Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Infeksi HIV/AIDS ( Human immuno Deficiency Virus / Acquired Immune Deficiency


Syndrom ) pertama kali dilaporkan di Amerika pada tahun 1981 pada orang dewasa
homoseksual, sedangkan pada anak tahun 1983. enam tahun kemudian ( 1989 ), AIDS
sudah termasuk penyakit yang mengancam anak di amerika. Di seluruh dunia, AIDS
menyebabkan kematian pada lebih dari 8000 orang setiap hari saat ini, yang berarti 1
orang setiap 10 detik, karena itu infeksi HIV dianggap sebagai penyebab kematian
tertinggi akibat satu jenis agen infeksius.

AIDS pada anak pertama kali dilaporkan oleh Oleske, Rubbinstein dan Amman pada
tahun 1983 di Amerika serikat. Sejak itu laporan jumlah AIDS pada anak di Amerika
makin lama makin meningkat. Pada bulan Desember di Amerika dilaporkan 1995
maupun pada anak yang berumur kurang dari 13 tahun menderita HIV dan pada bulan
Maret 1993 terdapat 4480 kasus. Jumlah ini merupakan 1,5 % dan seluruh jumlah kasus
AIDS yang dilaporkan di Amerika. Di Eropa sampai tahun 1988 terdapat 356 anak dengan
AIDS. Kasus infeksi HIV terbanyak pada orang dewasa maupun pada anak anak
tertinggi didunia adalah di Afrika.

Sejak dimulainya epidemi HIV/ AIDS, telah mematikan lebih dan 25 juta orang, lebih dan
14 juta anak kehilangan salah satu atau kedua orang tuanya karena AIDS. Setiap tahun
juga diperkirakan 3 juta orang meninggal karena AIDS, 500 000 diantaranya adalah anak
usia dibawah 15 tahun. Setiap tahun pula terjadi infeksi baru pada 5 juta orang terutama
di negara terbelakang atau berkembang, dengan angka transmisi sebesar ini maka dari
37,8 juta orang pengidap infeksi HIV/AIDS pada tahun 2005, terdapat 2,1 juta anak- anak
dibawah 15 tahun. (WHO 1999)

1
Antiretroviral (ART) dan pengobatan untuk infeksi oportunistik yang terjangkau semakin
tersedia tetapi hal ini memberi sedikit manfaat pada bayi bila mereka tidak dapat
didiagnosis secara dini. Kebanyakan anak yang terinfeksi HIV meninggal di bawah usia 2
tahun dan kurang lebih 33 persen meninggal di bawah usia 1 tahun [3-5]. Sayangnya
menafsirkan hasil dari tes darah (antibodi) dipakai untuk orang dewasa yang tersedia
paling luas adalah sulit untuk bayi di bawah usia 9-12 bulan. Hasil antibodi-negatif
memberi kesan bahwa bayi tidak terinfeksi. Hasil antibodi-positif tidak memastikan bayi
terinfeksi karena antibodi ibu pada anak yang terlahir oleh ibu terinfkesi HIV dapat
ditahan; oleh karena itu, tes virologis adalah cara yang dibutuhkan untuk mendiagnsosis
HIV pada bayi. Penyusuan, walau terkait dengan ketahanan hidup yang lebih baik,
menempatkan bayi dalam risiko tertular HIV selama masa penyusuan, walau bayi tidak
terinfeksi pada awal.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa/mahasiwi dapat menberikan Asuhan Keperawatan yang tepat pada


pasien anak dengan HIV/AIDS.

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa/mahasiswi mengerti tentang definisi HIV.

b. Mahasiswa/mahasiswi mengerti tentang etiologi HIV.

c. Mahasiswa.mahasiswi mengerti tentang manifestasi klinik HIV.

d. Mahasiswa/mahasiswi mengerti tentang patofisiologi HIV.

e. Mahasiswa/mahasiswi mengerti tentang pemeriksaan HIV.

f. Mahasiswa/mahasiswa mampu memgkaji pasien HIV.

g. Mahasiswa/mahasiswi mampu membuat intervensi pada pasien HIV

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

AIDS adalah penyakit yang berat yang ditandai oleh kerusakan imunitas seluler yang
disebabkan oleh retrovirus (HIV) atau penyakit fatal secara keseluruhan dimana
kebanyakan pasien memerlukan perawatan medis dan keperawatan canggih selama
perjalanan penyakit. (Carolyn, M.H.1996:601)

AIDS (Acquired immunodeficiency syndrome) adalah kumpulan gejala penyakit akibat


menurunnya system kekebalan tubuh secara bertahap yang disebabkan oleh infeksi
Human Immunodeficiency virus (HIV). (Mansjoer, 2000:162)

AIDS adalah penyakit defisiensi imunitas seluler akibat kehilangan kekebalan yang dapat
mempermudah terkena berbagai infeksi seperti bakteri, jamur, parasit dan virus tertentu
yang bersifat oportunistik. ( FKUI, 1993 : 354)

AIDS (Aquired Immunodeficiency Syndrome) adalah sekumpulan gejala atau penyakit


yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi virus HIV (Human
Immunodeficiency Virus) yang termasuk familiretroviridae. AIDS merupakan tahap akhir
dari infeksi HIV. (SudoyoAru, dkk 2009)

Jadi HIV adalah infeksi virus yang secara progresif menghancurkan sel-sel darah putih
Infeksi oleh HIV biasanya berakibat pada kerusakan sistem kekebalan tubuh secara

3
progresif, menyebabkan terjadinya infeksi oportunistik dan kanker tertentu (terutama
pada orang dewasa).

B. Etiologi

Penyebab penyakit AIDS adalah HIV yaitu virus yang masuk dalam kelompok retrovirus
yang biasanya menyerang organ-organ vital sistem kekebalan tubuh manusia. Penyakit
ini dapat ditularkan melalui penularan seksual, kontaminasi patogen di dalam darah, dan
penularan masa perinatal.

1. faktor risiko untuk tertular HIV pada bayi dan anak adalah :

a. bayi yang lahir dari ibu dengan pasangan biseksual,

b. bayi yang lahir dari ibu dengan pasangan berganti,

c. bayi yang lahir dari ibu atau pasangannya penyalahguna obat intravena,

d. bayi atau anak yang mendapat transfusi darah atau produk darah berulang,

e. anak yang terpapar pada infeksi HIV dari kekerasan seksual (perlakuan salah
seksual), dan

f. anak remaja dengan hubungan seksual berganti-ganti pasangan.

