Anda di halaman 1dari 65

KARYA TULIS ILMIAH

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUGARAN


JASMANI USIA LANJUT DI PANTI SOSIAL TRESNA
WERDHA PUSPA KARMA MATARAM
TAHUN 2016

OLEH :

CHYNTIA NOFRIANTI
NIM : 13.9.1.051

PRODI STUDI KEPERAWATAN (DIII)


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NAHDATUL WATHAN MATARAM
TAHUN 2016
2

LEMBAR PERSETUJUAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUGARAN JASMANI


USIA LANJUT DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA
PUSPA KARMA MATARAM
TAHUN 2016

Proposal Karya Tulis Ilmiah ini telah disetujui, diperiksa dan siap diujikan
dihadapan Tim Penguji Fakultas Ilmu Kesehatan UNW Mataram

Pembimbing I Pembimbing II

( H. Shopan Ardianto, SKM.,MPH ) ( Ns. Goziyan, S.Kep.,MMR )

Mengatahui,
Ketua Program Studi DIII Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan UNW Mataram

( Ns. Erniawati Pujiningsih, S.Kep )

ii
3

LEMBAR PENGESAHAN

KARYA TULIS ILMIAH

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUGARAN JASMANI


USIA LANJUT DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA
PUSPA KARMA MATARAM
TAHUN 2016

Telah Diuji dan Dipertahankan pada


Tanggal : Oktober 2016

Oleh Tim Penguji

Ketua Penguji,

( H. Shopan Ardianto, SKM.,MPH )

Penguji I

( NS. Nirmala Endang Elis, S.Kep )

Penguji II

( Ns. Goziyan, S.Kep.,MMR )

Mengetahui,
Fakultas Ilmu Kesehatan UNW Mataram
Dekan,

Hj. Wilya Isnaeni, SKM.MM.


NIDN. 0831126517

iii
4

ABSTRAK

Program Studi Keperawatan (D III)


Fakultas Ilmu Kesehatan UNW Mataram
Mataram, Oktober 2016

Chyntia Nofrianti
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kebugaran Jasmani Usia Lanjut di Panti
Sosial Tresna Werdha Puspa Karma Mataram Tahun 2016
VII + 49 halaman + 3 tabel + 1 gambar + 3 lampiran

Berdasarkan data jumlah lanjut usia di Panti Sosial Tresna Werda Puspa Karma
Mataram, pada bulan Desember 2015 sebanyak 76 orang. Dari survey yang
dilakukan oleh peneliti, lansia yang memahami tentang kebugaran jsmani
berjumlah 22 orang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang
mempengaruhi kebugaran jasmani usia lanjut di Panti Sosial Tresna Werdha
Puspa Karma Mataram Tahun 2016.
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Populasinya adalah lansia yang
kooperatif yang di rawat di panti sosial trisna werda Puspa Karma Mataram
sebanyak 25 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah total sampling sehingga jumlah sampel yang diperoleh sebanyak 25 sampel.
Alat bantu yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 25 sampel yang diteliti, dari segi umur,
sebagian besar lansia berada pada kegori cukup bugar, dari segi jenis kelamin
sebagian besar lansia berada pada kategori kurang bugar, kemudian dari segi
makanan yang dikonsumsi sebagian besar lansia berada pada kategori cukup
bugar sedangkan dari segi istirahat dan tidur sebagian besar lansia berada pada
kategori kurang bugar.
Disarankan kepada tenaga kesehatan yang ada di Puspa Karma agar lebih
memperhatikan pola istirahat, tidur dan makanan para lansia agar kebugaran
jasmaninya dapat terjaga dengan baik dan memastikan makanannya dihabiskan
serta kebutuhan lansia terpenuhi 7-8 jam

Kata Kunci : Kebugaran Jasmani, Usia Lanjut


Daftar Bacaan : 13 (2007 2016)

iv
5

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan

Rahmat, Karunia, Taufik serta Hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul Faktor-faktor Yang

Mempengaruhi Kebugaran Jasmani Usia Lanjut di Panti Sosial Tresna Werdha

Puspa Karma Mataram Tahun 2016.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Proposal ini

penulis tidak lepas dari bantuan segenap pihak, oleh karena itu dengan segala

kerendahan hati penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. TGKH L. Gde M. Ali Wirasakti Amir Murni, Lc.,MA., selaku Rektor

Universitas Nahdlatul Wathan Mataram.

2. Hj. Wilya Isnaeni, SKM,MM., selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Nahdlatul Wathan Mataram.

3. Kurniatun, SST.M.Kes., selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Nahdlatul Wathan Mataram.

4. Hj. Lale Syifaunnufus, S.Farm., selaku Wakil Dekan II Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Nahdlatul Wathan Mataram.

5. Ns. Sofian Hadi, S.Kep., selaku Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Nahdlatul Wathan Mataram.

6. H. Shopan Ardianto, SKM.,MPH, selaku Pembimbing I yang penuh kesabaran

memberikan dorongan, bimbingan, pengarahan serta saran-saran yang

bermanfaat bagi penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

v
6

7. Ns. Goziyan, S.Kep.,MMR., selaku Pembimbing II yang penuh kesabaran

memberikan dorongan, bimbingan, pengarahan serta saran-saran yang

bermanfaat bagi penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Kesehatan UNW Mataram yang memberikan

bekal ilmu pengetahuan dan bimbingan kepada penulis.

9. Terima kasih kepada kedua orang tuaku yang telah memberikan semangat

kepada penulis dalam menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

Demi perbaikan dan kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini, dengan

kerendahan hati penulis sangat mengharapkan masukan, kritik ataupun saran dari

semua pihak.

Semoga Allah SWT memberikan limpahan rahmat kepada kita semua dan

Karya Tulis Ilmiah ini dapat berguna khususnya bagi penulis sendiri dan

umumnya bagi pihak lain yang memanfaatkannya

Mataram, Oktober 2016

Penulis

vi
7

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii

ABSTRAK ...................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR .................................................................................... v

DAFTAR ISI ................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Belakang ............................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 4

D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 6

A. Konsep Kebugaran Jasmani ........................................................... 6

1. Pengertian Kebugaran Jasmani................................................. 6

2. Kebugaran jasmani pada lansia ............................................... 6

3. Komponen Kebugaran Jasmani ................................................ 8

4. Faktor Yang Mempengaruhi Kebugaran Jasmani ................... 9

5. Latihan Kebugaran Jasmani ..................................................... 12

vii
8

B. Konsep Lansia ................................................................................ 13

1. Definisi ..................................................................................... 13

2. Batasan Lanjut Usia .................................................................. 13

3. Tipe lansia ............................................................................... 14

4. PerubahanPerubahan Yang Terjadi Pada Lansia .................... 16

5. Masalah dan penyakit pada lansia ............................................ 24

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL .......... 27

A. Kerangka Konsep ........................................................................... 27

B. Definisi Operasional ....................................................................... 28

BAB IV METODE PENELITIAN ................................................................. 29

A. Desain Penelitian ............................................................................ 29

B. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................... 29

C. Populasi dan Sampel ...................................................................... 29

D. Prosedur Pengambilan Data ........................................................... 30

E. Pengumpulan Data ......................................................................... 32

F. Cara Pengolahan Data .................................................................... 32

G. Analisa Data ................................................................................... 33

H. Etika Penelitian ............................................................................. 34

BAB V HASIL PENELITIAN ....................................................................... 36

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian ............................................ 36

B. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kebugaran

jasmani usia lanjut ......................................................................... 38

viii
9

BAB VI PEMBAHASAN ............................................................................... 41

A. Faktor Yang Mempengaruhi Kebugaran Jasmani Usia Lanjut ..... 41

1. Umur ..................................................................................... 41

2. Jenis Kelamin ........................................................................ 42

3. Makanan ................................................................................ 43

4. Istirahat dan Tidur ................................................................. 44

BAB VII PENUTUP ........................................................................................ 46

A. Kesimpulan .................................................................................... 46

B. Saran .............................................................................................. 46

LAMPIRAN

ix
10

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 3.1. Kerangka Konsep ....................................................................... 27

x
11

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 3.1. Definisi Operasional ........................................................................ 28

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Faktor-faktor Yang


Berhubungan dengan Kebugaran Jasmani di Panti Sosial Tresna
Werdha Puspakarma Mataram Tahun 2016 ................................. 39

xi
12

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian

Lampiran 2. Master Tabel

Lampiran 3. Lembar Konsultasi

Lampiran 4. Jadwal Penelitian

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penduduk lanjut usia (lansia) merupakan bagian dari anggota keluarga

dan anggota masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan

peningkatan usia harapan hidup. World Health Organization (WHO) atau

organisasi kesehatan dunia mencatat data sensus penduduk jumlah populasi

lanjut usia 60-74 tahun di dunia terus bertambah. Pada tahun 1950 sebanyak

13 juta orang (4% dari jumlah total populasi), tahun 2000 sebanyak 16 juta

orang (7,2% dari jumlah total populasi) dan terus bertambah berkisar 8 juta

orang setiap tahunnya. Diperkirakan pada tahun 2025 menjadi 41,5 juta orang

(13,6% dari jumlah total populasi) dan pada tahun 2050 sebanyak 79,6 juta

orang (23,7% dari jumlah total populasi) (U.S Census Bureau, 2011).

Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan pada peningkatan

kualitas hidup manusia termasuk usia lanjut. Berdasarkan Undang-Undang

No.13 tahun 1988 pasal 1 ayat 2 tentang kesejahteraan lanjut usia dinyatakan

bahwa yang dimaksutkan dengan orang-orang berumur lanjut usia adalah 60

tahun keatas. Keberhasilan pembangunan dalam bidang kesehatan

mengakibatkan meningkatnya Usia Harapan Hidup (UHH) dari usia 66,7

tahun untuk perempuandan 62,9 tahun untuk laki-laki pada tahun 1995,

menjadi 71 tahun untuk perempuan dan 67 tahun untuk laki-laki pada tahun

2005. Tahun 2020 diproyeksikan jumlah penduduk yang berusia diatas 60

1
2

tahun akan berjumlah 28,8 juta jiwa atau 11,34% dari seluruh penduduk

Indonesia (Depkes RI, 2011)

Usia lanjut 60 tahun ke atas di Kota Matarammeningkat dari 3,16%

(pada tahun 2008) menjadi 3,46% (pada tahun 2011). Bila dibandingkan

menurut jenis kelamin pada kelompok usia lanjut jumlah penduduk

perempuan adalah 5.841 orang (50,99%) lebih banyak dari pada jumlah laki-

laki yang berjumlah 5.614 orang (49,01%) (Dikes Kota Mataram 2014).Pola

penyakit lansia menempuh siklus hidup yang panjang sebelum menimbulkan

berbagai komplikasi dan manifestasi klinik. Awalnya seseorangyang sehat,

dengan bertambahnya usia dan tergantung gaya hidup yang dijalaninya dari

lingkungan serta pelayanan kesehatan yang diterimanya, orang tersebut dapat

mengalami penurunan fisik atupun gangguan kesehatan lainnya yang dapat

mengganggu kebugaran jasmani dan lain-lain. Apabila penyakit tersebut tidak

terdeteksi atau diobati secara dini maka akan terjadi komplikasi penyakit yang

menetap dalam tubuh lansia (Hadi Saputro dan Martono, 2012).

Permasalahan penyakit yang dihadapi lansia tersebut karena adanya

kemunduran sel-sel (proses penuaan) yang mempengaruhi fungsi dan

kemampuan sistem tubuh, termasuk syaraf, jantung, dan pembuluh darah akan

berdampak pada masalah kesehatan keluarga baik secara langsung maupun

tidak langsung. Terutama menyangkut masalah psikis yang dirasakan lansia

ketika berada di masa klimakterium yaitu dimana masa peralihan yang dilalui

seorang wanita dari periode reproduktif ke periode non reprodutif yang

dikenal dengan masa menopause atau andropause pada laki-laki.Oleh karena


3

itu merupakan suatu tantangan bagi kita untuk mengupayakan lansia tetap

memiliki kesiapan fisik dan mental serta adanya peningkatan perilaku hidup

sehat sehingga menjadi sumber daya manusia yang optimal (Pujiastuti, 2013).

Agar tetap aktif sampai tua, sejak muda seseorang perlu melakukan

aktivitas fisik/ olahraga secara benar dan teratur dan tidak merokok. Rencana

hidup yang realistis seharusnya sudah dirancang jauh sebelum memasuki masa

lanjut usia, paling tidak individu sudah punya rencana aktivitas apa yang akan

dilakukan kelak bila pensiun sesuai dengan kemampuan dan minatnya.

Berdasarkan prinsip tersebut maka lanjut usia merupakan usia yang penuh

kemandirian baik dalam tingkah laku kehidupan sehari-hari, bekerja maupun

berolahraga. Dengan menjaga kesehatan fisik, mental, spiritual, ekonomi, dan

sosial, seseorang dapat memilih masa tua yang lebih membahagiakan,

terhindar dari banyak masalah kesehatan.(Nugroho, 2011).

Berdasarkan jumlah data lanjut usia di Panti Sosial Tresna Werda

Puspa Karma Mataram, pada bulan Desember 2015 sebanyak 76 orang. Dari

survey yang dilakukan oleh peneliti, lansia bugar yang memahami tentang

kebugaran jsmani berjumlah 22 orang .

Berdasarkan masalah tersebut di atas penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang Faktor yang Mempengaruhi Kebugaran Jasmani Usia

Lanjut di Panti Sosial Tresna Werdha Puspa Karma Mataram Tahun 2016.
4

B. Rumusan Masalah

Masalah yang dapat dirumuskan berdasarkan uraian latar belakang di

atas yaitu Faktor yang Mempengaruhi Kebugaran Jasmani Usia Lanjut di

Panti Sosial Tresna Werdha Puspa Karma Mataram Tahun 2016?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Adapun yang menjadi tujuan umum dalam penelitian ini adalah

untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kebugaran jasmani usia

lanjut di Panti Sosial Tresna Werdha Puspa Karma Mataram Tahun

2016

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Keluarga

Sebagai masukan informasi bagi keluarga lansia dalam rangka

meningkatkan kesadaran lansia untuk hidup sehat (aktivitas fisik).

Keluarga dapat memahami dan meningkatkan pengetahuan tentang hidup

sehat pada lanjut usia. Sehingga penting bagi keluarga sebagai lingkungan

terdekat dari lansia memberikan dukungan dan perhatian untuk para lansia.

2. Bagi Responden

Memberikan gambaran bagaimana cara hidup sehat (aktivitas fisik)

di usia senja sehingga para lansia diharapkan dapat bermanfaat dan

menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.


5

3. Bagi Puspa Karma Mataram

Sebagai masukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan

kesehatan lansia melalui posyandu lansia dan meningkatkan upaya

promosi kesehatan bagi keluarga lansia.

4. Bagi Ilmu Keperawatan

Dapat djadikan sebagai bahan untuk pendekatan dalam

memberikan motivasi dan pengetahuan pada keluarga tentang gambaran

hidup sehat pada lanjut usia.

5. Bagi Peneliti Lain

Dapat dijadikan sebagai referensi untuk melakukan penelitian

pengembangan atau lanjutan.


6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kebugaran Jasmani

1. Pengertian Kebugaran Jasmani

Kebugaran jasmani adalah kemampuan seseorang untuk

menyelesaikan pekerjaan sehari-hari dengan tidak mengalami kelelahn

berlebihan,dengan tidak mengalami pengeluaran energi yang cukup besar,

untuk memenuhi kebutuhan geraknya dan menikmati waktu luang, juga

untuk memenuhi keperluan darurat bila di perlukan sewaktu-waktu

2. Kebugaran jasmani pada lansia

Kesegaran atau kebugaranjasmani pada lansia adalah kebugaran

yang berhubungan dengan kesehatan, yaitu kebugaran jantung paru,

peredaran darah, kekuatan otot dan kelenturan sendi.

Sedangkan lansia yang di kategorikan setengah bugar\tidak bugar

adalah lansia yang sakit dan tidak mampu melakukan kegiatan sehari-hari

dan tidak memiliki semangat untuk waktu santai atau kegiatan lain.

Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari setiap orang tidak akan

lepas dari kebugaran jasmani, karena kebugaran jasmani merupakan salah

satu faktor yang sangat penting dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.

Kebugaran jasmani terkait erat dengan keadaan kesehatan seseorang.

Berdasarkan definisi di atas, maka salah satu indikator seseorang

dikatakan sehat adalah mempunyai kebugaran jasmani yang baik.

Berkaitan dengan pengertian kebugaran jasmani, Kusmaedi (2008:93)

6
7

mengungkapkan, kebugaran jasmani adalah kemampuan tubuh seseorang

untuk melakukan tugas dan pekerjaan sehari-hari tanpa menimbulkan

kelelahan yang berarti, sehingga tubuh masih memiliki simpanan tenaga

untuk mengatasi beban tambahan.

Sedangkan menurut President Council N Physical Fitness And

Sport (dalam Kusmaedi, 2008:93) mengartikan kebugaran jasmani

sebagai kemampuan untuk melakukan kegiatan sehari-hari dengan penuh

vitalitas dan kewaspadaan tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan

masih cukup energi untuk bersantai pada waktu luang dan menghadapi

hal-hal yang sifatnya darurat.

Kebugaran jasmani mempunyai fungsi pengemban kesanggupan

kerja bagi siapapun, sehingga dapat menyelesaikan tugas pekerjaannya

dengan baik dengan tanpa mengalami kelelahan yang berarti. Adapun

fungsi dari kebugaran jasmani dapat digolongkan sebagai berikut :

a. Golongan yang dihubungkan dengan pekerjaan

1) Kebugaran jasmani pada lansia

Kesegaran atau kebugaranjasmani pada lansia adalah

kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan, yaitu kebugaran

jantung paru, peredaran darah,kekuatan otot dan kelenturan sendi.

2) Kebugaran jasmani bagi olahragawan dibutuhkan untuk

meningkatkan prestasi.

