AUDITING I
Disusun Oleh :
EVI MAYA SAFITRI
43214110072
Fakultas Ekonomi & Bisnis
Jurusan Akuntansi
Dosen :
BAPAK INDRAGUNA KUSUMABRATA, SE Ak, MM
Auditing I
Universitas Mercu Buana Menteng
2016
KATA PENGANTAR
Rasa syukur yang dalam saya sampaikan kehadiran Tuhan Yang Maha Pemurah, karena berkat
kemurahanNya resume ini dapat menyelesaikan sebuah tugas dari Ka Prodi Akuntansi Universitas
Pembuatan resume ini bertujuan untuk menjalankan kewajiban yang diberikan Ka Prodi dan
sebagai bukti bahwa mahasiswa telah mempelajari dan mengerti setiap materi per bab yang telah diajarkan
oleh dosen mata kuliah Auditing I yaitu Bapak Indraguna Kusumabrata, SE.,Ak.,MM
Adapun sumber-sumber dalam pembuatan resume ini, didapatkan dari berbagai macam buku,
modul dosen dan juga melalui media internet. Saya sebagai penyusun resume ini, sangat berterima kasih
kepada penyedia sumber walau tidak dapat secara langsung untuk mengucapkannya. Dan tak lupa juga
mengucapkan terimakasih kepada Dosen mata kuliah Auditing I, Bapak Indraguna Kusumabrata,
Semoga resume ini bisa memenuhi kewajiban mahasiswa di akhir proses belajar yang dan bisa
Penulis
ii | P a g e
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................................................................................ ii
iii | P a g e
BAB XIV DAMPAK TI DALAM AUDIT
iv | P a g e
BAB I
PENGERTIAN AUDITING & JASA ASURANS
1|Page
pemeriksaan atas informasi keuangan prospektif, dan penerbitan comfort letter
untuk penawaran umum.
2. Jasa Lainnya Jasa Lainnya meliputi: jasa yang berkaitan dengan akuntansi, keuangan,
dan manajemen antara lain adalah jasa audit kinerja, jasa internal audit, jasa
perpajakan, jasa prosedur yang disepakati atas informasi keuangan, dan jasa sistem
teknologi informasi.
Contoh lainnya, meliputi:
Perikatan yang dicakup dalam Standar Jasa Terkait (SJT), seperti perikatan prosedur
yang disepakati dan perikatan kompilasi atas informasi keuangan atau informasi
lainnya.
Jenis-Jenis Audit
Akuntan publik melakukan tiga jenis utama aktivitas audit meliputi antara lain:
1. Audit Operasional
2. Audit Ketaatan
3. Audit Laporan Keuangan
Audit Operasional:
Audit operasional mengevaluasi efisiensi dan efektivitas setiap bagian dari prosedur dan
metode operasi organisasi. Dalam audit operasional, reviu atau penelahaan yang dilakukan
tidak terbatas pada akuntansi, tetapi dapat mencakup evaluasi atas struktur organisasi,
operasi komputer, metode produksi, pemasaran, dan semua bidang lain di mana auditor
menguasainya.
Audit Ketaatan
Audit ketaatan dilaksanaan untuk menentukan apakah pihak yang diaudit telah mengikuti
prosedur, aturan, atau ketentuan tertentu yang ditetapkan oleh otoritas yang lebih tinggi.
Audit Laporan Keuangan
2|Page
Audit laporan keuangan dilakukan untuk menentukan apakah laporan keuangan telah
dinyatakan sesuai dengan kriteria tertentu.
Dalam menentukan apakah laporan keuangan telah dinyatakan secara wajar sesuai
dengan standar akuntansi yang berlaku umum, auditor mengumpulkan bukti untuk
menetapkan apakah laporan keuangan itu mengandung kesalahan yang material.
Jenis-Jenis Auditor:
Jenis auditor yang paling umum adalah Kantor Akuntan Publik, auditor badan akuntabilitas
pemerintah, auditor pajak, dan auditor internal.
Akuntan Publik :
auditor yang memiliki ijin melaksanakan audit financial statement
Auditor Internal Pemerintah :
auditor yang bekerja untuk pemerintah, mengaudit lembaga pemerintah
Audtitor Badan Pemeriksa Keuangan :
auditor yang bekerja untuk Badan Pemeriksa Keuangan
Auditor Pajak :
mengevaluasi ketaataan pembayar pajak terhadap peraturan pajak
Auditor Internal :
auditor yang menjadi karyawan diperusahaan yang mereka audit
3|Page
Standar Auditing yang Berlaku Umum
Standar auditing merupakan pedoman umum untuk membantu auditor memenuhi tanggung
jawab profesionalnya dalam audit atas laporan keuangan historis.
4|Page
BAB II
BUKTI AUDIT
Bukti audit : informasi yang digunakan oleh auditor untuk menentukan apakah informasi
yang diaudit telah sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.
Berbagai Keputusan Bukti Audit
Keputusan Bukti Audit : keputusan untuk menentukan jenis dan jumlah bukti audit
1. Prosedur audit apakah yang akan digunakan
2. Ukuran sampel sebesar apakah yang akan dipilih untuk prosedur tertentu
3. Item manakah yang akan dipilih dari populasi
4. Kapankah berbagai prosedur itu akan dilakukan
5|Page
Penerimaan tanggapan tertulis maupun lisan dari pihak ketiga yang independen yang
memverifikasi keakuratan informasi sebagaimana yang diminta oleh auditor
Permintaan ditujukan bagi klien, klien meminta pihak ketiga yang independen
memberikan tanggapannya secara langsung kepada auditor
SAS 67 (AU 330) :
Konfirmasi Positif : Meminta penerima untuk merespon dalam semua keadaan :
Meminta penerimanya untuk memberikan informasi (formulir kosong/blank form)
Informasi dan permintaan responden untuk menunjukkan apakah ia setuju dengan informasi
itu (sering digunakan, namun kurang diandalkan)
Konfirmasi Negatif : penerima diminta untuk merespon hanya saat informasi tidak benar
(kurang kompeten daripada konfirmasi positif)
5. Wawancara kepada klien (inquiries of the client) : Upaya untuk memperoleh informasi
baik secara lisan maupun tertulis dari klien sebagai tanggapannya atas berbagai
pertanyaan yang diajukan oleh auditor
7. Observasi (observation)
Penggunaan panca indera untuk menilai aktivitas tertentu
Bukti audit ini jarang dipenuhi, karena terdapat suatu resiko bahwa para karyawan
klien yang terlibat dalam aktivitas itu telah menyadari kehadiran sang auditor
6|Page
BAB III
LAPORAN AUDIT
Standar pelaporan keempat berbunyi sebagai berikut:
Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat atas laporan keuangan secara
keseluruhan atau memuat suatu asersi, bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan.
Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus
dikemukakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan
auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang
dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.
Tujuan standar pelaporan keempat tersebut adalah untuk mencegah agar tidak terjadi
penafsiran yang keliru mengenai tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor, apabila
namanya dikaitkan dengan laporan keuangan.
Laporan Auditor Bentuk Baku
Laporan auditor bentuk bentuk baku memuat suatu pernyataan bahwa laporan keuangan
menyajikan secara wajar; dalam semua hal yang material, posisi keuangan suatu entitas,
hasil usaha, dan arus kas sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
Unsur pokok laporan auditor bentuk baku adalah sebagai berikut:
Suatu judul yang memuat kata independen
Suatu pernyataan bahwa laporan keuangan yang disebutkan dalam laporan auditor telah
diaudit oleh auditor.
Suatu pernyataan bahwa laporan keuangan adalah tanggung jawab manajemen
perusahaan dan tanggung jawab auditor terletak pada pernyataan pendapat atas
laporan keuangan berdasarkan atas auditnya.
Suatu pernyataan bahwa audit dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang
ditetapkan Institut Akuntan Publik Indonesia.
Suatu pernyataan bahwa standar auditing tersebut mengaharuskan auditor
merencanakan dan melaksanakan auditnya agar memperoleh kayakinan memadai
bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material.
Suatu pernyataan bahwa audit meliputi:
Pemeriksaan (examination), atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung
jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan.
Penentuan prinsip akunansi yang digunakan dan estimasi-estimasi signifikan yang
dibuat manajemen.
Penilaian penyajian laporan keuangan secara keseluruhan.
Suatu pernyataan bahwa auditor yakin bahwa audit yang dilaksanakan memberikan
dasar memadai untuk memberikan pendapat.
7|Page
Suatu pendapat mengenai apakah laporan keuangan menyajian secara wajar, dalam
semua hal yang material, posisi keuangan perusahaan pada tanggal lapaoran posisi
keuangan dan hasil usaha dan arus kas untuk periode yang berakhir pada tanggal
tersebut sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
Tanda tangan, nama rekan, nomor izin akuntan public, nomor izin usaha kantor akuntan
public.
Tanggal laporan auditor.
Beberapa tipe pendapat yang dinyatakan auditor dalam setiap keadaan adalah sebagai
berikut:
1. Pendapat wajar tanpa pengecualian
Pendapatwajar tanpa pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan
secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keaungan, hasil usaha, dan arus
kas entitas tertentu sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
2. Bahasa penjelasan ditambahkan dalam laporan auditor bentuk baku
Keadaan tertentu mungkin mengharuskan auditor menambahkan suatu paragraf
penjelasan (atau bahasa penjelasan yang lain) dalam laporan auditnya.
3. Pendapat wajar dengan pengecualian
Pendapat wajar dengan pengecualian, menyatakan bahwa laporan keuangan
menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil
usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan standar akuntansi keuangan di
Indonesia, kecuali untuk dampak hal-hal yang berhubungan dengan yang dikecualikan.
4. Pendapat tidak wajar
Pendapat tidak wajar menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara
wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan
standar akuntansi akuntansi keuangan di Indonesia.
5. Pernyataan tidak memberikan pendapat
Pernyataan tidak memberikan pendapat menyatakan bahwa auditor tidak menyatakan
pendapat atas laporan keuangan.
8|Page
Suatu pendapat tidak wajar menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara
wajar poisisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas sesuai dengan SAK di Indonesia.
Pernyataan Tidak Memberikan Pendapat
Suatu pernyataan tidak memberikan pendapat menyatakan bahwa auditor tidak menyatakan
pendapat atas laporan keuangan. Auditor dapat tidak menyatakan suatu pendapat bilamana
ia tidak dapat merumuskan atau tidak merumuskan suatu pendapat tentang kewajaran
laporan keuangan sesuai dengan SAK.
MATERIALITAS
Materialitas pada akuntansi dan pelaporan audit adalah suatu salah saji dalam laporan
keuangan, bila diketahui salah saji ini akan mempengaruhi pengambilan keputusan dari
pengguna laporan yang rasional.
TINGKAT MATERIALITAS
Dalam menerapkan definisi tersebut, terdapat tiga tingkatan materialitas yang digunakan
untuk menentukan jenis opini yang diterbitkan.
Jumlahnya Tidak Material Jika salah saji dalam laporan keuangan muncul , tetapi
tampaknya tidak akan memengaruhi keputusan pengguna informasi yang rasional, maka
salah saji tersebut dianggap tidak material.
Jumlahnya Material Tetapi Tidak Menutupi Laporan Keuangan Secara Keseluruhan
Tingkatan materialitas yang kedua muncul bila salah saji yang terjadi dalam laporan
keuangan memengaruhi keputusan pengguna, tetapi laporan keuangan secara keseluruhan
tetap dinyatakan dengan wajar dan masih berguna.
Jumlahnya Sangat Material Sehingga Kewajaran Penyajian Laporan Keuangan
Diragukan
Materialitas tingkat tertinggi muncul bila pengguna informasi cenderung akan membuat
keputusan yang salah jika mereka mengandalkan laporan keuangan secara keseluruhan.
9|Page
Kondisi yang membutuhkan penyimpangan atau modifikasi
Auditor tidak independen serta ia mengetahui bahwa perusahaan tidak menyajikan
laporan keuangan yang sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum
Terdapat suatu pembatasan ruang lingkup audit serta terdapat keragu-raguan akan
kemampuan perusahaan untuk bertahan hidup dan informasi mengenai penyebab
ketidakpastian ini tidak diungkapkan secara memadai pada catatan atas laporan
keuangannya.
