Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat dan hidayahnya kami dapat menulis sebuah makalah yang membahas tentang
Latar belakang, Pengertian, Tujuan, dan Arah Pelayanan Bimbingan dan Konseling
meskipun bentuknya sangat jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya salawat dan salam kami
kirimkan kepada Nabi Muhammad SAW, sebagaimana beliau telah mengangkat derajat
manusia dari alam kebodohan menuju alam yang penuh kecerdasan..

Dalam penulisan makalah, kami memberikan sejumlah materi yang terkait dengan
materi yang disusun secara langkah demi langkah, agar mudah dan cepat dipahami oleh
pembaca.
Dan kami juga ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen, yakni
Dra.Zikra,M.Pd.Kons yang telah membimbing mata kuliah Bimbingan dan Konseling. Kami
juga mengharapkan agar makalah ini dapat dijadikan sebagai pedoman bagi pembaca apabila
pembaca melakukan hal yang berkaitan dengan makalah ini. Sebagai manusia biasa tentu
kami tidak dapat langsung menyempurnakan makalah ini dengan baik, oleh karena itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari dosen pembimbing mau
pun pembaca.

Padang , Agustus 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................................... i

Daftar Isi........................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang.................................................................................................... 1
B. Rumusan masalah............................................................................................... 1
C. Tujuan................................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Latar Belakang pentingnya mata kuliah BK bagi seorang pendidik / tenaga


kependidikan................................................................................................... 2
B. Pengertian bimbingan dan konseling.................................................................. 8

1. Bimbingan .................................................................................................. 8

2. Konseling.................................................................................................... 9

C. Tujuan bimbingan dan konseling........................................................................ 10


D. Arah pelayanan bimbingan dan konseling.......................................................... 13

1. Pelayanan dasar........................................................................................... 13

2. Pelayanan pengembangan........................................................................... 14

3. Pelayanan teraputik.................................................................................... 14

4. Pelayanan arah peminatan........................................................................... 14

5. Pelayanan diperluas.................................................................................... 15

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan......................................................................................................... 16
B. Saran................................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA

ii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sangat banyak masalah masalah yang terjadi di sekolah terutama pada siswa itu
sendiri ,yang tidak dapat diselesaikan dengan hanya pengajaran oleh guru biasa di sekolah.
Untuk menyelesaikan masalah pada setiap siswa di sekolah sangat di perlukan Bimbingan dan
Konseling. Sebelum itu agar Bimbingan dan Konseling dapat terlaksana dengan baik, salah
satu syarat yang perlu dan mutlak adalah di kuasainya pengertian yang tepat mengenai
Bimbingan dan Konseling itu oleh semua personil sekolah yang terlibat dalam kegiatan
pelayanan Bimbingan dan Konseling.
Bimbingan dan Konseling merupakan dua kata yang seolah olah selalu di pakai
dalam saat yang bersamaan, sehingga sepintas lalu orang banyak menganggap keduanya
memiliki arti yang sama. Dalam hal tertentu istilah Bimbingan dan Konseling itu dapat berarti
sama, namun dalam hal tertentu pula istilah tersebut akan mempunyai arti yang berbeda.

B. Rumusan masalah

1. Bagaimana Latar Belakang pentingnya mata kuliah BK bagi seorang pendidik /


tenaga kependidikan

2. Apa itu Bimbingan dan Konseling ?

3. Bagaimana tujuan Bimbingan dan Konseling ?

4. Bagaimana arah pelayanan Bimbingan dan Konseling ?

C. Tujuan Penulisan

1. Dapat mengetahui Latar Belakang pentingnya mata kuliah BK bagi seorang pendidik /
tenaga kependidikan.

2. Dapat mengetahui pengertian Bimbingan dan Konseling.

3. Dapat memahami tujuan Bimbingan dan Konseling.

4. Dapat memahami arah pelayanan Bimbingan dan Konseling.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Latar Belakang pentingnya mata kuliah BK bagi seorang pendidik / tenaga


kependidikan

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia
dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (PP No. 74 tahun
2008 tentang guru BAB I Pasal 1).

