H06 Zmu
H06 Zmu
OLEH
ZAINAL MUTTAQIN
H14102105
Oleh
ZAINAL MUTTAQIN
H14102105
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada Departemen Ilmu Ekonomi
dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor.
Menyetujui,
Dosen Pembimbing,
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,
Tanggal Kelulusan :
PERNYATAAN
Zainal Muttaqin
H14102105
RIWAYAT HIDUP
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat melakukan penyusunan skripsi ini. Judul
skripsi ini adalah Analisis Pengaruh Penggunaan Alat Pembayaran dengan
Menggunakan Kartu dan Variabel-Variabel Makroekonomi terhadap
Permintaan Uang di Indonesia. Pembahasan mengenai sistem pembayaran
elektronik terutama Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) sangat
penting karena seiring dengan berkembang pesatnya teknologi informasi pengaruh
alat pembayaran ini dapat mempengaruhi kebijakan moneter perlu untuk
diketahui. Disamping hal tersebut, penyusunan skripsi ini merupakan salah satu
upaya untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian
Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini baik secara langsung
maupun tidak langsung. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih dan
penghargaan kepada:
1. Ibu Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS, sebagai Dosen Pembimbing yang telah
memberikan bimbingan baik secara teknis maupun teoritis dalam proses
penyusunan skripsi ini.
2. Bapak Ir. Noer Azam Achsani, M.Si, Ph.D sebagai Dosen Penguji yang telah
memberikan saran dan kritikan beliau merupakan hal yang sangat berharga
dalam penyempurnaan skripsi ini.
3. Bapak Syamsul Hidayat Pasaribu, SE, M.Si sebagai Komisi Pendidikan yang
telah memberikan saran dan kritikan dalam penulisan serta ejaan skripsi ini.
4. Kedua orang tua tercinta, Rusdan Zakaria dan Siti Maryam, yang telah
mencurahkan segala kasih sayang bagi penulis serta dorongan semangat dalam
penyusunan skripsi ini.
5. Kedua kakak tercinta, Kiki Noor Zakiah beserta keluarga, dan Fitri Rahmani
yang banyak memberikan bantuan dan dorongan bagi penulis hingga skripsi
ini terselesaikan.
6. Ibu Annisa Kurniatun (Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran Bank
Indonesia) serta Mbak Mitha (Inter-Cafe) yang bersedia membantu dalam
pengumpulan data tentang APMK.
7. Teman-teman di Ilmu Ekonomi 39 atas segala bantuan, dan dukungan
semangat bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
8. Keluarga Besar Pondok Girma atas segala kebersamaan dan dukungan bagi
penulis dalam penyusunan skripsi ini
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Namun,
besar harapan penulis semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
menambah khasanah ilmu pengetahuan mengenai sistem pembayaran dan
kebijakan moneter di Indonesia.
Zainal Muttaqin
H14102105
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL......................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. vi
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................... vii
I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2. Perumusan Masalah .................................................................... 5
1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................ 9
1.4. Manfaat Penelitian ...................................................................... 10
II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 11
2.1. Sistem Pembayaran ..................................................................... 11
2.1.1. Definisi............................................................................... 11
2.1.2. Evolusi Sistem Pembayaran............................................... 12
2.1.3. Karakteristik Sistem Pembayaran yang Efektif ................. 16
2.2. Teori Uang .................................................................................. 18
2.2.1. Definisi dan Fungsi Uang .................................................. 18
2.2.2. Teori Ekonomi Klasik ........................................................ 20
2.2.3. Teori Kuantitas Uang ......................................................... 21
2.2.4. Pendekatan Cambridge ...................................................... 22
2.2.5. Teori Neo-Klasik................................................................ 23
2.2.6. Teori Keynessian................................................................ 23
2.2.7. Teori Permintaan Uang Pasca Keyness ............................. 25
2.3. Pengukuran Kuantitas Uang........................................................ 27.
2.4. Penelitian Terdahulu ................................................................... 29
2.4.1. Substitusi Alat Pembayaran (Tunai-Non tunai) ................. 29
2.4.2. Manfaat Sistem Pembayaran Elektonis.............................. 30
2.4.3. Pengaruh Sistem Pembayaran Elektonis terhadap
Permintaan Uang................................................................ 31
ii
ii
iii
iii
iv
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
2.1. Hubungan M0, M1 dan M2.................................................................... 28
3.1. Perkembangan Kartu Kredit di Indonesia (1998-2004) ......................... 47
3.2. Perkembangan Kartu ATM di Indonesia (1999-2003) .......................... 48
3.3. Perkembangan Kartu Debet di Indonesia (1998-2004).......................... 49
4.1. Nama, Simbol dan Sumber Data............................................................ 51
5.1. Hasil Uji Akar Unit pada Level.............................................................. 67
5.2. Hasil Uji Akar Unit pada First Difference (Tanpa Trend)..................... 68
5.3. Hasil Uji Akar Unit pada First Difference (dengan Trend) ................... 69
5.4. Persamaan Jangka Panjang Pengaruh Penggunaan APMK dan
Variabel-Variabel Makroekonomi Lainnya terhadap Permintaan Uang 70
5.5. Hasil Uji Kointegrasi Kedua Model Penelitian...................................... 71
5.6. Estimasi Jangka Pendek Pengaruh APMK terhadap Permintaan Uang
di Indonesia yang Belum direstriksi....................................................... 78
5.7. Estimasi Jangka Pendek Pengaruh Alat Pembayaran dengan
Menggunakan Kartu terhadap Permintaan Uang di Indonesia yang
Telah direstriksi...................................................................................... 79
5.8. Hasil Uji Heteroskedastisitas ................................................................. 81
5.9. Hasil Uji Autokorelasi dengan Breusch-Godfrey Serial Correlation
LM Test .................................................................................................. 81
5.10. Hasil Uji Normalitas ............................................................................. 82
iv
v
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
2.1. Kerangka Pemikiran Penelitian............................................................... 36
3.1. Gambaran Intensitas Uang Tunai yang Diedarkan di Indonesia............. 41
3.2. Gambaran Peredaran Uang Tunai di Masyarakat Indonesia................... 42
5.1. Perkembangan Perbandingan Nilai Transaksi APMK dengan Peredaran
Uang di Indonesia (Maret 2000 Agustus 2005) ................................... 73
5.2. Perkembangan Perbandingan Volume Transaksi APMK di Indonesia
(Maret 2000 Agustus 2005) ................................................................. 75
v
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Data-Data Penelitian ................................................................................. 93
2. Persamaan Jangka Panjang Permintaaan Uang M1 .................................. 97
3. Uji Kointegrasi Persamaan Jangka Panjang Permintaan Uang M1 .......... 98
4. Persamaan Jangka Panjang Permintaan Uang TUNAI ............................. 99
5. Uji Kointegrasi Persamaan Jangka Panjang Permintaan Uang TUNAI ... 100
6. Persamaan Jangka Pendek Permintaan Uang M1 ..................................... 101
7. Persamaan Jangka Pendek Permintaan Uang TUNAI .............................. 102
8. Persamaan Jangka Pendek Permintaan Uang M1 yang Direstriksi ......... 103
9. Persamaan Jangka Pendek Permintaan TUNAI yang Direstriksi ............. 104
10. Uji Heteroskedastisitas Persamaan ECM Permintaan Uang M1 ............. 105
11. Uji Heteroskedastisitas Persamaan ECM Permintaan Uang TUNAI ...... 106
12. Uji Autokolerasi Persamaan ECM Permintaan Uang M1 ....................... 107
13. Uji Autokolerasi Persamaan ECM Permintaan Uang TUNAI................. 108
14. Uji Normalitas Persamaan ECM Permintaan Uang M1 .......................... 109
15. Uji Normalitas Persamaan ECM Permintaan Uang TUNAI.................... 110
vi
vii
DAFTAR SINGKATAN
vii
I. PENDAHULUAN
oleh sistem pembayaran yang efektif dan efisien. Sebab, hal ini merupakan
satunya bisa diukur dari bagaimana sistem ini bisa meminimalkan biaya untuk
akan memakai jasa alat pembayaran yang memiliki harga yang rendah karena
biayanya pun juga rendah. Dengan kata lain, sistem pembayaran ini harus
memiliki biaya imbangan yang terkecil relatif terhadap sistem pembayaran jenis
dalam sistem pembayaran yang lebih bersifat elektronis. Menurut Listfield dan
Montes-Negret (1994), sistem pembayaran yang tanpa kertas ini tidak hanya
efektif untuk transaksi bernilai besar, melainkan juga untuk pembayaran rutin
(seperti listrik, air ledeng, serta gaji) serta pembayaran yang sensitif terhadap
sistem pembayaran non tunai yang bersifat paper based (berbasis warkat).
besar bagi berbagai sektor perekonomian. Humphrey, Vale dan Kim (2001) dan
Sementara itu, alat pembayaran elektronik ini juga dapat mengurangi pengeluaran
melakukan pembayaran yang bersifat paper based, sehingga bisa dipakai untuk
melakukan ekspansi kegiatan usahanya. Dalam cakupan yang lebih luas, alat
pembayaran ini memiliki peran yang besar dalam memberikan fasilitas dalam
perputaran transaksi dana baik antar bank maupun antar bank dengan nasabahnya
(Purusitawati, 2000).
Berikut ini merupakan sebagian dari hasil kajian empiris yang telah
tahun 1990-an biaya yang dikeluarkan bank pada 12 negara Eropa mampu ditekan
Grauwe, Buyst dan Rinaldi (2000) dalam Rinaldi (2001) membandingkan biaya
1
Menurut Bank Indonesia (2004), Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu (APMK) adalah
alat pembayaran yang berupa Kartu Kredit, Kartu Automatic Teller Machine (ATM), Kartu Debet,
Kartu Prabayar, dan atau yang dapat dipersamakan dengan itu.
