Oleh :
PUSKESMAS KAUMAN
KABUPATEN PONOROGO
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Millenium Development Goals (MDGs) atau TujuanPembangunan Milenium merupakan
tujuan pembangunan global. Salah satu tujuan dalamMDGs yaitu menurunkan angka gizi
buruk dari 17,9 persen pada tahun 2010 menjadi 15,1 persen pada tahun 2015. Target
Millenium Development Goals (MDG's) 2015 sebesar 15% tak tercapai.
Gizi buruk dikenal dengan gizi di bawah garis merah adalah keadaan kurang gizi tingkat
berat yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dari makanan sehari-hari
dan terjadi dalam waktu yang cukup lama. Prevalensi gizi buruk dan gizi kurang pada
Balita, terdapat 3,4% Balita dengan gizi buruk dan 14,4% gizi kurang. Masalah gizi
buruk-kurang pada Balita di Indonesia merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
masuk dalam kategori sedang (Indikator WHO diketahui masalah gizi buruk-kurang
sebesar 17,8%).
Berikut adalah Hasil PSG 2015, antara lain:
Status Gizi Balita menurut Indeks Berat Badan per Usia (BB/U), didapatkan
hasil: 79,7% gizi baik; 14,9% gizi kurang; 3,8% gizi buruk, dan 1,5% gizi lebih.
Status Gizi Balita Menurut Indeks Tinggi Badan per Usia (TB/U), didapatkan
hasil: 71% normal dan 29,9% Balita pendek dan sangat pendek.
Status Gizi Balita Menurut Indext Berat Badan per Tinggi Badan (BB/TB),
didapatkan hasil,: 82,7% Normal, 8,2% kurus, 5,3% gemuk, dan 3,7% sangat
kurus.
Keadaan ini berpengaruh kepada masih tingginya angka kematian bayi. Menurut WHO
lebih dari 50% kematian bayi dan anak terkait dengan gizi kurang dan gizi buruk, oleh karena
itu masalah gizi perlu ditangani secara cepat dan tepat. Tanda-tanda klinis dari gizi buruk
secara garis besar dapat dibedakan marasmus, kwashiorkor atau marasmic-kwashiorkor (RI
dan WHO). Kejadian gizi buruk apabila tidak diatasi akan menyebabkan dampak yang buruk
bagi balita. Dampak yang terjadi antara lain terganggu pertumbuhannya, biasanya mereka
tidak tumbuh seperti seharusnya (kerdil) dengan berat badan di bawah normal, kematian dan
infeksi kronis.Deteksi dini anak yang kurang gizi (gizi kurang dan gizi buruk) dapat
dilakukan dengan pemeriksaan BB/U untuk memantau berat badan anak. Selain itu
pamantauan tumbuh kembang anak dapat juga menggunakan KMS(KartuMenuju Sehat).
Salah satu cara untuk menanggulangi masalah gizi kurang dan gizi buruk adalah dengan
menjadikan tatalaksana gizi buruk sebagai upaya menangani setiap kasus yang ditemukan.
Pada saat ini seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi tatalaksana gizi buruk
menunjukkan bahwa kasus ini dapat ditangani dengan dua pendekatan. Gizi buruk dengan
komplikasi (anoreksia, pneumonia berat, anemia berat, dehidrasi berat, demam tinggi dan
penurunan kesadaran) harus dirawat di rumah sakit, Puskesmas perawatan, Pusat Pemulihan
Gizi (PPG) atau Therapeutic Feeding Center (TFC), sedangkan gizi buruk tanpa komplikasi
dapat dilakukan secara rawat jalan. Penanganan gizi buruk secara rawat jalan dan rawat inap
merupakan jawaban terhadap pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang
Perbaikan Gizi, yaitu setiap anak gizi buruk yang ditemukan harus mendapatkan perawatan
sesuai dengan standar.
B. Pernyataan Penelitian
Berdasarkan data bagian gizi Puskesmas Kauman 2016, dari semua balita yang ada di
wilayah kerja Puskesmas Kauman, sebanyak 60% yang ditimbang. Dari jumlah tersebut
tercatat balita dengan status gizi kurang sebanyak 1 anak dan balita dengan berat badan
kurus 1 anak. Target pemantauan pertumbuhan balita untuk indikator balita yang datang
dan ditimbang berdasarkan standar pelayanan minimal adalah sebesar 85%. Dari data ini
diperkirakan masih banyak balita dengan status gizi kurang dan gizi buruk yang tidak
terdeteksi dan tidak mendapatkan penanganan.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mendapatkan gambaran status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Kauman.