Dalam PP RI No. 74 Tahun 2008, Bab II, Pasal 3, Ayat (2) disebutkan bahwa,
kompetensi guru sebagaimana dimaksudkan pada pasal 8 (UU RI No. 14 Tahun 2005 ) atau
pada ayat (1) (PP RI No. 74 Tahun 2008) meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui
pendidikan profesi.

1. Kompetensi Pedagogik Guru dalam PP Nomor 74 Tahun 2008


Dalam PP Nomor 74 Tahun 2008 Bab II Pasal 3 Ayat (4), kompetensi pedagogik guru
disebutkan bahwa : kompetensi pedagogik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan
kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik sekurang-kurangnya
meliputi:
a. pemahaman wawasan atau landasan kependidikan
b. pemahaman terhadap peserta didik
c. pengembangan kurikulum atau silabus
d. perancangan pembelajaran
e. pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis
f. pemanfaatan teknologi pembelajaran
g. evaluasi hasil belajar
h. pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya

2. Kompetensi Kepribadian Guru dalam PP Nomor 74 Tahun 2008


Dalam PP Nomor 74 Tahun 2008 Bab II Pasal 3 Ayat (5), kompetensi kepribadian guru
disebutkan bahwa : kompetensi kepribadian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-
kurangnya mencakup kepribadian yang :
a. Beriman dan bertaqwa,
b. berakhlak mulia,
c. arif dan bijaksana,
d. demokratis,
e. mantap,
f. berwibawa,
g. stabil,
h. dewasa,
i. jujur,
j. sportif,
k. menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat,
l. secara objektif mengevaluasi pekerjaan sendiri, dan
m. mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.

3. Kompetensi Sosial Guru dalam PP Nomor 74 Tahun 2008


Dalam PP Nomor 74 Tahun 2008 Bab II Pasal 3 Ayat (6), kompetensi sosial guru disebutkan
bahwa : kompetensi kepribadian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan
kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat yang sekurang-kurangnya meliputi
kompetensi untuk :

a. berkomunikasi lisan, tulis, dan/atau isyarat secara santun;

b. menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional;

c. bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan,
pimpinan satuan pendidikan, orang tua atau wali peserta didik;

d. bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan norma serta
sistem nilai yang berlaku; dan e. menerapkan prinsip persaudaraan sejati dan semangat
kebersamaan.

4. Kompetensi Profesional Guru dalam PP Nomor 74 Tahun 2008


Dalam PP Nomor 74 Tahun 2008 Bab II Pasal 3 Ayat (7), kompetensi profesional guru
disebutkan bahwa : kompetensi kepribadian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan
kemampuan guru dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, serta
seni budaya yang diampunya yang sekurang-kurangnya meliputi penguasaan :
a. materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi program satuan
pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu; dan
b. konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan, yang
secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan, mata
pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu.

Secara ringkas, kompetensi profesioanal guru dapat digambarkan sebagai berikut:


1. Konsep struktur dan metode keilmuan/teknologi/seni yang menaungi/ koheren
dengan materi ajar,
2. Materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah
3. Hubungan konsep antar mata pelajaran terkait
4. Penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari
5. Kompetensi secara profesional dalam konteks global dengan tetap melestarikan
nilai dan budaya nasional.

JENIS GURU
1. Guru Kelas
Guru kelas adalah guru yang mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak
secara penuh dalam proses pembelajaran seluruh mata pelajaran di kelas tertentu di
TK/RA/TKLB dan SD/MI/SDLB dan satuan pendidikan formal yang sederajat, kecuali guru
mata pelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan serta guru agama.

2. Guru Mata Pelajaran


Guru mata pelajaran adalah guru yang mempunyai tugas tanggung jawab, wewenang,
dan hak secara penuh dalam proses pembelajaran pada 1 (satu) mata pelajaran tertentu pada
satuan pendidikan formal di jenjang pendidikan dasar (SD/MI/SDLB, SMP/MTs,SMPLB) dan
pendidikan menengah (SMA/MA/SMALB/SMK/MAK)

3. Guru Bimbingan dan konseling/konselor


Guru Bimbingan dan konseling/konselor adalah guru yang mempunyai tugas,
tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh dalam kegiatan bimbingan dan konseling
terhadap sejumlah peserta didik satuan pendidikan formal pada jenjang pendidikan dasar
(SMP/MTs/SMPLB) dan pendidikan menengah (SMA/MA/SMALB/SMK/MAK).