Terdapat suatu penyimpangan terhadap GAAP dalam penyusunan laporan keuangan
perusahaan, serta telah diterakannya suatu prinsip akuntansi dimana penerapannya
tidak konsisten dengan penerapan prinsip akuntansi pada tahun sebelumnya.
10 | P a g e
BAB IV
KEWAJIBAN HUKUM AUDITOR
Kewajiban Hukum
Sumber Utama Timbulnya Kewajiban Hukum
1. Klien. Contoh: klien menuntut auditor karena tidak dapat menemukan penyimpangan
oleh karyawannya.
2. Pihak ketiga. Contoh: bank menuntut auditor karena menggunakan laporan
keuangan yang telah diaudit dalam memberikan kredit yang ternyata kemudian
bermasalah.
3. Pemegang saham. Contoh: sekelompok pemegang saham menuntut auditor karena
memberikan opini unqualified bagi sebuah perusahaan yang bangkrut.
4. Criminal liability. Contoh: pemerintah (jaksa) dapat menuntut auditor yang ternyata
mengetahui adanya penyimpangan pajak dalam perusahaan.
11 | P a g e
Definisi Beberapa Istilah Hukum
Ordinary Niglegence (kelalaian biasa) ketiadaan kepedulian (reasonable care) dari
seseorang yang diharapkan dari seseorang dalam situasi tertentu.
Gross Niglegence (kelalaian besar) Tidak adanya sedikitpun kepedulian (lack of
event slight care), atau suatu tindakan sembrono dari seseorang yang diharapkan.
Constructive fraud (kecurangan konstruktif) adanya kesembronoan yang luar biasa,
meskipun tidak ada maksud untuk menipu atau merugikan. Terjadi bila auditor
mengetahui audit yang memadai belum tuntas, tatapi tetap mengeluarkan opini,
meskipun tidak ada maksud menipu pengguna laporan keuangan.
Fraud (kecurangan) terdapat misstatement, diketahui dan disengaja untuk menipu.
12 | P a g e
Konsep Hukum yang Menyebabkan Kewajiban
Jika Akuntan Publik gagal dalam menjalankan tanggungjawabnya, klien dapat menuntut :
1. Konsep kehati-hatian (Prudent Person Concept) : Standar kehati-hatian dimana
auditor diharapkan dapat menyelesaikan tugasnya.
2. Kewajiban atas tindakan rekan lain : Jika seorang karyawan terbukti tidak tepat
dalam menjalankan audit, partner dianggap bertanggungjawab terhadap hasil
karyawan tsb.
3. Tidak ada komunikasi yang rahasia : Akuntan Publik tidak mempunyai hak menurut
hukum adat (common law) untuk menahan informasi dari pengadilan dengan
menyatakan bahwa informasi tsb. Rahasia.
Kewajiban terhadap Klien
1. Tanggungjawab auditor kepada klien dengan adanya klaim :
a. Kesalahan menyelesaikan kontrak karena tidak sesuai dengan tanggal yang
disepakati
b. Pembatalan proses audit yang tidak bertanggungjawab
c. Kegagalan menemukan kecurangan (pencurian harta perusahaan)
d. Melanggar syarat audit yang kerahasiaanya harus dijaga
2. Pembelaan auditor terhadap klien :
a. Tidak adanya kewajiban melaksanakan jasa pelayanan
b. Tidak ada kelalaian dalam pelaksanaan kerja
c. Kelalaian kontribusi
d. Ketiadaan hubungan timbal balik
Kewajiban terhadap Pihak Ketiga menurut Common Law (Hukum Adat)
1. Doktrin (kasus) Utramares
2. Pemakai yang dapat ditentukan sebelumnya
3. Merupakan anggota dari pemakai jasa yang dapat diandalkan oleh auditor dalam hal
laporan keuangan, contoh kasus : Credit Alliance dan Restatement od Torts
Pembelaan auditor terhadap tuntutan pihak ketiga
1. Tidak adanya kelalaian dalam penyelesaian pekerjaan (lebih disukai)
2. Kelalaian kontribusi (tidak berlaku)
3. Ketiadaan hubungan timbal balik (tidak adanya hubungan antara pemakai laporan
dengan laporan keuangan)
4. Keterbatasan tugas
Tanggapan Profesi terhadap Kewajiban Hukum
Cara mengurangi resiko terkena sangsi hukum
1. Mencari perlindungan dalam proses pengadilan
13 | P a g e
2. Meningkatkan kerja audit sehingga memenuhi permintaan pemakai dengan lebih
baik dan
3. Mendidik pemakai tentang batas audit
4. Melindungi setiap Akuntan Publik terhadap Kewajiban Hukum
Langkah untuk meringankan kewajibannya
1. Hanya berurusan dengan klien yang memiliki integritas
2. Mempekerjakan staf yang kompeten dan melatih serta mengawasi mereka dengan
pantas
3. Mengikuti standar profesi
4. Mempertahankan independensi
5. Memahami usaha klien
6. Melaksanakan audit yang bermutu
Kewajiban Hukum Auditor
1. Lingkungan Hukum
Bertanggung jawab kepada klien, pihak ketiga, pemegang saham, dan pemerintah
(Sumber Tuntutan Hukum):
a. Kepada investor, menurut civil law (hukum perdata)
b. Kepada klien dan pihak ketiga, menurut common law
c. Kepada pemerintah, menurut criminal liability (hukum pidana)
2. Kewajiban berdasar Hukum Umum
3. Kewajiban berdasar UU Pasar Modal
Tren tuntutan hukum terhadap auditor (Deep Pocket Theory)
Tuntutan terhadap auditor di US
a. 1992: 4.000 kasus : $ 30 Milyar
b. 1992KAP Laventhol and Horwath bangkrut
c. 1993-1995; biaya asuransi KAP 6 Besar naik 10 kali lipat $5.000 per auditor
d. KAP menarik diri mengaudit perusahaan yang beresiko tinggi
Kewajiban Kewajiban berdasar Hukum Umum
Common law (hukum umum) didasarkan pasa prinsip keadilan (justice), alasan, dan
akal sehat (common sense) tidak pada hukum absolut atau hukum pasti
