Anda di halaman 1dari 17

TEKNIK PEMERIKSAAN PEDIS DENGAN KASUS CLOSE

FRAKTUR METATARSAL DI UNIT RADIOLOGI IRD


RUMAH SAKIT DR. SOETOMO SURABAYA

Disusun oleh:

Achmad Rizki Abdillah

151510383050

Semester IV

D-IV RADIOLOGI
FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2017
HALAMAN PENGESAHAN

Telah diperiksa, disetujui dan disahkan Laporan Kasus Praktik Kerja


Lapangan (PKL) dengan judul Teknik Pemeriksaan Pedis Dengan Kasus Close
Fraktur Metatarsal di Unit Radiologi IRD Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya

Nama : Achmad Rizki Abdillah

NIM : 151510383050

Tanggal : Mei 2017

Tempat: Unit Radiologi IRD Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya

Menyetujui,
Kepala Sub Unit Radiologi IGD Instruktur Klinis
RSUD Dr. Soetomo

Pramono, S.ST Yogi Kurnia Rachmawan, Amd


NIP. 196905081992021006 NIP. 198710242011011011

Koordinator Program Studi D-IV Radiologi

Fakultas Vokasi Universitas Airlangga

Lailatul Muqmiroh, dr.Sp.Rad (K)


NIK. 1976072015043201

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga tugas
laporan praktik kerja lapangan di Unit Radiologi IRD Rumah Sakit Dr. Soetomo
Surabaya ini dapat tersusun hingga selesai. Begitu banyak kekurangan dalam
makalah ini, oleh sebab itu penulis berharap adanya kritik dan saran agar makalah
ini dapat lebih baik lagi. Tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.

Terima kasih dan semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi
siapapun yang membaca serta memberikan manfaat positif bagi pembaca.

Surabaya, 15 Mei 2017

Penyusun

2
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..........................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................5
1.3 Tujuan........................................................................................................5
1.4 Manfaat......................................................................................................5
BAB II......................................................................................................................6
2.1 Definisi Fraktur.........................................................................................6
2.2 Anatomi Ossa Pedis...................................................................................6
2.3 Patologi Pedis............................................................................................7
2.4 Teknik Pemeriksaan Radiografi Pedis.......................................................8
BAB III..................................................................................................................12
BAB IV..................................................................................................................15
4.1 Kesimpulan..............................................................................................15
4.2 Saran........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................16

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan adalah salah satu unsur penting untuk menjadikan
sumber daya manusia yang berkualitas dan produktif. Apabila manusianya
sehat maka dalam melakukan kegiatan sehari-hari akan menjadi mudah.
Ada banyak sekali komponen kesehatan yang harus diperhatikan agar
produktivitas masyarakat meningkat, oleh karena itu kita harus berhati-hati
dalam beraktivitas.
Kesehatan bukan hanya tanggung jawab para petugas kesehatan,
melainkan juga tanggung jawab dari seluruh lapisan masyarakat. Seperti
contoh pada lingkup keluarga, orang tua yang sangat bertanggung jawab
pada kesehatan keluarganya. Kebiasaan-kebiasaan serta pola hidup dalam
keluarga harus diajarkan dengan benar. Apabila orang tua sudah
mengajarkan hal-hal baik maka keluarganya akan terhindar dari berbagai
resiko penyakit yang disebabkan karena makanan ataupun kecerobohan
dalam beraktivitas.
Orang tua harus memberi pengawasan yang lebih terhadap anaknya
yang tergolong masih kecil. Hal itu dilakukan karena anak-anak masih
mencoba mencari segala sesuatu yang belum ia ketahui. Seperti ketika
anak kecil bermain, mereka tidak mengetahui apa yang akan terjadi ketika
mereka tidak berhati-hati dalam bermain karena yang mereka tahu adalah
kegembiraan ketika bermain. Kecelakaan akibat kecerobohan dalam
bermain pada anak-anak sangat banyak terjadi entah itu karena terjatuh,
tertelan mainan dan lain sebagainya. Seperti kejadian pada kasus yang
diangkat pada makalah ini yaitu close fraktur pada metatarsal yang terjadi
pada anak kecil usia 10 tahun. Oleh karena itu, pengawasan yang lebih
dari orang tua sangat dibutuhkan ketika anak dalam masa pertumbuhan.

4
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang harus dipersiapkan sebelum pemeriksaan radiografi pedis AP
dan oblique?
2. Bagaimana langkah pemeriksaan radiografi pedis AP dan lateral pada
pasien yang sulit dikondisikan?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui prosedur pemeriksaan radiografi ankle AP mortise dan
lateral.

