PENDAHULUAN
Pada semester empat ini, mahasiswa jurusan Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja mendapatkan
mata kuliah praktikum Motor Bakar yang dilaksanakan di bengkel Motor Bakar. Pada praktikum ini
terdapat tiga praktikum, yaitu Praktikum Kamar Mesin, Kamar Kontrol, dan Kamar Kapten. Untuk yang
Praktikum yang pertama kali dilakukan adalah Praktikum Kamar Mesin yang menggunakan Mesin Diesel
2 tak.
Mesin diesesl adalah sejenis mesin pembakaran dalam dan yang lebih spesifik lagi adalah sebuah mesin
pemicu kompresi, dimana bahan bakar dinyalakan oleh suhu tinggi gas yang dikompresi, dan bukan oleh
alat benergi lain seperti busi . (Wikipedia, 2012)
Mesin bisa dijalankan secara manual maupun otomatis. Menjalankan mesin dengan cara manual
memerlukan ketelitian dalam melakukan setiap langkah pengoperasiannya. Tahapan tahapan
pengoperasian mesin diesel secara manual meliputi pemeriksaan awal, pengoperasian mesin secara
manual, dan penghentian pengoperasian mesin harus dilakukan dengan baik dan tepat.
Kegiatan yang dilakukan pada praktikum di kamar mesin adalah melakukan pengamatan dan
menganalisa kenaikan kecepatan putaran mesin secara bertahap. Sebelum memulai melakukan
praktikum di kamar mesin kita harus melakukan beberapa pemeriksaan awal.Pemeriksaan awal pada
kamar mesinmeliputi Pemeriksaan dan pengaturan katup katup pendingin, pengecekan udara dan
tekanan yang ada di dalam kompresor, Menge-drain udara yang terkondensasi di dalam kompresor ,
pemeriksaan minyak pelumas,pemeriksaan bahan bakar, dan pengecekan air.Pemeriksaan awal dalam
menjalankan mesin diesel ini sangat penting untuk mencegah terjadinya hal hal yang tidak diinginkan
seperti iklim kerja panas, ledakan, black out, kebakaran dan sebagainya. Mengingat banyaknya kasus
kecelakaan yang sering terjadi pada pekerjaan pengoperasian di kamar mesin, kita melakukan praktikum
di kamar mesin untuk untuk mengetahui potensi potensi bahaya yang ada pada kamar mesin dan
memberikan rekomendasi untuk pencegahan serta perawatanya.
1.3 Tujuan
Tujuan dari Praktikum Kamar Mesin ini adalah :
1. Dapat mengoperasikan mesin diesel secara manual dan mengoperasikan mesin sesuai dengan tahapan
tahapan yang telah ditentukan.
2. Mengetahui nilai IHP, BHP, Mb, SFOC, Q, Pe, dan m setelah dilakukan analisa hasil praktikum.
3. Memberikan rekomendasi perbaikan kondisi kondisi panas akibat pengaruh Mesin Diesel di bengkel
Motor Bakar PPNS, serta hal hal apa saja yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya kecelakaan
kerja pada pengoperasian mesin diesel.
1.4 Manfaat
Dengan disusunnya laporan ini maka diharapkan mampu memberikan manfaat bagi beberapa pihak,
antara lain sebagai berikut :
1.4.1 Penulis
Manfaat Praktikum Kamar Mesin bagi penulis antara lain :
1. Dapat mengaplikasikan teori pendahuluan yang telah diajarkan pada pertemuan sebelumnya.
2. Dapat mendalami teori pendahuluan yang telah diberikan sebelumnya melalui praktikum secara langsung
3. Dapat mengoperasikan mesin diesel secara manual dan mengoperasikan mesin sesuai dengan tahapan
tahapan yang telah ditentukan.
4. Dapat mengetahui potensi potensi bahaya yang ditimbulkan dalam pengoperasian mesin diesel di
tempat kerja.
5. Dapat melakukan analisa dan perhitungan mengenai IHP, BHP, Mb, SFOC, Q, Pe, dan m
6. Dapat Memberikan rekomendasi perbaikan kondisi panas akibat pengaruh Mesin Diesel di bengkel Motor
Bakar PPNS, serta hal hal apa saja yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja
pada pengoperasian mesin diesel sebagai calon seorang ahli k3 di perusahaan.
BAB 2
LANDASAN TEORI
1. Pada saat piston bergerak TMB ke TMA, maka akan menghisap gas hasil percampuran udara, bahan
bakar dan pelumas masuk ke dalam ruang bilas. Percampuran ini dilakukan oleh karburator atau sistem
injeksi. (Lihat pula:Sistem bahan bakar)
2. Saat melewati lubang pemasukan dan lubang pembuangan, piston akan mengkompresi gas yang terjebak
dalam ruang bakar.