Prinsip hukum umum ditentukan oleh kebutuhan sosial dari suatu komunitas
Kewajiban Kepada Klien
Undang-undang Kontrak
Auditor menerbitkan laporan auditor dengan tidak mematuhi standar auditing
Tidak mengirimkan laporan auditor sesuai dengan kesepakatan
Mengungkapan rahasia klien tanpa ijin
Undang-undang Kelalaian
14 | P a g e
Kelalaian Biasa (ordinary negligence)
Kecerobohan (gross negligence)
Kecurangan (Fraud)
Kewajiban Kepada Pihak Ketiga
Kewajiban kepada Pengguna Utama
Kewajiban kepada Pengguna Lain
Tanggungjawab Auditor utk melaporkan Tindakan Illegal
Berpengaruh terhadap kewajaran l/k : l/k harus direvisi, jika tdk beri pendapat
kualifikasi atau tidak wajar
Kalau auditor tdk mendapatkan bukti yg cukup ttg tindakan illegal, komunikasi
informasi ini melalui opini kualifikasi atau disclaimer, jelaskan jenis dan keterbatasan
luas lingkup
Jaminan Tentang Kontinuitas Usaha
Penyajian yang wajar tidak berarti kontinuitas usaha klien terjamin
Auditor bertanggungjawab utk menilai apakah ada keraguan yang substansial bahwa
entitas mampu menjaga kelangsungan usahanya setahun ke depan
15 | P a g e
BAB V
ETIKA DAN ATURAN ETIKA
Pengertian
Etika dapat diefinisikan sebagai serangkaian prinsip atau nilai moral. Prinsip etika yang
dikembangkan oleh Josephson Institute of Ethics adalah sebagai berikut:
Dapat dipercaya (trustworthiness) : Mencakup kejujuran, integritas, reliabilitas, dan
loyalitas
Penghargaan (respect) : Mencakup gagasan seperti kepantasan (civility),
kesopansantunan (courtesy), kehormatan, toleransi, dan penerimaan. Seseorang
yang terhormat akan memperlakukan pihak lainnya dengan penuh pertimbangan dan
menerima perbedaan serta keyakinan pribadi tanpa berprasangka buruk.
Pertanggungjawaban (responsibility) : Berarti bertanggung jawab atas tindakan
seseorang serta dapat menahan diri.
Kelayakan (fairness) dan keadilan : Mencakup isu-isu tentang kesamaan penilaian,
sikap tidak memihak, proporsionalitas, keterbukaan, dan keseksamaan.
Perhatian (caring) : Berarti sungguh-sungguh memperhatikan kesejahteraan pihak
lain dan mencakup tindakan yang memperhatikan kepentingan sesama serta
memperhatian perbuatan baik.
Kewarganegaraan (citizenship) : Termasuk kepatuhan pada undang-undang serta
melaksanakan kewajibannya sebagai warga negara agar proses dalam masyarakat
berjalan dengan baik, antara lain pemungutan suara, melindungi sumberdaya alam
yang ada.
Dilema Etikaadalah situasi yang dihadapi oleh seseorang di mana ia harus mengambil
keputusan tentang perilaku yang tepat. Enam langkah pendekatan berikut dimaksudkan
agar dapat menjadi suatu pendekatan yang relatif sederhana untuk menyelesaikan dilema
etika:
1. Memperoleh fakta yang relevan
2. Mengidentifikasi isu-isu etis berdasrkan fakta tersebut
3. Menentukan siapa yang akan terpengaruh oleh akibat dari dilema tersebut
4. Mengidentifikasi berbagai alternatif yang tersedia bagi orang yang harus
menyelesaikan dilema tersebut
5. Mengidentifikasi konsekuensi yang mungkin terjadi dari setiap alternatif
6. Memutuskan tindakan yang tepat
16 | P a g e
Kebutuhan Khusus akan Perilaku Etis Dalam Profesi
Profesional adalah tanggung jawab untuk bertindak lebih dari sekedar memenuhi tanggung
jawab diri sendiri maupun ketentuan hukum dan peraturan masyarakat. Prinsip-prinsip Etis
adalah sebagai berikut:
1. Tanggung jawab
2. Kepentingan Publik
3. Integritas
4. Objektivitas dan Independensi
5. Keseksamaan
6. Ruang Lingkup dan Sifat Jasa
Kode Perilaku Profesional menyediakan standar umum perilaku yang ideal maupun
peraturan perilaku khusus yang harus diberlakukan. Kode perilaku ini terdiri dari 4 bagian:
prinsip-prinsip, peraturan perilaku, interprestasi atas peraturan perilaku, dan kaidah etika
Independensi dalam fakta (independen in fact) ada bila auditor benar-benar mampu
mempertahankan sikap tidak bias sepanjang audit, sedangkan independen dalam
penampilan (independence in appearance) adalah hasil dari interpretasi lain atas
independensi ini.
Ketentuan Sarbanes-Oxley Act dan peraturan SEC
Sembilan jasa yang tidaj diperkenankan menurut ketentuan Sarbanes-Oxley Act dan
peraturan SEC:
1. Jasa pembukuan dan akuntansi lain
2. Perancangan dan implementasi sistem informasi keuangan
3. Jasa penaksiran atau penilaian
4. Jasa aktuarial
5. Outsourching audit internal
6. Fungsi manajemen dan Sumber Daya Manusia
7. Jasa pialang atau dealer atau penasihat investasi atau bankir investasi
8. Jasa hukum dan pakar yang tidak berkaitan dengan audit
9. Semua jasa lain yang ditentukan oleh peraturan PCAOB sebagai tidak
diperkenankan.
Komite audit
Sarbox Act menyaratkan komite audit perusahaan publik bertanggung jawab atas
penunjukan, kompensasi, dan pengawasan atas pekerjaan auditor. Komite audit harus
menyetujui terlebih dahulu semua jasa audit dan nonaudit, serta bertanggung jawab untuk
mengawasi pekerjaan auditor, termasuk penyelesaian ketidaksepakatan yang melibatkan
pelaporan keuangan antara manajemen dan auditor.