2. Memahami langkah-langkah pemeriksaan radiografi pedis AP dan


lateral pada pasien gawat darurat atau sulit dikondisikan

1.4 Manfaat
Manfaat dari makalah ini yaitu agar kita dapat melakukan
pemeriksaan radiografi pedis AP dan lateral dengan baik serta memahami
langkah-langkah yang harus dilakukan ketika melakukan foto pada pasien
yang sulit untuk dikondisikan.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Fraktur
Fraktur merupakan suatu keadaan dimana terjadi disintegritas
tulang, penyebab terbanyak adalah insiden kecelakaan, tetapi faktor lain
seperti proses degeneratif juga dapat berpengaruh terhadap kejadian
fraktur. Fraktur adalah suatu patahan pada kontinuitas struktur tulang
berupa retakan, pengisutan ataupun patahan yang lengkap dengan fragmen
tulang bergeser. Fraktur dapat dibedakan jenisnya berdasarkan hubungan
tulang dengan jaringan disekitar, bentuk patahan tulang, dan lokasi pada
tulang fisis.

Fraktur dapat dibagi menjadi :

a. Fraktur tertutup (closed),bila tidak terdapat hubungan antara fragmen


tulang dengan dunia luar.

b. Fraktur terbuka (open/compound), bila terdapat hubungan antara


fragmen

tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan di kulit.

2.2 Anatomi Ossa Pedis


Ossa Pedis terdiri atas 26 tulang, yaitu : 14 ossa phalang, 5 ossa metatarsal
dan 7 ossa tarsal. Ossa tarsal terdiri atas os cuneiforme medial, os
cuneiforme intermedial, os cuneiforme lateral, os cuboideum, os navicular,
os calcaneus dan os talus. Berdasarkan fungsinya dibagi menjadi 3 yaitu :

- Forefoot (ossa metatarsal dan phalang)


- Midfoot (ossa cuneiforme, os navicular dan os cuboideum)
- Hindfoot (os talus dan os calcaneus)

Ossa Pedis dibentuk dan bersatu untuk membentuk kesatuan longitudinal


dan arcus transversal. Bagian permukaan anterior (superior) kaki disebut
dengan dorsum atau permukaan dorsal dan inferior (posterior) aspek dari
kaki disebut permukaan plantar. Karena ketebalan yang beragam pada

6
anatomi kaki, maka harus kita perhatikan pemberian faktor eksposi untuk
dapat menunjukkan densitas keseluruhan bagian tulang kaki.

Gambar 1 (Ossa Pedis)

2.3 Patologi Pedis


Pada umumnya patologi pedis yaitu fraktur atau suatu patahan

pada kontinuitas struktur tulang berupa retakan, pengisutan ataupun


patahan yang lengkap dengan fragmen tulang bergeser. Tulang mempunyai
daya lentur (elastisitas) dengan kekuatan yang memadai, apabila trauma
melebihi dari daya lentur tersebut maka terjadi fraktur (patah tulang).
Penyebab terjadinya fraktur adalah trauma, stres kronis dan berulang
maupun pelunakan tulang yang abnormal. Fraktur terjadi apabila :

a. Trauma (benturan)
Ada dua trauma atau benturan yang dapat mengakibatkan fraktur yaitu
benturan langsung dan benturan tidak langsung.

b. Tekanan/stres yang terus menerus dan berlangsung lama

7
Tekanan kronis berulang dalam jangka waktu lama akan
mengakibatkan fraktur (patah tulang) yang kebanyakan pada tulang
tibia dan fibula (tulang-tulang pada betis) atau metatarsal pada
olahragawan, militer maupun penari. Contoh pada seorang yang
senang baris berbaris dan menghentak-hentakkan kakinya, maka
mungkin terjadi patah tulang di daerah tertentu.
c. Keadaan abnormal pada tulang
Kelemahan tulang yang abnormal karena adanya proses patologis
seperti tumor maka dengan energi kekerasan yang minimal akan
mengakibatkan fraktur yang pada orang normal belum dapat
menimbulkan fraktur.
.

2.4 Teknik Pemeriksaan Radiografi Pedis


Pemeriksaan radiografi pedis pada umumnya terdiri dari AP, lateral
dan oblique.

1. Proyeksi AP
Pasien diminta untuk supine di atas meja pemeriksaan. Setelah itu,
instruksikan pasien untuk menekuk salah satu lutut pasien yang akan
diperiksa. Selanjutnya pasang kaset di bawah kaki pasien. Untuk
proyeksi AP, kaki tidak dirotasikan kemana pun, jadi pasien
diinstruksikan untuk menahan posisi kaki sejajar dengan kaset selama
pemeriksaan berlangsung.