TUGAS POKOK GURU

1. Merencanakan Pembelajaran
Guru wajib membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada awal tahun atau
awal semester, sesuai dengan rencana kerja sekolah/madrasah.
2. Melaksanakan Pembelajaran
Melaksanakan pembelajaran merupakan kegiatan interaksi edukatif antara peserta
didik dengan guru. Kegiatan tersebut merupakan kegiatan tatap muka sebagaimana dimaksud
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru. Kegiatannya antara lain :
a. Kegiatan tatap muka atau pembelajaran terdiri dari kegiatan penyampaian materi
pelajaran, membimbing dan melatih peserta didik terkait dengan materi pelajaran, dan
menilai hasil belajar yang terintegrasi dengan pembelajaran dalam kegiatan tatap
muka.
b. Menilai hasil belajar yang terintegrasi dalam proses pelaksanaan pembelajaran tatap
muka antara lain berupa penilaian akhir pertemuan atau penilaian akhir tiap pokok
bahasan merupakan bagian dari kegiatan tatap muka,
c. Kegiatan tatap muka dapat dilakukan secara langsung atau termediasi dengan
menggunakan media antara lain video, modul mandiri, kegiatan observasi/eksplorasi,
d. Kegiatan tatap muka dapat dilaksanakan antara lain di ruang teori/kelas, laboratorium,
studio, bengkel atau di luar ruangan,
e. Waktu pelaksanaan kegiatan pembelajaran atau tatap muka sesuai dengan durasi
waktu yang tercantum dalam struktur kurikulum sekolah/madrasah. Sebelum
pelaksanaan kegiatan tatap muka, guru diharapkan melakukan persiapan, antara lain
pengecekan dan/atau penyiapan fisik kelas/ruangan, bahan pelajaran, modul, media,
dan perangkat administrasi.
3. Menilai Hasil Pembelajaran.
Menilai hasil pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh,
menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang
dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan. Melalui penilaian hasil pembelajaran
diperoleh informasi yang bermakna untuk meningkatkan proses pembelajaran berikutnya serta
pengambilan keputusan lainnya. Menilai hasil pembelajaran dilaksanakan secara terintegrasi
dengan tatap muka seperti ulangan harian dan kegiatan menilai hasil belajar dalam waktu
tertentu seperti ujian tengah semester dan akhir semester.
5
a. Penilaian dengan tes.
Tes dilakukan secara tertulis atau lisan, dalam bentuk ulangan harian, tengah semester,
dan ujian akhir semester. Tes ini dilaksanakan sesuai dengan kalender pendidikan atau jadwal
yang telah ditentukan. Tes tertulis dan lisan dilakukan di dalam kelas. Pengolahan hasil tes
dilakukan di luar jadwal pelaksanaan tes.
b. Penilaian nontes berupa pengamatan dan pengukuran sikap.
Pengamatan dan pengukuran sikap sebagai bagian tidak terpisahkan dari proses
pendidikan, dilaksanakan oleh guru dengan tujuan untuk melihat hasil pendidikan yang tidak
dapat diukur dengan tes tertulis atau lisan.
