Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air adalah komoditas yang dibutuhkan manusia untuk bermacam keperluan. Air lebih
dari sekedar perpaduan zat kimia hidrogen dan oksigen. Air digunakan untuk air minum,
bahan baku industri, bahan penunjang kegiatan pertanian, perkebunan, perikanan dan
pariwisata, untuk sumber energi bagi pusat listrik tenaga uap dan tenaga air. Perbandingan
antara jumlah penduduk dan kebutuhan air ini mengakibatkan terjadinya kelangkaan air
akibat kurangnya persediaan air dibandingkan dengan permintaannya.

Walau Indonesia dikategorikan sebagai Negara yang memiliki sumberdaya air yang
melimpah, memasuki abad 21 kelangkaan air dan sumber air sudah menjadi kenyataan
untuk sebagian wilayah Indonesia, khususnya di daerah perkotaan dan pusat-pusat
pengembangan wilayah di sekitar perkotaan.

Pengelolaan sistem irigasi yang baik erat kaitannya dengan peningkatan produksi
daerah irigasi karena itu dalam pengoperasian suatu jaringan irigasi hendaknya selalu
diperhatikan mengenai ketersediaan air, kebutuhan air dan bagaimana cara membagi air
yang ada tersebut sejauh mungkin adil dan merata agar semua tanaman dapat tumbuh
dengan baik.

Sumberdaya air merupakan bagian dari kekayaan alam dikuasai oleh negara dan
digunakan untuk kemakmuran rakyat secara lestari sebagaimana termaktub dalam pasal 33
ayat 3 UUD 1945. Ketetapan ini ditegaskan kembali dalam pasal I Undang-Undang Pokok
Agraria tahun 1960 bahwa bumi, air dan ruang angkasa termasuk kekayaan alam yang
terkandung di didalamnya termasuk wilayah Republik Indonesia sebagai karunia Tuhan
Yang Maha Esa adalah merupakan kekayaan nasional. Perolehan air bersih di pedesaan
atau wilayah pegunungan umumnya lebih mudah karena banyak terdapat mata air bersih
yang jernih dan aman dikonsumsi oleh masyarakat. Oleh karena itu segala upaya
perencanaan dan pengelolaan sumberdaya air diperlukan supaya air yang diperoleh dapat
terdistribusi dengan baik.
1.2 Identifikasi Masalah
Wilayah Tulungagung, yang merupakan dataran rendah memiliki sebagian wilayah
pegunungan yang sejuk. Penduduk yang relatif banyak menyebabkan kebutuhan air di
Tulungagung perlu diperhatikan secara baik. Pengaturan dan pemanfaatan air sangat
dibutuhkan agar penggunaan air merata dan dapat dipergunakan secara maksimal oleh
masyarakat. Sedangkan debit air yang dialirkan ke masyarakat semakin lama semakin
berkurang dari yang diterima sebelumnya. Masyarakat sekitar sangat mengandalkan
penyediaan air bersih yang dikelola Bapel Hippam Tirto Wilis yang sudah didirikan sejak
tahun 2003 untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari.

Pengelolaan air agardapat didistribusikan ke masyarakat membutuhkan biaya agar


penyalurannya berjalan dengan baik. Biaya-biaya ini mencakup biaya proses pengelolaan air,
biaya pendistribusian air kepada masyarakat, biaya pemasangan pompa, pemasangan pipa
atau sambungan dan biaya administrasi lainnya. Selain biaya pengelolaan air secara umum
tersebut, juga terdapat biaya-biaya pemeliharaan dan perawatan selama penggunaan sistem
penyediaan air bersih yang tersedia. Mengkaji kesediaan masyarakat untuk membayar
(wilingness to pay) air bersih saat terjadi peningkatan pelayanan atau pengembangan yang
dilakukan oleh pengelola juga menjadi faktor penting dalam penentuan harga air. Berkaitan
dengan upaya pengembangan sarana penyediaan air bersih, maka tidak dapat dipungkiri
bahwa kenaikan tarif air bersih akan terus terjadi secara berkala. Sehingga semakin
diperlukan adanya kajian tentang penentuan harga air berdasarkan kelayakan ekonomi
penduduk Desa Pucanglaban dan Desa Kaligentong.

