Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Politeknik Perkapalan adalah salah satu civitas akademika yang salah satu program studi yang ada di
dalamnya adalah Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Keselamatan dan Kesehatan Kerja sangat
diperlukan di Industri karena dengan hal itulah kecelakaan, penyakit akibat kerja (PAK), dan kerusakan
material maupun alat dapat dicegah, dikurangi, bahkan dihilangkan. Salah satu industri yang sangat
menggunakan jasa ahli keselamatan dan kesehatan kerja (k3) adalah industri yang menggunakan mesin
diesel dalam proses produksi maupun pengoperasiannya.

Pada semester empat ini, mahasiswa jurusan Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja mendapatkan
mata kuliah praktikum Motor Bakar yang dilaksanakan di bengkel Motor Bakar. Pada praktikum ini
terdapat tiga praktikum, yaitu Praktikum Kamar Mesin, Kamar Kontrol, dan Kamar Kapten. Untuk yang
Praktikum yang pertama kali dilakukan adalah Praktikum Kamar Mesin yang menggunakan Mesin Diesel
2 tak.

Mesin diesesl adalah sejenis mesin pembakaran dalam dan yang lebih spesifik lagi adalah sebuah mesin
pemicu kompresi, dimana bahan bakar dinyalakan oleh suhu tinggi gas yang dikompresi, dan bukan oleh
alat benergi lain seperti busi . (Wikipedia, 2012)

Mesin bisa dijalankan secara manual maupun otomatis. Menjalankan mesin dengan cara manual
memerlukan ketelitian dalam melakukan setiap langkah pengoperasiannya. Tahapan tahapan
pengoperasian mesin diesel secara manual meliputi pemeriksaan awal, pengoperasian mesin secara
manual, dan penghentian pengoperasian mesin harus dilakukan dengan baik dan tepat.

Kegiatan yang dilakukan pada praktikum di kamar mesin adalah melakukan pengamatan dan
menganalisa kenaikan kecepatan putaran mesin secara bertahap. Sebelum memulai melakukan
praktikum di kamar mesin kita harus melakukan beberapa pemeriksaan awal.Pemeriksaan awal pada
kamar mesinmeliputi Pemeriksaan dan pengaturan katup katup pendingin, pengecekan udara dan
tekanan yang ada di dalam kompresor, Menge-drain udara yang terkondensasi di dalam kompresor ,
pemeriksaan minyak pelumas,pemeriksaan bahan bakar, dan pengecekan air.Pemeriksaan awal dalam
menjalankan mesin diesel ini sangat penting untuk mencegah terjadinya hal hal yang tidak diinginkan
seperti iklim kerja panas, ledakan, black out, kebakaran dan sebagainya. Mengingat banyaknya kasus
kecelakaan yang sering terjadi pada pekerjaan pengoperasian di kamar mesin, kita melakukan praktikum
di kamar mesin untuk untuk mengetahui potensi potensi bahaya yang ada pada kamar mesin dan
memberikan rekomendasi untuk pencegahan serta perawatanya.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada Praktikum Kamar Mesin ini adalah:
1. Bagaimana mengoperasikan mesin diesel secara manual dan mengoperasikan mesin sesuai dengan
tahapan tahapan yang telah ditentukan ?
2. Bagaimana nilai IHP, BHP, Mb, SFOC, Q, Pe, dan m setelah dilakukan analisa hasil praktikum ?
3. Rekomendasi apa yang sesuai untuk memperbaiki kondisi panas akibat pengaruh Mesin
Diesel di bengkel Motor Bakar PPNS, serta hal hal apa saja yang harus dilakukan untuk mencegah
terjadinya kecelakaan kerja pada pengoperasian mesin diesel ?

1.3 Tujuan
Tujuan dari Praktikum Kamar Mesin ini adalah :
1. Dapat mengoperasikan mesin diesel secara manual dan mengoperasikan mesin sesuai dengan tahapan
tahapan yang telah ditentukan.
2. Mengetahui nilai IHP, BHP, Mb, SFOC, Q, Pe, dan m setelah dilakukan analisa hasil praktikum.
3. Memberikan rekomendasi perbaikan kondisi kondisi panas akibat pengaruh Mesin Diesel di bengkel
Motor Bakar PPNS, serta hal hal apa saja yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya kecelakaan
kerja pada pengoperasian mesin diesel.

