Anda di halaman 1dari 6

Nama : Muhammad Irwan Sanusi

NIM : 1301045

Kelas : Teknik Perminyakan Reguler A 2013

Ejector
Ejector merupakan pompa yang mampu merubah energi statis cairan menjadi energi
kinetis atau kebalikannya. Kondisi vacuum yang terjadi pada ruang inlet pompa jet
diperlukan untuk menarik cairan yang dipompa kedalam ruang inlet tersebut.
Kevacuuman dihasilkan oleh aliran searah dari fluida penggerak (actuating fluid).
Prinsip kerja ejector yaitu dalam pompa ejektor jet, cairan melewati nosel venturi
(lihat tabung venturi) dan mengembangkan hisap yang menyebabkan aliran kedua fluida
akan entrained. Dalam pompa aspirator, air mengalir melalui nosel venturi dan
mengembangkan hisap untuk menggambar di udara. Ejector Uap banyak digunakan
untuk memompa volume besar uap dan gas pada tekanan rendah.

Ejector

Kelebihan :
1. Tidak ada bagian yang bergerak, sehingga pompa bisa berumur panjang.
2. Tidak menimbulkan suarua gaduh dan mudah dioperasikan.
3. Mampu memompa cairan yang mengan dung kotoran.
4. Sulit tersumbat.
5. Mampu bekerja pada saluran hisap yang kering.
6. Kapasitasnya uniform.
7. Ukurannya kecil dan ringan.
Kekurangan :
Efisiensinya rendah

Pada lapangan geothermal di Indonesia adalah steam jet ejector. Steam jet ejector
merupakan alat pembangkit vacuum dengan menggunakan steam sebagai media
pendorong. Suatu pancaran cairan, gas atau uap (steam) keluar dari nozzle dengan
kecepatan tinggi sehingga dihasilkan tekanan rendah di titik nozzle tersebut. Dengan
demikian, gas yang harus diangkut akan terhisap, terbawa dan mengalami percepatan.
Steam jet ejector berfungsi untuk mengeluarkan gas atau uap dari suatu ruangan dan
mempertahankan kevakuman yang tercapai. Steam jet ejector merupakan pompa yang
tidak mempunyai bagian-bagian yang bergerak. Oleh karena itu, pompa ini sangat
sederhana dan tidak memerlukan perawatan yang rumit.
Dalam steam jet ejector, steam yang telah dipakai dikondensasi dengan
mencampurkannya dengan air. Daya hisap dan vacuum akhir yang tercapai seringkali
tergantung pada tekanan awal pancaran, tekanan uap kondensate dan konstruksi pompa
(jumlah langkah kerjanya).
Dengan steam jet ejector satu langkah hanya bisa dicapai vacuum sebesar 130 mbar
(atau perbandingan kompresi sekitar 1:8).
Pada steam jet ejector yang disusun secara seri, beberapa jet ejector dihubungkan
berturut-turut dan makin kebelakang jet ejector semakin kecil. Pada tiap langkah, steam
diumpankan secara terpisah. Agar uap dan steam dari langkah sebelumnya tidak
dikompresi pada langkah berikutnya, maka diantara jet ejector dipasang condenser
kontak. Didalam kondeser kontak ini, disemprotkan air agar uap dan steam terkondensasi.
Air yang keluar dari condenser dialirkan melalui pipa barometik (ketinggian minimal 10
meter) atau dengan pompa (misalnya dengan side channel pump).
Selain dengan system seri dan karena steam jet ejector tidak mempunyai daya hisap
yang besar, maka untuk membuat vacuum awal sering digunakan pompa pendesak
(misalnya dengan pompa vacuum cincin air). Dalam proses stripping untuk evaporasi,
sering digunakan sebuah steam jet ejector dengan tekanan input steam 4 bar dan steam
outputnya digunakan sebagai steam stripper untuk stage sebelumnya, sedangkan vacuum
awal digunakan pompa vacuum cincin air. Dengan system seperti ini bisa diperoleh
vacuum awal 600 mbar (oleh pompa) dan vacuum akhir sebesar 980 mbar.
Vacuum akhir ditempat hisap yang dicapai dengan steam jet ejector langkah
majemuk dibatasi oleh tekanan uap dari kondensate dan besarnya sekitar 4 mbar abs (-
996 mbar). Vacuum akhir yang lebih baik (0,7 mbar abs) bisa dicapai bila bahan pancar
dari langkah pertama tidak dikondensasi (langsung dibuang) karena uap akhir yang
tersisa biasanya merupakan uap yang tidak mudah untuk dikondensasi.
Pada steam jet ejector yang bekerja pada vacuum yang tinggi (diatas 5 mbar), maka
diperlukan pemanasan jet ejector supaya tidak terbentuk es akibat titik beku air dilewati
selama operasi berlangsung. Pemanasan bisa dilakukan dengan system coil yang
mengelilingi body jet ejector yang biasa dikenal dengan trace heater. Model sekarang,
trace heater dibuat mengelilingi penuh dinding jet ejector dan supaya berfungsi optimal
maka coil harus benar-benar menempel dinding jet ejector.
Steam jet ejector bersifat stabil terhadap penghisapan cairan atau uap yang
terkondensasi (sama halnya dengan pompa pancar air). Umumnya dipakai steam jet
ejector 3 langkah atau 4 langkah secara seri, tergantung dari kebutuhan vacuum
disesuaikan dengan biaya steam dan air. Steam yang dipakai biasanya adalah dry
saturated steam dengan tekanan sekitar 10 bar atau lebih.
Single Flash Steam
Single Flash Steam digunakan apabila fluida dikepala sumur dalam kondisi air jenuh
(saturated liquid). Untuk mendapat fraksi uap yang lebih banyak, maka tekanan fluida
diturunkan, proses ini dikenal dengan istilah flashing. Pada saat flashing, tekanan fluida
turun bersamaan dengan penurunan suhu, entalpi tetap, entropi turun, dan yang paling
penting jumlah fraksi uap yang meningkat.