1.3 Batasan Masalah


Studi ini membahas mengenai kelayakan ekonomi dalam penentuan harga air pada
sistem penyediaan air baku dengan batasan-batasan studi sebagai berikut :

1. Daerah studi adalah Desa Pucanglaban dan Desa Kaligentong.


2. Data yang digunakan untuk analisis kelayakan ekonomi Biaya konstruksi, biaya
operasi & pemeliharaan, dan usia guna bangunan dihitung dari data teknis proyek
penyediaan air bersih Kecamatan Pucanglaban. Parameter yang digunakan untuk
menganalisis kelayakan ekonomi untuk menetapkan harga air adalah Benefit Cost
Ratio (B/C), Net benefit (B-C), Internal Rate of Return ( IRR), Analisa Sensitivitas,
Titik Impas Investasi.
3. Data yang digunakan untuk penetapan harga air adalah data biaya konstruksi, biaya
operasi dan pemeliharaan, biaya total, kebutuhan air, harga air, manfaat, dan b/c.
4. Analisis harga air yang dilakukan yaitu tahun 2015 2030

1.4 Rumusan Masalah


Permasalahan yang dirasa perlu untuk mendapatkan perhatian dan menjadi objek
dari studi dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana analisis kelayakan ekonomi dalam penentuan harga air pada desa
pucanglaban berdasarkan data tahun 2015 2030 ?
2. Berapakah harga air bersih per m3 eksisting dan pengembangan tahun 2015-2030
proyek penyediaan air bersih desa Pucanglaban dan desa Kaligentong didapatkan
harga air dalam berbagai kondisi.

1.5. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari penelitian ini dapat mengetahui kondisi eksisting dan permasalahan yang
timbul di daerah penyediaan air bersih di wilayah setempat, dapat mengetahui gambaran
umum teknik konstruksi sistem penyediaan air bersih yang digunakan., dapat mengetahui
nilai kelayakan ekonomi untuk penetapan harga air bersih di Desa Pucanglaban dan Desa
Kaligentong dimasa sekarang dan di masa yang akan datang, dapat memprediksi harga air
yang layak secara ekonomi dimasa 15 tahun yang akan datang

Adapun manfaat yang akan didapat dari penelitian ini adalah memberikan masukan
kepada badan pengelola terkait dalam penentuan harga air bersih dengan memperhatikan
tingkat kesediaan dan kesanggupan masyarakat setempat. Memberikan bahan pertimbangan
bagi pemerintah daerah dalam memperhatikan kesejahteraan masyarakat pedesaan dalam
mengakses air bersih agar semua kalangan masyarakat dapat secara merata menikmati produk
air bersih sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Air Baku

Sumber air baku memegang peranan yang sangat penting dalam industri air
minum. Air baku atau raw water merupakan awal dari suatu proses dalam penyediaan
dan pengolahan air bersih. Sekarang apa yang disebut dengan air baku. Berdasar SNI
6773:2008 tentang Spesifikasi unit paket Instalasi pengolahan air dan SNI 6774:2008
tentang Tata cara perencanaan unit paket instalasi pengolahan air pada bagian Istilah
dan Definisi yang disebut dengan Air Baku adalah : Air yang berasal dari sumber air
pemukaan, cekungan air tanah dan atau air hujan yang memenuhi ketentuan baku
mutu tertentu sebagai air baku untuk air minum Sumber air baku bisa berasal dari
sungai, danau, sumur air dalam, mata air dan bisa juga dibuat dengan cara
membendung air buangan atau air laut. Evaluasi dan pemilihan sumber air yang layak
harus berdasar dari ketentuan berikut :