2. Cara Penularan

Penularan HIV dari ibu kepada bayinya dapat melalui:

a. Dari ibu kepada anak dalam kandungannya (antepartum)

Ibu hamil yang terinfeksi HIV dapat menularkan virus tersebut ke bayi yang
dikandungnya. Cara transmisi ini dinamakan juga transmisi secara vertikal.
Transmisi dapat terjadi melalui plasenta (intrauterin) intrapartum, yaitu pada
waktu bayi terpapar dengan darah ibu.

b. Selama persalinan (intrapartum)

4
Selama persalinan bayi dapat tertular darah atau cairan servikovaginal yang
mengandung HIV melalui paparan trakeobronkial atau tertelan pada jalan lahir.

c. Bayi baru lahir terpajan oleh cairan tubuh ibu yang terinfeksi

Pada ibu yang terinfeksi HIV, ditemukan virus pada cairan vagina 21%, cairan
aspirasi lambung pada bayi yang dilahirkan. Besarnya paparan pada jalan lahir
sangat dipengaruhi dengan adanya kadar HIV pada cairan vagina ibu, cara
persalinan, ulkus serviks atau vagina, perlukaan dinding vagina, infeksi cairan
ketuban, ketuban pecah dini, persalinan prematur, penggunaan elektrode pada
kepala janin, penggunaan vakum atau forsep, episiotomi dan rendahnya kadar
CD4 pada ibu.

Ketuban pecah lebih dari 4 jam sebelum persalinan akan meningkatkan resiko
transmisi antepartum sampai dua kali lipat dibandingkan jika ketuban pecah
kurang dari 4 jam sebelum persalinan.

d. Bayi tertular melalui pemberian ASI

Transmisi pasca persalinan sering terjadi melalui pemberian ASI (Air susu ibu).
ASI diketahui banyak mengandung HIV dalam jumlah cukup banyak. Konsentrasi
median sel yang terinfeksi HIV pada ibu yang tenderita HIV adalah 1 per 10 4 sel,
partikel virus ini dapat ditemukan pada componen sel dan non sel ASI. Berbagai
factor yang dapat mempengaruhi resiko tranmisi HIV melalui ASI antara lain
mastitis atau luka di puting, lesi di mucosa mulut bayi, prematuritas dan respon
imun bayi. Penularan HIV melalui ASI diketahui merupakan faktor penting
penularan paska persalinan dan meningkatkan resiko tranmisi dua kali lipat.

C. Klasifikasi
Ada 2 klasifikasi yang sampai sekarang sering digunakan untuk remaja dan dewasa yaitu
klasifikasi menurut WHO dan Centers for Disease Control and Preventoin (CDC) Amerika
Serikat. Di negara-negara berkembang menggunakan sistem klasifikasi WHO dengan

5
memakai data klinis dan laboratorium, sementara di negara-negara maju digunakan
sistem klasifikasi CDC. Klasifikasi menurut WHO digunakan pada beberapa Negara yang
pemeriksaan limfosit CD4+ tidak tersedia. Klasifikasi stadium klinis HIV/AIDS WHO
dibedakan menjadi 4 stadium, yaitu:
Stadium HIV menurut WHO

Stadium Gejala Klinis

Tidak ada penurunan berat badan


I Tanpa gejala atau hanya limfadenopati
Generalisata Persisten
Penurunan berat badab < 10%
ISPA berulang : sinusitis, otitis media,
tonsillitis, dan faringitis
Herpes Zooster dalam 5 tahun terakhir
Luka disekitar bibir (Kelitis Angularis)
II
Ulkus mulut berulang
Ruam kulit yang gatal (seborok atau
prurigo)
Dermatitis seboroik
Infeksi jamur pada kuku

6
Penurunan berat badan > 10%
Diare, demam yang tidak diketahui
penyebabnya > 1 bulan
Kandidiasis oral atau Oral Hairy Leukoplakia
TB paru dalam 1 tahun terakhir
III
Limfadenitis TB
Infeksi bacterial yang berat : Pneumonia.
Peumiosis
Anemia (< 8gr/dl), Trombositopeni Kronik
(<50 x 109 per liter)

Sindroma Wasting (HIV)


Pneumoni Pneumocytis
Pneumoni bacterial yang berat berulang
dalam 6 bulan
Kandidiasis Esofagus
Herpes Simpleks Ulseratif > 1 bulan
Limfoma
Sarkoma Kaposi
IV Kanker Serviks yang Invasif
Retinitis CMV
TB Ekstra Paru
Toksoplasmosis
Enselopati HIV
Meningitis Kriptokokus
Infeksi Mikrobakteria non TB meluas
Lekoensefalopati multifocal progresif
Kriptosporidiosis kronis, mikosis meluas

7
Klasifikasi HIV/AIDS pada orang dewasa menurut CDC (Centers for Disease Control) dibagi
atas empat tahap, yakni:
1. Infeksi HIV akut
Tahap ini disebut juga sebagai infeksi primer HIV. Keluhan muncul setelah 2-4 minggu
terinfeksi. Keluhan yang muncul berupa demam, ruam merah pada kulit, nyeri telan,
badan lesu, dan limfadenopati. Pada tahap ini, diagnosis jarang dapat ditegakkan
karena keluhan menyerupai banyak penyakit lainnya dan hasil tes serologi standar
masih negatif (Murtiastutik, 2008).
2. Infeksi Seropositif HIV Asimtomatis
Pada tahap ini, tes serologi sudah menunjukkan hasil positif tetapi gejala
asimtomatis. Pada orang dewasa, fase ini berlangsung lama dan penderita bisa tidak
mengalami keluhan apapun selama sepuluh tahun atau lebih. Berbeda dengan anak-
anak, fase ini lebih cepat dilalui (Murtiastutik, 2008).
3. Persisten Generalized Lymphadenopathy (PGL)
Pada fase ini ditemukan pembesaran kelenjar limfe sedikitnya di dua tempat selain
limfonodi inguinal. Pembesaran ini terjadi karena jaringan limfe berfungsi sebagai
tempat penampungan utama HIV. PGL terjadi pada sepertiga orang yang terinfeksi
HIV asimtomatis. Pembesaran menetap, menyeluruh, simetri, dan tidak nyeri tekan
(Murtiastutik, 2008).
4. AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome)
Hampir semua orang yang terinfeksi HIV, yang tidak mendapat pengobatan, akan
berkembang menjadi AIDS. Progresivitas infeksi HIV bergantung pada karakteristik
virus dan hospes. Usia kurang dari lima tahun atau lebih dari 40 tahun, infeksi yang
menyertai, dan faktor genetik merupakan faktor penyebab peningkatan
progresivitas. Bersamaan dengan progresifitas dan penurunan sistem imun,
penderita HIV lebih rentan terhadap infeksi. Beberapa penderita mengalami gejala
konstitusional, seperti demam dan penurunan berat badan, yang tidak jelas
penyebabnya. Beberapa penderita lain mengalami diare kronis dengan penurunan
berat badan. Penderita yang mengalami infeksi oportunistik dan tidak mendapat