2. Tujuan khusus
a. Penemuan kasus balita gizi kurang dan gizi buruk secara tepat oleh tenaga
kesehatan.
b. Memantau perkembangan salah satu kasus balita gizi kurang yang terdapat di
wilayah kerja Puskesmas Kauman.
D. Manfaat
1. Mengetahui langkah-langkah penanganan balita gizi kurang dan gizi buruk sesuai
pedoman pelayanan anak gizi buruk.
2. Mengetahui penanganan balita gizi kurang dan gizi buruk di Puskesmas Kauman.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
(Atmawkarta, 2007)
D. Penegakan Diagnosis
Gizi buruk ditentukan berdasarkan beberapa pengukuran antara lain:
1. Pengukuran klinis
Metode ini penting untuk mengetahui status gizi balita tersebut gizi buruk atau
tidak.Metode ini pada dasarnya didasari oleh perubahan-perubahan yang terjadi dan
dihubungkan dengan kekurangan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel
seperti kulit,rambut,atau mata.
Misalnya pada balita marasmus kulit akan menjadi keriput sedangkan pada balita
kwashiorkor kulit terbentuk bercak-bercak putih atau merah muda (crazy pavement
dermatosis).
2. Pengukuran antropometri
Metode ini dilakukan beberapa macam pengukuran antara lain pengukuran tinggi
badan,berat badan, dan lingkar lengan atas. Beberapa pengukuran tersebut, berat
badan, tinggi badan, lingkar lengan atas sesuai dengan usia yang paling sering
dilakukan dalam survei gizi. Di dalam ilmu gizi, status gizi tidak hanya diketahui
dengan mengukur BB atau TB sesuai dengan umur secara sendiri-sendiri, tetapi juga
dalam bentuk indikator yang dapat merupakan kombinasi dari ketiganya.
Berdasarkan Berat Badan menurut umur diperoleh kategori (Kementrian Kesehatan
RI, 2011) :
a. Gizi buruk jika hasil ukur lebih kecil dari -3 SD.
b. Gizi kurang jika hasil ukur -3 SD sampai dengan < -2 SD.
c. Gizi baik jika hasil ukur -2 SD sampai dengan 2 SD.
d. Gizi lebih jika hasil ukur 2 SD.
Berdasarkan pengukuran Tinggi Badan (24 bulan-60 bulan) atau Panjang badan (0
bulan-24 bulan) menurut umur diperoleh kategori :
a. Sangat pendek jika hasil ukur lebih kecil dari -3 SD.
b. Pendek jika hasil ukur 3 SD sampai dengan < -2 SD.
c. Normal jika hasil ukur -2 SD sampai dengan 2 SD.
d. Tinggi jika hasil ukur > 2 SD.
Berdasarkan pengukuran Berat Badan menurut Tinggi badan atau Panjang Badan:3
1. Sangat kurus jika hasil ukur lebih kecil dari -3 SD. 12
2. Kurus jika hasil ukur 3 SD sampai dengan < -2 SD.
3. Normal jika hasil ukur -2 SD sampai dengan 2 SD.
4. Gemuk jika hasil ukur > 2 SD.
Balita dengan gizi buruk akan diperoleh hasil BB/TB sangat kurus, sedangkan balita
dengan gizi baik akan diperoleh hasil normal.
Penemuan anak gizi buruk dapat menggunakan data rutin hasil penimbangan anak di
posyandu, menggunakan hasil pemeriksaan di fasilitas kesehatan seperti Puskesmas, Rumah
Sakit, dan doker/bidan praktek swasta), hasil laporan masyarakat, maupun dari skrining aktif.
Kemudian dilakukan pemeriksaan sesuai dengan alur berikut :
E. Pencegahan
Menurut Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Gizi Buruk (RAN-
PPGB) dari Departemen Kesehatan RI 2005-2009 :
1. Pencegahan dan penanggulangan gizi buruk dilaksanakan di seluruhkabupaten/kota di
Indonesia, sesuai dengan kewenangan wajib danStandar Pelayanan Minimal (SPM)
dengan memperhatikan besarandan luasnya masalah.
