Anda di halaman 1dari 36

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berat bayi lahir merupakan salah satu indikator kesehatan bayi baru lahir,

yang mana seorang bayi sehat dan cukup bulan, pada umumnya bayi mempunyai

berat lahir sekitar 3000 gram (Karlinah, 2015). Secara umum berat bayi lahir

yang normal adalah antara 3000 gram sampai 4000 gram, dan bila di bawah atau

kurang dari 2500 gram dikatakan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). BBLR

berhubungan dengan angka kematian dan kesakitan bayi, selain itu juga

berhubungan dengan kejadian gizi kurang di kemudian hari yaitu pada periode

balita, maka angka BBLR di suatu masyarakat dianggap sebagai indikator

status kesehatan masyarakat (Ryadi, 2016). Tidak semua bayi baru lahir

yang memiliki berat lahir kurang dari 2500 gram lahir adalah Bayi Kurang

Bulan (BKB). Demikian pula tidak semua bayi baru lahir dengan berat lahir

lebih dari 2500 gram lahir adalah aterm atau Bayi Cukup Bulan (Kosim dkk,

2008).

Persentase berat badan bayi baru lahir anak balita menurut Provinsi,

Riskesdas 2013 di Indonesia terdapat 82,5% dengan berat badan lahir normal

2500 3999 gram dan 17,5% dengan berat badan lahir yang tidak normal

yang terdiri 11,1% berat badan lahir < 2500 gram, sedangkan 6,4% berat

badan lahir 4000 gram. Sedangkan di Jawa Tengah terdapat 84,7% dengan

berat badan lahir normal 2500 4000 gram, sedangkan 15,3% berat badan

lahir tidak normal yang terdiri 9,9% berat badan lahir < 2500 gram dan 5,4%

berat badan lahir 4000 gram (Depkes, 2013).

1
2

Dari hasil Riset Kesehatan Dasar (2013 ) , p e n ye b a b kematian bayi

adalah sepsis 20,5%, kelainan kongenital 18,1%, pnumonia 15,4%,

prematuritas dan BBLR 12,8%, dan respiratory disorder 12,8%. Menurut

Menkes (Kementerian Kesehatan) tahun 2010, penyebab langsung kematian

bayi adalah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan kekurangan oksigen

(asfiksia) (SDKI 2013). Berdasarkan studi pendahuluan pada tanggal 25 Maret

2017 di Desa Bangsal Kecamatan Bangsal Kabupaten Mojokerto yang

berhubungan dengan judul Hubungan Paritas dengan Status Gizi BBL pada

Balita di Desa Bangsal Kecamatan Bangsal Kabupaten Mojokerto, melalui

wawancara pada ibu yang mempunyai balita sebanyak 10 orang terdapat 6 balita

(60%) dengan BBLN 2500 4000 gram dan 4 balita (40%) mempunyai berat

badan lahir tidak normal yaitu < 2500 gram.

sebanyak 168 balita (84%)dengan berat badan lahir normal 2500-4000

gram dan 32 balita (16%) dengan berat badan lahir tidak normal yaitu < 2500

gram.

Hal ini menunjukkan faktor faktor yang dapat mempengaruhi berat bayi

lahir adalah faktor lingkungan internal (umur ibu, jarak kelahiran, paritas,

kadar hemoglobin, status gizi ibu hamil, pemeriksaan kehamilan, dan penyakit

pada saat kehamilan), faktor lingkungan eksternal (kondisi lingkungan, asupan

zat gizi, dan tingkat sosial ekonomi ibu hamil), faktor penggunaan sarana

kesehatan yang berhubungan frekuensi pemeriksaan kehamilan atau antenatal

care. Umur ibu erat kaitannya dengan berat bayi lahir. Kehamilan dibawah umur

20 tahun merupakan kehamilan berisiko tinggi, 2 - 4 kali lebih tinggi karena

wanita masih dalam masa pertumbuhan, sehingga panggulnya relative masih


3

kecil sedangkan kehamilan diatas umur 35 tahun mempunyai problem

kesehatan seperti hipertensi, diabetes mellitus, anemia, dan penyakit kronis

lainnya. Kemudian pada kehamilan > 4 anak / jarak kelahiran < 2 tahun dapat

mempengaruhi berat bayi lahir rendah karena nutrisi yang kurang serta

tumbuh kembang lebih lambat (Hartanto, 2011).

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang Hubungan Paritas dengan Status Gizi BBL pada Balita di

Desa Bangsal Kecamatan Bangsal Kabupaten Mojokerto.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dan latar belakang yang telah dikemukakan diatas

maka rumusan masalahnya adalah : Adakah hubungan paritas ibu dengan

status gizi BBL pada balita di Desa Bangsal Kecamatan Bangsal Kabupaten

Mojokerto.

1.3 Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan paritas ibu dengan berat bayi lahir di

Desa Bangsal Kecamatan Bangsal Kabupaten Mojokerto.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi paritas ibu di Desa Bangsal Kecamatan Bangsal

Kabupaten Mojokerto.

b. Mengidentifikasi status gizi BBL pada balita di Desa Bangsal

Kecamatan Bangsal Kabupaten Mojokerto.

c. Menganalisis hubungan paritas dengan status gizi BBL pada Balita di

Desa Bangsal Kecamatan Bangsal Kabupaten Mojokerto.