3
rata-rata (average cost) dari APMK dengan pembayaran tunai yaitu sebesar 1,3
Hasil ini bisa tercapai karena dipengaruhi oleh tiga aspek. Pertama, besarnya
Dunia perbankan merupakan sumber inovasi dan salah satu sektor ekonomi
yang merasakan manfaat terbesar dari munculnya sistem pembayaran baru ini.
sistem pelayanan kepada nasabah yang lebih efektif dan efisien. Kemajuan
teknologi informasi telah berhasil membuat Automatic Teller Machine (ATM) dan
portable computer menggantikan fisik kantor bank yang mahal. Kini dari
perangkat elektronik itu dapat dilakukan kegiatan perbankan, mulai dari melihat
saldo, mencetak statement rekening koran, transfer dana domestik maupun valas,
juga transaksi letter of credit. Perbankan menuju arah tanpa bentuk (virtual reality
Hal ini yang merangsang para ekonom untuk melakukan kajian ekonomi
mengenai sistem pembayaran elektronik dalam cakupan yang lebih luas, tidak
hanya sebatas sektor perbankan saja. Penelitian mereka berkesimpulan sama, yaitu
2
Uraian yang lengkap mengenai hal ini dapat dilihat dalam Bab 2.
4
pembayaran (dalam hal ini perbankan) mencari cara untuk meningkatkan manfaat
jasanya bagi para nasabah (misalnya, menurunkan tarif transaksi). Begitu pun
dengan para pengusaha, mereka akan mencari cara untuk meminimalisir biaya
studi mengenai sistem pembayaran elektronik sangat menarik. Isu paling sentral
dalam studi mengenai alat pembayaran elektronik dewasa ini adalah bagaimana
pengaruh inovasi sistem pembayaran elektronik, dalam hal ini APMK terhadap
Dalam dunia yang modern, keterbukaan dari ekonomi, globalisasi dari capital
Kajian teoritis mengenai permintaan uang perlu diimbangi oleh kajian yang
pengkajian ini bisa dilakukan dalam berbagai sisi, namun hasil dan dampaknya
bisa berlaku umum untuk perekonomian (Rinaldi, 2002). Dalam penelitian ini,
faktor determinan permintaan uang yang dipelajari dalam teori ekonomi makro
(pendapatan nasional, suku bunga, dll) tetap akan dipertahankan dan akan tetap
Sementara itu, di tengah luasnya lapangan studi ekonomi, kajian atas money
demand merupakan studi yang paling menarik bagi para ekonom dan bank sentral
5
di banyak negara. Urgensinya terletak pada pengaruh langsung kajian ini kepada
diprediksi pengaruhnya terhadap tingkat output, suku bunga, serta tingkat harga
(Sriram, 1999).
dewasa ini. Seiring dengan globalisasi ekonomi yang semakin nyata, kebutuhan
akan segera terwujud baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut
terhadap kredit dan likuiditas uang, serta menurunkan penghalang geografis dalam
mesin ATM serta volume transaksi melalui mesin ini semakin meningkat dari
tahun ke tahun. Di sisi lain, justru pada waktu yang relatif sama penggunaan cek,
kartu debet serta kartu kredit juga menunjukkan tren yang meningkat pula.
ideal (khususnya dalam transaksi pembayaran yang bernilai kecil) dan aman
Dalam kasus Indonesia, bukti empiris yang terjadi dewasa ini menunjukkan
terjadi peningkatan cakupan serta skala dari alat pembayaran elektronik dan non
tunai, seperti ATM, kartu kredit, kartu debet, serta smart cards (Warjiyo, 2006).
features kemudahan yang ditawarkan oleh ATM. Saat ini ATM telah berkembang
menjadi alat pembayaran yang multi fungsi (baik sebagai kartu kredit maupun
maupun non tunai) elektronik berbasis kartu tumbuh sejalan dengan aktivitas
bahasan yang relevan dan sangat urgen dianalisis dalam teori dan aplikasi ilmu
ekonomi, baik makro maupun mikro. Penggunaan alat pembayaran ini sedikit
demi sedikit telah merubah pola hidup masyarakat dalam melakukan transaksi
dengan uang tunai akan semakin nyata. Sebab, kini penggunaan kartu pembayaran
menjadi alternatif alat transaksi masyarakat selain uang. Bila ditinjau dari sudut
kartu pembayaran ini maka hal ini akan berpengaruh negatif terhadap permintaan
pasar dan bisnis kartu pembayaran kini semakin meningkat seiring dengan
perekonomian Indonesia dewasa ini. Wacana yang kini menjadi pusat perhatian
oleh ekonom dan Bank Indonesia dalam kebijakan moneter adalah mengenai
pelayanan melalui penggunaan kartu ATM, sifat simpanan tabungan dinilai sama
dengan simpanan giral, bahkan hampir sama dengan uang tunai. Dengan demikian
3
Uraian mengenai hal ini dapat dilihat dalam Bab 3.
8
Sehingga tidak mengherankan apabila tingkat suku bunga (baik dalam negeri
maupun luar negeri) serta nilai tukar sering dipakai dalam kajian permintaan uang.
determinan permintaan uang, tetap akan dibahas dalam penelitian ini walaupun
dianalisis pada penelitian ini dibatasi pada tiga jenis kartu yaitu kartu kredit, kartu
debet, serta kartu ATM. Pendekatan ini dipakai karena sesuai dengan definisi
ketersediaan data dari Bank Indonesia. Selain itu, ketiga jenis alat tersebut sangat
Beberapa permasalahan yang akan penulis garis bawahi dalam penelitian ini
panjang?
9
Faktanya, tentang hal ini ternyata Indonesia sudah jauh tertinggal dengan negara-
negara lain seperti, Norwegia, Finlandia, Belgia, Amerika Serikat, Inggris, dan
mengatasi ketertinggalan ini. Fokus utama dalam penelitian ini adalah mengkaji
pengambilan kebijakan moneter. Oleh karena itulah, maka tujuan dari penelitian
panjang.
Manfaat yang diharapkan oleh penulis dari penelitian ini dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Bagi bank sentral sebagai regulator sistem pembayaran dan policy maker
dari kebijakan moneter, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian
di Indonesia.
II. TINJAUAN PUSTAKA
pembayaran dari berbagai ekonom memiliki makna yang sama. Menurut Listfield
(financial value) antara dua pihak yang terlibat untuk melepaskan diri dari
suatu sistem yang terdiri atas sekumpulan ketentuan hukum, standar, prosedur dan
suatu nilai uang antara dua pihak dalam suatu wilayah negara maupun secara
lembaga kliring, atau lembaga perantara pembayaran lainnya serta bank sentral.
kewajiban finansial melalui pertukaran suatu nilai uang antara para pihak yang
terkait.
12
pembayaran.
pembayaran suatu negara adalah unik. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat
terjadi perbedaan antara sistem pembayaran suatu negara dengan negara lainnya.
akan lebih memilih alat pembayaran yang paling murah biayanya dan paling
kritikan kepada analisis Adam Smith (ekonom klasik) yang tidak menghitung
dekade terakhir perubahan tersebut terasa sangat cepat seiring dengan kemajuan
uraian di bawah ini akan dibahas bagaimana evolusi ini berlangsung hingga
cara barter. Transaksi secara barter merupakan akar dari evolusi sistem
dipergunakanlah commodity money berupa emas atau perak serta koin. Masalah
ini muncul setelah adanya kesadaran masyarakat bahwa transaksi akan semakin
Karena emas dan perak tidak praktis, maka evolusi ini berlanjut dengan
penggunaan uang fiat (uang kepercayaan). Uang fiat adalah uang kertas yang
dari uang kertas ini adalah lebih ringan daripada koin emas atau perak.
berkembang. Sebab, dalam sistem pembayaran tunai dana dapat dengan mudah
14
ditransferkan secara instan tanpa adanya biaya lain seperti waktu, transaksi, dsb
mengenai ciri-ciri keaslian uang rupiah (Bank Indonesia, 2006b). Beberapa standar
fisik keaslian uang kartal (fiat) untuk menjaga dari penyalahgunaan dan
pemalsuan diantaranya adalah ukuran, bahan, warna kertas yang unik, denominasi
Setelah penggunaan uang fiat semakin meluas, bukan berarti evolusi ini
telah berhenti. Penggunaan uang kertas ini juga menyimpan berbagai biaya, dari
keamanan, biaya transportasi, hingga biaya transaksi (yaitu pengenaan tarif dalam
transaksi). Selain itu, uang fiat hanya bisa digunakan sebagai alat transaksi
(Miskhin, 2001).
negara maju, terutama di Amerika Serikat. Namun, seperti uang fiat ternyata
penggunaan cek juga membutuhkan biaya. Beberapa jenis cek hanya bisa
keterlibatan satu atau lebih bank, yaitu transfer dana deposito dari rekening bank
pembayaran non tunai seperti cek, jumlah nominal dana yang ditransaksikan harus
secara spesifik ditulis, begitupun juga nama pihak pembayar dan penerima
pembayaran. Tidak seperti sistem pembayaran tunai, dalam penggunan cek terjadi
dua proses, yaitu aliran cek secara fisik, serta transfer dana yang digunakan dalam
2000).
penggunaan uang fiat serta cek yang berdasarkan kertas. Masalah tersebut berkisar
penerima pembayaran (payee). Pada sistem ini, transaksi yang terjadi antar bank
dapat berlangsung tanpa ada biaya pemrosesan seperti pada alat pembayaran
dalam transaksi yang bervolume tinggi dengan nilai transaksi yang kecil, terutama
16
yang terbatas (Listfield dan Montes-Negret, 1994). Efektifitas ini ditandai pula
langsung di tempat penjualan (point of sale, POS) dan berbiaya rendah menjadi
fenomena. Varian pertama dari alat pembayaran ini yang mulai dikenal
masyarakat adalah kartu kredit. Berawal dari kajian pemasaran yang cukup
mendalam pada tahun 1958 Bank of America mengenalkan kartu kredit dengan
secara kredit, dan melunasinya dengan cek atau rekeningnya yang berada pada
bank pemegang lisensi penerbit kartu kredit tersebut (Visa, Mastercard, dll).
pembayaran elektronis lain seperti kartu debet, smart cards, internet banking, dll.