3) Kebugaran jasmani bagi karyawan dibutuhkan untuk meningkatkan

efisien dan produktivitas kerja.


8

4) Kebugaran Jasmani bagi pelajar dan mahasiswa jasmani Bagi anak

untuk meningkatkan prestasi dan mempertinggi kemampuan hasil

belajar.

b. Golongan yang dihubungkan dengan keadaannya.

1) Kebugaran jasmani bagi penderita cacat untuk rehabilitasi.

2) Kebugaran jasmani bagi ibu hamil untuk perkembangan bayi

dalam kandungan mempersiapkan diri menghadapi saat persalinan.

c. Golongan yang dihubungkan dengan usia

1) Kebugaran jasmani bagi anak untuk menjamin pertumbuhan dan

perkembangan yang baik.

2) Kebugaran jasmani bagi orang tua untuk mempertahankan kondisi

fisik terhadap serangan penyakit. (Sumanto Y, 1993)

3. Komponen Kebugaran Jasmani

Kebugaran jasmani terdiri dari beberapa komponen seperti yang

dikemukakan oleh Rusli Lutan (2001:8) dalam F Suharjana (2008:66)

bahwa Komponen kebugaran jasmani terdiri dari kebugaran jasmani yang

berkaitan dengan kesehatan, yang mengandung unsur empat pokok yaitu:

kekuatan otot, daya tahan otot, daya tahan aerobik, dan fleksibilitas, serta

kebugaran jasmani yang berkaitan dengan performance, mengandung

unsur: koordinasi, kelincahan, kecepatan gerak, dan keseimbangan.

Menurut Corbin, et al, (1997) komponen kebugaran jasmani yang

berhubungan dengan kesehatan meliputi: komposisi tubuh, kesegaran

jantung dan peredaran darah, kelentukan, daya tahan otot, dan kekuatan,
9

sedangkan komponen kebugaran jasmani yang berhubungan dengan

keterampilan meliputi: kelincahan, keseimbangan, koordinasi, daya ledak,

waktu reaksi, dan kecepatan.

Sedangkan menurut Entan Saptani (2007), menjelaskan bahwa

komponen kebugaran jasmani secara fisiologis adalah fungsi dari

fleksibilitas, kekuatan otot, daya tahan otot, fungsi koordinasi syarat dan

daya tahan umum. Dengan demikian kebugaran jasmani yang terkait

dengan kesehatan terdiri atas kelenturan, kekuatan otot, daya tahan otot,

dan daya tahan umum.

Berdasarkan beberapa definisi yang diuraikan diatas tentang

komponen kebugaran jasmani dapat disimpulkan bahwa status kebugaran

jasmani dapat dinilai dari komponen-komponen yang dikelompokkan

menjadi kelompok kebugaran jasmani yang berhubungan dengan unsur

kesehatan dan kelompok yang berhubungan dengan unsur keterampilan

dan performance.

4. Faktor Yang Mempengaruhi Kebugaran Jasmani

Kebugaran jasmani memiliki tingkat yang berbeda pada setiap

individu. Setiap aktivitas fisik dibutuhkan suatu tingkat kebugaran jasmani

yang didukung oleh tubuh yang sehat. Menurut Sharkey (2003:30) dalam

F.

Suharjana (2008), untuk mencapai quality of life tersebut ada tiga

aspek yang harus dipenuhi, yaitu: mengatur makanan, mengatur istirahat,

dan mengatur aktivitas (olahraga).


10

Menurut Suharjana (2008:14) faktor-faktor yang mempengaruhi

tingkat kebugaran jasmani seseorang adalah sebagai berikut:

a. Umur

Setiap tingkatan umur mempunyai tataran tingkat kebugaran

jasmani yang berbeda dan dapat ditingkatkan pada hampir semua usia.

Kebugaran jasmani anak-anak meningkat sampai mencapai maksimal

pada usia 25-30 tahun. Selanjutnya akan terjadi penurunan kapasitas

fungsional dari seluruh organ tubuh kira-kira sebesar 0,81 -1%. Namun

dengan rajin berolahraga, kecepatan penurunan tersebut dapat

diperlambat hingga separuh/setenganya.

b. Jenis Kelamin

Tingkat kebugaran jasmani putra biasanya lebih baik jika

dibandingkan dengan tingkat kebugaran jasmani putri. Hal ini

disebabkan karena kegiatan fisik yang dilakukan oleh putra lebih

banyak bila dibandingkan dengan putri. Sampai usia pubertas,

biasanya kebugaran jasmani anak laki-laki hampir sama dengan anak

perempuan. Setelah mencapai / melewati usia pubertas, anak laki-laki

biasanya mempunyai tingkat kebugaran jasmani yang jauh lebih besar

dibandingkan dengan tingkat kebugaran jasmani anak perempuan.

c. Makanan

Asupan gizi yang seimbang (12% protein, 50% karbohidrat, dan

38% lemak) akan sangat berpengaruh bagi kebugaran jasmani

seseorang. Dengan gizi yang seimbang, maka diharapkan akan


11

terpenuhinya kebutuhan gizi tubuh. Selain gizi yang seimbang,

makanan juga sangat dipengaruhi oleh kualitas bahan makanan. Yang

dimaksud bahan makan yang berkualitas adalah bahan makanan yang

sesedikit mungkin mengandung polutan. Cara pengolahan bahan

makanan juga sangat mempengaruhi kualitas makanan yang

dikonsumsi.

d. Tidur dan Istirahat

Istirahat sangat dibutuhkan bagi tubuh untuk membangun

kembali otot-otot setelah latihan sebanyak kebutuhan latihan yang ada

di dalam perangsangan pertumbuan otot. Istirahat yang cukup

sangatlah perlu bagi pikiran dangan makanan dan udara.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kebugaran jasmani menurut

buku panduan kesehatan olahraga, Faizati Karim (2002), sebagai berikut :

a. Jenis Kelamin

Sampai pubertas biasanya kebugaran jasmani anak laki-laki

hampir sama dengan anak perempuan, tetapi setelah pubertas anak

laki-laki biasanya memiliki nilai yang jauh lebih besar.

b. Keturunan/genetik

Berpengaruh terhadap kepasitas jantung paru, postur tubuh,

obesitas, haemoglobin/sel darah, dan serat otot. Berdasarkan hasil

penelitian Bowers dan Fox (1992) dalam Sukadiyanto, dkk (2011: 66)

menambahkan, beberapa unsur yang dipengaruhi oleh faktor keturunan

diantaranya adalah kemampuan aerobik (VO2 max) sebesar 93%,


12

sistem asam laktat sebesar 81%, dan denyut jantung maksimal sebesar

86%.

c. Makanan

Daya tahan yang tinggi bila mengkonsumsi tinggi karbohidrat

(60-70%). Diet tinggi protein terutama untuk memperbesar otot dan

untuk olahraga yang memerlukan kekuatan otot yang besar.

d. Rokok

Kadar CO yang dihisap akan mengurangi nilai VO2 max yang

berpengaruh terhadap daya tahan, selain itu menurut penelitian Perkins

dan Sexton, nicotine yang ada, dapat memperbesar pengeluaran energi

dan mengurangi nafsu makan.

Berdasarkan uraian pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

kebugaran jasmani seseorang sangat ditentukan dengan berbagai

macam faktor, mulai dari faktor umur, keturunan, dan jenis kelamin,

serta pencapaian pola hidup sehat yang meliputi pola mengatur

makanan, mengatur istirahat, dan mengatur aktivitas olahraga.

5. Latihan Kebugaran Jasmani

Latihan merupakan suatu proses penyempurnaan kemampuan

berolahraga yang berisikan materi, teori, dan praktek, menggunakan

metode, dan aturan pelaksanaan dengan pendekatan ilmiah, mamakai

prinsip pendidikan yang terencana dan teratur, sehingga tujuan latihan

dapat tercapai tepat pada waktunya, (Sukadiyanto, 2011:6).


13

B. Konsep Lansia

1. Pengertian Lansia

Lansia adalah kelompok usia 60 tahun keatas yang rentan terhadap

kesehatan fisik dan mental. Penuaan atau di kenal dengan aging berarti

merupakan tahap lanjut dari proses kehidupan yang ditandai dengan

penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan.

Penurunan kemampuan berbagai oran, fungsi dan sistem tubuh bersifat

alamiah/biologis. Pada umumnya tanda proses menua mulai tampak sejak

usia 45 tahun dan menimbulkan masalah di usia sekitar 60 tahun.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun

1998 tentang kesejahteraan lanjut usia, lanjut usia adalah seorang yang

telah mencapai usia 60 tahun keatas. Indoneisa sendiri menduduki

rangking keempat dunia dengan jumlah lansia 24 juta jiwa yang belum

terlalu mendapat perhatian. Tidak hanya menghadapi beban ganda (double

burden) dengan kenaikan jumlah penduduk lanjut usia (60 tahun keatas)

karena usia harapat hidup yang makin panjang bisa mencapai 77 tahun

(Merry, 2008).

