Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lebih dari sejuta spesies hewan masih hidup saat ini, dan terdapat
kemungkinan bahwa setidaknya sejuta organisme baru akan diidentifikasi oleh
generasi ahli biologimasa depan. Hewan dikelompokkan sekitar 35 filum,
namun jumlah sebenarnyabergantung pada perbedaan pandangan para ahli
sistematika.Hewan menempati hampir semua lingkungan di bumi, tetapi
anggota terbanyak sebagian besar filum adalah spesiesakuatik.Lautan, yang
kemungkinan merupakan rumah bagi sejumlah besar filum hewan.Fauna air
tawar sangatlah banyak, tetapi tidak sekava keanekaragaman fauna laut.
Protista mirip hewan (Protozoa) termasuk mikroorganisme (micros = kecil,
organism = makhluk hidup), besarnya antara 3 mikron sampai dengan 100
mikrori Protozoa merupakan penghunitempat berair/tempat basah, bila
keadaan kering akan membuat cyste (Kristal).Kegiatanhidup dilakukan oleh
sel tu sendiri.Di dalam sel terdapat alat-alat yang melakukan kegiatan hidup
alat- alat yang dimaksud adalah inti (nucleus), butir inti (nucleolus) vakuoIa
dan mitokondria.
Protozoa merupakan makhluk hidup uniseluler, jumlah anggotanya banyak
danbersifat heterogen.Berdasarkan stuktur tubuh dan alat geraknya, filum
protozoadikelompokan menjadi 4 kelas, yaitu Rhizopoda, Flagellata, Cilliata,
Sporozoa.Protozoadapat ditemukan dimana-mana sehingga dikatakan bersifat
kosmopolit.Oleh karena tu,salah satu alasan dan diadakannya praktikum ini
untuk mengetahui Protista mirip hewan yang ada di beberapa air yang
biasanya banyak terdapat jenis Protista tertentu.
Protozoa merupakan kelompok lain protista eukariotik. Kadang-kadang
antara algae dan Protozoa kurang jelas perbedaannya. Beberapa organisme
mempunyai sifat antara algae dan protozoa. Sebagai contoh algae hijau
Euglenophyta, selnya berflagela dan merupakan sel tunggal yang berklorofil,
tetapi dapat mengalami kehilangan klorofil dan kemampuan untuk
berfotosintesis. Semua spesies Euglenophyta mampu hidup pada nutrien
kompleks tanpa adanya cahaya, beberapa ilmuwan memasukkannya ke dalam
filum Protozoa. Contonya strain mutan algae genus Chlamydomonas yang
tidak berklorofil, dapat dimasukkan ke dalam kelas Protozoa genus Polytoma.
Hal ini merupakan contoh bagaimana sulitnya membedakan dengan jelas
antara algae dan protozoa. Protozoa dibedakan dari prokariot karena
ukurannya yang lebih besar, dan selnya eukariotik. Protozoa dibedakan dari
algae karena tidak berklorofil, dibedakan dari jamur karena dapat bergerak
aktif dan tidak berdinding sel, serta dibedakan dari jamur lendir karena tidak
dapat membentuk badan buah (wase).
Berdasarkan struktur tubuh dan alat geraknya, phylum Protozoa
dikelompokkan menjadi 4 kelas, yaitu Rhizopoda, Ciliata, Flagellata dan
Sporozoa. Flagellata (Mastigophora), bergerak dengan flagel (bulu cambuk)
yang digunakan juga sebagai alat indera dan alat bantu untuk menangkap
makanan.
Beberapa spesies Flagellata memiliki peran yang penting dalam ekosistem
air, yaitu sebagai fiplankton dan zooplankton. Oleh karena itu, untuk lebih
mendalami mengenai Flagellata, diperlukan kajian lebih mendalam mengenai
beberapa aspek yang meliputi morfogenesis, habitat, fisiologis, daur hidup,
reproduksi dan peranan Flagellata, sehingga diharapkan akan muncul
penelitian lanjutan mengenai Flagellata dan usaha pemanfaatannya untuk
masa yang akan datang.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1. Bagaimana klasifikasi dari Flagellata (Mastigophora)?
2. Bagaimana morfogenesis dari Flagellata (Mastigophora)?
3. Bagaimana fisiologi dari Flagellata (Mastigophora)?
4. Dimanakah habitat dari Flagellata (Mastigophora)?
5. Bagaimana cara reproduksi dan daur hidup dari Flagellata
(Mastigophora)?