Efektifitas dari suatu sistem pembayaran telah menjadi unsur yang sangat
dana yang efektif dan seketika, sebab kini waktu telah menjadi biaya yang
perekonomian lain.
pada tangan yang berhak. Jika keyakinan ini tidak ada maka mereka akan
kembali pada sistem pembayaran tunai menggunakan uang koin dan uang fiat,
merasa aman dalam melakukan transaksi. Hal yang harus mendapat perhatian
berikut:
dari adanya penggelapan dan akses yang tak resmi terhadap data sistem
pembayaran.
kali ditemukan kasus adanya pengguna kartu kredit over limit dan gagal
kredit) memiliki rekening yang cukup untuk membayar barang dan jasa
awal.
dengan alat pembayaran tersebut. Dengan kata lain, apabila ada biaya
(satuan hitung) dimana tingkat harga dan utang-utang (debts) dihitung (Sriram,
1999). Dari definisi ini, tergambar jelas bahwa uang dalam teori ekonomi tidaklah
terbatas pada fisik uang (currency) yang kita kenal sekarang ini. Sesuatu dapat
19
didefinisikan sebagai uang apabila memiliki tiga fungsi dari uang, yaitu alat
pertukaran, satuan hitung, serta sebagai alat penyimpan nilai (Mishkin, 2001) 2 .
Alat Pertukaran
alat pertukaran. Artinya, melalui uang seseorang dapat menghemat banyak waktu
maupun jasa seperti dalam transaksi barter. Dengan adanya uang, seseorang dapat
orang lain yang menghasilkan barang tersebut. Uang dapat menemukan keinginan
barang dapat diklasifikasikan sebagai uang, apabila kriteria berikut ini terpenuhi,
yaitu barang tersebut dapat distandardisasikan dengan mudah, dapat secara luas
Satuan Hitung
Uang berfungsi sebagai satuan hitung, berarti uang merupakan alat yang
digunakan untuk mengukur nilai ekonomi suatu komoditi (barang maupun jasa).
terjadi dalam sistem barter. Melalui alat pembayaran ini, biaya transaksi dalam
2
Sementara itu, menurut Solikin dan Suseno (2002), uang juga berfungsi sebagai ukuran
pembayaran yang tertunda. selain berfungsi sebagai alat pertukaran, satuan hitung, serta
penyimpsn nilai. Maksudnya, uang merupakan salah satu cara untuk menghitung jumlah
pembayaran pinjaman
20
Penyimpan Nilai
daya beli sepanjang waktu dari didapatkannya uang itu hingga dibelanjakannya.
Uang harus tetap bernilai dan berguna karena seseorang berhak untuk mengatur
tidak serta merta dibelanjakan ketika uang itu diterima. Berdasarkan fungsi ini
maka saham, obligasi, tanah, perhiasan dapat juga berfungsi sebagai uang, jika
Berdasarkan teori ekonomi klasik, seluruh pasar dari komoditi barang dan
jasa selalu bersih dan harga relatif dari barang dan jasa fleksibel sehingga
(Sriram, 1999). Dalam perekonomian seperti ini, peran dari uang sangatlah mudah
yaitu sebagai satuan hitung. Menurut konsep ini, uang merupakan alat pertukaran,
penyimpan nilai, satuan hitung yang dapat mengekspresikan harga dan nilai suatu
barang. Sehingga, dalam hal ini uang berposisi netral tidak mempengaruhi
perubahan dalam harga relatif, tingkat suku bunga, tingkat keseimbangan dari
konsep permintaan uang dalam perekonomian. Teori ini masih termasuk dalam
teori ekonomi klasik dan dikembangkan dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan
oleh Irving Fisher (ekonom Universitas Yale), serta pendekatan Cambridge (cash
Earlier dan Fisher menginisiasi konsep money holdings yang menjadi bagian
perputaran uang, yang menghubungkan kuantitas uang (M) dengan total barang
M V = P Y (2.2)
rata-rata waktu yang dihabiskan untuk membelanjakan komoditi barang dan jasa
yang diproduksi dalam perekonomian (Mishkin, 2001). Persamaan ini tidak cukup
uang. Uang dalam pendekatan ini tidak saja berfungsi sebagai alat pertukaran,
melainkan sebagai penyimpan nilai. Para ekonom seperti A. C. Pigou dan Alfred
M d = k PY (2.3)
konstanta.
(ekonom mazhab klasik). Menurut pandangan mereka uang lebih bersifat netral.
Komoditas ini secara ekonomis menarik ketika disimpan dan disirkulasikan dalam
perekonomian melalui transaksi barang dan jasa. Menurut Sriram (1999) teori
neo-klasik berpendapat bahwa tidak ada pengaruh dari tingkat suku bunga.
Meskipun demikian, masih terdapat perbedaan sudut pandang dalam mazhab ini,
letak perbedaannya ialah pada faktor lain yang merupakan pelengkap dalam
penelitian mereka, seperti ketidakpastian di masa yang akan datang (Marshall dan
(seperti Lavington dan Hicks), yang menyatakan bahwa suku bunga merupakan
dalam teori money demand dengan sudut pandang analisis yang berbeda. Apabila
ekonom dari mazhab klasik dan neo-klasik menganalisis permintaan uang dengan
tingkat suku bunga. Keyness memformulasikan tiga motif permintaan uang, yaitu
24
1. Motif transaksi. Sama dengan teori kuantitas uang, Keyness dalam hal ini
2. Motif berjaga-jaga. Bermula dari asumsi bahwa individu tidak menentu dalam
(untuk berjaga-jaga). Uang dalam hal ini tetap berfungsi netral sebagai alat
suku bunga dan interest jika dananya disimpan dalam bentuk portofolio.
Dalam hal ini beliau memfokuskan pada variabel ekonomi, tingkat suku bunga
di masa yang akan datang, yield dari obligasi di masa yang akan datang.
+
M d = f ( y , i ) (2.4)
Implikasi dari persamaan diatas dapat diuraikan sebagai berikut. Jika tingkat
suku bunga sangat rendah, maka tiap individu dalam perekonomian akan
berekspektasi bahwa suku bunga akan meningkat di masa yang akan datang.
Dalam keadaan ini, permintaan agregat dari uang akan elastis sempurna terhadap
tingkat suku bunga (Sriram, 1999). Keadaan ekonomi demikian disebut dengan
liquidity trap.
sama dengan Keyness bahwa uang merupakan penyimpan nilai, tingkat suku
perilaku masyarakat.
kerangka teori permintaan uang, dimana uang diposisikan sebagai alat untuk
transaksi. Walaupun aset finansial lain lebih liquid, tetapi biaya transaksinya
membuat persamaan permintaan uang yang sensititf terhadap tingkat suku bunga.
26
Dalam model yang mereka bangun, uang bersifat earn zero interest, artinya
kentungan yang didapatkan dari memegang uang itu nol. Ketika suku bunga
meningkat, jumlah uang tunai untuk dipakai dalam transaksi akan menurun.
berhubungan negatif dengan tingkat suku bunga. Dalam pendekatan ini, semakin
banyak orang memegang uang, maka biaya imbangan mereka memegang uang
Barnett), yang menganggap uang sebagai komoditas barang yang bisa digunakan
return mereka dari aset lain, serta expected return mereka dari memegang uang.
Md
= f (Y p , rb rm , re rm , e rm ) (2.5)
P
(+) (-) (-) (-)
27
dimana
Md
= permintaan uang riil
P
e = perkiraan inflasi
tanda (+), (-) di bawah menunjukkan korelasi antara parameter di atasnya dengan
Friedman yaitu pendapatan permanen. Hal ini bertolak belakang dengan konsep
pendapatan yaang kita pahami, yaitu bahwa pendapatan kita memiliki likuiditas
yang lebih kecil, karena pergerakan pendapatan hanya bersifat transit saja untuk
jenis aset yang digunakan sebagai uang dari emas, uang fiat, hingga pada e-
money. Hal ini menyisakan permasalahan, sebab bagaimana kuantitas uang dapat
transaksi, seperti uang tunai atau cek, meskipun sebagian aset lebih nyaman
persediaan uang, banyak aset lain yang juga bisa dimasukkan. Dana dalam
rekening tabungan, misalnya, bisa dengan mudah ditransfer menjadi rekening cek
dan bisa dengan mudah digunakan untuk transaksi. Oleh karena itu, aset ini bisa
Karena sukar menilai secara pasti aset mana yang seharusnya dimasukkan
dalam penawaran uang, tiap-tiap negara menggunakan uang beredar dengan jenis
ketiga jenis uang yang telah dikenal di masyarakat (uang kartal, uang giral, dan
uang kuasi). Dengan demikian, sesuai dengan cakupan uang beredar yang
beragam, jenis uang pun beragam, mulai dari pengertian yang paling sempit
hingga yang paling luas. Uang kartal merupakan pengertian uang yang paling
permasalahan yang dapat dieksplorasi dari sistem pembayaran ini sangat luas.
Secara umum riset yang telah dilakukan oleh para peneliti dapat dikotomikan
Berdasarkan hasil survey terhadap empat ribu orang yang menjadi nasabah
pembayaran dengan kartu kredit, ATM, kecuali electronic purse payments secara
masyarakat, dan tidak berpengaruh terhadap jumlah uang yang beredar. Hasil
dan ATM untuk transaksi permintaan uang tunainya berturut-turut lebih kecil 20
persen dan 18 persen dibandingkan kelompok orang yang lain. Sementara itu
pembayaran secara elektronis memiliki memiliki uang tunai 30 persen lebih kecil
(2001). Di negara Norwegia dalam periode 1989 hingga 1995, 60 persen sistem
30
untuk mengkaji elektronifikasi dan substitusi antara pembayaran tunai dan non-
Kim, and Vale (2001) menyimpulkan efisiensi berdasarkan pengenaan tarif yang
dipengaruhi secara signifikan oleh tarif layanan oleh bank. Sebab sistem
pembayaran berbasis kertas, hal ini mampu menghemat $ 188/orang atau sekitar
Sementara itu, Valverde, Humphrey dan Lopez del Paso (2003) melakukan
menghemat lima trilliun euro di Spanyol. Biaya operasional tiap bank dapat
permintaan uang dilakukan oleh Rachmat (2005). Peneliti ini mengkaji pengaruh
jumlah ATM di Indonesia terhadap permintaan uang pada kurun waktu Januari
hasil bahwa kenaikan 1 persen jumlah ATM dalam jangka pendek secara
persen. Sementara itu, jumlah ATM dalam jangka panjang tidak mempengaruhi
permintaan uang M1. Jumlah ATM juga berpengaruh kepada kebijakan moneter
secara umum.
penelitiannya mengkaji pengaruh dari kartu debet dan kredit, ATM, EFT-POS
serta gerai EFT-POS terhadap jumlah uang tunai uang beredar di negara Belgia.
gerai EFT-POS dan ATM terhadap jumlah uang tunai yang beredar, namun
terhadap jumlah kartu ATM berhubungan positif meskipun lemah. Dari uji Error
pendek jumlah ATM berhubungan positif dengan permintaan jumlah uang tunai
yang beredar.