2. Batasan Lanjut Usia

Di bawah ini dikemukakan beberapa pendapat mengenai batasan

umur lansia yaitu :

a. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) lanjut usia meliputi:

usia meliputi :

1) Usia pertengahan (middle age), yaitu kelompok usia 45-59 tahun


14

2) Lanjut usia (erdery), yaitu antara 60-74 tahun

3) Lanjut usia tua (old), yaitu antara 75-90 tahun

4) Usia sangat tua (very old), yaitu di atas 90 tahun.

b. Menurut Hurlock (dalam Maryam, 2011), perbedaan lanjut usia terbagi

dalam dua tahap, yakni :

1) Early old age (usia 60-70 tahun)

2) Advanced old age (usia 70 tahun keatas).

3. Tipe Lansia

Lansia dikelompokkan dalam beberapa tipe yang bergantung pada

karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan

ekonominya (Nugroho, 2008) tipe ini antara lain :

a. Tipe optimis

Lansia santai dan periang, penyesuaian cukup baik, mereka

memandang masa lansia dalam bentuk bebas dari tanggung jawab dan

sebagai kesempatan untuk menuruti kebutuhan pasifnya. Tipe ini

sering disebut juga lanjut usia tipe kursi goyang (The rocking

chairman).

b. Tipe konstruktif

Lansia ini mempunyai integritas baik, dapat menikmati hidup,

mempunyai toleransi yang tinggi, humoristik, fleksibel, dan tau diri.

Biasanya, sifat ini terlihat sejak muda. Mereka dengan tenang

menghadapi proses menua dan menghadapi akhir.


15

c. Tipe ketergantungan

Lansia ini masih dapat diterima di tengah masyarakat, tetapi

selalu pasif, tidak berambisi, masih tahu diri, tidak mempunyai inisiatif

dan bila bertindak yang tidak praktis. Ia senang pensiun, tidak suka

bekerja, dan senang berlibur, banyak makan, dan banyak minum.

d. Tipe defentif

Lansia biasanya sebelumnya mempunyai riwayat

pekerjaan/jabatan yang tidak stabil, bersifat selalu menolak bantuan,

emosi sering tidak terkontrol, memegang teguh kebiasaan, bersifat

konfultif aktif, anehnya mereka takut menghadapi menjadi tua dan

menyenangi masa pensiun.

e. Tipe militan dan serius

Lansia yang tidak mudah menyerah, serius, senang berjuang.

Bisa menjadi panutan.

f. Tipe pemarah frustasi

Lansia yang pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, selalu

menyalahkan orang lain, menunjukkan penyesuaian yang buruk.

Lansia sering mengekspresikan kepahitan hidupnya.

g. Tipe bermusuhan

Lansia yang selalu menganggap orang lain yang menyebabkan

kegagalan, selalu mengeluh, bersifat agresif, dan curiga. Biasanya,

pekerjaan saat ia muda tidak stabil. Menganggap menjadi tua itu bukan

hal yang baik, takut mati, iri hati pada orang yang muda, senang
16

mengadu untung pekerjaan, aktif menghindari masa yang buruk.

h. Tipe putus asa, membenci/ menyalahkan diri sendiri

Lansia ini bersifat kritis dan menyalahkan diri sendiri, tidak

mempunyai ambisi, mengalami penurunan sosio-ekonomi, tidak dapat

menyesuaikan diri. Lansia tidak hanya mengalami kemarahan, tetapi

juga depresi, memandang lansia sebagai tidak berguna karena masa

yang tidak menarik. Biasanya perkawinan tidak bahagia, merasa

menjadi korban keadaan, membenci diri sendiri, dan ingin cepat mati.

4. PerubahanPerubahan Yang Terjadi Pada Lansia

Beberapa perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia sebagai

berikut :

a. Perubahanperubahan fisik (Nugroho, 2008), yaitu:

1) Sel

Jumlah berkurang, ukuran membesar, jumlah cairan tubuh

dan cairan intraseluler berkurang, proporsi protein di otak, ginjal,

darah dan hati menurun, jumlah sel otak menurun, mekanisme

perbaikan sel terganggu, otak menjadi atrofi, beratnya berkurang 5-

10%, lekukan otak akan menjadi lebih dangkal dan melebar.

2) Sistem Persarafan

Menurun hubungan persarafan, berat otak menurun 10-20%

(sel saraf otak setiap orang berkurang setiap harinya), respons dan

waktu untuk bereaksi lambat, khususnya terhadap stres, saraf

panca-indra mengecil, penglihatan berkurang, pendengaran


17

menghilang, saraf penciuman dan perasa mengecil, lebih sensitive

terhadap perubahan suhu dan rendahnya ketahanan terhadap

dingin, kurang sensitif terhadap sentuhan, defisit memori.

3) Sistem Pendengaran

Gangguan pendengaran (hilangnya daya pendengaran pada

telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada yang tinggi,

suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada

usia diatas umur 65 tahun), membrane timpani menjadi atrofi

menyebabkan otosklerosis, terjadi pengumpulan serumen, dapat

mengeras karena meningkatnya keratin, fungsi pendengaran

semakin menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan

atau stress, tinnitus (bising yang bersifat mendengung, bisa bernada

tinggi atau rendah, bisa terus menerus atau intermiten), vertigo

(perasaan tidak stabil yang terasa seperti bergoyang atau berputar).

4) Sistem Penglihatan

Sfingter pupil timbul sklerosis dan respon terhadap sinar

menghilang, kornea lebih berbentuk sferis (bola), lensa lebih suram

(kekeruhan pada lensa), menjadi katarak, jelas menyebabkan

gangguan penglihatan, meningkatnya ambang, pengamatan sinar,

daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, susah melihat

dalam gelap, penurunan/hilangnya daya akomodasi, dengan

manifestasi presbiopia, seseorang sulit melihat dekat yang

dipengaruhi berkurangnya elastisitas lensa, lapang pandang


18

menurun:luas pandang berkurang, daya membedakan warna

menurun, terutama warna biru/hijau pada skala.

5) Kardiovaskuler

Katup jantung menebal dan kaku, elastisitas dinding aorta

menurun, kemampuan memompa darah menurun 1% setiap tahun

sesudah berumur 20 tahun. Hal ini menyebabkan kontraksi dan

volume menurun (frekuensi denyut jantung maksimal = 200-umur),

curah jantung menurun, kehilangan elastisitas pembuluh darah,

efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi berkurang,

perubahan posisi dari tidur ke duduk bisa menyebabkan tekanan

darah menjadi 65% mmHg (melibatkan pusing mendadak), kinerja

jantung lebih rentan terhadap kondisi dehidrasi dan perdarahan,

tekanan darah meninggi akibat resistensi pembuluh darah perifer

meningkat.

6) Sistem Pengatur Suhu Tubuh

Temperatur tubuh menurun (hpotermi) seecara fisiologis

kurang lebih 35C ini akibat metabolism yang menurun, pada

kondisi ini lanjut usia akan merasa kedinginan dan dapat pula

menggigil, pucat dan gelisah, keterbatasan reflex menggigil dan

tidak dapat memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi

penurunan aktivitas otot.


19

7) Sistem Pernapasan

Otot pernapasan mengalami kelemahan akibat atrofi,

kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, aktivitas silia menurun,

paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik

napas lebih berat, kapasitas pernapasan maksimum menurun

dengan kedalaman bernapas menurun, ukuran alveoli melebar,

berkurangnya elastisitas bronkus, oksigen pada arteri menurun

menjadi 75 mmHg, karbon dioksida pada arteri tidak berganti

(pertukaran gas terganggu), reflex dan kemampuan untuk batuk

berkurang, sensitivitas terhadap hipoksia dan hiperkarbia menurun,

sering terjadi empisema sinilis, kemampuan pegas dinding dada

dan kekuatan otot peernapasan menurun seiring pertambahan usia.

8) Sistem Pencernaan

Kehilangan gigi, indra pengecap menurun, adanya iritasi

selaput lender yang kronis, atrofi indra pengecap, hilangnya

sensitivitas saraf pengecap, esophagus melebar, rasa lapar

menurun, asam lambung menurun, motilitas dan waktu

pengosongan lambung menurun, peristaltic lemah dan biasanya

timbul konstipasi, fungsi absorpi melemah, hati semakin mengecil

dan tempat penyimpanan menurun, aliran darah berkurang.

9) Sistem Reproduksi

Pada wanita meliputi vagina mengalami kontraktur dan

mengecil, ovary menciut, uterus mengalami atrofi, atrofi payudara,


20

atrofi vulva, selaput lender vagina menurun, permukaan menjadi

halus, sekresi berkurang, sifatnya menjadi alkali dan terjadi

perubahan warna, sedangkan pada pria meliputi testis masih dapat

memproduksi spermatozoa, meskipun ada penurun secara

berangsur-angsur, dorongan seksual menetap sampai di atas 70

tahun, asal kondisi kesehatannya baik.

10) Sistem Genitourinaria

Ginjal meliputi Mengecilnya nefron akibat atrofi, aliran darah

ke ginjal menurun, keseimbangan elektrolit dan asam lebih mudah

terganggu, jumlah darah yang difiltrasi oleh ginjal menurun.