17 | P a g e
Konflik yang Timbul dari Hubungan Personalia
Penerimaan karyawan dari mantan anggota tim audit pada sebuah klien meningkatkan
masalah independensi.
Rotasi Partner
Sarbox act adan SEC mengharuskan pimpinan dan partner audit merotasi penugasan audit
selama lima tahun.
Kepentingan Kepemilikan
Aturan SEC tentang hubngan keuangan berfokus pada perspektif penugasan dan melarang
kepemilikan pada klien audit bagi orang-orang yang dapat mempengaruhi audit.
Peraturan Perilaku dan Interpretasi Indepensi
Kepentingan Keuangan melarang anggota yang terlibat untuk memiliki saham atau investasi
langsung lainnya dalam klien audit karena hal itu berpotensi meruak indepndensi audit
aktual (independensi dalam fakta), dan pasti akan mempengaruhi persepsi pemakai atas
independensi auditor (independensi dalam penampilan). Investasi tidak langsung, contohnya
kepemilikan saham dalam perusahaan klien oleh kakek auditor, juga dilarang, tetapi hanya
jika jumlahnya material bagi auditor.Anggota yang terlibat yang dapat mempengaruhi
penugasan atestasi sebagai berikut:
1. Orang-orang pada tim penugasan atestasi.
2. Orang-orang yang dapat mempengaruhi penugasan atestasi, seperti orang yang
mengawasi atau mengevaluasi partner penugasan.
3. Partner atau manajer yang memberikan jasa nonatestasi kepada klien.
4. Partner di kantor partne yang bertanggung jawab atas penugasan atestasi.
5. Kantor akuntan dan program tunjangan karyawannya.
6. Entitas yang dapat dikendalikan oleh setiap anggota yang terlibat tersebut di atas
atau oleh dua orang atau lebih anggotra yang terlibat atau entitas yang beroperasi
bersama.
Kepentingan Keuangan Langsung Vs Tidak Langsung
Kepemilikan lembar saham atau ekuitas lainnya oleh para anggota atau keluarga dekatnya
dikenal dengan kepentingan keuangan langsung (direct financial interest).Kepentingan
keuangan tidak langsung (indirect financial interest) muncul ketika terdapat hubungan
kepemilikan yang dekat, tetapi bukan hubungan langsung, antara auditor dan kliennya.
Material dan Tidak Material
Materialitas mempengaruhi apakah kepemilikan saham merupakan suatu pelanggran untuk
kepentingan tidak langsung. Materialitas harus dilihat dalam hubungannya dengan
kesejahteraan dan pendapatan secara anggota.
Masalah Kepentingan Keuangan yang Berkaitan
18 | P a g e
1. Mantan Praktisi : Dalam sebagian besar situasi, interpretasi memungkinkan para
mantan partner atau pemegang saham meninggalkan perusahaan karena hal-hal
seperti mengundurkan diri atau menjual kepemelikan saham mereka demi memiliki
hubungan dengan klien perusahaaan.
2. Prosedur Pemberian Pinjaman yang Normal
Umumnya tidak diperkenankan adanya perjanjian kredit antara Kantor Akuntan
Publik atau para karyawannya dengan klien audit karena hal itu merupakan
hubungankeuangan. Namun, terdapat beberapa pengecualian atas peraturan
tersebut termasuk kredit mobil.
3. Kepentingan Keuangan dan Penerimaan Bekerja Anggota Keluarga Inti serta
Keluarga Terdekat
Hubungan sebagai Investor atau Investee Bersama dengan Klien
Klien merupakan investor atau investee untuk nonklien di mana akuntan publik memiliki
kpentingan kepemilikan:
1. Klien sebagai investor
2. Klien sebagai investee
Direktur, Pejabat, Manajemen, atau karyawan Perusahaan
Jika seorang akuntan publik adalah anggota dari dewan direksi atau pejabat perusahaan
klien, maka kemampuannya untuk melakukan evaluasi yang independen atas kewajaran
penyajian laporan keuangan akan terpengaruh. Meskipun dengan menduduki jabatan
tersebut tidak benar-benar mempengaruhi independensinya sebagai auditor, keterlibatan
yang cukup sering dengan manajemen dan keputusan yang dibuatnya cenderung
mempengaruhi pandangan para pemakai laporan terhadap independensinya sebagai
akuntan publik.Untuk menghilangkan kemungkinan ini, interpretasi tidak memperkenankan
anggota yang terlibat, partner, dan staf profesional di kantor partner yang bertanggung
jawab atas penugasan atestasi menjadi direktur atau pejabat pada perusahaan yang
menjadi klien audit.
19 | P a g e
BAB VI
TANGGUNG JAWAB DAN TUJUAN AUDIT
Tanggungjawab Manajemen
Tanggungjawab untuk mengadopsi kebijakan akuntansi yang sehat, menyelenggarakan
pengendalian intern yang memadai serta membuat berbagai penyajian laporan keuangan
secara wajar.
Contoh Laporan Manajemen dalam suatu Laporan Tahunan yang mencantumkan
pernyataan tentang tanggung jawab manajemen.
Tanggungjawab Auditor
Auditor memiliki tanggungjawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit untuk
memperoleh tingkat keyakinan yang memadai tentang apakah laporan keuangan itu telah
terbebas dari kesalahan penyajian yang material, baik disebabkan oleh kekeliruan maupun
oleh kecurangan
Alasan Auditor bertanggungjawab atas tingkat keyakinan yang memadai tapi tidak mutlak:
1. Mayoritas bukti audit berasal dari pengujian sampel atas populasi.
2. Berbagai penyajian akuntansi terdiri dari sejumlah taksiran yang kompleks, yang
mengandung sejumlah ketidakpastian serta dapat mempengaruhi berbagai peristiwa
yang akan datang.
3. Laporan keuangan yang disusun dengan penuh kecurangan seringkali sangat sulit
dibuktikan, khususnya saat terdapat suatu kolusi dalam manajemen perusahaan.