Sementara itu, berdasarkan analisis data dari 1998:1 hingga 2005:4, Warjiyo
Terkait erat dengan topik ini, Hannan et. al (2001) mengkaji motif serta
pengenaan tarif dalam penggunaan alat pembayaran kartu, terutama kartu ATM,
terhadap preferensi nasabah bank yang tidak mengenakan dan mengenakan tarif
lembaga keuangan mengenakan tarif layanan atas penggunaan ATM oleh nasabah
kepadatan ATM itu sendiri. Sebagaimana para peneliti ini kutip dari penelitian
Matutes dan Padilla (1994) serta Saloner dan Sheppard (1995), keberadaan ATM
33
merupakan cara bagi sebuah bank untuk menarik masyarakat menjadi nasabah di
bank mereka,. Model penelitian yang diestimasi dalam penelitian mereka, yaitu:
Pr(Y = 1) = ( 0 + 1 X 1 + 2 X 2 + 3 X 3 ) (2.6)
distribution), X1, X2, X3 adalah vektor dari kelembagaan, pasar, serta karakteristik
untuk menggambarkan keputusan bank dalam mengenakan tarif dan foreign fees.
Hasil penelitiannya menunjukkan pengenaan tarif layanan ATM oleh pasar (bank-
bank) akan semakin besar seiring dengan datangnya pendatang (bank) baru yang
Sementara itu, dalam topik yang masih terkait, Humphrey, Pulley, dan
POS), substitusi alat pembayaran (paper based dengan electronic payment system)
kurun waktu 1987 hingga 1993 semakin meningkat seiring dengan perubahan
electronic giro, dan kartu kredit) ini terhadap tarifnya sangat kecil berkisar antara
dimana Ii adalah jumlah transaksi tiap orang per tahun dalam penggunaan cek,
paper giro, giro elektronik, kartu kredit dan kartu debit. Pj adalah tarif layanan
dari masing-masing alat pembayaran. Sedangkan GDP adalah GDP riil per kapita.
POS dan ATM adalah jumlah terminal POS dan ATM per orang. Sementara itu,
CASH adalah nilai riil transaksi tunai per orang. CRIME adalah tingkat kejahatan,
dan CR5 adalah rasio konsentrasi aset dari lima bank terbesar.
elektronis dalam tinjauan negara Belanda dan Norwegia. Hasil penelititan mereka
menunjukkan pengaruh yang kecil dalam substitusi ATM dengan kartu debet jika
dibandingkan dengan substitusi giro warkat dan giro elektronik. Penggunaan alat
menghemat 0,7 trilliun euro (0,35 persen dari GDP 2004), sedangkan di Belanda
kebijakan moneter merupakan salah satu bahan kajian tentang sistem pembayaran
kepustakaan yang dilakukan, di Indonesia topik ini kurang mendapat respon yang
positif dan baru dianalisis oleh Rahmat (2005) dan Warjiyo(2006). Penelitian ini
bagi para praktisi dan akademisi untuk kajian yang lebih komprehensif
selanjutnya.
APMK (dengan proxy volume transaksi dari kartu kredit, kartu debet serta kartu
nasional, tingkat suku bunga, tingkat inflasi, dan nilai tukar tetap dipertahankan.
Indonesia.
variabel penelitian diuraikan pada diagram alir (flow-chart) dalam Gambar 2.2.
Yilmazkuday (2006). Dalam rangka mencapai tujuan penelitian ini, alat analisis
(ECM).
36
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Analisis model
M1 dinamis
pada bulan November 2000. Sistem ini mengatur transfer dana bernilai besar yang
EFT/POS pada berbagai pusat perbelanjaan dan gerai ritel, serta makin maraknya
counter bank. Dasar hukum dari sistem pembayaran nasional Indonesia adalah
menjadi dua bagian besar, yaitu lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan
Perbankan Indonesia terdiri dari BI, bank umum, dan bank perkreditan
rakyat (BPR). Jasa pembayaran hanya dilayani oleh BI dan bank umum.
39
antarbank. Sistem kliring di BI ini terbagi atas sistim elektronik, otomasi, semi
Jakarta. Sistem kliring elektronik memproses warkat kliring dengan mesin baca
pilah (reader sorter), diterapkan di Medan, Surabaya, dan Bandung. Sistem semi
otomasi menggunakan disket berisi rekaman data warkat dan diterapkan di kantor-
Bandung. Pada kota-kota dimana tidak terdapat kantor BI, sebuah kantor bank
komersil yang beroperasi di kota atau daerah dimaksud dapat berfungsi sebagai
di Indonesia. Pelayanan jasa yang dilakukannya antara lain adalah transfer dana
dan pembayaran, baik melalui rekening mereka pada BI, melalui hubungan
mereka (Bank Indonesia, 2006b). Bank umum yang beroperasi di Indonesia terdiri
atas, bank persero, bank umum swasta nasional devisa, bank umum swasta
nasional non-devisa, bank pembangunan daerah, bank campuran, bank asing. Saat
40
ini, hanya bank-bank umum yang memiliki fasilitas transfer dana antar-cabang
Sementara itu, BPR tidak menyediakan jasa transfer dana antar bank kepada
nasabahnya. BPR yang menyediakan jasa transfer dana, nilai dan volumenya
harus sangat rendah dan dilakukan melalui mekanisme di luar sistem kliring
(Bank Indonesia, 2006b). Salah satu fasilitas yang disediakan oleh BPR adalah
rekening giro, tetapi BPR tidak memiliki rekening giro pada BI. Hingga Februari
2005, jumlah BPR yang beroperasi secara lokal dan tersebar di seluruh Indonesia
Bukan Bank (LKBB) memegang peranan penting sebagai salah satu sumber
pembiayaan, perusahaan asuransi, dana pensiun dan pegadaian, serta PT. POS
Indonesia. Sesuai ketentuan peraturan yang berlaku pada saat ini, LKBB dapat
pula menyediakan jasa kartu kredit. Hal ini telah dilakukan oleh beberapa LKBB.
Indonesia. Dalam Gambar 3.1 di bawah ini, ditunjukkan beberapa indikator yang
41
.8
.7
.6
.5
.4
.3
.2
.1
.0
2000 2001 2002 2003 2004 2005
Sebagaimana terlihat dalam Gambar 3.1 di atas, rasio uang tunai terhadap
M1 lebih rasio uang tunai terhadap M2. Hal ini menunjukkan bahwa para
dananya dalam bentuk narrow money. Keberadaan uang tunai dalam porsinya
nilai. Kondisi seperti ini juga terjadi dalam perekonomian Thailand (Pariwat dan
Hataiseree, 2004). Sementara itu, dalam kurun waktu 2000 hingga 2002, rasio dari
Uang tunai yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah uang kartal yang
beredar di masyarakat yaitu uang kartal yang berada di luar kas bank. Uang tunai
merupakan variabel agregat moneter yang paling liquid. Variabel ini seringkali
perekonomian dapat tercermin dalam rasio uang tunai terhadap penawaran uang
(Reserve Bank of Malawi, 2004). Hal ini sangat relevan dengan perekonomian
indikator yang dapat mewakili volume transaksi, konsumsi di masa depan. Tren
jumlah uang tunai yang beredar di Indonesia selalu meningkat dari tahun ke tahun.
100000.
90000.
80000.
70000.
60000.
50000. tunai
40000.
30000.
20000.
10000.
0.
20 0
20 0
20 1
20 4
20 M7
20 1
20 4
20 M7
20 1
20 4
7
1
1
M
M
M
M
03
03
03
04
04
04
05
05
05
03
04
20
Terdapat beberapa isu utama yang menjadi alasan mengapa kajian mengenai
uang tunai yang diedarkan sangat penting (Reserve Bank of Malawi, 2004).
yang dapat digunakan untuk berinvestasi. Kedua, peningkatan dari uang kartal
uang Rupiah, yang terdiri dari uang logam dan uang kertas. Bank Indonesia
mempunyai hak tunggal untuk mengeluarkan uang kartal dan uang logam. Uang
kertas dalam peredaran terdiri dari denominasi Rp 100, 500, 1.000, 5.000, 10.000,
20.000, 50.000 dan 100.000, sedangkan uang logam beredar dalam denominasi
Rp 25, 50, 100, 500 dan 1.000. Bank Indonesia dan pihak kepolisisan selalu
secara debet maupun kredit. Selain itu, memegang uang tunai meningkatkan
resiko kriminalitas. Bagi para agen ekonomi (terutama pihak korporasi) mengelola
dan melakukan transaksi secara tunai menuntut adanya cash management yang
arah yang menghendaki kepraktisan dalam segala hal. Pembayaran melalui kartu
seperti kartu kredit, kartu debet dan kartu ATM saat ini mengalami perkembangan
yang cukup baik (topik ini akan diuraikan dalam sub bab selanjutnya).
itu, BPR hanya dapat menawarkan rekening tabungan saja. Sebagian besar bank
umum yang berukuran menengah dan besar menyediakan akses pada rekening
tabungan melalui fasilitas ATM. Sedangkan transaksi baik kredit maupun debet
Layanan pemindahan dana bagi nasabah bank dapat dilakukan (oleh bank)
- sistem RTGS baik untuk pemindahan dana lokal maupun lintas wilayah.
bidang sistem kliring. Apabila tidak ada kantor Bank Indonesia di kota
cukup ketat sehubungan mengenai cek kosong. Cek kosong bernilai kecil apabila
ditarik sebanyak tiga kali dalam jangka waktu enam bulan, dan/atau satu kali
penarikan cek kosong bernilai besar, dikenakan sanksi masuk daftar hitam dan
nasabah tersebut dilarang membuka dan memiliki rekening giro di bank manapun
3.4. APMK
Potensi dan pangsa pasar APMK di Indonesia sangat besar. Hal ini sangat
beralasan karena nilai dan volume transaksi APMK terus mengalami pertumbuhan
kartu kredit dan kartu debet internasional, kartu debet/ATM dan Point-of-Sale
(POS), private-label cards (misalnya kartu pasar swalayan) serta beberapa kartu
yang dilengkapi chip elektronik (dikenal sebagai smart card atau chip card).