4

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi peneliti hasil penelitian ini dapat digunakan untuk

menambah wawasan tentang hubungan umur dan paritas ibu

dengan berat bayi lahir

b. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat memberikan informasi

untuk memiliki perhatian terhadap paritas ibu dengan status gizi bayi

baru lahir.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi profesi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

masukan bagi profesi bidan untuk memberikan penatalaksanaan dan

pencegahan yang tepat terhadap paritas ibu dengan status gizi bayi

baru lahir pada balita sehingga dapat menurunkan angka kematian

maternal dan perinatal.

b. Bagi klien dan masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan

pengetahuan pada ibu hamil khususnya tentang paritas ibu yang

berhubungan dengan status gizi bayi baru lahir pada balita, sehingga

diharapkan dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga

kehamilan dan melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin


5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Paritas

2.1.1 Definisi Paritas

Paritas adalah keadaan melahirkan anak baik hidup ataupun mati,

tetapi bukan aborsi, tanpa melihat jumlah anaknya. Dengan demikian,

kelahiran kembar hanya dihitung sebagai satu kali paritas (Stedman,

2003). Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh

seorang perempuan (BKKBN, 2006).

Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang

mampu hidup di luar rahim (28 minggu) (JHPIEGO,2008). Jumlah paritas

merupakan salah satu komponen dari status paritas yang sering dituliskan

dengan notasi G-P-Ab, dimana G menyatakan jumlah kehamilan (gestasi),

P menyatakan jumlah paritas, dan Ab menyatakan jumlah abortus.

Sebagai contoh, seorang perempuan dengan status paritas G3P1Ab1,

berarti perempuan tersebut telah pernah mengandung sebanyak dua

kali, dengan satu kali paritas dan satu kali abortus, dan saat ini tengah

mengandung untuk yang ketiga kalinya (Stedman, 2003).

2.1.2 Klasifikasi Jumlah Paritas

Berdasarkan jumlahnya, maka paritas seorang perempuan

dapat dibedakan menjadi:

5
6

1. Nullipara

Nullipara adalah perempuan yang belum pernah melahirkan anak

sama sekali (Manuaba, 2009).

2. Primipara

Primipara adalah perempuan yang telah melahirkan seorang

anak, yang cukup besar untuk hidup didunia luar (Verney, 2006).

Primipara adalah perempuan yang telah pernah melahirkan

sebanyak satu kali (Manuaba, 2009).

3. Multipara

Multipara adalah perempuan yang telah melahirkan seorang anak

lebih dari satu kali (Prawirohardjo, 2005). Multipara adalah

perempuan yang telah melahirkan dua hingga empat kali (Manuaba,

2009)

4. Grandemultipara

Grandemultipara adalah perempuan yang telah melahirkan 5

orang anak atau lebih dan biasanya mengalami penyulit dalam

kehamilan dan persalinan (Manuaba, 2009). Grandemultipara adalah

perempuan yang telah melahirkan lebih dari lima kali (Verney,

2006). Grandemultipara adalah perempuan yang telah melahirkan

bayi 6 kali atau lebih, hidup atau mati (Rustam, 2005).

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi paritas menurut Friedman adalah

1. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang


7

terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-cita

tertentu. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka makin

mudah dalam memperoleh menerima informasi, sehingga

kemampuan ibu dalam berpikir lebih rasional. Ibu yang mempunyai

pendidikan tinggi akan lebih berpikir rasional bahwa jumlah anak

yang ideal adalah 2 orang.

2. Pekerjaan

Pekerjaan adalah serangkaian tugas atau kegiatan yang harus

dilaksanakan oleh seseorang sesuai dengan jabatan atau profesi

masing-masing. Beberapa segi positif menurut (Jacinta F. Rini,2009)

adalah mendukung ekonomi rumah tangga. Pekerjaan jembatan

untuk memperoleh uang dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup

dan untuk mendapatkan kualitas hidup yang baik untuk keluarga

dalam hal gizi, pendidikan, tempat tinggal, sandang, liburan dan

hiburan serta fasilitas pelayanan kesehatan yang diinginkan. Banyak

anggapan bahwa status pekerjaan seseorang yang tinggi, maka boleh

mempunyai anak banyak karena mampu dalam memenuhi kebutuhan

hidup sehari-sehari.

3. Keadaan ekonomi

Kondisi ekonomi keluarga yang tinggi mendorong ibu untuk

mempunyai anak lebih karena keluarga merasa mampu dalam

memenuhi kebutuhan hidup.


8

4. Latar Belakang Budaya

Cultur universal adalah unsur-unsur kebudayaan yang

bersifat universal, semua kebudayaan di dunia, seperti pengetahuan

bahasa dan khasanah dasar, cara pergaulan sosial, adat-istiadat,

penilaian-penilaian umum. Tanpa disadari, kebudayaan telah

menanamkan garis pengaruh sikap terhadap berbagai masalah.

Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya,

karena kebudayaan pulalah yang memberi corak pengalaman

individu-individu yang menjadi anggota kelompok masyarakat

asuhannya. Hanya kepercayaan individu yang telah mapan dan

kuatlah yang dapat memudarkan dominasi kebudayaan dalam

pembentukan sikap individual.

Latar belakang budaya yang mempengaruhi paritas antara

lain adanya anggapan bahwa semakin banyak jumlah anak, maka

semakin banyak rejeki.

5. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan domain dari perilaku. Semakin tinggi

tingkat pengetahuan seseorang, maka perilaku akan lebih bersifat

langgeng. Dengan kata lain ibu yang tahu dan paham tentang jumlah

anak yang ideal, maka ibu akan berperilaku sesuai dengan apa

yang ia ketahui (Friedman, 2005).


9

2.2 Konsep Dasar Status Gizi

2.2.1 Pengertian Status Gizi

Status gizi adalah keadaaan kesehatan fisik seseorang atau

sekelompok orang yang ditentukan dengan salah satu atau kombinasi dari

ukuran gizi tertentu (Soekirman, 2000). Status gizi menurut Supariasa dkk

(2009) dapat diartikan adalah suatu ekspresi dari keadaan keseimbangan

dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam

bentuk variabel tertentu (Almatsier, 2003).

2.2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi

1. Faktor Eksternal

Faktor eksternal yang mempengaruhi status gizi antara lain:

a. Pemberian ASI

Pemberian makanan bayi hanya diberi ASI saja, tanpa

tambahan cairan lain seperti susu formula, madu, air teh, air putih

dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur,

susu, biskuit, dan nasi tim. Pemberian ASI secara Eksklusif ini di

anjurkan untuk jangka waktu selama 6 bulan, setelah bayi berumur

6 bulan, bayi harus di perkenalkan dengan makanan

padat,sedangkan ASI dapat di berikan sampai bayi berumur 2 tahun

atau lebih (Roesli, 2008).

b. Pemberian makanan tambahan

Pemberian makanan bayi selain ASI juga tambahan cairan

lain seperti susu formula, madu, air teh, air putih dan tambahan
10

makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur, susu, biskuit dan nasi

tim. Pemberian ini dilakukan setelah bayi berumur 6 bulan (Roesli,

2008).

c. Pemberian ASI dan makanan tambahan

Pemberian ASI dan makan tambahan yaitu bayi sebelum

berumur 6 bulan di beri makanan ASI dan makanan tambahan

seperti susu formula, madu, air teh, air putih dan tambahan

makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur, susu, biskuit dan nasi

tim (Roesli, 2008).

2. Faktor Internal

Faktor Internal yang mempengaruhi status gizi antara lain :

a. Usia

Usia akan mempengaruhi kemampuan atau pengalaman

yang dimiliki orang tua dalam pemberian nutrisi anak balita

(Nursalam, 2001).

b. Kondisi Fisik

Mereka yang sakit, yang sedang dalam penyembuhan dan

yang lanjut usia, semuanya memerlukan pangan khusus karena

status kesehatan mereka yang buruk. Bayi dan anak-anak yang

kesehatannya buruk, adalah sangat rawan, karena pada periode

hidup ini kebutuhan zat gizi digunakan untuk pertumbuhan cepat

(Suhardjo, 2009).
11

c. Infeksi

Infeksi dan demam dapat menyebabkan menurunnya nafsu

makan atau menimbulkan kesulitan menelan dan mencerna

makanan (Suhardjo, 2009).

d. ASI

ASI adalah cairan biologis kompleks yang mengandung

semua nutrient yang diperlukan untuk status gizi anak. Asupan ASI

Eksklusif akan berpengaruh kepada status gizinya, karena ASI

Eksklusif mengandung semua yang dibutuhkan oleh tubuh bayi

(Roesli, 2008).

2.2.3 Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan

pengukuran secara langsung dan pengukuran tidak langsung. Pengukuran

secara langsung antara lain : biokimia, klinis dan biofisik. Sedangkan

pengukuran secara tidak langsung (Supariasa dkk, 2009).

1. Antropometri Gizi

Merupaka salah satu pengukuran yang banyak di gunakan

dalam penilaian status gizi. Status gizi dapat dilakukan dengan

mengukur beberapa parameter, parameter adalah ukuran tunggal dari

tubuh manusia, yaitu:

a. Umur

Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi.

Kesalahan penentuan umur akan menyebabkan interpretasi status


12

gizi menjadi salah. Batasan umur digunakan adalah tahun umur

penuh (completed year) dan untuk anak umur 0-2 tahun,

digunakan bulan usia penuh (completed month).

b. Berat Badan

Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting,

dan dipakai pada setiap kesempatan memeriksa kesehatan anak

pada semua kelompok umur.Berat badan merupakan hasil

peningkatan atau penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh

(Supariasa dkk, 2009).

c. Tinggi Badan

Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi

keadaan telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak

diketahui dengan tepat.Tinggi badan merupakan ukuran kedua

yang penting, karena dengan menghubungkan berat badan

terhadap tinggi badan (Quaic stick).Faktor umur dapat

dikesampingkan.Pengukuran tinggi badan anak balita yang sudah

dapat berdiri dilakukan dengan alat pengukuran tinggi mikroba

(Supariasa dkk, 2009).

2. Indeks Antropometri

Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status

gizi.Kombinasi antara beberapa parameter disebut indeks

antropometri.Beberapa indek telah diperkenalkan seperti pada hasil

seminar antropometri 1975. Di Indonesia, ukuran baku hasil


13

pengukuran, dalam negri belum ada, maka untuk berat badan (BB)

dan tinggi badan (TB) digunakan buku HARVARD yang di sesuaikan

untuk Indonesia (100% baku Indonesia= 50 persentile buku Harvard)

(Supariasa dkk. 2009).

a. Berat Badan Menurut Umur (BB/U)

Berat adalah salah satuparameter yang memberikan

gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitive terhadap

perubahan yang sangat mendadak, misalnya karena terserang

penyakit.Mengingat karakteristik berat badan yang labil, maka

indek BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini

(Supariasa dkk, 2009).

b. Tinggi Badan Menurut Umur

Tinggi badan merupakan antropometri yang

menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal.Pada keadaan

normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan

umur.Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relative

kurng sensitive terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu

yang pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan

akan Nampak dalam waktu yang relative lama. Berdasarkan

karakteristik tersebut maka indek ini menggambarkan status gizi

masa lalu (Supariasa dkk, 2009).