Vesika urinaria meliputi otot menjadi lemah, kapasitas menurun

sampai 200 ml atau menyebabkan frekuensi buamg air seni

meningkat, retensi urin meningkat. Pembesaran prostat kurang

lebih 75% dialami oleh pria usia di atas 65 tahun, atrofi vulva.

11) Sistem Endokrin

Penurunan hormon estrogen, progesteron, dan testosteron,

kelenjar pancreas, kegiatan kelanjar adrenal/anak ginjal berkurang,

produksi hampir semua hormon menurun, fungsi paratiroid dan

sekresinya tidak berubah, berkurangnya produksi ACTH, TSH,

FSH, LH, BMR dan daya pertukaran zat menurun, produksi

aldosteron menurun, sekresi hormon kelamin menurun.


21

12) Sistem Integumen

Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan

lemak, permukaan kulit cenderung kusam, kasar, dan bersisik,

timbul bercak pigmentasi, terjadi perubahan pada daerah mata,

tumbuhnya kerut-kerutan halus di ujung mata akibat lapisan kulit

menipis, respons trauma menurun, mekanisme proteksi kulit

menurun, kulit kepala dan rambut menipis dan berwarna kelabu,

rambut dalam hidung dan telinga menebal, berkurangnya elastisitas

akibat menurunnya cairan dan vaskularisasi, pertumbuhan kuku

lebih lambat, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kuku menjadi

pudar, kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk,

jumlah dan fungsi kelenjar keringat berkurang.

13) Sistem Muskuloskeletal

Tulang kehilangan densitas (cairan) dan semakin rapuh,

gangguan tulang (mudah mengalami demineralisasi), kekuatan dan

stabilitas tulang menurun, kartilago meliputi pertukaran sendi

tulang penyangga rusak dan aus, kifosis, gerakan pinggan, lutut,

dan jari-jari pergelangan terbatas, gangguan gaya berjalan,

kekakuan jaringan penghubung, diskus intrevertebralis menipis

dan menjadi pendek, persendian membesar dan menjadi kaku,

tendon mengerut dan mengalami sklerosis, atrofi serabut

otot,serabut otot mengecil sehingga gerakan menjadi lamban, otot

kram,dan menjadi tremor, komposisi otot berubah sepanjang


22

waktu, aliran darah ke otot berkurang sejalan dengan proses

menua, otot polos tidak begitu berpengaruh.

b. Perubahan-Perubahan Mental

Faktor yang mempengaruhi perubahan mental (Nugroho, 2008)

yaitu :

1) Perubahan fisik

2) Kesehatan Umum

3) Tingkat Pendidikan

4) Keturunan dan lingkungan

Kebutuhan mental pada lansia

Kebutuhan kesehatan mental pada lansia berasal dari empat

aspek yaitu fisik, psikologis, sosial dan ekonomi kebutuhan tersebut

dapat menimbulkan masalah yang berupa emosi tidak labil, mudah

tersinggung, gampang merasa di lecehkan,kecewa, tidak bahagia,

perasaan kehilangan dan tidak berguna.

Perubahan psikologi

Perubahan psikologi pada lansia meliputi short term memory,

frustrasi, kesepian, takut kehilangan kebebasan, takut menghadapi

kematian, perubahan keinginan, depresi, dan kecemasan (Maryam,

2011).

PerubahanPerubahan Psikososial

Menurut Nugroho (2008), Perubahan-perubahan psikososial

yang terjadi pada lansia, yaitu :


23

1) Pensiun

Nilai seseorang sering diukur oleh produktivitasnya dan

identitas dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Bila

seseorang pensiun (Purna Tugas), ia akan mengalami kehilangan-

kehilangan, antara lain:

a) Kehilangan finansial (income berkurang)

b) Kehilangan status

c) Kehilangan teman/kenalan atau relasi

d) Kehilangan pekerjaan/kegiatan.

2) Merasakan atau sadar akan kematian (sense of awareness of

mortality).

3) Perubahan dalam cara hidup.

4) Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan (economic

deprivation).

5) Penyakit kronis dan ketidakmampuan.

6) Gangguan saraf pancaindra, timbul kebutaan dan ketulian.

7) Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.

8) Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan

teman-teman dan family.

9) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik : Perubahan terhadap

gambaran diri, perubahan konsep diri.


24

c. Perkembangan Spritual

Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam

kehidupannya, lansia makin matur dalam kehidupan keagamaannya,

hal ini terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari,

Perkembangan spritual pada usia 70 tahun menurut Folwer,

Universalizing, perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah

berfikir dan bertindak dengan cara memberikan contoh cara mencintai

dan keadilan (Nugroho,2008).

5. Masalah dan penyakit pada lansia

Beberapa masalah dan penyakit yang terjadi pada lansia (Nugroho,

2008), yaitu :

a. Masalah fisik umum pada lansia

1) Mudah jatuh

2) Mudah lelah

3) Gangguan kardiovaskuler (nyeri dada)

4) Sesak napas pada kerja fisik

5) Palpitasi

6) Edema kaki

7) Nyeri atau ketidaknyamanan (nyeri pinggang/ punggung, nyeri

sendi panggul, keluhan pusing, kesemutan pada anggota badan)

8) Berat badan menurun

9) Gangguan eliminasi (inkontinensia/ ngompol)

10) Gangguan ketajaman penglihatan


25

11) Gangguan pendengaran

12) Gangguan tidur

13) Mudah gatal.

b. Penyakit umum pada lansia (Nugroho,2008), yakni:

1) Gangguan sirkulasi darah, misalnya hipertensi, kelainan pembuluh

darah, gangguan pembuluh darah di otak, ginjal dan lain-lain

2) Gangguan metabolism hormonal, misalnya DM, klimakterium dan

ketidakseimbangan tiroid

3) Gangguan pada persendian, misalnya osteo-arthritis, gout arthritis

ataupun penyakit kolagen lainnya.

Kebutuhan hidup orang lanjut Usia

Setiap orang memiliki kebutuhan hidup. Orang lanjut usia juga

memiliki. Kebutuhan hidup yang sama agar dpat hidup sejahtera.

Kebutuhan hidup orang lanjut usia antara lain kebutuhan akan

makanan bergizi seimbang, pemeriksaan kesehatan secara rutin,

kebutuhan-kebutuhan sosial seperti bersosialisasi dengan semua orang

dalam segala usia, sehingga mereka mempunyai teman yang dapat di

ajak berkomunikasi, membagi pengalaman , memberikan pengarahan

untuk kehidupan yang baik. Kebutuhan tersebut di perlukan oleh

lanjut usia agar dapat mandiri.

Kebutuhan psikologis dasar (setiati,2000) kebutuhan tersebut di

antaranya orang lanjut usia membutuhkan rasa nyaman bagi dirinya

sendiri, serta rasa nyaman terhadap lingkungan yang ada. Tingkat


26

pemenuhan kebutuhan tersebut tergantung pada diri orng lanjut usia,

keluraga dan lingungannya jika kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak

terpenuhi akan timbul masalah-masalah dlam kehidupan orang lanjut

usia yang akan menurnkan kemandiriannya.

Faktor kesehatan

Faktor kesehatan meliputi keaadaan fisik dan keadaan psikis

lanjut usia . faktor kesehatan fisik meliputi kondisi fisik lanjut usia

dan daya tahan fisik terhadapa serangan penyakit. Faktor kesehatan

psikis meliputi penyesuaian terhadap kondisi lanjut usia

Kesehatan fisik

Faktor kesehatan meliputi keaadaan fisik dan keadaan psikis

lanjut usia .keadaan fisik merupakan faktor utama dari kegelisahan

manusia . kekuatan fisik pancaindera, potensi dan kapasitas intelektual

mulai menurun pada tahap-tahap tertentu (prasetyo,1998).


27

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konseptual Penelitan

Kerangka konsep penelitian adalah kerangka hubungan antara konsep-

konsep yang ingin di amati atau diukur melalui penilitian yang akan di lakukan

(Notoadmojo, 2010)

Kemampuan seseorang untuk


menyelesaikan pekerjaan
Faktor yang berhubungan sehari-hari dengan tidak
dengan kebugaran jasmani mengalami kelelahn
usia lanjut. berlebihan, dengan tidak
1. Umur mengalami pengeluaran
energi yang cukup besar,
2. Jenis Kelamin
untuk memenuhi kebutuhan
3. Makanan geraknya dan menikmati
4. Istirahat dan tidur waktu luang, juga untuk
memenuhi keperluan darurat
bila di perlukan sewaktu-
waktu

Keterangan : : Diteliti
: Tidak diteliti.

Gambar : 3.1 Kerangka konseptual penelitian observasi

27
28

B. Definisi Operasional

Defenisi operasional adalah untuk membatasi ruang lingkup atau

pengertian variabel-variabel di amati atau di teliti . defnisi operasional juga

berfungsi untuk mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap

variabel-variabel yang bersangkutan serta pengambilan instrumen atau alat

ukur (Nnotoadmojo, 2010).

