FF Ahmad Zainul Kesadaran Kebhinekaan Dalam Menghadapi Perbedaan
FF Ahmad Zainul Kesadaran Kebhinekaan Dalam Menghadapi Perbedaan
DISUSUN OLEH :
AHMAD ZAINUL
051211132009
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2012-2013
http://madib.blog.unair.ac.id/jatidiri-and-characters/makalah-study-excursie-2012/ hmadib2011@gmail.com 1
Sikap Kebhinekaan dalam Menjawab Tantangan Global
A. Pengantar
Manusia merupakan makhluk sosial yaitu makhluk yang tercipta dengan berbagai
perbedaan dengan maksud untuk bisa saling melengkapi antar sesamanya. Sehingga nantinya
akan terjadi hubungan interaksi timbal balik dalam memenuhi kebutuhan bersama. Hal ini,
secara tidak langsung akan membentuk tiap-tiap individu memiliki sumbangsih atau peranan
dalam suatu kehidupan bermasyarakat.
Seperti yang kita ketahui bersama, negara Indonesia tercinta ini memiliki beragam
perbedaan. Dari mulai perbedaan suku, agama sampai ke perbedaan status sosial. Negara kita
terdiri dari ribuan pulau. Menurut catatan, di Indonesia terdapat 17.508 pulau. Sebanyak
11.808 pulau (67%) belum diketahui namanya. Jadi yang dikenal namanya baru 33% atau
5.700 pulau. Ada pulau yang besar dan ada juga yang kecil. Pulau - pulau itu membentang
dari Sabang sampai Merauke. Karena itu, negara kita disebut negara kepulauan. Mengapa
disebut negara kepulauan? Karena negara kita terdiri dari banyak pulau. Banyaknya jumlah
pulau menjadi kekayaan bangsa Indonesia. Akibat keadaan ini masyarakat Indonesia sangat
beragam.
Hal ini, tentunya akan membawa peranan yang sangat besar dalam kelangsungan
hidup berbangsa dan bernegara. Keadaan masyarakat yang bermacam-macam kadang
membuat sesuatu yang seharusnya dapat dipandang indah menjadi bahan konflik. Padahal,
suatu perbedaan pasti terjadi dalam berbagai latar belakang. Tidak hanya perbedaan etnis,
agama, ataupun suku belaka. Banyak contoh contoh perbedaan dalam masyarakat yang bukan
berasal dari hal tersebut. Namun, ketika perbedaan dilatarbelakangi oleh hal tersebut, maka
masalah akan menjadi lebih berbelit dan sulit mencapai titik temu.
Padahal seperti yang kita ketahui bersama bahwa Indonesia memiliki beragam bentuk
masyarakat yang memiliki keunikan masing-masing. Apakah hal yang akan terjadi jika
masalah perbedaan masih saja belum dapat dipecahkan?. Tentunya pemerintahan Indonesia
sendiri akan terganggu. Semakin tingginya kesenjangan social dan semakin buruknya etika
masyarakat. Hal ini, diperparah dengan adanya tantangan globalisasi. Ketika perbedaan
dalam satu Negara saja belum bisa teratasi. Apalagi untuk menjawab tantangan dari dunia
http://madib.blog.unair.ac.id/jatidiri-and-characters/makalah-study-excursie-2012/ hmadib2011@gmail.com 2
global. Kita tentunya tidak menginginkan hal tersebut terjadi kepada Indonesia kita tercinta
ini.
Mahasiswa sebagai asset Negara dan juga penerus pembangunan nasional tentunya
harus memiliki modal dalam menjawab masalah tersebut diatas. Sehingga diharapkan mampu
menjawab tantangan dari dalam maupun luar Negara ini. Oleh karena itu, saya dan kurang
lebih 400 orang lainnya berhijrah ke lamongan untuk mempelajari sesuatu milik bangsa yang
tersimpan rapi didalamnya. Sesuatu itu adalah sikap toleransi dan solidaritas. Kedua sikap
tersebut merupakan kepribadian bangsa yang mulai luntur tergerus oleh budaya dari luar.