3. Piston akan terus mengkompresi gas dalam ruang bakar sampai TMA.
4. Beberapa saat sebelum piston sampai di TMA, busi menyala untuk membakar gas dalam ruang bakar.
Waktu nyala busi sebelum piston sampai TMA dengan tujuan agar puncak tekanan dalam ruang bakar
akibat pembakaran terjadi saat piston mulai bergerak dari TMA ke TMB karena proses pembakaran
sendiri memerlukan waktu dari mulai nyala busi sampai gas terbakar dengan sempurna.
1. Efisiensi mesin dua tak lebih rendah dibandingkan mesin empat tak.
2. Mesin dua tak memerlukan oli yang dicampur dengan bahan bakar (oli samping/two stroke oil) untuk
pelumasan silinder mesin.
Kedua hal di atas mengakibatkan biaya operasional mesin dua tak lebih tinggi dibandingkan mesin empat
tak.
3. Mesin dua tak menghasilkan polusi udara lebih banyak, polusi terjadi dari pembakaran oli samping dan
gas dari ruang bilas yang terlolos masuk langsung ke lubang pembuangan.Pelumasan mesin dua tak
tidak sebaik mesin empat tak mengakibatkan usia suku cadang dalam komponen ruang bakar relatif lebih
rendah
2.4.3 Aplikasi
Mesin dua tak diaplikasikan untuk mesin bensin maupun mesin diesel. Mesin bensin dua tak
digunakan paling banyak di mesin kecil, seperti :
2.4.4 Pengembangan
Penggunaan teknologi injeksi langsung dengan tujuan menurunkan emisi gas buang. Pada mesin
diesel 2 langkah atau 2 tak biasanya dipergunakan blower yang khusus menyediakan udara bilas. Blower
itu terdiri dari pasangan sayap yang saling bersinggungan rapat sesamanya dan berputar dalam satu
rumahnya. Salah satu dari sayap digerakkan oleh motor itu sendiri atau sumber dari luar. Udara yang
terdapat diantara sayap sayap dibawa dan dipindahkan ke ruang penerima (kotak udara) yang terdapat
pada pinggang silinder. Blower itu berputar pada putaran beberapa kali lebih tinggi daripada putaran
motor. Udara bilas itu berkumpul pada kotak udara yang terdapat pada pinggang silinder dimana terdapat
saluran saluran bilas. Pemasukan udara bilas dilakukan melalui deretan lubang masuk yang terdapat
pada sebagian besar dari pinggang silinder. Lubang lubang tersebut dibuka dan ditutup oleh torak.
Pada tutup silinder terdapat dua katup buang. Gas buang dikeluarkan melalui kedua katup tersebut dan
muatan bilas masuk melalui lubang masuk yang ada pada pinggang silinder tadi. Katup itu terbuka pada
saat yang terjadi pada motor 2 langkah dengan pembilasan engkol.
2. Waktu
3. RPM
5. Voltage
6. Ampere
BAB 3
HASIL PRAKTIKUM
2.1 Data Hasil Praktikum
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan hasil sesuai dengan tabel 3.1 berikut.
Tabel 3.1 Data Hasil Praktikum
RPM 610 702 812
Fuel Consumption:
Elektrik:
Spesifikasi Generator
Spesifikasi generator ini didapatkan dengan pengamatan langsung berdasarkan name plate
generator dan didapatkan data sebagai berikut.
cos =08
potensi = 62 KVa
Frekuensi = 60 Hz
Voltase = 440 V
Kuat Arus = 68.2 A
Fuel Consumption:
Elektrik:
Perhitungan
Setelah dilakukan rekap dan konversi data, dilakukan perhitungan sebagai dengan mengunakan data
sebagai berikut.
Diketahui :
Data yang diperlukan dalam perhitungan adalah sebagai berikut :
Pi = 5.4 bar
Pme = 4.3 bar
l = 0.127 m
d = 0.108 m
n = 610 rpm
A = (d)2
= (0.108 m)2
= 9.16 x 10(-3) m2
z =4
c =1
cos = 0.8
Ditanya :
Data di atas digunakan untuk menjawab beberapa pertanyaan sebagai berikut.
a. IHP
b. BHP
c. mb
d. SFOC
e. Q
f. Pe
g. m
Jawaban :
= 11,49 kW
BHP = 12,21 Hp
= 9,15 kW
mb = 4,097 x 0,85
= 3,48 ( )
SFOC = 0,38
Q = 30 .
= 30 .
= 62,21
Pe = Va . Ia . cos .
m = 79,63 %
= 13,23 kW
BHP = 14,05 Hp
= 10,54 kW
mb = x 0,85
= 4,15
SFOC = 0,39
Q = 72,25
Pe = Va . Ia . cos .
m = 79,66 %
= 15,30 kW
BHP = 16,31 Hp
= 12,23 kW
mb = x 0,85
= 5,67
SFOC = 0,46
Q = 30 .
= 30 .
= 82,70
Pe = Va . Ia . cos .
m = 79,93 %
Berdasarkan tabel 3.3 dapat dilihat bahwa RPM berbanding lurus dengan IHP. Untuk RPM 610,
didapatkan IHP sebesar 11,49, untuk RPM 702 didapatkan IHP sebesar 13,23, sedangkan untuk RPM
812 didapatkan IHP sebesar 15,30. Semakin tinggi RPM maka IHP yang dihasilkan juga semakin tinggi.