6. Apakah peranan Flagellata (Mastigophora)?
C. Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan pembahasan adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui klasifikasi dari Flagellata (Mastigophora).
2. Untuk mengetahui morfogenesis dari Flagellata (Mastigophora).
3. Untuk mengetahui fisiologi dari Flagellata (Mastigophora).
4. Untuk mengetahui habitat dari Flagellata (Mastigophora).
5. Untuk mengetahui cara reproduksi dan daur hidup dari Flagellata
(Mastigophora)
6. Untuk mengetahui peranan Flagellata (Mastigophora).
D. Manfaat
Kajian mengenai Flagellata ini memiliki banyak manfaat bagi semua pihak
yang membaca, antara lain:
1. Bagi mahasiswa, yaitu menambah wawasan dan pengetahuan mengenai
Flagellata. Memperdalam pemahaman mengenai Flagellata yang meliputi
klasifikasi Flagellata, morfologi, fisiologi, habitat, reproduksi, daur hidup
dan peranan Flagellata. Mendorong mahasiswa untuk melakukan
penelitian tentang Flagellata karena protozoa ini unik dan merupakan
bentuk peralihan antara hewan dan tumbuhan.
2. Bagi masyarakat, yaitu menambah pengetahuan tentang hewan yang
berukuran mikro tetapi memiliki peranan vital di lingkungan perairan.
Bagi peternak ikan, pengetahuan mengenai Flagellata ini sangat
bermanfaat karena banyak spesies Flagellata yang dapat digunakan
sebagai pakan alami ikan maupun udang. Selain itu, Flagellata dapat
digunakan sebagai sumber Protein Sel Tunggal (PST), misalnya Euglena
viridis dan Euglena oxyuris.
BAB II
ISI
A. Protozoa
Protozoa berasal dari bahasa yunani, yaitu protos yang artinya pertama dan
zoon yang artinya hewan. Protozoa merupakan hewan yang bersifat uniseluler,
dimana setiap satu sel protozoa merupakan satu keseluruan dari organisme itu
sendiri. Protoplasma dari protozoa dapat mengadakan modifikasi modifikasi
atau penonjolan penonjolan yang dapat bersifat sementara atau tetap.
Penonjolan penonjolan yang bersifat sementara misalnya penonjolan yang
berfungsi sebagai kaki pseudopodia (Lahay, 2007).
Protozoa adalah organisme uniseluler, hidup di bebas atau parasit,
beberapa diantaranya bersimbiosis dengan mahluk hidup lain. Pencernaan
secara intraseluler di dalam vakuola makanan. Alat gerak berupa psedium,
cilia, atau flagella pengambilan makanan secara holozik, saprozoik dan
holophitik. Umumnya berkembang biak melalui pembelahan sel dan konjugasi.
Alat gerak berupa kaki semu, flagel dan silia. Terdiri atas 4 kelas yaitu 1).
Mastigopora 2). Rhizopoda 3). Sprozoa 4). Ciliata (Lahay, 2007).
Menurut Lahay (2007) , penonjolan yang bersifat tetap dibagi menjadi dua
tipe yaitu : 1. Penonjolan penonjolan yang berbentuk seperti campuk
(flgellum) berjumlah satu atau dua buah dan berfungsi sebagai alat gerak. 2.
Penonjolan penonjolan protoplasma yang berbentuk sedemikian rupa
sehingga merupakan benang- benang halus (cilium) yang terdapat pada seluruh
permukaan tubuh. Protozoa hidup pada semua habitat yang memungkinkan
hewan itu hidup, dan hubungan hewan itu dengan alam sekitarnya
memungkinkan kita mempelajari ekologinya. Protozoa secara mutlak
memerlukan lingkunagn yang basah, misalnya dalam air tawar, maupan di air
garam. Tiap tiap spesies mempunyai peranan dalam struktur trofik atau siklus
energy. Beberapa protozoa yang berplgel yang mengandung khlorofil dapat
mefikasikan dan menyimpan energy dari matahari dalam bentuk bahan
makanan. Tetapi sebagian baesar protozoa sebagai konsumen dari bahan
makanan mahluk hidup linya daik sebagai konsumen primer, sekunder pada
hewan herbivore atau karnivora. Protozoa yang hidup di air sebagian akan
membentuk plankton misalnya phitomastigophera Lahay (2009).
