Anda di halaman 1dari 49

RESUME MATERI MATA KULIAH

AUDITING I

Disusun Oleh :
EVI MAYA SAFITRI
43214110072
Fakultas Ekonomi & Bisnis
Jurusan Akuntansi

Dosen :
BAPAK INDRAGUNA KUSUMABRATA, SE Ak, MM
Auditing I
Universitas Mercu Buana Menteng
2016
KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam saya sampaikan kehadiran Tuhan Yang Maha Pemurah, karena berkat

kemurahanNya resume ini dapat menyelesaikan sebuah tugas dari Ka Prodi Akuntansi Universitas

Mercu Buana yang diberikan oleh Bapak Dr. Harnovinsah,SE.,Ak.,M.Si.

Pembuatan resume ini bertujuan untuk menjalankan kewajiban yang diberikan Ka Prodi dan

sebagai bukti bahwa mahasiswa telah mempelajari dan mengerti setiap materi per bab yang telah diajarkan

oleh dosen mata kuliah Auditing I yaitu Bapak Indraguna Kusumabrata, SE.,Ak.,MM

Adapun sumber-sumber dalam pembuatan resume ini, didapatkan dari berbagai macam buku,

modul dosen dan juga melalui media internet. Saya sebagai penyusun resume ini, sangat berterima kasih

kepada penyedia sumber walau tidak dapat secara langsung untuk mengucapkannya. Dan tak lupa juga

mengucapkan terimakasih kepada Dosen mata kuliah Auditing I, Bapak Indraguna Kusumabrata,

SE.Ak.MM yang senantiasa dengan sabar dalam proses belajar mengajar.

Semoga resume ini bisa memenuhi kewajiban mahasiswa di akhir proses belajar yang dan bisa

memberikan informasi kepada Ka Prodi.

Jakarta, 19 Desember 2016

Penulis

ii | P a g e
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................................................................................ ii

Daftar Isi................................................................................................................. iii-iv

BAB I PENGERTIAN AUDITING & JASA ASURANS (1)

Pengertian Auditing & Jasa Asurans (1) ............................................................. 1-4

BAB II BUKTI AUDIT

Pengertian Bukti Audit........................................................................................ 5-6

BAB III LAPORAN AUDIT

Laporan Audit ................................................................................................... 7-10

BAB IV KEWAJIBAN HUKUM AUDITOR

Kewajiban Hukum Auditor ............................................................................. 11-15

BAB V ETIKA ATURAN ETIKA

Etika Aturan Etika ........................................................................................... 16-19

BAB VI TANGGUNG JAWAB DAN TUJUAN AUDIT

Tanggung Jawab dan Tujuan Audit ................................................................ 20-23

BAB IX PERENCAAN AUDIT (1/2)

Perencanaan Audit (1/2).................................................................................. 24-28

BAB X PERENCAAN AUDIT (2/2)

Perencanaan Audit (2/2).................................................................................. 29-31

BAB XI MATERIALITAS RESIKO AUDIT

MAterialitas Resiko Auidit ............................................................................. 22-34

BAB XII KOMPONEN PENGENDALIAN INTERNAL

Komponen Pengendalian Internal ................................................................... 35-37

BAB XIII RISIKO KECURANGAN

Risiko Kecurangan .......................................................................................... 38-39

iii | P a g e
BAB XIV DAMPAK TI DALAM AUDIT

Dampak TI dalam Audit ................................................................................. 40-41

BAB XV RENCANA AUDIT KESELURUHAN DAN PROGRAM AUDIT

Rencana Audit Keseluruhan dan Program Audit ............................................ 42-44

Daftar Pustaka ............................................................................................................. v

iv | P a g e
BAB I
PENGERTIAN AUDITING & JASA ASURANS

Perbedaan antara audit dan akuntansi


Akuntansi adalah pencatatan, pengklasifikasian, dan pengikhtisiran dan peristiwa-
peristiwa ekonomi dengan cara yang logis yang bertujuan menyediakan informasi
keuangan untuk mengambil keputusan.
Audit adalah Proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti yang
berkaitan dengan pernyataan (asersi) tentang tindakan dan kejadian ekonomi, untuk
menentukan tingkat kesesuaian pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang
telah ditetapkan, dan menyampaikan hasilnya kepada pihak yang berkepentingan
(pengguna).
Manfaat Audit dari aspek Ekonomi
Meningkatkan kredibilitas perusahaan.
Meningkatkan efisiensi dan kejujuran.
Meningkatkan efisiensi operasional perusahaan.
Mendorong efisiensi pasar modal.

Risiko Informasi mencerminkan kemungkinan tidak akuratnya Informasi yang dihasilkan


suatu perusahaan yang digunakan dalam pengambilan keputusan. Auditing dapat
memberikan dampak yang signifikan terhadap information risk karena auditor melakukan
pemeriksaan secara kompeten dan independen.
Jasa Akuntan Publik:
Akuntan Publik memberikan jasa assurans dan jasa lainnya.
1. Jasa Assurans
Perikatan jasa assurans berarti suatu perikatan yang di dalamnya seorang praktisi
menyatakan suatu kesimpulan yang dirancang untuk meningkatkan derajat
kepercayaan pemakai yang dituju (selain pihak yang bertanggung jawab) terhadap hasil
pengevaluasian atau pengukuran atas hal pokok dibandingkan dengan kriteria.
Jasa Asurans meliputi:
a. Jasa audit atas informasi keuangan historis
b. Jasa reviu atas informasi keuangan historis
c. Jasa asurans lainnya
Merupakan perikatan assurans selain jasa audit atau reviu atas informasi keuangan
historis, meliputi antara lain: perikatan assurans untuk melakukan evaluasi atas
kepatuhan terhadap peraturan, evaluasi atas efektivitas pengendalian internal,

1|Page
pemeriksaan atas informasi keuangan prospektif, dan penerbitan comfort letter
untuk penawaran umum.
2. Jasa Lainnya Jasa Lainnya meliputi: jasa yang berkaitan dengan akuntansi, keuangan,
dan manajemen antara lain adalah jasa audit kinerja, jasa internal audit, jasa
perpajakan, jasa prosedur yang disepakati atas informasi keuangan, dan jasa sistem
teknologi informasi.
Contoh lainnya, meliputi:
Perikatan yang dicakup dalam Standar Jasa Terkait (SJT), seperti perikatan prosedur
yang disepakati dan perikatan kompilasi atas informasi keuangan atau informasi
lainnya.

Unsur-unsur suatu perikatan Assurans meliputi, antara lain:


1. Hubungan tiga pihak yang melibatkan praktisi, pihak yang bertanggung jawab, dan
pemakai yang dituju;
2. Suatu hal pokok yang semestinya;
3. Kriteria yang sesuai;
4. Bukti yang cukup dan tepat;
5. Suatu laporan assurans dalam bentuk yang sesuai dengan perikatan yang
memberikan keyakinan memadai atau perikatan yang memberikan keyakinan
terbatas.

Jenis-Jenis Audit
Akuntan publik melakukan tiga jenis utama aktivitas audit meliputi antara lain:
1. Audit Operasional
2. Audit Ketaatan
3. Audit Laporan Keuangan

Audit Operasional:
Audit operasional mengevaluasi efisiensi dan efektivitas setiap bagian dari prosedur dan
metode operasi organisasi. Dalam audit operasional, reviu atau penelahaan yang dilakukan
tidak terbatas pada akuntansi, tetapi dapat mencakup evaluasi atas struktur organisasi,
operasi komputer, metode produksi, pemasaran, dan semua bidang lain di mana auditor
menguasainya.
Audit Ketaatan
Audit ketaatan dilaksanaan untuk menentukan apakah pihak yang diaudit telah mengikuti
prosedur, aturan, atau ketentuan tertentu yang ditetapkan oleh otoritas yang lebih tinggi.
Audit Laporan Keuangan

2|Page
Audit laporan keuangan dilakukan untuk menentukan apakah laporan keuangan telah
dinyatakan sesuai dengan kriteria tertentu.
Dalam menentukan apakah laporan keuangan telah dinyatakan secara wajar sesuai
dengan standar akuntansi yang berlaku umum, auditor mengumpulkan bukti untuk
menetapkan apakah laporan keuangan itu mengandung kesalahan yang material.
Jenis-Jenis Auditor:
Jenis auditor yang paling umum adalah Kantor Akuntan Publik, auditor badan akuntabilitas
pemerintah, auditor pajak, dan auditor internal.

Akuntan Publik :
auditor yang memiliki ijin melaksanakan audit financial statement

Auditor Internal Pemerintah :
auditor yang bekerja untuk pemerintah, mengaudit lembaga pemerintah

Audtitor Badan Pemeriksa Keuangan :
auditor yang bekerja untuk Badan Pemeriksa Keuangan

Auditor Pajak :
mengevaluasi ketaataan pembayar pajak terhadap peraturan pajak

Auditor Internal :
auditor yang menjadi karyawan diperusahaan yang mereka audit

Profesi Akuntan Publik


Kegiatan Kantor Akuntan Publik (KAP)
KAP menyediakan jasa audit sertga jasa atestasi dan assurance lainnya. Jasa-jasa
tambahan yang dapat diberikan KAP meliputi jasa akuntansi dan pembukuan, jasa
perpajakan, serta jasa konsultasi manajemen. Selain itu juga perencanaan keuangan,
penilaian usaha, akuntansi forensik, audit internal (outsourcing), serta jasa penasihat
teknologi informasi.

Struktur Kantor Akuntan Publik


Tiga faktor utama yang mempengaruhi struktur organisasi KAP sebagai berikut:
1. Kebutuhan akan independensi dari klien. Independensi memungkinkan auditor tetap
tidak bias dalam menarik kesimpulan tentang laporan keuangan.
2. Pentingnya struktur untuk memicu kompetensi. Kompetensi memungkinkan auditor
melaksanakan audit dan melakukan jasa-jasa lain secara efesien dan efektif.
3. Meningkatnya risiko tuntutan hukum yang dihadapi auditor. KAP mengalami
peningkatan biaya yang berkaitan dengan tuntutan hukum.

3|Page
Standar Auditing yang Berlaku Umum
Standar auditing merupakan pedoman umum untuk membantu auditor memenuhi tanggung
jawab profesionalnya dalam audit atas laporan keuangan historis.

Pengendalian Mutu/Quality Control


Pengendalian mutu adalah prosedur yang digunakan KAP untuk membantu mentaati
standar secara konsisten dalam setiap kontrak kerja yang mengikatnya.

