Anda di halaman 1dari 2

FARMAKODINAMIK

Hidroklorotiazid merupakan diuretik golongan thiazid yakni diuretik dengan potensi sedang,
yang bekerja dengan cara menghambat reabsorbsi natrium pada bagian awal tubulus distal.
Sistem transpor ini dalam keadaan normal berfungsi membawa Na, selanjutnya dipompakan ke
luar tubulus dan ditukar melalui kanal klorida. Efek farmakodinamik tiazid yang utama ialah
meningkatkan ekskresi Natrium, klorida dan sejumlah air. Efek natriuresis dan kloruresis ini
disebabkan oleh penghambatan mekanisme reabsorpsi elektrolit pada hulu tubuli distal. Laju
ekskresi Na maksimal yang ditimbulkan oleh tiazid jauh lebih rendah dibandingkan dengan apa
yang dicapai oleh beberapa diuretik lain, hal ini disebabakan 905 Na dalam cairan filtrat telah
direabsorbsi lebih dulu sebelum mencapai tempat kerja tiazid.

Derivat tiazid memperlihatkan efek penghambatan karbonik anhidrasedengan ptensi yang


berbeda-beda. Zat yang aktif sebagai pengahmbat karbonik anhidrase, dalam dosis yang
mencukupi, memperlihatkan efek yang sama seperti asetazolamid dalam eksresi bikarbonat.
Agaknya efek penghambatan karbonik anhidrase ini tidak berarti secara klinis. Efek
penghambatan enzim karbonik anhidrase diluar ginjal praktis tidak terlihat karena tiazid tidak
ditimbun di sel lain.

Pada pasien hipertensi, tiazid menurunkan tekanan darah tidak karena efek diuretiknya tetap
juga karena efek langsung terhadap arteriol sehingga terjadi vasodilatasi.

FARMAKOKINETIK

Semua thiazide diabsorbsi pada pemberian secara oral, umumnya efek obat tampak setelah 1
jam. Tetapi terdapat perbedaan dalam metabolismenya. Semua thiazide disekresi oleh sistem
sekretorik asam organik dan bersaing pada beberapa hal dengan sekresi uric acid oleh sistem
tersebut. Sebagai hasilnya, kecepatan sekresi uric acid dapat menurun, dengan diikuti
peningkatan kadar uric acid serum. Pada steady state, produksi uric acid tidak dipengaruhi oleh
thiazide. Klorothiazide didistribusikan ke seluruh ruang ekstrasel dan dapat melewati sawar uri,
tetapi obat ini hanya ditimbun dalam jaringan ginjal saja. Dengan suatu proses aktif, tiazid
diekskresi oleh sel tubuli proksimal ke dalam cairan tubuli. Jadi klirens ginjal obat ini besar
sekali, biasanya 3-6 jam sudah diekskresikan dari badan. Klorotiazid dalam badan tidak
mengalami perubahan metabolik.

EFEK SAMPING

a. Hipokalemia : yakni kekurangan kalium dalam darah. Semua diuretik dengan titik kerja di
bagian muka tubuli distal memperbesar ekskresi ion-K+ karena ditukarkan dengan ion Na
akibatnya kadar kalium plasma dapat turun di bawah 3,5 mmol/liter. Gejala kekurangan kalium
ini berupa kelemahan otot, kejang-kejang, obstipasi, anoreksia, kadang-kadang juga aritmia
jantung tetapi gejala ini tidak selalu menjadi nyata. Pemakaian HCTZ hanya sedikit menurunkan
kadar kalium.
b. Hiperurikemia : terjadi akibat retensi asam urat. Menurut dugaan, hal ini disebabkan oleh
adanya persaingan antar diuretikum dengan asam urat mengenai transpornya di tubuli.
c. Hiperglikemia : dapat terjadi pada pasien diabetes, terutama pada dosis tinggi akibat
dikuranginya metabolisme glukosa berhubung sekresi insulin ditekan.
d. Hipernatriemia : kekurangan natrium dalam darah. Gejalanya berupa gelisah, kejang otot,
haus, letargi (selalu mengantuk), juga kolaps (Dollery, 1999).

Gan Gunawan, Sulistia. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta. 2007. Departemen
Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Dollary, C., dkk., 1999, Therapeutic Drugs, 52-56, Churchill Livingstone, Toronto

Anda mungkin juga menyukai