1.4 Manfaat
Dengan disusunnya laporan ini maka diharapkan mampu memberikan manfaat bagi beberapa pihak,
antara lain sebagai berikut :
1.4.1 Penulis
Manfaat Praktikum Kamar Mesin bagi penulis antara lain :
1. Dapat mengaplikasikan teori pendahuluan yang telah diajarkan pada pertemuan sebelumnya.
2. Dapat mendalami teori pendahuluan yang telah diberikan sebelumnya melalui praktikum secara langsung
3. Dapat mengoperasikan mesin diesel secara manual dan mengoperasikan mesin sesuai dengan tahapan
tahapan yang telah ditentukan.
4. Dapat mengetahui potensi potensi bahaya yang ditimbulkan dalam pengoperasian mesin diesel di
tempat kerja.
5. Dapat melakukan analisa dan perhitungan mengenai IHP, BHP, Mb, SFOC, Q, Pe, dan m
6. Dapat Memberikan rekomendasi perbaikan kondisi panas akibat pengaruh Mesin Diesel di bengkel Motor
Bakar PPNS, serta hal hal apa saja yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja
pada pengoperasian mesin diesel sebagai calon seorang ahli k3 di perusahaan.

1.4.2 Mahasiswa Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya


Manfaat Praktikum Kamar Mesin bagi mahasiswa Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya antara lain :
1. Dapat menambah wawasan mengenai mesin diesel, khususnya cara pengoperasian mesin diesel yang
aman dan memenuhi unsur unsur k3 di tempat kerja.
2. Dapat mengetahui ketidaksesuaian prosedur pengoperasian mesin diesel.
3. Dapat mengetahui beberapa potensi bahaya yang terdapat di tempat kerja dalam pengoperasian mesin
diesel, sehingga harus lebih berhati hati dan bertindak safety dalam pelaksanaannya.
4. Dapat memahami lebih lanjut mengenai pengoperasian mesin diesel secara manual dan hal hal apa
saja yang harus dihindari serta dilakukan dalam pengoperasian maupun penggunaan mesin diesel di
tempat kerja.

1.4.3 Dosen Beserta Staff Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya


Manfaat Praktikum Kamar Mesin bagi Dosen Beserta Staff Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya antara
lain :
Dapat mengetahui pengoperasian mesin diesel secara manual, serta potensi potensi bahaya apa saja
yang mungkin terjadi pada kegiatan tersebut.
Dapat menjadikan laporan ini sebagai salah satu referensi maupun pedoman untuk melakukan
rekomendasi perbaikan maupun penggantian peralatan maupun komponen lainnya sesuai dengan
standar keselamatan dan kesehatan kerja sehingga tidak menimbulkan potensi bahaya.

1.4.4 Masyarakat sekitar


Manfaat Praktikum Kamar Mesin bagi masyarakat antara lain :
1. Dapat mengetahui bahwa mengetahui pengoperasian mesin diesel khususnya secara manual sangat
penting dalam aplikasinya di dunia kerja.
2. Dapat mengetahui pengoperasian mesin diesel secara benar dan tepat.

1.5 Ruang lingkup


Ruang lingkup dari Praktikum Kamar Mesin adalah :
1. Pengukuran ISBB di lakukan di Bengkel Motor Bakar PPNS dibawah bimbingan Bapak muhammad
syah S.T, M.T.
2. Pengambilan data dilaksanakan pada hari jumat mulai pukul 07.00-10.30 WIB
3. Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan, yaitu: safety shoes, cuttle pack,dan ear plug.

BAB 2
LANDASAN TEORI

engertian Mesin Diesel 2 Tak


Mesin dua tak adalah mesin pembakaran dalam yang dalam satu siklus pembakaran terjadi dua
langkah piston, berbeda dengan putaran empat tak yang mempunyai empat langkah piston dalam satu
siklus pembakaran, meskipun keempat proses (intake, kompresi, tenaga, pembuangan) juga
terjadi.Mesin dua tak juga telah digunakan dalam mesin diesel, terutama rancangan piston
berlawanan kendaraan kecepatan rendah seperti mesin kapal besar, dan mesin v8 untuk truk dan
kendaraan berat lainnya.

