Anda di halaman 1dari 59

http://fikiwarobay.blogspot.

com/

http://andrewsbgumay.blogspot.com/2011/02/bab-1-perencanaan-program-komunikasi.html

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
1. Komunikasi
2. Perencanaan

B. Tipe Perencanaan Komunikasi


1. Perencanaan Komunikasi Strategik
2. Perencanaan Komunikasi Operasional
C. Perencanaan Komunikasi Pada Pagelaran Budaya
1. Analisa
2. Desain Strategis
3. Pengembangan / Pengujian
4. Implemantasi Dan Monitoring
5. Evaluasi Dan Perencanaan Ulang

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PERENCANAAN PROGRAM KOMUNIKASI
Pengertian Perencanaan Komunikasi
Kegiatan komunikasi dapat dikatakan sama usianya dengan peradaban manusia. Disadari
ataupun tidak disadari dalam menjalani kehidupannya manusia tidak dapat lepas dari
komunikasi. Tingkat kebehasilan suatu komunikasi dapat terlihat dari tingkat pencapaian tujuan
berkomunikasi. Semakin sesuai tujuan berkomunikasi tercapai maka suatu komunikasi dapat
pula dikatakan berhasil dilaksanakan. Sebaliknya, jika tujuan berkomunikasi tidak tercapai maka
komunikasi tersebut dapat dikatakan gagal.

Banyak contoh dari kegagalan sebuah komunikasi disekitar Anda, termasuk dalam
pergaulan sehari-hari, perkuliahan, pengajaran, atau kegiatan demonstrasi. Anda mungkin sering
merasa kesal jika kalimat yang Anda ucapkan tidak sesuai dengan apa yang diterima oleh teman
Anda. Atau saat Anda melakukan kampanye pencalonan diri menjadi ketua sebuah organisasi
dengan harapan akan terpilih, justru menjadi kegagalan dikarenakan visi misi yang Anda buat
tidak sampai dengan baik ke teman-teman Anda.

Untuk meminimalkan tingkat kegagalan komunikasi, maka sebelum melakukan kegiatan


penyampaian pesan, sebaiknya dibuatlah sebuah perencanaan komunikasi. Perencanaan
komunikasi dalam rangka merancang dan melaksanakan program komunikasi amat diperlukan
karena pada dasarnya yang menjadi kepentingan dari kegiatan ini adalah sesuatu yang akan
dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

Materi pada bab ini merupakan dasar pemahaman Anda sebelum membuat sebuah perencanaan
komunikasi. Cukup dengan membaca secara seksama dan mencoba memahami apa yang
disajikan pada bab ini, Anda akan mendapat pemahaman mengenai pengertian perencanaan dan
rencana komunikasi, keuntungan perencaan sampai langkah-langkah perencanaan.

Untuk bisa memahami apa yang dimaksud dengan perencanaan komunikasi, ada baiknya kita
memahami kata per kata dari perencanaan komunikasi. Diawali dengan mengkaji kata
perencanaan, kemudian mengkaji kata komunikasi. Setelahnya keduanya jelas, barulah kita bisa
mengartikan dengan lebih baik apa yang dimaksud dengan perencanaan komunikasi.

Perencanaan
Kajian tentang perencanaan tidak akan lepas dari manajemen. Hal ini menjadi logis
dikarenakan perencanaan merupakan bagian pertama dan utama dari manajemen. Seperti yang
dicetuskan Henry Fayol sebagaimana dikutip dalam Totok Djuroto (2004: 96). Manajemen
adalah proses menginterpretasikan, mengkoordinasikan sumber daya, sumber dana, dan sumber-
sumber lainnya untuk mencapai tujuan dan sasaran melalui tindakan-tindakan perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, pengawasan dan penilaian. Henry Fayol juga meringkas 4
fungsi manajemen, yaitu Planning, Organizing, Acting, danControlling atau sering disingkat
dengan POAC.

Pada perkembangan selanjutnya, fungsi manajemen yang dicetuskan oleh Henry


dikembangkan lebih lanjut oleh Luther Gullick menjadi POSDCORB (Planning, Organizing,
Staffing, Directing, Coordinating, Reporting, dan Budgeting). Sama halnya dengan Henry,
Luther juga menempatkan perencanaan (planning) sebagai fungsi yang pertama dan yang paling
utama. Sehingga tidaklah salah jika beberapa pakar manajemen mengatakan bahwa apabila
perencanaan telah selesai dan dilakukan dengan benar , maka sebagian besar pekerjaan telah
selesai dilaksanakan.
Perencanaan memang memiliki makna yang sangat rumit. Pasalnya, perencanaan dapat
didefinisikan menjadi beraneka ragam tergantung pada latar belakang apa yang mendasari
pemikiran orang yang membuat definisi akan perencanaan itu sendiri.

Beberapa definisi yang terangkum dalam Udin dan Abin (2006:4) diantaranya sebagai
berikut.
1. Menurut Prajudi Atmusudirdjo, perencanaan adalah perhitungan dan penentuan tentang sesuatu
yang akan dijalankan dalam mencapai tujuan tertentu, oleh siapa, dan bagaimana (Abin, 2000)
2. Perencanaan dalam arti seluas-luasnya tidak lain adalah proses mempersiapkan kegiatan-
kegiatan secara sistematis yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu (Bintoro
Tjokroamidjojo, 1977)
3. Perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan berbagai keputusan yang akan
dilaksanakan pada masa yang akan datang untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Perencanaan itu dapat pula diartikan sebagai upaya untuk memadukan antara cita-cita nasional
danresources yang tersedia yang diperlukan untuk mencapai cita-cita tersebut (M.Fikry, 1987)
4. Planning is intelligent attempt to shape the future; to make the future better than the past.
Planning is trying to understand the present situations, to analyze it in formal way. Planning is
looking a head. Planning is brings about better future; current problems are to be overcome, to
see what happen in the future. (Abin, 2000)
5. Planning is future thinking; planning is controlling the future; planning is decision making;
planning is integrated decision making. (Anen, 1999)

Dikutipkannya beberapa definisi diatas tentu saja tidak untuk membuat Anda bingung.
Melainkan untuk membantu Anda lebih memahami pengertian perencanaan. Selanjutnya Anda
diharapkan dapat mendefinisikan dengan kalimat sendiri apa itu perencanaan.

Untuk membantu Anda dalam memahami dan mendefinisikan kembali apa itu perencanaan, dari
beberapa definisi yang terungkap di atas, setidaknya ada beberapa hal yang bisa dijadikan
pegangan dalam memahami perencanaan.
a) berhubungan dengan masa depan
b) seperangkat kegiatan
c) proses yang sistematis
d) memiliki hasil atau tujuan tertentu

Sementara, Zulkarnaen dkk (1994:4) menambahkan beberapa hal penting dari sebuah
perencanaan atau membuat rencana, yaitu:
a) problem solving oriented
b) berpatokan pada tujuan
c) mencerminkan optimisme
d) menggambarkan langkah yang deskriptif (tidak samar)

Dari beberapa hal penting yang terungkap diatas, Perencanaan atau membuat rencana
dapat diartikan sebagai proses penyusunan seperangkat kegiatan secara sistematis, optimis, dan
tidak samar untuk memecahkan suatu masalah dan mencapai suatu tujuan di masa yang akan
datang.

Komunikasi
Sebagai mahasiswa komunikasi Anda tetntu sudah hafal bahwa pengertian komunikasi secara
etimologis berasal dari perkataan latin communicatio. Istilah ini berasal dari dari perkataan
communis yang berarti sama; sama disini maksudnya sama makna atau sama arti. Sehingga
komunikasi dapat terjadi apabila ada kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan
oleh komunikator (pengirim pesan) dan diterima oleh komunikan (penerima pesan).

Banyak definisi-definisi dan teori-teori yang berkaitan dengan komunikasi telah diungkapkan
oleh para ahli. Beberapa diantaranya dikutipkan oleh HAW Widjaja (2000:13-15) dari kutipan
Sunarjo dan Djoenaisih Sunarjo (1983: 12-13) sebagai berikut.
1. Carl I Hovland
Ilmu komunikasi adalah suatu sistem yang berusaha menyusun prinsip-prinsip dalam bentuk
yang tepat mengenai hal memindahkan penerangan dan membentuk pendapat serta sikap-sikap.
Carl I Hovland selanjutnya mengemukakan: Komunikasi adalah proses dimana seorang individu
mengoperkan perangsang untuk mengubah tingkah laku individu-individu yang lain.
2. William Albig
Komunikasi adalah proses pengoperan lambang-lambang yang berarti bagi individu-individu.
3. Wilbur Schramm
Komunikasi ialah suatu usaha untuk mengadakan persamaan dengan orang lain.
4. Sir Geral Barry
Berkomunikasi adalah berunding. Bahwa dengan berkomunikasi orang memperoleh
pengetahuan, informasi, dan pengalaman karena itu saling mengerti percakapan, keyakinan,
kepercayaan, dan kontrol sangat diperlukan.
Namun dari sekian banyak pendapat ahli mengenai pengertian komunikasi, berkaitan
dengan materi pembahasan kita mengenai perencanaan maka pendapat Harold D Lasswell dalam
bukunya The Communiction of Ideas kiranya yang paling tepat kita bahas. Lasswell, seperti
yang dikutip Onong Uchjana Effendy (2003:301-302) menyatakan bahwa cara yang terbaik
dalam menerangkan kegiatan komunikasi ialah menjawab pertanyaan Who Says What Which
Channel To Whom With What Effect?.

Untuk mantapnya, segala sesuatunya menurut Lasswell harus dipertautkan dengan komponen-
komponen yang merupakan jawaban pertanyaan dalam rumus Lasswell tersebut.
- Who (Siapakah komunikatornya?)
- Says What (Pesan apa yang dinyatakannya?)
- In Which Channel (Media apa yang digunakannya?)
- To Whom (Siapa komunikannya?)
- With What Effect (Efek apa yang diharapkan?)

Pertanyaan efek apa yang diharapkan dalam rumus Lasswell jika dikaji kembali akan
menimbulkan pertanyaan lanjutan yang perlu ditanya dengan seksama. Pertanyaan tersebut
adalah
- When (Kapan dilaksanakannya?)
- How (Bagaimana melaksanakannya?)
- Why (Mengapa dilaksanakan demikian?)

Berdasarkan pendapat-pendapat yang dikemukakan para ahli diatas, sama halnya dengan
perencanaan, komunikasi merupakan sebuah proses penyusunan. Tepatnya, penyusunan pesan-
pesan dari seorang komunikator ke komunikan. Komunikasi menekankan adanya kesamaan
makna atau saling pengertian antara kedua belah pihak. Apabila menyampaikan suatu gagasan,
keberhasilan komunikasi tidak harus dikatakan berhasil jika gagasan tersebut disetujui kedua
belah pihak. Namun, komunikasi bisa dikatakan berhasil meski kedua belah pihak hanya sampai
memahami gagasan tersebut.

Untuk menghasilkan pemahaman makna yang sama, maka komunikasi sebagai sebuah
proses harus dipersiapkan dengan seksama. Menurut HAW Widjaja (2000:93) setidaknya, ada
beberapa unsur komunikasi yang harus diketahui, yakni sumber (source), communicator atau
pengirim pesan, message (pesan), channel(saluran atau media), communicant atau penerima
pesan, dan efek sebagai hasil.
Singkatnya, komunikasi dapat diartikan sebagai proses penyampaian pesan dari komunikator ke
komunikan melalui saluran atau media yang tepat sehingga menghasilkan efek yang diharapkan.

Untuk memahami lebih dalam apa ittu komunikasi, Onong Uchjana Effendy (2003: 52-56)
merangkum ruang lingkup komunikasi sebagai berikut:
1. Bidang Komunikasi
a. Komunikasi Sosial (Social Communication)
b. Komunikasi Organisasional/Manajemen
(Organizational/Management Communication)
c. Komunikasi Bisnis (Business Communication)
d. Komunikasi Politik (Political Communication)
e. Komunikasi Internasional (International Communication)
f. Komunikasi Antar Budaya (Intercultural Communication)
g. Komunikasi Pembangunan (Development Communication)
h. Komunikasi Tradisional (Traditional Communication)
2. Sifat Komunikasi
a. Komunikasi Verbal (Verbal Communication)
b. Komunikasi Nirverbal (Nonverbal Communication)
c. Komunikasi Tatap Muka (Face To Face Communication)
d. Komunikasi Bermedia (Mediated Communication)
3. Tatanan Komunikasi
Yang dimaksud dengan tatanan komunikasi adalah proses komunikasi yang ditinjau dari jumlah
komunikan. Bentuk-bentuknya sebagai berikut :
a. Komunikasi pribadi (Personal Communication)
1. Komunikasi Intrapribadi (Intrapersonal Communication)
2. Komunikasi Antarpribadi (Interpersonal Communication)
b. Komunikasi kelompok (Group Communication)
1. Komunikasi Kelompok Kecil (Small Group Communication)
a. ceramah
b. forum
c. simposium (symposium)
d. diskusi panel (panel discussion)
e. seminar
f. curah saran (brainstorming)
g. lain-lain
2. Komunikasi Kelompok Besar (Large Group Communication/ Public Speaking)
c. Komunikasi Massa (Mass Communication)
1. Komunikasi Media Massa Cetak (Printed Mass Media Communication)
a. surat kabar (daily)
b. majalah (magazine)
2. Komunikasi Media Massa Elektronik (Electronic Mass Media Communication)
a. radio
b. televisi
c. fim
d. lain-lain
d. Komunikasi Medio (Medio Communication)
1. surat
2. telepon
3. pamflet
4. poster
5. spanduk
6. lain-lain (media yang tidak termasuk dalam media massa)
4. Tujuan Komunikasi
a. Mengubah sikap (to change the attitude)
b. Mengubah opini/pendapat/pandangan (to change the opinion)
c. Mengubah perilaku (to change the behavior)
d. Mengubah masyarakat (to change the society)
5. Fungsi Komunikasi
a. menginformasikan (to inform)
b. mendidik (to educate)
c. menghibur (to entertain)
d. mempengaruhi (to influence)
6. Tekhnik Komunikasi
a. Komunikasi informatif (informative communication)
b. Komunikasi persuasif (persuasive communication)
c. Komunikasi pervasif (pervasive communication)
d. Komunikasi koersif (coersive communication)
e. Komunikasi instruktif (instructive communication)
f. Hubungan manusiawi (human relation)
7. Metode Komunikasi
Istilah metode berasal dari bahasa Inggris methode yang berasal dari bahasa Yunani methodos
yang berarti rangkaian yang sistematis dan merujuk kepada tata cara yang sudah di bina
berdasarkan rencana yang mapan, pasti, dan logis.
Metode Komunikasi meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
a. Jurnalisme/Jurnalistik (journalism)
b. Hubungan Masyarakat (public relation)
c. Periklanan (advertising)
d. Propaganda
e. Perang urat syaraf (psychological warfare)
f. Perpustakaan (library)
g. Lain-lain

Perencanaan Komunikasi
Setelah memahami pengertian perencanaan dan komunikasi, kita akan lebih mudah memahami
apa yang dimaksud dengan perencanaan komunikasi. Perencanaan Komunikasi adalah proses
pemanfaatan berbagai bentuk, metode dan tekhnik komunikasi yang terencana dan terkoordinir
untuk mencapai tujuan tertentu di masa yang akan datang.
Fungsi , Jenis, dan Prinsip-Prinsip Perencanaan Komunikasi
Fungsi Perencanaan Komunikasi
Udin dan Abin (2006: 5) merumuskan beberapa fungsi perencanaan, termasuk
perencanaan komunikasi, yaitu :
1. sebagai pedoman pelaksanaan dan pengendalian
2. menghindari pemborosan sumber daya
3. alat bagi pengembangan quality assurance
4. upaya untuk memenuhi accountability kelembagaan

Perencanaan dipandang penting dan diperlukan bagi suatu organisasi antara lain
dikarenakan :
1. Dengan adanya perencanaan diharapkan tumbuhnya suatu pengarahan kegiatan, adanya pedoman
bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang ditujukan kepada pencapaian tujuan.
2. Dengan perencanaan, maka dapat dilakukan suatu perkiraan (forecasting) terhadap hal-hal dalam
masa pelaksanaan yang akan dilalui. Perkiraan dilakukan mengenai potensi-potensi dan prospek-
prospek perkembangan tetapi juga mengenai hambatan-hambatan dan resiko-resiko yang
mungkin dihadapi. Perencanaan mengusahakan supaya ketidakpastian dapat dibatasi sedini
mungkin.
3. Perencanaan memberikan kesempatan untuk memilih berbagai alternatif tentang cara yang
terbaik (the best alternative) atau kesempatan untuk memilih kombinasi cara yang terbaik (the
best combination).
4. Dengan perencanaan dilakukan penyusunan skala prioritas. Memilih urutan-urutan dari segi
pentingnya suatu tujuan, sasaran, maupun kegiatan usahanya.
5. Dengan adanya rencana, maka akan ada suuatu alat pengukur atau standar untuk mengadakan
pengawasan atau evaluasi kinerja usaha atau organisasi.Udin dan Abin (2006 : 33)

Jenis Perencanaan Komunikasi


Udin dan Abin (2006: 167-168) menguraikan beberapa jenis perencanaan:
1. Perencanaan Adaptif
Terjadi karena adanya tanggapan pada suatu pengembangan yang dilakukan secara eksternal.
Dalam pengertian sempit, perencanaan itu berarti pemecahan masalah. Perencanaan itu dapat
dengan mudah dipahami oleh semua pihak.
2. Perencanaan Kontingensi
Perencanaan kontingensi merupakan pendekatan yang ditujukan untuk menciptakan kondisi yang
pengaruhnya dapat dielakkan dan diserap dengan biaya atau kerugian minimal.
3. Perencanaan Kompulsif
Perencanaan kompulsif menentukan perincian mengenai apa yang seharusnya dan apa yang
diharapkan dilakukan. Alat utamanya adalah reward (imbalan) bagi yang berhasil
dan punishment (hukuman) bagi yang tidak berhasil.
4. Perencanaan Manipulatif
Perencanaan manipulatif mengandalkan berbagai jenis instrumen untuk mendapatkan suatu
keuntungan. Alatnya adalah kesepakatan, pertukaran dan mempengaruhi orang lain.
5. Perencanaan Indikatif
Perencanaan indikatif menyebarkan informasi yang dimaksudkan untuk memberi sinyal yang
benar kepada individu dengan harapan agar pada gilirannya akan mengambil tindakan yang
tepat.
6. Perencanaan Bertahap (Incremental)
Perencanaan bertahap adalah perencanaan yang mengambil langkah pendek, mengoreksi
kesalahan saat perencanaan itu dilaksanakan.
7. Perencaan Otonomi
Merupakan perencanaan yang dilakukan sendiri dan bukan sebagai bagian dari perencanaannya.
8. Perencanaan Pemuliah/Perbaikan (Amelioratif)
Perencaaan ini dirancang untuk memulihkan pada keadaan semula, tanpa pertimbangan
mengenai apa yang akan terjadi. Tujuannya adalah kembali padastatus quo.
9. Perencanaan Normatif
Merupakan perencanaan jangka panjang, perencanaan untuk 25 sampai 40 tahun ke
depan. Karakteristik utamanya adalah sifat yang umum, dan fungsinya adalah untuk membentuk
pedoman dan arahan untuk perencanaan. Sifatnya menyeluruh sehingga fokusnya adalah pada
perencanaan keseluruhan.
10. Perencanaan Fungsional
Perencanaan fungsional memusatkan pada aspek tertentu dari seluruh masalah. Pada dasarnya
jenis perencanaan ini sifatnya tersegmentasi tetapi tidak berfungsi sebagai pelengkap dari upaya
perencanaan total.

