Anda di halaman 1dari 7

KONSEP BIMBINGAN ANTISIPASI

A. Pengartian Bimbingan Antisipasi

Bimbingan antisipasi ( Anticipatory Guidance ) adalah bantuan perawat


terhadap orang tua dalam mempertahankan dan meningkatkan kesehatan
melalui upaya pertahanan nutrisi yang adekuat, pencegahan kecelakaan dan
supervise kesehatan ( Maslow, 1988).
Anticipatory guidance adalah petunjuk yang perlu diketahui terlebih
dahulu agar orang tua dapat mengarahkan dan membimbing anaknya secara
bijaksana sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara normal.

B. Bimbingan Antisipasi pada Semua Tingkat Usia

1. Usia Bayi ( 0-12 bulan)


Pada masa bayi, umumnya mereka mulai memiliki refleks- refleks
bergerak, seperti berguling- guling, duduk sebentar, memainkan objek-
objek kecil, mengambil objek yang jatuh, merangkak, berdiri sambil
memegang sudut perabotan, dan berjalan.
Disini peran orang tua sangat diperlukan untuk mengawasi dan
mengontrol setiap gerak gerik bayi, dan mejamin keamanan lingkungan si
bayi.
Antisipasi yang dapat dilakukan antara lain, pasang selalu pagar
ranjang bayi ( untuk mencegah terjadinya cedera akibat jatuh), hindari
objek- objek yang tajam atau lancip yang dapat menyakiti bayi, hindari
kancing- kancingan, atau kacang- kacangan yang dapat dengan mudah
diambil oleh bayi ( karena pada saat ini bayi sedang senang- senangnya
memasukan apapun kedalam mulutnya), pastikan perabotan yang ada
disekitar bayi cukup berat sehingga saat bayi ingin memegang untuk
berdiri ia tidak jatuh.
2. Usia Toddler ( 1- 3 tahun )
Pada masa toddler, umumnya anak sedang mengembangkan
keterampilan motorik dasarnya mereka sedang senang- senangnya
bergerak, berlari, naik turun tangga bermain bola ataupun bermain sepeda.
Pada masa ini orang tua harus ekstra berkerja keras, untuk mengawasi
anaknya, karena jika orang tua lengah, maka bisa saja terjadi kecelakaan
pada sang anak.
Antisipasi yang dapat dilakukan oleh orang tua, seperti mengawasi
anak saat sedang berlari ataupun naik turun tangga karena biasanya
seorang anak masih belum terlalu kuat sehingga terkadang kehilangan
keseimbangan, temani anak saat sedang bermain bola atau sepeda untuk
mengurangi resiko kecelakaan pada anak saat bermain.

3. Usia Pra Sekolah ( 4-6 tahun)


Biasanya pada masa prasekolah anak-anak lebih senang bermain jadi
lebih dibutuhkan pengawasan dari orang tua.

4. Usia Sekolah ( 7- 12 tahun )


Biasanya pada anak usia sekolah lebih aktif dalam melakukan suatu
kegiatan mereka sudah mulai tertarik pada suatu hal dan mulai berfikir
Antisipasi :
a. Mengajarkan untuk tidak menggunakan alat-alat yang berbahaya.
b. Ajari anak agar tidak jajan sembarangan