4|Page
BAB II
BUKTI AUDIT

Bukti audit : informasi yang digunakan oleh auditor untuk menentukan apakah informasi
yang diaudit telah sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.
Berbagai Keputusan Bukti Audit
Keputusan Bukti Audit : keputusan untuk menentukan jenis dan jumlah bukti audit
1. Prosedur audit apakah yang akan digunakan
2. Ukuran sampel sebesar apakah yang akan dipilih untuk prosedur tertentu
3. Item manakah yang akan dipilih dari populasi
4. Kapankah berbagai prosedur itu akan dilakukan

Persuasivitas Bukti Audit


1. Kecukupan
2. Efek gabungan
3. Terdapat hubungan langsung antara keempat bukti audit dan dua kualitas yang
menentukan persuasivitas bukti audit
4. Persuasivitas dan Biaya

Jenis Bukti Audit


Untuk memutuskan prosedur audit yang akan digunakan dapat memilih dari ketujuh jenis
bukti
1. Pengujian fisik (physical examination)
Inspeksi atau perhitungan yang dilakukan oleh auditor atas aktiva yang berwujud
(tangible asset)
Pengujian fisik, yang secara langsung berarti verifikasi atas aktiva yang benar-benar
ada (tujuan keberadaan), dianggap sebagai salah satu jenis bukti audit yang paling
terpercaya dan berguna
Bukan merupakan bukti yang cukup untuk memverifikasi bahwa aktiva yang ada
memang dimiliki oleh klien (tujuan hak dan kewajiban)
Auditor tidak memiliki kualifikasi untuk menimbang berbagai faktor kualitatif, seperti
keusangan atau keaslian aktiva (tujuan nilai terealisasi)
Penilaian yang tepat bagi berbagai tujuan dalam penyajian laporan keuangan
umumnya tidak dapat ditentukan oleh pengujian fisik (tujuan akurasi)
2. Konfirmasi (confirmation) (lihat Tabel 7-3)

5|Page
Penerimaan tanggapan tertulis maupun lisan dari pihak ketiga yang independen yang
memverifikasi keakuratan informasi sebagaimana yang diminta oleh auditor
Permintaan ditujukan bagi klien, klien meminta pihak ketiga yang independen
memberikan tanggapannya secara langsung kepada auditor
SAS 67 (AU 330) :
Konfirmasi Positif : Meminta penerima untuk merespon dalam semua keadaan :
Meminta penerimanya untuk memberikan informasi (formulir kosong/blank form)
Informasi dan permintaan responden untuk menunjukkan apakah ia setuju dengan informasi
itu (sering digunakan, namun kurang diandalkan)
Konfirmasi Negatif : penerima diminta untuk merespon hanya saat informasi tidak benar
(kurang kompeten daripada konfirmasi positif)

3. Dokumentasi (documentation) : Pengujian auditor atas berbagai dokumen dan catatan


klien untuk mendukung informasi yang tersaji atau seharusnya tersaji dalam laporan
keuangan
1. Dokumen internal
2. Dokumen eksternal
3. Digunakan sebagai alat pendukung pencatatan transaksi/nilai transaksi : Vouching
(penelusuran)
4. Dalam bentuk formulir elektronik : Electronic Data Interchange (EDI)

4. Prosedur analitis (analytical procedures) : Menggunakan berbagai perbandingan dan


hubungan untuk menilai apakah saldi akun atau data lainnya nampak wajar

5. Wawancara kepada klien (inquiries of the client) : Upaya untuk memperoleh informasi
baik secara lisan maupun tertulis dari klien sebagai tanggapannya atas berbagai
pertanyaan yang diajukan oleh auditor

6. Hitung uji (reperformance) : Melibatkan pengujian kembali berbagai perhitungan dan


transfer informasi yang dibuat oleh klien pada suatu periode yang berada dalam periode
audit pada sejumlah sampel yang diambil auditor

7. Observasi (observation)
Penggunaan panca indera untuk menilai aktivitas tertentu
Bukti audit ini jarang dipenuhi, karena terdapat suatu resiko bahwa para karyawan
klien yang terlibat dalam aktivitas itu telah menyadari kehadiran sang auditor

6|Page
BAB III
LAPORAN AUDIT
Standar pelaporan keempat berbunyi sebagai berikut:
Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat atas laporan keuangan secara
keseluruhan atau memuat suatu asersi, bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan.
Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus
dikemukakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan
auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang
dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.
Tujuan standar pelaporan keempat tersebut adalah untuk mencegah agar tidak terjadi
penafsiran yang keliru mengenai tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor, apabila
namanya dikaitkan dengan laporan keuangan.
Laporan Auditor Bentuk Baku
Laporan auditor bentuk bentuk baku memuat suatu pernyataan bahwa laporan keuangan
menyajikan secara wajar; dalam semua hal yang material, posisi keuangan suatu entitas,
hasil usaha, dan arus kas sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
Unsur pokok laporan auditor bentuk baku adalah sebagai berikut:
Suatu judul yang memuat kata independen
Suatu pernyataan bahwa laporan keuangan yang disebutkan dalam laporan auditor telah
diaudit oleh auditor.
Suatu pernyataan bahwa laporan keuangan adalah tanggung jawab manajemen
perusahaan dan tanggung jawab auditor terletak pada pernyataan pendapat atas
laporan keuangan berdasarkan atas auditnya.
Suatu pernyataan bahwa audit dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang
ditetapkan Institut Akuntan Publik Indonesia.
Suatu pernyataan bahwa standar auditing tersebut mengaharuskan auditor
merencanakan dan melaksanakan auditnya agar memperoleh kayakinan memadai
bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material.
Suatu pernyataan bahwa audit meliputi:
Pemeriksaan (examination), atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung
jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan.
Penentuan prinsip akunansi yang digunakan dan estimasi-estimasi signifikan yang
dibuat manajemen.
Penilaian penyajian laporan keuangan secara keseluruhan.
Suatu pernyataan bahwa auditor yakin bahwa audit yang dilaksanakan memberikan
dasar memadai untuk memberikan pendapat.

7|Page
Suatu pendapat mengenai apakah laporan keuangan menyajian secara wajar, dalam
semua hal yang material, posisi keuangan perusahaan pada tanggal lapaoran posisi
keuangan dan hasil usaha dan arus kas untuk periode yang berakhir pada tanggal
tersebut sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
Tanda tangan, nama rekan, nomor izin akuntan public, nomor izin usaha kantor akuntan
public.
Tanggal laporan auditor.

Beberapa tipe pendapat yang dinyatakan auditor dalam setiap keadaan adalah sebagai
berikut:
1. Pendapat wajar tanpa pengecualian
Pendapatwajar tanpa pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan
secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keaungan, hasil usaha, dan arus
kas entitas tertentu sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
2. Bahasa penjelasan ditambahkan dalam laporan auditor bentuk baku
Keadaan tertentu mungkin mengharuskan auditor menambahkan suatu paragraf
penjelasan (atau bahasa penjelasan yang lain) dalam laporan auditnya.
3. Pendapat wajar dengan pengecualian
Pendapat wajar dengan pengecualian, menyatakan bahwa laporan keuangan
menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil
usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan standar akuntansi keuangan di
Indonesia, kecuali untuk dampak hal-hal yang berhubungan dengan yang dikecualikan.
4. Pendapat tidak wajar
Pendapat tidak wajar menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara
wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan
standar akuntansi akuntansi keuangan di Indonesia.
5. Pernyataan tidak memberikan pendapat
Pernyataan tidak memberikan pendapat menyatakan bahwa auditor tidak menyatakan
pendapat atas laporan keuangan.

Penyimpangan dari Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian


Pendapat wajar dengan pengecualian
Pembatasan lingkup audit
Penyimpangan dari standar akuntansi keuangan di Indonesia

Pendapat Tidak Wajar

8|Page
Suatu pendapat tidak wajar menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara
wajar poisisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas sesuai dengan SAK di Indonesia.
Pernyataan Tidak Memberikan Pendapat
Suatu pernyataan tidak memberikan pendapat menyatakan bahwa auditor tidak menyatakan
pendapat atas laporan keuangan. Auditor dapat tidak menyatakan suatu pendapat bilamana
ia tidak dapat merumuskan atau tidak merumuskan suatu pendapat tentang kewajaran
laporan keuangan sesuai dengan SAK.

MATERIALITAS
Materialitas pada akuntansi dan pelaporan audit adalah suatu salah saji dalam laporan
keuangan, bila diketahui salah saji ini akan mempengaruhi pengambilan keputusan dari
pengguna laporan yang rasional.
TINGKAT MATERIALITAS
Dalam menerapkan definisi tersebut, terdapat tiga tingkatan materialitas yang digunakan
untuk menentukan jenis opini yang diterbitkan.
Jumlahnya Tidak Material Jika salah saji dalam laporan keuangan muncul , tetapi
tampaknya tidak akan memengaruhi keputusan pengguna informasi yang rasional, maka
salah saji tersebut dianggap tidak material.
Jumlahnya Material Tetapi Tidak Menutupi Laporan Keuangan Secara Keseluruhan
Tingkatan materialitas yang kedua muncul bila salah saji yang terjadi dalam laporan
keuangan memengaruhi keputusan pengguna, tetapi laporan keuangan secara keseluruhan
tetap dinyatakan dengan wajar dan masih berguna.
Jumlahnya Sangat Material Sehingga Kewajaran Penyajian Laporan Keuangan
Diragukan
Materialitas tingkat tertinggi muncul bila pengguna informasi cenderung akan membuat
keputusan yang salah jika mereka mengandalkan laporan keuangan secara keseluruhan.

PEMBATASAN RUANG LINGKUP AUDITOR


1. Laporan Yang Tidak Sesuai Dengan GAAP
2. Laporan yang Sesuai dengan Peraturan 203
PROSES KEPUTUSAN AUDITOR UNTUK LAPORAN AUDIT
1. Menentukan apakah terdapat kondisi yang memerlukan penyimpangan dari laporan
audit bentuk baku
2. Menentukan tingkat materialitas tiap-tiap kondisi
3. Memutuskan jenis laporan audit yang tepat bagi kondisi tertentu, pada tingkat
materialitas tertentu
4. Menulis laporan audit

9|Page
Kondisi yang membutuhkan penyimpangan atau modifikasi
Auditor tidak independen serta ia mengetahui bahwa perusahaan tidak menyajikan
laporan keuangan yang sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum
Terdapat suatu pembatasan ruang lingkup audit serta terdapat keragu-raguan akan
kemampuan perusahaan untuk bertahan hidup dan informasi mengenai penyebab
ketidakpastian ini tidak diungkapkan secara memadai pada catatan atas laporan
keuangannya.
Terdapat suatu penyimpangan terhadap GAAP dalam penyusunan laporan keuangan
perusahaan, serta telah diterakannya suatu prinsip akuntansi dimana penerapannya
tidak konsisten dengan penerapan prinsip akuntansi pada tahun sebelumnya.