Menurut Lahay (2009), berdasarkan struktur dan alat gerak atau
berdasarkn fase yang dominan selama siklus hidupny, protozoa dibedakan atas:
Klas 1: Sarcodina atau Rhizopoda Klas 2: Mastigophora atau Flagellata Klas 3:
Sporozoa Klas 4: Ciliata atau Infuzoria Klas 5: Suktoria Tiap-tiap spesies
mempunyai peranan dalam struktur tropik [makanan], atau siklus energi.
Beberapa protozoa yang berflagella yang mengandung khlorofihil dapat
mepiksasi dan menyimpan energy dari matahari dalam bentuk bahan makanan.
Tetapi sebagian besar protozoa adalah sebagai konsumen bahan maknan dari
makhluk hidup lain, baik sebagai consumen primer maupun konsumen
sekunder pada hewan herbivore atau karnivora. Protozoa yang hidup dalam air
sebagian akan membentuk plankton (phytoplankton) misalnya
phytomastigogophorea (Jasin, 2009).
Sitoplasma protozoa sebagian besar tidak berwarna, tetapi beberapa
spesies yang lebih kecil, misalnya stentor coerelus berwarna biru, dan
blepharusma lateritia berwarna merah, merah mudah. Dua bagian sitoplsma
biasanya dibedakan atas bagian pinggiran yang disebut ectoplasma dan bagian
sentral yang lebih padat dan bergranula disebut endoplasma. Mulai tahun 1980,
oleh Commitee on Systematics and Evolution of the Society of Protozoologist,
mengklasifikasikan protozoa menjadi 7 kelas baru, yaitu Sarcomastigophora,
Ciliophora, Acetospora, Apicomplexa, Microspora, Myxospora, dan
Labyrinthomorpha. Pada klasifikasi yang baru ini, Sarcodina dan Mastigophora
digabung menjadi satu kelompok Sarcomastigophora, dan Sporozoa karena
anggotanya sangat beragam, maka dipecah menjadi lima kelas. Contoh
protozoa yang termasuk Sarcomastigophora adalah genera Monosiga, Bodo,
Leishmania, Trypanosoma, Giardia, Opalina, Amoeba, Entamoeba, dan
Difflugia. Anggota kelompok Ciliophora antara lain genera Didinium,
Tetrahymena, Paramaecium, dan Stentor. Contoh protozoa kelompok
Acetospora adalah genera Paramyxa. Apicomplexa beranggotakan genera
Eimeria, Toxoplasma, Babesia, Theileria. Genera Metchnikovella termasuk
kelompok Microspora. Genera Myxidium dan Kudoa adalah contoh anggota
kelompok Myxospora (Lahay (2009).
B. Morfologi Flagellata
Bentuk tubuh Flagellata sangat beragam, ada yang berbentuk lonjong,
menyerupai bola, memanjang, dan polimorfik (memiliki berbagai bentuk
morfologi). Cara hidup ada yang soliter dan hidup secara berkoloni. Salah satu
spesies Flagellata yang mudah untuk ditemukan dan diamati morfologinya
yaitu Euglena viridis. Euglena viridis adalah sejenis alga bersel tunggal yang
berbentuk lonjong dengan ujung anterior (depan) tumpul dan meruncing pada
ujung posterior (belakang). Setiap sel Euglena dilengkapi dengan flagel yang
tumbuh pada ujung anterior sebagai alat gerak. Bentuk flagela seperti cambuk.
Letaknya berada pada bagian ujung anterior tubuhnya, namun ada juga flagella
yang terletak di bagian posterior tubuh. Selain berfungsi sebagai alat gerak,
flagella juga berfungsi untuk memperoleh makanan. Pada ujung anterior tubuh
juga terdapat celah sempit yang memanjang ke arah posterior. Pada bagian
posterior, celah ini melebar dan membentuk kantong cadangan atau reservoir.
Flagel terbentuk di sisi reservoir (Wasetiawan, 2010). Berikut adalah gambar
morfologi dari Euglena viridis.
Gambar 2.5 Struktur Morfologi Euglena viridis (Anonim, 2010)
Euglena memiliki bintik mata atau stigma yang berwarna merah. Pada
stigma terdapat kumpulan pigmen yang peka terhadap rangsang berupa cahaya,
sehingga bagian ini berfungsi sebagai penerima cahaya. Stigma berfungsi
sebagai pengatur arah gerak aktif Euglena sebagai respon terhadap intensitas
cahaya di lingkungannya (Hall, tanpa tahun).