Prinsip-prinsip Penyusunan Perencanaan Komunikasi


Dikutip dalam Zulkarnaen (1994: 9-10), Middleton dan Lin (1975) merumuskan tiga
prinsip penting dalam menyusun rencana Program komunikasi:
1. Perencanaan komunikasi membutuhkan konsultasi (participatory planning)
Suatu perencanaan merupakan pegangan atau patokan bersama. Karena itu suatu rencana
hendaknya merupakan cerminan aspirasi bersama. Rencana yang disusun secara bersama,
tentunya akan dilaksanakan dengan baik oleh semua pihak yang menyusunnya.
Perencanaan juga sebaiknya berbagi informasi dengan unsur-unsur yang mewakili
khalayak/komunikan, agar sejak awal mereka merasakan bahwa rencana tersebut menjadi milik
bersama. Dan tentunya hasilnya juga akan sesuai dengan harapan khalayak/ komunikau dari
rencana komunikasi yang kita buat. Intinya libatkan khalayak/komunikan dari rencana kita
semaksimal mungkin. Inilah yang disebut dengan participatory planning.
2. Fleksibel
Sebagai patokan dalam melaksanakan kegiatan dalam hal ini rencana komunikasi, maka rencana
yang kita susun hendaknya tidak bersifat kaku. Perencanaan yang dibuat hendaknya telah
mempertimbangkan beberapa antisipasi-antisipasi akan kemungkinan terjadinya perubahan pada
pelaksanaan rencana. Dengan demikian rencana yang kita buat masih bisa dilaksanakan meski
dengan penyesuaian. Jika tidak, sangat disayangkan rencana yang Anda buat tidak dapat
dijalankan hanya karena tidak fleksibel.
3. Jelas dan konkrit
Pada hakikatnya perencanaan adalah rangkaian proses kegiatan menyiapkan keputusan mengenai
apa yang diharapkan, apa yang akan dilakukan dan bagaimana melakukannya. Rangkaian proses
kegiatan ini haruslah dibuat dengan jelas dan konkrit. Artinya, rencana yang dibuat mudah
dimengerti dan tidak menimbulkan penafsiran yang bermacam-macam.

Prinisp penting perencanaan komunikasi yang diungkapkan Middleton dan Lin lebih
diperdalam lagi oleh Udin dan Abin (2006: 53-54). Ada 8 prinsip yang dirumuskan, yaitu:
1. Significance, yaitu tingkat kebermaknaan yang tergantung dari kepentingan sosial dari tujuan
komunikasi yang diusulkan.
2. Feasibility, yaitu kelayakan teknis dan perkiraan biaya merupakan aspek yang harus dilihat
secara realistik.
3. Relevance, yaitu konsep relevan mutlak perlu bagi implementasi rencana komunikasi.
4. Definitiveness, yaitu penggunaan tekhnik simulasi untuk menjalankan rencana dengan
menggunakan data model buatan. Tujuannya adalah untuk meminimumkan kejadian yang tidak
diharapkan yang akan mengalihkan sumber daya dari tujuan yang direncanakan.
5. Adaptability, yaitu perencanaan haruslah dinamis dan dapat berubah sesuai informasi sebagai
umpan balik sistem.
6. Time, yaitu siklus alamiah pokok bahasan pada perencanaan, kebutuhan untuk merubah situasi
yang tidak dapat dipikul.
7. Monitoring, yaitu untuk menjamin rencana berkerja secara efektif.
8. Subject Matter, yaitu pokok-pokok bahasan yang akan direncanakan yang terdiri atas sasaran
dan tujuan, program, sumber daya, anggaran dan konteks sosial.

Syarat-Syarat Penetapan Program Perencanaan


Untuk menetapkaan membuat dan melaksanakan sebuah program perencanaan, ada
beberapa syarat yang sekiranya penting untuk diperhatikan. Terutama dalam sebuah perencanaan
program komunikasi yang berkaitan dengan pembangunan nasional. Zulkarnaen dkk (1994 : 10-
12) sedikitnya merumuskan 7 syarat, yaitu :
1. Ketersediaan finansial
Pertimbangan biaya dalam beberapa perencanaan program komunikasi menjadi pokok utama.
Tidak bisa dipungkiri, sebuah perencanaan memang memerlukan ongkos dalam penerapannya.
Dengan menyadari sejak awal ketersediaan finansial, bisa digunakan untuk membaut batasan
sejauh mana kita akan membuat perencanaan. Misal, dalam penggunaan media, jika dana
terbatas kemungkinan media dengan biaya murah seperti pamflet, leaflet, dsb. Sebaliknya, jika
dananya cukup banyak bisa menggunakan media televisi, koran, radio, dsb.
2. Kebutuhan nasional dan kebijakan departemen
Apabila kita membuat sebuah perencanaan program komunikasi yang berkaitan dengan
pembangunan nasional, tentulah kita harus memperhatikan kebutuhan nasional saat ini dan
kebijakan departemen apa yang bekaitan dengan program kita itu nantinya. Misal, jika kita
membuat program komunikasi peningkatan kewaspadaan masyarakat terhadap bencana, tentulah
pertimbangan kita program ini penting karena masyarakat memang membutuhkan pengetahuan
yang bisa meningkatkan kewaspadaan mereka terhadap bencanan alam yang memang sedang
banyak terjadi. Tidak hanya itu, kita juga harus melihat kebijakan departemen terkait seperti
Dinas Kesejahteraan Sosial, dsb tentang program tersebut.
3. Kebutuhan lokal dan kondisi setempat
Khalayak di suatu lokasi tentunya memiliki kebutuhan yang berbeda dengan lokasi lainnya.
Termasuk keadaan kondisi setiap lokasi. Kedua hal ini penting untuk diperhatikan karena
seringkali menjadi pokok permasalahan. Misal, program komunikasi pemanfaatan
4. Ketersediaan sumber-sumber (resources) dan fasilitas
Umumnya yang dimaksud dengan sumber-sumber (resources) dapat dikelompokkan menjadi
sumber dalam bentuk sumberdaya manusia (human resources) dan yang non-manusia, seperti
sumberdaya alam dan peralatan (tools). Tidak semua sember dapat ditemui dalam satu lokasi,
sehingga patut dipertimbangkan faktor ketersediaan sumber dan bagaimana cara
memperolehnya.
5. Kesegeraan (immediacy) efek terhadap khalayak
Suatu kegiatan komunikasi ada yang efeknya dapat segera terlihat, ada pula yang memerlukan
waktu yang cukup lama untuk mengetahui efeknya. Penentuan kegiatan dengan efek yang mana
yang ingin dicapai tergantung pada keperluan ataupun tujuan program yang bersangkutan.
6. Kemungkinan respon khalayak
Dapat diperoleh gambaran berdasarkan pengalaman sebelumnya, namun perencana dapat juga
membuat perkiraan bagaimana kemungkinan respon khalayak terhadap kegiatan komunikasi
yang direncanakan.
7. Pengalaman sebelumnya
Pengalaman kegiatan komunikasi sebelumnya, baik di tempat yang lain maupun di tempat yang
sama dapat dipergunakan sebagai patokan. Gunanya untuk menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan sekaligus berusaha lebih baik dari program sebelumnya.
Langkah-langkah Perencanaan
Kegiatan perencanaan adalah kegiatan yang sistemik, karennya dalam menyusun
perencanaan dan pelaksanaan perencanaan memerlukan tahapan-tahapan yang sesuai dengan
jenis perencanaan. Ada beberapa model langkah-langkah perencanaan yang ditawarkan para ahli
untuk dipilih dan dikembangkan. Banghart dan Trull (1973) mencoba menawari tahapan-tahapan
untuk perencanaan yang komprehensif. Tahapan-tahapannya sebagai berikut.
1. Proloque
Pendahuluan atau langkah persiapan untuk memulai kegiatan perencanaan.
2. Identyfing planning problems
Yang mencakup :
a. delineating the scope of problem (menentukan ruang lingkup permasalahan perencanaan)
b. studying what has been (mengkaji apa yang telah direncanakan)
c. determining what has been versus what should be(membandingkan apa yang telah dicapai dan
apa yang seharusnya dicapai)
d. resources and constraints (sumber daya yang tersedia dan batasannya)
e. establishing planning parts and priorities (mengembangkan bagian-bagian perencanaan dan
prioritas perencanaan)
3. Analyzing planning problem area
Mengkaji permasalahan perencanaan yang mencakup :
a. study areas and systems of sub areas (mengkaji permasalahan atau sub permasalahan)
b. gathering date (pengumpulan data), tabulating data (tabulasi data)
c. forecasting (proyeksi)
4. Conceptualizing and designing plans
Mengembangkan rencana yang mencakup :
a. identifying prevailing trends (identifikasi kecendrungan-kecendrungan yang ada)
b. establishing goals and objective (merumuskan tujuan umum dan tujuan khusus)
c. designing plans (menyusun rencana)
5. Evaluating plan
Menilai rencana yang telah disusun tersebut yang mencakup :
a. Planning trough simulation (simulasi rencana)
b. Evaluating plan (evaluasi rencana)
c. Selecting a plan (memilih rencana)
6. Specifying the plan
Menguraikan rencana yang mencakup :
a. Problem formulation (merumuskan masalah)
b. Reporting result (menyusun hasil rumusan) dalam bentuk final plan draft atau rencana terakhir
7. Implementing the plan
Melaksanakan rencana yang mencakup :
a. Program preparation (persiapan rencana operasional)
b. Plan approval, legal justification (persetujuan dan pengesahan rencana)
c. Organizing operational units (mengatur unit-unit organisasi)
8. Plan feedback
Balikkan pelaksanaan rencana yang mencakup :
a. Monitoring the plan (memantau pelaksanaan rencana)
b. Evaluation the plan (evaluasi pelaksanaan rencana)
c. Adjusting, altering or planning for what, how, and by whom(mengadakan penyesuaian,
perubahan atau merancang apa yang perlu dirancang lagi, bagaimana rancangannya dan oleh
siapa)
Model perencanaan yang dususun Banghart dan Trull merupakan model perencanaan
yang cukup rumit. Oleh sebab itu, Udin dan Abin (2006:24-25) merumuskan proses perencanaan
yang lebih logis dan sederhana untuk dipahami.Tahapan-tahapannya sebagai berikut :
1. Need assessment
Artinya kajian terhadap kebutuhan yang mencakup berbagai aspek, apa yang telah dilaksanakan,
keberhasilan, kesulitan, kekuatan, kelemahan, sumber-sumber yang tersedia, sumber-sumber
yang perlu disediakan, aspirasi rakyat yang berkembang, harapan, cita-cita yang merupakan
dambaan masyarakat.
2. Formulation of goals and objective
Perumusan tujuan dan sasaran perencanaan yang merupakan arah perencanaan serta merupakan
jabaran operasional dari aspirasi filosofis masyarakat.
3. Policy and priority setting
Penentuan dan penggarisan kebijakan dan prioritas dalam perenacanaan sebagai muara need
assessment.
4. Program and project formulation
Rumusan program dan proyek kegiatan yang merupakan komponen operasional perencanaan.
5. Feasibility testing
Dengan melalui alokasi sumber-sumber yang tersedia dalam hal ini terutama sumber dana. Biaya
suatu rencana yang disusun secara logis dan akurat serta cermat merupakan petunjuk tingkat
kelayakan rencana. Rencana dengan alokasi biaya yang tidak akurat dianggap tingkat feasabilitas
yang kecil.
6. Plan implementation
Pelaksanaan rencana untuk mewujudkan rencana yang tertulis dalam perbuatan
atau action. Penjabaran rencana ke dalam perbuatan inilah yang menentukan apakah suatu
rencana itu feasible, baik dan efektif.
7. Evaluation and revision for future plan
Kegiatan untuk menilai tingkat keberhasilan pelaksanaan rencana yang
merupakan feedback untuk merevisi dan mengadakan penyesuaian rencana untuk periode
rencana berikutnya. Dengan adanya feedback seperti ini perencana memperoleh input yang
berharga untuk meningkatkan rencana pada tahapan berikutnya.

Sementara John Hopkins University mengembangkan model perencanaan komunikasi yang lebih
singkat. Model perencanaan program komunikasi ini telah dikembangkan dalam program
Keluarga Berencana. Tahapan-tahapan perencanaannya adalah sebagai berikut.
1. Riset, yang terdiri dari penelitian mengenai persepsi khalayak, saluran komunikasi dan
sebagainya.
2. Rencana, terdiri dari pengembangan pesan dan pemilihan media, dan lain-lain.
3. Pengembangan bahan atau materials yang akan digunakan nantinya dalam program komunikasi.
4. Ujicoba dan penyesuaian yaitu mencobakan lebih dahulu media atau bahan yang telah
dikembangkan, apakah sesuai dengan khalayak dan tujuan yang akan dicapai.
5. Implementasi atau pelaksanaan program.
6. Monitor, evaluasi dan penyesuaian. Berdasarkan temuan yang diperoleh dari monitoring dan
evaluasi dilakukan penyesuaian-penyesuaian dalam rencana.
Dari beberapa model perencanaan program komunikasi yang sudah dipaparkan diatas,
kita dapat melihat msekipun terlihat berbeda, ada beberapa tahapan yang sama di setiap model,
seperti :
a. Masalah apa yang dihadapi
b. Siapa khalayak yang dituju
c. Tujuan apa yang ingin dicapai
d. Pendekatan apa yang akan digunakan
e. Pesan apa yang akan disampaikan
f. Media atau saluran apa yang paling tepat
g. Evaluasi dan monitoring program

Beberapa hal-hal pokok diatas oleh Assifi and French (1982) dalam Zulkarnaen dkk
(1994 :20) dirumuskan dalam langkah-langkah perencanaan program komunikasi yang lebih
sederhana, sebagai berikut :

Gambar 1

Langkah-langkah Perencanaan Program Komunikasi


Menganalisis masalah

Menganalisis khalayak

Merumuskan objective

Memilih media atau saluran komunikasi

Mengembangkan pesan

Merencanakan produksi media

Merencanakan manajemen program

Merencanakan monitoring dan evaluasi

Rujukan
H A W Widjaja. 2000. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi. Rineka Cipta. Jakarta.
Onong Uchjana Effendy. 2003. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Citra Aditya Bhakti.
Bandung.
Totok Djuroto. 2004. Manajemen Penerbitan Pers. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Udin Syaefudin Saud dan Abin Syamsudin Makmun. 2006. Perencanaan Pendidikan (Suatu
pendekatan Komprehensif). Remaja Rosdakarya. Bandung
Zulkarnaen Nasution. 1994 . Perencanaan Program Komunikasi. Universitas
Terbuka. Jakarta.

ANALISIS MASALAH

Permasalahan adalah awal dari membuat sebuah perencanaan. Karena perencanaan program
komunikasi yang akan kita buat adalah upaya untuk menjawab permasalahan yang dirumuskan.
Sebelum merumuskan masalah kita harus mendeskripsikan latarbelakang masalah yang berisi
mengapa permasalahan itu muncul, mengapa permasalahan itu menarik bagi perencana, apa dan
bagaimana perencanaan itu akan dibuat untuk memecahkan masalah tersebut.
Masalah timbul karena adanya tantangan, adanya kesangsian ataupun kebingungan kita
terhadap suatu hal atau fenomena, adanya kemenduaan arti (ambiguity), adanya halangan dan
rintangan, adanya celah (gap) baik antarkegiatan atau antarfenomena, baik yang telah ada
ataupun yang akan ada.
Sebagai patokan yang sederhana dapat dikatakan bahwa masalah adalah sesuatu hal yang
merupakan perbedaan, jarak atau celah (gap) antara keadaaan yang seharusnya (das sollen)
dengan keadaan yang ada sekarang (das sein).

Penyebab-penyebab Masalah
Dalam melakukan analisis masalah, perhatian kita arahkan pada faktor-faktor apa saja
yang menyebabkan perbedaan (gap) antara prilaku khalayak sasaran yang ada sekarang dengan
apa yang diinginkan atau yang hendak dituju. Dengan melihat hal-hal ini, jika tidak ada
perbedaan maka tidak ada masalah. Sebaliknya, jika ada perbedaan, masalah itulah yang akan
kita analisis dan rumuskan.
Zulkarnaen, dkk (1994 :35-36) merumuskan setidaknya ada 4 penyebab utama masalah, yaitu
:
1. Masalah pengetahuan atau informasi
Bisa saja terjadi bahwa sekalipun masyarakat di suatu tempat telah mengetahui masalah yang
mereka hadapi, namun mereka sama sekali tidak mempunyai pengetahuan atau informasi tentang
pemecahan masalah tersebut. Misalnya di suatu daerah yang masyarakatnya banyak memelihara
unggas telah mengetahui bahwa saat ini banyak unggas yang terinfeksi virus H5N1 dan terserang
flu burung hingga menelan korban jiwa manusia. Masyarakat peternak unggas ini tentulah
menginginkan jangan samai mereka terkan penyakit yang belum ada obatnya ini. Namun mereka
belum mengetahui bagaimana jalan keluarnya agar mereka tetap bisa memelihara unggas namun
terhindar dari flu burung. Masyarakat tersebut belum mendapat informasi tentang pencegahan flu
burung.
2. Masalah keterampilan (skill)
Meskipun telah mengetahui persis masalah yang dihadapi, dapat pula masyarakat tidak bisa berbuat
apapun untuk mengatasi masalah yang dimaksud, oleh karena mereka tidak mempunyai
keterampilan yang dibutuhkan untuk mengatasi masalahnya. Sebagai contoh, masyarakat di
daerah yang memelihara banyak unggas telah menyadari bahwa unggas yang dipelihara harus
diberi vaksin dan dibersihkan secara rutin baik unggas ataupun kandangnya. Hanya saja
masyarakat tidak dapat melakukannya dikarenakan mereka tidak pernah diberikan keterampilan
untuk memberi vaksin dan membersihkan dengan cara yang paling benar dan efektif.
3. Masalah sikap mental (attitude)
Sikap mental memang suatu hal yang menentukan perilaku hidup. Walaupun suatu masyarakat telah
memahami apa yang menjadi masalah bagi mereka, telah mengerti bagaimana memecahkan
masalah tersebut, namun jika sikap mental mereka tidak mendukung untuk menyelesaikan
masalah tersebut tidak ada gunanya.
4. Masalah sumber-sumber (resources)
Ketiadaan sumber juga menyebabkan pemecahan suatu masalah yang dihadapi oleh suatu
masyarakat menjadi terhalang. Sumber yang dimaksud bisa sumber daya alam, sumber daya
manusia, ataupun sarana penunjang lainnya. Andaikan di daerah yang akan kita jadikan lokasi
perencanaan fakta dan datanya kesulitan sumber tertentu, kita jangan langsung membatalkan
pemlihan lokasi tersebut. Sebaiknya kita menganalisis terlebih dahulu ketersediaan akses untuk
mendapatkan sumber tersebut dari lokasi yang akan kita pilih dengan lokasi disekitarnya. Jika
akses bisa dipergunakan dengan mudah maka lokasi tersbut tetap bisa kita pilih.