14

c. Berat Badan Menurut Tinggi badan

Berat badan memiliki hubungan yang linier dengan tinggi

badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan

searah dengan pertumbuhan berat badan dengan kecepatan

tertentu. Indek BB/TB merupakan indikator yang sangat baik

untuk menilai status gizi saat ini.Indek BB/TB merupakan indek

yang independen terhadap umur (Supariasa dkk, 2009).

3. Pengukuran Antropometri

Untuk menginterpretasikan sebagai indek antropometri, dibutuhkan

nilai ambang batas.Penentuan ambang batas diperlukan kesepakatan

ahli gizi. Ambang batas dapat disajikan kedalam tiga cara yaitu :

persen terhadap median, persentil dan devisiasi unit. WHO

menyarankan menggunakan deviasi unit untuk meneliti dan untuk

memantau pertumbuhan.Standar deviasi unit tersebut juga Z-skor.

Perhitungan dengan rumus

Keterangan : X : BB atau TB aktual / hasil pengukuran

M : Nilai Baku Median BB atau TB

SB : Nilai Simpang Baku

Jika BB aktual yang diketahui berada di atas nilai median maka SB

yang digunakan adalah jarak antara 0 SD dengan 1 SD tetapi, jika BB

aktual yang diketahui berada dibawah nilai median maka SB yang

digunakan adalah jarak antara 0 SD dengan - 1 SD ( Supariasa dkk,

2009 ).
15

Tabel 2.1 Kategori Status Gizi Berdasarkan Indikator yang Digunakan

pada Bayi Laki-Laki dan perempuan Umur 6 bulan

Indikator Status Gizi Keterangan


Berat Badan menurut Gizi Buruk L/P,(4,6 / 4,2)
Umur (BB/U) Gizi Kurang L/P,(4,7-5,4/4,3-4,9)
Gizi Sedang L/P,(5,5-6,1/5,0-5,7)
Gizi Baik L/P,(6,2-9,4/5,8-8,6)
Gizi Lebih L/P,( 9,5 / 8,7)
Tinggi Badan menurut Sangat Pendek < -3,0
Umur (TB/U) Pendek -3 s/d < -2,0
Normal -2,0
Berat Badan menurut Sangat Kurus < -3,0
Tinggi Badan (BB/TB) Kurus -3 s/d < -2,0
Normal -2 s/d 2,0
Gemuk > 2,0
Sumber : ( Supariasa dkk,2009 ).

2.3 Konsep Dasar Bayi Baru Lahir

2.3.1 Pengertian Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37

minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai

dengan 4000 gram (Kristiyanasari, 2009).

Bayi baru lahir merupakan individu yang sedang bertumbuh dan

baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan

penyesuaian diri dari kehidupan kehidupan intrauterin ke kehidupan

ekstrauterin (Dewi, 2011).

Kesimpulannya adalah bayi baru lahir merupakan bayi lahir

yang dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterin ke

kehidupan ekstrauterin.
16

2.3.2 Asuhan Segera Bayi Baru Lahir

Bidan harus mengetahui kebutuhan transisional bayi dalam

beradaptasi dengan kehidupan diluar uteri sehingga ia dapat membuat

persiapan yang tepat untuk kedatangan bayi baru lahir. Adapun asuhannya

sebagai berikut (Fraser Diane, 2011):

1. Pencegahan kehilangan panas seperti mengeringkan bayi baru lahir,

melepaskan handuk yang basah, mendorong kontak kulit dari ibu ke

bayi, membedong bayi dengan handuk yang kering

2. Membersihkan jalan nafas.

3. Memotong tali pusat.

4. Identifikasi dengan cara bayi diberikan identitas baik berupa gelang

nama maupun kartu identitas.

5. Pengkajian kondisi bayi seperti pada menit pertama dan kelima

setelah lahir, pengkajian tentang kondisi umum bayi dilakukan

dengan menggunakan nilai Apgar.

2.3.3 Asuhan Bayi Baru Lahir

Menurut Saifuddin (2009) Asuhan bayi baru lahir adalah sebagai

berikut:

1. Pertahankan suhu tubuh bayi 36,5 C.

2. Pemeriksaaan fisik bayi.

3. Pemberian vitamin K pada bayi baru lahir dengan dosis 0,5 1 mg

4. Mengidentifikasi bayi dengan alat pengenal seperti gelang.

5. Lakukan perawatan tali pusat.


17

6. Dalam waktu 24 jam sebelum ibu dan bayi dipulangkan kerumah

diberikan imunisasi.

7. Mengajarkan tanda-tanda bahaya bayi pada ibu seperti pernafasan bayi

tidak teratur, bayi berwarna kuning, bayi berwarna pucat, suhu

meningkat, dll.