Gambar 2 (Posisi AP)


CR diarahkan tegak lurus vertikal terhadap kaset dengan CP pada
metatarsal 3. Kriteria gambar yang tampak yaitu tampak os navicular,
os cuneiforms, os cuboid, tarsometatarsal joint, ossa metatarsal, os
sesamoid, metatarsophalangeal joint, tampak ke 14 ossa phalang.

8
2. Proyeksi Lateral
Proyeksi lateral memiliki 2 macam yaitu mediolateral dan
lateromedial.
a. Lateral Mediolateral
Pasien diminta untuk supine di atas meja pemeriksaan.
Kemudian untuk kenyamanan pasien, tubuh pasien diposisikan
oblique (LPO/RPO). Atur pedis true lateral, sisi lateral pedis
menempel pada kaset. Fleksikan pedis sehingga membentuk sudut
900 terhadap cruris. Atur CR tegak lurus kaset, kemudian CP pada
pertenghan kaki. Instruksikan pasien untuk menahan posisi selama
pemeriksaan.

Gambar 3 (Posisi Lateral Mediolateral)

Kriteria yang tampak adalah tampak phalang, metatarsal, os


tarsal, os tibia, os fibula, tibiotalar joint, os navicular.

b. Lateral Lateromedial
Pada posisi ini, pada dasarnya langkah-langkah yang
dilakukan sama seperti proyeksi lateral mediolateral namun yang
menempel pada kaset adalah pedis sisi medial.

Gambar 4 (Posisi Lateral Lateromedial)

9
Tampak phalanges, metatarsal, os fibula, os tibia, tibiotalar joint, os
navicular, os talus, sinus tarsi, os calcaneus.

3. Proyeksi Oblique

Proyeksi Oblique memiliki dua macam yaitu medial rotation dan


lateral rotation.
a. Oblique Medial Rotation
Pasien diminta untuk supine di atas meja pemeriksaan.
Tekuk sedikit lutut pasien kemudian rotasikan salah satu kaki
pasien sebesar 300 ke arah medial. Atur CR tegak lurus kaset dan
CP pada metatarsal 3. Instruksikan pasien untuk menahan posisi
selama pemeriksaan.
Kriteria yang tampak pada gambar adalah tampak os
cuneiform medial, os cuneiform intermedial, metatarsal tuberosity,
os cuneiform lateral, os cuboid, os calcaneus, sinus tarsi, talus, os
navicular.
b. Oblique Lateral Rotation
Pada posisi ini, pada dasarnya langkah-langkah yang
dilakukan sama seperti proyeksi oblique medial rotation namun
rotasi kaki pasien ke arah lateral.
Kriteria gambar yang tampak adalah tampak os cuneiform
medial, os cuneiform intermedial, os navicular, os talus, os
calcaneus, os cuboid.

10
Gambar 5 (Posisi Oblique Medial Rotation dan Lateral Rotation)

11
BAB III
PEMBAHASAN
Pada tanggal 12 April 2017 terdapat pasien anak berusia 10 tahun datang
ke IRD RSUD Dr. Soetomo bersama dokter dengan membawa surat permintaan
pemeriksaan radiologi pedis dengan proyeksi AP dan oblique. Klinis yang tertulis
adalah close fraktur metatarsal sinistra. Setelah itu kami periksa surat permintaan
pasien lalu kami input ke komputer. Kemudian kami mempersiapkan alat untuk
pemeriksaan radiologi pedis dengan proyeksi AP dan oblique yaitu :

- Kaset ukuran 18 x 24 cm sebanyak 2 buah


- Apron
- Pesawat x-ray

Setelah persiapan alat, kami melakukan pemosisian pasien di atas meja


pemeriksaan dibantu dengan dokter. Dalam hal ini, harus sangat berhati-hati
dalam mengondisikan pasien karena pasien tergolong masih anak-anak dan
terlihat ketakutan ketika akan diperiksa. Untuk itu kami mencoba melakukan
pendekatan secara halus terhadap pasien serta membuat keadaan pasien nyaman
ketika diperiksa. Setelah pasien terlihat tenang, pasien kami suruh untuk supine di
meja pemeriksaan dengan didampingi ibunya. Hal yang perlu diperhatikan ketika
mendapati pasien anak-anak adalah :

- Keadaan fisik pasien


- Keadaan emosi pasien saat akan diperiksa
- Kondisi klinis pasien
Sehingga perlu dilakukan langkah yang berbeda dalam mengondisikan dibanding
dengan pasien-pasien dewasa pada umumnya.