10 | P a g e
BAB IV
KEWAJIBAN HUKUM AUDITOR

Kewajiban Hukum
Sumber Utama Timbulnya Kewajiban Hukum
1. Klien. Contoh: klien menuntut auditor karena tidak dapat menemukan penyimpangan
oleh karyawannya.
2. Pihak ketiga. Contoh: bank menuntut auditor karena menggunakan laporan
keuangan yang telah diaudit dalam memberikan kredit yang ternyata kemudian
bermasalah.
3. Pemegang saham. Contoh: sekelompok pemegang saham menuntut auditor karena
memberikan opini unqualified bagi sebuah perusahaan yang bangkrut.
4. Criminal liability. Contoh: pemerintah (jaksa) dapat menuntut auditor yang ternyata
mengetahui adanya penyimpangan pajak dalam perusahaan.

Membedakan antara Failures dengan Audit Risk


Business failure (kesalahan bisnis): terjadi bila sebuah bisnis tidak dapat mengembalikan
pinjaman kepada kreditur atau tidak dapat memenuhi harapan pemegang saham akibat
kondisi ekonomi atau bisnis tertentu.
Audit failure (kesalahan audit): terjadi ketika auditor menyatakan opini audit yang salah
karena pelaksanaan audit tidak sesuai dengan standar auditing/GAAS.
Audit risk (risiko audit): merupakan risiko yang dihadapi auditor ketika menyatakan bahwa
sebuah laporan keuangan telah disajikan secara wajar tetapi ternyata laporan keungan
tersebut mengandung salah saji material (materially misstated).

Legal Concepts Affecting Liability


The Prudent Person Concept konsep hukum bahwa seseorang harus
melaksanakan keahlian dan kehati-hatiannya secara memadai dalam melaksanakan
kewajibannya terhadap orang lain.
Liability for the Act of Others para partner KAP memiliki tanggung jawab
atasfpekerjaan bawahan atau KAP lain yang mengerjakan sebagian pekerjaan audit.
Lack of Privileged Communication akuntan publik tidak mempunyai hak untuk
menahan informasi apabila diminta oleh pengadilan, dengan menyatakan informasi
tersebut rahasia.

11 | P a g e
Definisi Beberapa Istilah Hukum
Ordinary Niglegence (kelalaian biasa) ketiadaan kepedulian (reasonable care) dari
seseorang yang diharapkan dari seseorang dalam situasi tertentu.
Gross Niglegence (kelalaian besar) Tidak adanya sedikitpun kepedulian (lack of
event slight care), atau suatu tindakan sembrono dari seseorang yang diharapkan.
Constructive fraud (kecurangan konstruktif) adanya kesembronoan yang luar biasa,
meskipun tidak ada maksud untuk menipu atau merugikan. Terjadi bila auditor
mengetahui audit yang memadai belum tuntas, tatapi tetap mengeluarkan opini,
meskipun tidak ada maksud menipu pengguna laporan keuangan.
Fraud (kecurangan) terdapat misstatement, diketahui dan disengaja untuk menipu.

Lingkungan Hukum yang Berubah


Profesional audit mempunyai tanggungjawab dibawah hukum untukmemenuhi apa yang
telah dicantumkan didalam kontrak dengan klien dan bila ada kegagalan dan/atau
ketidakmampuan melaksanakan kontrak sehingga gagal menyajikan pelayanan yang baik
atau tidak memperhatikan keamanan. Dalam keadaan tertentu bertanggungjawab terhadap
pihak diluar klien (pihak ketiga).

Perbedaan antara Kesalahan Bisnis, Kesalahan Audit dan Resiko Audit


1. Kesalahan Usaha
Terjadi bila usaha tersebut tidak dapat mengembalikan kepada para peminjam atau
tidak dapat memenuhi harapan pemegang saham karena keadaan ekonomi atau
keadaaan usaha.
2. Kesalahan Audit
Terjadi ketika auditor mengeluarkan pendapat audit yang salah karena tidak
memenuhi syarat yang tercantum pada standar audit yang dapat diterima/PABU).
Opini audit yang dikeluarkan ternyata salah, karena akuntan publik/auditor tidak
memenuhi standar audit.
3. Risiko Audit
Memperlihatkan resiko yang dihadapi auditor yang menyatakan bahwa laporan
keuangan tersebut sudah benar sehingga pendapat auditor yang tidak bermutu
sudah diterbitkan, tetapi pada kenyataanya laporan tersebut ternyata tidak benar dan
tingkat materialitasnya tinggi, ialah kemungkinan bahwa auditor setelah
melaksanakan audityang memadai menyimpulkan bahwa laporan keuangan telah
dinyatakan secara wajar, sedangkan dalam kenyataannya mengandung salah saji
yang material.

12 | P a g e
Konsep Hukum yang Menyebabkan Kewajiban
Jika Akuntan Publik gagal dalam menjalankan tanggungjawabnya, klien dapat menuntut :
1. Konsep kehati-hatian (Prudent Person Concept) : Standar kehati-hatian dimana
auditor diharapkan dapat menyelesaikan tugasnya.
2. Kewajiban atas tindakan rekan lain : Jika seorang karyawan terbukti tidak tepat
dalam menjalankan audit, partner dianggap bertanggungjawab terhadap hasil
karyawan tsb.
3. Tidak ada komunikasi yang rahasia : Akuntan Publik tidak mempunyai hak menurut
hukum adat (common law) untuk menahan informasi dari pengadilan dengan
menyatakan bahwa informasi tsb. Rahasia.
Kewajiban terhadap Klien
1. Tanggungjawab auditor kepada klien dengan adanya klaim :
a. Kesalahan menyelesaikan kontrak karena tidak sesuai dengan tanggal yang
disepakati
b. Pembatalan proses audit yang tidak bertanggungjawab
c. Kegagalan menemukan kecurangan (pencurian harta perusahaan)
d. Melanggar syarat audit yang kerahasiaanya harus dijaga
2. Pembelaan auditor terhadap klien :
a. Tidak adanya kewajiban melaksanakan jasa pelayanan
b. Tidak ada kelalaian dalam pelaksanaan kerja
c. Kelalaian kontribusi
d. Ketiadaan hubungan timbal balik
Kewajiban terhadap Pihak Ketiga menurut Common Law (Hukum Adat)
1. Doktrin (kasus) Utramares
2. Pemakai yang dapat ditentukan sebelumnya
3. Merupakan anggota dari pemakai jasa yang dapat diandalkan oleh auditor dalam hal
laporan keuangan, contoh kasus : Credit Alliance dan Restatement od Torts
Pembelaan auditor terhadap tuntutan pihak ketiga
1. Tidak adanya kelalaian dalam penyelesaian pekerjaan (lebih disukai)
2. Kelalaian kontribusi (tidak berlaku)
3. Ketiadaan hubungan timbal balik (tidak adanya hubungan antara pemakai laporan
dengan laporan keuangan)
4. Keterbatasan tugas
Tanggapan Profesi terhadap Kewajiban Hukum
Cara mengurangi resiko terkena sangsi hukum
1. Mencari perlindungan dalam proses pengadilan

13 | P a g e
2. Meningkatkan kerja audit sehingga memenuhi permintaan pemakai dengan lebih
baik dan
3. Mendidik pemakai tentang batas audit
4. Melindungi setiap Akuntan Publik terhadap Kewajiban Hukum
Langkah untuk meringankan kewajibannya
1. Hanya berurusan dengan klien yang memiliki integritas
2. Mempekerjakan staf yang kompeten dan melatih serta mengawasi mereka dengan
pantas
3. Mengikuti standar profesi
4. Mempertahankan independensi
5. Memahami usaha klien
6. Melaksanakan audit yang bermutu
Kewajiban Hukum Auditor
1. Lingkungan Hukum
Bertanggung jawab kepada klien, pihak ketiga, pemegang saham, dan pemerintah
(Sumber Tuntutan Hukum):
a. Kepada investor, menurut civil law (hukum perdata)
b. Kepada klien dan pihak ketiga, menurut common law
c. Kepada pemerintah, menurut criminal liability (hukum pidana)
2. Kewajiban berdasar Hukum Umum
3. Kewajiban berdasar UU Pasar Modal
Tren tuntutan hukum terhadap auditor (Deep Pocket Theory)
Tuntutan terhadap auditor di US
a. 1992: 4.000 kasus : $ 30 Milyar
b. 1992KAP Laventhol and Horwath bangkrut
c. 1993-1995; biaya asuransi KAP 6 Besar naik 10 kali lipat $5.000 per auditor
d. KAP menarik diri mengaudit perusahaan yang beresiko tinggi
Kewajiban Kewajiban berdasar Hukum Umum
Common law (hukum umum) didasarkan pasa prinsip keadilan (justice), alasan, dan
akal sehat (common sense) tidak pada hukum absolut atau hukum pasti
Prinsip hukum umum ditentukan oleh kebutuhan sosial dari suatu komunitas
Kewajiban Kepada Klien
Undang-undang Kontrak
Auditor menerbitkan laporan auditor dengan tidak mematuhi standar auditing
Tidak mengirimkan laporan auditor sesuai dengan kesepakatan
Mengungkapan rahasia klien tanpa ijin
Undang-undang Kelalaian

14 | P a g e
Kelalaian Biasa (ordinary negligence)
Kecerobohan (gross negligence)
Kecurangan (Fraud)
Kewajiban Kepada Pihak Ketiga
Kewajiban kepada Pengguna Utama
Kewajiban kepada Pengguna Lain
Tanggungjawab Auditor utk melaporkan Tindakan Illegal
Berpengaruh terhadap kewajaran l/k : l/k harus direvisi, jika tdk beri pendapat
kualifikasi atau tidak wajar
Kalau auditor tdk mendapatkan bukti yg cukup ttg tindakan illegal, komunikasi
informasi ini melalui opini kualifikasi atau disclaimer, jelaskan jenis dan keterbatasan
luas lingkup
Jaminan Tentang Kontinuitas Usaha
Penyajian yang wajar tidak berarti kontinuitas usaha klien terjamin
Auditor bertanggungjawab utk menilai apakah ada keraguan yang substansial bahwa
entitas mampu menjaga kelangsungan usahanya setahun ke depan