Struktur tubuh Euglena terlindungi oleh selaput pelikel. Pada kebanyakan
Euglenoida, pelikel bersifat lentur sehingga memungkinkan terjadi perubahan
bentuk sel, tetapi pada beberapa jenis Euglena pelikel ini bersifat kaku,
sehingga sel memiliki bentuk yang tetap.Di sebelah dalam selaput pelikel
terdapat sitoplasma. Di dalam sitoplasma ini terdapat berbagai organel seperti
plastida, kloroplas, nukleus, vakuola kontraktil, dan vakuola nonkontraktil.
Selain pelikel, stuktur tubuh Flagellata ada yang diselubungi oleh membrane
selulosa, misalnya pada Volvox (Wasetiawan, 2010).
Euglena dapat bergerak maju ke depan secara rotasi spiral dengan
menggunakan flagellumnya atau merayap pada suatu dasar tanpa menggunakan
flagellumnya atau secara euglenoid. Euglenoid yaitu bergerak dengan cara
mengerutkan tubuh, kemudian agak membulat dan akhirnya memanjang lagi
seperti semula (Lupita, 2009)
C. Klasifikasi Flagellata
Flagellata (dalam bahasa Latin diambil dari kata flagell yang berarti
cambuk) atau Mastigophora (dari bahasa Yunani,mastig yang berarti
cambuk, dan phora yang berarti gerakan), dalam taksonomi kuno Flagellata
merupakan salah satu kelas dalam filum protozoa atau protista yang mirip
hewan, namun dalam taksonomi modern menjadi superkelas yang dibagi
menjadi dua kelas, yaitu fitoflagelata dan zooflagelata.
Alat gerak Flagellata adalah flagellum atau cambuk getar, yang juga
merupakan ciri khasnya, sehingga disebut Flagellata (flagellum = cambuk).
Letak flagel berada pada ujung depan sel (anterior), sehingga saat bergerak
seperti mendorong sel tubuhnya, namun ada juga letak flagel di bagian
belakang sel (posterior). Selain berfungsi sebagai alat gerak, flagela juga dapat
digunakan untuk mengetahui keadaan lingkungannya atau dapat juga
digunakan sebagai alat indera karena mengandung sel-sel reseptor di
permukaan flagel dan alat bantu untuk menangkap makanan (Lahay (2009).
Dilihat dari bentuknya, Flagellata dikelompokkan menjadi dua, yaitu
berbentuk seperti tumbuhan yang dinamakan Fitoflagellata, dan yang
berbentuk seperti hewan yang dinamakan Zooflagellata.
1. Fitoflagellata
Fitoflagelata adalah flagellata yang mirip dengan tumbuhan karena
memiliki kromotafora, sehingga dapat melakukan fotosintesis
(fotosintetik). Fitoflagellata mencernakan makananya dengan berbagai
cara, menelan lalu mencernakan didalam tubuhnya (holozoik), membuat
sendiri makanannya (holofitrik), atau mencernakan organisme yang
sudah mati (saprofitik). Habitat fitoflagellata adalah diperairan bersih dan
diperairan kotor. Fitoflagellata bergerak menggunakan flagella (Lupita,
2009).
Fitoflagellata diklasifikasikan menjadi 3 kelas, yaitu:
a. Euglenoida
Tubuhnya menyerupai gelendong dan diselimuti oleh pelikel.
Contoh dari kelas Euglenoida yaitu Euglena viridis. Euglena viridis
memiliki ciri ciri, ukuran tubuhnya antara 3560 mikron, ujung
tubuhnya berbentuk meruncing dengan satu bulu cambuk di bagian
anterior sel. Euglena viridis memiliki stigma (bintik mata berwarna
merah) yang berfungsi untuk membedakan antara gelap dan terang.
Menurut Lupita (2009), Euglena viridis dapat bersifat holofitrik dan
holozoik. Bersifat holofitrik karena memiliki kloroplas yang
mengandung klorofil, sehingga dapat membuat makanannya sendiri
dengan cara melakukan fotosintesis. Bersifat holozoik yaitu dengan
cara memasukkan makanannnya yang berupa organisme berukuran
lebih kecil melalui sitofaring menuju vakuola dan ditempat inilah
makanan dicerna. Pada gambar 2. 1 ditunjukkan spesies Euglena
viridis.