8
pengobatan anti retrovirus biasanya akan meninggal kurang dari dua tahun
kemudian (Murtiastutik, 2008).
D. Tanda dan Gejala
Tahun 2007, di Indonesia oleh KPA (Komisi Penanggulangan AIDS) diagnosis AIDS dengan
kriteria WHO digunakan untuk keperluan surveilans epidemiologi. Dalam hal ini
seseorang dapat didiagnosis berdasarkan gejala klinis, yang terdiri dari gejala mayor dan
minor. Pasien yang dikatakan AIDS jika menunjukan hasil tes HIV positif disertai minimal
terdapat 2 gejala mayor atau terdapat 2 gejala minor dan 1 gejala mayor.

Gejala Mayor Gejala Minor

Berat badan turun > 10% dalam 1 bulan Batuk menetap > 1 bulan

Diare kronik berlangsung > 1 bulan Dermatitis generalisata


Herpes Zooster multisegmental dan
Demam berkepanjangan > 1 bulan
berulang
Penurunan kesadaran Kandidiasis orofaringeal
Demensia/HIV enselopati Herpes simplek kronis progresif
Linfadenopati generalisata
Infeksi jamur berulang pada alat kelamin
wanita
Retinitis Cytomegalovirus

9
E. Patofisiologi

HIV masuk kedalam darah dan mendekati sel Thelper dengan melekatkan dirinya pada protein
CD4. Sekali ia berada di dalam, materi viral (jumlah virus dalam tubuh penderita) turunan yang
disebut RNA (ribonucleic acid) berubah menjadi viral DNA (deoxyribonucleic acid) dengan suatu
enzim yang disebut reverse transcriptase. Viral DNA tersebut menjadi bagian dari DNA manusia,
yang mana, daripada menghasilkan lebih banyak sel jenisnya, benda tersebut mulai
menghasilkan virusvirus HI.

Enzim lainnya, protease, mengatur viral kimia untuk membentuk virusvirus yang baru. Virus
virus baru tersebut keluar dari sel tubuh dan bergerak bebas dalam aliran darah, dan berhasil
menulari lebih banyak sel. Ini adalah sebuah proses yang sedikit demi sedikit dimana akhirnya
merusak sistem kekebalan tubuh dan meninggalkan tubuh menjadi mudah diserang oleh infeksi
dan penyakitpenyakit yang lain. Dibutuhkan waktu untuk menularkan virus tersebut dari orang
ke orang.

Respons tubuh secara alamiah terhadap suatu infeksi adalah untuk melawan selsel yang
terinfeksi dan mengantikan selsel yang telah hilang. Respons tersebut mendorong virus untuk
menghasilkan kembali dirinya.

Jumlah normal dari selsel CD4+T pada seseorang yang sehat adalah 8001200 sel/ml kubik
darah. Ketika seorang pengidap HIV yang selsel CD4+ Tnya terhitung dibawah 200, dia menjadi
semakin mudah diserang oleh infeksiinfeksi oportunistik.

Infeksiinfeksi oportunistik adalah infeksiinfeksi yang timbul ketika sistem kekebalan tertekan.
Pada seseorang dengan sistem kekebalan yang sehat infeksiinfeksi tersebut tidak biasanya
mengancam hidup mereka tetapi bagi seorang pengidap HIV hal tersebut dapat menjadi fatal.

10
C. WOC HIV/AIDS

11
12
D. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis infeksi HIV pada anak bervariasi dari asimtomatis sampai penyakit
berat yang dinamakan AIDS. AIDS pada anak terutama terjadi pada umur muda karena
sebagian besar (>80%) AIDS pada anak akibat transmisi vertikal dari ibu ke anak. Lima
puluh persen kasus AIDS anak berumur < l tahun dan 82% berumur <3 tahun. Meskipun
demikian ada juga bayi yang terinfeksi HIV secara vertikal belum memperlihatkan gejala
AIDS pada umur 10 tahun.

Gejala klinis yang terlihat adalah akibat adanya infeksi oleh mikroorganisme yang ada di
lingkungan anak. Oleh karena itu, manifestasinya pun berupa manifestasi nonspesifik
berupa :

a. Gagal tumbuh.

b. Berat badan menurun,

c. Anemia,

d. Panas berulang,

e. Llimfadenopati, dan

f. Hepatosplenomegali

Gejala yang menjurus kemungkinan adanya infeksi HIV adalah adanya infeksi
oportunistik, yaitu infeksi dengan kuman, parasit, jamur, atau protozoa yang lazimnya
tidak memberikan penyakit pada anak normal. Karena adanya penurunan fungsi imun,
terutama imunitas selular, maka anak akan menjadi sakit bila terpajan pada organisme
tersebut, yang biasanya lebih lama, lebih berat serta sering berulang. Penyakit tersebut
antara lain kandidiasis mulut yang dapat menyebar ke esofagus, radang paru
karena Pneumocystis carinii, radang paru karena mikobakterium atipik, atau
toksoplasmosis otak. Bila anak terserangMycobacterium tuberculosis, penyakitnya akan
berjalan berat dengan kelainan luas pada paru dan otak. Anak sering juga menderita
diare berulang.