BHP dan RPM sangat berhubungan. BHP berbanding lurus dengan RPM. Hal ini dapat dilihat
pada tabel 3.4 mengenai Hubungan nilai RPM dengan BHP di bawah ini.
Berdasarkan Tabel 3.4 dapat kita lihat bahwa semakin besar nilai RPMnya, maka nilai BHP
yang didapatkan juga semakin besar. Pada tabel hasil praktikum ini didapatkan hasil untuk RPM 610,
702, dan 812 berturut turut memiliki nilai BHP sebesar 9,15, 10,54, dan 15,30.
Berdasarkan hasil perhitungan yang disajikan dalam Tabel 3.6 didapatkan hasil bahwa untuk
nilai RPM 610, 702, dan 812 didapatkan nilai SFOC berturut turut sebagai berikut yaitu 0,38, 0,39, dan
0,46. Nilai RPM dan SFOC dalam praktikum ini berbanding lurus.
Berdasarkan Tabel 3.7 Hubungan nilai RPM dengan Q didapatkan hasil untuk nilai RPM
sebesar 610, 702, dan 812 didapatkan nilai Q berturut turut 62,21, 72,25, dan 82,70. Nilai RPM dan Q
pada praktikum ini berbanding lurus.
Berdasarkan Tabel 3.8 Hubungan nilai RPM dengan Pe didapatkan hasil untuk nilai RPM
sebesar 610, 702, dan 812 didapatkan nilai Pe berturut turut 11085,13, 14715,50, dan 20077,93. Nilai
RPM dan Pe pada praktikum ini berbanding lurus. Karena semakin besar RPM membutuhkan daya yang
besar pula.
Berdasarkan Tabel 3.9 Hubungan nilai RPM dengan mdidapatkan hasil untuk nilai RPM
sebesar 610, 702, dan 812 didapatka nilai m berturut turut 79,63, 79,66, dan 79,93. Nilai RPM
dan m pada praktikum ini berbanding lurus.
3.3 Potensi Bahaya pada Mesin Diesel pada Bengkel Motor Diesel PPNS
Pada saat praktikum Kamar Mesin banyak dijumpai peralatan yang tidak memenuhi standar,
hal ini diakibatkan kurangnya maintenance atau perawatan dan usia mesin, sehingga ketika
pengoperasian diperlukan pemeriksaan awal untuk mencegah adanya potensi bahaya sebagai berikut :
1. Suhu yang panas atau iklim kerja yang panas
2. Kebakaran pada kamar mesin
3. Ledakan pada kamar mesin
4. Penyakit akibat kerja (PAK).
3.4 Rekomendasi
Untuk mencegah potensi potensi bahaya yang terjadi di kamar mesin diberikan beberapa rekomendasi
sebagai berikut :
1. Ketika berada di dalam kamar mesin, harus mematuhi dan mentaati SOP yang ada di kamar mesin
2. Memberikan sanksi bagi setiap orang yang tidak mematuhi SOP di kamar mesin
3. Melakukan penguian untuk tiap tiap peralatan sesuai dengan standar k3.
4. Melakukan perawatan atau maintenance untuk masing masing mesin sehingga dapat mencegah dan
mengurangi terjadinya kecelakaan kerja di ruang mesin.
5. Setiap orang yang memasuki ruang Kamar Mesin diwajibkan untuk selalu memakai APD yang
meliputi safety shoes, ear muff, ear plug, sarung tangan dan safety clothes.
BAB 4
KESIMPULAN
Daya IHP merupakan daya mesin yang dihasilkan dari pengukuran pada piston, sedangkan
Daya BHP merupakan daya mesin yang dihasilkan dari pengukuran pada flywheel. Daya IHP lebih besar
dari BHP karena IHP merupakan power yang berasal dari hasil ekspansi. Dan dari hasil daya IHP
dikurangi dengan gesekan-gesekan dari berbagai komponen mesin, seperti gesekan antara poros engkol
dan stang piston, dll. Daya BHP dapat terjadi karena adanya IHP yang tenaganya sebagian hilang akibat
adanya gesekan. Sehingga daya BHP lebih kecil dari daya IHP.
4.2 Saran
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, terdapat beberapa hal yang kami sarankan untuk
meningkatkan kwalitas praktikum. Berikut adalah beberapa saran yang kami berikan:
1. Seharusnya praktikan diharapkan menggunakan alat pelindung diri yang lengkap agar mengurangi
resiko bahaya yang timbul pada kamar mesin.
2. Praktikan diwajibkan menggunakan ear muff agar mengurangi bahaya kebisingan di tempat kerja.
3. Praktikan wajib mematuhi SOP yang ada di Kamar Mesin.
DAFTAR PUSTAKA
http://dicksriyanto.blogspot.com/2010/08/mesin-diesel-2-tak.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Mesin_dua_tak
http://en.wikipedia.org/wiki/Horsepower