20 | P a g e
Tanggung jawab manajemen atas kewajaran penyajian (asersi) laporan keuangan
berkaitan dengan privilage untuk menentukan penyajian dan pengungkapan apa yang
dianggap perlu.
Skeptisme Profesionalisme
SAS 1 (AU 230): Audit dirancang sedemikian rupa agar dapat memberikan kepastian yang
layak untuk mendeteksi baik kekeliruan maupun kecurangan yang material dalam laporan
keuangan.
21 | P a g e
bersikap tidak jujur, tetapi kemungkinan mereka bersikap tidak jujur harus tetap
dipertimbangkan.
22 | P a g e
Asersi Manajemen
Asersi Manajemen adalah representasi pernyataan yang tersirat atau diekpresikan oleh
manajemen tentang kelas transaksi dan akun serta pengungkapan yang terkait dalam
laporan keaungan.
Klasifikasi Asersi (SAS 106 (AU 326) kedalam tiga kategori:
1. Asersi tentang kelas transaksi dan peristiwa selama periode yang diaudit
2. Asersi tentang saldo akun pada akhir periode
3. Asersi tentang penyajian dan pengungkapan
23 | P a g e
BAB IX
PERENCANAAN AUDIT (1/2)
Perencanaan Audit
Standar auditing: auditor harus merencanakan pekerjaan secara memadai dan jika
digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.
Alasan utama, auditor harus merencakan penugasan dengan tepat:
Untuk memungkinkan auditor mendapatkan bukti yang tepat yang mencukupi pada
situasi yang dihadapi,
untuk membantu menjaga biaya audit tetap wajar, dan
untuk menghindarkan kesalahpahaman dengan klien.
24 | P a g e
a) Memiliki kompetensi dan kemampuan (termasuk waktu dan sumber daya) untuk
melaksanakan perikatan;
b) Dapat mematuhi ketentuan etika profesi yang relevan; dan
c) Telah mempertimbangkan integritas klien, dan tidak memiliki informasi yang akan
menuntun KAP untuk menyimpulkan bahwa klien tidak memiliki integritas.
Overviu perencanaan
Perencanaan suatu audit melibatkan penetapan strategi audit secara keseluruhan untuk
perikatan tersebut dan pengembangan rencana audit. (SA 300 par 2).
25 | P a g e
1. Strategi audit secara keseluruhan akan menetapkan ruang lingkup, waktu, dan arah
audit, serta memberikan panduan bagi pengembangan rencana audit. (SA 300 par
7)
2. Rencana audit harus mencakup hal-hal sebagai berikut (SA 300 par 9):
3. Sifat, waktu, dan luas prosedur penilaian risiko yang direncanakan, seperti yang
ditentukan dalam SA 315.
Aktivitas Perencanaan
Auditor harus menetapkan strategi audit secara keseluruhan yang menetapkan ruang
lingkup, waktu, dan arah audit, serta yang memberikan panduan bagi pengembangan
rencana audit.
Dalam menetapkan strategi audit secara keseluruhan, auditor harus:
1. Mengidentifikasi karakteristik perikatan yang mendefinisikan ruang lingkupnya;
2. Memastikan tujuan pelaporan perikatan untuk merencanakan waktu audit dan sifat
komunikasi yang disyaratkan;
3. Mempertimbangkan faktor-faktor yang, menurut pertimbangan profesional auditor,
signifikan dalam mengarahkan usaha tim perikatan;
4. Mempertimbangkan hasil aktivitas awal perikatan dan, jika relevan, apakah
pengetahuan yang diperoleh dari perikatan lain yang telah dilaksankan oleh rekan
perikatan adalah relevan untuk entitas yang akan diaudit; dan
5. Memastikan sifat, saat, dan luas sumber daya yang diperlukan untuk
melaksanakan perikatan.
Dokumentasi
Auditor harus memasukkan hal-hal berikut ini dalam dokumentasi audit:
1. Strategi audit secara keseluruhan;
2. Rencana audit; dan
3. Setiap perubahan signifikan yang dilakukan selama perikatan audit terhadap
strategi audit atau rencana audit secara keseluruhan, dan alasan atas perubahan
tersebut.
26 | P a g e
b) Mengevaluasi kepatuhan terhadap ketentuan etika yang relevan, termasuk
independensi;
c) Menetapkan suatu pemahaman atas ketentuan perikatan.
Perencanaan bukan merupakan suatu fase audit yang terpisah dari fase audit lainnya,
tetapi lebih merupakan suatu proses yang berkelanjutan dan berulang yang sering
dimulai seketika setelah (atau dalam hubungannya dengan) penyelesaian audit periode
sebelumnya dan berlanjut hingga penyelesaian perikatan audit periode kini. Namun,
perencanaan mencakup perimbangan tentang kapan dilakukan aktivitas dan prosedur
27 | P a g e
audit tertentu yang perlu dilengkapi sebelum pelaksanaan audit lanjutan. Sebagai contoh,
perencanaan mencakup kebutuhan untuk mempertimbangkan hal-hal berikut ini sebelum
dilakukan identifikasi dan penilaian risiko kesalahan penyajian material oleh auditor:
1. Prosedur analitis yang ditetapkan sebagai prosedur penilaian risiko;
2. Pemerolehan suatu pemahaman umum tentang kerangka peraturan perundang-
undangan yang berlaku atas entitas dan bagaimana entitas mematuhi kerangka
tersebut;
3. Penentuan materialitas;
4. Keterlibatan pakar;
5. Pelaksanaan prosedur penilaian risiko lainnya.
28 | P a g e
BAB X
PERENCANAAN AUDIT (2/2)
Pengertian
Prosedur analitis dapat diterapkan pada laporan konsolidasian, komponen, dan unsur
informasi secara individu.
Prosedur analitis juga mencakup pertimbangan atas hubungan-hubungan, sebagai contoh:
1. Di antara unsur-unsur informasi keuangan yang akan diharapkan sesuai dengan pola
yang dapat diprediksi berdasarkan pengalaman entitas, seperti persentase laba bruto;
2. Antara informasi keuangan dan informasi nonkeuangan yang relevan, seperti
hubungan antara beban gaji dengan jumlah karyawan.