Tabel 3.1 Definisi operasional

Skala
Variabel Definisi operasional Alat ukur Hasil ukur
Ukur
Faktor yang Ingin melihat dan Kuesioner Ordinal 1. Cukup
berhubungan mengidentifikasi Bugar jika
dengan aktifitas lansia yang nilai rata-
kebugaran berhubungan dengan rata > 9
jasmani usia 1. Usia 2. Kurang
lanjut 2. Jenis Kelamin Bugar jika
3. Makanan nilai rata-
4. Istirahat dan tidur rata 9
(Sumber :
Nenggal, 2007)
BAB 1V

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah metode penelitian Deskriptif yaitu penelitian

yang di lakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau

deskriptif suatu yang objektif (Notoatmodjo, 2008).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian telah dilaksanakan pada bulan September Tahun 2016

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di Panti Sosial Tresna Werda

Puspa Karma Mataram Tahun 2016.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas :

obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang di

tetapkan pleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian di tarik kesimpulan

nya (Sugiyono, 2014).

Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah 25 lansia yang

kooperatif yang di rawat di panti sosial trisna werda Puspa Karma

Mataram.

29
30

2. Sampel

Sampel adalah bagian populasi yang akan di teliti atau sebagian

jumlah dari karakteristik yang di miliki oleh populasi (Hidayat, 2011).

Sampel dalam penelitia ini adalah seluruh obyek yang diteliti yaitu 25

lansia yang berada di Panti Sosial Tresna Werda Puspa Karma Mataram

yang bersedia untuk menjadi responden.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam

pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai

dengan keseluruhan subjek penelitian (Nursalam, 2011). Pengambilan

sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan total

sampling yaitu total populasi dijadikan sebagai sampel (Sugiyono, 2010).

D. Prosedur Pengambilan Data

Adapun tahap prosedur pengambilan data dalam penelitian ini meliputi:

1. Tahap Persiapan

a. Mengurus surat ijin pengambilan data untuk memperoleh surat ijin

studi pendahuluan, dan surat ijin penelitian pada institut.

b. Meminta informasi Panti Sosial Tresna Werdha Mataram

c. Meminta data jumlah.lansia yang di rawat di Panti Sosial Tresna

Werdha Mataram

d. Melakukan pendekatan dengan responden


31

2. Tahap Pelaksanaan

a. Cara Mengetahui Kebugaran Jasmani Usia Lanjut

Kebugaran jasmani usia lanjut merupakan kebugaran yang

berhubungan dengan kesehatan yaitu kebugaran jantung paru,

peredaran darah, kekuatan otot dan kelenturan sendi. Sedangkan lansia

yang di kategorikan cukup bugar dan kurang bugar adalah lansia yang

sakit dan tidak mampu melakukan kegiatan sehari-hari dan tidak

memiliki semangat untuk waktu santai atau kegiatan lain.

Untuk mengetahui kebugaran jasmani usia lanjut yaitu melalui

kuesioner yang diberikan kepada pasien usia lanjut. Apabila pasien

usia lanjut menjawab Ya maka diberikan skor 1 dan apabila

menjawab Tidak maka diberikan skor 0. Kemudian jumlah skor

yang diperoleh masing-masing pasien usia lanjut di rata-ratakan.

Setelah rata-ratanya diketahui maka yang termasuk kategori cukup

bugar yaitu apabila skornya lebih dari nilai rata-rata dan dikatakan

kurang bugar apabila skornya kurang dari sama dengan nilai rata-rata.

b. Mengidentifikasi jumlah pasien usia lanjut di Panti Sosial Tresna

Werdha Puspa Karma Mataram

c. Memberikan lembar persetujuan apakah responden bersedia diteliti

atau tidak.

d. Lembar kuesioner yang telah di isi dikembalikan lagi pada peneliti.

e. Melakukan pemeriksaan kelengkapan jadwal di tempat penelitian


32

E. Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari dua

macam yaitu : data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Data tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kebugaran jasmani

pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Puspa Karma Mataram

diperoleh dengan cara mendatangani pasien secara langsung dengan

menggunakan alat bantu lembar kuesioner.

2. Data Sekunder

Data sekunder tentang gambaran umum Panti Sosial Tresna Werdha

Puspa Karma Mataram

F. Cara Pengolahan Data

Menurut Arikunto (2006), pengolahan data dilakukan dengan tahap-

tahap sebagai berikut :

1. Editing

Peneliti melakukan koreksi data untuk melihat kelengkapan data

yang diisi oleh responden.

2. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numeric (angka) pada

data yang terdiri atas beberapa kategori. Kemudian di masukkan kedalam

lembar kuesioner karakteristik Tindakan yang di lakukan dan tindak di

lakukan dengan ketentuan kode 1 jika ( Ya), kode 0 jika (Tidak). Untuk

jenis kelamin dengan ketentuan kode 1 jika (laki-laki) dan kode 2 jika
33

(perempuan). Jawaban dengan ketentuan kode 1 jika pasien menjawab ya

dan kode 0 jika pasien menjawab tidak.

3. Tabulating

Data yang telah diberi kode kemudian dikelompokkan lalu dihitung

dan dijumlahkan, kemudian dimasukkan ke dalam bentuk tabel.

4. Cleaning

Mengecek kembali data yang sudah di entry apakah ada kesalahan

atau tidak. Setelah data terkumpul kemudian dikelompokkan dan diberikan

pembobotan untuk masing-masing pertanyaan sesuai dengan subjek yang

diteliti. Data responden diolah dengan cara deskriptif dan disajikan dalam

bentuk presentase karakteristik responden kemudian dilakukan interpretasi

dengan pengolahan data sebagai berikut:

Bagaimana Peran lansia yang terdiri dari 10 pertanyaan dalam

menangani faktor yang berhubungan dengan kebugaran jasmani hasil

angket tersebut dijumlahkan menurut kriteria sesuai dengan patokan nilai

yang telah ditentukan (Nursalam, 2011)

G. Analisa Data

Analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa univariat

yaitu analisa yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Pada

umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase

dari tiap variabel yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi kebugaran jasmani

pada lansia.
34

Analisa Univariat dapat di hitung dengan rumus :


n
P = N x100%

Keterangan :

P = Besar persentase

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

H. Etika Penelitian

Menuru Nursallam (2011), tujuan etika dalam penelitian adalah untuk

menjamin agar tidak ada seorangpun yang dirugikan atau mendapat dampak

negatif dari kegiatan penelitian. Dalam melaksanakan penelitian, peneliti

menekankan masalah etika yang meliputi :

1. Informed Consent (Persetujuan)

Yaitu dengan memberikan lembar persetujuan kepada responden

yang tujuannya agar responden mengetahui maksud dari tujuan penelitian.

Jika responden bersedia maka mereka harus menandatangani lembar

persetujuan dan jika responden tidak bersedia maka peneliti harus

menghormati hak pasien.

2. Anonimity (Tanpa Nama)

Untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak akan mencantumkan nama

responden pada lembar alat ukur, hanya menuliskan kode pada lembar

pengumpulan data, identitas tidak ada di informasikan kepada orang lain.


35

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Peneliti akan menjamin secara informasi responden yang telah di

kumpulkan, hanya kelompok data tertentu yang akan di laporkan pada

hasil peneliti.
36

BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian

Panti sosial Trena Werdha Puspakarma Mataram didirikan pada

tahun 1976 melalui proyek Pembina dan Kesejahteraan lanjut Usia Provinsi

NTB dan diremsikan oleh Menteri Sosial Tahun 1980 oleh Bapak Supardjo

dengan nama Sasana Trena Werdha Puspakarma nama Puspakarma diambil

dari salah satu tradisio lombok yaitu suatu kerajaan dimana rajanya sangat arif

dan bijaksana. Sedangkan menurut artinya Puspa berarti bunga, karma berarti

perbuatan atau tingkah laku, sehingga Puspakarma diartikan sebagai perbuatan

atau tingkah laku yang baik dan teladan.

Panti Sosial Tresna Werdha Puspa Karma Mataram adalah panti

sosial yang mempunyai tugas memberikan bimbingan dan pelayanan bagi

lanjut usia terlantar agar dapat hidup secara baik dan terawat dalam kehidupan

masyarakat baik yang berada di dalam dan luar panti. Panti Sosial Tresna

Werdha Puspakarma Mataram sebagai lembaga pelayanan sosial lanjut usia

berbasis panti yang dimiliki pemerintah dan memiliki berbagai sumberdaya

perlu mengembangkan diri menjadi institusi yang progresif dan terbuka untuk

mengantisipasi dan merespon kebutuhan lanjut usia yang terus meningkat.

Panti Sosial Tresna Werdha Puspakarma Mataram sebagai Unit

Pelaksana Teknis Daerah sesuai dengan Peraturan Gubernur NTB Nomor 23

Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja UPTD pada Dinas Daerah dan

UPTB pada Inspektorat, Bappeda dan Lembaga Teknis Daerah Provinsi NTB,

36
37

yang memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada lanjut usia. Panti

Sosial Tresna Werdha Puspakarma Mataram diharapkan mampu

mengembangkan komitmen dan kompentensinya dalam memberikan

pelayanan sosial yang terstandarisasi dengan mengacu kepada Kepmen Sosial

RI Nomor 50/HUK/2004 tentang Perubahan Keputusan Menteri Kesehatan

dan Kesejahteraan Sosial Nomor 193/ MENKESOS/ III/ 2003 tentang

Standardisasi Panti Sosial, sekaligus mengakomodasi potensi lokal di daerah.