15 | P a g e
BAB V
ETIKA DAN ATURAN ETIKA

Pengertian
Etika dapat diefinisikan sebagai serangkaian prinsip atau nilai moral. Prinsip etika yang
dikembangkan oleh Josephson Institute of Ethics adalah sebagai berikut:
Dapat dipercaya (trustworthiness) : Mencakup kejujuran, integritas, reliabilitas, dan
loyalitas
Penghargaan (respect) : Mencakup gagasan seperti kepantasan (civility),
kesopansantunan (courtesy), kehormatan, toleransi, dan penerimaan. Seseorang
yang terhormat akan memperlakukan pihak lainnya dengan penuh pertimbangan dan
menerima perbedaan serta keyakinan pribadi tanpa berprasangka buruk.
Pertanggungjawaban (responsibility) : Berarti bertanggung jawab atas tindakan
seseorang serta dapat menahan diri.
Kelayakan (fairness) dan keadilan : Mencakup isu-isu tentang kesamaan penilaian,
sikap tidak memihak, proporsionalitas, keterbukaan, dan keseksamaan.
Perhatian (caring) : Berarti sungguh-sungguh memperhatikan kesejahteraan pihak
lain dan mencakup tindakan yang memperhatikan kepentingan sesama serta
memperhatian perbuatan baik.
Kewarganegaraan (citizenship) : Termasuk kepatuhan pada undang-undang serta
melaksanakan kewajibannya sebagai warga negara agar proses dalam masyarakat
berjalan dengan baik, antara lain pemungutan suara, melindungi sumberdaya alam
yang ada.
Dilema Etikaadalah situasi yang dihadapi oleh seseorang di mana ia harus mengambil
keputusan tentang perilaku yang tepat. Enam langkah pendekatan berikut dimaksudkan
agar dapat menjadi suatu pendekatan yang relatif sederhana untuk menyelesaikan dilema
etika:
1. Memperoleh fakta yang relevan
2. Mengidentifikasi isu-isu etis berdasrkan fakta tersebut
3. Menentukan siapa yang akan terpengaruh oleh akibat dari dilema tersebut
4. Mengidentifikasi berbagai alternatif yang tersedia bagi orang yang harus
menyelesaikan dilema tersebut
5. Mengidentifikasi konsekuensi yang mungkin terjadi dari setiap alternatif
6. Memutuskan tindakan yang tepat

16 | P a g e
Kebutuhan Khusus akan Perilaku Etis Dalam Profesi
Profesional adalah tanggung jawab untuk bertindak lebih dari sekedar memenuhi tanggung
jawab diri sendiri maupun ketentuan hukum dan peraturan masyarakat. Prinsip-prinsip Etis
adalah sebagai berikut:
1. Tanggung jawab
2. Kepentingan Publik
3. Integritas
4. Objektivitas dan Independensi
5. Keseksamaan
6. Ruang Lingkup dan Sifat Jasa
Kode Perilaku Profesional menyediakan standar umum perilaku yang ideal maupun
peraturan perilaku khusus yang harus diberlakukan. Kode perilaku ini terdiri dari 4 bagian:
prinsip-prinsip, peraturan perilaku, interprestasi atas peraturan perilaku, dan kaidah etika
Independensi dalam fakta (independen in fact) ada bila auditor benar-benar mampu
mempertahankan sikap tidak bias sepanjang audit, sedangkan independen dalam
penampilan (independence in appearance) adalah hasil dari interpretasi lain atas
independensi ini.
Ketentuan Sarbanes-Oxley Act dan peraturan SEC
Sembilan jasa yang tidaj diperkenankan menurut ketentuan Sarbanes-Oxley Act dan
peraturan SEC:
1. Jasa pembukuan dan akuntansi lain
2. Perancangan dan implementasi sistem informasi keuangan
3. Jasa penaksiran atau penilaian
4. Jasa aktuarial
5. Outsourching audit internal
6. Fungsi manajemen dan Sumber Daya Manusia
7. Jasa pialang atau dealer atau penasihat investasi atau bankir investasi
8. Jasa hukum dan pakar yang tidak berkaitan dengan audit
9. Semua jasa lain yang ditentukan oleh peraturan PCAOB sebagai tidak
diperkenankan.
Komite audit
Sarbox Act menyaratkan komite audit perusahaan publik bertanggung jawab atas
penunjukan, kompensasi, dan pengawasan atas pekerjaan auditor. Komite audit harus
menyetujui terlebih dahulu semua jasa audit dan nonaudit, serta bertanggung jawab untuk
mengawasi pekerjaan auditor, termasuk penyelesaian ketidaksepakatan yang melibatkan
pelaporan keuangan antara manajemen dan auditor.

17 | P a g e
Konflik yang Timbul dari Hubungan Personalia
Penerimaan karyawan dari mantan anggota tim audit pada sebuah klien meningkatkan
masalah independensi.
Rotasi Partner
Sarbox act adan SEC mengharuskan pimpinan dan partner audit merotasi penugasan audit
selama lima tahun.
Kepentingan Kepemilikan
Aturan SEC tentang hubngan keuangan berfokus pada perspektif penugasan dan melarang
kepemilikan pada klien audit bagi orang-orang yang dapat mempengaruhi audit.
Peraturan Perilaku dan Interpretasi Indepensi
Kepentingan Keuangan melarang anggota yang terlibat untuk memiliki saham atau investasi
langsung lainnya dalam klien audit karena hal itu berpotensi meruak indepndensi audit
aktual (independensi dalam fakta), dan pasti akan mempengaruhi persepsi pemakai atas
independensi auditor (independensi dalam penampilan). Investasi tidak langsung, contohnya
kepemilikan saham dalam perusahaan klien oleh kakek auditor, juga dilarang, tetapi hanya
jika jumlahnya material bagi auditor.Anggota yang terlibat yang dapat mempengaruhi
penugasan atestasi sebagai berikut:
1. Orang-orang pada tim penugasan atestasi.
2. Orang-orang yang dapat mempengaruhi penugasan atestasi, seperti orang yang
mengawasi atau mengevaluasi partner penugasan.
3. Partner atau manajer yang memberikan jasa nonatestasi kepada klien.
4. Partner di kantor partne yang bertanggung jawab atas penugasan atestasi.
5. Kantor akuntan dan program tunjangan karyawannya.
6. Entitas yang dapat dikendalikan oleh setiap anggota yang terlibat tersebut di atas
atau oleh dua orang atau lebih anggotra yang terlibat atau entitas yang beroperasi
bersama.
Kepentingan Keuangan Langsung Vs Tidak Langsung
Kepemilikan lembar saham atau ekuitas lainnya oleh para anggota atau keluarga dekatnya
dikenal dengan kepentingan keuangan langsung (direct financial interest).Kepentingan
keuangan tidak langsung (indirect financial interest) muncul ketika terdapat hubungan
kepemilikan yang dekat, tetapi bukan hubungan langsung, antara auditor dan kliennya.
Material dan Tidak Material
Materialitas mempengaruhi apakah kepemilikan saham merupakan suatu pelanggran untuk
kepentingan tidak langsung. Materialitas harus dilihat dalam hubungannya dengan
kesejahteraan dan pendapatan secara anggota.
Masalah Kepentingan Keuangan yang Berkaitan

18 | P a g e
1. Mantan Praktisi : Dalam sebagian besar situasi, interpretasi memungkinkan para
mantan partner atau pemegang saham meninggalkan perusahaan karena hal-hal
seperti mengundurkan diri atau menjual kepemelikan saham mereka demi memiliki
hubungan dengan klien perusahaaan.
2. Prosedur Pemberian Pinjaman yang Normal
Umumnya tidak diperkenankan adanya perjanjian kredit antara Kantor Akuntan
Publik atau para karyawannya dengan klien audit karena hal itu merupakan
hubungankeuangan. Namun, terdapat beberapa pengecualian atas peraturan
tersebut termasuk kredit mobil.
3. Kepentingan Keuangan dan Penerimaan Bekerja Anggota Keluarga Inti serta
Keluarga Terdekat
Hubungan sebagai Investor atau Investee Bersama dengan Klien
Klien merupakan investor atau investee untuk nonklien di mana akuntan publik memiliki
kpentingan kepemilikan:
1. Klien sebagai investor
2. Klien sebagai investee
Direktur, Pejabat, Manajemen, atau karyawan Perusahaan
Jika seorang akuntan publik adalah anggota dari dewan direksi atau pejabat perusahaan
klien, maka kemampuannya untuk melakukan evaluasi yang independen atas kewajaran
penyajian laporan keuangan akan terpengaruh. Meskipun dengan menduduki jabatan
tersebut tidak benar-benar mempengaruhi independensinya sebagai auditor, keterlibatan
yang cukup sering dengan manajemen dan keputusan yang dibuatnya cenderung
mempengaruhi pandangan para pemakai laporan terhadap independensinya sebagai
akuntan publik.Untuk menghilangkan kemungkinan ini, interpretasi tidak memperkenankan
anggota yang terlibat, partner, dan staf profesional di kantor partner yang bertanggung
jawab atas penugasan atestasi menjadi direktur atau pejabat pada perusahaan yang
menjadi klien audit.

19 | P a g e
BAB VI
TANGGUNG JAWAB DAN TUJUAN AUDIT

Tanggungjawab Manajemen
Tanggungjawab untuk mengadopsi kebijakan akuntansi yang sehat, menyelenggarakan
pengendalian intern yang memadai serta membuat berbagai penyajian laporan keuangan
secara wajar.
Contoh Laporan Manajemen dalam suatu Laporan Tahunan yang mencantumkan
pernyataan tentang tanggung jawab manajemen.

Tanggungjawab Auditor
Auditor memiliki tanggungjawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit untuk
memperoleh tingkat keyakinan yang memadai tentang apakah laporan keuangan itu telah
terbebas dari kesalahan penyajian yang material, baik disebabkan oleh kekeliruan maupun
oleh kecurangan

Alasan Auditor bertanggungjawab atas tingkat keyakinan yang memadai tapi tidak mutlak:
1. Mayoritas bukti audit berasal dari pengujian sampel atas populasi.
2. Berbagai penyajian akuntansi terdiri dari sejumlah taksiran yang kompleks, yang
mengandung sejumlah ketidakpastian serta dapat mempengaruhi berbagai peristiwa
yang akan datang.
3. Laporan keuangan yang disusun dengan penuh kecurangan seringkali sangat sulit
dibuktikan, khususnya saat terdapat suatu kolusi dalam manajemen perusahaan.

TANGGUNG JAWAB AUDITOR INDEPENDEN


Tujuan Pelaksanaan Audit atas Laporan Keuangan
SAS 1 (AU 110):
Tujuan dari audit umum atas laporan keuangan oleh auditor independen adalah untuk
menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi
keuangan, hasil operasi, serta arus kas sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang
berlaku umum.

Tanggung Jawab Manajemen


Tanggung jawab untuk mengadopsi kebijakan akuntansi yang baik, menyelenggarakan
pengendalian internal yang memadai, dan menyajikan laporan keuangan yang wajar
berada di pundak manajemen, bukan di pundak auditor.

20 | P a g e
Tanggung jawab manajemen atas kewajaran penyajian (asersi) laporan keuangan
berkaitan dengan privilage untuk menentukan penyajian dan pengungkapan apa yang
dianggap perlu.