Beberapa tempat yang kami kunjungi adalah pendopo Sabha Dhaksa Adiyaksa yang
terletak dikantor kabupaten lamongan, kemudian kami mengunjungi desa pancasila Balun,
dan yang terakhir kami mengunjungi ponpes Sunan Drajat.
B. Konsep Pokok
Pada penulisan essay ini diharapkan memiliki dasar-dasar yang memiliki konsep Human
Interest untuk mampu mengugah menguatnya semangat kebangsaan bagi masyarakat luas.
Disini untuk mempelajari bagaimana kerukunan umat beragama hidup berdampingan dengan
toleransi yang tinggi.
Kebhinekaan dapat dipelajari dengan study di Desa Balun, Kecamatan Turi, dan
Pondok Pesantren sunan Drajat Paciran, Lamongan. Dengan pembelajaran yang dilakukan
selama dua hari untuk memahami landasan Pancasila. Hal yang dipelajari tentang Etnisitas,
Gaya Hidup, dan Solidaritas Sosial Terbuka. Bagaimana hal yang berbeda dapat terjalin
dengan indah serta beriringan tanpa adanya permasalahan.
C. Pembahasan
Setelah itu kami melanjutkan perjalanan ke Desa Pancasila Balun Kecamatan Turi.
Perjalanan memakan waktu kurang lebih 30 menit. Setelah sampai ke daerah Balun, kami
disambut oleh pemangku desa juga pemangku agama setempat untuk memberi penjelasan
mengenai desa Balun.
http://madib.blog.unair.ac.id/jatidiri-and-characters/makalah-study-excursie-2012/ hmadib2011@gmail.com 4
Balun adalah sebuah desa yang terletak di Kabupaten Lamongan bagian tengah
tepatnya Kecamatan Turi dan hanya mempunyai jarak 4 kilometer dari kota Lamongan. Desa
Balun merupakan daerah yang terletak di dataran rendah yang banyak terdapat tambak dan
bonorowo sehingga masuk daerah yang rawan banjir seperti umumnya daerah lain di
kabupaten Lamongan. Desa Balun juga dibelah oleh sebuah sungai yang bermuara di
Bengawan Solo.
Desa ini dinamakan desa Balun dikarenakan di mana kata Balun berasal dari nama
Mbah Alun seorang tokoh yang mengabdi dan berperan besar terhadap terbentuknya desa
balun sejak tahun 1600-an. Mbah Alun yang dikenal sebagai Sunan Tawang Alun I atau
Mbah Sin Arih konon menyiarkan ajaran Islam sampai wafat Tahun 1654 berusia 80 tahun
sebagai seorang Waliyullah. Sebab menyembunyikan identitasnya sebagai Raja, maka beliau
dikenal sebagai seorang ulama dengan sebutan Raden Alun atau Sin Arih. Sunan Tawang
Alun I sebagai ulama hasil gemblengan Pesantren Giri Kedaton ini menguasai ilmu Laduni,
Fiqh, Tafsir, Syariat dan Tasawuf. Sehingga dalam dirinya dikenal tegas, kesatria, cerdas,
Alim, Arif, persuatif, dan yang terkenal adalah sifat toleransinya terhadap orang lain,
terhadap budaya lokal dan toleransinya terhadap agama lain. Desa tempat makam Mbah Alun
ini kemudian disebut Desa Mbah Alun dan kini Menjadi Desa Balun, Kecamatan Turi.
Pasca G 30S PKI tepatnya tahun 1967 Kristen dan Hindu mulai masuk dan
berkembang di Desa Balun. Berawal dari adanya pembersihan pada orang-orang yang terlibat
dengan PKI termasuk para pamong desa yang diduga terlibat. Akibatnya terjadi kekosongan
kepala desa dan perangkatnya. Maka untuk menjaga dan menjalankan pemerintahan desa
ditunjuklah seorang prajurit untuk menjadi pejabat sementara di desa Balun. Prajurit tersebut
bernama Pak Batih yang beragama Kristen. Dari sinilah Kristen mulai dapat pengikut,
kemudian pak Batih mengambil teman dan pendeta untuk membabtis para pemeluk baru.