.2 Prinsip Kerja Mesin Diesel


Untuk memahami prinsip kerja, perlu dimengerti istilah baku yang berlaku dalam teknik otomotif :
TMA (titik mati atas) atau TDC (top dead centre), posisi piston berada pada titik paling atas dalam silinder
mesin atau piston berada pada titik paling jauh dari poros engkol (crankshaft).
TMB (titik mati bawah) atau BDC (bottom dead centre), posisi piston berada pada titik paling bawah dalam
silinder mesin atau piston berada pada titik paling dekat dengan poros engkol (crankshaft).
Ruang bilas yaitu ruangan dibawah piston dimana terdapat poros engkol (crankshaft), sering disebut
dengan bak engkol (crankcase) berfungsi gas hasil campuran udara, bahan bakar dan pelumas bisa
tercampur lebih merata.
Pembilasan (scavenging) yaitu proses pengeluaran gas hasil pembakaran dan proses pemasukan gas
untuk pembakaran dalam ruang bakar.
Langkah kesatu
Piston bergerak dari TMA ke TMB.
1. Pada saat piston bergerak dari TMA ke TMB, maka akan menekan ruang bilas yang berada di bawah
piston. Semakin jauh piston meninggalkan TMA menuju TMB, tekanan di ruang bilas semakin meningkat.
2. Pada titik tertentu, piston (ring piston) akan melewati lubang pembuangan gas dan lubang pemasukan
gas. Posisi masing-masing lubang tergantung dari desain perancang. Umumnya ring piston akan
melewati lubang pembuangan terlebih dahulu.
3. Pada saat ring piston melewati lubang pembuangan, gas di dalam ruang bakar keluar melalui lubang
pembuangan.
4. Pada saat ring piston melewati lubang pemasukan, gas yang tertekan dalam ruang bilas akan terpompa
masuk dalam ruang bakar sekaligus mendorong gas yang ada dalam ruang bakar keluar melalui lubang
pembuangan.
5. Piston terus menekan ruang bilas sampai titik TMB, sekaligus memompa gas dalam ruang bilas masuk
ke dalam ruang bakar
Langkah kedua
Piston bergerak dari TMB ke TMA.

1. Pada saat piston bergerak TMB ke TMA, maka akan menghisap gas hasil percampuran udara, bahan
bakar dan pelumas masuk ke dalam ruang bilas. Percampuran ini dilakukan oleh karburator atau sistem
injeksi. (Lihat pula:Sistem bahan bakar)
2. Saat melewati lubang pemasukan dan lubang pembuangan, piston akan mengkompresi gas yang terjebak
dalam ruang bakar.
3. Piston akan terus mengkompresi gas dalam ruang bakar sampai TMA.
4. Beberapa saat sebelum piston sampai di TMA, busi menyala untuk membakar gas dalam ruang bakar.
Waktu nyala busi sebelum piston sampai TMA dengan tujuan agar puncak tekanan dalam ruang bakar
akibat pembakaran terjadi saat piston mulai bergerak dari TMA ke TMB karena proses pembakaran
sendiri memerlukan waktu dari mulai nyala busi sampai gas terbakar dengan sempurna.

.3 Perbedaan Desain dengan Mesin 4 tak


- Pada mesin dua tak, dalam satu kali putaran poros engkol (crankshaft) terjadi satu kali proses
pembakaran sedangkan pada mesin empat tak, sekali proses pembakaran terjadi dalam dua kali putaran
poros engkol.
- Pada mesin empat tak, memerlukan mekanisme katup (valve mechanism) dalam bekerja dengan fungsi
membuka dan menutup lubang pemasukan dan lubang pembuangan, sedangkan pada mesin dua tak,
piston dan ring piston berfungsi untuk menbuka dan menutup lubang pemasukan dan lubang
pembuangan. Pada awalnya mesin dua tak tidak dilengkapi dengan katup, dalam perkembangannya
katup satu arah (one way valve) dipasang antara ruang bilas dengan karburator dengan tujuan :
Agar gas yang sudah masuk dalam ruang bilas tidak kembali ke karburator.
Menjaga tekanan dalam ruang bilas saat piston mengkompresi ruang bilas.
- Lubang pemasukan dan lubang pembuangan pada mesin dua tak terdapat pada dinding silinder,
sedangkan pada mesin empat tak terdapat pada kepala silinder (cylinder head). Ini adalah alasan paling
utama mesin dua tak menggunakan oli samping.