1. Kualitas dan kuantitas air yang diperlukan

2. Kondisi iklim

3. Tingkat kesulitan pada pembangunan intake

4. Tingkat keselamatan operator

5. Ketersediaan biaya minimum operasional dan pemeliharaan untuk IPA

6. Kemungkinan terkontaminasinya sumber air pada masa yang akan datang

7. Kemungkinan untuk memperbesar intake pada masa yang akan datang


2.2 Konsep Ekonomi

Orang/kelompok/perusahaan yang secara simultan melakukan kegiatan


transaksi ekonomi disebut dengan pelaku ekonomi (economy entity). Sementara itu,
kegiatannya disebut dengan kegiatan ekonomi. Dengan demikian, kegiatan ekonomi
adalah suatu konsep aktivitas yang berorientasi pada proses untuk mendapatkan
keuntungan ekonomis (profit) dengan adanya perbedaan nilai manfaat (value) dari
suatu objek akibat dari adanya perbedaan waktu, tempat, sifat atau kepemilikan
terhadapobjek tersebut.

Nilai ekonomi dari suatu objek akan sangat tergantung dari hukum kebutuhan
dan ketersediaan (demand dan supply). Di mana jika supply banyak demand kecil
maka harganya jadi turun dan sebaliknya jika supply sedikit demand banyak harga
naik. Oleh karena itu, setiap pelaku ekonomi perlu memahami dan mengetahui kondisi
supply demand tersebut secara baik dan memanfaatkan situasi itu sebagai peluang
dalam mendapatkan keuntungan ekonomisnya secara optimal (Giatman, 2007: 4).

2.3 Biaya Proyek

2.3.1 Biaya Modal

Terdiri dari 2 macam biaya yaitu biaya langsung dan tidak langsung.
Istilah-istilah biaya yang sering ditemukan ini meliputi hampir seluruh elemen
biaya yang juga dapat masuk ke dalam kategori biaya tetap dan variabel
sebelumnya yang bertopang tindih serta biaya-biaya berulang dan tidak
berulang.

2.3.1.1. Biaya Langsung (Direct Cost)

Biaya yang secara beralasan dapat diukur dan dialokasikan ke suatu


keluaran atau kegiatan kerja tertentu. Biaya buruh dan biaya material yang
dihubungkan langsung dengan produk, jasa, atau kegiatan kontruksi
adalah biaya-biaya langsung.

2.3.1.2. Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost)

Biaya tidak langsung (Indirect Cost) adalah biaya-biaya yang sulit


untuk dimasukkan atau dialokasikan ke suatu keluaran atau kegiatan kerja
tertentu. Istilah ini biasanya menunjukkan jenis-jenis biaya yang kiranya
memerlukan terlalu banyak usaha untuk secara langsung mengalokasikan
ke keluaran tertentu. Dalam penggunaan biaya-biaya ini adalah biaya-
biaya yang dialokasikan melalui rumus-rumus tertentu (seperti, secara
proporsional terhadap jam tenaga kerja langsung, nilai uang tenaga kerja
langsung, atau nilai uang material langsung) ke suatu keluaran atau
kegiatan kerja.

2.3.2 Biaya Modal

Biaya tahunan dari perencanaan proyek penyediaan air bersih terdiri dari
perhitungan biaya operasi dan pemeliharaan.

2.3.3 Analisa Manfaat

A. Manfaat Langsung ditimbulkan karena adanya pembangunan sistem


penyediaan air bersih Desa Pucanglaban dan Desa Kaligentong.

B. Manfaat tak langsung menyebabkan meningkatnya pemenuhan kebutuhan air


untuk warga dan menurunnya penyakit yang disebabkan oleh air.
2.4 Analisa Ekonomi

2.4.1 Benefit Cost Ratio ( B/C)

Dalam perhitungan Benefit Cost Ratio ini masing-masing komponen


manfaat dan biaya dijadikan nilai sekarang ( present value ).