Seperti yang telah diungkapkan pada Bab 1, fokus penelitian pada penelitian ini
lebih menekankan pada tiga APMK yang paling banyak dan familiar digunakan
oleh masyarakat Indonesia, yaitu kartu kredit, kartu debet dan kartu ATM.
dengan Menggunakan Kartu, kartu kredit adalah APMK yang dapat digunakan
untuk melakukan pembayaran atas kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan
46
pelunasan kewajiban pembayaran tersebut pada waktu yang disepakati baik secara
Kartu-kartu kredit utama dengan label terkenal sudah banyak digunakan dan
kredit sudah menjadi bagian dari gaya hidup bagi masyarakat modern di kota-kota
besar. Hal ini dibuktikan dengan keberadaan kartu kredit VISA, Master, AMEX
dilaksanakan oleh bank yang mengeluarkan (issuer), baik dengan label terkenal
seperti VISA, Master dan JCB maupun berbagai kartu berlabel khusus (private
label cards). Sementara itu, Kartu American Express (AMEX) dan Diners
dijalankan oleh lembaga keuangan bukan bank, dengan memperoleh izin dari
Departemen Keuangan. Beberapa bank juga mengeluarkan kartu kredit atas nama
sendiri.
kartu kredit di Indonesia sudah berkembang pesat. Hal ini dibuktikan dengan nilai
transaksi dan volume transaksi kartu kredit yang terus bertumbuh dari tahun ke
tahun. Gambaran empiris lengkap dari hal tersebut dapat dilihat dalam Tabel 3.1
di bawah ini.
47
dengan Menggunakan Kartu, kartu ATM adalah APMK yang dapat digunakan
untuk melakukan penarikan tunai dan atau pemindahan dana dimana kewajiban
pemegang kartu pada bank atau lembaga selain bank yang mendapat untuk
menghimpun dana.
Hingga tahun 2004 terdapat lima jaringan ATM bersama yang didirikan di
dalam negeri (ALTO, ATM BERSAMA, CAKRA, FLASH dan BCA) dan dua
sehingga beberapa bank terpaksa menjadi anggota lebih dari satu jaringan (Bank
Indonesia tanpa tahun). Kartu ATM tidak hanya digunakan untuk penarikan uang
tunai dan informasi saldo rekening, tetapi juga untuk memindahkan dana ke
48
rekening lain pada bank yang sama, misalnya untuk tagihan telepon, listrik, kartu
ATM. Penggunaan kartu ini berkembang dengan sangat pesat dan terus
bertumbuh dari tahun ke tahun. Gambaran empiris lengkap dari hal tersebut dapat
Pembayaran dengan Menggunakan Kartu, kartu debet adalah APMK yang dapat
digunakan untuk melakukan penarikan tunai dan atau pemindahan dana dimana
simpanan pemegang kartu pada bank atau lembaga selain bank yang mendapat
Indonesia berkembang pesat dan terus bertumbuh dari tahun ke tahun. Tren ini
bisa berlangsung karena masyarakat sangat nyaman menggunakan kartu ini yang
sangat praktis bila digunakan dalam transaksi dan adanya keamanan daripada
memegang uang secara tunai. Mereka tidak perlu khawatir dengan tagihan
49
pembayaran dan bunga kredit di kemudian hari sebagaimana dalam kartu kredit.
Gambaran empiris lengkap dari hal tersebut dapat dilihat dalam Tabel 3.3 di
bawah ini.
Selain ATM dan kartu debet, fasilitas pembayaran dengan pendebetan secara
dan kota-kota besar lainnya. Beberapa bank menawarkan kartu debet dalam
rangka kerjasama program Maestro dan Visa Electron. Sedangkan bank-bank lain
menawarkan kartu atas nama bank sendiri, sehingga berkembang berbagai jenis
terminal yang beragam di tempat merchant. Visi satu terminal untuk setiap
bersama untuk melakukan switching transaksi. Saat ini ada dua puluh tiga
Ada beberapa bank yang telah merintis sistem smart card secara terbatas,
yang dapat digunakan pada mesin ATM atau POS didalam jaringannya.
50
Sementara itu, bank-bank lain juga sudah memiliki rencana peluncuran produk
smart card dalam waktu dekat. Beberapa waktu yang telah lampau PT
untuk penggunaan telepon umum. Pemakaian kartu telepon ini sudah cukup
swasta, PT Telkom juga telah meluncurkan kartu telpon dalam bentuk smart card
Salah satu layanan yang cukup penting di sektor lembaga keuangan bukan
bank adalah layanan giro yang disediakan oleh kantor pos (PT Pos Indonesia).
Badan usaha milik negara ini menyediakan Buku Giro untuk pengiriman uang
dan menyediakan layanan pos wesel baik dalam negeri maupun luar negeri. Pada
umumnya wesel pos digunakan untuk mengirimkan uang kepada perorangan yang
Pos bagi perusahaan dan perorangan dan Postal Travelers Cheques. Rekening
berbagai jenis pajak, melaksanakan pembayaran gaji dan pensiun pegawai negeri,
membayar tagihan listrik dan telepon, dan berbagai transaksi pembayaran lain
Jenis data yang diolah dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
diperoleh dari berbagai litelatur yang bersumber dari Bank Indonesia dan
data yang digunakan merupakan data time series bulanan dengan sampel waktu
terhadap permintaan uang dalam jangka panjang dan jangka pendek. Keterangan
yang lebih lengkap mengenai data yang digunakan sebagai variabel pada
Yilmazkuday (2006) dalam penelitiannya yang berjudul The Effects of Credit and
Debit Cards on the Money Demand of a Small Open Economy dengan sedikit
pemikiran dalam penelitian ini. Variabel dependennya didekati dari dua sisi yang
berbeda, yaitu M1 serta uang kartal tunai yang diedarkan di luar bank (uang tunai
yang dipegang oleh masyarakat). Volume transaksi dari kartu kredit, kartu debet,
Menurut Rinaldi (2001) dan Stix (2002), volume transaksi dari APMK merupakan
variabel yang paling relevan untuk dijadikan proxy dalam penggunaan APMK.
Sehingga, persamaan permintaan uang dari sisi penggunaan APMK dalam jangka
+ U_1(-1) + t (4.1)
+ U_2(-1) + t (4.2)
dimana:
LNCPI = logaritma natural dari indeks harga konsumen (tahun dasar 2002)
- 6VTKDt 7VTATMt
-1 < < 0
yang valid maka dilakukan uji terhadap koefisien Error Correction Term (ECT).
Jika hasil pengujian terhadap koefisien ECT signifikan, maka spesifikasi model
Dalam rangka mencapai tujuan dalam penelitian ini, metode analisis yang
Pertama, uji akar unit untuk mengetahui apakah data tersebut stasioner atau tidak.
Ada tidaknya akar unit dapat diketahui dengan menggunakan Augmented Dickey
Fuller (ADF) Test. Kedua, uji kointegrasi untuk mengetahui adanya hubungan
syarat untuk menggunakan model koreksi kesalahan yaitu jika minimal ada salah
satu variabel yang tidak stasioner. Apabila seluruh data yang digunakan ternyata
untuk diketahui apakah data time series tersebut bersifat stasioner atau non
stasioner. Ada beberapa perbedaan yang penting antara stasioner dan non
stasioner time series (Enders, 1995). Dampak guncangan yang terjadi pada data
series yang stasioner bersifat sementara. Seiring dengan berjalannya waktu, pada
jangka panjang gerakan data series yang stasioner itu akan selalu kembali kepada
Menurut Thomas (1997), data time series dapat dikatakan stasioner jika
1. Mean dari data stasioner menunjukkan perilaku yang konstan dan selalu
2. Variannya konstan.
Apabila sebuah data time series tidak memenuhi salah satu persamaan di
atas maka data tersebut bersifat non stasioner. Menurut Enders, perilaku dari non
variance dari data semacam ini akan membesar tanpa batas seiring dengan
waktu.
Dalam mengetahui suatu data series bersifat stasioner atau non stasioner,
maka data series tersebut harus dilakukan pengujian kestasioneran data. Pengujian
kestasioneran disebut dengan unit root test. Pengujian unit root dilaksanakan
untuk melihat apakah datanya mengandung unit root atau tidak. Apabila datanya
Secara teknis, suatu variabel time series yang mempunyai akar unit dapat
xt = xt-1 + t (4.3)
dimana adalah parameter yang akan diestimasi dan t diasumsikan white noise.