Karena sikap keterbukaan dan toleransi yang tinggi dalam masyarakat Balun maka penetrasi
Kristen tidak menimbulkan gejolak. Disamping itu kristen tidak melakukan dakwah dengan
ancaman atau kekerasan.
Pada tahun yang sama yakni 1967 juga masuk pembawa agama Hindu yang datang
dari desa sebelah yaitu Plosowayuh. Adapun tokoh sesepuh Hindu adalah bapak Tahardono
Sasmito. Agama hindu inipun tidak membawa gejolak pada masyarakat umumnya. Masuknya
seseorang pada agama baru lebih pada awalnya lebih disebabkan oleh ketertarikan pribadi
tanpa ada paksaan. Sebagai agama pendatang di desa Balun, Kristen dan Hindu berkembang
secara perlahan-lahan. Mulai melakukan sembahyang di rumah tokoh-tokoh agama mereka,
kemudian pertambahan pemeluk baru dan dengan semangat swadaya yang tinggi mulai
http://madib.blog.unair.ac.id/jatidiri-and-characters/makalah-study-excursie-2012/ hmadib2011@gmail.com 5
membangun tempat ibadah sederhana dan setelah melewati tahap-tahap perkembangan
sampai akhirnya berdirilah Gereja dan Pura yang megah.
Desa Balun ini merupakan Desa Pancasila. Study excursie ini bermakna bahwa
pembelajaran tentang Desa Balun ini agar kita sebagai mahasiswa dapat menerapkan dan
mengembangkan di desa-desa lainnya seperti Desa Balun. Desa Balun ini juga selain disebut
Desa Pancasila juga merupakan desa yang mempunyai kebhinekaan yang tinggi, dimana
Desa Balun ini didalamnya terdapat 3 pemeluk agama yaitu Kristen, Islam dan Hindu.
Keistimewaa dari tempat ini adalah bahwa tempat peribadatan didesa ini terletak
sangat berdekatan. Namun, hal ini tidak membuat kekacauan didesa tersebut. Bahkan ketika
terjadi perayaan kenduri masyarakat disana, seluruh agama diundang untuk datang. Selain itu
pada saat perayaan hari-hari besar keagamaan. Masyarakat disana bisa saling mentoleransi
dalam perbedaan. Misalnya, pada saat hari raya idul qurban yang jatuh pada hari minggu,
maka umat Kristen menunda waktu ibadahnya untuk menghormati yang islam dan juga
sebaliknya. Sungguh indah perbedaan ketika disikapi dengan rasa toleransi yang tinggi.
Ketika setiap masyarakat Indonesia bisa berlaku demikian, maka tidak khayal jika Indonesia
akan menjadi lebih harmonis dari sekarang.
Hal inilah yang patut dicontoh dalam masyarakat saat ini yang mudah menjadikan
urusan agama menjadi konflik dan membuat perbedaan seakan menjadi tembok besi yang
memisahkan antar umat. Dengan demikian, semua perbedaan bisa dipandang indah sesuai
dengan respon yang kita alami. Kita sebagai pembangun bangsa dimasa depan harus selalu
bersikap toleransi dan menjunjung solidaritas antar umat dan menjadi pelopor untuk
sekeliling kita. Sehingga kita bisa melanjutkan pembangunan Indonesia. Persiapkan diri
untuk Indonesia yang lebih baik.
Setelah itu, kami melanjutkan perjalanan ke ponpes sunan drajat. Kami sampai disana
sekitar pukul 18.30 WIB. Sehingga setelah itu kami harus bergegas untuk sholat maghrib dan
kemudian melanjutkannya dengan sholat isyak. Setelah itu kami makan dan istirahat sejenak
untuk melepas lelah. Kemudian, kami kembali melakukan aktivitas kami, yaitu wawancara
dengan para pengurus ponpes tentang seluk beluk ponpes sunan drajat. Banyak hal yang
diceritakan oleh mereka salah satunya tentang sejarah, perkembangan, dan proses
pembelajaran yang ada disana.