2.4.2 Net Benefit ( B-C)

Analisa ekonomi dengan menggunakan selisih benefit dan cost (B-C).


Dalam evaluasi ini nilai pada B-C pada tingkat suku bunga yang berlaku harus
mempunyai harga > 0. Jika nilai B-C = 0 maka proyek tersebut mempunyai
manfaat yang senilai dengan biaya investasinya. Jika B-C < 0 maka proyek
tersebut dari segi ekonomi tidak layak dibangun.

2.4.3 Internal Rate of Return ( IRR)


Internal Rate of Return ( tingkat pengembalian internal ) didefinisikan
sebagai tingkat suku bunga yang membuat manfaat dan biaya mempunyai nilai
yang sama atau B C = 0 atau tingkat suku bunga yang membuat B/C = 1
( Kodoatie, 1995:112).

2.4.4 Analisa Sensitivitas

Analisa sensivitas adalah analisa yang digunakan untuk mengetahui apa


yang terjadi dengan hasil proyek apabila terjadi kemungkinan perubahan dalam
penentuan nilai-nilai untuk biaya dan manfaat yang masih merupakan suat
kemungkinan.

2.4.5 Titik Impas Investasi

Titik impas investasi (Break Even Point/BEP) digunakan untuk


menentukan lamanya waktu umtuk pengembalian modal.
BAB III

3.1 Metodologi Penelitian

3.1.1 Lokasi Penelitian

Kabupaten Tulungagung memiliki letak geografis antara 111 0 43` hingga 1120 7`
Bujur Timur dan antara 70 51 hingga 80 08` Lintang Selatan. Dengan luas wilayah Kabupaten
Tulungagung sebesar 1.055,65 km2.

Untuk lokasi studi ini berada di Desa Pucanglaban dan Desa Kaligentong
Kecamatan Pucanglaban Kabupaten Tulungagung. Wilayah Desa Pucanglaban dan Desa
Kaligentong terletak di kawasan Kecamatan Pucanglaban. Luas wilayah Kecamatan
Pucanglaban adalah 82,94 km2. Secara geografis, Kecamatan Pucanglaban merupakan
wilayah dataran rendah yang berkisar antara 225 meter di atas permukaan laut. . Batas
batas wilayah Kecamatan Pucanglaban adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Desa Sumberbendo


Sebelah Timur : Kabupaten Blitar
Sebelah Selatan : Samudra Hindia
Sebelah Barat : Desa Panggungkalak

3.1.2 Langkah Pengolahan Data


Sistematika pembahasan dalam studi ini secara umum dapat dijelaskan sebagai
berikut:

1.Biaya konstruksi, biaya operasi & pemeliharaan, dan usia guna bangunan dihitung dari
data teknis proyek penyediaan air bersih Kecamatan Pucanglaban.

2.Dari biaya konstruksi, biaya operasi & pemeliharaan, dan usia guna bangunan dilakukan
analisa biaya.

3.Proyeksi jumlah penduduk dihitung sampai dengan tahun 2030 dari data jumlah
penduduk menggunakan metode Geometrik.

4.Besarnya kebutuhan air bersih dihitung berdasarkan proyeksi jumlah penduduk.

5.Kebutuhan air bersih dihitung terhadap debit sumber air yang ada, apakah debit sumber
tersebut mencukupi untuk memenuhi kebutuhan air bersih sampai dengan tahun 2030.

6.Besarnya produksi air dihitung dari tingkat pemakaian air penduduk di Kecamatan
Pucanglaban, sehingga diperoleh nilai manfaat.

7.Setelah mengetahui besarnya manfaat dan biaya selanjutnya dilakukan analisa ekonomi
yaitu biaya-manfaat, biaya/manfaat, tingkat pengembalian internal, titik impas investasi,
analisa sensivitas.

8.Penetapan prediksi harga air bersih per m3 saat ini dan di masa yang akan mendatang
berdasarkan analisa ekonomi.

Anda mungkin juga menyukai