Prosedur analitik digunakan dengan tujuan sebagai berikut:
1. Membantu auditor dalam merencanakan sifat, saat, dan lingkup prosedur audit
lainnya.
2. Sebagai pengujian substantif untuk memperoleh bukti tentang asersi tertentu yang
berhubungan dengan saldo akun atau jenis transaksi.
3. Sebagai review menyeluruh informasi keuangan pada tahap review akhir audit.
Berikut ini adalah contoh sumber informasi yang digunakan dalam mengembangkan
harapan:
1. Informasi keuangan periode sebelumnya yang dapat diperbandingkan dengan
memperhatikan perubahan yang diketahui.
2. Hasil yang diantisipasikan, misalnya anggaran atau prakiraan termasuk ekstrapolasi
dari data interim atau tahunan.
3. Hubungan antara unsur-unsur informasi keuangan dalam satu periode.
4. Informasi industri bidang usaha klien, misalnya informasi laba bruto.
29 | P a g e
5. Hubungan informasi keuangan dengan informasi nonkeuangan yang relevan.
30 | P a g e
Pada waktu merancang dan melaksanakan prosedur analitis substantif, sendiri atau dalam
kombinasi dengan pengujian rinci, sebagai prosedur substantif, auditor harus:
1. Menentukan kecocokan prosedur analitis substantif untuk asersi yang tersedia,
dengan memperhitungkan risiko kesalahan penyajian material yang ditentukan, dan
pengujian rinci, jika ada, untuk asersi-asersi tersebut;
2. Mengevaluasi keandalan data yang dijadikan dasar oleh auditor untuk
mengembangkan ekspektasi atas jumlah tercatat atau rasio, dengan
mempertimbangkan sumber, komparabilitas, serta sifat dan relevansi informasi yang
tersedia, dan pengendalian atas penyusunannya;
3. Mengembangkan ekspektasi atas jumlah tercatat atau rasio dan mengevaluasi
apakah ekspektasi tersebut telah cukup tepat untuk mengidentifikasi kesalahan
penyajian, baik secara individu atau ketika diagregasikan dengan kesalahan
penyajian lainnya, dapat menyebabkan terjadinya kesalahan penyajian material
dalam laporan keuangan;
4. Menentukan kecocokan jumlah perbedaan antara jumlah tercatat dengan nilai yang
diharapkan yang dapat diterima tanpa memerlukan investigasi lebih lanjut seperti
yang disyaratkan.
31 | P a g e
BAB XI
MATERIALITAS RESIKO AUDIT
Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi, yang
dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat mengakibatkan perubahan atas atau
pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi
tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji tersebut atau materialitas adalah
ukuran tingkat salah saji atau ketidaklengkapan informasi akuntansi yang bisa
mempengaruhi pertimbangan pengguna laporan keuangan.
Materialitas vs SPI
1. Semakin lemah SPI (semakin tinggi risiko salah saji), semakin kecil angka materialitas,
semakin banyak bukti audit yang diperlukan.
2. Kepercayaan auditor terhadap kewajaran asersi manajemen rekening rendah.
3. Semakin kuat SPI (semakin rendah risiko salah saji), semakin besar angka materialitas,
semakin sedikit bukti audit yang diperlukan. Kepercayaan auditor terhadap kewajaran
asersi manajemen semakin tinggi.
Saldo rekening material adalah saldo rekening yang jumlahnya relatif material dari laporan
keuangan secara keseluruhan, sehingga kemungkinan perlu mendapatkan perhatian khusus
dalam pelaksanaan audit
32 | P a g e
Risiko audit adalah risiko bagi auditor untuk membuat kesalahan dalam memberikan
pendapat atas laporan keuangan, karena gagal mengungkap salah saji material.
Kesalahan akan dianggap sebagai risiko jika audit telah dilaksanakan sesuai standar
auditing. Jika audit tidak sesuai standar auditing, kesalahan pendapat dikatakan sebagai
kegagalan audit.
Risiko audit disebabkan oleh tiga faktor:
Risiko bawaan (inherent risk), yaitu risiko yang disebabkan oleh sifat dasar dari suatu
asersi manajemen, misalnya karena kompleksitas standar akuntansi.
Risiko pengendalian (control risk), yaitu risiko yang disebabkan oleh kegagalan SPI
dalam mencegah atau mendeteksi secara cepat salah saji dalam laporan keuangan.
Risiko deteksi (detection risk), yaitu risiko yang disebabkan oleh kegagalan auditor dalam
mendeteksi salah saji material, setelah audit dilaksanakan sesuai dengan standar auditing.
33 | P a g e
2. Risiko Pengendalian, adalah risiko terjadinya salah saji material dalam suatu asersi
yang tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh pengendalian intern
entitas.
3. Risiko Deteksi, adalah risiko sebagai akibat auditor tidak dapat mendeteksi salah saji
material yang terdapat dalam suatu asersi.
Berbagai kemungkinan hubungan antara materialitas, bukti audit dan risiko audit sebagai
berikut:
a. Jika auditor mempertahankan risiko audit konstan dan tingkat materialitas dikurangi,
auditor harus menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan.
b. Jika auditor mempertahankan tingkat materialitas konstan dan mengurangi jumlah bukti
audit yang dikumpulkan, risiko audit menjadi meningkat.
c. Jika auditor menginginkan untuk mengurangi risiko audit, auditor dapat menempuh
salah satu dari 3 cara berikut: (a) menambah tingkat materialitas, sementara itu
mempertahakan jumlah bukti audit yang dikumpulkan, (b) menambah jumlah bukti audit
yang dikumpulkan, sementara itu tingkat materialitas tetap dipertahankan, dan (c)
menambah sedikit jumlah bukti audit yang dikumpulkan dan tingkat materialitas secara
bersama-sama
34 | P a g e
BAB XII
KOMPONEN PENGENDALIAN INTERNAL
Dua konsep utama yang melandasi perancangan dan implementasi pengendalian internal:
1. Kepastian yang layak
2. Keterbatasan inheren
35 | P a g e
Lingkungan pengendalian
Penilaian risiko Adalah tindakan yang dilakukan manajemen untuk mengidentifikasi dan
menganalisis risiko-risiko yang relevan dengan penyusunan laporan keuangan yang sesuai
dengan PSAK.