Ciri-ciri Masalah
Sebelum kita merumuskan masalah untuk membuat perencanaan, maka terlebih dahulu kita
mengidentifikasikan dan memilih masalah. Walaupun jenis masalah cukup banyak, tapi kita
harus mampu memilih mana masalah yang cukup baik untuk dipecahkan.
Ada beberapa ciri-ciri masalah yang harus diperhatikan, baik dilihat dari segi isi (content)
dari rumusan masalah, ataupun dari segi kondisi penunjang yang diperlukan dalam pemecahan
masalah yang telah dipilih. Ciri-ciri dari masalah yang baik adalah sebagai berikut :
1. Masalah yang dipilih harus punya nilai
2. Masalah yang dipilih harus punya fisibilitas
3. Masalah yang dipilih harus sesuai dengan kualifikasi si perencana (Nasir, 2003: 112-115)
Masalah yang dipilih harus punya nilai
Masalah harus mempunyai isi yang mempunyai nilai, dalam artian mempunyai kegunaan tertentu
serta dapat digunakan untuk suatu keperluan. Dalam memilih masalah, masalah akan mempunyai
nilai jika hal-hal berikut diperhatikan :
a. Masalah haruslah mempunyai keaslian
Masalah yang dipilih haruslah mengenai hal-hal yang up to date dan baru.Hindarkan masalah
yang sifatnya sudah usang. Masalah haruslah mengenai pertanyaan-pertanyaan yang signifikan,
di mana hal tersebut kurang mendapat perhatian di masa lampau. Jika ingin mengangkat hal-hal
yang lama, maka sebaiknya masalah tersebut dikaitkan dengan terkhnik, fakta, atau data yang
terbaru sehingga topik-topik lama menjadi baru.
b. Masalah harus menyatakan suatu hubungan
Masalah harus menyatakan suatu hubungan antara dua atau lebih variabel. Masalah dapat saja
mengenai hubungan antara fenomena-fenomena alam, atau lebih khas lagi mengenai kondisi-
kondisi yang mengontrol fakta-fakta yang diamati. Selanjutnya, pemecahan masalah tersebut
dapat dipergunakan sebagai dasar untuk mengetahui dan mengontrol fenomena-fenomena
tersebut.
c. Masalah harus merupakan hal yang penting
Masalah yang dipilih harus mempunyai arti dan nilai. Masalah harus ditujukan lebih utama untuk
memperoleh fakta serta kesimpulan dalam suatu bidang tertentu.
d. Masalah harus dapat diuji
Hubungan-hubungan dalam masalah harus dinyatakan dalam variabel-variabel yang dapat
diukur.
e. Masalah harus dinyatakan dalam bentuk pertanyaan.
Masalah harus dinyatakan secara jelas dan tidak membingungkan dalam bentuk pertanyaan
namun dfiformulasikan dalam bentuk yang dapat di ukur.

Masalah harus fisibel


Masalah yang dipilih harus punya fisibilitas, yaitu masalah tersebut dapat dipecahkan,
berarti:
a. Data serta metode untuk memecahkan masalah tersebut harus tersedia
Masalah yang dipilih harus mempunyai metode untuk memecahkannya dan data yang
menunjang pemecahan masalah. Data untuk menunjang masalah harus pula mempunyai
kebenaran yang standar, dan dapat diterangkan.
b. Biaya untuk memecahkan masalah, secara relatif harus dalam batas-batas
kemampuan,
c. Waktu untuk memecahkan masalah harus wajar
d. Biaya dan hasil harus seimbang
Biaya untuk pemecahan masalah harus selalu dipikirkan dalam memilih masalah. Jika
pemecahan masalah di luar jangkauan biaya, maka masalah yang ingin dipilih tidak fisibel sama
sekali. Mencocokkan antara masalah dan biaya merupakan seni serta keterampilan.
e. Administrasi dan sponsor harus kuat
f. Tidak bertentangan dengan hukum dan adat
Masalah yang dipilih harus tidak bertentangan dengan adat-istiadat, hukum yang berlaku,
maupun kebiasaan. Pilihlah masalah yang tidak menimbulkan kebencian orang lain. Janganlah
memilih masalah yang dapat menimbulkan pertentangan baik fisik maupun itikad.

Masalah harus sesuai dengan kualifikasi perencana


Ada dua hal yang bisa dilihat dalam menilai apakah masalah tersebut sesuai dengan
kualifikasi perencana, yakni :
a. Menarik bagi peneliti/perencana
Masalah yang dipilih harus menarik bagi perencana dan akan lebih baik jika cocok dengan
bidang kemampuannya. Masalah yang dipilih harus menarik keingintahuan dan memberi
harapan kepada perencana untuk menemukan jawaban ataupun memecahkan masalah lain yang
lebih menarik dan lebih penting. Dalam realitanya memang ada perencana yang membuat
rencana yang tdaik sesuai dengan bidang kemampuannya, hanya saja biasanya perencana tetap
akan menggunakan bantuan tenaga ahli dalam bidang tersebut.
b. Masalah harus sesuai dengan kualifikasi
Dengan perkataan lain, sukar mudahnya masalah yang ingin dipecahkan sesuai dengan derajat
kemampuan perencana. Derajat kemampuan dapat dilihat dari latar belakang pendidikan ataupun
pengalaman.

Sumber-Sumber Masalah
Masalah ada dimanapun kita berada. Hanya saja, kita terkadang tidak mampu menyadari
keberadaan masalah disekitar kita yang memerlukan pemecahan. Permasalahan dapat berasal
dari berbagai sumber. Untuk mempermudah menemukan masalah, M. Nazir (2003:116-119)
merumuskan beberapa sumber untuk memperoleh masalah :
1. Pengamatan terhadap kegiatan manusia
Pengamatan sepintas terhadap kegiatan-kegiatan manusia dapat merupakan sumber dari masalah.
Seorang dokter dapat mengetahui masalah ketika melihat seseorang yang sesak nafas dan batuk-
batuk sebagai indikasi terjangkit flu burung.
2. Bacaan
Bacaan-bacaan dapat menjadi sumber dari masalah yang dipilih untuk dikembangkan. Bukan
saja dari bacaan tersebut ditemukan masalah yang ingin mengungkapkan hubungan, tetapi
bacaan dapat juga memberikan tekhnik atau metode yang ingin dipergunakan dalam
perencanaan.
3. Analisis bidang pengetahuan
4. Ulangan serta perluasan
Masalah juga diperoleh dengan mengulang perencanaan-perencanaan sebelumnya yang pernah
dilakukan. Dimana pada perencanaan sebelumnya dianggap masih ada hal yang belum
memuaskan.
5. Cabang studi yang sedang dikerjakan
6. Pengalaman dan catatan pribadi
Dalam perencanaan ilmu sosial, pengalaman serta catatan pribadi tentang sejarah sendiri, baik
dari kegiatan pribadi ataupun kegiatan professional dapat merupakan sumber dari masalah yang
ingin dipecahkan.
7. Praktik serta keinginan masyarakat
Praktik-praktik atau tindakan-tindakan yang timbul dan keinginan-keinginan yang menonjol
dalam masyarakat dapat merupakan sumber dari masalah. Praktik-praktik tersebut merupakan
ungkapan perasaan, pernyataan-pernyataan pemimpin, otorita ilmu pengetahuan baik bersifat
lokal, daerah maupun nasional. Adanya gejolak rasial misalnya dapat dijadikan suatu masalah.
8. Bidang spesialisasi
Bidang spesialisasi seseorang dapat merupakan sumber masalah. Seorang yang spesialis dalam
bidangnya, telah menguasai ilmu bidang spesialisasinya secara mendalam dari itu akan banyak
sekali masalah yang memerlukan pemecahan untuk pengembangan keilmuannya.
9. Pelajaran dan mata ajaran yang sedang diikuti
Pelajaran yang sedang diikuti dapat merupakan sumber dari masalah. Diskusi kelas, hubungan
antara dosen dan mahasiswa banyak mempengaruhi nmahasiswa dalam memilih masalah.
10. Pengamatan terhadap alam sekeliling
11. Diskusi-diskusi ilmiah

B. Analisis Perumusan Masalah


Setelah mengenal lebih dekat dengan masalah dan sumber-sumber masalah, langkah
selanjutnya adalah merumuskan dan menganalisis masalah. Zulkarnaen, dkk (1994: 42)
merumuskan langkah-langkah merumuskan dan menganalisis masalah sebagai berikut:
Gambar 1

Rumuskan Analisis Tetapkan


Masalah dan rinci prioritas
Masalah
Yang lebih
Kecil

Kumpulkan
Data yang
Diperlukan
Perumusan Masalah
Perumusan masalah yang baik harus dapat menjelaskan beberapa hal penting seperti
metode, objek, hubungan antar variabel dan tujuan dibuatnya perencanaan program komunikasi.
Jadi perumusan masalah adalah titik tolak sebuah proses yang menentukan desain perencanaan
(Kriyanto, 2006:77).
Perumusan masalah dirumuskan dalam kalimat tanya. Perumusan masalah mengandung konsep-
konsep yang akan dikaji atau dengan kata lain berada di level konseptual.

Kriyantono (2006 :76-77) merumuskan setidaknya ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan
dalam mengkaji masalah komunikasi, sebagai berikut :
a. Apakah masalah yang akan diriset fenomena komunikasi atau tidak? Anda harus mengaitkan
dengan objek formal komunikasi.
b. Apakah hasil riset bermanfaat bagi pengembangan ilmu dan masyarakat? Hal yang baru?
c. Apakah masalah tersebut sesuai dengan minat periset/perencana atau tidak?
d. Apakah riset/rencana dapat dilaksanakan atau tidak? Untuk menjawab pertanyaan ini Anda harus
mempertimbangkan :
1) kemampuan perencana/periset
2) masalah dapat dikonsepsikan (dalam level konseptual):
dapat dioperasionalkan atau memiliki batasan yang jelas
dapat dihipotesiskan
memiliki sumber data yang jelas
memiliki referensi teoritis yang jelas
memiliki alat ukur yang jelas
dapat dianalisa dengan tekhnik analisa yang jelas
3) waktu
4) tenaga
5) dana
6) izin dari pihak yang berwenang terkait dengan rencana yang kita buat

Sebagai pegangan dalam rangka merumuskan masalah, Moleong (2004:112-114)


menyajikan beberapa prinsip perumusan masalah, sebagai berikut:
1. Prinsip yang berkaitan dengan teori dari-dasar
Hendaknya disadari bahwa perumusan masalah didasarkan atas upaya menemukan teori dari-
dasar sebagai acuan utama. Dengan hal itu berarti bahwa masalah sebenarnya terletak dan berada
ditengah-tengah kenyataan, atau fakta, atau fenomena. Jadi, perumusan masalah disini adalah
sekedar arahan, pembimbing atau acuan pada usaha untuk menemukan masalah yang
sebenarnya. Masalah yang sebenarnya baru bisa ditemukan jika kita sudah berada dan mulai,
bahkan sedang mengumpulkan data. Bagi kita perumusan masalah yang dilakukan merupakan
aplikasi dari asumsi bahwa suatu kajian tidak mungkin dimulai dari sesuatu yang kosong.
2. Prinsip yang berkaitan dengan maksud perumusan masalah
Perumusan masalah disini bermaksud menunjang upaya penemuan dan penyusunan teori yang
bersumber dari data (substantif). Namun bisa juga untuk sekedar menguji, mengkonfirmasi atau
memverifikasi teori yang sedang berlaku. Masalah yang dirumuskan atau mungkin
disempurnakan pada latar penelitian jelas akan memperkaya khazanah ilmu pengetahuan.
Dengan demikian maka melalui prinsip ini rumusan masalah barangkali akan terjadi dua kali
atau lebih mwngalami perubahan dan penyempurnaan. Karena sifatnya luwes, longgar dan
terbuka.
3. Prinsip hubungan faktor
Faktor sebagai sumber masalah penelitian merupakan rumusan yang terdiri atas dua atau lebih
faktor yang menghasilkan tanda tanya atau kebingungan. Faktor-faktor itu dapat berupa konsep,
fenomena, peristiwa atau pengalaman. Setidaknya ada tiga aturan tertentu yang perlu
dipertimbangkan oleh peneliti pada waktu merumuskan masalah yaitu (1) adanya dua atau lebih
faktor, (2) faktor-faktor itu dihubungkan dalam suatu hubungan yang logis atau bermakna, (3)
hubungan tadi menimbulkan tanda tanya atau hal yang membingungkan.
4. Fokus untuk membuat batasan kajian
Kita harus memiliki paradigma sendiri, yang barangkali berdasarkan pengetahuan sebelumnya
atau pengalaman sebelumnya. Dengan pilihan yang begitu banyak, perumusan masalah yang
baik akan mengarahkan dan membimbing kita pada situasi lapangan. Mungkin sekali perumusan
masalah belum terlalu tegas sehingga masih memerlukan kegiatan penelitian penjajajgan atau
kegiatan pra-lapangan. Dengan cara demikian rumusan masalahnya akan makin dapat
disempurnakan.
5. Prinsip yang berkaitan dengan kriteria inklusi-eksklusi
Perumusan fokus yang baik akan dilakukan sebelum turun lapangan dan yang mungkin
disempurnakan pada awal terjun ke lapangan akan membatasi kita guna memilih mana data yang
relevan dan mana yang tidak. Data yang relevan dimasukkan dan dianalisis sedangkan yang tidak
relevan dengan masalah dikeluarkan
6. Prinsip yang berkaitan dengan bentuk dan cara perumusan masalah
Setidaknya ada 3 bentuk dan cara penyajian perumusan masalah, yaitu :
(1) secara diskusi. Cara ini cara penyajiannya adalah dengan dalam bentuk pernyataan secara
deskriptifnnamun perlu diikuti dengan pertanyaan-pertanyaan penelitian/perencanaan,
(2) secara proporsional, yakni secara langsung menghubungkan faktor-faktor dalam hubungan
logis dan bermakna; dalam hal ini ada yang disajikan dalam bentuk uraian atau deskriptif fan ada
pula yang langsung dikemukakan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan,
(3) secara gabungan, yakni terlebih dahulu disajikan dalam bentuk diskusi kemudian ditegaskan
lagi dalam bentuk proporsional.
7. Prinsip sehubungan dengan posisi perumusan masalah
Yang dimaksud posisi disini tidak lain adalah kedudukan untuk rumusan masalah diantara unsur-
unsur perencanaan/penelitian lainnya. Unsur-unsur lain yang terkait dengan rumusan masalah
ialah latar belakang masalah, tujuan, dan khlayak sasaran.
8. Prinsip yang berkaitan dengan hasil penelaahan kepustakaan
Penelaahan kepustakaan diperlukan untuk mempertajam rumusan masalah walaupun masalah
yang sebenarnya bersumber dari data itu sendiri. Selain itu penelaahan kepustakaan tersebut
mengarahkan serta membimbing peneliti untuk membentuk kategori substantif walaupun perlu
diingat bahwa kategori substantif seharusnya bersumber dari data. Sehubungan dengan hal
tersebut di atas, prinsip yang perlu kitapegang adalah bahwa perlu membiasakan diri agar dalam
merumuskan masalah, kita senantiasa disertai dengan penelaahan kepustakaan yang terkait.
9. Prinsip yang berkaitan dengan penggunaan bahasa
Perumusan masalah dilakukan pada waktu melakukan usulan perencanaan/penelitian dan diulang
kembali pada waktu membuat laporan karena rumusan masalah merupakan salahsatu unsur yang
tidak bisa dipisahkan dari unsur-unsur lainnya. Termasuk pada saat mempublikasikan hasil.
Hendaknya dalam merumuskan masalah ita memperhatikan khalayak sasaran. Temasuk dalam
penggunaan bahasa yang dipilih, hendaknya disesuaikan dengan karakteristik yang akan
membaca rumusan masalah tersebut.
Langkah-langkah Perumusan Masalah
Adapun langkah-langkah perumusan masalah yang ditawarkan Moleong (2004:119) adalah
sebagai berikut :
1. Tentukan fokus penelitian atau perencanaan
2. Cari berbagai kemungkinan faktor yang ada kaitannya dengan fokus tersebut yang dalam hal ini
dinamakan subfokus
3. Dari antara faktor-faktor yang terkait adakan pengkajian mana yang sangat menarik untuk
ditelaah, kemudian tetapkan mana yang dipilih
4. Kaitkan secara logis faktor-faktor subfokus yang dipilih dengan fokus penelitian.

Contoh Perumusan Masalah :


1. Sebelum menetapkan fokus perencanaan tentu saja kita harus memiliki topik perencanaan
terlebih dahulu. Dalm hal ini misalnya topik yang akan diangkat adalah Kegiatan Bebas Seks di
Kalangan Remaja. Berdasarkan topik tersebut kita tentukan fokus kegiatan bebas seksual.
2. Berdasarkan fokus tersebut kita harus mencari berbagai kemungkinan terjadinya kegiatan bebas
seksual di kalangan remaja. Faktor-faktor berupa sub-subfokus tersebut adalah pengaruh film
porno, cinta muda, pengaruh lingkungan remaja, nilai etika dan moral agama yang longgar,
kebebasan pergaulan remaja, pengaruh kehidupan malam, longgarnya pengawasan orangtua,
situs porno di internet, dan tidak adanya pendidikan seks di rumah dan di sekolah. Upaya
mencari berbagai faktor subfokus tersebut didasarkan pada hasil penelaahan kepustakaan, media
massa, cerita pengalaman para remaja dan sebagainya.
3. Ke sembilan faktor subfokus yang dikemukakan semuanya menarik untuk dikajiu, namun yang
ingin dikaji lebih lanjut hanya delapan subfokus yang pertama sedangkan tidak adanya
pendidikan seks di rumah dan di sekolah tidak ingin dikaji lebih lanjut.
4. Langkah ini adalah mengaitkan setiap faktor yang dipilih dengan fokus perencanaan. Dengan
demikian maka rumusan masalah tersebut dapat dilakukan. Namun kita harus memilih terlebih
dahulu cara perumusan masalah yang akan kita tempuh apakah dengan cara diskusi atau
proporsional. Selain itu, umumnya perumusan masalah digunakan pertanyaan-pertanyaan :
apakah, bagaimana dan mengapa. Dengan pertimbangan demikian maka cara yang dipilih adalah
cara proporsional. Maka rumusan masalah yang dibaut menjadi:
a. Di kalangan remaja yang melakukan kegiatan bebas seks apakah mereka biasanya menonton film
porno?
b. Bagaimana peranan cinta muda pada kehidupan seks di kalangan remaja?
c. Bagaimanakan pengaruh lingkungan remaja pada kegiatan bebas seksi di lingkungan mereka?
d. Bagaimanakah peran etika moral dan agama di kalangan remaja yang melakukan kegiatan bebas
seks?
e. Apakah kebebasan pergaulan remaja berdampak pada kegiatan bebas seks?
f. Bagaimanakah pengaruh kehidupan malam di kalangan remaja terhadap kegiatan bebas seks
mereka?
g. Apakah longgarnya pengawasan orangtua terhadap anak berpengaruh pada kegiatan bebas seks
di kalangan remaja?
h. Bagaimanakah kegiatan bermain internet dengan menonton tayangan porno berakibat pada
kegiatan seks di kalangan remaja?

Dari rumusan masalah tersebut jelas merupakan kaitan dua buah faktor yaitu antara fokus
dengan kemungkinan-kemungkinan penyebabnya. Jika cara diskusi yang kita pilih hendaknya
lebih memperjelas setiap faktor yang dipilih sebagai kemungkinan penyebab kehidupan bebas
seks di kalangan remaja. Perlu diingat, ketika turun lapangan, perencana/peneliti akan menemui
kemungkinan penyebab-penyebab fokus lainnya. Hal ini justru akan memperkaya perencanaan
yang kita buat.

Metode Analisis Masalah


Setelah merumuskan masalah, selanjutnya kita akan menganalisis masalah tersebut. Untuk itu
kita memerlukan seperangkat data dasar (baseline data) yang akurat dan memadai termasuk
informasi tentang identifikasi masalah dan kajian mengenai apa yang dibutuhkan untuk
memecahkan masalah yang dihadapi (needs assesment). Agar dapat memperoleh data masalah
apa yang sedang terjadi ada berbagai cara atau metode yang bisa digunakan. Apakah secara
sederhana atau justru yang kompleks.