Tanggung Jawab Auditor


SAS 1 (AU 110):
Auditor bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit guna
memperoleh kepastian yang layak tentang apakah laporan keuangan telah bebas dari
salah saji yang material, apakah itu disebabkan oleh kekeliruan ataupun kecurangan

Salah Saji yang Material Versus Tidak Material


Salah saji umumnya dianggap material jika gabungan dari kekeliruan dan kecurangan
yang belum dikoreksi dalam laporan keuangan kemungkinan akan mengubah atau
mempengaruhi keputusan orang yang menggunakan laporan keuangan tersebut.
Kepastian yang Layak
Kepastian atau assurance merupakan ukuran tingkat kepastian yang diperoleh auditor
pada saat menyelesaikan audit. Standar Auditing (SAS 104) menyatakan: Kepastian yang
tinggi, tetapi tidak absolut, bahwa laporan keuangan telah bebas dari salah saji yang
material.

Kekeliruan Versus Kecurangan


SAS 99 (AU 316): Membedakan antara dua jenis salah saji: kekeliruan (error) dan
kecurangan (fraud). Kedua jenis salah saji ini dapat material maupun tidak material.
1. Kekeliruan (error) adalah salah saji dalam laporan keuangan yang tidak disengaja,
sementara kecurangan (fraud) adalah salah saji yang disengaja.
2. Kecurangan dapat dibedakan antara misapropriasi aset: yaitu penyalahgunaan atau
kecurangan oleh karyawan serta pelaporan keuangan yang curang: yaitu kecurangan
manajemen.

Skeptisme Profesionalisme
SAS 1 (AU 230): Audit dirancang sedemikian rupa agar dapat memberikan kepastian yang
layak untuk mendeteksi baik kekeliruan maupun kecurangan yang material dalam laporan
keuangan.

Skeptisme Profesionalisme adalah sikap yang penuh dengan keingintahuan serta


penilaian kritis atas bukti audit. Auditor tidak boleh mengasumsikan bahwa manajemen

21 | P a g e
bersikap tidak jujur, tetapi kemungkinan mereka bersikap tidak jujur harus tetap
dipertimbangkan.

Tanggung Jawab Auditor untuk Menemukan Tindakan Ilegal


Tindakan Ilegal [SAS 54 (AU 317)]: Pelanggaran terhadap hukum atau peraturan
pemerintah selain kecurangan.
1. Tindakan Ilegal yang Berdampak Langsung
2. Tindakan Ilegal yang Tidak Berdampak Langsung
Tindakan Apabila Auditor Mengetahui Suatu Tindakan Ilegal
a. Mempertimbangkan pengaruhnya terhadap laporan keuangan, termasuk kecukupan
pengungkapan;
b. Mempertimbangkan pengaruh dari tindakan ilegal seperti itu terhadap hubungan
kantor akuntan publik dengan manajemen.
c. Auditor harus berkomunikasi dengan komite audit atau pihak lainnya yang mmiliki
wewenang yang saama untuk memastikan bahwa mereka mengetahui tindakan ilegal
ini.

Siklus Laporan Keuangan


Logika dari penggunaan pendekatan siklus adalah hal itu terkait dengan cara transaksi
dicatat dalam jurnal dan dikhtisarkan dalam buku besar serta laporan keuangan.
Jenis siklus:
Siklus Penjualan dan Penagihan
Siklus Akuisisi dan Pembayaran
Siklus Penggajian dan Personalia
Siklus Persediaan dan Pergudangan
Siklus Akuisisi modal dan Pembayaran Kembali

Menetapkan Tujuan Audit


Tiga Tujuan Audit:
1 Tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi: untuk setiap kelas transaksi,
beberapa tujuan audit yang harus dipenuhi sebelum auditor dapat menyimpulkan
bahwa transaski-transaksi tersebut telah dicatat dengan tepat.
2 Tujuan audit yang berkaitan dengan saldo: Contoh, ada tujuan audit khusus yang
berkaitan dengan saldo piutang usaha dan tujuan audit khusus yang berkaitan
dengan saldo utang usaha.
3 Tujuan audit yang berkaitan dengan penyajian dan pengungkapan.

22 | P a g e
Asersi Manajemen
Asersi Manajemen adalah representasi pernyataan yang tersirat atau diekpresikan oleh
manajemen tentang kelas transaksi dan akun serta pengungkapan yang terkait dalam
laporan keaungan.
Klasifikasi Asersi (SAS 106 (AU 326) kedalam tiga kategori:
1. Asersi tentang kelas transaksi dan peristiwa selama periode yang diaudit
2. Asersi tentang saldo akun pada akhir periode
3. Asersi tentang penyajian dan pengungkapan

23 | P a g e
BAB IX
PERENCANAAN AUDIT (1/2)

Perencanaan Audit
Standar auditing: auditor harus merencanakan pekerjaan secara memadai dan jika
digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.
Alasan utama, auditor harus merencakan penugasan dengan tepat:
Untuk memungkinkan auditor mendapatkan bukti yang tepat yang mencukupi pada
situasi yang dihadapi,
untuk membantu menjaga biaya audit tetap wajar, dan
untuk menghindarkan kesalahpahaman dengan klien.

Risiko audit yang dapat diterima


Adalah ukuran seberapa besar auditor bersedia menerima bahwa laporan keuangan
akan salah saji secara material setelah audit diselesaikan dan pendapat wajar tanpa
pengecualian telah dikeluarkan.
Risiko inheren
Adalah ukuran penilaian auditor atas kemungkinan adanya salah saji yang material
dalam suatu saldo akun sebelum mempertimbangkan keefektifan pengendalian internal.

Aktivitas-aktivitas dalam perencanaan


Aktivitas Awal Perikatan:
1. Penerimaan atau keberlanjutan hubungan;
2. Surat perikatan audit.
Aktivitas perencanaan:
1. Penetapan strategi audit;
2. Pelaksanaan prosedur penilaian risiko;
3. Pengembangan rencana audit;
4. Perancangan respons keseluruhan dan prosedur audit lanjutan

Penerimaan dan keberlanjutan hubungan dengan klien


KAP harus menetapkan kebijakan dan prosedur untuk penerimaan dan keberlanjutan
hubungan dengan klien dan perikatan tertentu yang dirancang untuk memberikan
keyakinan memadai bahwa KAP hanya akan menerima atau melanjutkan hubungan dan
perikatan ketika KAP:

24 | P a g e
a) Memiliki kompetensi dan kemampuan (termasuk waktu dan sumber daya) untuk
melaksanakan perikatan;
b) Dapat mematuhi ketentuan etika profesi yang relevan; dan
c) Telah mempertimbangkan integritas klien, dan tidak memiliki informasi yang akan
menuntun KAP untuk menyimpulkan bahwa klien tidak memiliki integritas.

Prakondisi suatu audit


Auditor harus (SA210 par 6) :
1. Menentukan apakah kerangka pelaporan keuangan yang akan diterapkan dalam
penyusunan laporan keuangan dapat diterima, dan
2. Memperoleh persetujuan dari manajemen bahwa manajemen mengakui dan
memahami tanggung jawabnya:
1. Untuk menyusun laporan keuangan sesuai dengan kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku, termasuk jika relevan, penyajian wajar laporan
tersebut;
2. Untuk menetapkan pengendalian internal tertentu yang menurut manajemen
diperlukan dalam penyusunan laporan keuangan yang bebas dari kesalahan
penyajian material, baik karena kecurangan maupun kesalahan; dan

Kesepakatan perikatan dan surat perikatan


Auditor harus menyepakati ketentuan perikatan audit dengan manajemen atau pihak
yang bertanggung jawab atas tata kelola, jika relevan. (SA 210 par 9)
Ketentuan yang disepakati harus dicatat dalam surat perikatan audit atau bentuk
kesepakatan tertulis lain yang tepat dan harus mencakup: (SA 210 par 10)
Tujuan dan ruang lingkup audit atas laporan keuangan
Tanggung jawab auditor
Tanggung jawab manajemen
Identifikasi kerangka pelaporan keuangan yang diterapkan dalam penyusunan
laporan keuangan; dan
Pengacuan ke bentuk dan isi laporan yang akan dikeluarkan oleh auditor dan suatu
pernyataan bahwa dalam keadaan tertentu terdapat kemungkinan laporan yang
dikeluarkan berbeda bentuk dan isinya dengan yang diharapkan.

Overviu perencanaan
Perencanaan suatu audit melibatkan penetapan strategi audit secara keseluruhan untuk
perikatan tersebut dan pengembangan rencana audit. (SA 300 par 2).

25 | P a g e
1. Strategi audit secara keseluruhan akan menetapkan ruang lingkup, waktu, dan arah
audit, serta memberikan panduan bagi pengembangan rencana audit. (SA 300 par
7)
2. Rencana audit harus mencakup hal-hal sebagai berikut (SA 300 par 9):
3. Sifat, waktu, dan luas prosedur penilaian risiko yang direncanakan, seperti yang
ditentukan dalam SA 315.

Aktivitas Perencanaan
Auditor harus menetapkan strategi audit secara keseluruhan yang menetapkan ruang
lingkup, waktu, dan arah audit, serta yang memberikan panduan bagi pengembangan
rencana audit.
Dalam menetapkan strategi audit secara keseluruhan, auditor harus:
1. Mengidentifikasi karakteristik perikatan yang mendefinisikan ruang lingkupnya;
2. Memastikan tujuan pelaporan perikatan untuk merencanakan waktu audit dan sifat
komunikasi yang disyaratkan;
3. Mempertimbangkan faktor-faktor yang, menurut pertimbangan profesional auditor,
signifikan dalam mengarahkan usaha tim perikatan;
4. Mempertimbangkan hasil aktivitas awal perikatan dan, jika relevan, apakah
pengetahuan yang diperoleh dari perikatan lain yang telah dilaksankan oleh rekan
perikatan adalah relevan untuk entitas yang akan diaudit; dan
5. Memastikan sifat, saat, dan luas sumber daya yang diperlukan untuk
melaksanakan perikatan.

Dokumentasi
Auditor harus memasukkan hal-hal berikut ini dalam dokumentasi audit:
1. Strategi audit secara keseluruhan;
2. Rencana audit; dan
3. Setiap perubahan signifikan yang dilakukan selama perikatan audit terhadap
strategi audit atau rencana audit secara keseluruhan, dan alasan atas perubahan
tersebut.

Aktivitas Awal Perikatan


Auditor harus melakukan aktivitas-aktivitas berikut ini pada awal perikatan audit periode
kini:
a) Melaksanakan prosedur yang dipersyaratkan tentang keberlanjutan hubungan
dengan klien dan perikatan audit tertentu;

26 | P a g e
b) Mengevaluasi kepatuhan terhadap ketentuan etika yang relevan, termasuk
independensi;
c) Menetapkan suatu pemahaman atas ketentuan perikatan.