2. Mengembalikan fungsi posyandu dan meningkatkan kembalipartisipasi masyarakat
dan keluarga dalam memantau tumbuhkembang balita, mengenali dan menanggulangi
secara dini balita yangmengalami gangguan pertumbuhan melalui revitalisasi
Posyandu.
3. Meningkatkan kemampuan petugas, dalam manajemen danmelakukan tatalaksana gizi
buruk untuk mendukung fungsi Posyanduyang dikelola oleh masyarakat melalui
revitalisasi Puskesmas.
4. Menanggulangi secara langsung masalah gizi yang terjadi padakelompok rawan
melalui pemberian intervensi gizi (suplementasi),seperti kapsul Vitamin A, MP-ASI
dan makanan tambahan.
5. Mewujudkan keluarga sadar gizi melalui promosi gizi, advokasi dansosialisasi tentang
makanan sehat dan bergizi seimbang dan polahidup bersih dan sehat.
6. Menggalang kerjasama lintas sektor dan kemitraan denganswasta/dunia usaha dan
masyarakat untuk mobilisasi sumberdayadalam rangka meningkatkan daya beli
keluarga untuk menyediakanmakanan sehat dan bergizi seimbang.
7. Mengaktifkan kembali Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) melalui
revitalisasi SKPG dan Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) GiziBuruk, yang dievaluasi
dengan kajian data SKDN yaitu (S)emuabalita mendapat (K)artu menuju sehat,
(D)itimbang setiap bulan danberat badan (N)aik, data penyakit dan data pendukung
lainnya.
BAB III
METODE
A. Identifikasi masalah kesehatan masyarakat
Berdasarkan data bagian gizi Puskesmas Kauman 2016, dari semua balita yang ada di
wilayah kerja Puskesmas Kauman, sebanyak 60% yang ditimbang. Dari jumlah tersebut
tercatat balita dengan status gizi kurang sebanyak 1 anak dan balita dengan berat badan
kurus 1 anak. Target pemantauan pertumbuhan balita untuk indikator balita yang datang
dan ditimbang berdasarkan standar pelayanan minimal adalah sebesar 85%. Dari data ini
diperkirakan masih banyak balita dengan status gizi kurang dan gizi buruk yang tidak
terdeteksi dan tidak mendapatkan penanganan. Dari data ini diperkirakan masih banyak
balita dengan status gizi kurang dan gizi buruk yang tidak terdeteksi dan tidak
mendapatkan penanganan.
B. Analisis faktor-faktor penyebab masalah
Dari sekian banyak faktor risiko gizi buruk yang telah disebutkan di bab sebelumnya,
menurut IDAI terdapat 3 penyebab langsung yang mempengaruhi yaitu :
1. Anak tidak cukup mendapat makanan bergizi seimbang karena faktor ketidaktahuan
orang tua. Bayi dan balita tidak mendapat makanan yang bergizi, dalam hal ini
makanan terbaik bagi bayi yaitu Air Susu Ibu, dan sesudah usia 6 bulan anak tidak
mendapat Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang tepat, baik jumlah dan
kualitasnya.
2. Faktor keluarga miskin. Hal ini berdampak pada rendahnya daya beli pada keluarga
tersebut yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas pangan.
3. Anak menderita penyakit infeksi. Terjadi hubungan timbal balik antara kejadian
infeksi penyakit dan gizi buruk. Anak yang menderita gizi buruk akan mengalami
penurunan daya tahan, sehingga anak rentan terhadap penyakit infeksi. Disisi lain
anak yang menderita sakit infeksi akan cenderung menderita gizi buruk.
C. Penentuan faktor penyebab yang paling mungkin
Dari beberapa kasus balita gizi kurang maupun gizi buruk yang ditemui baik saat
kegiatan Posyandu maupun di Poli KIA Puskesmas Kauman, faktor penyebab gizi buruk
yang paling sering terjadi adalah kurangnya kesadaran dan pengetahuan keluarga
khususnya ibu mengenai pertumbuhan dan perkembangan balita serta pola hidup gizi
seimbang.
D. Perencanaan intervensi masalah
Intervensi terhadap masalah kurangnya pengetahuan dan kesadaran keluarga terhadap
masalah gizi buruk pada balita dapat dilakukan dengan penyuluhan secara berkelompok
maupun secara individu. Pada kegiatan mini project ini dilakukan penyuluhan secara
individu dalam bentuk home visite berkelanjutan kepada salah satu keluarga balita gizi
buruk.