Ponpes yang terletak di Desa Banjaranyar, Kecamatan Paciran, ini mengasuh sekitar
10 ribu santri dari tingkat ibtidaiah (SD), sanawiah (SMP), aliah (SMA), hingga perguruan
tinggi. Menurut penuturan Sekjen Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Kholid Syeirozi,
banyak ponpes di Jawa Timur mengalami penurunan jumlah santri, tetapi tidak untuk
http://madib.blog.unair.ac.id/jatidiri-and-characters/makalah-study-excursie-2012/ hmadib2011@gmail.com 6
Pesantren Sunan Drajat. "Jumlah santri di pesantren ini terus meningkat tiap tahunnya. Ini
berbeda dengan pondok-pondok lainnya di Jawa Timur yang mengalami penurunan jumlah
santri," tutur Kholid.
Hal yang menarik dari Ponpes Sunan Drajat ialah kemandirian perekonomian ponpes
yang ditopang oleh berbagai usaha. Memang, KH Abdul Ghofur berpendapat kemandirian
ekonomi ponpes harus diutamakan.
Menurut KH.Abdul Ghofur selaku pengasuh ponpes Sunan Drajat menyatakan
bahwa Ponpes berkembang sejak tahun 1977 hingga saat ini. Hal lain diantaranya
membentuk sebuah kemandirian terutama dalam segi perekonomian. Pondok ini telah
bekerjasama setidaknya dengan 21 perusahaan dalam ekonomi. Kerjasama yang dijalin
diantaranya bidang usaha pabrik kapur seluas 30-40 ha yang terdapat pada gunung di
Lamongan. Bidang
Usaha yang dibangun beragam dan semuanya berdiri mandiri di Ponpes Sunan Drajat
ini. Ada bidang usaha air minum yang diberi merk AIDRAT, Sari Mengkudu Sari
Mengkudu Sunan, hingga swalayan dan masih banyak sumber perekonomian
lainnya.Keistimewaan ponpes ini adalah mereka menerapkan system entrepreneurship kepada
para santrinya. Sehingga ketika keluar dari ponpes, mereka mampu bersaing dengan yang
lainnya.
Hal yang tidak kalah menarik adalah bahwa ponpes ini pernah menerima beberapa
tamu dari masyarakat non islam. Dan mereka diterima dengan baik oleh pengasuh pesantren.
Bahkan sempat memberikan chakra untuk ponpes sunan drajat ini. Hal ini tentunya dapat
menjadi contoh yang baik. Sebab kebhinekaan dapat dijumpai dimanapun termasuk ditempat
pendidikan islam seperti di pondok pondok diindonesia.
http://madib.blog.unair.ac.id/jatidiri-and-characters/makalah-study-excursie-2012/ hmadib2011@gmail.com 7
Saran saya adalah semoga study excursie tahun depan bisa lebih baik lagi. Dalam
penambahan jumlah peserta. Sehingga setiap mahasiswa dapat memiliki kesempatan yang
sama dengan kami. Dengan demikian, para mahasiswa akan dapat mewawancarai secara
langsung masyarakat yang indah dalam perbedaan. Bukan hanya mendengar dari orang lain
tentang kerukunan yang terjalin diatas perbedaan. Sehingga nantinya diharapkan akan
mampu mengurangi konflik pada mahasiswa dan Indonesia.
E. Daftar Pustaka
Fadeli, SH., Lamongan, Bupati Lamongan.
Drs. Koko Srimulyo, M.Si., Surabaya, Direktur Kemahasiswaan Unair.
Suwito dan Sumitro, Lamongan , tokoh agama islam.
Drs. Adi Wijono, Lamongan, tokoh agama hindu.
Sutrisno, Lamongan, tokoh agama kristen.
KH. Abdul Ghofur, Paciran, pengasuh ponpes Sunan Drajat Paciran Lamongan
http://madib.blog.unair.ac.id/jatidiri-and-characters/makalah-study-excursie-2012/ hmadib2011@gmail.com 8