Secara sederhana setidaknya ada 2 cara yang biasa dilakukan (Zulkarnaen dkk, 1994:42-43):
1. Observasi atau pengamatan
Dengan melakukan observasi atau pengamatan dapat diperoleh berbagai indikasi masalah apa
yang sedang dihadapi masyarakat. Sebagai contoh melalui observasi dan pengamatan kita bisa
mengetahui bahwa suatu daerah sedang terlandan banjir. Lalu pengamatan bisa kita teruskan,
bahwa banjir yang melanda apakah dikarenakan fenomena alam biasa atau karena kelalaian
manusia yang tidak bisa menjaga alam. Jika karena kelalaian manusia, maka kelalaian apa yang
paling mudah dan banyak terlihat, tidak menajga kebersihan lingkungan misalnya.
Melalui pengamatan yang jeli, sebagai perencana kita juga bisa memilah mana yang sebenarnya
bukan masalah lain yang melindungi masalah utama. Ketidak jelian pengamat dalam
merumuskan dan menganalisis masalah akan berpengaruh pada pembuatan perencanaan program
komunikasi yang tidak tepat sasaran.
Salah satu syarat untuk melakukan pengamatan yang baik ialah pengamat harus benar-benar
netral dan menggunakan kacamata yang jernih sehingga ia tidak terpengaruh oleh emosi
pribadi. Atua karena merasa terlalu terbebani tugasnya sehingga pengamat menjadi tidak jeli.
2. Konsultasi dengan spesialis atau tenaga ahli
Problem apa yang sedang dihadapi masyarakat juga dapat diketahui dengan cara bertanya kepada
orang-orang yang dianggap memiliki keahlian di bidang tertentu. Misalnya, kita dapat
mengetahui problema apa yang tengah dihadapi masyarakat desa dengan bertanya pada seorang
spesialis kesehatan masyarakat. Konsultasi dengan tenaga ahli dapat berlangsung baik jika kita
dapat menemukan atau memilih orang yang tepat sebagai tempat berkonsultasi. Jika kita
bertanya pada yang bukan ahlinya, perencanaan yang kita buat justru tidak akan tepat sasaran.

Sedangkan cara yang lebih lengkap dirumuskan oleh M Nazir (2003:174-220) dibagi atas
beberapa kelompok, sebagai berikut:
1. Metode pengamatan langsung
2. Metode dengan menggunakan pertanyaan
3. Metode khusus

Metode Pengamatan Langsung (Observasi)


Pengumpulan data melalu pengamatan langsung (observasi) adalah cara p-pengambilan data
dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut.
Pengamatan baru dapat tergolong sebagai tekhnik pengumpulan data jika pengamatan
tersebut memenuhi kriteria sebagai berikut (Nazir, 2003:175):
1. Pengamatan digunakan untuk penelitian/perencanaan dan telah direncakan secara sistematik
2. Pengamatan harus berkaitan dnegan tujuan yang telah direncanakan
3. Pengamatan tersebut tercatat secara sistematis dan dihubungkan dengan preposisi umum dan
bukan dipaparkan sebagai suatu set yang menarik perhatian saja
4. Pengamatan dapat idcek ataupun dikontrol dengan uji validitas dan reabilitas.

Beberapa ciri umum dari pengamatan (Nazir, 2003:187):


1. Harus secara jelas diketahui apa yang ingin diamati
2. Perilaku dibuat dalam kategori-kategori
3. Unit yang digunakan dalam mengukur harus ada
Unit prilaku harus dibentuk, apakah dalam bentuk unit besar atau unit kecil. Jika unit perlikau
yang digunakan bersifat umum disebut sebagai pendekatanmolar. Sebaliknya, jika pendekatan
dilakukan dengan unit yang kecil disbut sebagai molecular. Secara teori, jika menggunakan unit
yang kecil selain mudah diamati dan mudah dicatat, reliabilitasnya akan lebih tinggi hanya saja
validitasnya terkorbankan. Sebaliknya, jika menggunakan unit yang lebih umum, dapat
menghasilkan suatu kekaburan dalam pengamatan sehingga meningkatkan validitas namun
mengurangi reliabilitas.
4. Derajat inferensi yang diinginkan harus jelas diketahui
Pengamatan dapat dibedakan dengan melihat pada penggunaan inferensi pengamatan. Jika unit
dengan penggunaan molecular, inferensinya relatif kecil. Umunya inferensi yang digunakan
jangan terlalu besar dan jangan terlalu kecil. Inferensi medium agaknya lebih baik dalam
membuat kategori-kategori.
5. Harus punya derajat terapan atau generalisasi
Banyak sistem kategori yang dibuat bersifat umum. Artinya, kategori tersebut dapat digunakan
pada banyak penelitian/perencanaan. Akan tetapi, ada juga kategori yang dibuat secara khusus
yang hanya bisa diterapkan pada suatu situasi saja dan bersifat sangat spesifik.
6. Jenis atau besar sampel harus ditentukan
7. Pengamatan harus reliabel dan valid

Metode Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan perencanaan/penelitian dengan
cara tanya jawab, sambil bertatap muka ataupun menggunakan alat sebagai media perantara
antara penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat
atau interview guide(panduan wawancara).

Beberapa sikap yang harus diperhatikan pewawancara dalam bertanya (Nazis, 2003:201)
sebagai berikut:
a. Netral. Jangan memberikan reaksi terhadap jawaban, baik dengan kata-kata atau perbuatan atau
dengan gerak-gerik. Baik tidak baik, senang tidak senang, setuju tidak setuju, jangan sekali-kali
diperlihatkan oleh pewawancara dalam wawancara. Jangan memberikan sugesti
b. Adil. Dalam wawancara, semua responden harus dianggap sama, jangan memihak pada sebagian
responden sehingga responden merasa aman dalam memberikan jawaban.
c. Ramah. Tunjukkan keramahan yang wajar, tidak dibuat-buat, segar, bermuka manis.
Metode dengan Daftar Pertanyaan
Alat lain untuk mengumpulkan data aalah dengan menggunakan daftar pertanyaan, yang sering
disebutkan secara umum dengan nama kuesioner. Pertanyaan dalam kuesioner dibuat cukup
terperinci dan lengkap dibandingkan interview guide.
Isi dari kuesioner terdiri atas:
1. pertanyaan tentang fakta
2. pertanyaan tentang pendapat (opini)
3. pertanyaan tentang persepsi diri

Cara mengungkapkan pertanyaan yang baik dalam kuesioner menurut Nazir (2003:205)
adalah:
1. jangan gunakan perkataan-perkataan sulit
2. jangan gunakan pertanyaan yang bersifat terlalu umum
3. hindarkan pertanyaan yang mendua arti (ambiguous)
4. jangan gunakan kata yang samar-samar
5. hindarkan pertanyaan yang mengandung sugesti
6. hindarkan pertanyaan yang berdasar preasumsi
7. jangan membuat pertanyaan yang memalukan responden
8. hindarkan pertanyaan yang mengundang ingatan kuat.

Metode Khusus
Selain dari metode pengumpulan data yang sudah diterangkan diatas, maka banyak metode lain
yang juga kerap digunakan dalam penelitian ataupun perencanaan. Sperti metode proyektif,
metode sosiometri, content analiysis, dan sebagainya. Hanya pada bab ini dianggap cukup
membahas metode pengumpulan data yang sering digunakan saja dan tidak akan membahas
lebih lanjut mengenai metode khusus.
Data-data yang terkumpul dan berkaitan dengan masalah inilah yang kemudian digunakan dalam
menganalisis masalah. Selanjutnya dari bebagai macam data yang didapat yang tentunya dalam
jumlah yang cukup banyak, sebaiknya perenana membuat prioritas masalah yang akan diangkat
sebagai masalah utama perencanaan program komunikasi yang dibuat. Sekali lagi, kejelian
perencana dalam menumpulkan data dan menganalisis data tersebut maka perencana akan
menemukan masalah utama, bukan masalah lain yang mengiringi masalah utama.

C. ANALISIS KHALAYAK

Materi pada bab ini adalah kelanjutan materi sebelumnya. Setelah kita memahami dan mampu
merumuskan serta menganalisis masalah, kita akan memcoba menganalisis khalayak yang akan
kita tuju yang mungkin akan mengambil manfaat pemecahan masalah yang telah kita rumuskan
sebelumnya.

Riset terhadap khalayak merupakan hal yang sangat dibutuhkan. Tujuannya agar pesan
komunikasi yang disampaikan dapat mengena pada target sasaran yang dituju. Khalayak sasaran
yang dimaksud disini adalah kelompok populasi yang akan dijangkau oleh program komunikasi
yang akan dibuat.

Salah satu studi khalayak yang sering dilakukan adalah profil khalayak (audience
profile). Riset ini sangat penting untuk memberitahukan karakteristik khalayak. Seorang
komunikator harus mampu membuat pesan yang sesuai dengan kharakteristik khalayaknya,
sehingga pesan tersebut dapat efektif diterima oleh khalayaknya.

Khalayak sasaran tidak selalu sama dengan pemanfaat (beneficiaries) atau tidak semua khalayak
adalah orang yang mengambil manfaat dari pesan yang kita sampaikan. Sebagai ilustrasi, apabila
kita membuat sebuah perencanaan program komunikasi mengenai pentingnya ASI (Air Susu
Ibu) secara eksklusif selama 6 bulan pada bayi, khalayak yang kita tuju adalah para ibu yang
memiliki bayi.Sementara beneficiaries dari pesan yang kita sampaikan adalah para bayi ibu yang
bersangkutan.

Karakteristik Khalayak
Analisis khalayak merupakan bagian terpadu daripada disain dan perencanaan program
komunikasi. Untuk bisa melakukan analisis kita harus mengetahui karakteristik-karakteristik
khalayak yang akan kita tuju. Zulkarnaen dkk (1994:54-55) mengungkapkan bahwa untuk
mengetahui karaketristik khalayak diperlukan data-data dasar sebagai berikut :
1. Jumlah dan lokasi khalayak
Berapa banyak khalayak yang ingin dijangkau perlu diketahui sejak awal.Jumlah ini menentukan
pertimbangan dalam memilih saluran atau media komunikasi yang akan dipilih nanti. Kalau
jumlahnya sedikit, mereka bisa dicapai dengan komunikasi antar pribadi. Kalau jumlahnya
cukup banyak bisa menggunakan komunikasi kelompok atau komunikasi massa.
Begitupun lokasi tempat khalayak berada. Harus di lihat apakah khalayak yang dijangkau berada
dalam lokasi yang berdekatan, memencar, terpencil, atau sangat mudah untuk dijangkau. Hal ini
dapat mempengaruhi media komunikasi yang akan digunakan. Jika lokasinya terpencil dan
belum memiliki akses media massa, sungguh tidka tepat jika kita memaksakan menggunakan
radio atau televisi.
2. Profil sosioekonomi : kelompok umur, pendapatan, pekerjaan, pendidikan, dan sebagainya.
Data profil sosioekonomi ini diperlukan selain dalam menentukan media yang akan digunakan
juga berkaitan dengan perumusan pesan yang akan disampaikan. Pada khalayak yang tidak
memiliki akses dengan media dikarenakan pendapatan yang sangat rendah tentulah tidak tepat
menggunakan media televisi. Begitupun dengan perumusan pesan, pesan yang ditujukan pada
khalayak yang berumur 6-12 tahun tentu tidak sama dengan perumusan pesan untuk khalayak
usia 15-18 tahun. Berkomunikasi dengan khalayak yang mayoritas bekerja sebagai petani
tentulah berbeda dengan para tenaga pengajar di sekolah. Karena minat, orientasi dan
kepentingan masing-masing kelompok berbeda-beda. Jika perbedaan tersebut tidak
diperhitungkan dengan baik, hasil perencanaan yang Anda buat tentulah tidak menghasilkan hal
yang baik.
3. Profil sosiokultural : agama, bahasa, pola kehidupan keluarga, sistem kepercayaan tradisional,
nilai-nilai, sumber-sumber informasi, praktek-praktek komunikasi dan interaksi khalayak.
Profil sosiokultural ini sangat penting untuk dikaji. Bagaimanapun respon khalayak terhadap
program komunikasi yang akan dilancarkan amat ditentukan oleh nilai-nilai agama, norma-
norma, sumber-sumber informasi mereka serta faktor-faktor kultural lain yang mendasari
kehidupan khalayak. Segala kebiasaan dan tradisi yang berkaitan dengan tujuan program dan isi
pesan harus dipahami sejak awal.
Bahasa yang digunakan sehari-hari oleh khalayak biasanya sedikit berbeda dengan bahasa resmi.
Bila kita menggunakan komunikasi antar pribadi dengan khalayak, pengetahuan mengenai hal ini
amat perlu. Karena akan mempermudah Anda dalam berinteraksi, mudah membangun
kedekatan, sehingga pesan mudah ditangkap.

Melengkapi pendapat Zulkarnaen dkk, Kritantono juga mengkategorikan 3 macam profil


khalayak (2006 :331-332), terdiri dari :
a. Profil geografis.
Profil khalayak berdasarkan tempat tinggal. Contohnya, orang-orang yang tinggal di daerah
yang sama diasmusikan memiliki kebutuhan dan keinginan yang sama.
b. Profil sosiodemografis
Data-data demografis meliputi usia, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan,
penghasilan, agama, dan faktor-faktor sosial, ekonomi, budaya, dan lainnya.
c. Profil gaya hidup (life style) dan psikografis
Gaya hidup adalah pola dimana orang hidup dan menghabiskan waktu serta uang. Gaya hidup
aalah fungsi motivasi konsumen (khalayak) dan pengalaman sebelumnya, kelas sosial, demografi
dan variabel lain. Gaya hidup adalah konsepsi ringkasan yang mencerminkan nilai konsumen.
Menurut Engel, dkk, konsumen mengembangkan seperangkat konsepsi yang meminimumkan
ketidakcocokkan atau inkonsistensi di dalam nilai dan gaya hidup mereka.
Psikografis adalah tekhnik utama yang digunakan oleh peneliti khalayak (konsumen) sebagai
ukuran operasional dari gaya hidup. Riset psikografi bisa dilakukan secara kuantitatif dengan
sampel besar ataupun kualitatif seperti wawancara mendalam. Profil psikografis merujuk pada
kepribadian dan gaya hidup khalayak.

Ada beberapa cara yang bisa digunakan dalam mengukur psikografis (R Kriyantono,
2006:332-341) sebagai berikut:
1. Model AIO
Disampaikan William Wells. Ukuran ini pada dasarnya digunakan untuk mengetahui gaya
hidup khalayak. Wells menyebut unkuran-ukurannya sebagai AIO (aktivitas, interes, dan opini).
Aktivitas adalah tindakan nyata untuk menghabiskan waktu. Kegiatan ini seperti menonton
televisi, mendengarkan radio, membaca surat kabar, berbelanja, peristiwa-peristiwa sosial,
hiburan, dan lainny.
Interes adalah minat akan suatu objek, peristiwa atau topik. Interes merupakan tingkat
kegairahan yang menyertai perhatian khusus maupun terus menerus terhadap objek yang
bersangkutan.
Opini adalah jawaban lisan atau tertulis yang diberikan untuk mendeskripsikan penafsiran,
harapan, dan evaluasiseperti kepercayaan mengenai maksud orang lain, antisipasi sehubungan
dengan peristiwa yang akan datang, dan penimbangan konsekuensi yang memberikan ganjaran
atau menghukum dengan jalannya tindakan alternatif.
Keuntungan dari studi psikografis adalah kemampuan untuk mendefinisikan kegiatan dan
minat yang sangat tepat dan juga opini mengenai target audiences(khalayak sasaran).
Model AIO dalam studi psikografis berisi pertanyaan atau pernyataan Likert, di mana orang
ditanyakan apakah mereka sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju.

Masing-masing kategori AIO mempunyai dimensi-dimensi, yaitu:


Tabel 1
Dimensi Gaya Hidup
AKTIVITAS INTERES OPINI DEMOGRAFIS

Bekeja Keluarga Terhadap mereka sendiri Usia


Hobby Rumah Isu-isu sosial Pendidikan
Kegiatan-kegiatan sosial Pekerjaan Politik Pendapatan
Berlibur Komunitas Bisnis Pekerjaan
Hiburan Rekreasi Ekonomi Ukuran keluarga
Keanggotaan Klub Fashion (Mode) Pendidikan Tempat tinggal
Komunitas Makanan Produk Geografis
Berbelanja Media Masa depan Ukuran kota
Berolahraga Prestasi Budaya Tahap pada daur ulang
(siklus kehididupan)

2. Model Values and Life Style 1 (VALS 1)


Ini adalah tindak lanjut dari konsep AIO di atas. Penciptanya adalah Arnold Mitchell dari
SRI (Stanford Research Institute). VALS 1 dimaksudkan untuk menjelaskan sifat perubahan
nilai-nilai manusia. Konsep ini menganut paham bahwa perumbuhan manusia berjalan teratur,
bertingkat, tidak acak, dari yang paling sederhana ke yang paling kompleks.

VALS 1 menggunakan tiga kategori dari satu kategori gabungan atas gaya hidup dengan
sembilan jenis yang lebih terperinci. Kategori-kategori tersebut adalah:
a. Dorongan kebutuhan (need driven)
b. Dorongan dari luar (outer directed)
c. Dorongan dari dalam (inner directed)
d. Gabungan dorongan dari dalam dan dari luar (integrated)

Kasali dikutip dalam Kriyantono 92006:335) menyebut bahwa dorongan dari luar lahir
karena adanya hal-hal yang dapat dilihat dan cenderung mencapai sesuatu yang materialistis.
Mereka terbagi dalam tiga kelompok yang disebut:Belongers,
Emulators, dan Achievers. Belongers adalah kelas menengah yang cenderung konservatif fan
tinggal di kota-kota kecil yang tenteram. Emulatorslebih muda dari belongers, berusia rata-rata
27 tahun. Mereka ambisius, kompetitif, dan suka bekerja keras. Sedangkan achievers, adalah
pekerja keras yang lebih maju dan lebih mapan. Umumnya adalah para profesional dan manajer

Kelompok yang tumbuh karena dorongan dari dalam terbagi atas tiga kelompok, yaitu: I-
am-Me, Experentials, dan Societally Conscious. I-am-Me adalah faase transisi dari dorongan dari
luar ke dalam dan umumnya adalah terpelajar yang agresif, inovatif, dan merasa dirinya
benar., Experentials terdiri atas orang-orang yang impulsive, independent, dan percaya diri.
Sedangkan Societally Conscious adalah orang-orang yang menaruh perhatian terhadap alam
semesta agar kehidupan berlangsung lebih harmonis dan lebih baik.

Sementara pada kelompok yang mempunyai drongan kebutuhan terdapat dua


subkelompook yang aslinya disebut Survivors dan Sustainers. Survivors adalah orang-orang tua
yang cenderung miskin dan tingkat pendidikannya rendah. Karenanya, merekja kurang percaya
diri, kurang puas terhadap apa yang telah dicapainya, dan cenderung konservatif dan
konvensional. Sedangkan Sustainersadalah kelompok serupa tetapi cenderung masih muda
(sekitar 29 tahun) dan masih mengharapkan hari esok yang lebih baik.

3. Model VALS 2
Pada VALS 2 di mana khalayak atau konsumen diidentifikasi ke dalam 8 kategori
berdasarkan kombinasi faktor demografis dan gaya hidup seperti usia, penghasilan, pendidikan,
kesehatan, tingkat percaya diri, dan ketertarikan akan masalah-masalah yang dihadapi khalayak
atau konsumen.

Gambar 1
Profil Gaya Hidup VALS 2

Actualizer

ORIENTASI DIRI

Prinsip Status Tindakan

Fulfillers Achievers Experiences


Believers Strivers Makers

Berlimpah

SUMBER DAYA

Minimum

Stugglers

Diadaptasi dari Terence A Shimp

Gambar di atas menunjukkan dua dimensi, yaitu:


1. Dimensi Orientasi Diri, terdiri dari:
a. Konsumen/Khalayak berorientasi prinsip (principle oriented)
b. Konsumen/Khalayak berorientasi status (status oriented)
c. Konsumen/Khalayak berorientasi tindakan (action oriented)
2. Dimensi Sumber Daya, terdiri dari:
a. Stugglers
b. Actualizer

Khalayak Berorientasi Prinsip


Merupakan khalayak yang berorientasi pada pandangan-pandangan mereka mengenai bagaimana
dunia seharusnya berjalan.
Terdiri dari:
a. Fulfillers
Para profesional matang, bertanggungjawab dan berpendidikan tinggi, mempunyai informasi
yang tinggi mengenai berbagai perkembangan terkini (well-informed). Mereka memiliki
pendapatan yang tinggi namun merupakan konsumen yang praktis dan value oriented. Aktivitas
waktu senggang terpusat di rumah.
b. Believers
Khalayakn konservatif yang memiliki penghasilan yang lebih rendah dari para fulfillers dan
kehidupan mereka terpusat pada keluarga, tempat ibadah dan negara mereka. Rata-rata berusai
58 tahun.