Gambar 2.1 Euglena viridis (Anne, tanpa tahun)
b. Dinoflagellata
Tubuhnya berukuran besar dan biasanya hidup di habitat air laut.
Contoh dari dinoflagellata antara lain Noctiluca miliaris, Cretium, dan
Gymnodinium. Noctiluca miliaris kebanyakan hidup di air laut dengan
ciri ciri memiliki satu pasang flagella yang berukuran satu panjang
dan satu pendek, dapat melakukan simbiosis dengan jenis ganggang
tertentu. Noctiluca miliaris dapat memancarkan sinar (bioluminense)
apabila tubuhnya terkena rangsangan mekanik (Anonim, 2010). Pada
gambar 2.2 ditunjukkan spesies Noctiluca milliaris.
Gambar 2.2 Noctiluca milliaris (Anonim, 2010)
c. Volvocida
Bentuk tubuh hewan ini pada umumnya berbentuk bulat dan
berkoloni. Contoh dari volvocida antara lain adalah Volvox globator.
Ciri ciri dari Volvox antara lain hidup secara berkoloni, koloni
Volvox dapat terdiri dari ribuan sel yang masing masing sel
memiliki dua flagella. Setiap sel memiliki inti, vakuola kontraktil,
stigma dan kloroplas (Wimvan, 2003). Gambar 2.3 menunjukkan
koloni Volvox hermafrodit.
Gambar 2.3 Volvox globator (Wimvan, 2003)
2. Zooflgellata
Zooflagellata adalah flagellata yang menyerupai hewan, tidak
berkloroplas dan bersifat heterotrof. Flagellata ini ada yang hidup bebas,
bersimbiosis dengan organisme lain, namun kebanyakan bersifat parasit
pada organisme lain. Contoh zooflagelata antara lain yaitu Trypanosoma
gambiens, dan Leishmania (Sutanto, dkk., 2008).
Gambar 2.4 menunjukkan Trypanosoma gambiens.
D. Fisiologi Flagellata
Pada umumnya Flagellata dan jenis Protozoa lain membutuhkan suhu
optimum untuk tumbuh antara 16-25C. Adapun pH (derajat keasaman
optimum) untuk proses metabolismenya adalah antara pH 6-8. Menurut
Haeckels (1904), flagellata memperoleh nutrisi dengan beberapa cara yang
berbeda, ada flagellata yang bersifat holozoik (heterotrof), yaitu makanannya
berupa organisme lain yang berukuran lebih kecil, bersifat holofilik (autotrof),
yaitu dapat mensintesis makanannya sendiri dari zat organic karena memiliki
kloroplas dengan bantuan cahaya. Selain itu ada yang bersifat saprofitik, yaitu
menggunakan sisa bahan organic dari organisme yang telah mati dan adapula
yang bersifat parasitik, misalnya pada zooflagellata dengan cara menempel
pada inang untuk mendapatkan nutrisi.
Pada umumnya Flagellata bersifat aerobik fotosintetik, karena sebagian
besar spesies Flagellata memiliki kloroplas, sehingga dapat menghasilkan
makanannya sendiri melalui proses fotosintesis, tetapi beberapa spesies
Flagellata dapat hidup pada lingkungan anaerobik, misalnya pada saluran
pencernaan rayap dan di dalam tubuh inang. Flagellata aerobik mempunyai
mitokondria yang mengandung enzim untuk metabolisme aerobik, dan untuk
menghasilkan ATP melalui proses transfer elektron dari atom hidrogen ke
oksigen (Wasetiawan, 2010). Flagellata pada umumnya mendapatkan
makanan dengan cara memangsa organisme lain (bakteri) atau partikel
organik, baik secara fagositosis maupun pinositosis. Oksigen dan air maupun
molekul-molekul kecil dapat berdifusi melalui membran sel. Senyawa
makromolekul yang tidak dapat berdifusi melalui membran, dapat masuk ke
dalam sel secara pinositosis.
Pada Flagellata misalnya Euglena dan Dinoflagellata, untuk mendapatkan
nutrisi dapat bersifat miksotrof (bersifat holozoik dan holofitik). Secara
holozoik dengan bantuan flagella yang tidak hanya berfungsi sebagai alat
gerak, melainkan juga berfungsi untuk memperoleh makanan. Gerakan
flagella yang berombak-ombak menghasilkan aliran air di sekitar mulut,
sehingga makanan mengumpul dan terdorong masuk kedalam mulut.