2.4 Kelebihan dan Kekurangan Mesin Diesel 2 Tak


2.4.1 Kelebihan Mesin 2 Tak
Dibandingkan mesin empat tak, kelebihan mesin dua tak adalah :

1. Mesin dua tak lebih bertenaga dibandingkan mesin empat tak.


Mesin dua tak lebih kecil dan ringan dibandingkan mesin empat tak.
Kombinasi kedua kelebihan di atas menjadikan rasio berat terhadap tenaga (power to weight ratio) mesin
dua lebih baik dibandingkan mesin empat tak.
2. Mesin dua tak lebih murah biaya produksinya karena konstruksinya yang sederhana.
Meskipun memiliki kelebihan tersebut di atas, jarang digunakan dalam aplikasi kendaraan terutama mobil
karena memiliki kekurangan.
2.4.2 Kekurangan Mesin 2 Tak
Kekurangan mesin dua tak dibandingkan mesin empat tak

1. Efisiensi mesin dua tak lebih rendah dibandingkan mesin empat tak.
2. Mesin dua tak memerlukan oli yang dicampur dengan bahan bakar (oli samping/two stroke oil) untuk
pelumasan silinder mesin.
Kedua hal di atas mengakibatkan biaya operasional mesin dua tak lebih tinggi dibandingkan mesin empat
tak.
3. Mesin dua tak menghasilkan polusi udara lebih banyak, polusi terjadi dari pembakaran oli samping dan
gas dari ruang bilas yang terlolos masuk langsung ke lubang pembuangan.Pelumasan mesin dua tak
tidak sebaik mesin empat tak mengakibatkan usia suku cadang dalam komponen ruang bakar relatif lebih
rendah
2.4.3 Aplikasi
Mesin dua tak diaplikasikan untuk mesin bensin maupun mesin diesel. Mesin bensin dua tak
digunakan paling banyak di mesin kecil, seperti :

Mesin sepeda motor.


Mesin pada gergaji (chainsaw).
Mesin potong rumput.
Mobil salju.
Mesin untuk pesawat model, dan sebagainya.
Mesin dua tak yang besar biasanya bertipe mesin diesel, sedangkan mesin dua tak ukuran sedang
sangat jarang digunakan.Karena emisi gas buang sulit untuk memenuhi standar UNECE Euro II,
penggunaan mesin dua-tak untuk sepeda motor sudah semakin jarang.

2.4.4 Pengembangan
Penggunaan teknologi injeksi langsung dengan tujuan menurunkan emisi gas buang. Pada mesin
diesel 2 langkah atau 2 tak biasanya dipergunakan blower yang khusus menyediakan udara bilas. Blower
itu terdiri dari pasangan sayap yang saling bersinggungan rapat sesamanya dan berputar dalam satu
rumahnya. Salah satu dari sayap digerakkan oleh motor itu sendiri atau sumber dari luar. Udara yang
terdapat diantara sayap sayap dibawa dan dipindahkan ke ruang penerima (kotak udara) yang terdapat
pada pinggang silinder. Blower itu berputar pada putaran beberapa kali lebih tinggi daripada putaran
motor. Udara bilas itu berkumpul pada kotak udara yang terdapat pada pinggang silinder dimana terdapat
saluran saluran bilas. Pemasukan udara bilas dilakukan melalui deretan lubang masuk yang terdapat
pada sebagian besar dari pinggang silinder. Lubang lubang tersebut dibuka dan ditutup oleh torak.
Pada tutup silinder terdapat dua katup buang. Gas buang dikeluarkan melalui kedua katup tersebut dan
muatan bilas masuk melalui lubang masuk yang ada pada pinggang silinder tadi. Katup itu terbuka pada
saat yang terjadi pada motor 2 langkah dengan pembilasan engkol.