13
Manifestasi klinis lainnya yang sering ditemukan pada anak adalah pneumonia
interstisialis limfositik, yaitu kelainan yang mungkin langsung disebabkan oleh HIV pada
jaringan paru. Manifestasi klinisnya berupa :
a. Hipoksia,
b. Sesak napas,
c. Jari tabuh, dan
d. Limfadenopati.
e. Secara radiologis terlihat adanya infiltrat retikulonodular difus bilateral, terkadang
dengan adenopati di hilus dan mediastinum.
Manifestasi klinis yang lebih tragis adalah yang dinamakan ensefalopati kronik yang
mengakibatkan hambatan perkembangan atau kemunduran ketrampilan motorik dan
daya intelektual, sehingga terjadi retardasi mental dan motorik. Ensefalopati dapat
merupakan manifestasi primer infeksi HIV. Otak menjadi atrofi dengan pelebaran
ventrikel dan kadangkala terdapat kalsifikasi. Antigen HIV dapat ditemukan pada jaringan
susunan saraf pusat atau cairan serebrospinal.
H. Komplikasi

1. Oral Lesi

Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis, peridonitis
Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral, nutrisi, dehidrasi, penurunan
berat badan, keletihan dan cacat. Kandidiasis oral ditandai oleh bercak-bercak putih
seperti krim dalam rongga mulut. Jika tidak diobati, kandidiasis oral akan berlanjut
mengeni esophagus dan lambung. Tanda dan gejala yang menyertai mencakup
keluhan menelan yang sulit dan rasa sakit di balik sternum (nyeri retrosternal).

2. Neurologik

a. Ensefalopati HIV atau disebut pula sebagai kompleks dimensia AIDS (ADC; AIDS
dementia complex). Manifestasi dini mencakup gangguan daya ingat, sakit
kepala, kesulitan berkonsentrasi, konfusi progresif, perlambatan psikomotorik,
apatis dan ataksia. stadium lanjut mencakup gangguan kognitif global,

14
kelambatan dalam respon verbal, gangguan efektif seperti pandangan yang
kosong, hiperefleksi paraparesis spastic, psikosis, halusinasi, tremor,
inkontinensia, dan kematian.

b. Meningitis kriptokokus ditandai oleh gejala seperti demam, sakit kepala, malaise,
kaku kuduk, mual, muntah, perubahan status mental dan kejang-kejang.
diagnosis ditegakkan dengan analisis cairan serebospinal.

3. Gastrointestinal

a. Wasting syndrome kini diikutsertakan dalam definisi kasus yang diperbarui untuk
penyakit AIDS. Kriteria diagnostiknya mencakup penurunan BB > 10% dari BB
awal, diare yang kronis selama lebih dari 30 hari atau kelemahan yang kronis, dan
demam yang kambuhan atau menetap tanpa adanya penyakit lain yang dapat
menjelaskan gejala ini.

b. Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan
sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan, anoreksia, demam,
malabsorbsi, dan dehidrasi.

c. Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal,


alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam
atritis.

d. Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang
sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rektal, gatal-
gatal dan diare.

4. Respirasi

Pneumocystic Carinii. Gejala napas yang pendek, sesak nafas (dispnea), batuk-batuk,
nyeri dada, hipoksia, keletihan dan demam akan menyertai pelbagi infeksi oportunis,
seperti yang disebabkan oleh Mycobacterium Intracellulare (MAI), cytomegalovirus,
virus influenza, pneumococcus, dan strongyloides.

15
3. Dermatologik

Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis,
reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri, gatal, rasa terbakar,
infeksi sekunder dan sepsis. Infeksi oportunis seperti herpes zoster dan herpes
simpleks akan disertai dengan pembentukan vesikel yang nyeri dan merusak
integritas kulit.

Moluskum kontangiosum merupakan infeksi virus yang ditandai oleh pembentukan


plak yang disertai deformitas. dermatitis sosoreika akan disertai ruam yang difus,
bersisik dengan indurasi yang mengenai kulit kepala serta wajah.penderita AIDS juga
dapat memperlihatkan folikulitis menyeluruh yang disertai dengan kulit yang kering
dan mengelupas atau dengan dermatitis atopik seperti ekzema dan psoriasis.

4. Sensorik

a. Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva atau kelopak mata : retinitis


sitomegalovirus berefek kebutaan

b. Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran


dengan efek nyeri yang berhubungan dengan mielopati, meningitis,
sitomegalovirus dan reaksi-reaksi obat.

I. Pemeriksaan Diagnostik

1. Tes untuk diagnose infeksi HIV

Menurut Hidayat (2008) diagnosis HIV dapat tegakkan dengan menguji HIV. Tes ini
meliputi :

a. ELISA, latex agglutination Penilaian Elisa dan latex agglutination dilakukan untuk
mengidentifikasi adanya infeksi HIV atau tidak, bila dikatakan positif HIV harus
dipastikan dengan tes western blot.

b. Western blot ( positif).

16
c. Tes antigen P 24 (polymerase chain reaction) atau PCR . Bila pemeriksaan pada
kulit, maka dideteksi dengan tes antibodi (biasanya digunakan pada bayi lahir
dengan ibu HIV. (positif untuk protein virus yang bebas).

d. Kultur HIV(positif; kalau dua kali uji-kadar secara berturut-turut mendeteksi


enzim reverse transcriptase atau antigen p24 dengan kadar yang meningkat)

2. Tes untuk deteksi gangguan system imun.

a. LED (normal namun perlahan-lahan akan mengalami penurunan).

b. CD4 limfosit (menurun; mengalami penurunan kemampuan untuk bereaksi


terhadap antigen).

c. Rasio CD4/CD8 limfosit (menurun).

d. Serum mikroglobulin B2 (meningkat bersamaan dengan berlanjutnya penyakit).

e. Kadar immunoglobulin (meningkat)

J. Farmakologi HIV/AIDS

Obatobatan Antiretroviral (ARV) bukanlah suatu pengobatan untuk HIV/AIDS tetapi


cukup memperpanjang hidup dari mereka yang mengidap HIV. Pada tempat yang kurang
baik pengaturannya permulaan dari pengobatan ARV biasanya secara medis
direkomendasikan ketika jumlah sel CD4 dari orang yang mengidap HIV/AIDS adalah 200
atau lebih rendah. Untuk lebih efektif, maka suatu kombinasi dari tiga atau lebih ARV
dikonsumsi, secara umum ini adalah mengenai terapi Antiretroviral yang sangat aktif
(HAART). Kombinasi dari ARV berikut ini dapat mengunakan:

1. Nucleoside Analogue Reverse Transcriptase Inhibitors (NRTI'), mentargetkan


pencegahan protein reverse transcriptase HIV dalam mencegah perpindahan dari
viral RNA menjadi viral DNA (contohnya AZT, ddl, ddC & 3TC).