Makanan yang masuk kedalam mulut bergerak melewati kerongkongan dan
bermuara pada suatu tempat penampungan (reservoir). Kedalam reservoir itu
bermuara beberapa vakuola kontraktil kecil. Ketika berisi makanan, vakuola
makanan menjadi membesar. Lisosom memberikan enzim ke dalam vakuola
makanan untuk mencernakan makanan, kemudian vakuola membesar kembali.
Hasil pencernaan makanan didispersikan ke dalam sitoplasma secara
pinositosis, dan sisa yang tidak tercerna dikeluarkan dari sel.
Euglena bersifat holofilik (autotrof), karena pada lapisan entoplasma
terdapat kloroplas, sehingga hewan ini dapat melakukan proses fotosintesis
dan menghasilkan zat tepung (amilum) (Kastawi, dkk. 2003). Menurut
Haeckels (1904), pigmen fotosintetik yang terdapat pada Euglena terdiri atas
klorofil a dan b, sehingga tampak berwarna hijau, selain itu juga terdapat
karoten serta xantofil. Dalam sitoplasma disimpan karobohidrat sebagai
makanan cadangan berupa butir-butir paramilum, yaitu polimer glukosa
dengan ikatan B1,3. Sedangkan pada Dinoflagelata mempunyai pigmen
fotosintetik berupa klorofil a dan c, karoten dan beberapa jenis mengandung
xantofil. Cadangan makanan terdiri atas pati atau minyak, dinding sel tersusun
dari selulosa dan ada yang sangat keras disebut teka, tetapi ada yang tidak
berdinding.
Respirasi pada Flagellata terjadi secara difusi. Oksigen yang berasal dari
lingkungan dapat berdifusi masuk melalui membran sel, begitu juga dengan
karbondioksida hasil pernafasan akan berdifusi keluar melalui membran sel.
Menurut Haeckels (1904), flagellata juga memiliki alat pernapasan yang
disebut stigma. Stigma ini berfungsi sebagai alat respirasi yang dilakukan
untuk pembakaran hidrogen yang terkandung di dalam kornel. Oksigen
digunakan untuk pelepasan energi secara aerobic. Energi digunakan untuk
pengumpulan senyawa-senyawa yang dibutuhkan dalam pertumbuhan, dan
perbaikan sel.
E. Habitat Flagellata
Flagellata ditemukan di lingkungan berair atau setidaknya di tempat yang
basah. Sebagian besar spesies Flagellata memerlukan kelembaban yang tinggi
pada habitat apapun. Pada umumnya Flagellata hidup bebas di lingkungan air
tawar, atau genangan air di daratan, misalnya dari kelas Euglenoida dan
Volvocida, namun ada juga spesies Flagellata yang hidup di lautan, misalnya
pada kelas Dinoflagellata. Menurut Sutanto, dkk. (2008), sebagian besar
spesies yang termasuk Zooflagellata bersifat parasitik, hidup pada organisme
lain sebagai inangnya. Inang dari Zooflagellata yang bersifat parasit dapat
berupa organisme sederhana seperti algae, sampai vertebrata yang kompleks,
termasuk manusia. Beberapa jenis Flagellata yang hidup di laut merupakan
bagian dari zooplankton. Spesies yang hidup di air tawar dapat berada di
danau, sungai, kolam, atau genangan air merupakan bagian dari
phytoplankton. Ada pula Flagellata yang tidak bersifat parasit yang hidup di
dalam usus termit atau di dalam rumen hewan ruminansia, misalnya
Trichonympha dan Myxotricha yang hidup di dalam usus rayap (Anonim,
2010).
F. Reproduksi dan Daur Hidup Flagellata
1. reproduksi
Reproduksi pada Flagellata ada 2 macam, yaitu vegetatif dan generatif.
Reproduksi vegetatif terjadi dengan cara pembelahan biner secara
transversal, misalnya pada Euglena, sedangkan reproduksi generatif terjadi
melalui persatuan antara ovum dan spermatozoid, misalnya pada Volvox.
1) Reproduksi secara vegetatif: pembelahan biner
Pembelahan biner pada flagellata berlangsung secara longitudinal.