2.5 Persiapan Awal


Sebelum mesin diaktifkan atau dioperasikan secara manual maka terlebih dahulu harus dilakukan
pemeriksaan dan persiapan pada beberapa hal yang penting dalam pengoperasian mesin diesel. Hal
hal tersebut adalah, sebagai berikut :
a. Pemeriksaan dan pengaturan katup katup pendingin baik air tawar maupun laut (Sea water).
b. Pengecekan udara yang ada di dalam kompresor, apakah tekanan udaranya sudah cukup atau belum
untuk digunakan sebagai udara start.
c. Apabila belum cukup maka tekanan udara didalam kompresor harus dinaikkan dengan mengempakan
udara yang ada di luar kedalam kompresor dengan mengaktifkan kompresor hingga tekanan udara yang
akan digunakan sebagai udara start cukup untuk digunakan. Tetapi sebelum dilakukan pengempaan
udara yang ada diluar ke dalam kompresor terlebih dahulu kompresor harus di drain untuk
menghilangkan cairan yang ada di dalam kompresor akibat udara di dalam kompresor yang mengalami
kondensasi.
d. Pemeriksaan minyak pelumas baik oli mesin maupun oil gear box, apakah sudah tersedia dalam jumlah
yang cukup atau belum. Apabila belum maka harus dilakukan pengisian minyak pelumas tersebut.
e. Pemeriksaan bahan bakar yang digunakan, apakah sudah tersedia dalam jumlah yang cukup atau
belum. Apabila belum maka bahan bakar tersebut harus diisikan. Dan pengaturan valve bahan bakar,
yaitu dengan membuka valve bahan bakar yang mengalirkan bahan bakar ke mesin.
f. Pemeriksaan dan penyiapan semua perlengkapan untuk keperluan praktikum.
g. Pengaktifan (men-start) pompa dan fan pada cooling system.

2.6 Pengoperasian Mesin Secara Manual dan Pengamatan


Setelah persiapan awal dilakukan maka mesin dapat dioperasikan secara manual, yaitu dengan
men-start mesin secara manual. Saat mesin dioperasikan maka dapat dilakukan pengaturan kecepatan
mesin yang harus dinaikkan secara bertahap. Pada saat mesin beroperasi dan dengan pengaturan /
kenaikkan kecepatan putaran mesin maka harus diamati beberapa hal, yaitu :

1. Volume bahan bakar

2. Waktu

3. RPM

4. Deferensial Preasure (P)

5. Voltage

6. Ampere

2.7 Penghentian Pengoperasian Mesin


Untuk menghentikan pengoperasian mesin secara manual, maka yang harus dilakukan adalah
dengan menurunkan kecepatan putaran mesin hinggga minimum (dead slow) baru kemudian
pengopersian mesin dapat dimatikan secara manual. Bersama itu diikuti dengan dimatikannya pompa
dan fan yang digunakan pada cooling system.

BAB 3
HASIL PRAKTIKUM
2.1 Data Hasil Praktikum
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan hasil sesuai dengan tabel 3.1 berikut.
Tabel 3.1 Data Hasil Praktikum
RPM 610 702 812

Fuel Consumption:

Volume BB (ml) 100.0 100.0 100.0

Waktu (sec) 87.86 73.8 56.77

P (mm H2O) 4.3 5.8 7.6

Elektrik:

Voltase (Volt) 160.0 180.0 210.0

Arus I (Ampere) 50.0 59.0 69.0

Sumber : Hasil pengamatan, 2012.

Spesifikasi Generator
Spesifikasi generator ini didapatkan dengan pengamatan langsung berdasarkan name plate
generator dan didapatkan data sebagai berikut.
cos =08
potensi = 62 KVa
Frekuensi = 60 Hz
Voltase = 440 V
Kuat Arus = 68.2 A

3.2 Pengolahan Data


Tabel data setelah dikonversi
Setelah dilakukan konversi data yang ada, didapatkan hasil sebagai berikut seseuai dengan tabel 3.2
di bawah ini.
Tabel 3.2 Data Hasil Praktikum Setelah Dikonversi
RPM 10.167 11.7 13.53

Fuel Consumption:

Volume BB (m3) 10(-4) 10(-4) 10(-4)

Waktu (hour) 0.024 0.020 0.015

P (mm H2O) 4.3 5.8 7.6

Elektrik:

Voltase (Volt) 160.0 180.0 210.0

Arus I (Ampere) 50.0 59.0 69.0

Sumber : Hasil perhitungan, 2012.

Perhitungan
Setelah dilakukan rekap dan konversi data, dilakukan perhitungan sebagai dengan mengunakan data
sebagai berikut.
Diketahui :
Data yang diperlukan dalam perhitungan adalah sebagai berikut :
Pi = 5.4 bar
Pme = 4.3 bar
l = 0.127 m
d = 0.108 m
n = 610 rpm
A = (d)2
= (0.108 m)2
= 9.16 x 10(-3) m2
z =4
c =1
cos = 0.8
Ditanya :
Data di atas digunakan untuk menjawab beberapa pertanyaan sebagai berikut.
a. IHP

b. BHP
c. mb

d. SFOC

e. Q

f. Pe

g. m

Jawaban :

Perhitungan yang dilakukan adalah sebagai berikut.