8. Mengajarkan orang tua cara merawat bayi

2.3.4 Hal-hal yang harus diperhatikan dalam asuhan pada bayi baru lahir

menurut APN (2008):

1. Persiapan kebutuhan resusitasi untuk setiap bayi dan siapkan rencana

untuk meminta bantuan, khususnya bila ibu tersebut memiliki riwayat

eklamsia, perdarahan, persalinan lama atau macet, persalinan dini atau

infeksi.

2. Jangan mengoleskan salep apapun atau zat lain ke tali pusat. Hindari

pembungkusan tali pusat. tali pusat yang tidak tertutup akan

mengering dan puput lebih cepat dengan komplikasi yang lebih

sedikit.

3. Bila memungkinkan jangan pisahkan ibu dengan bayi dan biarkan

bayi bersama ibunya paling sedikit 1 jam setelah persalinan.

4. Jangan tinggalkan ibu dan bayi seorang diri dan kapanpun.

2.3.5 Prinsip asuhan bayi baru lahir normal (Hidayat, 2010):

1. Cegah kehilangan panas berlebihan.

2. Bebaskan jalan nafas.

3. Rangsangan taktil.
18

4. Laktasi (dimulai dalam waktu 30 menit pertama).

2.3.6 Cara kehilangan panas tubuh pada bayi baru lahir

Menurut Yanti (2009) proses kehilangan panas pada tubuh bayi

baru lahir sebagai berikut

1. Evaporasi yaitu proses kehilangan panas melalui cara penguapan oleh

karena temperatur lingkungan lebih rendah dari pada temperatur

tubuh (bayi dalam keadaan basah).

2. Konduksi yaitu proses kehilangan panas tubuh melalui

kontak langsung dengan benda yang mempunyai suhu lebih rendah.

3. Konveksi yaitu proses penyesuaian suhu tubuh melalui sirkulasi

udara terhadap lingkungan.

4. Radiasi yaitu proses hilangnya panas tubuh bayi bila diletakan

dekat dengan benda yang lebih rendah suhunya dari tubuh.

2.3.7 Cara mencegah terjadinya kehilangan panas

Menurut APN (2008) untuk mencegah terjadinya kehilangan

panas pada bayi baru lahir adalah sebagai berikut:

1. Keringkan tubuh bayi tanpa membersihkan verniks.

2. Letakkan bayi agar terjadi kotak kulit ibu ke kulit bayi.

3. Selimuti ibu dan bayi dan pakaikan topi di kepala bayi.

4. Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir.

2.3.8 Penanganan Bayi Baru Lahir

Menurut Prawirohardjo (2009) menyebutkan bahwa penanganan

bayi baru lahir seperti dibawah ini:


19

1. Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 menit), kemudian meletakan

bayi diatas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah

dari tubuhnya, bila bayi mengalami asfiksia lakukan resusitasi

2. Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan

biarkan kontak kulit ibu-bayi lakukan penyuntikan oksitosin.

3. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3cm dari pusat bayi

dan memasang klem kedua 2cm dari klem pertama.

4. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari

gunting dan memotong tali pusat diantara klem.

5. Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti

bayi dengan kain yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala.

6. Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu

untuk memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI

2.4 Konsep Dasar Balita

2.4.1 Pengertian

Balita adalah anak dengan usia dibawah 5 tahun dengan karakteristik

pertumbuhan yakni pertumbuhan cepat pada usia 0-1 tahun dimana umur 5 bulan

BB naik 2x BB lahir dan 3x BB lahir pada umur 1 tahun dan menjadi 4x pada

umur 2 tahun. Pertumbuhan mulai lambat pada masa pra sekolah kenaikan BB

kurang lebih 2 kg/ tahun, kemudian pertumbuhan konstan mulai berakhir.

(Soetjiningsih, 2011)

Balita merupakan istilah yang berasal dari kependekan kata bawah lima

tahun. Istilah ini cukup populer dalam program kesehatan. Balita merupakan
20

kelompok usia tersendiri yang menjadi sasaran program KIA (Kesehatan Ibu dan

Anak) di lingkup Dinas Kesehatan. Balita merupakan masa pertumbuhan tubuh

dan otak yang sangat pesat dalam pencapaian keoptimalan fungsinya. Periode

tumbuh kembang anak adalah masa balita, karena pada masa ini pertumbuhan

dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan kemampuan

berbahasa, kreatifitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan

sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya (supartini, 2009)

Bawah Lima Tahun atau sering disingkat sebagai balita, merupakan salah

satu periode usia manusia setelah bayi sebelum anak awal. Rentang usia balita

dimulai dari satu sampai dengan lima tahun, atau bisa digunakan perhitungan

bulan yaitu usia 12-60 bulan.

Periode usia ini disebut juga sebagai usia prasekolah (Wikipedia, 2009).

sebagai berikut :

1. Perkembangan fisik

Di awal balita, pertambahan berat badan Balita merupakan singkatan

bawah lima tahun, satu periode usia manusia dengan rentang usia dua hingga lima

tahun, ada juga yang menyebut dengan periode usia prasekolah. Pada fase ini anak

berkembang dengan sangat pesat (Choirunisa, 2009).

Pada periode ini, balita memiliki ciri khas perkembangan menurun

disebabkan banyaknya energi untuk bergerak.

2. Perkembangan Psikologis

Dari sisi psikomotor, balita mulai terampil dalam pergerakanya

(lokomotion), seperti berlari, memanjat, melompat, berguling, berjinjit,


21

menggenggam, melempar yang berguna untuk mengelola keseimbangan tubuh

dan mempertahankan rentang atensi.

