,Perbedaan Kejadian Preeklampsia Berat antara Kehamilan Gemelli dan Kehamilan Tunggal
Abstract
AKI or Angka Kematian Ibu in Indonesia according to SDKI (Survey Demografi dan
Kesehatan Indonesia) is still considered high and far from the 2015 MDG's target which
was 102 per 100.000 living birth. One of the most common causes is hypertension in
pregnancy, among others severe preeclampsia. Those are many risk factors of severe
preeclampsia, one of them is multifetal pregnancy. Multifetal pregnancy as a risk factor of
preeclampsia is rarely investigated specificly in Indonesia and have a different result for
its influence in severe preeclampsia. This research is aimed to analyze the difference of
severe preeclampsia in multifetal pregnancy and singleton pregnancyby using case
control study with purposive sampling technique with 128 samples. We used pregnant
women medical records who were diagnosed severe preeclampsia and normal
pregnancy from January 2014 until September 2016 at RSD dr. Soebandi Jember as the
data resources. Data were analyzed by univariate test and Chi Square test. The result
was unsignificant with significancy value (p) 0,920 (p>0,05). So we can conclude that
there is no significant difference of severe preeclampsia case between multifetal
pregnancy and singleton pregnancy.
Keywords : severe preeclampsia, multifetal pregnancy, singleton pregnancy
Abstrak
AKI atau Angka Kematian Ibu di Indonesia menurut SDKI (Survey Demografi dan
Kesehatan Indonesia) dinilai masih tinggi dan masih jauh dari target MDGs 2015 yakni
102 per 100.000 kelahiran hidup. Salah satu penyebab terbanyak dari tingginya AKI di
Indonesia adalah masalah hipertensi dalam kehamilan, antara lain preeklampsia berat
(PEB). Ada banyak faktor risiko dari PEB, salah satunya kehamilan gemelli. Kehamilan
gemelli sebagai faktor risiko masih sedikit di teliti secara spesifik di Indonesia serta
memiliki hasil yang berbeda-beda untuk pengaruhnya pada PEB di beberapa penelitian.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan kejadian PEB antara kehamilan
gemelli dan kehamilan tunggal. Penelitian ini adalah penelitian case control dengan
teknik pengambilan sampel purposive sampling sebanyak 128 sampel. Sumber data
yang digunakan adalah rekam medis ibu hamil dengan atau tanpa PEB dari bulan
Januari 2014-September 2016 di RSD dr. Soebandi Kabupaten Jember. Data dianalisis
dengan menggunakan uji univariat dan Chi Square . Hasil penelitian menunjukkan hasil
yang tidak signifikan dengan nilai signifikansi 0,920 (p>0,05) untuk perbedaan kejadian
PEB antara kehamilan gemelli dan kehamilan tunggal. Sehingga pada penelitian kali ini
tidak ditemukan perbedaan yang signifikan antara kejadian PEB pada kehamilan
gemelli dan pada kehamilan tunggal.
usia kehamilan dicantumkan pada tabel dibawah Tabel 4. Distribusi jumlah paritas
ini.
Jumlah Distribusi Usia Ibu Jumlah Persentase
Tabel 1. Distribusi jenis kehamilan (kasus dan Paritas Total Total
Normal PEB
kontrol) (orang) (%)
(orang) (orang)
Sedangkan untuk usia kehamilan, usia >34 paparan vili korionik yang diduga menjadi salah
minggu memiliki frekuensi tertinggi pada kedua satu etiologi preeklampsia [2]. Pada kehamilan
jenis kehamilan. gemelli juga terjadi stimulus inflamasi yang
Distribusi perbedaan kejadian berlebihan karena adanya peningkatan debris
preeklampsia berat pada kehamilan tunggal dan trofoblas [5].