- Pada praktikum I dengan 610 rpm, hasilnya:


IHP = 15,32 Hp

= 11,49 kW

BHP = 12,21 Hp

= 9,15 kW

mb = 4,097 x 0,85

= 3,48 ( )

SFOC = 0,38

Q = 30 .

= 30 .
= 62,21

Pe = Va . Ia . cos .

= (160 volt) . (50 A) . (0.8) . ( )


= 11.085,13 Kw

m = 79,63 %

-Pada praktikum I dengan 702 rpm, hasilnya:


IHP = 17,64 Hp

= 13,23 kW
BHP = 14,05 Hp

= 10,54 kW

mb = x 0,85

= 4,15

SFOC = 0,39

Q = 72,25

Pe = Va . Ia . cos .

= (180 volt) . (59 A) . (0.8) . ( )


= 14.715,50 Kw

m = 79,66 %

-Pada praktikum I dengan 812 rpm, hasilnya:


IHP = 20,40 Hp

= 15,30 kW

BHP = 16,31 Hp

= 12,23 kW

mb = x 0,85

= 5,67

SFOC = 0,46

Q = 30 .

= 30 .
= 82,70
Pe = Va . Ia . cos .

= (210 volt) . (69 A) . (0.8) . ( )


= 20077,93 Kw

m = 79,93 %

Tabel 3.3. Hubungan Nilai RPM dengan IHP


RPM 610 702 812

IHP 11,49 13,23 15,30

Sumber : Hasil perhitungan, 2012.

Berdasarkan tabel 3.3 dapat dilihat bahwa RPM berbanding lurus dengan IHP. Untuk RPM 610,
didapatkan IHP sebesar 11,49, untuk RPM 702 didapatkan IHP sebesar 13,23, sedangkan untuk RPM
812 didapatkan IHP sebesar 15,30. Semakin tinggi RPM maka IHP yang dihasilkan juga semakin tinggi.

BHP dan RPM sangat berhubungan. BHP berbanding lurus dengan RPM. Hal ini dapat dilihat
pada tabel 3.4 mengenai Hubungan nilai RPM dengan BHP di bawah ini.

Tabel 3.4. Hubungan Nilai RPM dengan BHP


RPM 610 702 812

BHP 9,15 10,54 15,30

Sumber : Hasil perhitungan, 2012.

Berdasarkan Tabel 3.4 dapat kita lihat bahwa semakin besar nilai RPMnya, maka nilai BHP
yang didapatkan juga semakin besar. Pada tabel hasil praktikum ini didapatkan hasil untuk RPM 610,
702, dan 812 berturut turut memiliki nilai BHP sebesar 9,15, 10,54, dan 15,30.

Tabel 3.5. Hubungan Nilai RPM dengan Mb


RPM 610 702 812

Mb 3,48 4,15 5,67

Sumber : Hasil perhitungan, 2012.


Berdasarkan Tabel 3.5 di atas didapatkan hasil bahwa untuk RPM 610, 702, dan 812
berturut turut didapatkan nilai Mb sebesar 3,48, 4,15, dan 5,67. Semakin tinggi nilai RPM maka nilai Mb
juga semakin besar. Hal ini dikarenakan karena nilai RPM berbanding lurus dengan nilai Mb.

Tabel 3.6. Hubungan Nilai RPM dengan SFOC


RPM 610 702 812

SFOC 0,38 0,39 0,46

Sumber : Hasil perhitungan, 2012.

Berdasarkan hasil perhitungan yang disajikan dalam Tabel 3.6 didapatkan hasil bahwa untuk
nilai RPM 610, 702, dan 812 didapatkan nilai SFOC berturut turut sebagai berikut yaitu 0,38, 0,39, dan
0,46. Nilai RPM dan SFOC dalam praktikum ini berbanding lurus.

Tabel 3.7. Hubungan Nilai RPM dengan Q


RPM 610 702 812

Q 62,21 72,25 82,70

Sumber : Hasil perhitungan, 2012

Berdasarkan Tabel 3.7 Hubungan nilai RPM dengan Q didapatkan hasil untuk nilai RPM
sebesar 610, 702, dan 812 didapatkan nilai Q berturut turut 62,21, 72,25, dan 82,70. Nilai RPM dan Q
pada praktikum ini berbanding lurus.

Tabel 3.8. Hubungan Nilai RPM dengan Pe


RPM 610 702 812

Pe 11085,13 14715,50 20077,93

Sumber : Hasil perhitungan, 2012.