Khalayak Berorientasi Status


Merupakan khalayak yang dalam mengambil keputusan diarahkan oleh tindakan dan opini
orang lain. Terdiri dari :
a. Achievers
Orang-orang yang sukses, berdedikasi pada pekerjaan, yang meraih kepuasan terutama karena
pekerjaan dan keluarga mereka. Kelompok yang konservatif dalam pandangan politik serta
menghormati otoritas dan status quo. Mereka gemar mengkonsumsi produk-produk dan jasa
yang telah mapan yang merefleksikan tingkat kesuksesan mereka kepada lingkungan mereka .
Rata-rata berusia 38 tahun.
b. Strivers
Rata-rata usia 34 tahun. Mempunyai karakteristik hampir sama denganachievers namun sumber
daya ekonomi, sosial, dan psikologisnya lebih sedikit. Gaya adalah faktor penting bagi mereka
karena mereka terus berusaha menyamai orang-orang yang mereka kagumi. Karenanya
seringkali mereka mengkonsumsi barang-barang tiruan dari barang mewah.

Khalayak Berorientasi Tindakan


Merupakan khalayak yang diarahkan oleh keinginan mereka akan variasi dan risiko
aktivitas sosial maupun fisik.
Terdiri dari:
a. Experiencers
Usia rata-rata 26 tahun. Menunjukkan tingkat energi yang tinggi yang digunakan untuk latihan
fisik dan berbagai aktivitas sosial. Yang termudah untuk diamati dari segmen experiencers ini
adalah mereka suka berpetualang dang mau mengeluarkan biaya besar untuk pakaian, musik, dan
aktivitas kalangan muda lainnya.
b. Makers
Usia rata-rata 30 tahun. Adalah khalayak yang praktis dan self suffcient yang memfokuskan diri
pada keluarga dan rekreasi fisik. Makers tidak terlalu memberi perhatian kepada dunia yang
lebih luas dan hanya tertarik pada kepemilikan alat-alat olahraga, alat-alat keperluan keluarga.
c. Strugglers
Memiliki tingkat pendapatan yang rendah dan sumber daya yang minim untuk dimasukkan
kedalam kategori orientasi diri khalayak manapun. Mereka merupakan konsumen yang setia
pada suatu produk yang tentunya sesuai dengan kemampuan mereka.
d. Actualizers
Memiliki tingkat pendapatan tertinggi, self-esteem self-esteem terkuat, dan sumber daya
berlimpah. Citra adalah penting karenanya mereka menykai barang-barang terbaik di dunia.

Segmentasi Khalayak
Karakteristik, minat, dan kebutuhan informasi dari khalayak sasaran tidaklah selalu sama.
Karena itu, segmentasi khalayak menjadi beberapa kelompok sasaran terkadang diperlukan.
Untuk masing-masing kelompok mungkin dibutuhkan strategi yang spesifik. Bahkan di suatu
masyarakat yang kelihatannya homogen, sebenarnya tidak ada khalayak yang benar-benar sama.
Suatu program komunikasi yang seragam bisa-bisa akan terasa berbicara bagi satu kelompok,
namun menyerang yang lain dan tidak dimengerti oleh sisanya
Segmentasi berarti pengelompokan khalayak dalam segmen-segmen tertentu yang
dilakukan berdasarkan berbagai kesamaan yang terdapat di kalangan lapisan khalayak tertentu.
Segmentasi dilakukan berdasarkan data-data karakteristik khalayak yang telah diperoleh
sebelumnya.

Contoh Segmentasi Khalayak


Anda akan membuat perencanaan program komunikasi Kekerasan Dalam Rumah Tangga
(KDRT) dengan khalayak perempuan-perempuan di kecamatan Kedaton, Bandar Lampung.
Salah satu segmentasi yang Anda buat adalah segmentasi perempuan berdasarkan data profil
sosioekonomi, sebagai berikut:

Tabel 2
Segmentasi Sosioekonomi
Data Khalayak Segmentasi

1. Kelompok umur a. Anak-anak (6-12 tahun)


b. Remaja (13-16 tahun)
c. Dewasa (17-30 tahun)
d. Orang Tua (>30 tahun)
a. Tidak sekolah
2. Pendidikan b. Tidak lulus SD
c. Tamatan SD
d. Tamatan SMP
e. Tamatan SMA
f. Sarjana
a. Petani
b. Pedagang
c. Guru
3. Pekerjaan d. PNS
e. Pegawai swasta
f. Ibu Rumah Tangga
-

4. dan sebagainya

Prioritas Khalayak
Mengingat terbatasnya waktu dan sumber-sumber, perencana hendaklah menetapkan
segmen khalayak yang paling kritikal bagi kesuksesana program. Singkatnya, perencana
hendaknya membuat prioritas-prioritas. Penyusunan prioritas mencerminkan pentahapa aktivitas
program.
Rasmuson dalam Zulkarnaen dkk (1994: 62-63) merumuskan setidaknya ada 3 jenis khalayak
dalam prioritas khalayak :
1. Khalayak primer (primary audiences)
Adalah khalayak yang paling terkena masalah atau khalayak yang akan mendapat manfaat dari
perencanaan program yang dibuat.
2. Khalayak sekunder (secondary audiences)
Adalah khalayak yang berpengaruh pada khalayak primer. Seperti keluarga dan teman.
3. Khalayak tersier (tertiary audiences)
Adalah para pembuat keputusan, pendukung dana, dan orang-orang yang berpengaruh lainnya
yang dapat menyukseskan program.

Contoh Prioritas Khalayak


. Dalam program komunikasi penanggulangan diare yang menjadi kegiatan World Health
Organization (WHO) di seluruh dunia ( Zulkarnaen dkk, 1994:64) , dirumuskan prioritas
khalayak sebagai berikut:

Gambar 2 Prioritas Khalayak Kampanye Oralit

Dari gambar diatas, terlihat pembagian khalayak terbagi ke dalam 3 prioritas, khalayak
primer adalah ibu-ibu dari anak usia 0-4 tahun yang merawat anak, khalayak sekunder terbagi
dalam dua kelompok, pertama adalah para ketua, pemuka masyarakat, pemilik warung, guru
sedangkan kelompok kedua adalah para tenaga medis seperti dokter, perawat dan sebagainya.
Sisanya adalah khalayak tersier yakni para pengambil keputusan dan pembuat kebijakan. Pada
perencanaan program komunikasi ini ditetapkan bahwa prioritas khalayak adalah khalayak
primer. Hanya saja dengan melihat sumber-sumber yang ada, tidak semua khalayak primer
dijadikan khalayak sasaran pada satu waktu, melainkan dibagi lagi dalam beberapa tahap,
sebagai berikut:

Gambar 3 Tahapan Menjangkau Ibu-ibu dalam Kampanye Oralit

Meskipun pada akhirnya yang hendak dicapai adalah keseluruhan lapisan khalayak,
namun masing-masing tahapan kegiatan suatu program ada kebutuhan untuk mengutamakan
suatu segmen khalayak tertentu karena mereka mempunyai posisi yang strategis yang
menentukan bagi langkah program yang berikutnya.

D. TUJUAN KOMUNIKASI

Ketika Anda menjejakkan kaki keluar dari rumah Anda, tentu ada yang dituju. Begitupun ketika
Anda mendaftarkan diri menjadi mahasiswa sebuah universitas pastilah ada yang Anda harapkan
akan tercapai. Apa yang Anda tuju dan apa yang Anda harapkan akan tercapai itulah tujuan.
Tujuan telah Anda buat dari awal sebelum Anda mulai melangkah. Tujuan pula yang menjadi
pertimbangan Anda untuk memilih cara. Jika ingin keluar rumah menuju tempat tertentu, Anda
mungkin akan memilih berjalan kaki atau naik taksi. Begitupun ketika memilih menjadi
mahasiswa, Anda pun akan memilih rajin belajar atau malas-malasan. Semua tergantung pada
apa yang and harapkan.
Berkaitan dengan program komunikasi, merumuskan tujuan komunikasi memang bukan hal yang
mudah. Agar efektif tujuan komunikasi pastilah harus mencerminkan tujuan program
komunikasi yang didukungnya. Kesalahan merumuskan tujuan, nantinya akan menimbulkan
kesulitan-kesulitan baru pada saat Anda melaksanakan program. Tentu hal ini tidak kita
inginkan.

Pengertian dan Elemen-elemen Tujuan


Setiap kegiatan tentulah ada tujuannya. Jarang sekali meskipun tidak menutup
kemungkinan ada orang melakukan sesuatu tanpa tujuan. Jika tidak mempunyai tujuan yang
jelas, tentulah akan sulit mengukur pencapaian apa yang diinginkan.
Dalam bahasa Inggris, tujuan disebut goals. Hal ini tentunya mengingatkan kita pada
permainan sepak bola. Setiap kali bola masuk ke gawang, penonton akan berteriak goool!.
Tandanya telah tercapailaah tujuan pemain bola tersebut untuk mrmasukkan bola ke gawang
lawan. Teriakan penonton menjadi pengakuan bahwaobjectives telah tercapai.
Udin dan Abin (2006:118) menyatakan bahwa tujuan adalah hasil yang ingin dicapai dari
pembuatan desain. Dalam hubungan dengan program komunikasi, tujuan atau objectives
merupakan sasaran yang hendak dicapai oleh suatu program atau kegiatan. Suatu objectives
berkaitan dengan upaya melakukan perubahan. Mula-mula diketahui dan dianalisis masalah yang
dihadapi yang memerlukan upaya-upaya untuk mengatasinya. Dengan melakukan upaya tersebut
maka masalah yang dihadapi dapat terselesaikan. Itulah tujuan atau objectives yang hendak
dicapai.
Selain itu tujuan berkaitan dengan perubahan nilai budaya, terhadap perubahan tekhnologi
terbaru dan terhadap perubahan tingkah laku orang yang terlibat di dalamnya. Dalam hal ini,
nilai-nilai tersebut berfungsi sebagai cara untuk menentukan tujuan.

Tujuan merupakan sejumlah pilihan diantara berbagai kemungkinan. Beberapa tipikal tujuan
adalah serbagai berikut:
1. Tujuan itu merupakan optimalisasi dalam bentuk, misalnya : biaya yang paling rendah untuk
keunggunlan suatu program.
2. Tujuan itu memuaskan
3. Tujuan itu bentuknya incremental (semakin naik)
4. Tujuan itu bentuknya bisa positif bisa negatif (Udin dan Abin, 2006:118)
Selain itu, tujuan atau objectives juga memiliki elemen-elemen yang harus diperhatikan
(Zulkarnaen dkk, 1994:74-75) sebagai berikut :
1. Menggambarkan hasil final yang hendak dicapai
Tujuan harus menggambarkan hasil final yang hendak dicapai, bukan hanya menggambarkan
langkah-langkah yang akan diambil. Apabila Anda hendak melakukan sesuatu untuk
memecahkan masalah, artinya Anda akan mencapai suatu hasil tertentu. Hasil yang akan Anda
capai tersebut harus dinyatakan secara tegas dan jelas. Tegas dan jelas berarti tidak ragu-ragu
sehingga terhindar dari timbulnya macam-macam penafsiran. Jadi perumusan suatu tujuan tidak
cukup sekedar mereka-reka saja.
2. Spesifik dan persis
Perumusan tujuan yang tidak konkret biasanya tidak akan operasional. Biasanya tujuan yang
seperti ini terlalu muluk-muluk. Akibatnya kita tak pernah tahu apakah tujuan telah tercapai atau
belum tercapai, karena sukar untuk mengukurnya. Kesukaran mengukur pencapaian tujuan
seperti itu, terutama adalah karena ketidakjelasan apa sesungguhnya yang hendak dicapai. Misal,
tujuan yang hendak dicapai adalah perubahan perilaku masyarakat, maka perubahan perilaku
seperti apa harus dibuat secara jelas. Apakah tidak lagi membuang sampah di sembarang tempat
dan sebagainya.

3. Menggambarkan perubahan yang dapat diukur (measurable) dan dapat dilihat (observable)
Sebagai bukti bahwa tujuan telah dicapai, tujuan harus dapat diukur. Berapa persen ibu-ibu yang
memberikan imunisasi pada anaknya? Berapa banyak jumlah rumah yang memiliki tong
sampah? Dan sebagainya. Perubahan-perubahan inilah yang dimaksud dapat diukur dan dapat
dilihat. Jadi tidak abstrak.
4. Menyatakan standar kualitas atau kriteria sebagai patokan mengukur keberhasilan
Bagaimanapun juga manusia memiliki keterbatasan-keterbatasan. Termasuk dalam melakukan
kegiatan yang telah direncanakan. Hampir tidak ada kegiatan yang 100 persen sempurna. Karena
itu diperlukan suatu patokan mengenai tingkat kualitas pencapaian yang dapat diterima.
Misal, untuk penyuluhan kekerasan terhadap rumah tangga (KDRT). Jika yang hedak dicapai
adalah pemahaman tentang cara pelaporan tindak KDRT, berapa persenkah dari materi yang
disampaikan bisa dipahami oleh khalayak perempuan peserta penyuluhan yang dianggap sebagai
hasil yang bisa diterima. 80 persen dari materi atau 60 persen dari materi tergantung dari standar
yang diinginkan perencana.
5. Menyebutkan segala kualifikasi pokok
Bagaimana kondisi yang melingkupi pencapaian tujuan. Atau dalam kondisi bagaimanakah
tujuan yang dimaksud hendak dicapai.
6. Menetapkan titik akhir (definite end point)
Titik akhir yang menunjukkan bahwa objectives telah dicapai. Sekalipun ada pendapat bahwa
suatu kegiatan senantiasa ada kelanjutannya, namun untuk jelasnya pengukuran dan pencapaian
tujuan suatu kegiatan komunikasi, maka dalam perumusan tujuannya harus jelas dimana titik
akhir dari program yang bersangkutan.

Seringkali dalam perumusan tujuan kegiatan komunikasi langkah pertamanya adalah dengan
mengidentifikasi informasi, pengetahuan, motivasi atau pola perilaku apa yang dibutuhkan oleh
suatu program agar berhasil.
Identifikasi ini dapat dilakukan melalui:
a. Mengembangkan suatu pengertian menyeluruh mengenai seluruh orang yang terlibat dalam
program.
Buatlah identifikasi yang menggambarkan semua pihak baik yang langsung maupun tidka
langsung terlibat atau terkena program . Keterkenaan atau keterkaitan ini ada yang bersifat
sementara (seperti para pekerja), ada yang permanen (pemanfaat), ada yang berjangka pendek
dan ada yang berjangka panjang. Ada pula pihak yang baru terkena ketika program selesai
dilaksanakan. Semua ini harus dikenali agar bisa dikembangkan suatu antisipasi terhadap segala
macam permasalahan yang mungkin timbul.
b. Menganalisis kelayakan sosial dari suatu program
Banyak program yang secara tekhnis sudah layak (feasible) tetapi tidak dapat dilaksanakan
karena kondisi sosial yang belum memungkinkan. Dengan kata lain sebelum mengerahkan
segala resources untuk mengkomunikasikan suatu program, kaji dulu kelayakan sosial program
itu sendiri ataupun bagian-bagian tertentu dari program yang dibuat.
c. Mengidentifikasi kawasan masalah yang spesifik (specific problem areas)
Seperti gap pengetahuan, motivasi, pengetahuan, motivasi, perilaku dan sebagainya. Kejelasan
mengenai kawasan permasalahan ini amat menentukan kejernihan pandangan dan persepsin
pelaksana program komunikasi dalam merancang strategi komunikasi yang akan ditempuh.
d. Mengelompokkan kawasan masalah
Pengelompokan dilakukan berdasarkan apakah hal tersebut dapat ditanggulangi melalui
dukungan informasi, motivasi, atau pendidikan ataukah memerlukan penyelesaian dalam bentuk
lainnya. Kelanjutan dari dikenalinya kawasan permasalahan tadi, maka diperlukan
pengelompokan untuk mempersiapkan penanggulangan yang sesuai.
e. Meninjau sumber-sumber dan kemampuan komunikasi yang tersedia
Hal ini dilakukan untuk melaksanakan kegiatan yang dibutuhkan dalam rangka
mengidentifikasi gap bagi pembiayaan program yang dimungkinkan. Pertimbangan pertama
dalam merancang kegiatan apa yang akan dilaksanakan tentunya adalah dengan melihat
kenyataan apa saja yang ada, dan apa saja yang harus diadakan. Lalu dengan mengukur
kemampuan untuk memenuhi kebutuhan itu, diputuskan kegiatan apa saja yang akan
dilaksanakan. (Zulkarnaen dkk, 1994:76)

Perumusan Tujuan Komunikasi


Apapun maksudnya, tujuan harus relevan, harus dapat diwujudkan, memiliki kejelasan
maksud dan harus bersifat operasional. Walaupun begitu tujuan juga harus bersifat umum,
berorientasi pada masyarakat dan memiliki jangka panjang. Tujuan hendaknya dapat menjawab
pertanyaan sebagai berikut:
a. Pilihan mengenai apa?
b. Untuk siapa?
c. Sampai tingkat apa?
d. Pada pengukuran apa?
e. Dengan kondisi apa?
f. Dalam prioritas apa?
g. Bagaimana untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan?
(Udin dan Abin, 2006:119)

Udin dan Abin (2006:119) juga menambahkan terdapat 5 tahap dalam proses penentuan
tujuan, yaitu:
1. Mendefinisikan batasan kemungkinan (contingency) yang membentuk batasan-batasan
perencanaan dan porsi keputusan yang dipengaruhi putusan perencana.
2. Dari batasan tersebut, perencana lalu mengurangi berbagai alternatif dengan menghilangkan yang
tidak bermanfaat dan tidak menguntungkan.
3. Dengan membandingkan segi manfaat (merit) dari alternatif tersebut, perencana dapat
menentukan dampak positif dan negatif dari berbagai kombinasi tujuan dan kemudian memilih
alternatif terbaik.
4. Perencana kemudian mengevaluasi manfaat tujuan itu dengan membandingkan faktor-faktor
lingkungan dengan tujuan dan sasarannya. Tujuan hendaknya berkaitan dengan kondisi yang
muncul.
5. Bila putusan akhir telah dibuat dan tujuan serta sasaran telah ditetapkan, maka dibuatlah
pernyataan kebijakan (statement of policy) yang berfungsi sebagai pedoman.
Selain itu dalam suatu tujuan atau objectives komunikasi yang baik hendaklah:
a) Mengidentifikasi khalayak yang akan dicapai
b) Mengidentifikasi jenis dan besarnya perubahan yang diharapkan pada pihak khalayak
c) Mengidentifikasi jenis pengukuran yang akan digunakan
d) Mengidentifikasikan batas waktu (time frame) pencapaian tujuan (Zulkarnaen dkk, 1994:77)

Contoh objetives
Mensosialisasikan dalam jangka waktu 6 bulan (BATAS WAKTU) paling sedikit kepada 50%
perempuan-perempuan anggota organiasasi wanita (TARGET AUDIENCE) di Kota Bandar
Lampung (LOKASI TARGET AUDIENCE) tentang UU Kekerasan Dalam Rumah Tangga
(KDRT)
Perumusan tujuan dapat dilakukan dengan suatu pernyataan yang bersifat umum, lalu di perjelas
menjadi tujuan primer dan sekunder yang selanjutnya dirinci satu persatu dalam bentuk yang
konkret. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah pengukuran pencapaian hasil.
Contoh :
Masalah
Wabah Demam Berdarah Dengue (DBD) kembali melanda. Sedikitnya sudah 100 warga Desa X
yang terjangkit dan 15 diantaranya meninggal dunia. 20% diantaranya adalah bayi dan balita.
Salah satu cara penurunan angka ini adalah dengan kesadaran dan keterlibatan seluruh warga
untuk memberantas nyamuk Aides Agepty yang menularkan virus DBD ke manusia. Khususnya
dengan bergotong royong membersihkan lingkungan desa.
Tujuan Utama
Menurunkan angka penderita DBD dan angka kematian akibat DBD di desa X minimal 50%
selama kurun waktu 6 bulan dengan menimbulkan kesadaran warga untuk menjaga kebersihan
lingkungan desa.