Jika || 1, maka xt adalah variabel yang tidak stasioner dan varian dari xt akan
jika || < 1, maka xt adalah variabel yang cenderung stasioner atau Trend
Stationarity Process (TSP). Oleh karena itu, hipotesis trend stationarity dapat
56
dievaluasi dengan menguji apakah nilai absolut betul-betul kurang dari satu atau
Dickey-Fuller, dalam melakukan pengujian akar-akar unit kita kurangi kedua sisi
xt = xt-1 + t (4.4)
dalam hipotesis nol terdapat akar unit, maka t-statistik yang diperoleh tidak
tidak stabil (robust) dipecahkan. Penambahan lag dari variabel eksogen konstanta
Hipotesis yang diuji masih tetap sama dengan model (4.4), namun dalam
model (4.5) ada penambahan lag dari variabel dependen, konstanta dan variabel
tren. Kriteria pengujian yang digunakan adalah nilai ADF lebih kecil dari nilai
kritis MacKinnon pada taraf nyata yang dipilih. Hasil yang signifikan
spurious regression biasanya memiliki R2 yang tinggi dan t-statistik yang nampak
signifikan, namun tidak mempunyai arti dalam ilmu ekonomi atau tidak sesuai
dengan teori ekonomi yang ada. Oleh karena itu hasil dari spurious regression
selalu terlihat baik (Enders, 1995). Regresi lancung terjadi ketika hasil regresi
menunjukkan hubungan yang signifikan antar variabel padahal hal tersebut tidak
Uji derajat integrasi merupakan kelanjutan dari uji akar-akar unit. Uji derajat
kestasioneran data pada derajat nol atau I(0). Suatu data deret waktu dikatakan
terintegrasi pada tingkat ke-d atau I(d) jika data tersebut bersifat stasioner setelah
pada tingkat sama dapat membentu kombinasi linier yang bersifat stasioner.
stasioner dan berapa kali variabel harus di-difference untuk menghasilkan variabel
yang stasioner. Pada uji ini variabel yang diamati di-difference pada derajat
58
tertentu sehingga semua variabel stasioner pada derajat yang sama. Suatu variabel
dikatakan stasioner pada first difference jika setelah di-difference satu kali nilai
dalam penelitian, konsistensi jangka panjang dari model analisis dapat diketahui
secara individual variabel tidak stasioner namun kombinasi linier antara variabel
satu variabel) terintegrasi pada ordo yang sama dan berlaku kombinasi linier dari
sistem variabel tersebut yang terintegrasi pada ordo nol I(0), yaitu disequillibrium
Adapun persamaan jangka panjang yang diestimasi pada penelitian ini ialah;
dimana:
LNCPI = logaritma natural dari indeks harga konsumen (tahun dasar 2002)
Metode uji kointegrasi yang sering dalam dipakai adalah uji CRDW
(Cointegrating Regression Durbin Watson), uji DF dan uji ADF. Namun, dalam
variabel-variabel yang ada. Hal ini dikarenakan persamaan yang digunakan dalam
metode uji ADF, akar unit dari data dites terhadap residual dengan hipotesis yang
Jika hipotesis nol ditolak atau signifikan, maka variabel residual adalah
stasioner atau dalam hal ini kombinasi linier antar variabel adalah stasioner.
Oleh karena itu, kombinasi linier dari variabel-variabel tersebut disebut regresi
4.3.3 ECM
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah ECM. Penggunaan
ini didasari atas fakta bahwa ECM merupakan alat analisis yang paling sukses
dalam mengaplikasikan penelitan permintaan uang. Selain itu, ECM adalah salah
satu model dinamik yang diterapkan secara luas dalam analisis ekonomi. ECM
peramalan antara jangka pendek dengan jangka panjang dengan cara proporsi
tidak ada informasi yang dihilangkan hingga penggunaan untuk peramalan jangka
waktu (time series) yang tidak stasioner dan regresi lancung (spurious
2004).
61
jangka panjang antara jumlah uang yang diminta dengan penggunaan kartu
jangka pendeknya.
definisi variabel dan cara mengukurnya. Ketiga, kesalahan yang disebabkan oleh
berikut:
variabel.
untuk dikoreksi, dengan cara mendaur ulang error yang terbentuk pada
4. Selain itu, dalam pendekatan ECM sifat-sifat statistik yang diinginkan dari
model dan pemberian makna yang lebih sederhana. Artinya, model ECM
mampu memberikan makna lebih luas dari estimasi model ekonomi sebagai
62
dan jangka panjang). Dengan cara melakukan uji stasioner terhadap data
7. Jika ada variabel yang tidak nyata dapat dibuang sehingga akan meningkatkan
dipaskan dari pendekatan yang dipakai oleh umum ke spesifik. Hal ini
panjang yang dilakukannya benar-benar terjadi. Model ini juga tidak dapat
sesuai dengan kenyataan yang ada. Kemudian, ECM juga tidak dapat memastikan
bahwa variabel yang digunakan dalam model itu benar-benar stasioner ataukah
tidak.
63
dignostic test. Uji ini sangat penting peranannya untuk mengetahui ada tidaknya
permintaan uang jangka pendek dinamis di Indonesia. Dalam hal ini, pengujian
Normality Test.
Uji Heteroskedastisitas
Salah satu asumsi dari error-term dalam OLS adalah varians dari error-term
untuk setiap pengamatan sama untuk seluruh nilai varaiabel bebas (Xi) atau
homoskedastis (asumsi varians konstan). Jika asumsi ini tidak terpenuhi dalam
Uji Autokorelasi
Sementara itu, asumsi OLS lainnya ialah nilai u antara satu persamaan
bersifat bebas (tidak tergantung) pada nilai u pengamatan lainnya. Hal ini
berimplikasi kovarians u dua pengamatan sama dengan nol. Jika asumsi ini tidak
Uji Normalitas
Uji ini dilakukan untuk memeriksa apakah error term mendekati distribusi
normal. Hipotesis pengujiannya adalah (i) H0 : error term terdistribusi normal, (ii)
ada korelasi.
sifatnya stasioner.
konstan.
66
terdistribusi normal.
pengamatan tertentu.
tanpa batasan.
analisis runtun waktu perlu dilakukan untuk memenuhi keabsahan analisis uji
kointegrasi Engle-Granger dan ECM. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk
melihat kestasioneran data yang akan dianalisis. Data yang digunakan dalam
pengestimasian model harus bersifat stasioner (tidak memiliki akar unit), yaitu
data yang memiliki varians yang tidak terlalu besar dan mempunyai
(memiliki akar unit) akan menyebabkan regresi yang lancung. Uji akar unit yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan uji ADF dengan memasukkan unsur
konstanta.
Tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa keseluruhan data dalam penelitian ini
tidak stasioner pada tingkat level. Hal ini terlihat dari nilai ADF t-Statistic tidak
terdapat data yang lebih kecil daripada nilai kritis MacKinnonnya. Sebagai
konsekuensi dari dari tidak terpenuhinya asumsi stasioneritas data pada tingkat
level atau derajat nol atau I(0) pengujian kestasioneran data dilanjutkan pada
tingkat first difference. Apabila pada tingkat ini data belum juga stasioner, maka
diteruskan pada second difference, dan seterusnya hingga menjadi stasioner pada
Tabel 5.2. Hasil Uji Akar Unit pada First Difference (Tanpa Tren)
Hasil uji akar unit data pada first difference tanpa memasukkan tren
ditunjukkan oleh Tabel 4.2 di atas. Berdasarkan Tabel tersebut dapat diketahui
bahwa masih terdapat data yang digunakan dalam penelitian ini yang tidak
stasioner yaitu data SBI. Hal ini dibuktikan dengan nilai ADF t-Statistic data SBI
lebih besar daripada nilai kritis MacKinnonnya. Oleh karena itu pengujian unit
69
root pada first difference ini berlanjut dengan memasukkan unsur tren yang
Tabel 5.3. Hasil Uji Akar Unit pada First Difference (dengan Tren)
Berdasarkan Tabel 5.3 di atas, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh data
dalam penelitian ini stasioner pada tingkat first difference pada taraf nyata 10%.
Hal ini dibuktikan dengan nilai ADF t-Statistics yang lebih kecil daripada nilai
terintegrasi pada derajat yang sama yaitu pada derajat pertama I(1). Integrasi ini
menjadi syarat dalam memasuki tahapan selanjutnya yaitu uji kointegrasi Engle-
ini menggunakan uji kointegrasi Engle-Granger yang memakai uji statistik ADF
70
untuk melihat apakah residual dari persamaan jangka panjang stasioner tiap model
penelitian ini stasioner atau tidak. Adapun hasil estimasi lengkap persamaan
jangka panjang dari kedua model penelitian ini dapat dilihat dalam Lampiran 2
dan Lampiran 4. Ringkasan hasil estimasi tersebut dapat dilihat dalam Tabel 5.4
di bawah ini.
permintaan uang (M1 dan uang tunai yang beredar). Sesuai dengan teori
persamaan memiliki hubungan kointegrasi pada ordo I(1). Hasil estimasi lengkap
uji kointegrasi kedua model penelitian dapat dilihat dalam Lampiran 3 dan
Lampiran 5. Ringkasan hasil estimasi tersebut dapat dilihat dalam Tabel 5.5 di
bawah ini.
71
Pada Tabel 5.5 di atas terbukti bahwa semua residu dalam model persamaan
dengan proxy volume transaksi telah stasioner pada tingkat level dengan taraf
nyata sebesar 10 persen. Hal ini ditunjukkan dengan nilai ADF t-Statistic yang
lebih kecil daripada nilai kritis MacKinnonnya. Dengan demikian, hasil tersebut
model persamaan dengan proxy volume transaksi telah terkointegrasi pada derajat
satu. Adapun hasil estimasi regresi lengkap persamaan jangka panjang dari kedua
kartu ATM oleh masyarakat tenyata berpengaruh negatif dan signifikan baik
terhadap M1 maupun uang tunai. Adapun kartu debet dan kartu kredit ternyata
berhubungan negatif juga, namun tidak signifikan Hal ini ditunjukkan dengan
nilai mutlak t-Statistic dari estimasi kedua variabel yang lebih kecil dari t-Tabel
(1,645).
72
penggunaan APMK terhadap permintaan uang (M1 dan uang tunai). Peningkatan
mendapatkan uang yang mereka simpan di bank secara cepat dan mudah. Selain
itu, dengan adanya kartu ATM masyarakat lebih tertarik untuk menyimpan
Dengan menyimpan uang di bank maka masyarakat akan merasa lebih aman
Hal ini sesuai dengan teori permintaan uang. Penggunaan kartu ATM dapat
uangnya di bank dan perputaran uang lebih cepat (Rinaldi, 2001 dan
dari perputaran uang adalah inovasi dari sistem pembayaran (Thornton, 1983).
