STATUS UJIAN
ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS
PERIODE 5 OKTOBER 2015 12 DESEMBER 2015
NIM : 1061050145
Tanda tangan :
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit Tubercolusis atau yang sering disebut TB Paru adalah infeksi menular yang
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tubercolusis. Tuberculosis merupakan masalah
kesehatan, baik dari sisi angka kematian (mortalitas), angka kejadian penyakit
(morbiditas), maupun diagnosis dan terapinya. Bersama dengan HIV/AIDS, Malaria dan
TB Paru merupakan penyakit yang pengendaliannya menjadi komitmen global dalam
program MDGs. Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh
Mycobacterium Tuberculosis. Pada tahun 1995, diperkirakan ada 9 juta pasien TB baru
dan 3 juta kematian akibat TB paru di seluruh dunia. Diperkirakan 95% kasus TB dan 98%
kematian akibat TB di dunia terjadi pada negara-negara berkembang dan 75% penderita
TB adalah kelompok usia produktif (15-50 tahun). Demikian juga, kematian wanita akibat
TB lebih banyak daripada kematian karena kehamilan, persalinan dan nifas.1
Sumber penularan adalah penderita TBC BTA Positif. Pada waktu batuk atau bersin,
penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet
yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam.
Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup ke dalam saluran pernafasan. Setelah
kuman TBC masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan, kuman TBC tersebut
dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya. Daya penularan dari seorang penderita
ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya.1
demam lebih dari 1 bulan, nafsu makan menurun, berat badan menurun, mudah lelah,
keringat malam walau tanpa kegiatan, mudah lelah, batuk darah. Tuberkulosis Paru dapat
menular terutama bila dalam dahaknya ditemukan kuman Tuberkulosis. Jika seseorang
penderita Tuberkulosis paru berbicara, meludah, batuk atau bersin maka kuman-kuman
Tuberkulosis paru yang ada di dalam paru parunya akan menyebar ke udara. Kuman
Tuberkulosis paru tersebut dapat dihirup oleh orang lain yang berada di sekitarnya. Kuman
Tuberkulosis paru dapat menular kepada orang-orang yang secara tidak sengaja
menghirupnya.4
Olahraga teratur
Membuka jendela pada pagi hingga sore hari, agar mendapatkan cahaya atau udara
uang cukup
Menurut Hendrik L Blum, sehat fisik mental sosial di pengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu : 5
Keempat faktor tersebut diatas saling berpengaruh positif satu dengan yang lain dan
tentu saja sangat berpengaruh terhadap status kesehatan seseorang. Status kesehatan akan
tercapai optimal apabila keempat faktor tersebut positif mempengaruhi secara optimal pula.
Apabila salah satu faktor tidak optimal maka status kesehatan akan bergeser ke arah di bawah
optimal. Berikut ini akan dijelaskan satu per satu keempat faktor tersebut sebagai berikut : 5
1. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan sangat besar pengaruhnya terhadap status kesehatan, terlihat dari
diagram di atas dengan panah yang lebih besar dibanding faktor lainnya. Interaksi antara
penjamu, agen dan lingkungan sangat erat kaitannya dengan kondisi penyakit seseorang. Akan
tetapi, hampir semua penyakit pada manusia berada di antara kedua ujung spektrum ini dan
kedua faktor baik intrinsik maupun ekstrinsik saling mempengaruhi secara bermaknaFaktor
Lingkungan terdiri dari 3 bagian besar:
a. Lingkungan Fisik
Terdiri dari benda mati yang dapat dilihat, diraba, dirasakan antara lain : bangunan,
jalan, jembatan, kendaraan, gunung, air, tanah. Benda mati yang dapat dilihat dan dirasakan
tapi tidak dapat diraba : api, asap, kabut dll.. Benda mati yang tidak dapat diraba, tidak dapat
dilihat namun dapat dirasakan : udara, angin, gas, bau-bauan, bunyi-bunyian / suara dll.
b. Lingkungan Biologis
Terdiri dari makhluk hidup yang bergerak, baik yang dapat dilihat maupun tidak :
manusia, hewan, kehidupan akuatik, amoeba, virus, plankton. Makhluk hidup tidak bergerak :
tumbuhan, karang laut, bakteri dll.
c. Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial adalah bentuk lain selain fisik dan biologis di atas. Lingkungan
sosial tidak berbentuk secara nyata namun ada dalam kehidupan di bumi ini. Lingkungan sosial
terdiri dari sosio-ekonomi, sosio-budaya, adat istiadat, agama/kepercayaan, organisasi
kemasyarakatan dll. Melalui lingkungan sosial manusia melakukan interaksi dalam bentuk
pengelolaan hubungan dengan alam dan buatannya melalui pengembangan perangkat nilai,
ideologi, sosial dan budaya sehingga dapat menentukan arah pembangunan lingkungan yang
selaras dan sesuai dengan daya dukung lingkungan yang mana hal ini sering disebut dengan
etika lingkungan (Adnan Harahap et-al)
2. Faktor Perilaku
Di Indonesia diduga faktor perilaku justru menjadi faktor utama masalah kesehatan
sebagai akibat masih rendah pengetahuan kesehatan. Faktor perilaku berhubungan dengan
perilaku individu atau masyarakat, perilaku petugas kesehatan dan perilaku para pejabat
pengelola negeri ini (Pusat dan Daerah) serta perilaku pelaksana bisnis. Proses terbentuknya
sebuah perilaku yang diawali pengetahuan membutuhkan sumber pengetahuan dan diperoleh
dari pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan merupakan kegiatan atau usaha
menyampaikan pesan kesehatan kepada sasaran sehingga pengetahuan sasaran terhadap
sesuatu masalah meningkat dengan harapan sasaran dapat berperilaku sehat.
Perilaku individu atau masyarakat yang positif pada kehidupan sehari-hari misalnya :
membuang sampah / kotoran secara baik, minum air masak, saluran limbah terpelihara, mandi
setiap hari secara higienis dll.
Perilaku petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan yang baik antara lain : ramah, cepat
tanggap, disiplin tinggi, terapi yang tepat sesuai diagnosa, tidak malpraktek pemberian obat
yang rasional, dan bekerja dengan penuh pengabdian.
Perilaku pemerintah Pusat dan Daerah dalam menyikapi suatu permasalahan kesehatan
masyarakat secara tanggap dan penuh kearifan misalnya : cepat tanggap terhadap adanya
penduduk yang gizinya buruk, adanya wabah penyakit, serta menyediakan sarana dan
prasarana kesehatan dan fasilitas umum ( jalan, parit, TPA, penyediaan air bersih, jalur hijau,
pemukiman sehat) yang didukung dengan peraturan perundang-undangan yang berhubungan
dengan kesehatan dan lingkungan hidup dan menerapkan sanksi hukum yang tegas bagi
pelanggarnya.
: tenaga kesehatan, obat-obatan, alat-alat kesehatan yang kesemuanya tersedia dalam kondisi
baik dan cukup dan siap pakai.
4. Faktor Keturunan
Faktor ini lebih mengarah kepada kondisi individu yang berkaitan dengan asal usul
keluarga, ras dan jenis golongan darah. Beberapa penyakit tertentu disebabkan oleh faktor
keturunan antara lain : hemophilia, hipertensi, kelainan bawaan, albino dll.
1. Lingkungan
Dari beberapa penelitian yang dilakukan terdapat beberapa parameter fisik rumah
yang ada kaitannya dengan kejadian penularan penyakit TB Paru, dan parameter fisik yang
peneliti teliti disesuaikan dengan kerangka konsep antara lain:
1. Kepadatan hunian
Kepadatan hunian (in house overcrowding) diketahui akan meningkatkan resiko
dan tingkat keparahan penyakit berbasis lingkungan. Persyaratan kepadatan
hunian untuk seluruh rumah biasanya dinyatakan dengan m2/orang. Luas
minimum per orang sangat relatif, tergantung dari kualitas bangunan dan fasilitas
yang tersedia. Untuk rumah sederhana minimum 10 m2/orang, sehingga untuk
satu keluarga yang mempunyai 5 orang anggota keluarga dibutuhkan luas rumah
minimum 50m2, sementara untuk kamar tidur diperlukan luas lantai minimum
3m2/orang. Dalam hubungan dengan penularan TB Paru, maka kepadatan hunian
dapat menyebabkan infeksi silang (Cross infection). Adanya penderita TB paru
dalam rumah dengan kepadatan cukup tinggi, maka penularan penyakit melalui
udara ataupun droplet akan lebih cepat terjadi.6
2. Ventilasi atau Penghawaan
Ventilasi adalah suatu usaha untuk memelihara kondisi atmosphere yang
menyenangkan dan menyehatkan bagi manusia. Untuk mendapatkan ventilasi atau
penghawaan yang baik bagi suatu rumah atau ruangan, maka ada beberapa syarat
yang harus dipenuhi yaitu:
a. Luas lubang ventilasi tetap, minimum 5% dari luas lantai ruangan. Sedangkan
luas lubang ventilasi insidental (dapat dibuka dan di tutup) minimum 5% dari
luas lantai. Hingga jumlah keduanya 10% dari luas lantai ruangan.