Sejak otonomi daerah dan berdasarkan peraturan daerah Provinsi Nusa

Tenggara Barat No. 7 tahun 2008 dan Surat keputusan gubernur Nusa

Tenggara Barat 23 tahun 2008, Panti Sosial Trena Werdha Puspakarma

Mataram secara resmi menjadi unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) di

Bawah Dinas Sosial Kependudukan dan Catatan Sipil Nusa Tenggara Barat.

Berbagai program pelayanan sosial lanjut usia yang dilaksanakan di

Panti Sosial Tresna Werdha Puspakarma Mataram sebagai berikut :

1. Pelayanan Reguler (Rutin)

2. Pelayanan Subsidi Silang;

3. Pelayanan Harian Lanjut Usia (Day Care Service);

4. Trauma Service;

5. Pelayanan Perawatan Rumah (Home Care Service);

6. Pelayanan Tinggal Sementara di Panti (Tetirah).


38

Panti sosial Tresna Werdha Puspakarma Mataram beralamat di Jalan

Majapahit No. 31 Mataram, Telpon (0370) 622284, dengan letak geografis :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan kampus FKIP Universitas Mataram

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan jalan Majapahit

3. Sebelah Timur berbatasan dengan Rektorat Universitas Mataram

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kantor Badan Urusan Ketahanan

Pangan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Adapun fasilitas yang dimiliki Panti Sosial Trena Werdha

Puspakarma Mataram yaitu : gedung kantor, aula dan perlengkapannya,

loka kerja dan perlengkapannya, poli klinik dan ruang terapi, 11 unit wisma

kelayan, lapangan tenis, lapangan bola volley, mobil ambulance, mobil

operasional, pemandian dan tempat persemayaman jenazah, tanah

pemakaman, wisma dewi anjani, dapur dan gudang wisma.

B. Mengidentifikasi faktor-faktor Yang Mempengaruhi dengan Kebugaran

Jasmani Pada Lansia

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kebugaran

jasmani pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Puspakarma Mataram

dapat dilihat pada tabel berikut :


39

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Faktor-faktor Yang


Mempengaruhi Kebugaran Jasmani di Panti Sosial Tresna Werdha
Puspakarma Mataram Tahun 2016.
Faktor Yang
Mempengaruhi
No Variabel
Kebugaran Lansia
n %
1 Usia
a. 64 tahun 12 54,5
b. > 64 tahun 10 45,5
Jumlah 22 100
2 Jenis Kelamin
a. Laki-laki 9 40,9
b. Perempuan 13 59,1
Jumlah 22 22
3 Makanan
a. Dihabiskan 12 54,5
b. Tidak 10 45,5
Dihabiskan
Jumlah 22 100
4 Istirahat dan
Tidur
a. 8 jam 7 31,8
b. > 8 jam 15 68,2
Jumlah 22 22

Berdasarkan tabel 5.1 di atas menunjukkan bahwa dari 22 lansia yang

bugar paling banyak ditemukan pada lansia yang istirahat dan tidurnya > 8

jam sebanyak 15 orang (68,2%) dan yang istirahat dan tidurnya 8 jam

sebanyak 7 orang (31,8%), jenis kelamin perempuan sebanyak 9 orang

(40,9%) dan jenis kelamin laki-laki sebanyak 13 orang (59,1%), berusia 64

tahun sebanyak 12 orang (54,5%), usia >64 tahun sebanyak 10 orang (45,5%),

menghabiskan makanannya sebanyak 12 orang (54,5%) dan yang tidak

menghabiskan makanannya sebanyak 10 orang (45,5%).


40

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dari beberapa faktor di atas

yang mempengaruhi penyebab lansia bugar adalah istirahat dan tidur. Karena

apabila jam istirahat dan tidur lansia tidak dijaga dengan baik, maka hal

tersebut dapat mengganggu kesehatan dan kebugaran jasmani lansia.


41

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1.Faktor Yang Mempengaruhi Kebugaran Jasmani Usia Lanjut

1. Istirahat dan Tidur

Hasil penelitian yang telah dilakukan di Panti Sosial Tresna Werdha

Puspakarma Mataram selama 2 minggu dari 22 lansia yang bugar

sebagian besar ditemukan pada lansia yang istirahat dan tidurnya > 8 jam

sebanyak 15 orang (68,2%) dan yang istirahat dan tidurnya 8 jam

sebanyak 7 orang (31,8%).

Hal ini berarti bahwa istirahat dan tidur sangat penting bagi

kesehatan terutama kebugaran jasmani pada lansia. Apabila waktu istirahat

dan tidur seseorang berkurang, maka orang tersebut seringkali mudah

marah, depresi dan lelah serta memiliki kontrol emosi yang buruk.

Menyediakan lingkungan yang tenang untuk klien merupakan fungsi

penting perawat. Istirahat dan tidur bervariasi pada setiap individu.

Istirahat bermakna ketenangan, relaksasi tanpa stres emosional dan bebas

ansietas. Oleh karena itu, istirahat tidak selalu bermakna tidak beraktifitas.

Pada kenyataannya, beberapa orang menemukan ketenangan dari beberapa

aktivitas tertentu seperti berjalan di udara segar (Suharjana, 2008)

Istirahat sangat dibutuhkan bagi tubuh untuk membangun kembali

otot-otot setelah latihan sebanyak kebutuhan latihan yang ada di dalam

perangsangan pertumbuan otot. Istirahat yang cukup sangatlah perlu bagi

pikiran dangan makanan dan udara. Tidur merupakan kebutuhan dasar

41
42

manusia, tidur merupakan proses biologis yang umum pada semua orang.

Dengan mengatur waktu istirahat dan tidur yang banyak bisa membuat

kebugaran jasmani kita menjadi lebih baik (Koizier, 2010).

2. Jenis Kelamin

Hasil penelitian yang telah dilakukan di Panti Sosial Tresna Werdha

Puspakarma Mataram selama 2 minggu menunjukkan bahwa dari 22

lansia yang bugar sebagian besar ditemukan pada ibu yang berjenis

kelamin perempuan sebanyak 9 orang (40,9%) dan jenis kelamin laki-laki

sebanyak 13 orang (59,1%)

Hal ini menunjukkan bahwa jenis kelamin berhubungan dengan

tingkat kebugaran lansia, dimana laki-laki cenderung memiliki tingkat

kebugaran yang baik dibandingkan perempuan, hal ini disebabkan karena

biasanya perempuan lebih sering mengeluhkan kesehatan fisik yang

berkaitan dengan tingkat kebugarannya daripada laki-laki dan lebih cepat

merasa lelah selama aktivitas fisik. Struktur sosial yang selalu

menempatkan perempuan sebagai posisi yang lebih lemah dibandingkan

laki-laki (Suharjana, 2008).

Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa ditinjau dari

jenis kelamin secara umum kebugaran jasmani antara pria dan wanita

berbeda, pria umumnya memiliki kebugaran jasmani yang lebih baik

dibandingkan wanita. Dengan kata lain, tinjauan bahwa pria kebugarannya

lebih baik dibandingkan wanita dengan catatan hal tersebut berada pada

kadar keumuman masyarakat (Sharkey, 2013)


43

3. Umur

Hasil penelitian yang telah dilakukan di Panti Sosial Tresna Werdha

Puspakarma Mataram selama 2 minggu menunjukkan bahwa dari 22

lansia yang bugar sebagian besar ditemukan pada lansia yang berusia 64

tahun sebanyak 12 orang (54,5%), usia >64 tahun sebanyak 10 orang

(45,5%).

Hal ini menunjukkan bahwa semakin bertambah umur, secara

perlahan-perlahan kemampuan untuk memperbaiki diri atau mengganti

diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya menjadi hilang

sehingga tidak dapat bertahan terhadap berbagai macam penyakit

(termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Dengan

begitu seseorang secara progresif akan kehilangan daya tahan terhadap

infeksi dan akan menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan

struktural yang disebut sebagai penyakit degeneratif, yang pada akhirnya

dapat mempengaruhi tingkat kebugaran jasmani (Suharjana, 2008).

Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa manusia yang

sudah memasuki usia 60 tahun disebut lanjut usia. Pada usia ini ada yang

masih mampu melakukan pekerjaan dan kegiatan yang dapat

menghasilkan barang ataupun jasa, tanpa menimbulkan kelelahan yang

berarti apabila mempunyai tingkat kebugaran jasmani yang baik, tetapi ada

pula yang sudah tidak berdaya sehingga hidupnya tergantung pada orang

lain. (Amrum Bustaman, 2007)


44

4. Makanan

Hasil penelitian yang telah dilakukan di Panti Sosial Tresna Werdha

Puspakarma Mataram selama 2 minggu menunjukkan bahwa dari 22

lansia yang bugar sebagian besar ditemukan pada lansia yang

menghabiskan makanannya sebanyak 12 orang (54,5%) dan yang tidak

menghabiskan makanannya sebanyak 10 orang (45,5%)

Hal ini menunjukkan bahwa untuk mendapatkan kebugaran yang

memadai perlu memahami pola hidup sehat yaitu : makan. Untuk dapat

mempertahankan hidup secara layak setiap lansia memerlukan makan

yang cukup, baik kuantitas maupun kualitas, yakni memenuhi syarat

makanan sehat berimbang, cukup energi, dan nutrisi. Makanan merupakan

sustrat yang dapat dipergunakan untuk proses di dalam tubuh, terutama

untuk membangun dan memperoleh tenaga bagi kesehatan sel. Agar dapat

digunakan dalam reaksibiologis makanan harus masuk ke dalam sel. Oleh

karena itu, agar kebugaran jasmani pada lansia dapat dipertahankan, maka

dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang memenuhi kriteria seperti

: cukup kuantitas, proporsional, cukup kualitas, sehat/higienes, makanan

segar alami (bukan suplemen), makanan golongan nabati lebih

menyehahatkan dibanding hewani dan minum 6 gelas air sehari (Joko

Pekik Irianto, 2006)

Mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung serat

merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kebugaran

jasmani lansia. Karena dengan mengkonsumsi makanan yang kaya serat


45

inilah berbagai penyakit dapat dicegah. Sayuran dan buah merupakan

makanan yang tinggi serat. Serat merupakan komponen dinding sel yang

tidak dapat dicerna oleh sisterm pencernaan manusia. Serat bermanfaat

untuk merangsang alat cerna agar mendapat cukup getah cerna,

membentuk volume, sehingga membuat rasa kenyang dan membantu

memperoleh faeses (Godam, 2007).


46

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Panti Sosial

Tresna Werdha Puspa Karma Mataram, maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa dari beberapa faktor yang mempengaruhi kebugaran jasmani pada

lansia. Istirahat dan tidur merupakan faktor yang paling berpengaruhi

terhadap kebugaran jasmani lansia

B. Saran

1. Bagi Keluarga

Disarankan kepada keluarga agar hasil penelitian ini dapat

dijadikan sebagai masukan informasi bagi keluarga lansia dalam rangka

meningkatkan kesadaran lansia untuk hidup sehat (aktivitas fisik).

Keluarga dapat memahami dan meningkatkan pengetahuan tentang hidup

sehat pada lanjut usia. Sehingga penting bagi keluarga sebagai lingkungan

terdekat dari lansia memberikan dukungan dan perhatian untuk para lansia

serta menganjurkan lansia untuk memperhatikan pola istirahat dan

tidurnya.

2. Bagi Puspa Karma Mataram

Disarankan kepada tenaga kesehatan yang ada di Puspa Karma

agar lebih memperhatikan pola istirahat, tidur dan makanan para lansia

46
47

agar kebugaran jasmaninya dapat terjaga dengan baik dan memastikan

makanannya dihabiskan serta kebutuhan lansia terpenuhi 7-8 jam.

3. Bagi Ilmu Keperawatan

Disarankan kepada petugas kesehatan terutama nperawatan agar

hasil penelitian ini dapat djadikan sebagai bahan untuk pendekatan dalam

memberikan motivasi dan pengetahuan pada keluarga tentang gambaran

hidup sehat pada lanjut usia.

4. Bagi Peneliti Lain

Disarankan kepada penelitian lain agar hasil penelitian ini dapat

dijadikan sebagai bahan acuan atau literatur untuk melakukan penelitian

lebih lanjut tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kebugaran

jasmani pada lansia dengan menambahkan beberapa variabel yang belum

pernah diteliti.
48

DAFTAR PUSTAKA

Bustaman, Amrum. 2003. Pembinaan Kesegaran Jasmani Untuk Lanjut Usia.


Jakarta: PT Grafindo Persada.

Corbin, 1997. Physical Fitness With Laboratories. USA: Times Minor Higher
Education Group, Inc.

Depkes RI, 2011. Profil Kesehatan Indonesia 2010. http://www.depkes.go.id

Djoko Pekik Irianto. 2006. Panduan Gizi Lengkap Keluarga dan Olahragawan.
Yogyakarta: Penerbit Andi.

Faizati, Karim 2002. Panduan Kesehatan Olahraga Bagi Petugas Kesehatan.


Jakarta: Tim Departemen Kesehatan.

Godam, 2007. Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Konsumsi/Pengeluaran


Rumah Tangga-Pendidikan Ekonomi Dasar, http://organisasi.org/faktor-
yang-mempengaruhi-tingkat-konsumsi-pengeluaran-rumah-tangga-
oendidikan-ekonomi-dasar.

Hidayat, 2011. Menyusun Skripsi dan Tesis Edisi Revisi. Bandung: Informatika.

Kusmaedi, 2008. Olahraga Lansia. Bandung: FPOK UPI.

Martono, H. 2012. Aspek Seksualitas Pada Golongan Usia Lanjut (Ilmu


Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: FKU.

Notoatmodjo, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Nugroho, 2011. Buku Ajar Obstetri untuk Mahasiswa Keperawatan. Yogyakarta :


Nuha Medika

Nursalam, 2011. Manajemen Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika.

Pujiastuti, 2013. Kualitas dan Beban Pencemar Perairan Waduk Gajah Mungkur.
Jurnal Ekosains. Vol. 5 (1).

Rusli, 2001. Strategi Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Pusat


Penerbitan Universitas Terbuka.

Saptani, 2007. Pengaruh Latihan Lari Di Tempat Diringi Irama Musik Terhadap
Peningkatan Kesegaran Jasmani di Warungketan Sumedang. Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia
49

Sharkey, 2003. Kebugaran dan Kesehatan. Cetakan pertama. Penerbit PT Raja


Grafindo Persada, Jakarta. .

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed


Methods). Bandung : Alfabeta.

Suharjana. 2008. Pendidikan Kebugaran Jasmani . Pedoman Kuliah. Yogyakarta.


FIK UNY

Sukadiyanto, 2011. Pengantar Teori dan Metodologi Melatih Fisik. Bandung:


CV. Lubuk Agung
50

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

Setelah membaca dan mendengarkan penjelasan tentang penelitian ini

serta mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang sayaa ajukan maka saya

mengetahui manfaat dan tujuan penelitian ini. Saya mengerti bahwa penelitian

menghargai dan menjunjung tinggi hak-hak saya sebagai responden dalam

penelitian ini.

Saya menyadari bahwa penelitian ini tidak akan berdampak negative bagi

saya, dan saya mengetahui bahwa keikutsertaan saya dalam penelitian ini sangat

besar manfaatnya bagi peningkatan kualitas pelayanan keperawatan.

Demikian kiranya secara sukarela dan tidak ada paksaan dar isiapapun,

saya bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini.

Mataram, November 2016

Responden

( )
51

KUESIONER FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


KEBUGARAN JASMANI USIA LANJUT

A. Petunjuk Pengisian sebagai berikut :


Pilihlah jawaban yang paling tepat, yang sesuai dengan tindakan anda dalam
dua minggu dengan memilih jawaban antara ya atau tidak !
Identitas Lansia :
Nama Nenek / Kakek :
Usia :
Pendidikan :
Agama :
Jenis Kelamin :
No. Respoden :

B. Kuesioner Tingkat Kebugaran Lansia


Jawablah dengan memberi tanda () pada pilihan yang anda anggap tepat

No Pertanyaan Ya Tidak

1 Apakah Bapak/Ibu senang di rawat di PSWT


Puspa Karma ?
2 Apakah Bapak/Ibu senang dengan makanan
yang diberikan setiap hari ?
3 Apakah makanan yang diberikan di makan
habis atau tidak ?
4 Apakah Bapak/Ibu tidur 7-8 jam/hari ?

5 Apakah Bapak/Ibu tidur dengan nyaman dan


tanpa gangguan ?
6 Setelah melakukan kegiatan beribadah
apakah Bapak/Ibu merasa tenang ?
7 Apakah Bapak/Ibu melaksanakan shalat lima
52

waktu ?

8 Apakah Bapak/Ibu merasa senang dan puas


dengan perawatan yang diberikan oleh
perawat yang bertuas di PSTW Puspa
Karma
9 Apakah Bapak/Ibu mandi dua kali sehari ?

10 Apakah ada kegiatan lain yang dilakukan


selain berolahraga ?
11 Apakah Bapak/Ibu mendapat istirahat yang
cukup setiap hari ?
12 Setelah berolahraga atau melakukan senam
lansia apakah Bapak/Ibu merasa bugar ?
13 Apa harapan Bapak/Ibu selama di rawat di
PSTW Puspa Karma
14 Apakah Bapak/ibu mandi 2/3 kali sehari ?

15 Apakah ada makanan lain yang dikonsumsi


sehari-hari selain nasi ?
53

MASTER TABEL

Istirahat dan
Usia JK Makanan
Tidur
No
64 > 64 Dihabis Tidak <8 8
L P
tahun tahun kan dihabiskan jam jam
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Jumlah 12 10 7 15 12 10 9 13

Anda mungkin juga menyukai