2. Nonnucleoside Reverse Transcriptase Inhibitors (NNRTI's) memperlambat


reproduksi dari HIV dengan bercampur dengan reverse transcriptase, suatu

17
enzim viral yang penting. Enzim tersebut sangat esensial untuk HIV dalam
memasukan materi turunan kedalam selsel. Obatobatan NNRTI termasuk:
Nevirapine, delavirdine (Rescripta), efavirenza (Sustiva).

3. Protease Inhibitors (PI) mengtargetkan protein protease HIV dan menahannya


sehingga suatu virus baru tidak dapat berkumpul pada sel tuan rumah dan
dilepaskan.

Pencegahan perpindahan dari ibu ke anak (PMTCT): seorang wanita yang mengidap
HIV(+) dapat menularkan HIV kepada bayinya selama masa kehamilan, persalinan dan
masa menyusui. Dalam ketidakhadiran dari intervensi pencegahan, kemungkinan bahwa
bayi dari seorang wanita yang mengidap HIV(+) akan terinfeksi kirakira 25%35%. Dua
pilihan pengobatan tersedia untuk mengurangi penularan HIV/AIDS dari ibu ke anak.
Obatobatan tersebut adalah:

1. Ziduvidine (AZT) dapat diberikan sebagai suatu rangkaian panjang dari 1428
minggu selama masa kehamilan. Studi menunjukkan bahwa hal ini menurunkan
angka penularan mendekati 67%. Suatu rangkaian pendek dimulai pada
kehamilan terlambat sekitar 36 minggu menjadi 50% penurunan. Suatu
rangkaian pendek dimulai pada masa persalinan sekitas 38%. Beberapa studi
telah menyelidiki pengunaan dari Ziduvidine (AZT) dalam kombinasi dengan
Lamivudine (3TC).

2. Nevirapine: diberikan dalam dosis tunggal kepada ibu dalam masa persalinan dan
satu dosis tunggal kepada bayi pada sekitar 23 hari. Diperkirakan bahwa dosis
tersebut dapat menurunkan penularan HIV sekitar 47%. Nevirapine hanya
digunakan pada ibu dengan membawa satu tablet kerumah ketika masa
persalinan tiba, sementara bayi tersebut harus diberikan satu dosis dalam 3 hari.

Postexposure prophylaxis (PEP) adalah sebuah program dari beberapa obat antiviral,
yang dikonsumsi beberapa kali setiap harinya, paling kurang 30 hari, untuk mencegah
seseorang menjadi terinfeksi dengan HIV sesudah terinfeksi, baik melalui serangan
seksual maupun terinfeksi occupational. Dihubungankan dengan permulaan pengunaan

18
dari PEP, maka suatu pengujian HIV harus dijalani untuk menetapkan status orang yang
bersangkutan. Informasi dan bimbingan perlu diberikan untuk memungkinkan orang
tersebut mengerti obatobatan, keperluan untuk mentaati, kebutuhan untuk
mempraktekan hubungan seks yang aman dan memperbaharui pengujian HIV.
Antiretrovirals direkomendasikan untuk PEP termasuk AZT dan 3TC yang digunakan
dalam kombinasi. CDC telah memperingatkan mengenai pengunaan dari Nevirapine
sebagai bagian dari PEP yang berhutang pada bahaya akan kerusakan pada hati.
Sesudah terkena infeksi yang potensial ke HIV, pengobatan PEP perlu dimulai
sekurangnya selama 72 jam, sekalipun terdapat bukti untuk mengusulkan bahwa lebih
awal seseorang memulai pengobatan, maka keuntungannya pun akan menjadi lebih
besar. PEP tidak merekomen dasikan proses terinfeksi secara biasa ke HIV/AIDS
sebagaimana hal ini tidak efektif 100%; hal tersebut dapat memberikan efek samping
yang hebat dan mendorong perilaku seksual yang tidak aman.

K. Asuhan Keperawatan
A) Pengkajian
1. Idensitas klien meliputi: nama/nama panggilan,tempat tanggal lahir/usia, jenis
kelamin, agama, paendidikan, alamat, tanggal masuk, tanggal pengkajian.
2. Identitas penanggung jawab.
3. Keluhan Utama.
Orangtua klien mengeluhkan anaknya batuk- batuk disertai sesak napas.
4. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien terus batuk batuk sejak satu minggu yang lalu, kemudian dua hari
yang lalu mulai disertai sesak napas.klien juga terkena diare dengan frekuensi
BAB cukup tinggi.sejak semalam klien demam dan di perparah lagi klien tidak
mau menyusu, karena itu orang tua klien membawanya ke rumah sakit.

19
b) Riwayat Kesehatan Lalu (khusus untuk anak 0-5 tahun)
1) Prenatal Care
Pemeriksaan kehamilan.
Keluhan selama hamil.
Riwayat terkena sinar tidak ada.
Kenaikan berat badan selama hamil.
Imunisasi
2) N a t a l
Tempat melahirkan.
Lama dan jenis persalinan.
Penolong persalinan.
Komplikasi selama persalinan ataupun setelah persalinan (sedikit
perdarahan daerah vagina).
3) Post Natal
Kondisi Bayi : BB lahir.. kg, PB.. cm.
Kondisi anak saat lahir: baik/tidak.
Penyakit yang pernah dialami setelah imunisasi
Kecelakaan yang pernah dialami: ada/tidak ada
Imunisasi
Alergi
Perkembangan anak dibanding saudara-saudara
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah anggota keluarga yang mengidap HIV : missal, ibu.
5. Riwayat Imunisasi
Jenis imunisasi apa saja yang pernah diberikan, waktu pemberian dan reaksi
setelah pemberian. Missal; imunisasi BCG, DPT, Polio, Campak, Hepatitis.
6. Riwayat Tumbuh Kembang
a. Tinggi Badan : PB lahir .. cm, PB masuk RS :.. Cm
a. Perkembangan tiap tahap ( berapa bulan)