Semakin meningkat perputaran uang, maka permintaan uang riil akan semakin
M 1
= kY dengan k = (5.1)
P v
73
dimana:
P = tingkat harga.
kredit ternyata tidak berpengaruh signifikan terhadap permintaan uang riil (baik
M1 maupun uang tunai). Hal ini cukup beralasan, sebab berdasarkan data dari
Bank Indonesia (2006a), nilai transaksi dari kartu kredit (ntkk) dan kartu debet
(ntkd) yang menggambarkan permintaan uang untuk transaksi sangat kecil jika
maupun uang tunai). Gambaran mengenai hal ini dapat dilihat dalam Gambar 5.1
di bawah ini
0.8
0.7
0.6 ntkk/m1
0.5 ntkd/m1
ntatm/m1
0.4
ntkk/tunai
0.3
ntkd/tunai
0.2 ntatm/tunai
0.1
0
20 M8
20 M1
20 M3
01 6
20 M4
20 M9
20 M2
03 7
20 M3
04 5
8
20 11
20 12
20 10
20 1 M
20 3 M
20 M
M
M
M
M
00
01
00
02
02
05
03
04
05
0
0
20
yang ditandai dengan antara substitusi uang tunai dengan APMK di Indonesia
belum terjadi seperti yang diharapkan oleh Bank Indonesia. Penggunaan kartu
debet dan kartu kredit oleh masyarakat Indonesia untuk transaksi masih sebagai
maka pada saat itu masyarakat baru menggunakan kartu kredit atau debet.
Pengaruh kartu debet dan kartu kredit yang tidak signifikan juga bisa terjadi
karena pengguna kedua kartu tersebut jika dibandingkan dengan pengguna kartu
sebab kartu ini menjadi kebutuhan penting bagi setiap nasabah (yang berasal dari
seluruh lapisan masyarakat) untuk mengamankan uangnya dan atau menarik uang
mereka dari tabungan apabila dibutuhkan. Pengguna kartu kredit dan kartu debet
hanya terbatas pada segmentasi masyarakat tertentu saja, yaitu masyarakat yang
kartu kredit ialah bank membayar terlebih dahulu transaksi yang dilakukan
0.14
Nilai Perbandingan 0.12
0.1
0.08
0.06
0.04
0.02
0
2 0 M3
00 7
20 M3
01 7
2 0 M3
03 7
20 M3
02 7
20 M3
04 7
20 M3
7
20 11
20 11
20 11
20 11
20 11
20 0M
20 1M
20 3M
20 4M
20 2M
M
M
M
M
00
01
02
03
04
05
05
0
0
0
0
20
Waktu
vtkd/vtatm vtkk/vtatm
pertumbuhan GDP, elastisitas dari nilai tukar, inflasi, dan suku bunga SBI 30 hari.
Hasil estimasi pada Tabel 5.4, menunjukkan gejala yang cukup menarik dari
taraf nyata sebesar 10 persen, hanya pendapatan nasional saja yang merupakan
indikator yang mempengaruhi permintaan uang M1 riil dan uang tunai riil. Dalam
nasional saja.
GDP akan meningkatkan permintaan uang tunai riil sebesar 1,57 persen. Kondisi
ini sesuai dengan teori kuantitas permintaan uang. Peningkatan GDP akan
kebutuhannya. Implikasinya, jumlah uang yang mereka minta akan semakin besar.
MxV=PxY (5.2)
dimana:
P = tingkat harga
Y = pendapatan nasional
permintaan uang M1 sebanyak 0.01 persen. Keadaan ini sesuai dengan teori
menyimpan uangnya di bank (tabungan, giro, dll) atau dalam bentuk aset
Hal ini sesuai dengan teori ekonomi tentang permintaan uang. Peningkatan
bahwa suku bunga akan menurun di masa yang akan datang. Sehingga mereka
permintan uang M1 sebesar 0,79 persen. Kondisi ini bisa dijelaskan dari efek
harga, sehingga semakin kecil daya beli uang (Rachmat, 2005). Peningkatan
pada derajat yang sama, maka penelitian dapat dilanjutkan pada estimasi model
jangka pendek dinamis. Model permintaan uang jangka pendek dalam penelitian
ini diestimasi dengan menggunakan ECM. Hasil estimasi ECM digunakan untuk
Salah satu keunggulan dari ECM pada penelitian ini ialah model ini dapat
antara jumlah uang yang diminta dengan penggunaan APMK dalam persamaan
yang menangkap variasi dan dinamika dalam jangka pendeknya dengan baik.
Adapun hasil estimasi jangka pendek lengkap dari pengaruh penggunaan APMK
Ringkasan dari hasil estimasi tersebut ditunjukkan dalam Tabel 5.6 di bawah ini.
78
Tabel 5.6. Estimasi Jangka Pendek Pengaruh APMK terhadap Permintaan Uang di
Indonesia yang Belum Direstriksi
Dependen Variabel : DLNM1 Dependen Variabel : DLNTUNAI
Variabel Koef. t-Stat. Variabel Koef. t-Stat.
DLNM1(-1) 0.4596 2.397 DLNTUNAI(-1) 0.2533 0.781
DLNM1(-2) -0.2000 -0.779 DLNM1(-2) 0.3577 1.057
DLNGDP 2.0622 3.363 DLNGDP 2.7608 1.363
DLNGDP(-1) -2.2204 -2.975 DLNGDP(-1) -2.7110 -0.906
DLNGDP(-2) 1.9458 2.884 DLNGDP(-2) 0.7424 0.307
DSBI 0.0378 2.071 DSBI 0.0414 0.978
DSBI(-1) -0.0106 -0.470 DSBI(-1) -0.0114 -0.183
DSBI(-2) -0.0315 -1.884 DSBI(-2) 0.0019 0.031
DLNE -0.3971 -2.564 DLNE -1.3075 -2.293
DLNE(-1) -0.4146 -2.591 DLNE(-1) -0.2753 -0.429
DLNE(-2) 0.1997 1.309 DLNE(-2) 0.0952 0.174
DLNCPI -1.4494 -1.996 DLNCPI 0.5745 0.181
DLNCPI(-1) 0.6118 1.088 DLNCPI(-1) 1.8382 0.911
DLNCPI(-2) 1.4049 2.384 DLNCPI(-2) 0.2667 0.113
DLNVTKK 0.0707 1.141 DLNVTKK 0.0367 0.180
DLNVTKK(-1) 0.0687 0.749 DLNVTKK(-1) 0.2806 1.062
DLNVTKK(-2) 0.5384 0.886 DLNVTKK(-2) 0.1238 0.603
DLNVTKD -0.0946 -3.029 DLNVTKD -0.1291 -1.019
DLNVTKD(-1) -0.0442 -1.322 DLNVTKD(-1) -0.1689 -1.438
DLNVTKD(-2) 0.0602 1.845 DLNVTKD(-2) 0.0164 0.144
DLNVTATM -0.0322 -1.026 DLNVTATM -0.0553 0.461
DLNVTATM(-1) -0.1307 -2.868 DLNVTATM(-1) -0.2617 -1.323
DLNVTATM(-2) -0.1583 -3.105 DLNVTATM(-2) -0.3064 -1.509
U_1(-1) -0.9521 -3.140 U_2(-1) -1.3959 -2.985
R-squared 0.9530 R-squared 0.8242
Keterangan: U_1 = LNM1 - 0 - 1GGDP - 2GSBI - 3LNE - 4INFLASI - 5LNVTKK
6LNVTKD - 7LNVTATM
U_2 = LNTUNAI - 0 - 1GGDP - 2GSBI - 3LNE - 4INFLASI
- 5LNVTKK 6LNVTKD - 7LNVTATM
kesalahan (ECM) jika ada variabel yang tidak nyata dapat dibuang sehingga dapat
Kedua parameter error correction term dalam Tabel 5.7 di atas adalah
signifikan pada taraf nyata 10%. Hal ini mengindikasikan adanya hubungan
pasar perbankan (kartu ATM, kartu debet, dan kartu kredit). Semakin besar
ini, kedua koefisien ECT temasuk kecil 1,07 persen dan 0,94 persen. Artinya
80
permintaan M1 dan uang tunai tidak terlalu responsif terhadap error di waktu
Pengaruh penggunaan kartu debet dan ATM yang memakai proxy volume
transaksi APMK ternyata berbeda antara M1 dan uang tunai. Berdasarkan Tabel
5.7, dalam jangka pendek penggunaan kartu debet dan ATM dapat mempengaruhi
dan signifikan pada taraf nyata 10 persen. Kenaikan 1 persen dari perubahan
dalam jangka pendek sebesar 0.051 persen. Kondisi ini sesuai dengan fakta yang
kredit, akan menurunkan demand deposit dan saldo simpanan masyarakat di bank.