b. Udara yang masuk harus udara yang bersih, tidak di cemari oleh asap dari
sampah atau dari pabrik, knalpot kendaraan, debu dan lain lain.
c. Aliran udara tidak menyebabkan penghuninya masuk angin. Untuk itu tidak
menempatkan tempat tidur persis pada aliran udara, misalnya di depan jendela
atau pintu.
3. Jenis lantai
Jenis lantai yang baik adalah kedap air dan muah dibersihkan7, jenis lantai rumah
yang ada di Indonesia bermacam macam tergantung kondisi daerah dan tingkat
ekonomi masyarakat, mulai dari jenis lantai tanah, papan, plesetan semen sampai
kepada pasangan lantai keramik. Dari beberapa jenis lantai diatas, maka jenis
lantai tanah jelas tidak baik dari segi kesehatan, mengingat lantai tanah ini lembab
dan menjadi tempat yang baik untuk berkembang biaknya kuman TB Paru6.
4. Kelembaban Udara
Kelembaban udara dalam ruangan untuk memperoleh kenyamanan, dimana
kelembaban yang optimum berkisar 60% dengan temperatur kamar 22 30C.
Kuman TB Paru akan cepat mati bila terkena sinar matahari langsung, tetapi dapat
bertahan hidup selama beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab 7.
5. Pencahayaan
Pencahayaan dalam rumah sangat berkaitan erat dengan tingkat kelembaban di
dalam rumah. Pencahyaan yang kurang akan menyebaban kelembaban yang tinggi
di dalam rumah dan sangat berpotensi sebagai tempat berkembangbiaknya kuman
TBC. Pencahayaan langsung dan tidak langsung atau buatan harus menerangi
seluruh ruangan dan mmpunyai itensitas minimal 60 lux dan tidak menyilaukan7.
1. Host (Pejamu)
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan penyakit TB Paru pada pejamu yaitu :
a. Penurunan kekebalan tubuh
b. Makan dengan gizi seimbang
c. Istirahat yang cukup
d. Olahraga teratur
e. Membiasakan menjemur kasur atau tikar secara teratur agar tidak lembab
f. Membuka jendela pada pagi hingga sore hari, agar mendapatkan cahaya atau udara
uang cukup
g. Berpikir sehat dan hindari stress
yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur lama
selama beberapa hari 1.
3. Environment (Lingkungan)
Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada di sekitar manusia serta pengaruh-
pengaruh luar yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan manusia. Pada TB
Paru, lingkungan tempat tinggal memiliki pengaruh terhadap penularan penyakit.
1. Data Geografi
a). Luas Wilayah
Duren Sawit adalah salah satu kecamatan di Jakarta Timur. Secara geografis, Duren Sawit
terletak di koordinat 106 derajat 49 35 bujur timur dan 6 derajat 10 37 lintang selatan. Luas
total kecamatan ini mencapai 22,65 km persegi. Ini merupakan 12.04% dari wilayah Jakarta
Timur secara keseluruhan.
Dahulu Duren Sawit merupakan bagian dari Kecamatan Jatinegara. Baru pada tahun 1990-an
dibentuk Kecamatan Duren Sawit. Sebelumnya kecamatan ini berada di bawah yurisdiksi
kecamatan Jatinegara. Sejak berdiri kecamatan, Kantor Kecamatannya ini tetap beralamat di
Jalan Swadaya 6/4, Duren Sawit.