Berdasarkan Tabel 3.8 Hubungan nilai RPM dengan Pe didapatkan hasil untuk nilai RPM
sebesar 610, 702, dan 812 didapatkan nilai Pe berturut turut 11085,13, 14715,50, dan 20077,93. Nilai
RPM dan Pe pada praktikum ini berbanding lurus. Karena semakin besar RPM membutuhkan daya yang
besar pula.

Tabel 3.9 Hubungan Nilai RPM dengan m


RPM 610 702 812
m 79,63 79,66 79,93

Sumber : Hasil perhitungan, 2012.

Berdasarkan Tabel 3.9 Hubungan nilai RPM dengan mdidapatkan hasil untuk nilai RPM
sebesar 610, 702, dan 812 didapatka nilai m berturut turut 79,63, 79,66, dan 79,93. Nilai RPM
dan m pada praktikum ini berbanding lurus.

3.3 Potensi Bahaya pada Mesin Diesel pada Bengkel Motor Diesel PPNS
Pada saat praktikum Kamar Mesin banyak dijumpai peralatan yang tidak memenuhi standar,
hal ini diakibatkan kurangnya maintenance atau perawatan dan usia mesin, sehingga ketika
pengoperasian diperlukan pemeriksaan awal untuk mencegah adanya potensi bahaya sebagai berikut :
1. Suhu yang panas atau iklim kerja yang panas
2. Kebakaran pada kamar mesin
3. Ledakan pada kamar mesin
4. Penyakit akibat kerja (PAK).

3.4 Rekomendasi
Untuk mencegah potensi potensi bahaya yang terjadi di kamar mesin diberikan beberapa rekomendasi
sebagai berikut :
1. Ketika berada di dalam kamar mesin, harus mematuhi dan mentaati SOP yang ada di kamar mesin
2. Memberikan sanksi bagi setiap orang yang tidak mematuhi SOP di kamar mesin
3. Melakukan penguian untuk tiap tiap peralatan sesuai dengan standar k3.
4. Melakukan perawatan atau maintenance untuk masing masing mesin sehingga dapat mencegah dan
mengurangi terjadinya kecelakaan kerja di ruang mesin.
5. Setiap orang yang memasuki ruang Kamar Mesin diwajibkan untuk selalu memakai APD yang
meliputi safety shoes, ear muff, ear plug, sarung tangan dan safety clothes.

BAB 4
KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan Hasil Praktikum


Berdasarkan data praktikum dan hasil perhitungan yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa kenaikan daya mesin IHP, BHP, fuel consumption (mb), specific fuel consumption (SFOC), air flow
rate (Q), dan daya listrik (Pe), sebanding dengan kenaikan RPM. Sehingga semakin besar RPM maka
besar IHP, BHP, fuel consumption, spesific consumption, air flow rate, dan daya listrik pada mesin akan
semakin besar pula, begitu juga sebaliknya.

Daya IHP merupakan daya mesin yang dihasilkan dari pengukuran pada piston, sedangkan
Daya BHP merupakan daya mesin yang dihasilkan dari pengukuran pada flywheel. Daya IHP lebih besar
dari BHP karena IHP merupakan power yang berasal dari hasil ekspansi. Dan dari hasil daya IHP
dikurangi dengan gesekan-gesekan dari berbagai komponen mesin, seperti gesekan antara poros engkol
dan stang piston, dll. Daya BHP dapat terjadi karena adanya IHP yang tenaganya sebagian hilang akibat
adanya gesekan. Sehingga daya BHP lebih kecil dari daya IHP.

4.2 Saran
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, terdapat beberapa hal yang kami sarankan untuk
meningkatkan kwalitas praktikum. Berikut adalah beberapa saran yang kami berikan:
1. Seharusnya praktikan diharapkan menggunakan alat pelindung diri yang lengkap agar mengurangi
resiko bahaya yang timbul pada kamar mesin.
2. Praktikan diwajibkan menggunakan ear muff agar mengurangi bahaya kebisingan di tempat kerja.
3. Praktikan wajib mematuhi SOP yang ada di Kamar Mesin.

DAFTAR PUSTAKA

http://dicksriyanto.blogspot.com/2010/08/mesin-diesel-2-tak.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Mesin_dua_tak
http://en.wikipedia.org/wiki/Horsepower

Anda mungkin juga menyukai