Skematik Single Flash Steam

Pada gambar diatas, terlihat fluida panas bumi keluar dari sumur produksi. Fluida ini
selanjutnya dialirkan dan diflashing kedalam separator. Didalam separator terjadi
pemisahan antara uap dan air. Air dari hasil pemisahan ini dialirkan kembali ke sumur
injeksi sedangkan uapnya dialirkan kedalam turbin. Didalam turbin, uap akan memutar
sudu sudu sehingga yang akan menghasilkan listrik pada generator.
Fluida yang keluar dari turbin selanjutnya dialirkan ke kondensor. Didalam
kondensor, fluida yang masih dua fasa ini akan dikondensasikan. Setelah melalui proses
kondensasi fluida akan dialirkan ke cooling tower sebelum diinjeksikan ke dalam sumur
injeksi.
Double Flash Steam
Pada sistem ini digunakan dua pemisahan fluida yaitu separator dan flasher dan
digunakan komposisi 2 turbin, HP-turbine dan LP-turbine yang disusun tandem (ganda).
Contoh lapangan yang menggunakan sistem konversi seperti ini adalah Hatchobaru
(Jepang), dan Krafla (Iceland).asilkan kemudian dialirkan ke turbin.

Skematik Single Flash Steam

Apabila menggunakan Siklus Double Flash, akan menghasilkan output dari turbin
tekanan tinggi dan rendah. Turbin tekanan rendah diperoleh dari uap tekanan rendah,
yang dihasilkan dari air panas tekanan tinggi yang dimasukkan ke separator pada tekanan
rendah. Disini terjadi penurunan tekanan yang akan menghasilkan uap dan air pada
tekanan rendah juga. Uap yang dihasilkan digunakan untuk menggerakkan turbin pada
tekanan rendah sedangkan airnya diijeksikan kedalam sumur injeksi. Tekanan inlet turbin
sangat bervariasi tergantung dari desain pabriknya. Untuk turbin tekanan tinggi (HP)
berkisar antara 3 sampai dengan 9 bara. Sedangkan untuk turbin tekanan rendah (LP)
berkisar antara 0,43 sampai dengan 1,5 bara dengan tekanan kondensor berkisar antara
0,055 sampai dengan 0,14 bara.
Binary Cycle
Teknologi ini menggunakan suhu uap reservoir yang berkisar antara107-1820C.
Keuntungan teknologi binary-cycle adalah dapat dimanfaatkan pada sumber panas bumi
bersuhu rendah. Selain itu teknologi ini tidak mengeluarkan emisi. karena alasan tersebut
teknologi ini diperkirakan akan banyak dipakai dimasa depan. Sedangkan teknologi 1 dan
2 diatas menghasilkan emisi carbondioksida, nitritoksida dansulfur, namun 50x lebih
rendah dibanding emisi yang dihasilkan pembangkit minyak.

Skematik Binary Cycle

Cara kerjanya adalah uap panas di alirkan ke salah satu pipa di heat exchanger untuk
menguapkan cairan di pipa lainnya yang disebut pipa kerja. pipa kerja adalah pipa yang
langsung terhubung ke turbin, uap ini akan menggerakan turbin yang telah dihubungkan
kegenerator. dan hasilnya adalah energi listrik. Cairan di pipa kerja memakai cairan yang
memiliki titik didih yang rendah seperti Iso-butana atau Iso-pentana.

Anda mungkin juga menyukai