Kecamatan ini berbatasan dengan Kecamatan Cakung di sebelah utara, Kecamatan Jatinegara
di sebelah barat, Kecamatan Bekasi Barat di sebelah timur, dan Kecamatan Makasar di sebelah
selatan.
Sumber data: Laporan Tahunan Kantor Kecamatan Duren Sawit Tahun 2014
Dan, terdiri dari Rukun Warga (RW) 95, dan Rukun Tetangga (RT) 1101 dengan
rincian sebagai berikut :
Sumber data: Laporan Tahunan Kantor Kecamatan Duren Sawit Tahun 2014
4. Barat Kali Sunter, Kecamatan Pulo Gadung, Kota Administrasi Jakarta Timur
Sumber : Profil Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur Tahun 2014
2. Data Demografi
Berdasarkan data dari Kantor Kecamatan Duren Sawit, jumlah penduduk
Kecamatan Duren Sawit tahun 2014 sebanyak 393.079 jiwa dengan penduduk laki-
laki sebanyak 198.722 jiwa dan perempuan sebanyak 194.357 jiwa. Rincian
selengkapnya dapat dilihat dari tabel di bawah ini :
Tabel 5. Data Penduduk Sekecamatan Duren Sawit Menurut Kelompok Umur dan
Jenis Kelamin Tahun 2014
Diagram 1. Piramida Penduduk Kecamatan Duren Sawit Berdasarkan Usia & Jenis
Kelamin
75+ tahun
70-74 tahun
65-69 tahun
60-64 tahun
55-59 tahun
50-54 tahun
45-49 tahun
40-44 tahun Perempuan
35-39 tahun Laki-laki
30-34 tahun
25-29 tahun
20-24 tahun
15-19 tahun
10-14 tahun
5-9 tahun
0-4 tahun
-25000 -20000 -15000 -10000 -5000 0 5000 10000 15000 20000 25000
KELURAHAN KLENDER
1 Data Geografi
Sesuai dengan SK Gubernur KDKI Jakarta Nomor: 1227 Tahun 1989 tentang
pemecahan dan perubahan betas-batas Kelurahan serta pembentukan Kelurahan
Klender di wilayah Kelurahan Klender 304,5 Ha, dengan batas-batas wilayah
sebagai berikut:
- Sebelah Utara : Rel Kereta Api Kel. Jatinegara dan Kel.
Jatinegara Kaum
- Sebelah Timur : KaliBuaran/Kelurahan Malaka Sari
- Sebelah Selatan : Jl. Tegal Amba Kel. Duren Sawit Jl. Balai
Rakyat/Pondok Bambu
- Sebelah Barat : Kali Sunter/Kel. Cipinang Muara
a. Status Tanah :
- Tanah Negara = 25,9 Ha
- Tanah Milik Adat = 277,9 Ha
- Tanah Wakaf = 1,1 Ha
b. Keadaan Tanah :
- Tanah Darat = 304,5 Ha
- Tanah Sawah = - Ha
c. Peruntukan Tanah :
- Perumahan = 253,61 Ha
- Perkantoran/industri = 39,95 Ha
- Fasilitas Umum = 3,50 Ha
- Sarana Ibadah = 3,50 Ha
- Pemakaman = 4,34 Ha
1 TK 6
2 SD 15
3 SMP 3
4 SMU 4
5 Perguruan Tinggi 2
1 Apotek 8
2 Posyandu 25
3 UPGK 0
4 BKB 10
5 Taman Toga 5
6 Depot Jamu 2
No. Pertanyaan N %
1. Baik > 70
2. Cukup 60-70
3. Kurang < 60
8. Sumber Daya :
Dokter Muda : 1 orang
Biaya Operasional :
Pencegahan TB Paru
Penatalaksanaan TB Paru
VI. EVALUASI
A. INPUT
SDM untuk program ini adalah 1 orang dokter muda yaitu Shinta Pertiwi, S.Ked.
sebagai presentan dan narasumber dan dibantu oleh 1 orang petugas kesehatan
sebagai pengawas sesuai dengan perencanaan.