Pengamatan dan pengukuran sikap dapat dilakukan di dalam kelas menyatu dengan
proses tatap muka, dan atau di luar kelas. Pengamatan dan pengukuran sikap yang
dilaksanakan di luar kelas merupakan kegiatan di luar jadwal tatap muka.
c. Penilaian nontes berupa penilaian hasil karya.
Penilaian hasil karya peserta didik dalam bentuk tugas, proyek fisik atau produk jasa,
portofolio, atau bentuk lain dilakukan di luar jadwal tatap muka. Adakalanya dalam penilaian
ini, guru harus menghadirkan peserta didik agar untuk menghindari kesalahan pemahaman
dari guru, jika informasi dari peserta didik belum sempurna.
d. Membimbing dan Melatih Peserta Didik
Membimbing dan melatih peserta didik dibedakan menjadi tiga kategori yaitu
membimbing atau melatih peserta didik dalam proses tatap muka, intrakurikuler, dan
ekstrakurikuler.
1) Bimbingan dan latihan pada proses tatap muka.
Bimbingan dan latihan pada kegiatan pembelajaran adalah bimbingan dan latihan
yang dilakukan agar peserta didik dapat mencapai kompetensi yang telah ditetapkan.
2) Bimbingan dan latihan pada kegiatan intrakurikuler.
Bimbingan dalam kegiatan intrakurikuler terdiri dari pembelajaran perbaikan
(remedial teaching) dan pengayaan (enrichment) pada mata pelajaran yang diampu guru.
Kegiatan pembelajaran perbaikan merupakan kegiatan bimbingan dan latihan kepada peserta
didik yang belum menguasai kompetensi yang harus dicapai. Kegiatan pengayaan merupakan
kegiatan bimbingan dan latihan kepada peserta didik yang telah menguasai kompetensi yang
ditentukan lebih cepat dari alokasi waktu yang ditetapkan dengan tujuan untuk memperluas
atau memperkaya perbendaharaan kompetensi. Bimbingan dan latihan intrakurikuler
dilakukan dalam kelas pada jadwal khusus, disesuaikan dengan kebutuhan, tidak harus
dilaksanakan dengan jadwal tetap setiap minggu.
6
3) Bimbingan dan latihan dalam kegiatan ekstrakurikuler.
Kegiatan ekstrakurikuler bersifat pilihan dan wajib diikuti peserta didik. Kegiatan
ekstrakurikuler dilakukan sesuai jadwal yang telah ditentukan. Jenis kegiatan ekstrakurikuler
antara lain adalah:
Pramuka
Olimpiade/Lomba Kompetensi Siswa
Olahraga, Kesenian
Karya Ilmiah Remaja
Kerohanian
Paskibra
Pecinta Alam
Palang Merah Remaja (PMR)
Jurnalistik
Unit Kesehatan Sekolah (UKS)
Fotografi
e. Melaksanakan Tugas Tambahan
Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru Pasal 24 ayat (7)
menyatakan bahwa guru dapat diberi tugas tambahan sebagai kepala satuan pendidikan, wakil
kepala satuan pendidikan, ketua program keahlian satuan pendidikan, pengawas satuan
pendidikan, kepala perpustakaan, kepala laboratorium, bengkel, atau unit produksi.
Selanjutnya, sesuai dengan isi Pasal 52 ayat (1) huruf e, guru dapat diberi tugas tambahan
yang melekat pada tugas pokok misalnya menjadi pembina pramuka, pembimbing kegiatan
karya ilmiah remaja, dan guru piket.