Tujuan Sekunder
Mendemonstrasikan kepada seluruh warga metode pemberantasan nyamuk yang dikenal
dengan 3M (Menguras bak kamar mandi, Menutup tempat penyimpanan air,
dan Mengubur barang-barang bekas yang bisa menyimpan air) yang efektif.

Secara lebih rinci, tujuannya adalah:


1. Memperluas kesadaran warga akan bahaya nyamuk Aides Agipty yang bisa menularkan penyakit
DBD
2. Memotivasi khalayak sasaran untuk berkerjasama dengan seluruh warga memberantas nyamuk
Aides Agipty
3. Meluruskan kesalahpahaman bahwa penanggungalangan wabah DBD hanyalah tanggungjawab
pemerintah dan bukan tanggungjawab pribadi dan masyarakat
4. Mengubah sikap mental masyarakat yang malas melakukan 3M di lingkungan masing-masing.

Prinsip-prinsip yang berlaku dalam perumusan tujuan hendaklah diterapkan sepenuhnya


agar tujuan atau objectives benar-benar menjadi sesuatu yang operasional atau dapat
dilaksanakan. Yang menjadi ciri utama dari perumusan tujuan ini adalah, bahwa pencapaian
tujuan terjadi pada diri khalayak. Bukan dari sudut pandangan pengelola program komunikasi

Rujukan

Udin Syaefudin Saud dan Abin Syamsudin Makmun. 2006. Perencanaan Pendidikan (Suatu
pendekatan Komprehensif). Remaja Rosdakarya. Bandung
Zulkarnaen Nasution. 1994 . Perencanaan Program Komunikasi. Universitas
Terbuka. Jakarta.

E. PEMILIHAN MEDIA

Saluran untuk berlangsungnya komunikasi massa diperlukan saluran yang


memungkinkan disampaikannya pesan kepada khalayak yang dituju. Saluran tersebut adalah
media massa, yaitu sarana teknis yang memungkinkan terlaksananya proses komunikasi massa
tersebut. Saluran media massa ini, melihat bentuknya dapat dikelompokkan atas ;
a) Media Cetakan (printed media) yang mencakup surat kabar, majalah, buku, pamflet, brosur, dan
sebagainya.
b) Media elektronik, seperti radio, televisi, film, slide, video, internet, dan sebagainya.
Langkah-langkah Pemilihan dan Karakteristik Media
Langkah berikutnya adalah memilih atau menetapkan media atau saluran (channel) yang
akan digunakan untuk menyampaikan pesan. Dasar utama dalam media tentulah tujuan
atau objectives program. Kemudian dipadankan dengan khalayak yang akan dijangkau. Hasilnya
bisa saja yang diperlukan adalah satu saluran tertentu, namun dapat pula suatu kombinasi dari
beberapa saluran sekaligus. Hal itu bergantung sepenuhnya pada apa tujuan yang hendak dicapai.
Kecocokan media untuk kelompok khalayak yang sama tapi untuk keperluan yang berbeda
(apakah sekedar menginformasikan, atau mau mengajarkan sesuatu, atau mau membujuk) juga
tidak sama. Apalagi untuk kelompok khalayak yang berbeda.

Khalayak atau pihak penerima pada suatu peristiwa komunikasi bisa berupa seseorang individu
yang mendengarkan, membaca, menonton atau anggota suatu pertemuan yang disebut sebagai
khalayak massa (mass audience). Siapa yang menjadi khalyak dalam program komunikasi
menjadi dasar dalam melilih media yang sesuai. Seperti telah diketahui bahwa komunikasi,
sebagaimana asal katanya dari bahasa latin: communis atau dalam bahasa Inggris: common,
berarti menjadikan sesuatu (dalam hal ini pesan) sebagai pengetahuan aau perhatian bersama.
Pengertian berkomunikasi, pada hakikatnya ialah mencoba atau berusaha untuk menegakkan
suatu kebersamaan dengan pihak lain, yaitu penerima dalam komunikasi tersebut.
Secara umum saluran komunikasi dibedakan antara yang bersifat antarpribadi dan yang
menggunakn media. Sedangkan yang menggunakan media kemudian dapat dikelompokkan
menjadi media massa dan media non massa.

Langkah-langkah memilih media atau saluran


1. Mendaftar semua media yang ada.
2. Mengevaluasi setiap media.
3. Menentukan ketersedian media.
4. menentukan cost-effective media.
5. Menggunakan kombinasi beberapa media.

1. Mendaftar semua media yang menjangkau khalayak


Media apa sajakah yang diperkirakan akan menjangkau khalayak yang hendak dituju oleh
program komunikasi ini? Jawabannya baru dapat diketajui jika kita telah mengetahui bagaimana
kondisi masing-masing media yang ada. Dengan mengetahui apa saja media yang ada, barulah
kita dapat memilih dengan baik. Dengan mendaftar media tadi kita dapat mengetahui hal-hal
yang terpenting dari setiap media. Misalnya berapa banyakkah proposisi khalayak yang memiliki
pesawat radio atau televisi ?
Berapa persenkah tingkat melek huruf khalayak? Berapa oplah surat kabar yang terbit disini?
Suratkabar atau majalah apa yang paling populer? Apakah ada program pendidikan yang
beroperasi ke tengah kalangan khalayak yang dituju? Misalnya, kelompok pendengar siaran
radio pedesaan, kelompok belajar, kelompok petani, dan sebagainya. Apakah ada bentuk-bentuk
media tradisional seperti pertunjukan drama, dan sebagainya.

2. Mengevaluasi tiap medium dalam arti pendekatan komunikasi yang digunakan.


Sesuai dengan pendekatan yang digunakan apakah hanya penyampaian informasi,
pengajaran atau persuasi setiap media dinilai apakah cocok ?
Untuk sekedar menyampaikan informasi, sejumlah media massa tepat untuk digunakan seperti:
radio, poster, leaflet, billboard, dan sebagainya. Jika kita ingin khalaya kmemahami dan terampil
menggunakan kontrasepsi, maka saluran yang sesuai tentunya yang memungkinkan terjadinya
diskusi seperti kunjungan kerumah, grup diskusi, dan sebagainya. Sedangkan untuk pendekatan
yang menggunakan persuasi atau bujukan, hal yang terpenting adalah jalur komunikasi
antarpribadi serta dukungan dari orang yang berpengaruh seperti para pemimpin opini.

3. Menentukan apakah suatu media tersedia.


Dengan mendaftar semua media yang ada dan mengevaluasi satu persatu, maka kini kita
memiliki daftar media yang lebih singkat. Maksudnya tinggal media yang benar-benar tersedia
untuk digunakan setelah dikurangi yang terjaring oleh dua langkah pertama diatas tadi.

4. Menetukan cost-effective nya media yang tersedia.


Tak dapat dipungkiri bahwa kunci yang menetukan dalam memilih media atau saluran
adalah soal biaya. Ada yang menghitungnya sebagai biaya penyampaina pesan untuk per oaring.
Misalnya kalau sebuah surat kabar beroplah 25 ribu, dan biaya yang diperlukan 100 ribu rupiah,
berarti ongkos pembaca adalah 4 rupiah. Beda dengan misalnya jika anda ingin mencapainya
lewat televisi yang mungkin meminta biaya sekitar 10 juta rupiah.
5. Menggunakan beberapa media
Riset menunjukkan bahwa dalam penyebarluasan inovasi, kombinasi antar berbagai media
ternyata paling efektif untuk mencapai tujuan.

Saluran Komunikasi Antar-Pribadi


Berdasarkan pengalaman terlihat betapa menetukannya masalah hubungan antar-pribadi
dalam kehidupan anggota masyarakt yang menjadi khalayak suatu program komunikasi.
Termasuk kesuksesan seorang penyuluh akan ditentukan oleh kemampuannya membina dan
memelihara kontak-kontak pribadi dan hubungan yang akrab dengan khlayaknya.
Menurut pengalaman para penyuluh yang menyebarluaskan inovasi, agar bisa menjalin
komunikasi antar-pribadi dengan warga masyarakat seperti yang semestinya, seorang penyuluh
dituntut untuk memperhatikan hal-hal berikut ini :
1. Kemampuan empathi
2. Menciptakan situasi homophily dengan khalayak
3. Menegakkan keserasian (kompabilitas) program yang dijalankannya dengan kebudayaan
masyarakat setempat.
Ketiga hal itu saling berkaitan satu sama lain dan erat hubungannya dengan masalah komunikasi
antarpribadi penyuluh dengan masyarakat yang dibinanya.

ad. 1 Kemampuan empathi dimaksudkan sebagai kemampuan penyuluh untuk menempatkan


dirinya pada posisi warga masyarakat yang dibinanya. Dengan kemampuan itu, penyuluh harus
mengusahakan memandang persoalan dari kacamata warga masyarakat, dan bukan sekedar dari
sudut tinjau seorang petugas.
Maksudnya, seorang penyuluh pertama-tama diminta untuk mampu merasakan permasalahan,
kebutuhan dan aspirasi masyarakat yang dibinanya sebagaimana anggota masyarakat itu sendiri
merasakannya. Kemampuan tersebut memang tidak mudah untuk diperoleh apalagi dalam waktu
yang singkat. Karena itu penyuluh harus berusaha dan mencobakan kemampuan tersebut dengan
jalan menundukkan dirinya pada situasi yang dialami oleh masyarakt yang bersangkutan.
Tidaklah mengherankan kalau acapkali memang terjadi perbedaan pandangan antara penyuluh
dengan warga masyarkat mengenai sesuatu kenyataan yang ada. Hal itu terjadi terutama karena
memang suatu hal yang wajar bila terdapat perbedaan persepsi di antara pihak-pihak yang
berlainan mengenai suatu keadaan tertentu.
Salah satu prinsip komunikasi yang mendasar adalah, diharuskannya komunikator
berorientasi kepada khalayak (audience oriented)! Bukan sebaliknya, khalayak yang harus
menyesuaikan diri kepada komunikator, seperti yang dengan sadar ataupun tidak umumnya
terjadi selama ini. Dengan prinsip itu pula, seorang penyuluh pada langkah pertama diharapkan
sudah menghindari suatu hambatan yang paling umum terjadi, dalam berkomunikasi dengan
masyarakat, yaitu karena biasanya seorang penyuluh berikut ide-idenya pertama-tama dirasakan
sebagai sesuatu yang asing bagi khalayak.

ad. 2 Menciptakan suasana yang homophily berarti membangun suatu suasana hubungan yang
secara komunikasi disebut akrab. Maksudnya dalam berkomunikasi dengan khalayak, si
penyuluh dirasakan sama atau setara dengna khalayak yang dihadapinya. Dengan kata lain,
penyuluh tidak lagi dirasakan sebagi seseorang yang berbeda dengan mereka.
Prinsip dasar lainnya dalam komunikasi manusia bahwa pengalihan ide paling sering terjadi
diantara suatu sumber kepada penerima yang mempunyai kesamaan-kesamaan. Menurut Rogers
dan Shoemaker (1971), homophily merupakan tingkat dimana pasangan individu yang
berinteraksi mempunyai kesamaan dalam atribut tertentu seperti keyakinan, nilai-nilai,
pendidikan, status sosial, dan sebagainya. Bila sumber dan penerima mempunyai kesamaan
dalam pengertian, sikap dan keyakinan, dan bahasa, maka komunikasi antara mereka
kemungkinan sekali akan efektif.

ad. 3 Agar suatu program dapat diterima ditengah masyarakat, maka harus pula diusahakan
terciptanya keserasian program dimaksud dengan kebudayaan masyarakat yang bersangkutan.
Jika masyarakat tidak merasakan keserasian antara budaya hidup mereka dengan apa yang
ditawarkan oleh penyuluh, maka sukar bagi masyarakat tersebut untuk dapat menerima program
tersebut dan menjadikannya bagian kehidupan mereka sehari-hari.
Komunikasi Kelompok
Komunikasi dengan kelompok perlu dipahami oleh seorang penyuluh, karena sekalipun
ia berasumsi bahwa anggota masyarakat yang dihubunginya terdiri dari pribadi-pribadi atau
bersifat individual, namun tidak dapat diingkari besarnya pengaruh kelompok pada diri setiap
orang. Kelompok ini bisa bermacam-macam wujud dan orientasinya. Ada kelompok yang
mencerminkan latar belakang etnis atau religi. Tapi ada pula kelompok yang keberadaannya
didasarkan pada sejumlah tujuan tertentu yang dicita-citakan warganya.

Meskipun secara umum komunikasi dengan kelompok ini tidak berbeda tajam dengan
komunikasi yang lain, namun ada beberapa prinsip pokok yang perlu dipahami, di antarnya
adalah :
Karakteristik proses komunikasi kelompok
a) Komunikasi kelompok merupakan suatu proses sistemik.
Proses itu terjadi dalam suatu sistem. Komponen-komponen dari sistem yang dimaksud adalah:
konteks situasional, komunikator, pesan, penerima, dan pola interaksi yang muncul ketika suatu
kelompok berkomunikasi.
Untuk memahami pesan-pesan atau pola interaksi tersebut, haruslah dipahami sikap, nilai-nilai,
dan keyakinan komunikator, konteks dimana kelompok yang bersangkutan berkomunikasi,
orientasi cultural dan lingustik kelompok, dan serangkaian faktor psikologis.

b) Komunikasi kelompok adalah bersifat kompleks. Kompleksitas itu disebabkan oleh:


Dimensi sistemik yang mempengaruhi komunikasi kelompok berfungsi secara simultan. Jadi
ketika seseorang berkomunikasi dalam kelompok, maka kebudayaannya, situasi dan tatanan
psikologis, semuanya berinteraksi dan memberi saham bagi diskusi berlangsung.
Pengaruh dari faktor-faktor tersebut bila kita berinteraksi. Suatu saat mungkin sikap mental
kita paling berpengaruh dalam arus komunikasi, disaat selanjutnya mungkin konteks atau
sejumlah tradisi kultural atau ritual yang mondominasi interaksi yang berlangsung saat itu.

c) Komuniaksi kelompok adalah bersifat dinamik Penting untuk diingat bahwa komunikasi
kelompok terjadi dalam suatu jangka waktu tertentu. Kemampuan kita untuk saling tergantung
adalah ditentukan oleh pertukaran pesan yang berkesinambungan. Kita mengucapkan sesuatu
dan memberi respon pada hal tersebut. Lantas melalui umpan balik kita belajar mengenai
perasaan orang terhadap sikap dan nilai-nilai kita.
Singakatnya, komunikasi kelompok dapat dirumuskan sebagai suatu persepsi bersama,
motivasi dan pencapaian tujuan. Namun begitu, sifat esensial komunikasi kelompok adalah
interdependensi. Anggota kelompok adalah saling mempengaruhi satu sama lain, dan juga
samapi derajat tertentu saling mengontrol atau mengendalikan.
Komunikasi Massa
Komunikasi dengan mengunakan media massa dibutuhkan terutama jika untuk
menyampaikan informasi tidak mungkin dengan cara menemui satu persatu anggota masyarakat
dan harus pula dapat memanfaatkan saluran yang ada, agar dapat menjangkau secara
keseluruhan.
Seperti apa bentuk komunikasi yang lain, komunikasi massa merupakan suatu proses. Yang
paling membedakannya dengan bentuk komunikasi lain adalah, bahwa komunikasi massa
merupakan proses penyampaian pesan dari suatu sumber kepada khalayak yang berjumlah besar,
dengan menggunakan saluran media massa. Namun begitu, sesungguhnya teknologi media
massa hanya merupakan pembentuk terjadinya proses tersebut. Jadi jangan dicampur-adukan
antara fisik medianya dengan proses itu sendiri.

Ciri-ciri komunikasi massa menurut Wright (1959) adalah :


2) Ditujukan kepada suatu khalayak yang relatif luas, heterogen dan anonim.
3) Pesan disampaikan secara publik dan umumnya diterima oleh khalayak secara relatif serempak,
serta bersifat mampir sejenak (transient).
4) Komunikator melakukan komunikasinya melalui suatu organisasi yang bersifat kompleks, yang
karena itu menyangkut masalah pembiayaan yang besar.

Lima unsur yang terdapat pada setiap peristiwa komunikasi massa menurut Blake dan Harolsen
(1975) adalah :
1) Komunikator
Dikarenakan sifat komunikasi massa, maka komunikator disini biasanya adalah pekerja
professional dari suatu organisasi komunikasi (seperti penerbit, stasiun radio, televisi, ataupun
perusahaan film) yang secara sosiologis memang merupakan suatu lembaga sosial (social
institution). Artinya organisasi itu sendiri tentulah mempunyai tujuan, aturan-aturan, birokras,
dan sebagainya. Yang merupakan batasan-batasan perilaku bagi para anggotanya dalam
menjalankan tugas mereka.
2) Pesan
Berbeda dengan pesan-pesan yang disampaikan melalui bentuk komunikasi antar-pribadi, dalam
komunikasi massa pesan disampaikan secara publik. Maksudnya, pesan dalam komunikasi massa
ditujukan untuk semua orang yang terjangkau oleh peristiwa komunikasi tersebut. Siapa saja
yang dapat menangkap pesan tersebut, dapat menafsirkannya, dan menggunakannya untuk
kepentingan masing-masing.
Secara umum, pesan-pesan tersebut dapat dikelompokkan menjadi pesan-pesan yang (1)
informatif, (2) edukatif, dan (3) persuasif.
3) Khalayak
Setiap komunikasi tentulah ditujukan kepada pihak tertentu sebagai penerima pesan yang
disampaikan. Dalam komunikasi massa, penerima ini adalah mereka yang menjadi khalayak dari
media massa yang bersangkutan. Khalayak komunikasi massa bersifat luas, heterogen dan
anonim.
Luasnya khalayak komuniksi massa sudah tentu disebabkan pesan yang disampaikan memang
tidak terbatas untuk orang-orang tertentu saja, melainkan buat siapa saja yang dapat menangkap
pesan tersebut. Dengan begitu, setiap orang yang terjangkau oleh media massa yang
bersangkutan dengan sendirinya menjadi khalayak.
Dengan keluasan tadi, maka khalayak komunikasi massa bersifat heterogen, dalam arti terdiri
dari berbagai jenis dan latarbelakang. Keragaman itu dapat dilihat dari sudut usia, agama,
kelamin, paham politik, kesenangan, lokasi tempat tinggal, perhatian, minat, dan sebagainya.
Dengan demikian, khalayak komunikasi massa tidak dikenali satu persatu oleh komunikator.
Mereka itu semuanya anonim.

Jaringan Media
Tak satupun media tunggal yang cukup menyebar untuk menjangkau dan meyakinkan
setiap unsur khalayak. Seperti dikemukakan dibagian terdahulu sejumlah studi pada tahun 50 dan
60-an bermaksud menetapkan media manakah yang lebih baik di antara radio, TV, cetakan atau
para penyuluh?
Sekarang sudah jelas, bahwa Yang manakah yang lebih baik adalah pertanyaan yang
keliru. Yang tepat untuk dipertanyakan ialah: Yang mana yang lebih baik dan untuk keperluan
apa?
Beberapa prinsip umum mengenai potensi media massa dewasa ini telah tumbuh, yakni :
- Media penyiaran (broadcast media) lebih baik dalam menjangkau khalayak berjumlah besar,
dalam waktu cepat dengan ide-ide yang agak sederhana.
- Media cetakan paling baik dalam memberikan informasi peringatan yang tepat waktu (timely)
yang tidak dapat diharapkan untuk diingat sendiri oleh khalayak.
- Komunikasi antarpribadi, termasuk penyuluhan, pertemuan kelompok, organisasi masyarakat,
pertunjukkan, merupakan cara terbaik untuk mengajar, membina penerimaan khalayak, dan
menanamkan perubahan perilaku.
Yang lebih penting lagi adalah, bahwa ketiga hal di atas dibutuhkan untuk membuat suatu
program menjadi efektif. Kita perlu menjangkau khalayak dengan cepat dan mereka memerlukan
sejumlah ingatan tentang apa yang telah diberitahukan, dan mereka perlu mempercayai kita agar
dapat mengikuti petunjuk yang diberikan. Komunikasi yang efektif merupakan bangku berkaki
tiga. Jika salah satu kakinya tiada, maka anda tidak punya banyak tempat untuk duduk.