Pelaksanaan aktivitas perikatan awal tersebut diatas memungkinkan auditor untuk


merencanakan perikatan audit seperti berikut ini:
1. Auditor menjaga independensi yang diperlukan dan kemampuan untuk melakukan
perikatan;
2. Tidak terdapat isu yang berkaitan dengan integritas manajemen yang dapat
mempengaruhi kesediaan auditor untuk melanjutkan perikatan;
3. Tidak terdapat kesalahpahaman dengan klien mengenai ketentuan perikatan.

Tujuan Pelaporan, Saat Audit, dan Sifat Komunikasi


1. Jadwal pelaporan entitas, seperti pelaporan interim dan pelaporan final;
2. Pengorganisasian rapat dengan menajemen dan pihak yang bertanggung jawab
atas tata kelola untuk mendiskusikan sifat, saat, dan luas pekerjaan audit.
3. Pembahasan dengan manajemen dan pihak yang bertanggung jawab atas tata
kelola tentang tipe dan saat penerbitan laporan, dan komunikasi lainnya, baik secara
tulisan meupun lisan, termasuk, dan komunikasi dengan pihak yang bertanggung
jawab atas tata kelola;
4. Pembahasan dengan manajemen tentang komunikasi yang diharapkan atas status
pekerjaan audit selama perikatan berlangsung;
5. Komunikasi dengan auditor komponen tentang tipe dan saat penerbitan laporan,
dan komunikasi lainnya dalam hubungannya dengan audit komponen.
6. Sifat dan waktu komunikasi yang diharapkan di antara anggota tim perikatan,
termasuk sifat dan waktu pertemuan tim perikatan, dan saat penelaahan hasil kerja
tim perikatan;
7. Apakah terdapat komunikasi lain dengan pihak ketiga yang diharapkan, termasuk
tanggung jawab pelaporan yang diharuskan oleh ketentuan yang berlaku atau
tanggung jawab pelaporan yang diharuskan oleh ketentuan yang berlaku atau
tanggung jawab pelaporan yang diharuskan menurut kontrak.

Perencanaan bukan merupakan suatu fase audit yang terpisah dari fase audit lainnya,
tetapi lebih merupakan suatu proses yang berkelanjutan dan berulang yang sering
dimulai seketika setelah (atau dalam hubungannya dengan) penyelesaian audit periode
sebelumnya dan berlanjut hingga penyelesaian perikatan audit periode kini. Namun,
perencanaan mencakup perimbangan tentang kapan dilakukan aktivitas dan prosedur

27 | P a g e
audit tertentu yang perlu dilengkapi sebelum pelaksanaan audit lanjutan. Sebagai contoh,
perencanaan mencakup kebutuhan untuk mempertimbangkan hal-hal berikut ini sebelum
dilakukan identifikasi dan penilaian risiko kesalahan penyajian material oleh auditor:
1. Prosedur analitis yang ditetapkan sebagai prosedur penilaian risiko;
2. Pemerolehan suatu pemahaman umum tentang kerangka peraturan perundang-
undangan yang berlaku atas entitas dan bagaimana entitas mematuhi kerangka
tersebut;
3. Penentuan materialitas;
4. Keterlibatan pakar;
5. Pelaksanaan prosedur penilaian risiko lainnya.

28 | P a g e
BAB X
PERENCANAAN AUDIT (2/2)

Prosedur Analitis berarti pengevaluasian terhadap informasi keuangan yang dilakukan


melalui analitis hubungan antara data keuangan dan data nonkeuangan.
Prosedur Analitis mencakup pertimbangan atas perbandingan informasi keuangan entitas
dengan, sebagai contoh:

Informasi komparatif periode lalu;

Hasil entitas yang diantisipasi, seperti anggaran atau prakiraan, atau ekpektasi auditor,
seperti estimasi penyusutan;

Informasi industri sejenis, seperti perbandingan rasio penjualan entitas terhadap piutang
usaha dengan rata-rata rasio industri atau dengan entitas lain yang memiliki ukuran
sebanding dalam industri yang sama.

Pengertian
Prosedur analitis dapat diterapkan pada laporan konsolidasian, komponen, dan unsur
informasi secara individu.
Prosedur analitis juga mencakup pertimbangan atas hubungan-hubungan, sebagai contoh:
1. Di antara unsur-unsur informasi keuangan yang akan diharapkan sesuai dengan pola
yang dapat diprediksi berdasarkan pengalaman entitas, seperti persentase laba bruto;
2. Antara informasi keuangan dan informasi nonkeuangan yang relevan, seperti
hubungan antara beban gaji dengan jumlah karyawan.
Prosedur analitik digunakan dengan tujuan sebagai berikut:
1. Membantu auditor dalam merencanakan sifat, saat, dan lingkup prosedur audit
lainnya.
2. Sebagai pengujian substantif untuk memperoleh bukti tentang asersi tertentu yang
berhubungan dengan saldo akun atau jenis transaksi.
3. Sebagai review menyeluruh informasi keuangan pada tahap review akhir audit.
Berikut ini adalah contoh sumber informasi yang digunakan dalam mengembangkan
harapan:
1. Informasi keuangan periode sebelumnya yang dapat diperbandingkan dengan
memperhatikan perubahan yang diketahui.
2. Hasil yang diantisipasikan, misalnya anggaran atau prakiraan termasuk ekstrapolasi
dari data interim atau tahunan.
3. Hubungan antara unsur-unsur informasi keuangan dalam satu periode.
4. Informasi industri bidang usaha klien, misalnya informasi laba bruto.

29 | P a g e
5. Hubungan informasi keuangan dengan informasi nonkeuangan yang relevan.

PROSEDUR ANALITIK DALAM PERENCANAAN AUDIT


Tujuan prosedur analitik dalam perencanaan audit adalah untuk membantu dalam
perencanaan sifat, saat, dan lingkup prosedur audit yang akan digunakan untuk
memperoleh bukti saldo akun atau golongan transaksi tertentu. Untuk maksud ini, prosedur
analitik perencanaan audit harus ditujukan untuk:
1. Meningkatkan pemahaman auditor atas bisnis kien dan transaksi atau peristiwa yang
terjadi sejak tanggal audit terakhir dan,
2. Mengidentifikasi bidang yang kemungkinan mencerminkan risiko tertentu yang
bersangkutan dengan audit. Jadi, tujuan prosedur ini adalah untuk mengidentifikasikan
hal seperti adanya transaksi dan peristiwa yang tidak biasa, dan jumlah, ratio serta trend
yang dapat menunjukkan masalah yang berhubungan dengan laporan keuangan dan
perencanaan audit.
Walaupun prosedur analitik yang diterapkan dalam perencanaan audit seringkali hanya
menggunakan data keuangan, tetapi kadangkala informasi nonkeuangan yang relevan juga
dipertimbangkan. Misalnya jumlah karyawan, luas ruang penjualan, jumlah barang yang
diproduksi dan informasi serupa lainnya mungkin membantu dalam mencapai tujuan
prosedur
PROSEDUR ANALITIK YANG DIGUNAKAN SEBAGAI PENGUJIAN SUBSTANTIF
Keputusan mengenai prosedur yang digunakan untuk mencapai tujuan audit tertentu
didasarkan pada pertimbangan auditor terhadap efektivitas dan efisiensi yang diharapkan
dari prosedur audit yang ada.
Efektivitas dan efisiensi yang diharapkan dari suatu prosedur analitik dalam
mengidentifikasikan kemungkinan salah saji tergantung atas, antara lain:
1. Sifat asersi.
2. Kelayakan dan kemampuan untuk memprediksikan suatu hubungan.
3. Ketersediaan dan keandalan data yang digunakan untuk mengembangkan harapan.
4. Ketepatan harapan.
SIFAT ASERSI
Prosedur analitik mungkin merupakan pengujian efektif dan efisien atas asersi yang
kemungkinan salah sajinya tidak akan tampak dari pemeriksaan bukti rinci atau bila bukti
yang rinci tidak langsung tersedia. Sebagai contoh, perbandingan dari kumpulan gaji yang
KELAYAKAN DAN KEMAMPUAN UNTUK MEMPREDIKSIKAN SUATU HUBUNGAN
Auditor harus mengevaluasi perbedaan material yang tidak diharapkan. Dengan
mempertimbangkan kembali metode dan faktor yang digunakan dalam mengembang-kan
harapan dan permintaan keterangan dari manajemen dapat membantu auditor dalam hal ini

30 | P a g e
Pada waktu merancang dan melaksanakan prosedur analitis substantif, sendiri atau dalam
kombinasi dengan pengujian rinci, sebagai prosedur substantif, auditor harus:
1. Menentukan kecocokan prosedur analitis substantif untuk asersi yang tersedia,
dengan memperhitungkan risiko kesalahan penyajian material yang ditentukan, dan
pengujian rinci, jika ada, untuk asersi-asersi tersebut;
2. Mengevaluasi keandalan data yang dijadikan dasar oleh auditor untuk
mengembangkan ekspektasi atas jumlah tercatat atau rasio, dengan
mempertimbangkan sumber, komparabilitas, serta sifat dan relevansi informasi yang
tersedia, dan pengendalian atas penyusunannya;
3. Mengembangkan ekspektasi atas jumlah tercatat atau rasio dan mengevaluasi
apakah ekspektasi tersebut telah cukup tepat untuk mengidentifikasi kesalahan
penyajian, baik secara individu atau ketika diagregasikan dengan kesalahan
penyajian lainnya, dapat menyebabkan terjadinya kesalahan penyajian material
dalam laporan keuangan;
4. Menentukan kecocokan jumlah perbedaan antara jumlah tercatat dengan nilai yang
diharapkan yang dapat diterima tanpa memerlukan investigasi lebih lanjut seperti
yang disyaratkan.

PROSEDUR ANALITIK YANG DIGUNAKAN DALAM REVIEW YANG MENYELURUH


Tujuan prosedur analitik yang diterapkan dalam tahap review menyeluruh adalah untuk
membantu auditor dalam menilai kesimpulan yang diperoleh dan dalam mengevaluasi
penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Berbagai macam prosedur analitik
mungkin bermanfaat untuk tujuan ini. Review menyeluruh umumnya meliputi pembacaan
laporan keuangan dan catatannya serta mempertimbangkan:
1. Kecukupan bukti yang terkumpul sebagai respon terhadap saldo yang tidak biasa
atau yang tidak diharapkan, yang diidentifikasi pada waktu perencanaan audit atau
dalam pelaksanaan audit, dan
2. Saldo atau hubungan yang tidak biasa atau tidak diharapkan yang sebelumnya tidak
diidentifikasi.