Pada akhir periode balita kemampuan motorik halus anak juga mulai

terlatih seperti meronce, menulis, menggambar, menggunakan gerakan pincer

yaitu memegang benda dengan hanya menggunakan jari telunjuk dan ibu jari

seperti memegang alat tulis atau mencubit serta memegang sendok dan

menyuapkan makanan kemulutnya, mengikat tali sepatu. Dari sisi kognitif,

pemahaman tehadap obyek telah lebih ajeg. Kemampuan bahasa balita tumbuh

dengan pesat. (Choirunisa, 2009 : 10).

2.4.2 Komunikasi pada balita

Karakteristik anak usia balita (terutama anak usia dibawah 3 tahun atau

todler) sangat egosentris. Selain itu, anak juga mempunyai perasaan takut pada

ketidaktahuannya sehingga anak perlu diberi tahu tentang apa yang akan terjadi

pada dirinya.

Aspek bahasa, anak belum mampu berbicara secara fasih, oleh karena itu,

saat menjelaskan, gunakan kata yang sederhana, singkat, dan gunakan istilah yang

dikenalnya. Posisi tubuh yang baik saat berbicara pada anak adalah jongkok,

duduk di kursi kecil, atau berlutut sehingga pandangan mata kita akan sejajar

dengannya.

Satu hal yang akan mendorong anak untuk meningkatkan kemampuan

dalam berkomunikasi adalah dengan memberikan pujian atas apa yang telah

dicapainya atau ditunjukkannya terhadap orang tuanya (Supartini, 2004).


22

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Kerangka Konseptual

Nullipara

Faktor yang mempengaruhi


paritas: Nullipara
1. Pendidikan
2. Pekerjaan
PARITAS Multipara
3. Keadaan ekonomi
4. Latar Belakang Budaya
5. Pengetahuan Grandemultipara

Faktor-Faktor Yang Gizi Buruk


Mempengaruhi Status Gizi
1. Faktor Eksternal
a. Pemberian ASI Gizi Kurang
b. Pemberian makanan Status Gizi
tambahan BBL pada
c. Pemberian ASI dan Gizi Sedang
Balita
makanan tambahan
2. Faktor Internal
Gizi Baik
a. Usia
b. Kondisi Fisik
c. Infeksi Gizi Lebih
d. ASI

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual hubungan paritas dengan status gizi


bayi baru lahir di Desa Bangsal Kecmatan Bangsal Kabupaten
Mojokerto

22
23

Dalam penelitian ini paritas dipengurihi oleh beberapa factor diantaranya

adalah Pendidikan, Pekerjaan, Keadaan ekonomi, Latar Belakang

Budaya,Pengetahuan sedangkan status gizi BBL pada balita dipengaruhi oleh

factor Faktor Eksternal yang meliputi Pemberian ASI, Pemberian makanan

tambahan, Pemberian ASI dan makanan tambahan dan Faktor Internal diantaranya

adalah Usia, Kondisi Fisik, Infeksi dan ASI. Dari beberapa factor diatas maka

jumlah paritas akan sesuai dengan factor yang dominan mempengaruhinya

sehingga berpengaruh terhadap status gizi balita.

3.2 Hipotesis

H1 : Ada hubungan paritas dengan status gizi BBL pada balita di Desa
VBangsal Kecamatan Bangsal Kabupaten Mojokerto.
24

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian adalah cara kerja yang digunakan dalam melakukan

suatu penelitian (Fathoni, 2005). Pada bab ini akan menguraikan tentang:1)

Desain penelitian, 2) Populasi, Sampel dan Sampling, 3) Identifikasi variabel

dan definisi operasional, 4) Prosedur penelitian, 5) Pengumpulan data, 6)

Pengolahan data, 7) Etika penelitian.

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rencana penelitian yang disusun

sedemikian rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban terhadap

pertanyaan penelitian. Desain penelitian mengacu pada jenis atau macam

penelitian yang dipilih untuk mencapai tujuan penelitian, serta berperan

sebagai alat dan pedoman untuk mencapai tujuan tersebut. (Setiadi, 2013).

24
25

4.2 Populasi, Sampel, Sampling

4.2.1 Populasi

Populasi merupakan wilayah generalisasi tang terdiri atas objek atau

subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Setiadi,

2013).

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai

balita di Desa Bangsal Kecamatan Bangsal Kabupaten Mojokerto sebanyak

400 balita

4.2.2 Sampling

Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi untuk menjadi

sampel dari populasi untuk dapat mewakili populasi (Setiadi, 2013).

Sampling dalam penelitian ini menggunakan Non Probability

Sampling yaitu teknik yang tidak memberi kesempatan yang sama bagi

anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik Non Probability

Sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik proporsional

sampling yaitu dengan pemilihan sampel sesuai dengan kehendak peneliti

terkait dengan karakteritisk responden (Setiadi, 2013).

4.2.3 Sampel

Sample adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2006).

Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus sampling

sebagai berikut :
26

N
n
1 N (d ) 2

Keterangan : n = Jumlah Sampel

N = Jumlah Populasi

d = Standart Eror menggunakan 0,05

(Nursalam, 2013)

400
n
1 400(0,05) 2
400
n
1 400(0,0025)
400
n 200
2

Dusun Puloniti : 60 Balita

Dusun Sumberwono : 40 Balita

Dusun Pacing : 58 Balita

Dusun Kauman : 42 Balita

Dusun Pudak Sari : 54 Balita

Dusun Sawahan : 46 Balita

Dusun Sumbertebu : 51 Balita

Dusun Gayam : 49 Balita

X
n xN 1
N

Keterangan :

n = Jumlah sampel yang diinginkan setiap strata

N = Jumlah seluruh populasi


27

X = Jumlah popul,asi pada tiap strata

N1 = Sampel

Berdasarkan rumus jumlah sampel dari masing-masing 8 desa tersebut

yaitu:

60
Sampel Dusun Puloniti : x 200 30
400

40
Sampel Dusun Sumberwono : x 200 20
400

58
Sampel Dusun Pacing : x 200 29
400

42
Sampel Dusun Kauman : x 200 21
400

54
Sampel Dusun Pudak Sari : x 200 27
400

46
Sampel Dusun Sawahan : x 200 23
400

51
Sampel Dusun Sumbertebu : x 200 26
400

49
Sampel Dusun Gayam : x 200 24
400

Melalui rumus diatas maka sampel dalam penelitian ini sebanyak

30+20+29+21+27+23+26+24 = 200 responden

4.3 Kriteria Sampel

Agar karakteristik sampel tidak menyimpang dari populasinya, maka

sebelum dilakukan pengambilan sampel perlu ditentukan kriteria inklusi,

maupun kriteria eksklusi.


28

1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi

oleh setiap anggota populasi yang dapat di ambil sebagai sampel.

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

a. Bayi baru lahir usia 0-6 bulan di Desa Bangsal Kecamatan Bangsal

Kabupaten Mojokerto.

b. Bayi yang ibunya bersedia dijadikan responden.

2. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat

diambil sebagai sampel.

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :

a. Ibu yang tidak bisa baca tulis

b. Ibu yang tidak mau menjadi responden

c. Ibu tidak mempunyai balita

d. Ibu yang sedang sakit

Setelah disesuaikan dengan criteria penelitian hasil rumus diatas

yaitu 200 responden

4.4 Identifikasi Variabel Dan Definisi Operasional

Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai

beda terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain-lain). (Nursalam,

2013).Variabel dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu:


29

4.4.1 Variabel Independen

Variabelindependen adalah variabel yang memengaruhi atau nilainya

menentukan variabel lain. (Nursalam, 2013). Variabel independen yang

digunakan dalam penelitian ini adalah paritas.

4.4.2 Variabel Dependen

Variabel dependen variabel yang dipengaruhi nilainya ditentukan oleh

variabel lain. (Nursalam, 2013). Variabel dependen dalam penelitian ini

adalah status gizi BBL pada balita.

4.4.3 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan penjelasan semua variabel dan istilah

yang akan digunakan dalam penelitian operasional sehingga akhirnya

mempermudah pembaca mengartikan makna penelitian. (Setiadi, 2013).

Tabel 4.1 Definisi Operasional Hubungan Paritas dengan status gizi


bayi baru lahir di Desa Bangsal Kecamatan Bangsal
Kabupaten Mojokerto.

Definisi Indikator/ Alat


Variabel Skala Kriteria
Operasional Parameter Ukur

Variabel Jumlah anak 1. Nulipara (0-1 Lembar N - Nuli Para


Independen: yang pernah anak) observa O - Primipara
Paritas dilahirkan 2. Primipara (1 si M - Multipara
anak) I - Grandemu
3. Multipara (2-4 N ltipara
anak) A
4. Grandemultipara L
(5 anak / lebih)
30

Variabel Keadaan gizi BB/TB/U K N Gizi Buruk


Dependen bayi yang M O Gizi
: baru S M Kurang
Status Gizi dilahirkan I Gizi
Bayi Baru pada balita N Sedang
Lahir pada atau anak A Gizi Baik
balita usia 1-5 L Gizi Lebih
tahun
31

Kerangka kerja adalah tahapan atau langkah-langkah kegiatan penelitian

yang akan dilakukan untuk mengumpulkan data yang diteliti untuk mencapai

tujuan penelitian. (Setiadi, 2013). Kerangka kerja dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :
Populasi
Semua ibu yang mempunyai balita di Desa Bangsal Kecamatan Bangsal
Kabupaten Mojokerto sebanyak 400 balita

Sampling
Proporsional `sampling

Sampel
Sebagian ibu yang mempunyai balita di Desa Bangsal Kecamatan Bangsal
Kabupaten Mojokerto sebanyak 54 balita

Desain Penelitian
Analitik korelasional

Variabel Independen : Variabel dependen


Paritas Status Gizi Bayi Baru Lahir
Instrumen Lembar Observasi Instrumen : KMS

Instrumen Lembar Observasi Instrumen : KMS

Pengolahan data : (Lembar observasi, coding, scoring, tabulating)

Analisa data : Menggunakan Uji Spearmean Rho

Penyajian data : Dalam bentuk tabel

Kesimpulan
Hasil Penelitian Hubungan paritas dengan status gizi bayi baru lahir

Gambar 4.1 Kerangka Kerja Hubungan Paritas dengan status gizi bayi
baru lahir di Desa Bangsal Kecamatan Bangsal Kabupaten
Mojokerto.
32

4.5 Pengumpulan Data

4.5.1 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan dalam

pengumpulan data penelitian. Cara pengumpulan data tersebut meliputi

wawancara berstruktur, observasi, angket, pengukuran atau melihat data

statistik (data sekunder seperti dokumentasi) (Hidayat, 2013).