20
b. Berguling, duduk, merangkak, berdiri, berjalan, senyum kepada orang
lain, bicara pertama kali, berpakaian tanpa bantuan .
8. Riwayat Nutrisi
1. Pemberian ASI
Pertama kali di susui : berapa jam setelah lahir.
Cara Pemberian : Setiap Kali menangis dan tanpa menangis.
Lama Pemberin : berapa menit.
Diberikan sampai usia berapa.
2. Pemberian Susu Formula :missal; SGM.
2. Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini
9. Riwayat Psiko Sosial
- Anak tinggal di mana, keadaan Lingkungan, fasilitas rumah.
- Hubungan antar anggota kelurga baik.
- Pengasuh anak adalah orang tua, pengasuh,dll
10. Riwayat spiritual
Kegiatan ibadah, tempat ibadah.
9. Reaksi Hospitalisasi
a. Pengalaman Keluarga tentang Sakit dan rawat inap.
b. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat Inap
12. Aktivitas sehari-hari
Kaji sebelum sakit dirumah dan selama dirawat dirumah sakit tentang: nutrisi,
cairan, eliminasi, istirahat/tidur, personal hygiene, aktivitas/mobilisasi, rekreasi.
10. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum: composmetis, stupor, semi koma, koma.
b. Ekspresi wajah, penampilan ( berpakaian).
c. Tanda-tanda vital meliputi: suhu, nadi, pernapasan. Tekanan darah.
d. Antropometri meliputi: panjang badan, berat badan, lingkar lengan atas,
lingkar kepala, lingkar dada, lingkar abdomen.
e. Head To Toe

21
Kulit : Pucat dan turgor kulit agak buruk.
Kepal dan leher : Normal tidak ada kerontokan rambut, warna
hitam dan tidak ada peradangan.
Kuku : Jari tabuh.
Mata / penglihatan :Sklera pucat dan nampak kelopak mata
cekung
Hidung :Tidak ada Peradangan, tidak ada reaksi alergi, tidak ada
polip, dan fxungsi penciuman normal.
Telinga :Bentuk simetris kanan/kiri, tidak ada peradangan, tidak
ada perdarahan.
Mulut dan gigi: Terjadi peradangan pada rongga mulut dan
mukosa, terjadi Peradangan dan perdarahan pada gigi ,gangguan
menelan (-), bibir dan mukosa mulut klien nampak kering dan
bibir pecah-pecah.
Leher: Terjadi peradangan pada eksofagus.
Dada : dada masih terlihat normal
Abdomen : Turgor jelek ,tidak ada massa, peristaltik usus
meningkat dan perut mules dan mual.
Perineum dan genitalia : Pada alat genital terdapat bintik-bintik
radang.
Extremitas atas/ bawah : Extremitas atas dan extremitas bawah
tonus otot lemah akibat tidak ada energi karena diare dan proses
penyakit.
f. Sistem Pernafasan
- Hidung : Simetris, pernafasan cuping hidung : ada, secret : ada
- Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar limfe di
sub mandibula.
- Dada :
Bentuk dada : Normal

22
Perbandingan ukuran anterior-posterior dengan tranversal : 1 : 1
Gerakan dada : simetris, tidak terdapat retraksi
Suara nafas : ronki.
Suara nafas tambahan : ronki
Tidak ada clubbling finger
g. Sistem kardiovaskuler :
- Conjungtiva : Tidak anemia, bibir : pucat/cyanosis, arteri carotis :
berisi reguler , tekanan vena jugularis : tidak meninggi.
- Ukuran Jantung : tidak ada pembesaran .
- Suara jantung : Tidak ada bunyi abnormal.
- Capillary refilling time > 2 detik
h. Sistem pencernaan:
- Mulut : terjadi peradangan pada mukosa mulut
- Abdomen : distensi abdomen, peristaltic meningkat > 25x/mnt akibat
adanya virus yang menyerang usus
- Gaster : nafsu makan menurun, mules, mual muntah, minum
normal,
- Anus : terdapat bintik dan meradang gatal
i. Sistem indra
1) Mata : agak cekung.
2) Hidung : Penciuman kurang baik,
3) Telinga:
Keadaan daun telinga : kanal auditorius kurang bersih akibat
benyebaran penyakit, fungsi pendengaran kesan baik.
4) Sistem Saraf
a) Fungsi serebral:
Status mental : Orientasi masih tergantung orang tua
Bicara :

23
Kesadaran : Eyes (membuka mata spontan) = 4,
motorik (bergerak mengikuti perintah) = 6, verbal
(bicara normal) = 5
b) Fungsi kranial :
Saat pemeriksaan tidak ditemukan tanda-tanda kelainan dari
Nervus I Nervus XII.
b) Fungsi motorik : Klien nampak lemah, seluruh aktifitasnya
dibantu oleh orang tua.
c) Fungsi sensorik : suhu, nyeri, getaran, posisi, diskriminasi
(terkesan terganggu).
d) Fungsi cerebellum : Koordinasi, keseimbangan kesan normal.
e) Refleks : bisip, trisep, patela dan babinski terkesan normal.
j. Sistem Muskulo Skeletal
1) Kepala : Betuk kurang baik, sedikit nyeri
2) Vertebrae: Tidak ditemukan skoliosis, lordosis, kiposis, ROM pasif,
klien malas bergerak, aktifitas utama klien adalah berbaring di
tempat tidur.
3) Lutut : tidak bengkak, tidak kaku, gerakan aktif, kemampuan jalan
baik.
4) Tangan tidak bengkak, gerakan dan ROM aktif.
k. Sistem integument
- warna kulit pucat dan terdapat bintik-bintik dengan gatal, turgor
menurun > 2 dt,
- suhu meningkat 39 derajat celsius, akral hangat, akral dingin
(waspada syok), capillary refill time memajang > 2 dt, kemerahan
pada daerah perianal.
l. Sistem endokrin
- Kelenjar tiroid tidak nampak, teraba tidak ada pembesaran.
- Suhu tubuh tidak tetap, keringat normal,