31 | P a g e
BAB XI
MATERIALITAS RESIKO AUDIT

Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi, yang
dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat mengakibatkan perubahan atas atau
pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi
tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji tersebut atau materialitas adalah
ukuran tingkat salah saji atau ketidaklengkapan informasi akuntansi yang bisa
mempengaruhi pertimbangan pengguna laporan keuangan.

Langkah-langkah Penerapan Materialitas


1. Menetapkan pertimbangan matrialitas awal
2. Mengalokasikan pertimbangan meterialitas awal ke setiap bagian pengauditan
3. Mengestimasikan salah saji total di setiap bagian pengauditan
4. Mengestimasikan salah saji gabungan
5. Membandingkaan estimasi salah saji gabungan dengan materialitas dalam penilaian
awal atau penilaian yang direvisi

Materialitas vs SPI
1. Semakin lemah SPI (semakin tinggi risiko salah saji), semakin kecil angka materialitas,
semakin banyak bukti audit yang diperlukan.
2. Kepercayaan auditor terhadap kewajaran asersi manajemen rekening rendah.
3. Semakin kuat SPI (semakin rendah risiko salah saji), semakin besar angka materialitas,
semakin sedikit bukti audit yang diperlukan. Kepercayaan auditor terhadap kewajaran
asersi manajemen semakin tinggi.

Kapan Materialitas Ditentukan?


1. Pada tahap perencanaan audit, digunakan sebagai acuan auditor dalam mensikapi
salah saji yang mungkin akan ditemukan dalam proses audit.
2. Pada tahap kesimpulan audit, sebagai acuan auditor dalam penentuan akhir kewajaran
asersi manajemen.

Saldo rekening material adalah saldo rekening yang jumlahnya relatif material dari laporan
keuangan secara keseluruhan, sehingga kemungkinan perlu mendapatkan perhatian khusus
dalam pelaksanaan audit

32 | P a g e
Risiko audit adalah risiko bagi auditor untuk membuat kesalahan dalam memberikan
pendapat atas laporan keuangan, karena gagal mengungkap salah saji material.

Risiko audit vs kegagalan audit

Kesalahan akan dianggap sebagai risiko jika audit telah dilaksanakan sesuai standar
auditing. Jika audit tidak sesuai standar auditing, kesalahan pendapat dikatakan sebagai
kegagalan audit.
Risiko audit disebabkan oleh tiga faktor:
Risiko bawaan (inherent risk), yaitu risiko yang disebabkan oleh sifat dasar dari suatu
asersi manajemen, misalnya karena kompleksitas standar akuntansi.
Risiko pengendalian (control risk), yaitu risiko yang disebabkan oleh kegagalan SPI
dalam mencegah atau mendeteksi secara cepat salah saji dalam laporan keuangan.

Risiko deteksi (detection risk), yaitu risiko yang disebabkan oleh kegagalan auditor dalam
mendeteksi salah saji material, setelah audit dilaksanakan sesuai dengan standar auditing.

Hubungan Antar Risiko


Risiko bawaan dan risiko pengendalian berhubungan terbalik dengan risiko deteksi dan
risiko audit.
Artinya, jika risiko bawaan dan risiko pengendalian tinggi (potensi salah saji besar),
maka risiko deteksi dan risiko audit akan ditentukan rendah (artinya auditor akan lebih
hati-hati dalam melaksanakan pengujian audit).

Materialitas dibagi menjadi 2 golongan:


1. Materialitas pada tingkat laporan keuangan
2. Materialitas pada tingkat saldo akun

Risiko audit digolongkan menjadi 2:


1. Risiko audit keseluruhan
2. Risiko audit individual

Terdapat 3 unsur risiko audit:


1. Risiko Bawaan, adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap
suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat kebijakan dan prosedur
pengendalian intern yang terkait.

33 | P a g e
2. Risiko Pengendalian, adalah risiko terjadinya salah saji material dalam suatu asersi
yang tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh pengendalian intern
entitas.
3. Risiko Deteksi, adalah risiko sebagai akibat auditor tidak dapat mendeteksi salah saji
material yang terdapat dalam suatu asersi.

Berbagai kemungkinan hubungan antara materialitas, bukti audit dan risiko audit sebagai
berikut:
a. Jika auditor mempertahankan risiko audit konstan dan tingkat materialitas dikurangi,
auditor harus menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan.
b. Jika auditor mempertahankan tingkat materialitas konstan dan mengurangi jumlah bukti
audit yang dikumpulkan, risiko audit menjadi meningkat.
c. Jika auditor menginginkan untuk mengurangi risiko audit, auditor dapat menempuh
salah satu dari 3 cara berikut: (a) menambah tingkat materialitas, sementara itu
mempertahakan jumlah bukti audit yang dikumpulkan, (b) menambah jumlah bukti audit
yang dikumpulkan, sementara itu tingkat materialitas tetap dipertahankan, dan (c)
menambah sedikit jumlah bukti audit yang dikumpulkan dan tingkat materialitas secara
bersama-sama

34 | P a g e
BAB XII
KOMPONEN PENGENDALIAN INTERNAL

Tujuan Pengendalian Internal


Ada tiga tujuan umum dalam merancang sistem pengendalian internal yang efektif:
Reliabilitas pelaporan keuangan.
Tujuan pengendalian internal yang efektif atas laporan keuangan adalah memenuhi
tanggung jawab pelaporan keuangan tersebut.
Efesiensi dan ektivitas operasi.
Tujuannya adalah memperoleh informasi keuangan dan non keuangan yang akurat
tentang operasi perusahaan untuk keperluan pengambilan keputusan.
Ketaatan pada hukum dan peraturan.

Dua konsep utama yang melandasi perancangan dan implementasi pengendalian internal:
1. Kepastian yang layak
2. Keterbatasan inheren

Komponen Pengendalian Internal COSO


Internal control Integrated Framework yang dikeluarkan COSO, menguraikan lima
komponen pengendalian internal yang dirancang dan diimplimentasikan oleh manajemen
untuk memberikan kepastian yang layak bahwa tujuan pengendaliannya akan tercapai.

Komponen pengendalian internal COSO meliputi:


a. Lingkungan pengendalian
b. Penilaian risiko
c. Aktivitas pengendalian
d. Informasi dan komunikasi
e. Pemantauan
Subkomponen Lingkungan Pengendalian
Integritas dan nilai-nilai etis
Komitmen pada kompetensi
Partisipasi dewan komisaris atau komite audit
Filosofi dan gaya operasi manajemen
Struktur organisasi
Kebijakan dan praktik SDM

35 | P a g e
Lingkungan pengendalian
Penilaian risiko Adalah tindakan yang dilakukan manajemen untuk mengidentifikasi dan
menganalisis risiko-risiko yang relevan dengan penyusunan laporan keuangan yang sesuai
dengan PSAK.
Aktivitas pengendalian
Aktivitas pengendalian umumnya dibagi menjadi lima jenis berikut ini:
a. Pemisahan tugas yang memadai;
b. Otorisasi yang sesuai atas transaksi dan aktivitas;
c. Dokumen dan catatan yang memadai;
d. Pengendalian fisik atau aset dan catatan; dan
e. Pemeriksaan kinerja secara independen

Pemisahan tugas yang memadai


Ada empat pedoman umum menyangkut pemisaahan tugas:
a. Pemisahan penyimpanan aset dari akuntansi
b. Pemisahan otorisasi transaksi dari penyimpanan aset terkait
c. Pemisahan tanggung jawab operasional dari tanggung jawab pencatatan
d. Pemisahan tugas TI dari Departemen Pemakai

Otorisasi yang sesuai atas transaksi dan aktivitas


Otorisasi Umum, manajemen menetapkan kebijakan, dan para bawahan diinstruksikan
untuk mengimplementasikan otorisasi umum tersebut dengan menyetujui semua
transaksi dalam batas yang ditetapkan oleh kebijakan itu.
Otorisasi Khusus, berlaku untuk transaksi individual. Untuk transaksi tertentu,
manajemen memilih mengotorisasi setiap transaksi.

Dokumen dan catatan yang memadai


Dokumen dan catatan adalah objek fisik di mana transaksi akan dicantumkan serta
diikhtisarkan.

Pengendalian fisik atau aset dan catatan


Jenis ukuran protektif yang paling penting untuk menjaga aset dan catatan adalah
penggunaan tindakan pencegahan fisik.

Pemeriksaan kinerja secara independen


Kategori terakhir dari aktivitas pengendalian adalah reviu yang cermat dan berkelanjutan
atas keempat hal lainnya, yang disebut pemeriksaan independen atau variabel internal.

36 | P a g e
Informasi dan komunikasi
Adalah untuk memulai, mencatat, memroses, dan melaporkan transaksi yang dilakukan
entitas itu serta mempertahankan akuntabilitas aset terkait.

Pemantauan
Adalah penilaian mutu pengendalian internal secara berkelanjutan atau periodik oleh
manajemen untuk menentukan bahwa pengendalian itu telah beroperasi seperti yang
diharapkan, dan telah dimodifikasi sesuai dengan perubahan kondisi.

Menilai Risiko Pengendalian


Auditor harus memahami perancangan dan pengimplmentasian pengendalian internal
untnuk melakukan penialain pendahuluan atas risiko pengendalian sebagai bagian dari
penilaian risiko salah saji yang material secara keseluruhan.

Pengujian Pengendalian
Adalah prosedur untuk menguji efektivitas pengendalian dalam mendukung penialain
risiko pengendalian ang lebih rendah.

37 | P a g e
BAB XIII
RISIKO KECURANGAN

JENIS KECURANGAN
Kecurangan merupakan setiap upaya penipuan yang disengaja, yang dimaksudkan untuk
mengambil harta atau hak orang atau pihak lain. Pelaporan keaungan yang curang adalah
salah saji atau pengabaian jumlah atau pengungkapan yang disengaja dengan maksud
menipu para pemakai laporan.
Kondisi-Kondisi Penyebab Kecurangan
Tiga kondisi kecurangan yang berasal dari pelaporan keuangan sebagai berikut:
Insentif/Tekanan. Manajemen atau pegawai lain merasakan insentif atau tekanan
untuk melakukan kecurangan.
Kesempatan. Situasi yang membuka kesempatan bagi manajemen atau pegawai
untuk melakukan kecurangan.
Sikap/Rasionalisasi. Ada sikap, karakter, atau serangkaian nilai-nilai etis yang
membolehkan manajemen atau pegawai untuk melakukan tindakan yang tidak jujur,
atau mreka berada dalam lingkungan yang cukup menekan yang membuat mereka
merasionalisasi tindakan yang tidak jujur.