Menurut Smith (2010), pembelahan sel dimulai dengan menduplikasi
DNA-nya untuk membuat dua set lengkap. Sel terus tumbuh dan set DNA
bergerak ke ujung berlawanan pada sisi sel. Setelah sel telah mencapai
ukuran yang tepat, sel membagi menjadi dua sel anak dengan DNA yang
identik. Fusi biner adalah cara reproduksi klasik yang digunakan ketika
suatu organisme hidup dalam lingkungan yang stabil. Waktu pembelahan
biner ini penting, karena organisme harus melakukannya pada saat yang
tepat. Proses ini sebagian diatur oleh septum cincin, yaitu cincin protein
yang terbentuk disekitar pertengahan sel. Septum cincin ini mendorong sel
untuk dibagi secara merata tanpa merusak DNA atau dinding sel.
Kesalahan dalam proses fusi dapat menyebabkan pembentukan sel anak
dengan DNA tidak lengkap, atau salinan tambahan gen tertentu. Cincin
septum dirancang untuk mencegah hal ini. Gambar 2.6 merupakan bagan
skematis terjadinya pembelahan biner secara longitudinal.
Gambar 2.6 Pembelahan Biner Longitudinal (Wahyu, 2009)
2) Reproduksi secara generatif: persatuan antara ovum dan
spermatozoid
Selain reproduksi secara vegetative (pembelahan biner), kelompok
flagellate juga melakukan perkembangbiakan secara generatif. Reproduksi
ini sangat diperlukan untuk memperkaya variasi genetic, sehingga akan
meningkatkan kemampuannya untuk hidup pada kondisi lingkungan yang
baru. Contoh flagellate yang memiliki proses secara generative adalah
Volvox sp. Volvox merupakan kandidat protozoa yang unik untuk diteliti.
Catatan penting untuk membahas Volvox adalah Volvox merupakan
Flagellata yang berkoloni membentuk suatu bola. Reproduksi aseksual
terjadi pada garis ekuator, sel ini berkembang menjadi germ cell,
kelompok individu jantan dan individu betina terbentuk pada koloni yang
berbeda. Sel-sel germinal betina tidak membagi, melainkan semakin
membesar untuk membentuk sebuah ovum. Pada beberapa spesies koloni
Volvox bersifat hermaphroditic, yaitu dalam satu koloni dapat membentuk
sperma serta ovum. Namun kematangan sperma dan ovum tidak pada saat
yang bersamaan, sehingga pembuahan diri (pada satu koloni) dapat
dicegah (Wimvan, 2003).
Reproduksi dimulai dari koloni betina yang menggandung ovum dan
koloni jantan yang mengandung sperma bertemu. Ovum dihasilkan oleh
oogonium, sedangkan Volvox jantan menghasilkan spermatozoid oleh
spermatogonium. Setelah terjadi fertilisasi akan menghasilkan zigot, zigot
akan menghasilkan empat spora, yang kemudian akan menjadi individu
baru. Pada gambar dibawah ini menunjukkan koloni Volvox jantan dengan
paket sel sperma dan Volvox betina dengan ovum. Sel sperma akan
menuju koloni Volvox betina untuk mencari ovum dan terjadi pembuahan.
Gambar 2.7 Koloni Volvox Jantan dan koloni Volvox Betina (Wimvan,
2003)
2. daur hidup
Beberapa Flagellata memiliki tahap kehidupan bolak-balik antara tahap
proliferatif (misalnya trophozoites) dan kista aktif. Dalam bentuk kista,
Flagellata dapat bertahan hidup kondisi yang sulit, seperti terpapar pada
suhu yang ekstrem dan bahan kimia berbahaya, atau waktu lama tanpa
akses terhadap nutrisi, air, atau oksigen untuk jangka waktu tertentu. Pada
Zooflagellata, menjadi bentukan kista memungkinkan untuk bertahan
hidup di luar tubuh inang, dan memungkinkan terjadinya transmisi dari
satu host ke host yang lain. Ketika dalam bentuk trophozoites (Yunani,
tropho = untuk memberi makan), mereka secara aktif mencari makan dan
tumbuh. Proses dimana terjadi perubahan menjadi bentuk kista disebut
encystation, sedangkan proses mentransformasikan kembali ke trophozoite
disebut excystation (Hall, tanpa tahun).
