Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DISUSUN OLEH :
ARGA YUGAN DARU NIM. 13222717
ARIF YULIYANTO NIM. 13222718
DIPLOMA IV PERTANAHAN
SEKOLAH TINGGI PERTANAHAN NASIONAL
YOGYAKARTA
2013/2014
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
1
2.1. Teori Hukum Marxis Leninis
[1] Michael Bagdan, Pengantar Perbandingan Sistem Hukum, Bandung : Penerbit Nusa
Media, 2010, Hlm.259
Meski begitu, Marxis-Lennis tidak menganggap sosialisme sebagai tahap
akhir dalam perkembangan manusia. Tahap akhir ini adalah tahap komunisme, yang akan
tercapai bila sarana produksi menjadi sangat maju sehingga segala esuatu diperoleh secara
berlimpah dan akibatnya ekonomi uang serta mekanisme-meknisme pendistribusian dan
penjatahan barang dan jasa lainnya tidak diperlukan lagi. Dalam masyarakat komunis, rakyat
2
akan mampu mengembangkan sifat mulianya, dan bila diperlukan, dengan sukarela akan
bekerja demi kebaikan bersama tanpa memerlukan imbalan. Tentu saja akan ada aturan
tentang intervensi yang diperlukan disertai penggunaaan pemaksaan umum, misalnya
menentang kekerasan terhadap pasien-pasien jiwa, tetapi aturan ini tidak punya karakter
hukum.
Proses terbentuknya sistem hukum sosialis tidak lepas dari kondisi buruk yang
dialami rakyat dibawah sistem Kapitalisme. Kondisi buruk ini terutama dialami oleh kaum
buruh pada waktu itu. Sehingga munculah berbagai gerakan yang menamakan dirinya
sosialisme. Gejala sosialis pada waktu itu masih sangat muda dan awalnya dihadapi dengan
3
ketiadaan pengetahuan dan pemahaman dipihak pengamat, pengulas dan cendekiawan.
Kemudian muncullah tokoh-tokoh cendekiawan pemikir sosialis. Banyak pendapat dan teori
dari berbagai cendekiawan dari tahun ke tahun hingga sampailah pada masa Karl Marx.
Marx mengemukakan teori dan gagasan sosialis dengan dasar yang kuat dan bukan
merupakan suatu gerakan. Konsep sosialis Marx inilah yang menjadi cikal bakal sistem
hukum sosialis yang dipakai berbagai negara dunia. Sehingga pemimpin revolusi Rusia
Vladimir Lenin menafsirkan dan mengembangkan konsep sosialis Marx yang sekarang kita
kenal dengan teori Marxis dan Leninis. Marxis dan Leninis telah menginspirasi ekonomi
terencana klasik dari negara-negara sosialis di dunia yang sangat berbeda dengan ekonomi
pasar ala barat4.
[4] Peter De Cruz, Perbandangan Sistem Hukum, Bandung : Penerbit Nusa Media, 2010,
Hlm.261
2.3. Persebaran Hukum Sosialis
Tanah air hukum sosialis tentu saja Rusia Soviet, kemudian Uni Soviet, yang
selama beberapa tahun pertama menjadi satu-satunya menjadi negara sosialis di dunia.
Tatanan sosial sosialis, termasuk ekonomi terencana dan sistem hukum yang diadaptasikan
dengannya, berangsur-angsur menyebar ke negara-negara satelit Uni Soviet. Negara yang
4
pertama yang mengadopsinya adalah Mongolia, kemudian negara-negara Eropa Timur dan
sejumlah negara non Eropa. Perkembangan hukum di Yugoslavia dan Albania agak berbeda
dengan model Soviet. Dari negara-negara non Eropa itu, beberapa sudah menjadi sosialis
sepanjang generasi yaitu Cina, Korea Utara, dan bagian utara Vietnam, sementara sisanya
mengalami percobaan sosialis untuk waktu yang lebih singkat, yaitu bekas koloni-koloni
Portugis di Afrika yang menjadi negara merdeka pada tahun 1970-an 5. Hampir semua sistem
hukum sosialis dibangun diatas tradisi hukum Eropa Kontinental. Sesudah sosialisme jatuh,
bisa dipastikan sistem-sistem hukum itu akan kembali ke keluarga hukum Eropa Kontinental.