Dari itu, diperlukan suatu yang oleh spesialis komunikasi dinamakan strategi saluran (channel
strategy) yang spesifik untuk setiap situasi. Strategi ini tumbuh dari pemahaman akan negara
tertentu, program tertentu, dan khalayak tertentu. Hal itu didasarkan pada riset pra-program yang
mempertanyakan hal-hal seperti: Siapa mendengarkan apa? Siapa yang membaca? Berapa biaya
setiap saluran atau media? Seberapa rumitkah isi pesan? Seberapa terbiasa atau jenuhkah
khalayak dengan pesan tercetak atau radio? Siapakah yang dipercaya khalayak mengenai topik
tertentu?

Saluran Komunikasi dan Kegunaannya


Meskipun tersedia sekian banyak saluran untuk berkomunikasi tentu tak semuanya dapat atau
perlu anda pilih untuk dipakai dalam suatu program komunikasi. Artinya kita harus membuat
pilihan. Salah satu cara melakukan pilihan adalah dengan melihat apa kegunaan yang khas dari
setiap media, lalu mencocokkannya dengan keperluan atau tujuan yang hendak dicapai dalam
program yang direncanakan. Misalnya apakah yang hendak anda capai dalam suatu masyarakat
merupakan perorangan, kelompok atau massa.

Karakteristik Beberapa Media dan Bauran Multi Media


Karakteristik Masing-masing Media
Yang dimaksud dengan karakteristik media ialah sejumlah ciri yang melekat pada suatu media
yang menunjukkkan kemampuan-kemampuan ataupun keunggulan tertentu media tersebut
berikut keterbatasannya untuk kegunaan yang spesifik. Karakteristik ini menjadi pedoman untuk
memanfaatkan secara tepat dan optimal media yang bersangkutan, agar tujuan komunikasi yang
hendak dicapai bisa dipenuhi.
Memang banyak macam dan jenis media yang dapat digunakan untuk suatu program
komunikasi. Namun berdasarkan pengalaman selama ini tidak semua terpilih untuk dipakai.
Beberapa media yang telah sering dipakai untuk program komunikasi berbagai bidang
pembangunan di antaranya adalah:

Radio
Radio merupakan suatu medium komunikasi massa yang penting karena:
1. Populer digunakan oleh khalayak
Hampir setiap orang sekarang menggunakan pesawat radio. Baik itu untuk hiburan, mau pun untuk
informasi. Dapat dikatakan hampir tidak ada khalayak yang tidak kenal radio. Stasiun penyiaran
radio pun telah tumbuh berlipat ganda. Di semua tempat anda akan temukan stasiun radio, baik
milik pemerintah ataupun swasta.
2. Tingkat ketersediaannya (availability) yang cukup merata. Dengan perkembangan teknologi
yang pesat, kini pesawat radio bukan sesuatu yang mahal harganya. Dapat dikatakan hampir
setiap keluarga mempunyai pesawat radio.
3. Penggunaannya bisa secara individual maupun kolektif. Selain didengarkan secara perorangan,
radio lazim pula dinikmati secara bersama-sama baik oleh suatu keluarga maupun oleh
sekumpulan teman atau tatangga. Itulah sebabnya dikenal kelompok pendengar radio (radio
listening group).

Perlu diperhatikan bahwa sebagaimana setiap media mempunyai khalayak sasaran atau target
audiencenya sendiri, maka radio pun begitu pula. Ada stasiun radio yang mengkhususkan
siarannya kepada segmen pendengar dewasa, muda-mudi, atau pun kaum wanita. Dalam
hubungan dengan merencanakan pemanfaatan radio bagi program komunikasi yang anda
rencanakan, hendaklah soal ini diperhatikan benar. Jika tidak teliti dalam hal ini, mungkin saja
anda akan salah memilih radio yang akan anda gunakan. Akibatnya tentu komunikasi anda tidak
menjangkau atau mencapai khalayak yang anda tuju sebenarnya.
Penggunaan radio untuk pembangunan termasuk yang paling luas dan banyak. Di lapangan
pertanian misalnya, sudah sejak lama dikenal adanya siaran pedesaan. Di bidang pendidikan,
radio dikenal sebagai media yang tergolong wal pemanfaatannya. Baik untuk pendidikan formal
(School on the Air) maupun pendidikan non-formal.

Format Acara Radio


Dalam menggunakan radio sebagai media untuk program komunikasi dapat dipilih beberapa
format acara. Tentunya pilihan ini lagi-lagi harus didasarkan pada keperluannya untuk mencapai
objectives. Setiap pilihan format acara ini dengan sendirinya membawa konsekuensi bagi biaya,
waktu dan tenaga yang diperlukan.
1. Drama Radio
Sebuah drama radio merupakan karya fisik yang menampilkan sejumlah pelaku yang melakonkan
peran yang membuat orang seolah percaya hal itu sebagai kenyataan sehari-hari. Ceritanya
berkembang lewat apa yang diucapkan para pelaku. Sekali waktu digunakan efek suara
atau sound-effect untuk membantu pendengar memahami latar atau setting cerita. Kelebihan
bentuk drama adalah pada kemungkinannya untuk membuat pendengar merasa terlibat secara
pribadi dalam kehidupan orang-orang yang digambarkan lewat cerita yang dikisahkan.
2. Drama Serial
Salah satu contoh pemanfaatan radio untuk program komunikasi di bidang keluarga berencana
adalah drama bersambung, seperti: Butir-butir Pasir di Laut yang disiarkan oleh Radio Republik
Indonesia (RRI).
3. Komedi
Acara humor berupa lawakan telah menjadi format acara radio yang menarik sejak dulu dan banyak
pendengarnya.
4. Kuis
Bentuk acara kuis menarik untuk mengundang publik guna mengetahui seberapa jauh pengetahuan
orang tentang topik tertentu. Kuis dapat berbentuk dua atau beberapa kelompok yang
berkompetisi, dimana yang menjawab benar dan tepat waktu merupakan pemenang. Bentuk kuis
yang lain: dimana seorang penyiar menyampaikan pertanyaan lalu memberi waktu sekitar
10detik kemudian pendengar menjawab pertanyaan tersebut.

5. Percakapan atau diskusi tentang isyu publik


Acara ini menampilkan sejumlah orang yang dipandang menguasai masalah yang hendak
diperbincangkan. Dalam suatu diskusi selalu ada seseorang yang bertindak sebagai pemimpin
diskusi atau moderator yang mengarahkan jalannya pembicaraan agar tidak menyimpang.
Bentuk diskusi terutama akan menarik untuk topik-topik yang mencerminkan pro dan kontra
mengenai suatu isu. Sebab dengan begitu akan terjadi tukar menukar pandangan antara pihak-
pihak yang mewakili pendapat yang beragam.
6. Peristiwa Olahraga
Laporan langsung peristiwa olahraga merupakan daya tarik tersendiri bagi acara radio. Pendengar
umumnya menikmati siaran ini karena kemampuan radio untuk membawakan peristiwa tersebut
keakan-akan langsung terjadi di hadapan para pendengar. Selain itu mumnya memang stasiun
radio memiliki pembawa acara/reporter olahraga yang kemampuannya telah dikenali oleh
pendengar berikut ulasan dan komentarnya yang ditunggu-tunggu pendengarnya.
7. Siaran Agama
Acara ini sejak dulu telah menjadi cirri khas radio. Dengan kemampuan audionya memang banyak
hal yang dapat disajikan oleh radio untuk jenis acara ini. Siaran kuliah subuh, mimbar agama,
pelajaran membaca Al-Quran dan santapan rohani merupakan beberapa contoh dari sajain radio
yang berbentuk siaran agama.
8. Siaran Pedesaan
Format acara ini pada dasarnya mengambil bentuk majalah udara (magazine formal), yaitu dengan
menyajikan variasi isi yang beraneka, namun diikat oleh suatu tema tertentu yang relevan dengan
kehidupan pedesaan. Karena mayoritas pekerjaan penduduk desa adalah bertani, maka siaran
pedesaan memang amat diwarnai oleh topik-topik pertanian.
9. Siaran Ibu Ruamh Tangga
Bentuknya mirip dengan siaran pedesaan tadi, hanya isi yang dikandung adalah seputar kehidupan
rumah tangga. Acara ini biasanya menyajikan topik-topik seperti masak-memasak, mode, kiat
berbelanja, dan sebagainya.
10. Spot
Spot merupakan pengumuman yang amat singkat (biasanya kurang dari 3 menit) yang disampaikan
hanya informasi terpenting mengenai suatu hal. Dapat digunakan untuk mengingatkan khalayak
mengenai bahaya penyakit tertentu, mencegah pencemaran lingkungan, dan sebagainya.

Kunjungan Ke Rumah
Sebagai suatu metode komunikasi, kunjungan kerumah telah banyak digunakan untuk berbagai
upaya menyebarluaskan gagasan pembangunan. Inilah salah satu bentuk komunikasi antarpribadi
yang telah terbukti keefektifannya, baik untuk sekedar menyampaikan informasi maupun untuk
mengubah perilaku anggota masyarakat. Sebabnya antara lain, dalam kunjungan ke rumah terasa
suatu kedekatan antara yang mengunjungi dengan pihak yang dikunjungi. Dalam komunikasi
semacam ini tercermin adanya perlakuan yang bersifat pribadi, dan bukan sekedar suatu
hubungan dengan orang ramai. Dengan cara ini pada pihak yagn dikunjungi terasa kesan bahwa
ia dihubungi sebagai individu, dan bukan cuma sebagai bagian dari massa.
Kunjungan ke rumah dilakukan untuk menyampaikan sesuatu informasi, atau untuk
mendapatkan informasi tertentu dari penghuni rumah yang dikunjungi.
Agar kunjungan ke rumah sebagai suatu metode komunikasi dapat mencapai hasil yang
diharapkan, perlu disusun langkah-langkah untuk melaksanakannya, yaitu sebagai berikut:
1. Tentukan rumah yang akan dikunjungi.
2. Rumuskan tujuan kunjungan; apakah untuk
a. Menyampaikan atau menyebarluaskan suatu informasi
b. Memperoleh suatu informasi dari tangan pertama tentang pengetahuan, sikap, praktik mengenai
sesuatu?
c. Memberikan bantuan dalam hal tertentu
d. Merangsang minat terhadap hal yang dikomunikasikan
e. Mengenali tokoh-tokoh masyarakat setempat
f. Mengorganisir suatu kegiatan
3. Rencana Kunjungan
a. Cek tentang informasi apa kira-kira yang diperlukan
b. Aturlah agar waktu kunjungan terasa nyaman bagi pihak yang dkunjungi
c. Rancanglah pendekatan terbaik dalam berdialog dengan pihak yang dikunjungi.

4. Pelaksanaan Kunjungan
a. Bersikaplah bersahabat
b. Dapatkan kepercayaan dari tuan rumah
c. Bangkitkan minat tuan rumah terhadap hal yang disampaikan dan ciptakan keinginannya untuk
turut serta dalam kegiatan yang dikomunikasikan
d. Jelaskan dengan terang, apa maksud kunjungan
e. Hindari terbuangnya waktu dengan percuma
5. Catatn Kunjungan
Buat catatan dari tiap kunjungan, apa yang dicapai, bagaimana rencana tindak lanjut seterusnya, dan
bagaimana respon pihak yang dikunjungi
6. Tindak Lanjut Kunjungan
a. Susulkan bahan-bahan informasi yang dibutuhkan
b. Bila diperlukan lakukan kunjungan ulangan
Namun perlu diperhatikan bahwa kunjungan ke rumah hanya mungkin jika jumlah khalayak yang
hendak dijangkau relatif kecil. Atau setidaknya ada keseimbangan antara jumlah petugas yang
melaksanakan kunjungan dengan banyaknya rumah yang akan dikunjungi. Jika tidak, agaknya
akan lebih tepat bila metode yang dipilih adalah yang memungkinkan terjangkaunya keseluruhan
khalayak pada saat yang relatif sama.

Fotonovel
Diantara media cetakan termasuk apa yang disebut sebagai fotonovel (photonovel) yaitu
suatu cerita dramatis yang disertai dengan foto-foto yang bercaption atau judul. Siapa saja yang
suka membaca kartun atau komik di suratkabar ataupun majalah, segera paham akan konsep
fotonovel. Seperti halnya komik strip, fotonovel merupakan serangkaian gambar yang ditata
berurutan menurut waktu untuk menggambarkan suatu kejadian. Dialog antar tokoh dalam
komik dan fotonovel dilukiskan dalam bentuk balon yang berisikan kata-kata yang mereka
ucapkan. Hanya saja dalam fotonovel, gambar-gambar tadi digantikan oleh foto-foto, sedangkan
balon yang berisi ucapan tetap digunakan.
Fotonovel merupakan campuran antara buku komik dengan film sehingga diharapkan
menciptakan suatu pengalaman antar-pribadi seperti yang muncul ketika seseorang menonton
film. Bentuk fotonovel ini terutama dibutuhkan untuk mengisi kebutuhan bahan bacaan yang
ditulis pada tingkatan tertentu yang dapat dimengerti oleh pembacanya. Guna mengisi kebutuhan
tersebut maka fotonovel menjadi suatu media populer di negara-negara Amerika Latin dan kota-
kota di Amerika Serikat.
Dalam komunikasi pembangunan, media cetakan yang menggunakan baik teks berikut
ilustrasi atau gambar, atau hanya foto saja mempunyai tempat yang unik. Terkadang media ini
merupakan satu-satunya bahan bacaan yang tersedia bagi masyarakat di suatu negara
berkembang. Sepeti diketahui, media cetakan juga dapat menyajikan informasi mendetail dengan
tingkat kerumitan tertentu bagi khalayak yang keterampilan baca tulisnya masih terbatas.
Jika sesuatu hal disajikan kepada khalayak tersebut dengan bentuk fotonovel atau komik,
hal itu dapat menjadi menarik dan merangsang emosi sekaligus. Meskipun untuk
memproduksinya mungkin dibutuhkan suatu keterampilan khusus dan biayanya agak besar,
namun dalam hal tertentu kedua medium ini dapat menjadi bentuk yang efektif untuk
menyajikan pesan-pesan persuasif yang dapat menanamkan kepada masyarakat untuk mengubah
perilaku atau pun untuk mengambil tindakan seperti yang diinginkan.
Bentuk fotonovel atau komik mengandung suatu cerita yang berurutan yang disampaikan dalam
bentuk gambar dan kata-kata serta membina suatu hubungan emosional ke cerita yang disajikan
atau pun situasi melalui tokoh yang menarik dan action yang dramatis. Berbeda dengan bahan-
bahan edukasional yang lain, fotonovel, komik, foto dan komik strip, dan buklet gratis tertentu
mempunyai suatu garis cerita dan serangkaian tokoh sepanjang urutan aktivitas.
Semua bahan cetakan dapt digunakan untuk merencanakan agenda bagi tindakan publik (public
action), memberikan pengingat simbolis (symbolic reminder) mengenai bagaimana melakukan
sesuatu dan membuat informasi segera tersedia pada saat dibutuhkan. Disamping itu fotonovel
dan komik mempunyai kelebihan sendiri yang memungkinkan penulis cerita untuk:
Menggali subjek-subjek yang bersifat emosional berpartisipasi memproduksi
Meningkatkan daya ingat pesan-pesan
Menggali hubungan sebab-akibat
Memperkenalkan subjek-subjek teknis di tengah-tengah suatu cerita yang lebih tradisional.
Kelebihan Fotonovel
1) Fotonovel menjelaskan informasi secara mendetil. Tidak seperti media lain (radio, poster, atau
billboard) yang terbatas hanya untuk pesan-pesan pendek, fotonovel dapat memuat sesuatu hal
secara lebih mendetil, mempunyai tekanan pada butir-butir penting dan menggambarkan
prosedur.
2) Fotonovel dapat dimiliki oleh pembacanya. Sekali dibagikan, fotonovel akan beredar dari
seseorang ke yang lain. Informasi yang disampaikan berbentuk konkret dan dapat dijadikan
rujukan kemudian hari. Siaran radio umumnya mudah dilupakan. Masuk telinga kiri, keluar
kuping kanan.Sedangkan fotonovel akan tetap berputar di peredaran.
3) Fotonovel menarik untuk dibaca. Isi yang bergambar, dialog yang sederhana dan cerita yang
memikat menciptakan atmosfir yang mnunjang untuk mempelajari sesuatu. Daripada perasaan
dipaksa untuk belajar, pembaca fotonovel meyerap informasi tanpa merasa bersusah payah.
4) Fotonovel menjadi kebutuhan. Masyarakat seperti di Amerika Latin yang akrab dengan
fotonovel sebagai bentuk hiburan juga telah biasa membayar untuk memilikinya. Jika fotonovel
yang bersifat edukasional dapat didistribusikan secara gratis tentu pembacanya akan lebih luas
lagi.
5) Fotonovel bersifat realistik. Sesuai dengan sifat fotografi, pembaca dapat mengidentifikasikan
tokoh-tokoh cerita, dan melalui tokoh-tokoh tersebut mengidentifikasi isi pesan yang
disampaikan.
6) Fotonovel dapat menjual ide. Cerita di fotonovel dapat menunjukkan kepada pembaca tentang
bagaimana dan mengapa suatu ide, serta diilustrasikan dalam istilah-istilah yang dikenal
oleh pembaca, bagaimana mereka dapat memetik manfaat dari ide yang disampaikan.
7) Fotonovel dapat menjadi pelengkap (komplemen) media lain dari suatu program komunikasi.
8) Fotonovel mudah untuk didistribusikan.

Fotonovel atau komik edukasional merupakan argumen yang kuat melawan tuduhan bahwa suatu
format hiburan akan mencairkan sebuah pesan. Bertentangan dengan pendapat itu, justru hiburan
ditonjolkan untuk mendramatisasi informasi guna meningkatkan kehidupan, menggambarkan
kebutuhan untuk perubahan perilaku, dan untuk menyampaikan informasi tentang suatu produk
atau jasa dengan jelas dan berdaya, sebagai bagian dari program peningkatan social yang lebih
luas. Hal ini dikarenakan :
- Khalayak menyukai cerita yang bagus dan akan mengikuti plot melalui materi yang paling
kering. Jika khalayak teretarik terhadap kehidupan orang-orang yang menarik yang akan belajar
bersama mereka tentang sesuatu subjek kejahatan masyarakat atau tema-tema edukatif.
- Khalayak suka mengidentifikasikan diri dengan tokoh dramatik orang yang agak glamour tapi
tidak terlalu berbeda dengan mereka. Yakinkah khalayak bahwa orang-orang itu berikut
tindakannya adalah mirip dengan mereka, nanti mereka akan semakin dekat dengan tokoh-tokoh
dimaksudkan dan akan lebih mempertimbangkan pesan-pesan yang disampikan.
Fotonovel dan buku komik komersial telah terbukti sukses. Orang membeli dan membacanya
dengan asyik. Riset menunjukkan bahwa sebagian besar orang berfikir dalam format cerita,
dan mereka mengingat pesan-pesan ini lebih baik daripada yang disampaikan secara didaktis.
Hal itu antara lain disebabkan format jalan cerita (story line format) bagus digunakan untuk
kampanye edukasional, karena:
1. Cerita-cerita mengandung analogi dengan kehidupan nyata
2. Dapat membawakan tema di dalam tema
3. Dapat digunakan untuk menciptakan identitas

Adanya analogi dalam cerita membantu pembaca untuk menganalisis hasil dari tindakan-
tindakan tertentu, mengidentifikasi penyebab dan mengingat akibatnya. Tema keluarga anak
dua yang banyak digunakan untuk menyampaikan pesan KB, menunjukkan konsekuensi suatu
keluarga yang mengikuti konsep tersebut dan bagaimana keluarga lain yang mengabaikannya.
Keberhasilan fotonovel dan komik ditentukan oleh :
1) Siapa yang menciptakan isinya (khalayak, artis atau penerbit)
2) Siapa yang menanggung resiko produksi (pengarang atau sponsor)
3) Bagaimana pendistribusiannya

Kekurangan fotonovel :
1) Informasinya statis. Sekali fotonovel dicetak, hampir tidak mungkin untuk mengubah isinya
tanpa harus menanggung ongkos yang cukup besar.
2) Menuntut kerja tim yang erat. Seluruh anggota tim harus bekerja sama dengan lainnya.
3) Harus dicetak dalam jumlah besar.
4) Diperuntukkan bagi media yang melek dan semi melek-huruf.