Untuk biaya operasional bersumber dari dokter muda serta tidak terjadi perubahan
dari biaya yang keluar sesuai dengan perencanaan.
Cara Intervensi yang dilakukan dengan cara pemberian Penyuluhan dan Sesi Tanya
Jawab sesuai dengan perencanaan.
Sarana dalam melakukan penyuluhan TB paru ini yakni dengan menggunakan
power point sesuai dengan perencanaan.
B. PROSES
Rincian Kegiatan
No Durasi Keterangan
1. 5 menit Doa pembukaan
2. 10 menit Pretest
3. 30 menit Presentasi dan diskusi
4. 10 menit Post-test
5. 5 menit Doa penutup
C. OUTPUT
Tabel 17. Hasil Perbandingan Nilai Pre Test dan Post Test
Nilai
No.
Pre Test
Post Test
1 90 100
2 60 90
3 70 100
4 70 90
5 60 80
6 30 80
7 40 60
8 30 80
9 60 70
10 30 70
11 80 100
12 40 90
13 50 90
14 80 80
15 70 100
16 60 70
17 30 80
18 40 70
Jumlah
990 1500
Rata-Rata 55 83.33
Sebelum dilakukan Penyuluhan mengenai TB paru Hasil Pre-test rata - rata dari responden
adalah 55 point. Sedangkan Setelah diberikan penyuluhan, hasil post-test rata - rata dari
responden adalah 83.33 point. Hal ini berarti, terjadi Peningkatan Pengetahuan responden
sebesar 28.33 point (51.5%).
KESIMPULAN
Sebelum dilakukan intervensi, pengetahuan ibu yang mempunyai anak balita di Posyandu RW
010, Kelurahan Klender I, Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur mengenai Penyakit TB paru
masuk dalam kategori kurang. Sedangkan Setelah dilakukan intervensi, pengetahuan ibu yang
mempunyai anak balita di Posyandu RW 010, Kelurahan Klender I, Kecamatan Duren Sawit,
Jakarta Timur terjadi peningkatan menjadi kategori baik. Hal ini menandakan penyuluhan
mengenai TB paru yang diberikan telah berhasil meningkatkan pengetahuan responden.
SARAN
a) Kepada Masyarakat :
Agar ibu-ibu RW 010 lebih meningkatkan pengetahuan dan kesadaran mengenai
penyakit TB paru melalui keikutsertaan dalam penyuluhan kesehatan berkelanjutan
dan pola hidup sehat.
Menerapkan hal hal yang telah disampaikan dalam penyuluhan mengenai
penyakit TB paru, terutama pelaksanaan, pencegahan dan pengawasan minum obat.
Membagikan pengetahuan yang sudah didapat dari penyuluhan kepada keluarga
serta anggota masyarakat sekitar.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
No.Kuisioner :
Nama :
Alamat :
1. Menurut Anda, apakah pengertian dari penyakit Tuberkulosis Paru (TB Paru) ?
a. Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium Tuberculosis.
b. Tuberkulosis paru adalah penyakit yang disebabkan karena guna-guna.
c. Tuberkulosis paru adalah penyakit yang disebabkan karena keturunan.
d. Tuberkulosis paru adalah penyakit yang disebabkan bawaan dari lahir.
2. Menurut Anda, pada bagian apa kuman TB Paru itu dapat menyerang ?
a. Paru-paru
b. Ginjal
c. Hati
d. Jantung
9. Menutup mulut waktu batuk dan bersin, tidak meludah sembarang tempat, meningkatkan
daya tahan tubuh dengan makan makanan yang bergizi. Penyakit apa yang dapat dicegah
dengan hal-hal tersebut ?
a. Penyakit jantung
b. Penyakit TB Paru
c. Penyakit darah tinggi
d. Penyakit Diabetes
10. Salah satu pencegahan dari penyakit TB Paru adalah meningkatkan daya tahan tubuh
dengan makan makanan yang bergizi. Menurut Anda, seperti apa makanan yang bergizi
itu ?
a. Makanan yang kaya karbohidrat, protein, lemak
b. Makanan yang enak
c. Makanan yang mahal
d. Makanan tinggi kalori dan protein
LAPORAN DOKUMENTASI