B. Pengertian Bimbingan dan Konseling

Secara etimologis, bimbingan dan konseling terdiri atas dua kata yaitu bimbingan
(terjemahan dari kata guidance) dan konseling (diambil dari kata counseling). Dalam
praktik, bimbingan dan konseling merupakan satu kesatuan kegiatan yang tidak terpisahkan.
Keduanya merupakan bagian yang integral (Tohirin, 2011).

7
1. Pengertian Bimbingan
Secara etimologis, menurut Winkel istilah bimbingan merupakan terjemahan dari kata
guidance. Kata guidanceyang kata dasarnya guidememiliki beberapa arti :
menunjukkan jalan (showing the way), memimpin (leading), memberikan petunjuk
(giving instruction), mengatur (regulating), mengarahkan (governing), dan memberi
nasihat (giving advice).

Pengertian Bimbingan Secara Terminologi

1. Miller (1961) menyatakan bahwa bimbingan merupakan proses bantuan terhadap


individu untuk mencapai pemahaman diri dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk
melakukan penyesuaian diri secara maksimum kepada sekolah (dalam hal ini termasuk
madrasah), keluarga, dan masyarakat (Tohirin, 2011: 16-17).
2. Menurut Jones, bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu-individu
dalam menentukan pilihan-pilihan dan mengadakan berbagai penyesuaian secara bijaksana
dengan lingkungannya.
3. Menurut Mortensen dan Schmuller, bimbingan adalah bagian dari keseluruhan program
pendidikan yang membantu penyediaan kesempatan-kesempatan pribadi dan layanan-layanan
petugas ahli dengan mana setiap individu dapat mengembangkan kemampuan-kemampuan
dan kecakapan-kecakapannya secara penuh dengan yang diharapkan.
4. Menurut Stoops mengemukakan bimbingan adalah suatu proses terus-menerus dalam hal
membantu individu dalam perkembangannya untuk mencapai kemampuansecara maksimal
dalam mengarahkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi dirinya maupun masyarakatnya
(Ahmadi dan Rohani, 1991).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh
pembimbing kepada individu agar individu yang dibimbing mencapai kemandirian dengan
mempergunakan berbagai bahan, melalui interaksi, dan pemberian nasihat serta gagasan
dalam suasana asuhan dan berdasarkan norma-norma yang berlaku.

2. Pengertian Konseling

Istilah konseling diadopsi dari bahasa Inggris counseling di dalam kamus artinya
dikaitkan dengan kata counsel memiliki beberapa arti, yaitu nasihat (to obtain
counsel), anjuran (to give counsel), dan pembicaraan (to take counsel). Berdasarkan
arti di atas, konseling secara etimologis berarti pemberian nasihat, anjuran, dan
pembicaraan dengan bertukar pikiran (Tohirin, 2011: 21-22).

Secara terminologi, konseling menurut para ahli sebagai berikut :

a. James Adam mengemukakan bahwa konseling adalah suatu pertalian timbal balik antara
dua orang individu di mana seorang Counselor membantu Counsele supaya ia lebih baik
memahami dirinya dalam hubungan dengan masalah hidup yang dihadapinya pada waktu
itu dan waktu yang akan datang. (kutipan Djumhur dan M. Surya (1975) .
b. Mortensen (1964) menyatakan bahwa konseling merupakan proses hubungan
antarpribadi dimana orang yang satu membantu yang lainnya untuk meningkatkan
pemahaman dan kecakapan menemukan masalahnya (Tohirin, 2011: 22).
c. Williamson dan Foley dalam bukunya Counseling and Diciplinemengemukakan bahwa
konseling adalah suatu situasi pertemuan langsung di mana yang seorang terlibat dalam
situasi itu karena latihan dan keterampilan yang dimilikinya atau karena mendapat
kepercayaan dari yang lain, berusaha menolong yang kedua dalam menghadapi,
menjelaskan, memecahkan, dan menanggulangi masalah penyesuaian diri.
d. American Personnel and Guidance Association (APGA) mendefinisikan konseling
sebagai suatu hubungan antara seorang yang terlatih secara profesional dan individu yang
memerlukan bantuan yang berkaitan dengan kecemasan biasa atau konflik atau
pengambilan keputusan.
e. Rogers (1982) mengemukakan bahwa konseling adalah serangkaian kegiatan hubungan
langsung antar individu, dengan tujuan memberika bantuan kepadanya dalam merubah
sikap dan tingkah lakunya (Tohirin, 2011).
f. Wren dalam bukunya yang berjudul student person al work in college, berpendapat
bahwa konseling adalah pertalian pribadi yang dinamis antara dua orang yang berusaha
memecahkan masalah dengan mempertimbangkan bersama sama, sehingga akhirnya
orang yang lebih muda atau orang yang mempunyai kesulitan yang lebih banyak di antara
keduanya di bantu oleh orang lain untuk memecahkan masalahnya berdasarkan
penentuan diri sendiri.