Tabel berikut ini merupakan ringkasan dari karakteristik masing-masing media tersebut diatas.
Tabel
Karakteristik Media Untuk Program Komunikasi
Media/Saluran Kemampuan Utama Kekurangan Utama
Pertemuan atau ceramah- Mudah untuk diselenggarakan - Khalayak biasanya bersifat
publik - Menjangkau banyak orang pasif
- Pembicara bisa lebih dari satu orang- Pembicara mungkin paham
- Menciptakan minat dan kesadaran kebutuhan khalayak
publik - Sukar untuk mengukur
- Mendorong diskusi tindak lanjut keberhasilannya
- Khalayak mungkin tak
menangkap butir terpenting

Media/Saluran Kemampuan Utama Kekurangan Utama


Diskusi kelompok - Membina kesadaran kelompok - Sebagian anggota mungkin
- Perorangan yang menjadi anggota akan mendominasi diskusi
kelompok dapat memahami dimana- Terkadang sulit dikendalikan
posisi masing-masing orang dalam atau menjaga agar diskusi tetap
dalam hubungan dengan soal yang terfokus pada soal yang utama
didiskusikan - Memerlukan pimpinan yang
- Membuka peluang untuk saling tukar sudah terlatih
opini dan meningkatkan toleransi serta
pengertian

Media/Saluran Kemampuan Utama Kelebihan Utama


Permainan peran - Fakta dan opini dapat disajikan dari- Tidak bisa digunakan sebagai
(role playing) tinjauan yang berbeda terutama untuk pertemuan masyarakat
isu yang kontroversial - Sebagian pemain peran
- Dapat mendorong orang untuk menilai mungkinj engkel karena
kembali posisi mereka pada isu yang memainkan peran yang tidak
dibicarkan mereka sukai
- Dapat menarik partisipasi khalayak - Menuntut persiapan yang
- Memperdalam pandangan kelompok cermat untuk memilih isu dan
menjadi hubungan yang personal pemain yang akan
memerankannya
- Persiapan yang teliti amat
penting

Media/Saluran Kemampuan Utama Kelebihan Utama


Drama - Menciptakan hubungan yang baik - Petugas tentu tidak dapat
antara petugas dengan keluarga yang mengunjungi seluruh keluarga
dikunjungi yang ada
- Dapat memberikan informasi tentang - Hanya keluarga yang mudah
keluarga tersebut yang tidak dapat dicapai yang dapat dikunjungi
dikumpulkan lewat cara lain - Pemain menuntut perhatian
- Mendorong keluarga untuk dalam latihan dan persiapan
berpartisipasi dalam acara-acara publik naskah
dan kegiatan kelompok - Persiapannya mungkin terlalu
- Kelompok bisa menjadi aktif belajar sungkar bagi petugas lapangan
sambil berbuat - Sukar diorganisir karena
- Dapat menarik perhatian dan membutuhkan banayk
merangsang pikiran jika situasi dapat keterampilan dan bimbingan
didramatisir dengan efektif dari petugas lapangan

Media/Saluran Kemampuan Utama Kekurangan Utama


Kunjungan kerumah - Dapat memberikan informasi secara - Hanya dapat digunakan
mendetil oleh yang melek huruf
- Mudah menyajikan data teknis dalam teks
- Sukar mencapai masyarakat
yang didisain jelas terpencil. Bisa dirasakan
- Topik-topik penting dapat dimuat secara mahal oleh keluarga miskin
bersambung - Menurut keterampilan
- Dapat menarik perhatian khalayak dengan khusus dalam menulis dan
menempatkannya di halaman tertentu menyunting
- Berpengaruh dalam menciptakan - Seperti media massa lain,
kesadaran publik dan menggerakan opini komunikasinya searah
publik
- Bahan yang dimuat dapat dijadikan
referensi kelak
- Dapat menunjang apa yang disiarkan
lewat radio atau televisi
Media/Saluran Kemampuan Utama Kekurangan Utama
Film - Memikat perhatian dengan baik - Biayanya mahal
- Menjangkau khalayak dalam jumlah- Di beberapa tempat hanya dapat
besar menjangkau kelompok teretentu
- Dapat menunjang apa yang disiarkan
- Pendistribusiannya mungkin
lewat radio atau televisi menimbulkan masalah
- Dapat menggangu sebagai latar
untuk pesan-pesan yang bersifat
edukasional

Media/Saluran Kemampuan Utama Kekurangan Utama


Teater Rakyat - Mempunyai relevansi budaya - Pesan dapat kehilangan kendali
- Di beberapa negara, tersedia dengan- Formatnya dapat menggangu
mudah dan murah pesan yang akan disampaikan
- Bagi unsur-unsur tradisional suatu
masyarakat, sering mempunyai
kredibilitas yang lebih daripada media
modern

Media/Saluran Kemampuan Utama Kekurangan Utama


Brosur, leaflet dan poster
- Bagus untuk menyajikan isu dan - Biayanya mahal.
informasi teknis secara mendalam - Hanya efektif jika didisain dan
- Dapat meliput lebih dari satu topik diproduksi dengan baik
- Menjadi referensi yang mudah - Menuntut keterampilan khusus
- Dapat ditujukan khusus untuk mendisain, menyunting dan
khalayak tertentu memproduksi
- Dapat berilustrasi dan menarik
perhatian
- Dapat menunjang media lain untuk
keperluan pendidikan

Media/Saluran Kemampuan Utama Kekurangn Utama


Televisi - Kebaruannya menarik perhatian dan- Biaya operasionalnya mahal
bisa menjadi pemikat utama untuk - Pemilikan pesawatnya belum
masyarakat terutama di desa benar-benar merata
- Dapat digunakan untuk menjelaskan- Lebih lazim untuk tujuan
pesan-pesan yang rumit hiburan dan politik daripada
- Dapat diulang penggunaanya untuk keperluan pendidikan dan
- Cocok untuk penyajian dari kombinasi pembangunan
berbagai isyu - Khalayak tidak berpartisipasi
- Sesuai untuk motivasi dengan (beda dengan pertemuan
memanfaatkan seni dan musik rakyat langsung)
- Cocok untuk khalayak yang belum - Menuntut persiapan yang lebih
melek huruf dalam perencanaan, persiapan
dan keterampilan teknis, kreatif
daripada media lain.

Merencanakan Kombinasi Berbagai Media


Di atas telah dibahas karakteristik masing-masing medium. Di situ tampak bahwa setiap medium
mempunyai kekuatan dan kelemahan. Karena itu dalam memilih untuk menggunakan medium
tertentu hendaklah didasarkan kepada tujuan atau hasil apa yang diharapkan, kemudian
kecocokannya dengan karakteristik medium yang dimaksud.
Untuk suatu program komunikasi, tidak selalu yang dipilih hanya satu medium saja. Tergantung
kepada objectives dari program komunikasi yang kita rencanakan, maka bisa saja yang kita pilih
adalah kombinasi dari berbagai medium. Hal itu merupakan pilihan yang tepat selam kita tahu
persis apa yang diharapkan dari masing-masing medium yang dipilih. Inilah yang disebut
sebagai pendekatan multi-media yang sekarang memang populer digunakan.
Dalam proyek Media Massa dan Praktek Kesehatan yang dilaksanakan di Gambia dan Honduras
telah digunakan tiga macam saluran komunikasi, yaitu radio, media cetak, dan saluran antar-
pribadi. Ketiga saluran ini mempunyai fungsinya masing-masing.
- Radio digunakan untuk
1) meyediakan liputan yang luas bagi keterampilan kunci yang baru (penggunaan oralit).
2) mengingatkan masyarakat secara teratur mengenai cara mencampur, melaksanakan pemakaian
oralit, dan memberi makan anak.
- Media cetakan (poster, brosur dan pamflet) digunakan untuk memberikan pengajaran yang lebih
mendetil, sehingga selalu tersedia setiap waktu pada saat para ibu ingin tahu bagaimana cara
mencampur oralit, memberikannya dan bagaimana memantau kemajuan kesehatan anaknya
secara menyeluruh.
- Saluran antar-pribadi antara para dokter dan petugas kesehatan memberikan kredibilitas terhadap
teknologi kesehatan yang baru dan membentuk sistem distribusi utama untuk paket-paket oralit
di kedua lokasi.

Dalam bentuk model, kombinasi antar media dapat digambarkan sebagai berikut:
ASUMSI FUNGSI/PESAN HASIL YANG DIHARAPKAN
RADIO LIPUTAN Para ibu tahu tentang oralit
Radio tersedia luas dan - Menganjurakan konsep
didengarkan secara teratur dehidrasi (sadar akan Ibu-ibu menggunakan oralit
keseriusan)
- Memberi tahukan dimana Mencampur dengan benar
tersedia oralit
- Mengajarkan cara mencampur Memberikan kepada anak seliter
penuh

TEMPAT WAKTU
CETAKAN Selalu tersedia untuk Setelah itu berusaha mencari
Media cetakan dapat dibaca mengingatkan: pertolongan selanjutnya
oleh seseorang di tiap rumah- Cara mencampur
tangga - Tanda-tanda dehidrasi
- Pemberian Asi
- Makanan lunak

KREDIBILITAS Mengurangi kasus yang parah


ANTAR PRIBADI - Merawat dengan menggunakan
Petugas kesehatan memang oralit Mengurangi jumlah kematian
dihormati tapi jumlahnya tidak
- Mengajarkan cara mencampur
cukup untuk jalur dstribusi oralit
- Mendistribusikan pakai oralit

Prinsip-prinsip memilih ramuan media


Anda pernah melihat meramu sesuatu? Entah itu obat atau jamu, yang pasti dalam membuat
ramuan tidak boleh sembarangan . Tiap unsur ramuan harus jelas fungsi dan gunanya. Jika tidak,
maka ramuan tadi tidak akan ampuh. Dalam meramu apa saja, jika salah ramu, bisa berakibat
fatal. Begitu pula dalam menyusun bauran media (media mix).
Suatu bauran media merupakan kombinasi dari berbagai media atau saluran komunikasi yang
banyak jenis dan bentuknya. Sesuai dengan keperluan dan tujuan yang akan dicapai, maka anda
harus menentukan media apa yang akan digunakan untuk program komunikasi yang anda
rencanakan. Sekedar banyak media saja, bukan jaminan bahwa program komunikasi anda akan
semakin efektif. Bisa-bisa malah jadi bumerang jika tidak cermat dan hati-hati.

Sebagai pegangan umum dalam menyusun bauran media dapat anda gunakan prinsip berikut ini:
1. Gunakan suatu medium untuk satu atau keperluan tertentu.
2. Pilih semua medium yang memiliki karakteristik unik atau kelebihan tertentu yang berguna
untuk mencapai tujuan tertentu.
3. Pilih sebuah medium yang khalayak telah akrab dan mempunyai akses.
4. Gunakan suatu medium yang mudah mengakomodir pesan-pesan yang melokal jika perlu.
5. Pilih medium yang dukungan operasionalnya tersedia setempat dan bahannya dapat
dikembangkan dan diproduksi setempat.
6. Gunakan suatu kombinasi media yang dapat saling mlengkapi dan mantapkan satu sama lain
namun mempunyai kekuatan fungsional utama atau titik berat yang berbeda.

Pengalaman di lapangan serta studi-studi riset empiris mengenai efek media komunikasi
menunjukkan bahwa penggunaan saluran multiple media yang mencakup suatu kombinasi
saluran-saluran massa, kelompok, dan interpersonal bila dipilih dengna tepat dan dimanfaatkan,
biasanya lebih cost-effective daripada menggunakan sesuatu medium komunikasi secara tunggal.
Suatu aspek penting dalam menerapkan pendekatan multi media adalah seleksi yang tepat dari
saluran-saluran yang tersedia guna menghindarkan penggunaan media yang redundan atau
tumpang tindih dan mengoptimalkan level dukungan multi media yang dibutuhkan. Jadi, suatu
pendekatan multi-media tidka berarti bahwa segala saluran komunikasi yang tersedia harus
digunakan.
Pedoman umum dalam melakukan seleksi media haruslah didasarkan pada strategi atau
objectives yang spesifik, tingakt KAP khalayak, dan sebagainya.
Sebagai contoh, derajat penekanan dalam memanfaatkan saluran komunikasi massa, antarpribadi
atau kelompok tergantung pad level KAP khalayak dan strategi komunikasi. Alat penting lain
untuk memudahkan pemanfaatan bauran media yang tepat adalah pemanfaatan hasil analisis
khalayak, khususnya kebiasaan pencarian informasi (information-seeking habit), sumber
informasi yang disukai, akses atau pemilikan media, pola konsumsi atau penggunaan media,
interaksi jaringan komunikasi dan perilaku komunikasi kelompok.
Rasional dibalik penggunaan suatu pendekatan multi-media adalah bahwa suatu sistem
komunikasi yang padu, terkoordinir dan mengokohkan (reinforcing) akan mampu menampung
problem dan kebutuhan informasi tertentu yang beragam dari khalayak. Disamping itu karena
tidak ada satu media yang efektif untuk segala keperluan komunikasi atau semua jenis khalayak,
maka suatu pendekatan multimedia dianggap sebagai alternatif yang layak. Alasan lain
menerapkan pendekatan multi media adalah kebutuhan untuk membuat sistem komunikasi lebih
efisien, mengingat objectives program komunikasi yang beragam.
Suatu prinsip yang berlaku dalam pemilihan media adalah bahwa tiada satupun media yang
benar-beanr unggul untuk segala keperluan dan untuk mencapai segala jenis khalayak. Oleh
karena itu kecendrungan sekarang adalah orang memilih suatu bauran multi-media (multi-media
mix).

Contoh 1
Bauran multi-media untuk kampanye pemberantasan tikus di Bangladesh tahun 1983
Poster Motivasional Poster Instruksional
Lembaran komik Majalah
Sayembara esei Buletin penyuluhan
Leaflet Radio
Pelatihan Televisi

Masing-masing media yang telah dipih sebagai komponen dari bauran media kampanye
pemberantasan tikus di Bangladesh ini mempunyai fungsi dan peran yang spesifik. Sasaran,
fungsi berikut alas an penggunaan setiap medium itu adalah sebagai berikut:
- Poster motivasional didisain dengan sasaran untuk khalayak petani gandum dan didistribusikan
melalui petugas penyuluh pertanian dan perlindungan tanaman. Poster ini akan dipasang di
tempat-tempat umum seperti kedai penjual pestisida dan bibit, warung kopi, halte bus, kantor
pemerintah, dan mesjid. Alasannya bahwa di tempat-tempat tersebut para petani sering
berkumpul.
- Lembaran komik dengan tema pemberantasan tikus ditargetkan untuk siswa sekolah lanjutan
pertama, dan didistribusikan melalui para guru. Anak sekolah ini diharapkan berperan sebagai
penengah dan akan membawa komik tersebut pulang ke rumah masing-masing serta
menunjukkan kepada orang tua mereka. Hal itu dimaksudkan untuk mendorong terjadinya
perbincangan keluarga tentang problem tikus dan pemberantasnya.
- Sayembara esei dimaksudkan sebagai alat untuk menggugah terjadinya diskusi antara para petani
dengan anak-anak mereka yang bersekolah di SLTP. Para guru mendorong murid mereka untuk
turut dalam sayembara ini. Ide dibalik sayembara ini adalah untuk melibatkan para orang tua
dalam diskusi dengan anak mereka yang mengikuti sayembara tentang keseriusan masalah tikus.
Topik esei dirancang begitu rupa agar si anak lebih dulu berkonsultasi dengan orang tuanya
sebelum mulai ataupun ketika sedang menulis. Judul-judul yang dapat dipilih adalah:
Pengalaman pahit keluargaku menghadapi tikus; Bagaimana orang tua saya memerangi tikus
dan Pandangan orangtua dan kerabat saya mengenai masalah tikus.
- Leaflet. Agar dapat melaksanakan tugasnya dengan efektif, para petugas penyuluh lapangan dan
perlindungan tanaman harus dibekali secara memadai tentang program pemberantasan tikus dan
teknik serta metode pemberantasan yang direkomendasikan. Informasi penting mengenai teknik
dan metode tertentu disiarkan dalam leaflet untuik dibagikan kepada para petugas tersebut.
Leaflet ini juga disebarkan oleh penjual pestisida kepada para langganannya.
- Pelatihan. Pelatihan khusus mengenai metode pemberantasan tikus diperlukan untuk menjaga
keefektifan petugas penyuluh dan perlindungan tanaman dalam membantu khalayak, sarana
dalam mempraktekkan teknik pemberantasan tikus. Sebelum kampanye seluruh petugas
penyuluhan dan perlindungan tanaman diberi pelatihan selama empat hari tentang biologi dan
metode pemberantasan tikus.
Kemudian sehari sebelum diluncurkannya kampanye, kepada seluruh staf
diberikan briefing setengah hari guna menjelaskan tujuan dan manajemen kampanye serta
mengkaji teknik pemberantasan tikus. Pada pertemuan briefing tersebut kepada seluruh petugas
kampanye dibagikan bahan-bahan kampanye seperti leaflet, komik dan poster untik digunakan
sendiri serta sebagai rujukan nantinya.
- Poster intruksional. Suatu poster berisi informasi spesifik dan mendetil tentan gberbagai metode
pemberantasan tikus didisain untuk para petugas penyuluh dan perlindungan tanaman. Poster ini
dipakai oleh para petugas sebagai alat visual selama diskusi atau pertemuan dengan para petani.
Poster ini juga dibagikan kepada para penjual pestisida untuk ditempel di kedai mereka atau
digunakan dalam berbincang dengan para pelanggan.
- Buletin penyuluhan. Maksud pemanfaatan bulletin penyuluhan ini juga sama dengan majalah
Krishi Khata, kecuali bahwa jenis informasi yang dimuat di bulletin seyogianya diorientasikan
untuk pemberitaan aktivitas kampanye tahun 1983. Jadi lebih bersifat sebagai pendorong moral
para penyuluh dan public relations atau publisitas.
- Radio. Program radio yang diproduksi khusus dalam bentuk jingle, drama, spot, lagu dan
sebagainya ditujukan khusus kepada para penyuluh dan petugas perlindungan tanaman sekaligus
para petani gandum. Strategi yang digunakan dalam menggunakan radio adalah dipusatkan pada
program radio yang singkat (sebagian besar kurang dari lima menit) dengan musik yang menarik
dan memikat ketimbang program sepanjang 20 30 menit yang biasa disiarkan oleh Radio
Bangladesh.
- Televisi. Suatu program slide singkat juga disiarkan melalui TV. Tujuan penyiaran ini untuk
menjangkau para pejabat tinggi, pemuka masyarakat dan pemimpin setempat guna memperoleh
dukungan atau persetujuan mereka bagi kampanye. Digunakannya program slide ini jauh lebih
mudah, murah, cepat diproduksi dari pada film atau program video.
copy from juharis muba andreas ginting blog.
Diposkan oleh andrewsbgumay di 10.16
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: TASK's
2 komentar:

1.

Zhetha Edt5 Mei 2012 06.24

WOW... MANTAP CUY... AMPAI KETIDURAN BACANYA...


Balas

2.

syaiful mukmin6 Oktober 2013 05.47

Lengkap Sekali

Anda mungkin juga menyukai