Pada penelitian ini metode pengumpulan data menggunakan

kuesioner/checklist. merupakan metode dalam pengumpulan data dengan

mewancarai langsung dari responden yang diteliti (Hidayat, 2013).

1.6.2 Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat bantu pengambilan data pada kegiatan

penelitian menggunakan suatu metode. Macam-macam instrumen antara

lain tes atau soal tes yang digunakan untuk metode tes, angket atau

kuesioner digunakan untuk metode angket atau kuesioner, check-list

digunakan untuk metode, observasi, dan pedoman dokumentasi atau dapat

juga menggunakan check-list yang digunakan untuk metode dokumentasi.

(Arikunto, 2006).

1. Untuk variabel Independen yaitu paritas cukup menggunakan lembar

checklist karena hanya ingin mengetahui berapa jumlah anak yang

pernah dilahirkan.

2. Sedangkan untuk variabel dependen yaitu status gizi bayi baru lahir

dengan menggunakan antopometri


33

1.6.3 Lokasi dan waktu penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Bangsal Kecamatan Bangsal

Kabupaten Mojokerto pada bulan Juni 2017.

1.7 Tekhnik Analisa Data

Metode pengumpulan data adalah suatau proses pendekatan kepada

subyek dan proses pengumpulan karakteristik subyek yang diperlukan

dalam suatu penelitian. Selama proses pengumpulan data, peneliti

memfokuskan pada penyediaan subyek, melatih tenaga pengumpulan data

(jika diperlukan), memperhatikan prinsip-prinsip validitas dan reliabilitas,

serta menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi agar data dapat

terkumpul sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. (Nursalam, 2013).

1.7.1 Editing

Editing adalah mengedit adalah memeriksa daftar pertanyaan yang

telah diserahkan oleh para pengumpul data. Tujuan daripada editing adalah

untuk mengurangi kesalahan atau kekurangan yang ada di dalam daftar

pertanyaan (Narbuko, 2010).

Kegiatan editing pada penelitian ini adalah melakukan pemeriksaan

kembali kuesioner yang telah diisi oleh responden meliputi : kelengkapan

isian, serta kejelasan jawaban dan tulisan.

1.7.2 Coding

Coding merupakan mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari para

responden ke dalam bentuk angka/bilangan. Biasanya klasifikasi dilakukan


34

dengan cara memberikan tanda atau kode bentuk angka pada masing-masing

jawaban (Setiadi, 2013).

1.7.3 Scoring

Scoring merupakan kegiatan pengolaan data untuk selanjutnya

dilakukan kesimpulan atau dengan kata lain scoring adalah menjumlahkan

seluruh hasil jawaban responden untuk kemudian dilakukan tabulasi data

(Setiadi, 2013).

Memberikan skor pada (scoring) terhadap item-item yang perlu

diberikan skor (Arikunto,2006).

1.7.4 Tabulating

Tabulating adalah membuat tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian

atau yang diinginkan oleh peneliti (Notoatmodjo, 2012). Pada tabulasi ini

data disajikan dalam bentuk tabel yang terdiri dari beberapa baris yang dan

beberapa kolom, yang digunakan untuk memaparkan sehingga mudah di

baca dan dipahami. Kemudian hasil tabulasi di presentasikan menurut

(Arikunto, 2006) sebagai berikut :

100% : Seluruhnya

76-99% : Hampir Seluruhnya

51-75% : sebagian Besar

50% : Setengah

26-49% : Hampir Setengahnya

1-25% : Sebagian Kecil

0% : Tidak Satupun
35

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan Cross Tabulation

yaitu melalui uji silang antara mutu pelayanan keperawatan dengan

kepuasan pasien dengan asumsi jika H0 ditolak dan H1 diterima berarti ada

hubungan paritas dengan status gizi bayi baru lahir di Desa Bangsal

Kecamatan Bangsal Kabupaten Mojokerto.

1.8 Etika Penelitian

Menurut (Hidayat, 2013) masalah etika keperawatan merupakan

masalah yang sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian

keperawatan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika

penelitian harus diperhatikan. Masalah etika yang harus diperhatikan antara

lain sebagai berikut :

1. Anonimity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan responden maka penelitian tidak akan

mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data atau

angket. Untuk mengetahui keikutsertaan responden, peneliti cukup

memberikan tanda atai inisial pada masing-masing lembar tersebut

(Hidayat, 2013).

2. Infomed Consent (lembar persetujuan)

Lembar persetujuan diberikan kepada subyek yang akan diteliti.

Peneliti menjelaskan maksut dan tujuan penelitian yang dilakukan. Jika

para responden bersedia diteliti, maka mereka harus menandatangani

lembar persetujuan tersebut. Jika responden menolak untuk diteliti, maka


36

peneliti tidak akan maksa dan tetap menghormati haknya (Hidayat,

2013).

3. Confidentially (Kerahasiaan)

Kerahasiaan responden dijamin oleh peneliti, hanya kelompok data

yang diperkirakan saja yang akan dilaporkan sebagai peneliti. Atau

peneliti hanya mempublikasikan data dalam bentuk laporan sebagai hasil

riset dalam rangka memenuhi tugas akhir program sarjana kekebidanan.

Anda mungkin juga menyukai