Aktivitas pengendalian
Aktivitas pengendalian umumnya dibagi menjadi lima jenis berikut ini:
a. Pemisahan tugas yang memadai;
b. Otorisasi yang sesuai atas transaksi dan aktivitas;
c. Dokumen dan catatan yang memadai;
d. Pengendalian fisik atau aset dan catatan; dan
e. Pemeriksaan kinerja secara independen
36 | P a g e
Informasi dan komunikasi
Adalah untuk memulai, mencatat, memroses, dan melaporkan transaksi yang dilakukan
entitas itu serta mempertahankan akuntabilitas aset terkait.
Pemantauan
Adalah penilaian mutu pengendalian internal secara berkelanjutan atau periodik oleh
manajemen untuk menentukan bahwa pengendalian itu telah beroperasi seperti yang
diharapkan, dan telah dimodifikasi sesuai dengan perubahan kondisi.
Pengujian Pengendalian
Adalah prosedur untuk menguji efektivitas pengendalian dalam mendukung penialain
risiko pengendalian ang lebih rendah.
37 | P a g e
BAB XIII
RISIKO KECURANGAN
JENIS KECURANGAN
Kecurangan merupakan setiap upaya penipuan yang disengaja, yang dimaksudkan untuk
mengambil harta atau hak orang atau pihak lain. Pelaporan keaungan yang curang adalah
salah saji atau pengabaian jumlah atau pengungkapan yang disengaja dengan maksud
menipu para pemakai laporan.
Kondisi-Kondisi Penyebab Kecurangan
Tiga kondisi kecurangan yang berasal dari pelaporan keuangan sebagai berikut:
Insentif/Tekanan. Manajemen atau pegawai lain merasakan insentif atau tekanan
untuk melakukan kecurangan.
Kesempatan. Situasi yang membuka kesempatan bagi manajemen atau pegawai
untuk melakukan kecurangan.
Sikap/Rasionalisasi. Ada sikap, karakter, atau serangkaian nilai-nilai etis yang
membolehkan manajemen atau pegawai untuk melakukan tindakan yang tidak jujur,
atau mreka berada dalam lingkungan yang cukup menekan yang membuat mereka
merasionalisasi tindakan yang tidak jujur.
38 | P a g e
3. Memantau program dan pengendalian pencegahan kecurangan
39 | P a g e
BAB XIV
DAMPAK TI DALAM AUDIT
Auditor harus seksama agar tidak terlalu bersandar pada informasi hanya karena dibuat oleh
komputer. Suatu asumsi umum adalah bahwa informasi adalah benar sebab komputer
yang membuatnya. Terlalu sering, kepercayaan ditempatkan pada ketelitian yang belum
diuji dari keluaran yang dibuat komputer sebab auditor gagal untuk mengingat bahwa
komputer hanya melaksanakan apa yang diprogramkan bagi mereka. Auditor harus
memahami dan menguji kendali berbasis-komputer sebelum menyimpulkan bahwa informasi
yang dibuat komputer adalah dapat dipercaya.
Peningkatan ke pengendalian internal sebagai hasil pengintegrasian TI ke dalam sistem
akuntansi meliputi berikut :
1 Kendali komputer menggantikan kendali manual.
2 Tersedianya informasi dengan mutu kebih tinggi
40 | P a g e
Dampak teknologi informasi pada proses audit
1. Pengaruh dari pengendalian umum atas resiko pengendalian
2. Efek dari pengendalian TI atas resiko pengendalian dan ujian substantif
3. Mengaudit dalam lingkungan TI yang tidak terlalu rumit
4. Mengaudit dalam lingkungan TI yang lebih rumit
41 | P a g e
BAB XV
RENCANA AUDIT KESELURUHAN DAN PROGRAM AUDIT
42 | P a g e
Pengujian terperinci saldo memfokuskan pada saldo akhir buku besar baik untuk akun-akun
neraca maupun laba rugi. Penekanan utama dalam sebagian besar pengujian atas perincian
saldo adalah pada neraca.
Ikhtisar Jenis-Jenis Pengujian
Dengan menggabungkan jenis pengujian audit, auditor mendapatkan keyakinan
keseluruhan yang lebih tinggi untuk transaksi dan akun dalam siklus enjualan dan
penagihan dibandingkan dengan keyakinan yang didapatkan dari setiap pengujian lainnya.
Untuk meningkatkan keyakinan keseluruhan pada suatu siklus, auditor dapat
meningkatkan keyakinan yang didapatkan dari setiap pengujian lainnya.
Biaya-biaya Relatif
Jenis-jenis pengjian yang disusun dalam daftar berikut berdasarkan urutan biaya yang
terendah ke yang tertinggi.
1. Prosedur analitis
2. Prosedur penilaian resiko, termasuk prosedur untuk mendapatkan pemahaman atas
pengendalian internal.
3. Pengujian pengendalian
4. Pengujian subtantif transaksi
5. Pengujian terperinci saldo
43 | P a g e
keuangan ketika deviasi ujinpengendalian dianggap sebagai kekurangan signifikan atau
kelemahan material. Sehingga, selanjutnya auditor harus melakukan pengujian subtantif
transaksi atau pengujian terperinci saldo untuk menentukan apakah salah saji rupiah yang
material telah terjadi.
Hubungan prosedur analitis dan pengujian subtantif
Jika auditor melakukan prosedur analitis subtantif dan meyakini bahwa kemungkinan
terjandinya salah saji itu kecil, pengujian subtantif lainnya dapat dikurangi. Untuk akun-akun
dengan saldo yang kecil, seperti misalnya akun perlengkapan dan akun-akun beban dibayar
dimuka, auditor sering kali membatasi pengujian mereka hanya sapai ke prosedur analitis.
44 | P a g e
Daftar Pustaka
Auditing dan Jasa Assuransce Pendekatan Terintegrasi, Alvin A. Arens, Randal J. Elder, Mark S.
Beasley, Edisi 12.
iv | P a g e