5. Usia Remaja ( 13- 17 tahun)


Pada usia remaja lebih ingin mencoba hal-hal yang baru dan mudah
terbawa oleh keadaan lingkungan sekitar.
Antisipasi :
a. Ajarkan tentang bahaya merokok.
b. Ajarkan tentang bahaya berkendara sebelum memiliki SIM.
C. Toilet Trainning ( Belajar BAK dan BAB )
Toilet training pada anak merupakan suatu usaha untuk melatih anak agar
mampu mengontrol melakukan buang air kecil dan buang air besar. Beberapa
ahli berpendapat toilet training efektif bisa diajarkan pada anak usia mulai
dari 18 bulan sampai dengan 3 tahun, karena anak usia 18 bulan memiliki
kecakapan bahasa untuk mengerti dan berkomunikasi. Keinginan kuat dari
batita adalah menirukan orang tuanya.(Rahmi, 2008).
Toilet training (mengajarkan balita ke toilet) adalah cara balita untuk
mengontrol kebiasaan BAK/BAB di tempat yang semestinya, sehingga tidak
sembarang BAK/BAB.
Pada toilet training selain melatih anak mengontrol buang air kecil dan
besar juga dapat bermanfaat dalam pendidikan seks. Sebab saat anak
melakukan kegiatan tersebut disitu anak akan mempelajari anatomi tubuhnya
sendiri serta fungsinya. Dalam proses toilet training diharapkan terjadi
pengaturan impuls atau rangsangan dan instink anak dalam melakukan buang
air besar dan air kecil. Dan perlu diketahui bahwa buang air besar merupakan
suatu alat pemuasan untuk melepaskan ketegangan dengan latihan ini batita
diharapkan dapat melakukan usaha penundaan pemuasan.(Hidayat, 2005).
Tanda kesiapan anak mampu mengontrol rasa ingin berkemih dan defekasi
(Wong, 1997), yaitu:
1. Kesiapan Fisik
a. Usia telah mencapai 18- 24 bulan.
b. Dapat duduk atau jongkok kurang lebih selama 2 jam.
c. Ada gerakan usus yang reguler.
d. Kemampuan motorik kasar ( seperti duduk dan berjalan).
e. Kemampuan motorik halus ( seperti membuka baju ).
2. Kesiapan mental
a. Mengenal rasa yang datang tiba- tiba untuk berkemih dan defekasi
b. Komunikasi secara verbal dan non verbal jika merasa ingin berkemih
dan defekasi.
c. Keterampilan kognitif untuk mengikuti perintah dan meniru perilaku
orang lain.
3. Kesiapan psikologis
a. Dapat duduk atau jongkok ditoilet 5- 10 menit tanpa berdiri dulu.
b. Mempunyai rasa penasaran atau rasa ingin tahu terhadap kebiasaan
orang dewasa dalam buang air.
c. Merasa tidak betah dengan kondisi basah atau adanya benda padat di
celana dan merasa ingin segera diganti.

D. Takut Terhadap Orang Asing


Xenophobia adalah perasaan takut karena bertemu orang lain, bisa terjadi
karena trauma psikologis pada masa tumbuh kembang.
Antisipasi :
1. Kenalkan anak dengan orang baru dari kesempatan mereka untuk percaya
pada orang baru tersebut.
2. Dampingi ketika mereka berinteraksi.
3. Amati dan antisipasi tanda-tanda kegagalan interaksi.
4. Berikan support yang tepat.
Pertanyaan dan Jawaban Kelompok 8

1. Bagaimana pendapat kalian tentang orang tua yang tadinya terlalu antisipasi
terhadap anaknya, sekarang lebih menjadi over protektif?
Jawab :
Menurut kelompok kami, seharusnya orang tua yang seperti ini diberikan
konseling, bahwa aktifitas seorang anak tidak untuk dibatasi melainkan untuk
diawasi, karena pada saat anak- anak mereka memiliki rasa penasaran yang
tinggi dan rasa ingin mencoba sesuata hal yang baru oleh karena itu
sebaiknya orang tua lebih ke arah fasilitator, pembimbing dan pengawas sang
anak dalam melakukan aktifitas.
2. Menurut anda bagaimana peran orang tua yang tidak sesuai dengan toilet
tranning atau mengajak anaknya BAK di sembarang tempat saat seorang anak
yang sedang berpergian dan ingin BAK, apakah itu baik atau tidak?
Jawab :
Menurut kelompok kami itu merupakan tindakan yang tidak baik, karena
kebiasaan yang ditanamkan sejak kecil nantinya akan dibawa oleh anak saat
dewasa, seharusnya orang tua berhenti sebentar di WC umum atau pom
bensin terdekat, atau juga dengan jalan lain orang tua dapat memakaikan
pampers pada sang anak, karena latihan toilet tranning itu dilakukan secara
bertahap dan tidak langsung, itu juga tergantung pada matur ( kematangan )
organ atau kemampuan otot sfingter sang anak pada proses perkemihan dan
defekasi.
3. Bagaimana cara kita membuat anak tidak jajan sembarangan, sedangkan anak
itu sering di bujuk oleh temannya?
Jawab :
Disini sangat dibutuhkan peran orang tua yang kreatif, orang tua dapat
membawakan anak bekal yang bervariasi dan unik setiap harinya, sehingga
anak tidak bosan dan tidak terbujuk oleh temannya, atau dapat juga orang tua
membiarkan anak memesan menu makanan yang diinginkan untuk di buat
oleh orang tuanya. Dilain sisi orang tua juga dapat mengurangi uang jajan
sang anak dan mulai mengajarkan sang anak untuk menabung.
KONSEP BIMBINGAN ANTISIPASI

Makalah ini untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak

Disusun oleh :

Tingkat I-A

1. Elawati
2. Evi Diah Putri
3. Luthfi Rayndra
4. Oktaviani Ayu P.
5. Pipin Muspiroh

AKADEMI KEPERAWATAN JAYAKARTA

DINAS KESEHATAN PROVINSI DKI JAKARTA

TAHUN AKADEMIK 2014/2015

Anda mungkin juga menyukai