Menilai Risiko Kecurangan


Auditor harus mempertahankan sikap skeptisime profesional; ketika mempertimbangkan
serangkaian informasi yang luas, termasuk faktor-faktor risiko kecurangan, untuk
mengidentifikasi dan menanggapi risiko kecurangan.
Mengawasi Tata Kelola Korporasi untuk Mengurangi Risiko Kecurangan
Tiga pedoman untuk mencegah, menghalangi, dan mendeteksi kecurangan:
1. Budaya jujur dan etika yang tinggi
2. Tanggung jawab menajemen untuk mengevaluasi risiko kecurangan
3. Pengawasan oleh komite audit

Tanggung Jawab Manajemen untuk Mengevaluasi Risiko Kecurangan


Manajemen bertanggung jawab untuk mengidentifikasi dan mengukur risiko kecurangan,
mengambil langkah-langkah untuk mengurangi risiko yang teridentifikasi, serta memantau
pengendalian internal yang mencegah dan mendeteksi kecurangan yaitu dengan cara:
1. Mengidentifikasi dan mengukur risiko kecurangan
2. Mengurangi risiko kecurangan

38 | P a g e
3. Memantau program dan pengendalian pencegahan kecurangan

Merespon Risiko Kecurangan


Apabila risiko salah saji yang material akibat kecurangan sudah teridentifikasi, maka:
1. Auditor harus membahas temuan tersebut dengan manajemen dan minta pandangan
manajemen mengenai potensi kecurangan serta pengendalian yang ada yang
dirancang untuk mencegah atau mendeteksi salah saji.
2. Auditor harus mempertimbangkan apakah program dan pengendalian antikecurangan
dapat mengurangi risiko salah saji yang material akibat kecurangan, atau apakah ada
defisiensi pengendalian yang meningkatkan risiko kecurangan.

Tanggung Jawab Bila Dicurigai Ada Kecurangan


Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat melakukan wawancara:
Jenis-jenis Teknik Pengajuan Pertanyaan:

Pengajuan pertanyaan informasional

Pengajuan pertanyaan penilaian

Pengajuan pertanyaan interogatif

Mengevaluasi respon atas pengajuan pertanyaan

39 | P a g e
BAB XIV
DAMPAK TI DALAM AUDIT
Auditor harus seksama agar tidak terlalu bersandar pada informasi hanya karena dibuat oleh
komputer. Suatu asumsi umum adalah bahwa informasi adalah benar sebab komputer
yang membuatnya. Terlalu sering, kepercayaan ditempatkan pada ketelitian yang belum
diuji dari keluaran yang dibuat komputer sebab auditor gagal untuk mengingat bahwa
komputer hanya melaksanakan apa yang diprogramkan bagi mereka. Auditor harus
memahami dan menguji kendali berbasis-komputer sebelum menyimpulkan bahwa informasi
yang dibuat komputer adalah dapat dipercaya.
Peningkatan ke pengendalian internal sebagai hasil pengintegrasian TI ke dalam sistem
akuntansi meliputi berikut :
1 Kendali komputer menggantikan kendali manual.
2 Tersedianya informasi dengan mutu kebih tinggi

Resiko dari Teknologi Informasi


ketidakmampuan untuk mendapatkan kembali informasi yang penting karena kegagalan
sitem TI atau penggunaan informasi yang tidak dapat dipercaya oleh akrena kesalahan
pemrosesan yang dihasilkan oleh teknologi itu bisa melumpuhkan organisasi. Berikut resiko
kunci yang khusus untuk menyoroti lingkungan TI
1 Kepercayaan pada kemampuan berfungsinya perangkat keras dan lunak
2 Jejak audit yang jelas.
3 Mengurangi keterlibatan manusia
4 Kesalahan sistematis versus kesalahan acak
5 Akses tidak sah
6 Hilangnya data
7 Pengurangan pemisahan tugas-tugas.
8 Ketiadaan otorisasi yang tradisonal
9 Kebutuhan akan pengalaman IT
Pengendalian internal khusus untuk TI
Pengendalian Umum : keamanan fisik dan online atas akses keperangkat keras, perangkat
lunak, dan data yang terkait ; membackup perencanaan dalam keadaan darurat ak terduga ;
dan pengendalian perangkat keras.
Pengendalian Aplikasi : berlaku bagi pemrosesan transaksi individual, seperti pengendalian
atas pemrosesan penjualan atau penerimaan kas. Oleh karena itu, pengendalian aplikasi
adalah khusus untuk aplikasi perangkat lunak tertentu dan biasanya tidak mempengaruhi
semua fungsi TI.

40 | P a g e
Dampak teknologi informasi pada proses audit
1. Pengaruh dari pengendalian umum atas resiko pengendalian
2. Efek dari pengendalian TI atas resiko pengendalian dan ujian substantif
3. Mengaudit dalam lingkungan TI yang tidak terlalu rumit
4. Mengaudit dalam lingkungan TI yang lebih rumit

Masalah untuk lingkungan TI yang berbeda


1. Masalah untuk lingkungan komputer mikro
2. Masalah lingkungan jaringan
3. Masalah sistem manajemen database
4. Masalah untuk sisten E-commerce
5. Masalah saat klien menggunakan TI pihak luar

41 | P a g e
BAB XV
RENCANA AUDIT KESELURUHAN DAN PROGRAM AUDIT

JENIS JENIS PENGUJIAN


Pengujian substantif transaksi memengaruhi risiko pengendalian maupun risiko deteksi
yang direncanakan, karena mereka menguji efektivitas pengendalian internal serta jumlah
nominal transaksi.
a. Prosedur Pengukuran Risiko
Bagian terbesar dari prosedur pengukuran risiko dilakukan untuk mendapatkan suatu
pemahaman atas pengendalian internal, serta digunakan untuk mengukur risiko
pengendalian untuk setiap tujuan audit terkait transaksi.
b. Pengujian Pengendalian
Pengujian pengendalian, baik secara manual dan otomatis, dapat mencakup jenis bukti
berikut ini:
1. Melakukan tanya jawab yang memadai dengan personel klien.
2. Memeriksa dokumen, catatan dan laporan
3. Mengamati aktivitas terkait pengendalian.
4. Mengerjakan ulang prosedur-prosedur klien
c. Pengujian Substantif Transaksi
Enam tujuan audit umum berkaitan dengan transaksi:
1. Keterjadian transaksi yang dicatat memang ada.
2. Kelengkapan transaksi yang terjadi telah dicatat.
3. Keakuratan transaksi yang dicatat dinyatakan pada jumlah yang benar.
4. Posting dan pengikhtisaran transaksi yang dicatat dimasukkan ke dalam file
induk dan diikhtisarkan dengan benar.
5. Klasifikasi transaksi yang dicatat dalam jurnal klien tekah diklasifikasikan secara
tepat.
6. Penetapan waktu transaksi dicatat pada tanggal yang benar.
d. Prosedur Analitis
Dua tujuan utama dari prosedur analitis dalam mengaudit saldo akun adalah untuk :
1. Menandai adanya kemungkinan salah saji dalam laporan keuangan.
2. Memberikan bukti substantif.
e. Pengujian Terperinci Saldo

42 | P a g e
Pengujian terperinci saldo memfokuskan pada saldo akhir buku besar baik untuk akun-akun
neraca maupun laba rugi. Penekanan utama dalam sebagian besar pengujian atas perincian
saldo adalah pada neraca.
Ikhtisar Jenis-Jenis Pengujian
Dengan menggabungkan jenis pengujian audit, auditor mendapatkan keyakinan
keseluruhan yang lebih tinggi untuk transaksi dan akun dalam siklus enjualan dan
penagihan dibandingkan dengan keyakinan yang didapatkan dari setiap pengujian lainnya.
Untuk meningkatkan keyakinan keseluruhan pada suatu siklus, auditor dapat
meningkatkan keyakinan yang didapatkan dari setiap pengujian lainnya.

MEMILIH JENIS PENGUJIAN YANG TEPAT UNTUK DILAKUKAN


Beberapa faktor yang memengaruhi pilihan auditor terhadap jenis pengujian yang dipilih,
termasuk untuk kesediian kedelapan bukti audit, biaya relatif untuk setiap pengujian,
efektifitas pengendalian internal serta risiko bawaan. Hanya dua faktoer pertama yang
akan dibahas lebih lanjut karena dua sisanya telah dibahas pada bab-bab sebelumnya.
Ketersediaan jenis bukti prosedur audit lanjutan.
Masing-masing dari empat jenis prosedur audit lanjutan hanya melibatkan beberapa jenis
bukti audit (konfirmasi, dokumentasi dan seterusnya). Kita dapat melakukan beberapa
pengamatan sebagai berikut:
Makin banyak jenis audit, yang jumlah totalnya adalah enam, digunakan untuk
menguji peperincian saldo di bandingkan untuk setiap jenis pengujian lainnya.
Hanya pengujian terperinci saldo yang melibatkan pemeriksaan fisik dan konfirmasi.
Tanyay jawab dengan klien dilakukan untuk setiap jenis pengujian.

Biaya-biaya Relatif
Jenis-jenis pengjian yang disusun dalam daftar berikut berdasarkan urutan biaya yang
terendah ke yang tertinggi.
1. Prosedur analitis
2. Prosedur penilaian resiko, termasuk prosedur untuk mendapatkan pemahaman atas
pengendalian internal.
3. Pengujian pengendalian
4. Pengujian subtantif transaksi
5. Pengujian terperinci saldo

Hubungan pengujian pengendalian dengan pengujian subtantif.


Tiga tingkat kekurangan pengendalian: kekurangan, signifikan dan kelemahan material.
Auditor sangat mungkin meyakini slaah saji supiah yang material terjadi dalam laporan

43 | P a g e
keuangan ketika deviasi ujinpengendalian dianggap sebagai kekurangan signifikan atau
kelemahan material. Sehingga, selanjutnya auditor harus melakukan pengujian subtantif
transaksi atau pengujian terperinci saldo untuk menentukan apakah salah saji rupiah yang
material telah terjadi.
Hubungan prosedur analitis dan pengujian subtantif
Jika auditor melakukan prosedur analitis subtantif dan meyakini bahwa kemungkinan
terjandinya salah saji itu kecil, pengujian subtantif lainnya dapat dikurangi. Untuk akun-akun
dengan saldo yang kecil, seperti misalnya akun perlengkapan dan akun-akun beban dibayar
dimuka, auditor sering kali membatasi pengujian mereka hanya sapai ke prosedur analitis.

Dilema antara pengujian pengendalian dan pengujian subtantif


Jika pengujian pengendalian mendukung penilaian resiko pengendalian, resiko deteksi
yang direncanakan dalam model resiko audit meningkat, sehingga pengujian
direncanakan dapat dikurangi.

44 | P a g e
Daftar Pustaka

Auditing dan Jasa Assuransce Pendekatan Terintegrasi, Alvin A. Arens, Randal J. Elder, Mark S.
Beasley, Edisi 12.

iv | P a g e

Anda mungkin juga menyukai