Sebagaimana diketahui sifat dari penggunaan kartu debet ialah bank akan
kartu debet. Penggunaan bisa multifungsi, ada yang digunakan untuk membayar
langsung di gerai pusat perbelanjaan, ada pula yang bisa difungsikan sebagai kartu
Perubahan penggunaan kartu ATM pada satu dan dua bulan sebelumnya
mempengaruhi permintaan uang M1 riil secara negatif dan signifikan pada taraf
nyata 10 persen. Kenaikan 1 persen dari perubahan volume transaksi kartu ATM
81
pada lag satu akan menurunkan permintaaan uang M1 riil jangka pendek sebesar
0.094 persen. Sementara itu, kenaikan 1 persen dari perubahan volume transaksi
kartu ATM pada lag dua akan menurunkan permintaaan uang M1 riil jangka
volume transaksi kartu ATM pada satu dan dua bulan sebelumnya mempengaruhi
permintaan uang rill M1. Posisi demand deposit dan saldo simpanan nasabah di
perubahan produk domestik bruto (GDP), perubahan nilai tukar serta perubahan
bervariasi terhadap permintaan uang M1. Kenaikan 1 persen dari GDP akan
persen dari produk domestik bruto pada satu bulan sebelumnya akan menurunkan
permintaan uang M1 sebesar 2.533 persen. Sementara itu, kenaikan 1 persen dari
82
GDP pada dua bulan sebelumnya akan meningkatkan perubahan permintaan uang
M1 sebesar 2.156 persen. Kondisi ini sesuai dengan teori ekonomi yang ada
terhadap permintaan uang tunai riil di masyarakat dalam jangka pendek. Kenaikan
1persen nilai tukar Rp/$ (depresiasi nilai tukar rupiah) akan menurunkan
persen nilai tukar Rp/$ (depresiasi nilai tukar rupiah) pada satu bulan sebelumnya
persen. Kondisi ini menunjukkan bahwa kepemilikan mata uang asing ($)
merupakan salah satu pilihan aset yang dapat dimiliki masyarakat selain dalam
ARCH-LM
Variabel Dependen Obs*R-Squared Probability
DLNM1 0.259881 0.610202
DLNTUNAI 0.045929 0.830305
White-Heteroscedasticity
Variabel Dependen Obs*R-Squared Probability
DLNM1 21.39830 0.496259
DLNTUNAI 6.97878 0.137595
heteroskedastisitas. Hal ini diperlihatkan pada Tabel 5.8 dimana nilai probabilitas
Obs*R-squared yang lebih besar dari taraf nyata 10 persen. Hasil pengujian
Sedangkan berdasarkan Tabel 5.9 di atas diperoleh hasil bahwa kedua model
dalam penelitian ini terbebas dari masalah autokorelasi. Jika model ECM
hipotesis nol (tidak ada autokorelasi). Namun, dalam penelitian ini berdasarkan
model persamaan di atas yang lebih besar dari taraf nyata 10 persen. Hasil
ini dilakukan untuk memeriksa apakah error term kedua model persamaan
mendekati distribusi normal. Berdasarkan Tabel 5.10 di atas hasil yang diperoleh
permintaan uang M1 dan uang tunai. Hal ini ditandai dengan nilai probabilitasnya
yang lebih besar dari taraf nyata 10 persen. Hasil pengujian lengkapnya dapat
6.1 Kesimpulan
cukup lama. Kini dalam pasar perbankan yang semakin berkembang, telah muncul
kartu kredit, kartu debet, dan kartu ATM. Perkembangan ini dapat berimplikasi
perlahan namun pasti perumusan kembali tentang kuantitas uang (M1, M2) harus
segera dilakukan.
dan jangka panjang antara penggunaan APMK terhadap permintaan uang M1 dan
uang tunai yang diedarkan di masyarakat dalam jangka waktu Maret 2003 hingga
tukar) sebagai standar teori permintaan uang merupakan starting point dalam
penelitian ini.
kedit dan kartu debet) dan kartu ATM terhadap permintaan uang. Hasil penelitian
terhadap permintaan uang M1 dan uang tunai. Sementara itu, penggunaan kartu
kredit dan debet tidak signifikan mempengaruhi permintaan uang M1 dan uang
tunai. Perbedaan ini terjadi karena intensitas volume dan nilai transaksi kartu
86
ATM jauh lebih tinggi daripada kartu kredit dan kartu debet. Selain itu, pengguna
kartu ATM jauh lebih besar daripada pengguna kartu kredit dan kartu debet.
dipengaruhi oleh perubahan penggunan kartu ATM dan kartu debet. Sedangkan
Dalam model permintaan uang dinamis jangka pendek juga terlihat bahwa
5.2 Saran
APMK (kartu kredit dan kartu debet) dan ATM berpengaruh secara nyata
Indonesia) hal ini akan berdampak secara fundamental kepada kebijakan moneter
86
87
APMK masih sangat besar karena jumlah pemegang kartu kredit, kartu debet serta
kartu ATM dari tahun ke tahun mengalami pertumbuhan. Hal itu didukung oleh
kecil tersebut.
Bagi bank sentral, promosi penggunaan APMK ini perlu ditunjang dengan
ini.
87
DAFTAR PUSTAKA
Bank Indonesia. 2006a. Data Base APMK. Direktorat Akunting dan Sistem
Pembayaran, Jakarta.
Enders.W. 1995. Applied Econometric Time Series. John Wiley & Sons,Inc, USA.
Global Insight. 2003. The Virtuous Circle: Electronic Payments and Economic
Growth. Visa International & Global Insight, California.
Pariwat, S. dan R. Hataiseree. 2004. The Use of Cash, Cheque, and Electronic
Payment Services in Thailand: Changes and Challenges for Efficiency
Enhancement. Di dalam: Payment Systems Group Workshop; Bangkok,
19 Agustus 2003, Bangkok: Bank of Thailand.
Stavins, J. dan P. W. Bauer. 1997. The Effect of Pricing in Federal Reserve ACH
Payment Processing. Working Paper Federal Reserve Bank of Boston.
97-6.
Stix, H. 2002. How do Debit Cards Affect Cash Demand? Survey Data
Evidence. Empirica. 31(2):93:115.
Thornton, D. L. 1983. Why Does Velocity Matter?. Federal Reserve Bank of St.
Louis Working Paper.
Valverde, S. C, D.B. Humphrey, dan R. Lopez del Paso. 2003. Effects of ATM
and Electronic Payments on Banking Costs: The Case Spanish Banking.
Documento de Trabajo. 177.
Yilmazkuday, H. 2006. The Effects of Credit and Debit Cards On the Money
Demand of a Small Open Economy. Preliminary journal .
93
Lampiran 1. (Lanjutan)
Lampiran 1. (Lanjutan)
Lampiran 1. (Lanjutan)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.202494 0.0002
Test critical values: 1% level -3.661661
5% level -2.960411
10% level -2.619160
ARCH Test:
F-statistic 0.244146 Probability 0.625224
Obs*R-squared 0.259881 Probability 0.610202
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 08/04/06 Time: 14:22
Sample(adjusted): 2003:04 2005:08
Included observations: 29 after adjusting endpoints
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.000108 3.15E-05 3.439248 0.0019
RESID^2(-1) -0.081906 0.165764 -0.494111 0.6252
R-squared 0.008961 Mean dependent var 9.88E-05
Adjusted R-squared -0.027744 S.D. dependent var 0.000133
S.E. of regression 0.000135 Akaike info criterion -14.92344
Sum squared resid 4.88E-07 Schwarz criterion -14.82914
Log likelihood 218.3899 F-statistic 0.244146
Durbin-Watson stat 1.973722 Prob(F-statistic) 0.625224
ARCH Test:
F-statistic 0.042933 Probability 0.837352
Obs*R-squared 0.045929 Probability 0.830305
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 08/04/06 Time: 14:24
Sample(adjusted): 2003:03 2005:08
Included observations: 30 after adjusting endpoints
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.001606 0.000637 2.523448 0.0176
RESID^2(-1) -0.039255 0.189453 -0.207202 0.8374
R-squared 0.001531 Mean dependent var 0.001544
Adjusted R-squared -0.034129 S.D. dependent var 0.003028
S.E. of regression 0.003079 Akaike info criterion -8.664105
Sum squared resid 0.000265 Schwarz criterion -8.570692
Log likelihood 131.9616 F-statistic 0.042933
Durbin-Watson stat 1.963181 Prob(F-statistic) 0.837352
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 08/03/06 Time: 15:18
Presample missing value lagged residuals set to zero.
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -0.477761 1.641097 -0.291123 0.7737
LNGDP 0.064402 0.198323 0.324733 0.7485
SBI -0.002543 0.006463 -0.393500 0.6977
LNE 0.039469 0.212754 0.185512 0.8545
LNCPI 0.114915 0.341400 0.336599 0.7396
LNVTKK -0.059456 0.093583 -0.635338 0.5318
LNVTKD -0.006654 0.036253 -0.183544 0.8561
LNVTATM -0.010773 0.043968 -0.245005 0.8087
RESID(-1) 0.319228 0.271267 1.176804 0.2518
RESID(-2) -0.314025 0.228415 -1.374796 0.1830
R-squared 0.113596 Mean dependent var 1.07E-15
Adjusted R-squared -0.249024 S.D. dependent var 0.018969
S.E. of regression 0.021199 Akaike info criterion -4.619389
Sum squared resid 0.009887 Schwarz criterion -4.161347
Log likelihood 83.91023 F-statistic 0.313263
Durbin-Watson stat 1.982398 Prob(F-statistic) 0.962061
108
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 08/04/06 Time: 14:21
Presample missing value lagged residuals set to zero.
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
DLNE -0.198642 0.353491 -0.561945 0.5788
U_2(-1) -0.330195 0.243509 -1.355989 0.1863
RESID(-1) 0.411860 0.243745 1.689714 0.1026
RESID(-2) 0.208697 0.189610 1.100661 0.2808
R-squared 0.038134 Mean dependent var 0.013206
Adjusted R-squared -0.068740 S.D. dependent var 0.037444
S.E. of regression 0.038709 Akaike info criterion -3.545566
Sum squared resid 0.040457 Schwarz criterion -3.360535
Log likelihood 58.95627 Durbin-Watson stat 1.993463
109
10
Series: Residuals
Sample 2003:03 2005:08
8 Observations 30
Mean -0.000412
6 Median 0.000797
Maximum 0.019321
Minimum -0.023703
4 Std. Dev. 0.010794
Skewness -0.434950
Kurtosis 2.672320
2
Jarque-Bera 1.080127
Probability 0.582711
0
-0.02 -0.01 0.00 0.01 0.02
110
12
Series: Residuals
Sample 2003:02 2005:08
10
Observations 31
8 Mean 0.013206
Median 0.010791
6 Maximum 0.127952
Minimum -0.064487
Std. Dev. 0.037444
4 Skewness 0.540522
Kurtosis 4.371949
2
Jarque-Bera 3.940743
Probability 0.139405
0
-0.05 0.00 0.05 0.10 0.15