24
- Tidak ada riwayat diabetes
m. Sistem Perkemihan
- Urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/24 jam), frekuensi
berkurang.
- Tidak ditemukan odema.
- Tidak ditemukan adanya nokturia, disuria , dan kencing batu
n. Sistem Reproduksi
Alat genetalia termasuk glans penis dan orificium uretra eksterna merah
dan gatal.
f. Sistem Imun
- Klien tidak ada riwayat alergi.
- Imunisasi lengkap.
- Penyakit yang berhubungan dengan perubahan cuaca tidak ada.
- Riwayat transfusi darah ada/tidak ada
B) Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan asupan
oral.
2. Intoleransi aktivitas b.d keadaan mudah letih, kelemahan, mal nutrisi, gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit.
3. Resiko infeksi b.d imunodefisiensi.
4. Defisit volume cairan b.d kehilangan volume cairan secara aktif.
C) Intervensi

Rencana
Keperawatan
NO Diagnosa Keperawatan Intervensi
Tujuan dan Kriteria
Hasil

25
1 Ketidakseimbangan NOC: Monitor adanya penurunan BB
nutrisi kurang dari a. Nutritional status: dan gula darah
kebutuhan tubuh Adequacy of Monitor lingkungan selama
Berhubungan dengan : nutrient makan
Ketidakmampuan untuk b. Nutritional Status : Jadwalkan pengobatan dan
memasukkan atau food and Fluid tindakan tidak selama jam
mencerna nutrisi oleh Intake makan
karena faktor biologis, c. Weight Control Monitor turgor kulit
psikologis atau ekonomi. Setelah dilakukan Monitor kekeringan, rambut
DS: tindakan kusam, total protein, Hb dan
- Nyeri abdomen keperawatan kadar Ht
- Muntah selama.nutrisi Monitor mual dan muntah
- Kejang perut kurang teratasi Monitor pucat, kemerahan, dan
- Rasa penuh tiba-tiba dengan indikator: kekeringan jaringan konjungtiva
setelah makan Albumin serum Monitor intake nuntrisi
DO: Pre albumin Kolaborasi dengan dokter
- Diare serum tentang kebutuhan suplemen
- Rontok rambut yang Hematokrit makanan seperti NGT/ TPN
berlebih Hemoglobin sehingga intake cairan yang
- Kurang nafsu makan Total iron binding adekuat dapat dipertahankan.
- Bising usus berlebih capacity Atur posisi semi fowler atau
- Konjungtiva pucat Jumlah limfosit fowler tinggi selama makan
- Denyut nadi lemah Kelola pemberan anti
emetik:.....
Anjurkan banyak minum
Pertahankan terapi IV line
Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan
cavitas oval

26
2 Risiko infeksi NOC : NIC :
Immune Status Pertahankan teknik aseptif
Faktor-faktor risiko : Knowledge : Batasi pengunjung bila perlu
- Prosedur Infasif Infection control Cuci tangan setiap sebelum
- Kerusakan jaringan Risk control dan sesudah tindakan
dan peningkatan Setelah dilakukan keperawatan
paparan lingkungan tindakan Gunakan baju, sarung tangan
- Malnutrisi keperawatan sebagai alat pelindung
- Peningkatan paparan selama pasien Ganti letak IV perifer dan
lingkungan patogen tidak mengalami dressing sesuai dengan
- Imonusupresi infeksi dengan petunjuk umum
- Tidak adekuat kriteria hasil: Gunakan kateter intermiten
pertahanan sekunder Klien bebas dari untuk menurunkan infeksi
(penurunan Hb, tanda dan gejala kandung kencing
Leukopenia, infeksi Tingkatkan intake nutrisi
penekanan respon Menunjukkan Berikan terapi
inflamasi) kemampuan antibiotik:.................................
- Penyakit kronik untuk mencegah Monitor tanda dan gejala
- Imunosupresi timbulnya infeksi infeksi sistemik dan lokal
- Malnutrisi Jumlah leukosit Pertahankan teknik isolasi k/p
Pertahan primer tidak dalam batas Inspeksi kulit dan membran
normal mukosa terhadap kemerahan,
adekuat (kerusakan
Menunjukkan panas, drainase
kulit, trauma jaringan, perilaku hidup Monitor adanya luka
sehat Dorong masukan cairan
gangguan peristaltik)
Status imun, Dorong istirahat
gastrointestinal, Ajarkan pasien dan keluarga
genitourinaria tanda dan gejala infeksi
dalam batas Kaji suhu badan pada pasien
normal neutropenia setiap 4 jam

27
3 Intoleransi aktivitas NOC : NIC :
Berhubungan dengan : Self Care : ADLs Observasi adanya
Tirah Baring atau Toleransi aktivitas pembatasan klien dalam
imobilisasi Konservasi melakukan aktivitas
Kelemahan eneergi Kaji adanya faktor yang
menyeluruh Setelah dilakukan menyebabkan kelelahan
Ketidakseimbangan tindakan Monitor nutrisi dan sumber
antara suplei keperawatan selama energi yang adekuat
oksigen dengan . Pasien Monitor pasien akan adanya
kebutuhan Gaya bertoleransi kelelahan fisik dan emosi
hidup yang terhadap aktivitas secara berlebihan
dipertahankan. dengan Kriteria Monitor respon kardivaskuler
DS: Hasil : terhadap aktivitas (takikardi,
Melaporkan secara Berpartisipasi disritmia, sesak nafas,
verbal adanya dalam aktivitas diaporesis, pucat, perubahan
kelelahan atau fisik tanpa hemodinamik)
kelemahan. disertai Monitor pola tidur dan
Adanya dyspneu peningkatan lamanya tidur/istirahat pasien
atau tekanan darah, Kolaborasikan dengan Tenaga
ketidaknyamanan nadi dan RR Rehabilitasi Medik dalam
saat beraktivitas. Mampu merencanakan progran terapi
DO : melakukan yang tepat.
aktivitas sehari Bantu klien untuk
Respon abnormal hari (ADLs) secara mengidentifikasi aktivitas
dari tekanan darah mandiri yang mampu dilakukan
atau nadi terhadap Keseimbangan Bantu untuk memilih aktivitas
aktifitas aktivitas dan konsisten yang sesuai dengan
Perubahan ECG : istirahat kemampuan fisik, psikologi
aritmia, iskemia dan sosial
Bantu untuk mengidentifikasi
dan mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk
aktivitas yang diinginkan
Bantu untuk mendpatkan alat
bantuan aktivitas seperti kursi
roda, krek
Bantu untuk mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
Bantu klien untuk membuat
jadwal latihan diwaktu luang
Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan
dalam beraktivitas

28
Sediakan penguatan positif
bagi yang aktif beraktivitas
Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi diri
dan penguatan
Monitor respon fisik, emosi,
sosial dan spiritual

29
4 Defisit Volume Cairan NOC: NIC :
Fluid balance Pertahankan catatan intake
Berhubungan dengan:
Hydration dan output yang akurat
- Kehilangan volume
Nutritional Monitor status hidrasi
cairan secara aktif
Status : Food and ( kelembaban membran
- Kegagalan
Fluid Intake mukosa, nadi adekuat,
mekanisme
Setelah dilakukan tekanan darah ortostatik ),
pengaturan
tindakan jika diperlukan
-
keperawatan Monitor hasil lab yang sesuai
selama.. defisit dengan retensi cairan (BUN ,
DS :
volume cairan Hmt , osmolalitas urin,
- Haus
teratasi dengan albumin, total protein )
DO:
kriteria hasil: Monitor vital sign setiap
- Penurunan turgor
Mempertahankan 15menit 1 jam
kulit/lidah
urine output Kolaborasi pemberian cairan
- Membran
sesuai dengan IV
mukosa/kulit kering
usia dan BB, BJ Monitor status nutrisi
- Peningkatan denyut
urine normal, Berikan cairan oral
nadi, penurunan
Tekanan darah, Berikan penggantian
tekanan darah,
nadi, suhu tubuh nasogatrik sesuai output (50
penurunan
dalam batas 100cc/jam)
volume/tekanan nadi
normal Dorong keluarga untuk
- Pengisian vena
Tidak ada tanda membantu pasien makan
menurun
tanda dehidrasi, Kolaborasi dokter jika tanda
- Perubahan status
Elastisitas turgor cairan berlebih muncul
mental
kulit baik, meburuk
- Konsentrasi urine
membran mukosa Atur kemungkinan tranfusi
meningkat
lembab, tidak ada Persiapan untuk tranfusi
- Temperatur tubuh
rasa haus yang Pasang kateter jika perlu
meningkat
berlebihan Monitor intake dan urin
- Kehilangan berat
Orientasi output setiap 8 jam
badan secara tiba-
terhadap waktu
tiba
dan tempat baik
- Penurunan urine
Jumlah dan irama
output
pernapasan dalam
- HMT meningkat
batas normal
- Kelemahan
Elektrolit, Hb, Hmt
dalam batas
normal
pH urin dalam
batas normal
Intake oral dan
intravena adekuat

30
A)

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Infeksi HIV/AIDS pertama kali dilaporkan di Amerika pada tahun 1981 pada orang dewasa
homoseksual, sedangkan pada anak tahun 1983. Enam tahun kemudian (1989), AIDS sudah
termasuk penyakit yang mengancam anak di Amerika. Di seluruh dunia, AIDS menyebabkan
kematian pada lebih dari 8000 orang setiap hari saat ini, yang berarti 1 orang setiap 10 detik,
karena itu infeksi HIW dianggap sebagai penyebab kematian tertinggi akibat satu jenis agen
infeksius.

AIDS (Aquired immuno deficiency syndrom ) merupakan kumpulan gejala akibat melemahnya
daya tahan tubuh sebagai akibat dari infeksi virus HIV. Virus ini mempunyai sistem kerja
menyerang jenis sel darah putih yang menangkal infeksi. Sehingga pada ornag yang mengidap
HIV/AIDS akan mudah terserang infeksi atau virus dari luar.

Cara paling efektiv dan efisien untuk menanggulangi infeksi HIV pada anak secara universal
adalah dengan mengurangi penularan dan ibu ke anaknya (mother-to-child-
transmision ( MTCT )). Upaya pencegahan transmisi HIV pada anak menurut WHO dilakukan
melalui 4 strategi, yaitu :

1) Mencegah penularan HIV pada wanita usia subur.

2) Mencegah kehamilan yang tidak direncanakan pada wanita HIV.

1) Mencegah penularan HIV dan ibu HIV hamil ke anak yang akan dilahirkannya dan
memberikan dukungan.

3) Layanan dan perawatan berkesinambungan bagi pengidap HIV

31
Komplikasi Oral Lesi: Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral,
gingivitis, peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral, nutrisi,
dehidrasi, penurunan berat badan, keletihan dan cacat.

Pemeriksaan peniunjang seperti; Tes untuk diagnose infeksi HIV :

1) ELISA, latex agglutination.

1) Western blot ( positif).

2) Tes antigen P 24 (polymerase chain reaction) atau PCR

2) Kultur HIV

B. Saran

1) Memberikan support kepada penderita HIV agar tidak putus asa dalam menjalani
hidup.

2) Mencegah penyebaran HIV dengan pemeriksakan kesehatan anda dan anak secara
rutin.

1) Dan kita sebagai perawat terus memberikan asuhan keperawatan kepada


penderita agar cepat sembuh dalam pengobatan

32
DAFTAR PUSTAKA

1. Betz, Cecily L (2002) Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC Blog Riyawan | Kumpulan
Artikel Farmasi & Keperawatan Doenges,

2. Marilynn E (2001) Rencana Keperawatan Maternal / Bayi. Edisi 2. Jakarta : EGC


Rampengan & Laurentz (1999) Ilmu Penyakit Tropik pada Anak. Jakarta : EGC

3. http://aouraito.blogspot.co.id/2014/12/makalah-keperawatan-anak-tentang.html
(diakses tanggal15 Maret 2017 pukul 20.00 WIB)

4. http://sylviayerisca04.blogspot.co.id/2014/04/askep-hivaids-pada-anak.html

(diakses tanggal 15 Maret 2017, pukul 21.00 WIB)

1. Carpenito, Lynda Juall. 2006. Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC

2. Kuswayan. 2009. Apa itu HIV/AIDS?. http://www.kswann.com/WhatisHIVAIDS.pdf.

(Diakses tanggal 15 Maret 2017. 13.00 WIB)

33

Anda mungkin juga menyukai