9
Jadi, dapat disimpulkan bahwa konseling adalah kontak atau hubungan timbal balik
antara dua orang (konselor dan klien) untuk menangani masalah klien, yang didukung oleh
keahlian dan dalam suasana yang laras dan integrasi, berdasarkan norma-norma yang berlaku
untuk tujuan yang berguna bagi klien (siswa).
Berdasarkan pengertian kedua kata diatas, dapat disimpulkan bimbingan dan konseling
adalah proses bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh pembimbing (konselor) kepada
individu (konseli) melalui pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik antara keduanya,
agar konseli memiliki kemampuan atau kecakapan melihat dan menemukan masalahnya serta
mampu memecahkan masalahnya sendiri.
C. Tujuan Bimbingan dan Konseling
Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah memiliki tujuan tertentu. Tujuan itu dapat
dibedakan atas tujuan umum, dan tujuan khusus.
1. Tujuan umum
Secara umum pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah bertujuan agar setelah
mendapat pelayanan bimbingan dan konseling siswa dapat mencapai perkembangannya
secara optimal sesuai dengan bakat, kemampuan, dan nilai-nilai yang dimiliki. Tujuan ini
dirumuskan berdasarkan kenyataan adanya perbedaan anatara siswa sesamanya. Setiap siswa
memiliki keunikan-keunikan tertentu(Amti dan Marjohan, 1992).
10
Ada 5 tujuan yang akan di capai siswa dengan usaha bimbingan dan konseling di
sekolah:
a. Untuk mengenal diri sendiri dan lingkungannya.
Dengan mengenal diri sendiri dan lingkungannya, diharapkan siswa dapat melihat
hubungan dan kemungkinan yang tersedia serta memperkirakan apa yang dapat mereka capai
sesuai dengan diri mereka sendiri. Dengan kata lain mereka mampu untuk mengenal
kelebihan dan kekurangan mereka.
b. Untuk dapat menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis.
Maksudnya mereka dapat menerima keterbatasan yang mereka miliki, dengan mengenal
keterbatasan diharapkan mereka mampu menerima apa yang ada atau apa adanya yang
terdapat pada diri mereka secara positif dan dinamis.

10
c. Untuk dapat mengambil keputusan sendiri tentang berbagai hal.
Kenyataan menunjukan bahwa seseorang yang dapat menentukan sendiri dari suatu hal
tanpa dipaksa oleh pihak lain, akan memberikan kepuasan tersendirimbagi dirinya sendiri.
d. Untuk dapat mengarahkan diri sendiri.
Sejalan dengan tujuan sebelumnya, bimbingan dan konseling menginginkan agar pada
akhirnya siswa mampu mengarahkan diri mereka sendiri yang di dasarkan pada keputusan
yang mereka ambil sesuai dengan apa yang ada pada diri mereka.
e. Untuk dapat mewujudkan diri sendiri.
Dengan pengenalan diri dan lingkungan, mengambil keputusan sendiri, dan dengan
mengarahkan diri sendiri, akirnya di harapkan siswa dapat mewujudkan dirinya
sendiri(Prayitno dan Amti, 2004).

Secara khusus, bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu siswa agar dapat
mencapai tugas-tugas perkembangannya yang meliputi aspek pribadi-sosial (afektif), belajar
(akademik/kognitif), dan karier (psikomotorik).
1. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait aspek pribadi-sosial siswa adalah:
1) Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan
ketakwaan kepada Tuhan yang Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan
dengan teman sebaya, sekolah/madrasah, tempat kerja, maupun masyarakat pada umumnya.
2) Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling menghormati
dan memelihara hak dan kewajibannya masing-masing.
3) Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif, baik
yang terkait dengan keunggulan maupun kelemahan; baik fisik maupun psikis.
4) Memiliki sikap positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain.
5) Memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan secara sehat.
6) Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau menghargai orang lain,
tidak melecehkan martabat dan harga dirinya.
7) Memiliki rasa tanggung jawab, yang diwujudkan dalam bentuk komitmen terhadap
tugas dan kewajibannya.
8) Memiliki kemampuan berinteraksi sosial (human relationship), yang diwujudkan
dalam bentuk hubungan persahabatan, persaudaraan, atau silahturahmi dengan sesama
manusia.

11
9) Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik (masalah) baik bersifat internal
(dalam diri sendiri) maupun dengan orang lain.

2. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait aspek belajar (akademik) siswa adalah:
1) Memiliki kesadaran tentang potensi diri dalam aspek belajar, dan memahami
berbagai hambatan yang mungkin muncul dalam proses belajar yang dialaminya.
2) Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif, seperti kebiasaan membaca
buku, disiplin dalam belajar, mempunyai perhatian terhadap semua pelajaran, dan aktif
mengikuti semua kegiatan belajar yang diprogramkan.
3) Memiliki motifasi yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat.
4) Memiliki keterampilan atau teknik belajar yang efektif, seperti keterampilan
membaca buku, menggunakan kamus, mencatat pelajaran, dan mempersiapkan diri
menghadapi ujian.
5) Memiliki keterampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan,
seperti membuat jadwal belajar, mengerjakan tugas-tugas, memantapkan diri dalam
memperdalam pelajaran tertentu, dan berusaha memperoleh informasi tentang berbagai hal
dalam rangka mengembangkan wawasan yang lebih luas.
6) Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian.
3. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait aspek karier siswa (kebanyakan bagi siswa
SMA) adalah:
1) Memiliki pemahaman diri (kemampuan, minat, dan kepribadian) yang terkait
dengan pekerjaan.
2) Memiliki pengetahuan mengenai dunia kerja dan informasi karier yang menunjang
kematangan kompetensi karier.
3) Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja. Dalam arti mau bekerja dalam bidang
pekerjaan apapun, tanpa merasa rendah diri, asal bermakna bagi dirinya dan sesuai dengan
norma agama.
4) Memahami relevansi kompetensi belajar (kemampuan menguasai pelajaran) dengan
persyaratan keahlian atau keterampilan bidang pekerjaan yang menjadi cita-cita kariernya
masa depan.

12
5) Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karier, dengan cara mengenali
ciri-ciri pekerjaan, kemampuan (persyaratan) yang dituntut, lingkungan sosiopsikologis
pekerjaan, prospek kerja, dan kesejahteraan kerja.
6) Memiliki kemampuan merencanakan masa depan, yaitu merancang kehidupan
secara rasional untuk memperoleh peran-peran yang sesuai minat, kemampuan, dan kondisi
kehidupan sosial ekonomi.
7) Dapat membentuk pola-pola karier, yaitu kecenderungan arah karier. Apabila
seorang siswa bercita-cita menjadi seorang guru, maka dia senantiasa harus mengarahkan
dirinya kepada kegiatan-kegiatan yang relevan dengan karier keguruan tersebut.
8) Mengenal keterampilan, kemampuan dan minat. Keberhasilan atau kenyamanan
dalam suatu karier amat dipengaruhi oleh kemampuan dan minat yang dimiliki. Oleh karena
itu, maka setiap orang perlu memahami kemampuan dan minatnya dalam bidang pekerjaan
apa dia mampu, dan apakan ia berminat terhadap pekerjaan tersebut.

D. Arah pelayanan bimbingan dan konseling


1. Pelayanan Dasar
Pelayanan mengarah kepada terpenuhinya kebutuhan siswa yang paling elementer,
yaitu kebutuhan makan dan minum, udara segar, dan kesehatan, serta kebutuhan
hubungan sosio-emosional. Orang tua, guru dan orang-orang yang dekat (significant
persons) memiliki peranan paling dominan dalam pemenuhan kebutuhan dasar siswa.
2. Pelayanan Pengembangan
Pelayanan untuk mengembangkan potensi peserta didik sesuai dengan tahap-tahap
dan tugas-tugas perkembangannya. Dengan pelayanan pengembangan yang cukup baik
siswa akan dapat menjalani kehidupan dan perkembangan dirinya dengan wajar, tanpa
beban yang memberatkan, memperoleh penyaluran bagi pengembangan potensi yang
dimiliki secara optimal, serta menatap masa depan dengan cerah. Upaya pendidikan pada
umumnya merupakan pelaksanaan pelayanan pengem-bangan bagi peserta didik. Pada
satuan-satuan pendidikan, para pendidik dan tenaga kependidikan memiliki peran
dominan dalam penyelenggaraan pengembangan terhadap siswa. Dalam hal ini,
pelayanan BK yang dilaksanakan oleh guru BK atau konselor selalu diarahkan dan
mengacu kepada tahap dan tugas perkembangan siswa.

