentu pada laut-laut di
seluruh dunia.
Ganggang api atau sering disebut sebagai Dinoflagelata sering menyebabkan red tide atau
berubahnya air laut menjadi berwarna kemerahan jika saat itu konsentrasi ganggang api
mencapai 68 juta sel dalam satu liter air laut (terjadi blooming algae). Beberapa spesies
ganggang api yang menyebabkan red tide menghasilkan toksin (racun) yang dapat membunuh
ikan dan hewan laut di sekitarnya.
Peningkatan konsentrasi toksin yang dihasilkan ganggang api ini dikelompokkan dalam tiga
kategori:
1. peningkatan konsentrasi (blooming) yang membunuh banyak ikan tapi hanya membunuh
beberapa invertebrata;
2. peningkatan konsentrasi (blooming) yang membunuh invertebrata primer;
3. peningkatan konsentrasi (blooming) yang membunuh beberapa organisme laut, tetapi
toksin tersebut terkonsentrasi dalam sifon, kelenjar pencernaan, atau cangkang moluska
bivalvia seperti tiram mutiara, kerang, dan scallop yang menyebabkan paralytic shellfish
poisoning (PSP).
Contoh ganggang api yang menyebabkan banyak kasus keracunan makanan laut yaitu
Gymnoidium breve yang menghasilkan neurotoksin (racun bagi saraf), Gambierdiscus toxicus
yang menghasilkan ciguatoksin, dan Gonyaulax catenella, penyebab utama dan paling
berbahaya dari PSP di pantai Pasifik Amerika Utara yang menghasilkan saksitoksin yang
100.000 kali lebih mematikan daripada kokain. Ada pula Pfiesteria piscicida yang toksinnya
membuat ikan menjadi kaku dan kemudian ia akan memakan cairan tubuh mangsanya.
Semua ganggang tersebut di atas, telah banyak menyebabkan kematian ikan dan invertebrata
laut secara besar-besaran yang menimbulkan kerugian bagi para nelayan khususnya, juga
berdampak mematikan bagi manusia yang tak sengaja teracuni ikan atau invertebrata yang
tercemar tersebut. Seperti kasus red tide di laut Salton, California Selatan yang menyebabkan
matinya 150 ribu ekor burung penyelam dan 5.000 ekor burung pelikan cokelat. Orang-orang
yang makan makanan laut yang tercemar toksin tersebut akan mengalami kerusakan otak.
Selain menyebabkan keracunan, ganggang (tak hanya ganggang api) pun dapat mengotori
perairan jika terjadi pertumbuhan secara besar-besaran atau blooming. Semisal blooming alga
hijau di suatu sungai yang mengakibatkan air sungai tersebut tak lagi layak untuk dikonsumsi.
Blooming algae yang terjadi di laut maupun pantai juga menyebabkan air laut kotor dan merusak
keindahan laut atau pantai tersebut. Beberapa jenis ganggang hijau pun dapat menyebabkan
pelapukan pada tembok yang lembab dan menyebabkan bangunan menjadi lapuk akibat
pertumbuhan ganggang di bangunan atau tembok tersebut. Ganggang hijau jenis yang lain pun
ada yang hidup menumpang di tubuh hewan sebagai parasit dan tentu menimbulkan kerugian
bagi hewan inangnya.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Saat ini, alga hijau dimasukkan ke dalam kelompok (klad) yang lebih berdekatan dengan semua
tumbuhan fotosintetik (membentuk klad Viridiplantae). Alga merah merupakan kelompok
tersendiri (Rhodophycophyta atau Rhodophyceae); demikian juga alga pirang (Phaeophycophyta
atau Phaeophyceae) dan alga keemasan (Chrysophyceae).
Banyak sekali manfaat yang dapat peroleh dari alga, antara lain:
a. Sumber Utama Energi Makanan
b. Bahan Makan Manusia
c. Makanan Ternak
d. Bahan Pembuatan Pupuk
e. Bahan Obat Dan Anti Biotik
Namun di sisi lain, alga juga bisa merugikan, contohnya beberapa spesies ganggang api yang
bisa menyebabkan red tide beraacun yang dapat membunuh ikan dan hewan laut di sekitarnya.
3.2. Saran
Setelah kita mengetahui sedikit lebih jauh mengenai alga, semoga kita bisa menjadi manusia
yang lebih bijak dalam meperlakukan alam. Alga sebagai bagian dari ekosistem, memiliki
peranan penting bagi kelestarian alam, lebih jauh lagi bisa bermanfaat secara ekonomis. Namun
eksploitasi secara belebihan tanpa ada upaya pelestarian akan menyebabkan kerusakan alam
yang pada akhirnya akan merugikan manusia juga.
DAFTAR PUSTAKA
http://blog.ub.ac.id/raineywindayati/2014/02/22/makalah-algae-ganggang/
http://id.wikipedia.org/wiki/Alga
http://zonabawah.blogspot.com/2011/05/ciri-ciri-dan-morfologi-alga.html
http://www.anneahira.com/manfaat-alga.htm
http://frosty-mee.blogspot.com/2010/04/kerugian-akibat-algae.html