E. Pelaksanaan intervensi
Home visite dilakukan oleh dokter internsip didampingi petugas kesehatan bidang gizi
kepada balita gizi buruk an. D pada tanggal 19 April 2017.
F. Monitoring dan evaluasi
Monitoring dan evaluasi dari home visite ini dilakukan saat posyandu. Diharapkan
setelah mendapat cukup informasi dan motivasi dari petugas kesehatan, keluarga balita
gizi buruk dapat mendukung upaya perbaikan gizi anak sehingga anak dapat tumbuh
normal kembali.
BAB IV
HASIL
A. Profil Komunitas Umum
Dalam upaya mewujudkan wilayah kerja Puskesmas Kauman 2016, pembangunan
kesehatan tidak dapat dilakukan sendiri oleh aparat pemerintah di sektor kesehatan, tetapi
harus dilakukan secara bersama-sama melibatkan peran serta swasta dan masyarakat.
Segala upaya kesehatan yang dilakukan baik oleh sektor kesehatan dan non kesehatan
dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan dan upaya mengatasi masalah kesehatan
perlu dicatat dan dikelola dengan baik dalam suatu informasi kesehatan. Hal ini
menjadikan peran data dan informasi kesehatan menjadi sangat penting dan terasa makin
diperlukan dalam manajemen kesehatan yaitu sebagai dasar pengambilan keputusan
disemua program, tahapan dan jenjang administrasi. Selain itu juga diperlukan guna
mengevaluasi keberhasilan program-program pembangunan kesehatan yang telah
dilaksanakan di Puskesmas Kauman.
B. Data Geografis
Puskesmas Kauman terletak di Jalan Diponegoro Nomor 4,Desa Kauman,Kecamatan
Kauman, Kabupaten Ponorogo. Batas-batas wilayah kerja Puskesmas Kauman meliputi :
- Sebelah barat berbatasan dengan wilayah kerja kecamatan jambon,
- Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah Kecamatan Ponorogo,
- Sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah balong,
- Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah kerja Kecamatan Sukorejo
Wilayah kerja Puskesmas Kauman meliputi 11 desa, dan secara umum semua desa dapat
diakses ke Puskesmas Kauman. Dari ke 11 desa terbagi dalam 1 Puskesmas Kauman
(Ds. Kauman), 1 Puskesmas Pembantu (Pustu Tegalombo), 1 Polindes (Polindes
Kauman) dan 9 Ponkesdes (Ds. Maron, Ds. Somoroto, Ds. Plosojenar, Ds. Carat, Ds.
Gabel, Ds. Ciluk, Ds. Semanding, Ds. Tosanan, Ds. Nongkodono).
C. Data Demografik
1. Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk
Jumlah penduduk yang besar merupakan modal pembangunan, dan juga merupakan
beban dalam pembangunan, karenanya pembangunan diarahkan kepada peningkatan
kualitas sumber daya manusia. Jumlah penduduk di Puskesmas Kauman Tahun 2016
adalah sebasar 30.688 jiwa.
Sumber : Data Dasar Puskesmas Kauman 2016
Diagram di atas memperlihatkan jumlah penduduk terbanyak adalah di desa Kauman
(6.408 jiwa), paling sedikit Desa Ciluk (1.002 jiwa)
2. Rasio Jenis Kelamin Penduduk
Rasio Jenis Kelamin (Sex ratio) adalah suatu angka yang menunjukkan perbandingan
jenis kelamin. Ratio ini merupakan perbandingan antara banyaknya penduduk laki-
laki dan perempuan di suatu daerah tertentu.
11,297
Produktif
22,691
Non Produktif
Atmawkarta, Arum. 2007. Prevalensi Gizi Kurang Pada Balita sampai Tahun 2025. Pertemuan
Pembahasan Dampak Pembangunan Kesehatan. Jakarta.
Depkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar Diseminasi Status Gizi. Website:
www.litbang.depkes.go.id
Kementerian Kesehatan RI. 2011. Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Jakarta:
Direktorat Bina Gizi.
Kementerian Kesehatan RI. 2011. Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk. Jakarta: Direktorat Bina
Gizi.
Novitasari, Dewi. 2012. Faktor-Faktor Risiko Kejadian Gizi Buruk Pada Balita Yang Dirawat Di
RSUP Dr. Kariadi Semarang. Semarang: FK UNDIP.
Pudjiadi S. 2005. Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. Jakarta: Gaya Baru.
Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga dan Masyarakat. Jakarta: EGC