Secara lebih terperinci lagi, kelompok negara yang telah menerima hukum
sosialis dapat dibagi ke dalam dua kategori utama6 :
1. Yurisdiksi sosialis yang lebih tua, seperti Polandia, Bulgaria, Hungaria,
Cekoslowakia, Romania, Albania, Republik Rakyat Cina, Republik Rakyat Vietnam,
Republik Rakyat Demokratik Korea, Mongolia, dan Kuba.
2. Sistem hukum sosialis yang lebih baru atau baru lahir, seperti Republik Demokratik
Kamboja, Laos, Mozambik, Angola, Somalia, Libia, Etiopia, Guinea, dan Guyana.
5
organ konstituennya dan kebijakan ini akan dilaksanakan oleh agensi-agensi legislatif,
eksekutif, dan yudikatif7.
Perbedaan utama antara sosialisme dan komunisme terletak pada sarana yang
digunakan untuk mengubah kapitalis menjadi sosialisme. Paham sosialis berkeyakinan
perubahan kapitalisme dapat dilakukan dengan cara damai dan demokratis. Paham ini juga
mengutamakan perjuangan perbaikan nasib buruh secara bertahap dalam hal keikutsertaan
dalam pemerintah yang belum seluruhnya menganut sistem sosialis. Sedangkan paham
komunis berkeyakinan bahwa perubahan atas sistem kapitalisme harus dicapai dengan cara-
cara revolusi, dan pemerintahan oleh diktator proletariat sangat diperlukan pada masa
transisi. Dalam masa transisi dengan bantuan negara di bawah diktator proletariat, seluruh
hak milik pribadi dihapuskan dan diambil alih selanjutnya oleh negara. Paham sosialisme
banyak diterapkan di negara-negara Eropa Barat. Sedangkan paham komunis pernah
diterapkan di bekas negara Uni Soviet dan negara-negara Eropa Timur. Kini paham komunis
masih diterapkan di RRC (Republik Rakyat Cina), Vietnam, dan Korea Utara.
Runtuhnya negara besar Uni Soviet yang menjadi induk komunisme tidak
diikutsertai oleh negara-negara lain yang juga menganut paham komunisme. Hal ini
disebabkan karena sebenarnya paham komunis di negara Uni Soviet berbeda dengan paham
komunis di RRC maupun negara lain yang sama-sama menganut komunis dalam penafsiran
mereka terhadap ajaran Marxisme. Contohnya, Revolusi Oktober di Uni Soviet dimotori oleh
kelompok pelopor (vanguard gropu), sedangkan revolusi di RRC dilakukan dengan cara
gerilya bersama para petani.
6
Dengan adanya perkembangan pemikiran para ahli dalam mengartikan
komunisme, Khrushchev mencerminkan komunisme sebagai suatu gaya hidup yang
berdasarkan pada nilai-nilai tertentu, diantaranya8:
2. Kekerasan dipandang sebagai alat yang sah dan harus dipakai untuk
mencapai komunisme. Keotoriteran harus digunakan baik terhadap musuh
maupun pengikut komunisme sendiri.
3. Negara merupakan alat untuk mencapai komunisme. Oleh karenanya
semua aparatur negara dan alat kenegaraan diabadikan untuk mencapai
komunisme. Sehingga, negara ikut andil baik di bidang politik, sosial,
maupun budaya. Dengan adanya peran negara dalam berbagai aspek,
maka kebebasan masyarakat dalam berinspirasi juga dikekang oleh
negara. Hal tersebut dibuktikan dengan pembatasan pers di negara
komunis. Yang mana pers di negara komunis hanya menampakkan sisi
baik negara komunis.