Apabila pasien sudah dapat dikondisikan dengan baik, maka selanjutnya


dilakukan pemosisian pasien. Proyeksi pertama yang kami lakukan adalah pedis
AP.

1. Pedis Antero Posterior

12
Ketika pasien supine, kami menaruh kaset pertama di bawah pedis
pasien yang akan diperiksa sesuai permintaan yaitu di sinistra (kiri).
Karena pasien merasa sakit ketika kakinya kami posisikan, maka kami
menginstruksikan pasien untuk menekuk lututnya sendiri hingga dapat
diperoleh posisi kaki AP. Setelah pemosisian sudah selesai, selanjutnya
adalah mengatur tube x-ray sesuai dengan letak kaset. Lalu atur kolimasi
hingga seluruh bagian pedis terkena sinar.

Agar kaki pasien tidak bergerak dan pasien merasa tenang maka
ibu pasien kami persilahkan untuk memegang kaki pasien. Oleh karena itu
kami pasangkan apron untuk ibunya kemudian kami lakukan pemeriksaan.
Pada pengaturan kV, mA dan mS untuk pedis AP adalah 43, 125 dan 25.
Kemudian kami ekspos dengan melihat pasien apakah berubah posisi atau
tidak

2. Pedis Lateral Medial Rotation


Pemeriksaan selanjutnya yaitu proyeksi lateral. Lateral yang akan
kami lakukan ini adalah medial rotation karena dokter ingin melihat
metatarsal 5 dengan jelas. Kemudian kami instruksikan pasien untuk
menekuk lututnya sedikit dan merotasikan kaki kiri pasien 300 ke arah
medial. Setelah pemosisian sudah selesai, selanjutnya adalah mengatur
tube x-ray sesuai dengan letak kaset. Lalu atur kolimasi hingga seluruh
bagian pedis terkena sinar. Agar posisi pasien tidak berubah maka kami
instruksikan ibu pasien untuk memegang kaki pasien.
Setelah itu kami bersiap untuk melakukan ekspos dan mengatur
kV, mA dan mS sama seperti proyeksi pedis AP yaitu 43, 125 dan 25.
Kemudian kami ekspos dengan melihat pasien apakah berubah posisi atau
tidak. Setelah kami ekspos, maka kami bawa kaset ke reader untuk
mengetahui hasilnya. Ketika hasil pemeriksaan sudah sesuai dengan
kriteria maka pasien telah selesai melakukan pemeriksaan radiologi dan
dapat meninggalkan ruangan radiologi. Sebelum meninggalkan ruangan,
kami pastikan tidak ada barang pasien yang tertinggal di ruang
pemeriksaan serta apron yang dipakai oleh ibu pasien sudah dilepas.

13
Gambar 6 (Hasil Foto Pedis Proyeksi AP dan Lateral Medial Rotation)

14
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari pemeriksaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
bahwa perlakuan pada pasien yang masih tergolong anak-anak berbeda
dengan pasien dewasa pada umumnya. Butuh kesabaran serta perlakuan
yang halus terhadap pasien dan juga dibutuhkan kreativitas dalam
memosisikan pasien tergantung dari keadaan fisik pasien yang akan
diperiksa. Oleh karena itu, perlu kemampuan serta tanggap dalam segala
keadaan yang akan dihadapi dalam bekerja sebagai radiografer.

4.2 Saran
Profesionalitas, tanggung jawab serta keramahan diharapkan dapat
diterapkan oleh seluruh radiografer agar pelayanan radiologi disegani oleh
banyak masyarakat. Apabila semua pekerjaan dilakukan sesuai prosedur
serta diterapkan dengan profesional maka kesehatan masyarakat akan
meningkat.

15
DAFTAR PUSTAKA

Netter FH. Atlas of Human Anatomy. 5th ed. Tharmapalan S, editor. Singapore:
Saunders Elsevier; 2011.

Clark, KC. Positioning in Radiography Ninth Edition, London. Ilford Limited;


1973.

Merrils. Phillip W. Ballinger MS, RT (R), FAERS, Eugene D. Frank MA, RT (R),
FASTR,. 2003. Radiographic Positions & Radiologic Procedures, Tenth Edition,
Mosby.

Tim Anatomi. (2007). Diktat Anatomi Manusia. Yogyakarta: FIK UNY.

16

Anda mungkin juga menyukai