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai

  • Konseling Semester 6 Pharmacy Stikes MBG Gorontalo
    Konseling Semester 6 Pharmacy Stikes MBG Gorontalo
    Dokumen13 halaman
    Konseling Semester 6 Pharmacy Stikes MBG Gorontalo
    moh andy laboddu
    Belum ada peringkat
  • 5
    5
    Dokumen12 halaman
    5
    moh andy laboddu
    Belum ada peringkat
  • Sel
    Sel
    Dokumen8 halaman
    Sel
    moh andy laboddu
    Belum ada peringkat
  • KB
    KB
    Dokumen15 halaman
    KB
    moh andy laboddu
    Belum ada peringkat
  • Laporan PKL Rsud Bumi Panua
    Laporan PKL Rsud Bumi Panua
    Dokumen69 halaman
    Laporan PKL Rsud Bumi Panua
    moh andy laboddu
    0% (1)
  • Diagnosa Dapat Ditegakkan Melalui Hal
    Diagnosa Dapat Ditegakkan Melalui Hal
    Dokumen2 halaman
    Diagnosa Dapat Ditegakkan Melalui Hal
    moh andy laboddu
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen9 halaman
    Bab I
    moh andy laboddu
    Belum ada peringkat
  • 5
    5
    Dokumen19 halaman
    5
    moh andy laboddu
    Belum ada peringkat
  • LAPORAN Magang M
    LAPORAN Magang M
    Dokumen34 halaman
    LAPORAN Magang M
    moh andy laboddu
    Belum ada peringkat
  • Baru Itu
    Baru Itu
    Dokumen1 halaman
    Baru Itu
    moh andy laboddu
    Belum ada peringkat
  • Laporan Magang
    Laporan Magang
    Dokumen64 halaman
    Laporan Magang
    moh andy laboddu
    Belum ada peringkat
  • Laporan Magang
    Laporan Magang
    Dokumen37 halaman
    Laporan Magang
    moh andy laboddu
    Belum ada peringkat
  • Protozoa
    Protozoa
    Dokumen9 halaman
    Protozoa
    moh andy laboddu
    Belum ada peringkat
  • Spora Dan Kapsul
    Spora Dan Kapsul
    Dokumen16 halaman
    Spora Dan Kapsul
    moh andy laboddu
    Belum ada peringkat
  • Laporan PKL Rsud Bumi Panua
    Laporan PKL Rsud Bumi Panua
    Dokumen69 halaman
    Laporan PKL Rsud Bumi Panua
    moh andy laboddu
    0% (1)
  • Mikro
    Mikro
    Dokumen13 halaman
    Mikro
    moh andy laboddu
    Belum ada peringkat
  • 9
    9
    Dokumen16 halaman
    9
    moh andy laboddu
    Belum ada peringkat
  • Proses Produksi Air Minum Dalam Kemasan
    Proses Produksi Air Minum Dalam Kemasan
    Dokumen18 halaman
    Proses Produksi Air Minum Dalam Kemasan
    moh andy laboddu
    Belum ada peringkat
  • Parasitologi 1
    Parasitologi 1
    Dokumen18 halaman
    Parasitologi 1
    moh andy laboddu
    Belum ada peringkat
  • Parasit
    Parasit
    Dokumen3 halaman
    Parasit
    moh andy laboddu
    Belum ada peringkat
  • Biokimia Mineral
    Biokimia Mineral
    Dokumen14 halaman
    Biokimia Mineral
    moh andy laboddu
    100% (2)
  • Pewarnaan Gram
    Pewarnaan Gram
    Dokumen16 halaman
    Pewarnaan Gram
    moh andy laboddu
    Belum ada peringkat
  • Sublimasii
    Sublimasii
    Dokumen16 halaman
    Sublimasii
    moh andy laboddu
    Belum ada peringkat
  • Bab I Pendahuluan
    Bab I Pendahuluan
    Dokumen1 halaman
    Bab I Pendahuluan
    moh andy laboddu
    Belum ada peringkat
  • Sublimasii
    Sublimasii
    Dokumen16 halaman
    Sublimasii
    moh andy laboddu
    Belum ada peringkat
  • Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang
    Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang
    Dokumen14 halaman
    Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang
    moh andy laboddu
    Belum ada peringkat
  • Sublimasii
    Sublimasii
    Dokumen18 halaman
    Sublimasii
    moh andy laboddu
    Belum ada peringkat
  • Pewarnaan Gram
    Pewarnaan Gram
    Dokumen18 halaman
    Pewarnaan Gram
    moh andy laboddu
    Belum ada peringkat
  • Pewarnaan Gram
    Pewarnaan Gram
    Dokumen16 halaman
    Pewarnaan Gram
    moh andy laboddu
    Belum ada peringkat