[8] Miriam Budiardjo, Dasar Dasar Ilmu Politik, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2008,
Hlm.155-156
2.5. Keuntungan dan Kerugian Sistem Hukum Sosialis
7
Dalam praktiknya, sebuah sistem yang diterapkan guna mewujudkan
kemakmuran dan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat tidak lepas dari dua sisi yang
bertolak belakang, yaitu kelebihan dan kekurangannya. Demikian juga dalam sistem ekonomi
sosialis.
Adapun kebaikan-kebaikan dari Sistem Hukum Sosialis adalah9 :
1. Disediakannya kebutuhan pokok. Setiap warga negara disediakan kebutuhan
pokoknya, termasuk makanan dan minuman, pakaian, rumah, kemudahan fasilitas
kesehatan, serta tempat dan lain-lain. Setiap individu mendapatkan pekerjaan dan
orang yang lemah serta orang yang cacat fisik dan mental berada dalam pengawasan
Negara.
2. Didasarkan oleh perencanaan negara. Semua pekerjaan dilaksanakan berdasarkan
perencanaan negara yang sempurna, di antara produksi dengan penggunaannya.
Dengan demikian masalah kelebihan dan kekurangan dalam produksi seperti yang
berlaku dalam Sistem Ekonomi Kapitalis tidak akan terjadi.
3. Produksi dikelola oleh negara. Semua bentuk produksi dimiliki dan dikelola oleh
negara, sedangkan keuntungan yang diperoleh akan digunakan untuk kepentingan-
kepentingan negara.
8
sosialis lebih disebabkan tingkat harga ditentukan oleh negara, bukan ditentukan oleh
mekanisme pasar.
2. Sistem tersebut menolak sepenuhnya sifat individualistis, ini menunjukkan secara
tidak langsung sistem ini terikat kepada sistem ekonomi diktator. Buruh dijadikan
budak masyarakat yang memaksanya bekerja seperti mesin.
3. Mengabaikan pendidikan moral, sementara pendidikan moral individu diabaikan.
Dengan demikian, pencapaian kepuasan kebendaan menjadi tujuan utama dan nlai-
nilai moral tidak diperhatikan lagi.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
9
1. Teori hukum Sosialis menurut Marxis-Leninis adalah suatu sistem hukum dimana
Negara memiliki penguasaan dan peran yang sangat penting dalam hukum dan sarana
sistem produksi, yang bertujuan untuk mengembangkan negara bersangkutan. Bukan
untuk kepentingan Individu.
2. Proses terbentuknya sistem hukum sosialis diawali dengan buruknya kondisi rakyat
akibat kapitalisme. Sehingga memunculkan teori dan gagasan oleh para cendekiawan
salah satunya yang paling terkenal adalah teori sosialis oleh Karl Marx. Teori Marx
menjadi dasar sistem hukum negara negara sosialis.
3. Kelompok negara yang telah menerima hukum sosialis dapat dibagi ke dalam dua
kategori utama :
a. Yurisdiksi sosialis yang lebih tua, seperti Polandia, Bulgaria, Hungaria,
Cekoslowakia, Romania, Albania, Republik Rakyat Cina, Republik Rakyat
Vietnam, Republik Rakyat Demokratik Korea, Mongolia, dan Kuba.
b. Sistem hukum sosialis yang lebih baru atau baru lahir, seperti Republik
Demokratik Kamboja, Laos, Mozambik, Angola, Somalia, Libia, Etiopia,
Guinea, dan Guyana.
4. Perbedaan utama antara sosialisme dan komunisme terletak pada sarana yang
digunakan untuk mengubah kapitalis menjadi sosialisme
DAFTAR PUSTAKA
Budiardjo, Miriam. Dasar Dasar Ilmu Politik. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. 2008
10
Bogdan, M. Pengantar Perbandingan Sistem Hukum. Bandung : Penerbit Nusa Indah. 2010
Djamali, R. Abdul. 1993. Pengantar Hukum Indonesia. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Hariwijaya, M. 2006. Pedoman Teknis Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi, Tesis, dan Disertasi.
Yogyakarta: Citra Pustaka.
Kasil C.S.T. 1989. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Jakarta :
Balai Pustaka.
Tafal, B. Bastian. 1992. Pokok-Pokok Tata Hukum di Indonesia. Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama.
11