gemelli dapat dilihat pada tabel 6. Kejadian Penelitian yang dilakukan oleh Rukshsana
Preeklampsia Berat pada kehamilan gemelli (2012) di Rumah Sakit Parkland menjelaskan
adalah sebanyak 6 kasus (33,3%), sedangakan bahwa pada kehamilan gemelli memiliki risiko 3
kehamilan normal pada gemelli sebanyak 12 kali lebih besar menderita preeklampsia. Namun
kasus (66,7%). Pada Kehamilan Tunggal, hal ini bertentangan dengan hasil penelitian dari
kejadian Preeklampsia Berat adalah sebanyak Dr. S. El-Nakhal di Gaza, Nurulia et al. di RSUP
38 kasus (34,5%) dan Kehamilan Tunggal M. Djamil Padang dan Rozikhan di RS
normal sebanyak 72 kasus (65,5%). H.Soewondo Kendal yang menyimpulkan bahwa
Untuk melihat apakah ada perbedaan kehamilan gemelli tidak berpengaruh secara
kejadian PEB pada kehamilan tunggal dan signifikan pada kejadian PEB. Hal ini
kehamilan gemelli, maka dilakukan analisis dimungkinkan karena faktor risiko yang berbeda
penelitian. Karena variabel yang digunakan beda faktor dominansinya di beberapa tempat.
adalah non parametrik (nominal) dan non Penelitian yang dilakukan oleh Nurulia et
parametrik (nominal), maka analisis penelitian al.(2015) menunjukkan bahwa faktor yang
menggunakan Chi-Square. berpengaruh terhadap kejadian preeklampsia
Hasil uji statistik Chi-Square diperoleh berat adalah usia >35 tahun karena proses
nilai signifikansi (p) sebesar 0,920 (p>0,05) aging vaskularisasi uterus sehingga dapat
yang berarti Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini berisiko menyebabkan preeklampsia berat [6].
berarti, tidak ada perbedaan yang signifikan Penelitian yang dilakukan oleh Rozikhan (2007)
antara kejadian PEB pada kehamilan tunggal juga menunjukkan bahwa usia <20 tahun dan
dan kehamilan gemelli di RSD dr. Soebandi >35 tahun berisiko menderita preeklampsia
Kabupaten Jember. Odds Ratio yang didapatkan berat [7]. Uterus pada usia <20 tahun dianggap
pada penelitian kali ini sebesar 0,947 tidak masih belum siap menerima kehamilan [8].
dapat digunakan karena hasil penelitian yang Selain usia, pada penelitian Rozikhan (2007)
tidak signifikan. juga menambahkan faktor primigravida, riwayat
preeklampsia dan riwayat hipertensi [7].
Pembahasan Primigravida memiliki resiko 2,2 kali lipat
lebih besar untuk menderita preeklampsia berat
dibandingkan dengan kehamilan muligravida.
Sebagai disease of theory, penyebab Hal ini berkaitan dengan sistem imunologi [5][7].
pasti terjadinya PEB masih tidak jelas. Namun, Multigravida memiliki efek protektif terhadap
ada beberapa etiologi yang diduga kejadian preeklampsia meskipun ibu dengan
menyebabkan terjadinya PEB, salah satunya gravida 5 atau lebih memiliki risiko lebih tinggi
adalah paparan vili korionik yang berlebih. Salah untuk menderita preeklampsia dibandingkan
satu hal yang menyebabkan paparan vili dengan multigravida 2-4. hal ini terkait dengan
korionik adalah hiperplasentosis. faktor usia dan diduga pada gravida 5 atau lebih
Hiperplasentosis adalah ukuran atau massa telah mengembangkan preeklampsia pada
plasenta yang lebih besar dari normal. Ada kehamilan sebelumnya [9]. Faktor-faktor risiko
beberapa keadaan yang menyebabkan kejadian lain penyebab preeklampsia berat seperti
hiperplasentosis, salah satunya adalah diabetes mellitus, diabetes gestasional, riwayat
kehamilan gemelli. Hiperplasentosis pada hipertensi, riwayat preeklampsia, dan lain-lain
kehamilan gemelli juga menyebabkan dijadikan faktor eksklusi agar tidak menimbulkan
peningkatan kadar zat antiangiogenik. Dengan bias pada penelitian.
massa plasenta yang semakin besar, ukuran Kelemahan pada penelitian kali ini adalah
dan massa yang semakin besar dibandingkan adanya kriteria eksklusi yang tidak dapat
kehamilan tunggal normal, produksi zat dieksklusi secara maksimal yakni obesitas
antiangiogenik seperti sFlt-1 menjadi meningkat prekehamilan karena kurang lengkapnya data di
sehingga dapat menyebabkan iskemik vaskular rekam medis. Selain itu, karena penelitian kali
dan berujung pada terjadinya preeklampsia. ini menggunakan rekam medis atau data
Selain itu, dengan ukuran yang lebih besar dari sekunder maka peneliti tidak dapat
kehamilan normal, maka akan meningkatkan