13
3. Pelayanan Teraputik
Pelayanan untuk menangani pemasalahan yang diakibatkan oleh gangguan terhadap
pelayanan dasar dan pelayanan pengembangan, serta pelayanan pemi natan.
Permasalahan tersebut dapat terkait dengan kehidupan pribadi, kehidupan sosial,
kehidupan keluarga, kegiatan belajar, karir. Dalam upaya menangani permasalahan
peserta didik, guru BK atau konselor memiliki peran dominan. Peran pelayanan teraputik
oleh guru BK atau konselor dapat menjangkau aspek-aspek pelayanan dasar, pelayanan
pengem-bangan, dan pelayanan peminatan.
4. Pelayanan Arah Peminatan/Lintas Minat/ Pendalaman Minat Studi Siswa
Pelayanan yang secara khusus tertuju kepada peminatan/lintas minat/pendalaman
minat peserta didik sesuai dengan konstruk dan isi kurikulum yang ada. Arah
peminatan/lintas minat/pendalaman minat ini terkait dengan bidang bimbingan pribadi,
sosial, belajar, dan karir dengan menggunakan segenap perangkat (jenis layanan dan
kegiatan pendukung) yang ada dalam pelayanan BK. Pelayanan peminatan/lintas
minat/pendalaman minat peserta didik ini terkait pula dengan aspek-aspek pelayanan
pengembangan tersebut di atas.
5. Pelayanan Diperluas;
Pelayanan dengan sasaran di luar diri siswa pada satuan pendidikan, seperti personil
satuan pendidikan, orang tua, dan warga masyarakat lainnya yang semuanya itu terkait
dengan kehidupan satuan pendidikan dengan arah pokok terselenggaranya dan suskesnya
tugas utama satuan pendidikan, proses pembelajaran, optimalisasi pengembangan potensi
siswa. Pelayanan diperluas ini dapat terkait secara langsung ataupun tidak langsung
dengan kegiatan pelayanan dasar, pengembangan peminatan, dan pelayanan teraputik
tersebut di atas (Prayitno dan Amti, 2004).

14

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab II dapat dilihat bahwa bimbingan dan konseling memiliki
arti yang sama yaitu proses pemberian bantuan terhadap seseorang, atau sekelompok orang.
Dilihat dari segi lain konseling juga dapat merupakan alat dalam pemberian bimbingan,
konseling juga merupakan alat yang paling ampuh dalam keseluruhan program bimbingan
atau dengan kata lain konseling merupakan titik sentral dari keseluruhan kegiatan bimbingan.
Tujuan dari Bimbingan dan Konseling yaitu :
1. Untuk dapat mewujudkan diri sendiri.
2. Untuk dapat mengarahkan diri sendiri.
3. Untuk dapat mengambil keputusan sendiri tentang berbagai hal.
4. Untuk dapat menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis.
5. Untuk mengenal diri sendiri dan lingkungannya.
Bimbingan dan Konseling memiliki arah pelayanan seperti pelayanan dasar, pelayanan
pengembangan, terapeutik, peminatan, dan pelayanan diperluas.
B. Saran
Agar dapat menjadi seorang guru yang sukses dan berkualitas, maka guru tersebut harus
dapat membimbing siswa dengan baik. Hendaknya seorang guru dapat memahami dan
mendalami mengenai bimbingan dan konseling. Jika terjadi suatu masalah terutama pada diri
siswa tersbut, maka seorang guru hendaknya membimbing siswa untuk bisa menghadapi
permasalahannya tersebut dan menjadikannya pribadi yang mandiri serta berkualitas baik.

15

DAFTAR PUSTAKA

Agus Wibowo & Hamrin. 2012. Menjadi Guru Berkarakter. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ahmadi, Abu dan Ahmad Rohani. 1991. Bimbingan dan Konseling Di Sekolah.
Jakarta: Rineka Cipta.

Amti, Erman dan Marjohan. 1992. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek
Pembinaan Tenaga Kependidikan.

Maarif, A. Syafii. 1993. Peta Bumi Intelektualisme Islam di Indonesia. Bandung: Mizan.
Muhaimin. 2003. Wacana Pengembangan Pendidikan Islam. Surabaya: Pusat Studi
Agama, Politik, dan Masyarakat
Prayitno dan Erman Amti. 2004. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka
Cipta.
Syahril, Riska Ahmad. 1987. Pengantar Bimbingan dan Konseling. Padang: Angkasa Raya.
Syamsu, Yusuf dan Ahmad Juntika. 2005. Landasan Bimbingan dan Konseling.
Bandung: Rosdakarya.
Tohirin. 2011. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis
Integrasi). Jakarta : PT Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai