Disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Kerja Praktik / Seminar pada Semester VII
Disusun oleh :
IZHHAR KAMALUDDIN
NIM : 131724013
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Slameto,ST.,M.Eng.
NIP. 19641222 199003 1 002
Mengetahui,
Ketua Departemen Teknik Konversi Energi
ii
LEMBAR PENGESAHAN II
Oleh :
Izhhar Kamaluddin
131724013
Menyetujui, Mengetahui,
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan
kerja praktik di PT. Indonesia Power UJP Banten 2 Labuan dan laporan kerja praktik yang
berjudul Pengaruh Out Service High Pressure Heater Terhadap Kinerja Turbin Unit
1 PLTU Banten 2 Labuan. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah
padajungjungan kita Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya, sahabatnya, serta para
pengikutnya selaku umat yang selalu taat pada perintah dan ajarannya sampai akhir jaman
aamiin.
Usaha yang keras dari diri saja rasanya tidak cukup untuk menyelesaikan laporan
kerja praktik ini. Beberapa pihak maupun orang-orang yang berbudi luhur tanpa henti
mencurahkan nasihat, saran, bimbingan, semangat, kehangatan, dan cinta kasihnya yang
selalu mengiringi kerja keras ini. Oleh karena itu tiada yang lebih tepat disampaikan
kecuali penghargaan dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
iv
9. Seluruh staf dan karyawan/wati PT. Indonesia Power UJP Banten 2 Labuan
,Cogindo dan juga Koperasi KEKAL yang telah membantu selama pelaksanaan
kerja praktik.
10. Adinda, Agum, Faisal, Fikri, Ida, Rahul, dan Shubhan sebagai rekan-rekan kerja
praktik di PT. Indonesia Power UJP Banten 2 Labuan yang telah berjuang bersama-
sama dalam pembuatan laporan dan pelaksanaan kerja praktik.
11. Asep dan Akbar yang telah membantu untuk menambah pengetahuan tentang
PLTU khususnya dibagian turbine dan boiler.
12. Rizki Budhi Amalia yang telah bersabar dan juga memberi banyak motivasi dan
inspirasi juga dukungan moril pada penulis untuk melaksanakan kerja praktik dan
menyusun laporan ini.
13. Keluarga 3-C Teknologi Pembangkit Tenaga Listrik angkatan 2013 yang telah
memberikan semangat dan motivasi dalam penyusunan laporan kerja praktik.
14. Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Teknik Energi (HMTE) khususnya HMTE
angkatan 2013 yang telah banyak memberikan dukungan dan juga semangat dalam
penyusunan laporan ini.
15. Semua pihak yang telah membantu menginspirasi penulis dalam penyusunan
laporan kerja praktik baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak bisa
penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari tidak dapat memberikan sesuatu sebagai balas jasa, semoga
Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis.
Sesungguhnya tiada kesempurnaan selain milik Allah SWT. Demikian pula dalam
penulisan laporan kerja prkatik ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu berbagai kritik, saran, nasehat dan bimbingan kearah yang lebih baik sangat
penulis harapkan. Semoga laporan kerja praktik ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu
keenergian.
Penulis
v
DAFTAR ISI
vi
2.6.1 Prinsip Kerja Turbin Uap .................................................................................. 24
2.6.2 Klasifikasi Turbin Uap ...................................................................................... 25
BAB III HIGH PRESSURE HEATER DAN TURBIN UAP ............................................. 26
3.1 High Pressure Heater .................................................................................................... 26
3.1.1 Prinsip Kerja ........................................................................................................... 26
3.1.2 High Pressure Heater Out Service .......................................................................... 28
3.2 Turbin Uap ..................................................................................................................... 29
3.2.1 Bagian Utama Turbin Uap ................................................................................. 29
3.2.2 Susunan Tingkatan Tekanan Turbin ....................................................................... 30
3.2.3 Komponen Pendukung Turbin................................................................................ 30
3.3 Spesifikasi Desain Turbin .............................................................................................. 32
3.4 Kinerja Turbin Uap ........................................................................................................ 32
3.4.1 Heat Rate ................................................................................................................ 33
3.5 Data Hasil Pengamatan .................................................................................................. 34
BAB IV PENGARUH OUT SERVICE HIGH PRESSURE HEATER 3 TERHADAP
KINERJA TURBIN UNIT 1 ................................................................................................. 36
4.1 Parameter yang digunakan ........................................................................................ 36
4.1.1 Menentukan ................................................................................................. 36
4.1.2 Menentukan / ........................................................................................... 37
4.1.3 Menentukan dan ............................................................................... 38
4.1.4 Menentukan Entalpi ........................................................................................... 38
4.2 Perhitungan Heat Rate .............................................................................................. 39
4.3 Analisa dan Pembahasan........................................................................................... 40
BAB V PENUTUP ................................................................................................................. 44
5.1 Kesimpulan ............................................................................................................... 44
5.2 Saran ......................................................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 46
LAMPIRAN ........................................................................................................................... 46
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR TABEL
Table 3-1 Data Spesifikasi Turbin Uap PLTU Banten 2 Labuan ............................................ 32
Table 3-2 Parameter Perhitungan Heat Rate ........................................................................... 34
Table 4-1 Perhitungan Laju massa uap.................................................................................... 36
Table 4-2 Perhitungan Laju Massa HP Exhaust ...................................................................... 37
Table 4-3 Perhitungan Mis dan Mir........................................................................................ 38
Table 4-4 Menentukan Entalpi ................................................................................................ 38
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang.
Dalam era persaingan dunia kerja dewasa ini, sangat di butuhkan peranan
teknologi dan informasi untuk menunjang dalam hal pekerjaan khususnya dalam
kerja praktek. Kerja praktek merupakan salah satu mata kuliah yang wajib pada
jurusan Teknik Konversi Energi Politeknik Negeri Bandung, Di harapkan melalui
keja praktik ini dapat sangat bermanfaat terhadap penciptaan iklim yang saling
mendukung dan memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menerapkan ilmu
yang telah dimiliki dan dapat memperoleh pengalaman kerja pada perusahaan atau
instansi tempat kerja, peran perguruan tinggi sebagai penghasil sumber daya manusia
(SDM) yang memiliki tingkat kredibilitas tertentu mampu berperan di dunia industri
dengan menjadikan perusahaan sebagai patner dalam penelitian maupun dalam
memberi masukan. Sehingga dengan ada nya kerja praktik industri akan tercipta
kerja sama yang saling menguntungkan dan kemitraan yang saling mendukung antara
perguruan tinggi dan dunia industri.
Energi listrik menjadi energi yang tak dapat dipisahkan dari kehidupan
sehari-hari, dimana hampir semua peralatan-peralatan mengunakan energi listrik baik
di industri dan pembangunan sendiri menjadi salah satu faktor yang menuntut
penyediaan energi listrik yang besar pula terutama di negara-negara yang
berkembang seperti indonesia.
PLTU Banten 2 Labuan merupakan pembangkit listrik tenaga uap kedua di
daerah Banten dengan kapasitas total sebesar 600 MW. PLTU 2 Banten Labuan
Banten dimiliki oleh anak perusahaan PT. PLN (persero) yaitu PT. Indonesia
Power, PLTU Banten 2 Labuan sendiri memiliki 2 unit pembangkit, yaitu unit 1
dan unit 2 memiliki kapasitas 2 300 MW, dulu PLTU yang pertama di daerah
banten adalah PLTU sularaya yang mensuplai 30 % kebutuhan listrik Nasional dan
sekarang di karenakan sudah banyak pembangkit-pembangkit yang dibangun di
indonesia jadi untuk sekarang ini PLTU hanya mensuplai 20% untuk kebuthan
listrik Nasional dan untuk PLTU 2 banten labuan ini berguna untuk menyumbang
kebutuhan listrik yang naik sekitar 7% setiap tahun nya.
1
Energi panas yang terkandung dalam uap yang diproduksi dari boiler harus
secara optimal dimanfaatkan untuk memutar turbin. Oleh karena itu, dibutuhkan
sebuah perhitungan untuk mengetahui energi yang dimanfaatkan oleh unit turbin di
PLTU Banten 2 Labuan dan seberapa besar energi yang tidak termanfaatkan.
Perhitungan Heat Rate penting dilakukan karena perhitungan ini dapat menentukan
besarnya energi panas yang dibutuhkan untuk membangkitkan energi listrik sesuai
yang diinginkan. Hal tersebut dapat mengurangi pemborosan penggunaan energi
karena energi yang dibutuhkan dapat diketahui serta dapat mengembangkan
efisiensi sebuah pembangkit khususnya di PLTU Banten 2 Labuan.
Salah satu cara meningkatkan efisiensi sebuah pembangkit listrik tenaga
listrik menambahkan feedwater heater yang berjenis High Pressure Heater (HPH).
HPH berfungsi meningkatkan temperatur air yang akan dipanaskan di dalam boiler,
sehingga pemasukkan bahan bakar lebih sedikit dibandingkan tanpa HPH. Namun
dalam kondisi aktual, HPH sering menghadapi masalah sehingga dilakukan
perbaikan yang mengharuskan HPH out service.
Berdasarkan pemaparan tersebut, penulis akan mengambil fokus masalah
mengenai Heat Rate Turbin Uap karena berkaitan dengan kinerja atau performa
turbin tersebut, dengan judul Pengaruh Out Service High Pressure Heater
Terhadap Kinerja Turbin Unit 1 PLTU Banten 2 Labuan. Judul tersebut
diambil berdasarkan permasalahan yang terjadi pada Unit 1 di PLTU PT. Indonesia
Power UJP Banten 2 Labuan
1. Berapa besar nilai heat rate di PLTU Banten 2 Labuan saat kondisi HPH 3
Out Service.
2. Berapa besar nilai heat rate di PLTU Banten 2 Labuan saat kondisi HPH 3 In
Service
3. Bagaimana pengaruh out service HPH 3 terhadap heat rate Turbin Uap .
4. Perbandingan nilai heat rate ketika HPH 3 Out Service dan saat HPH 3 In
Service
2
1.3 Tujuan
Beberapa tujuan yang menjadi fokus dari laporan kerja praktik ini adalah sebagai
berikut:
1. Observasi.
Metode ini dilakukan dengan mengamati secara langsung proses-proses yang
terjadi pada peralatan pembangkitan dan melakukan pencatatan data yang
dibutuhkan untuk penyusunan laporan.
2. Studi literatur.
Studi literatur dilakukan dengan membaca referensi yang terkait dari berbagai
buku, jurnal, dan laporan yang berkaitan dengan tema Kerja Praktik. Sumber
literatur tersebut didapat melalui buku-buku bacaan yang didapat di bagian
Engineering PT. Indonesia Power UJP Banten 2 Labuan.
3
dan internet.
3. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan menggali informasi tentang sistem pembangkitan
dan komponen yang diamati kepada narasumber dari perusahaan terkait.
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan, batasan masalah, waktu
dan lokasi, metode penulisan, sistematika penulisan, dan profil perusahaan.
Bab ini berisi tentang system pembangkit listrik tenaga uap,siklus rakine dan teori yang
relevan.
Bab ini berisikan tentang definisi high pressure heater, turbin serta kinerja turbin juga
parameter yang diamati dan persamaan yang digunakan.
BAB IV ANALISA
Bab ini berisikan tentang pengolahan data, perhitungan, analisa data dan pembahasan
permasalahan pengaruh out service HPH 3 terhadap heat rate.
BAB V PENUTUP
4
Indonesia Power merupakan perusahaan pembangkitan listrik dengan penghasil daya
terbesar di Indonesia. Cikal bakal perusahaan ini adalah PT Pembangkitan Tenaga
Listrik Jawa-Bali I (PLN PJB I), yang didirikan pada tanggal 3 Oktober 1995 sebagai
anak perusahaan PLN yang waktu itu baru saja berubah statusnya dari Perum menjadi
Persero. Pada tanggal 3 Oktober 2000, PJB I berubah nama menjadi PT Indonesia
Power.
Indonesia Power mengelola 8 Unit Bisnis Pembangkitan: Priok, Suralaya,
Saguling, Kamojang, Mrica, Semarang, Perak-Grati dan Bali. Bisnis utama IP adalah
pengoperasian pembangkit listrik di Jawa dan Bali yang tersebar di 8 lokasi. Unit
usaha pembangkitan IP diberi nama Unit Bisnis Pembangkitan (UBP). Ke-delapan
UBP itu berikut DMN (Daya Mampu Netto) per 8 November 2007 adalah :
5
Selain UBP, IP juga mempunyai bisnis jasa pemeliharaan pembangkit listrik
yang diberi nama Unit Bisnis Pemeliharaan (UBHar) yang berkantor di jalan KS
Tubun, Jakarta. IP juga mempunyai anak perusahaan yang bergerak di bidang trading
batubara yaitu PT Artha Daya Coalindo. Sedangkan PT Cogindo Daya Bersama
adalah anak perusahaan IP yang bergerak di bidang co-generation dan energy
outsourcing.
1. Bentuk.
a. Kerena nama yang kuat, indonesia ditampilkan dengan menggunakan jenis
huruf yang tegas dan kuat, FUTURA BOOK/REGULER dan FUTURA
BOLD.
b. Aplikasi kilatan petir pada huruf O melambangkan TENAGA
LISTRIK yang merupakan lingkup usaha utama perusahaan.
c. Titik/bulatan merah (Red Dot) diujung kilatan petir merupakan simbol
perusahaan yang telah digunakan sejak masih bernama PLN PJB . titik ini
merupakan simbol yang digunakan sebagian besar materi komunikasi
perusahaan dengan sombol kecil ini, diharapkan identitas perusahaan dapat
langsung terwakili.
2. Warna.
a. Merah.
Di aplikasikan pada kata Indonesia, menunjukan indentitas yang
kuat dan kokoh sebagai pemilik seluruh sumberdaya untuk
6
memproduksi tenaga listrik guna dimanfaatkan di indonesia, dan juga
di luar negeri.
b. Biru.
Diaplikasikan pada power, dasar warna biru mengambarkan
sifat pintar dan bijaksana, dengan diaplikasikan pada kata power maka
warna ini menunjukan produk tenaga listrik yang dihasilkan
perusahaan memiliki ciri :
Perteknologian tinggi.
Efisien.
Aman.
Ramah lingkungan
7
Pemerintah telah melaksanakan beberapa program, antara lain Program Percepatan
Pembangunan Pembangkit Listrik 10.000 MW tahap 1 dan 2.
b. Misi :
Menyelenggarakan Bisnis Pembangkit Tenaga Listrik dan Jasa Terkait
yang Bersahabat dengan Lingkungan.
8
1.8.2.2 Struktur Organisasi
9
BAB II
LANDASAN TEORI
10
2.2 Siklus Rankine
Siklus Rankine adalah siklus ideal untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Siklus
rankine ideal tidak memperhitungkan internal irreversibilities dan perpindahan panas dengan
lingkungan. Proses siklusnya adalah sebagai berikut:
1-2 Kompresi isentropic di pompa
2-3 Penambahan panas tekanan konstan di boiler
3-4 Ekspansi isentropic di turbin
4-1 Pembuangan panas tekanan konstan di kondensor
Seperti yang diperlihatkan gambar 2.1, Air akan masuk ke pompa pada nomor 1
dengan kondisi cair saturasi dan dikompresi secara isentropic untuk mencapai tekanan operasi
pada boiler. Temperatur air akan meningkat selama proses kompresi isentropic yang berkaitan
dengan berkurangnya volume spesifik dari air.
Air masuk ke boiler dengan kondisi cair terkompresi pada nomor 2 dan menjadi uap
superheat pada nomor 3. Pada dasarnya, boiler adalah alat pemindah panas yang besar, yang
mana panas yang didapatkan berasal dari pembakaran batu bara, reaktor nuklir, dan sumber
lain yang panasnya akan dipindahkan ke air pada tekanan yang konstan. Boiler, bersamaan
dengan superheater sering disebut The Steam Generator.
Uap superheat pada nomor 3 masuk ke turbin, yang mana diekspansi secara isentropic
dan menghasilkan kerja berupa putaran pada poros yang terhubung dengan generator listrik.
Tekanan dan temperatur dari uap akan menurun pada proses ini sampai pada nomor 4, yang
mana uap akan masuk ke kondensor. Pada keadaan ini, uap dalam kondisi campuran uap dan
11
cair saturasi dengan kualitas tinggi. Uap akan terkondensasi pada tekanan konstan di
kondensor, yang pada dasarnya adalah alat penukar panas yang besar dengan membuang panas
ke media pendingin seperti air dari laut, sungai atau ke udara atmosfer. Uap akan
meninggalkan kondensor dalam keadaan cair saturasi dan kembali lagi masuk ke pompa
sehingga menjadi sebuah siklus tertutup.
12
cold superheater, primary superheater, platen superheater dan final superheater agar
menjadi uap kering tanpa ada kandungan air.
Uap (steam) kering digunakan untuk menggerakan turbin bertekanan tinggi secara
mekanik. Uap yang keluar dari turbin bertekanan tinggi kemudian dipanaskan kembali
sebelum akhirnya digunakan untuk menggerakan turbin bertekanan menengah, selanjutnya
uap dari turbin bertekanan menengah digunakan untuk menggerakan turbin bertekanan
rendah dan setelah itu mengalami kondensasi di kondenser.
Turbin-turbin yang digerakan oleh uap dibuat satu poros dengan generator listrik
sehingga generator menghasilkan listrik yang kemudian tegangan keluaran generatornya
dinaikan sampai 150 KV untuk ditransmisikan kepada konsumen.
Pemanas yang ada dalam sistem PLTU memanfaatkan uap yang diambil dari
keratan sudu turbin, seperti pemanas bertekanan rendah yang memanfaatkan uap dari
turbin bertekanan rendah, pemanas bertekanan menengah yang memanfaatkan uap dari
turbin bertekanan menengah begitu juga dengan pemanas bertekanan tinggi memanfaatkan
uap dari turbin bertekanan tinggi. Sedangkan superheater dan re-heater memanfaatkan
panas hasil pembakaran boiler, dan ekonomiser memanfaatkan panas yang dimiliki gas
panas sisa pembakaran yang menuju cerobong (stack/ chimney). Gambar 2.5 menunjukan
diagram alir proses yang terjadi di PLTU 2 Banten-Labuan.
13
2.4 Sistem Pada PLTU
Sistem utama yang terdapat dalam pembangkit listrik tenaga uap dapat
dikelompokan menjadi beberapa sistem berbeda namun bekerja dalam satu siklus tertutup.
Sistem tersebut terdiri dari sistem aliran fluida, sistem aliran uap, sistem aliran udara,
sistem gas buang, dan sistem coal handling.
Uap yang diproduksi boiler berupa uap basah (saturated steam) ditampung
di main drum (steam drum), kemudian uap di panaskan lagi di pipa superheater
untuk menjadi uap kering (superheat steam). Uap kering / superheater (main
steam), kemudian di pakai untuk memutar turbin bertekanan tinggi (HP turbine),
dengan tekanan 16,8 Mpa, dan temperatur 540 oC.
Uap yang telah di gunakan memutar turbin bertekanan tinggi (HP turbine),
tekanan dan temperaturnya turun (3,0 Mpa & temp 350 oC), selanjutnya di alirkan
kembali ke boiler untuk di panaskan ulang (re-heater). Uap hasil dari pemanasan
ulang tersebut tekanannya tetap tetapi temperaturnya naik menjadi 540 oC dan
disebut IP steam/ reheate steam, yang di gunakan untuk memutar turbin bertekanan
menengah (IP turbine).
Uap setelah di gunakan memutar turbin bertekanan menengah (IP Turbine)
langsung digunakan ke turbin bertekanan rendah (LP turbine) dan disebut LP
steam, setelah itu uap yang keluar dari LP turbine di kondensasikan di dalam
kondensor. Temperatur uap yang masuk kondensor di pertahankan 45 oC -50 oC,
dengan tekanan uap sekitar-0,5 MPa. Sistem aliran uap ditunjukan pada gambar 2.4.
14
Gambar 2.4 Sistem Aliran Uap.
Sumber: PT. Indonesia Power UJP Banten 2 Labuan
rrRuang Lingkup:
1. Condense
Kondensor merupakan peralatan untuk mengkondensasikan uap (steam)
yang keluar dari turbin bertekanan rendah (LP turbine) melalui mekanisme
heat exchanger shell&tube dengan pendingin air laut yang dipompakan oleh
15
pompa air sirkulasi (circulation water pump/ CWP). Hot well merupakan bak
penampungan air hasil kondensasi dari kondensor.
2. Condensate Extraction Pump (CEP)
Pompa kondensor/ condensate extraction pump (CEP) (2x100%)
berfungsi untuk memompakan air kondensat dari hotwell ke deaerator
melalui condensate polishing, gland steam condenser, LP heater 8,7,6,
dan 5.
3. Condensate Polishing
Berfungsi untuk memperbaiki kualitas air kondensate melalui mixed
bed.
16
2.4.2.2 Sistem Air Pengisi
Sistem air pengisi merupakan siklus air PLTU yang berfungsi
sebagai pengisi air boiler yang dipompakan oleh pompa feed water (booster
pump, MBFP, BFPT A&B) dari deaerator storage tank ke boiler drum yang
terlebih dahulu melewati HP heater 3,2,1, dan economizer.
Ruang Lingkup:
17
Mengatur permukaan air sehingga tidak terjadi kekurangan saat
boiler beroperasi yang dapat menyebabkan over heating pada pipa
boiler.
Udara Primer
Udara primer adalah udara yang berasal dari Primary Air Fan. Udara primer
berfungsi untuk membawa serbuk batubara yang telah dihaluskan di pulverizer
menuju ke ruang bakar boiler. Selain itu udara primer juga digunakan untuk
mengeringkan serbuk batubara di dalam pulverizer. Untuk memenuhi fungsi ini
temperatur udara primer harus cukup tinggi, maka sebelum masuk ke pulverizer,
udara primer dilewatkan melalui primary air heater, pemanas yang memanfaatkan
panas gas buang sebagai media pemanas.
Udara Sekunder
18
Udara sekunder adalah udara yang berasal dari force draft fan yang
digunakan sebagai udara pembakaran di ruang bakar boiler. Udara sekunder
dialirkan ke steam coil untuk pemanasan awal kemudian dialirkan ke primary air
heater selanjutnya dialirkan ke wind box dan masuk ke ruang bakar.
Gas buang
Gas buang yang merupakan gas sisa pembakaran dari boiler dihisap oleh
induced draft fan (IDF) yaitu kipas hisap paksa melalui economizer, air preheater
dan elektrostatic precipitator (ESP). Panas yang terkandung dari gas buang tersebut
dimanfaatkan untuk memanaskan air pengisi boiler di economizer dan memanaskan
udara sekunder serta udara primer yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi
boiler. Gas buang tersebut sebelum keluar ke cerobong temperaturnya dijaga 150
19
Gambar 2.8 Cerobong (Chimney/Stack).
Sumber: PT. Indonesia Power UJP Banten 2 Labuan
20
Gambar 2.9 Sistem Coal Handling.
Sumber : PT. Indonesia Power UJP Banten 2 Labuan
21
feedwater sebelum masuk economizer dengan memanfaatkan ekstraksi uap panas dari
turbin bertekanan tinggi . Selain itu heat exchanger juga merupakan komponen utama
dalam sistem mesin pendingin, yaitu berupa evaporator dan condenser.
Pada pembangkit listrik pemakaiannya sangat luas,misalnya pada pemanas air
umpan, kondensor utama, dan sistem pendinginan tertutup. Alat penukar kalor
diklasifikasikan berdasarkan berbagai hal, seperti proses perpindahan kalor yang
terjadi, konstruksi, dan konfigurasi aliran fluida. Secara garis besar alat penukar kalor
dibedakan berdasarkan pengaturan aliran fluida dan jenis konstruksinya. Terdapat tiga
jenis pengaturan aliran pada alat penukar kalor, yaitu parallel-flow, counterflow, dan
cross flow. Pada parallelflow fluida panas dan dingin masuk pada ujung yang sama,
mengalir pada arahyang sama, dan keluar melalui ujung yang sama pula (gambar 2.13
bagian a). Pada counterflow fluida panas dan dingin masuk pada sisi yang berbeda,
mengalir dengan arah yang berlawanan, dan keluar melalui sisi yang berbeda (gambar
2.13 bagian b). Pada aliran cross flow fluida panas dan dingin mengalir pada arah
yangsaling tegak lurus.
22
Salah satu tipe konstruksi alat penukar kalor yang banyak digunakan adalah tipe
shell and tube (gambar 2.15). Tipe shell and tube sendiri memiliki berbagai
konfigurasi berdasarkan jumlah perlintasan (passes) shell maupun tubes. Konfigurasi
paling sederhana ditunjukkan gambar 2.15 dengan single pass shell dan single pass
tube. Baffle berguna untuk menahan pipa-pipa dan mengurangi getaran.
23
Uap ekstraksi turbin sebagai fluida panas mengalir di pada bagian shell,
sedangkan air umpan mengalir pada bagian tube. Aliran uap ekstraksi diarahkan oleh
pelat baffle. Di dalam shell terdapat tube bundle yang berisi kumpulan
pipapipapenukar kalor. Di dalam pipa-pipa mengalir air umpan. Water
channelberfungsi menampung air umpan sebelum dan sesudah melawati pipa-
pipapenukar kalor. Water channel berupa ruangan setengah lingkaran dan bagian
dalamnya dibagi dua oleh pelat untuk memisahkan air umpan yang sudahdipanaskan
dan yang belum.
Kalor akan berpindah dari dari uap ekstraksi menuju air umpan melalui dinding
pipa-pipa, sehingga air umpan akan mengalami peningkatan temperatur,sedang uap
ekstraksi akan mengalami penurunan temperatur dan perubahan fase menjadi cair.
24
Kecepatan uap saat meninggalkan baris sudu gerak yang terakhir harus dapat
dibuat sekecil mungkin, agar energi kinetis yang yang digunakan untuk mendorong
sudu turbin dapat dimanfaatkan secara optimal. Dengan demikian efisiensi turbin
menjadi lebih tinggi dikarenakan energi yang tidak termanfaatkan relatif kecil.
25
BAB III
HIGH PRESSURE HEATER DAN TURBIN UAP
26
Gambar 3.1 Bagian Dalam High Pressure Heater (HP Heater).
sumber : http// :prezi.com
Pada PT Indonesia Power UJP Banten 2 Labuan dipakai jenis three zone heater.
Terdapat tiga zona perpindahan kalor yang dibagi berdasarkan fase uap ekstraksi, yaitu
desuperheating zone, condensing zone, dan subcooling zone. Antara zona satu dengan
lainya dipisahkan oleh pelat baffle. Uap ekstraksi berfase superheat masuk ke dalam shell
melalui extraction steam inlet, menuju area desuperheating zone di mana kalor sensibelnya
akan diserap sehingga temperaturnya turun sampai mendekati jenuh. Uap ekstraksi jenuh
diarahkan oleh pelat-pelat baffle menuju area condensing zone di mana kalor latennya
diserap sehingga terkondensasi menjadi cair (disebut drain) dan ditampung di dasar shell.
Karena pebedaan tekanan, drain akan terhisap masuk memenuhi ruang subcooling zone di
mana sebagian kalor sensibelnya diserap sehingga temperaturnya turun. Pada zona
subcooling dan condensing akan timbul non condensable gas yang dikeluarkan secara
terus menerus melalui venting.
27
3.1.2 High Pressure Heater Out Service
Salah satu cara meningkatkan efisiensi sebuah pembangkit listrik tenaga listrik
menambahkan feedwater heater yang berjenis High Pressure Heater (HPH). HPH
berfungsi meningkatkan temperatur air yang akan dipanaskan di dalam boiler, sehingga
pemasukkan bahan bakar lebih sedikit dibandingkan tanpa HPH. Namun dalam kondisi
aktual, HPH sering menghadapi masalah sehingga dilakukan perbaikan yang
mengharuskan HPH out service.
Seperti yang terjadi di unit 1 PLTU Banten 2 Labuan dimana pada unit ini High
Pressure Heater(HPH) 3 sempat tidak dapat dioperasikan karena terjadinya kerusakan.
Kerusakan yang sering terjadi pada pemanas uap tekanan tinggi ini adalah pecahnya pipa
pipa, kebocoran antara sambungan pipapipa dengan bodi dan kebocoran pada Flens
penutup tabung. Untuk memperbaiki pipapipa yang pecah sebenarnya sangat sulit karena
susunan dari pipa sangat rapat dan saling tindih. Hal ini hanya dapat kita atasi dengan jalan
menutup kedua ujungnya. Hal ini berarti pipa tersebut tidak berfungsi lagi. Jumlah pipa
yang diizinkan ditutup 10 % dari jumlah pipa dan setiap bagian. Karena itu sambungan
antara pipa dengan bodi hanya di roll, karena itu sering terjadi kebocoran pada sekeliling
pipa yang di roll. Untuk memperbaikinya kembali dilakukan dengan cara pengelasan.
Kebocoran pada flens terjadi akibat packing yang telah rusak, pengikat baut yang tidak
merata, dan pemakaian packing yang tidak baik dan juga sistim pengoperasiannya.
Sedangkan pada HPH 3 di unit 1 PLTU Banten 2 Labuan ini jumlah pipa yang
rusak atau bocor sudah lebih dari 20 % sehingga apabila dilakukan penutupan atau plug
pun sudah tidak memungkinkan untuk dioperasikan kembali karena kinerjanya tidak akan
maksimal dan sulit untuk diperbaiki sehingga HPH 3 ini harus diganti , dengan adanya
pergantian maka selama HPH 3 tidak dapat operasi memaksa unit 1 harus beroperasi tanpa
menggunakan HPH karena HPH 1 dan HPH 2 pun sebelumnya sudah tidak dapat
digunakan. Dengan tidak menggunakan nya HPH maka akan mempengaruhi dari kinerja
turbin pembangkit ini sendiri karena temperature air feedwater menuju economizer yang
akan dipanaskan di dalam boiler mengalami penurunan yang cukup signifikan sehingga
konsumsi bahan bakar yang digunakan bertambah.
28
3.2 Turbin Uap
Turbin uap adalah komponen konversi energy utama dalam sebuah PLTU. Turbin
uap berfungsi untuk mengubah energi panas dari uap menjadi energi mekanik (putaran)
sebagai penggerak generator untuk menghasilkan energi listrik. Biasanya turbin uap
langsung terkopel dengan generator sehingga sering disebut steam turbine generator.
29
Sudu tetap merupakan sudu-sudu yang dipasang pada bagian dalam
casing.
e. Bantalan
Bantalan (Bearing) berfungsi sebagai penyangga rotor sehingga
rotor dapat berputar dengan stabil.
f. Casing
Casing merupakan sebuah tabung dimana rotor ditempatkan dan
juga
berfungsi sebagai pembatas yang memunkinkan uap akan mengalir
melewati sudu turbin. Casing biasanya terdiri dari bagian yang terpisah
secara horizontal yaitu casing atas dan bawah yang ditangkupkan untuk
selanjutnya diikat dengan baut pengikat. Kontruksi ini akan mempermudah
pemasangan awal serta pembongkaran untuk kepentingan maintenance.
30
Berfungsi untuk mencegah kebocoran uap dari celah antara poros dengan casing
sehingga uap yang masuk dapat dimanfaatkan dengan baik. Tujuan ini berlaku pada
HP Turbin dan IP Turbin. Sedangkan pada LP Turbin, Shaft Seal berfungsi agar
udara luar tidak masuk kedalam turbin.
Regulator
Berfungsi untuk mempertahankan tekanan turbin agar tetap konstan pada putaran
nominalnya pada saat beban berubah.
Control Valve
Berfungsi mengatur main steam yang akan masuk ke turbin. Sistem kontrolnya
dibuat otomatis, apabila uap yang dibutuhkan sedikit maka valve ini akan menutup
dan sebaliknya akan membuka bila membutuhkan uap yang banyak.
Main Stop Valve/ESV Emergency
Berfungsi untuk menghentikan steam mass flow yang masuk ke dalam turbin
bersama dengan control valve. Stop Valve dirancang akan menutup dengan cepat
apabila terjadi bahaya.
Turning Device
Berfungsi untuk memutar poros dengan putaran rendah pada saat sebelum start up
maupun setelah shutdown dengan tujuan untuk menghindari ununiform
temperature dan agar tidak terjadi defleksi pada poros.
Emergency Oil Pump
Berfungsi untuk memompa minyak pelumas pada bearing pada saat terjadi
shutdown, menggantikan tugas pompa utama
Main Oil Pump
Berfungsi untuk memompa minyak yang dipakai untuk menyuplai bearing sistem.
Pompa beroperasi pada saat putaran telah mencapai 500rpm. Tenaga penggerak
dari putaran turbin sedangkan supply oil diambilkan dari Main Oil Tank.
Lifting Oil Pump
Berfungsi untuk memopa minyak pelumas dari bawah menuju kerumah bantalan
yang digunakan untuk melindungi rumah bantalan dan juga untuk mencegah
adanya persentuhan langsung antara shaft turbin dengan bantalannya pada saat
putaran turbin rendah.
Governor (Control Valve)
31
Putaran turbin pada power plant harus selalu dijaga agar tetap konstan pada segala
kondisi beban. Pengaturan putaran turbin dilakukan oleh alat yang disebut
Governor.
Tipe N300-16.7/538/538-8
Kapasitas MW 300
32
3.4.1 Heat Rate
Heat Rate adalah ukuran dari kinerja atau performance thermal boiler-turbine-
generator yang dioperasikan secara gabungan sebagai suatu unit. Sedangkan Turbine Heat
rate didefinisikan sebagai jumlah kalor yang dibutuhkan untuk menghasilkan energy listrik
sebesar 1 kWh, maka heat rate merupakan parameter untuk mengukur efisiensi dan kinerja
dari PLTU. Parameter ini didefinisikan sebagai energi masuk yaitu uap panas (kj) dibagi
dengan energi keluar yaitu satuan listik (kW). Dalam persamaan matematis dapat
disebutkan:
()
(/) =
()
iii-1
iii-2
Dari persamaan diatas dapat dilihat bahwa heat rate adalah invers dari efesiensi.
Dengan persamaan tersebut, semakin keci nilai heat rate maka semakin bagus efesiensi
dari pembangkit.
Dalam pengukuran perfoma atau kinerja dari turbin uap, lebih tepat disebut heat
rate dari pada efesiensinya. Dengan nilai 1 kWh = 3600 kJ, maka turbin uap dengan
efesiensi 100% akan memiliki heat rate dengan nilai 3600 kJ/kWh. Namun pada nilai yang
sebenarnya hanya 85% efisiensi yang terealisasi dari desainnya, nilai tersebut belum
dipengaruhi oleh losses yang ada.
Dengan energi panas dari uap sebagai energi yang masuk turbin dan energi listrik
sebagai energi yang keluar, maka heat rate dapat dihitung dengan persamaan:
(1 ) + / (3 2 ) + ( ) + (3 )
( ) 3600
iii-3
Dimana :
33
= Nilai entalpi dari final feedwater, kJ/kg
34
REHEATED STEAM TEMP oC 534.1256 535.0649
SUPERHEATED STEAM PRESS Mpa 15.3376 15.2336
SUPERHATED STEAM TEMP oC 537.2202 537.0093
MAIN STEAM FLOW T/H 802.167 828.094
OUTPUT DAYA MWh 294.939 301.567
35
BAB IV
PENGARUH OUT SERVICE HIGH PRESSURE HEATER 3 TERHADAP KINERJA
TURBIN UNIT 1
Pada Bab ini akan dilakukan analisa perhitungan heat rate turbin unit 1 di PLTU
Banten 2 Labuan saat kondisi High Pressure Heater 1,2 dan 3 Out service dan saat hanya
HPH 3 saja yang In Service,sehingga dapat diketahui pengaruh dan efek yang ditimbulkan
terhadap kinerja turbin saat High Pressure Heater 3 harus Out Service karena adanya
perbaikan.
Dengan menggunakan persamaan (iii-3) maka harus diketahui parameter apa saja
yang digunakan. Untuk memperoleh parameter tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
4.1.1 Menentukan
adalah laju massa uap yang masuk ke HP turbin. Karena uap yang masuk
HP turbin melewati superheater terlebih dahulu maka ada tambahan massa uap
karena adanya superheater, maka:
= +
36
4.1.2 Menentukan /
/ adalah laju massa uap yang keluar dari HP turbin. Karena HPH 1 dan
HPH 2 sedang out service maka tidak ada ekstraksi uap dari HP turbin ke HPH 1 dan
2. Sehingga laju massa uap yang keluar hanya di pengaruhi dari sealing factor dari
desain turbin tersebut.
Gambar 4.1 Desain Turbin pada Kondisi HPH 1 dan 2 Out Service
Sumber : PT Indonesia Power UJP Banten 2 Labuan
Dari gambar desain tersebut diperoleh nilai sealing factor sebesar 0.976 maka
untuk laju massa uap yang keluar dari HP turbin adalah:
/ =
37
4.1.3 Menentukan dan
dan adalah laju massa pada spray di superheater dan reheater.
Untuk menentukan nilainya denga cara menjumlahkan dari data yang ada, maka
didapatkan :
Superheater
Reheater
38
16.831 180.924 775.43
HPH 3 In Service
Setelah didapat parameter yang dibutuhkan sesuai dengan persamaan (iii-3), dapat
nilai heat rate pada dua kondisi, sebagai berikut:
(1 ) + / (3 2 ) + ( ) + (3 )
=( ) 3600
= . /
= . /
39
4.3 Analisa dan Pembahasan
9020,55
9050,00
9000,00
8950,00
KJ/KWh
8893,07
8900,00
8850,00
8800,00
1
Kondisi HPH 3 Out Service 9020,55
Kondisi HPH 3 In Service 8893,07
Sebagaimana kita ketahui Heat rate merupakan salah satu pengujian untuk
menganalisis seberapa besar kemampuan dan kinerja turbin mengkonversi energi panas
dari uap untuk menghasilkan listrik sebesar 1kWh. Tujuan uji heat rate adalah untuk
mengidentifikasi besarnya penurunan kinerja thermal pembangkit. Heat rate adalah
perbandingan jumlah bahan bakar yang dibutuhkan pembangkit dibanding jumlah daya
yang dihasilkan pembangkit, dimana pembangkit dikatakan baik ketika heat rate
mempunyai nilai rendah.
40
Maka dari grafik tersebut dapat kita ketahui bahwa kinerja atau heat rate turbin
akan lebih baik ketika pada kondisi High pressure heater 3 in service ,hal itu terlihat dari
nilai heat rate nya yang lebih rendah dibandingkan pada saat High pressure heater 3 out
service dimana terdapat perbedaan selisih sebesar 127.49 kJ/kWh, dengan nilai heat rate
tersebut maka memperlihatkan nilai selisih ini adalah kerugian ketika HPH 3 out service
Karena dengan kondisi ini panas yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 kWh lebih besar
dibandingkan dengan saat kondisi HPH 3 in service. Di grafik nilai heat rate pada kondisi
HPH 3 Out service adalah 9025,16 kJ/kWh, data tersebut mengalami kenaikan dibanding
pada saat HPH 3 in service dimana nilai heat rate nya adalah 8897.67 kJ/kWh. Kenaikan
nilai turbine heat rate ini menunjukan kinerja dari turbin uap mengalami penurunan pada
saat kondisi HPH 3 Out Service .Dengan adanya selisih nilai heat rate antara kondisi HPH
3 out service dan HPH 3 in service ini mengindikasikan energi panas yang dibutuhkan juga
akan berbeda dimana pada saat HPH 3 Out service nilai heat rate nya lebih besar sehingga
pada kondisi ini bahan bakar batu bara yang dibutuhkan akan semakin banyak untuk
menghasilkan energy panas yang lebih besar,hal ini merupakan pemborosan untuk suatu
system pembangkit karena akan menurunkan efisiensi pembangkitannya.
Untuk mengetahui dan membuktikan adanya pemborosan batubara yang digunakan
saat HPH 3 out service maka dapat dihitung penggunaan batubara nya dengan Nilai kalor
batu bara yang dipakai oleh PLTU Banten 2 Labuan adalah 4453 kcal/kg, maka
perhitungannya sebagai berikut :
Kondisi HPH 3 out service
= 9020.55 = 2154.52
= 4453
Maka, kWh yang dihasilkan dari 1 kg batu bara :
4453 /
= = 2.067 /
2154.52 /
Pada beban 100% (300 MWh), maka batu bara yang dikonsumsi:
300 103
= = 145137 = .
2.067 /
41
= 4453
Maka, kWh yang dihasilkan dari 1 kg batu bara :
4453 /
= = 2.096 /
2124.07 /
Pada saat beban 100% (300 MWh), maka batu bara yang dikonsumsi:
300 103
= = 143129 = .
2.096 /
Dari hasil perhitungan diatas dapat dilihat bahwa pada saat kondisi HPH 3 out
service daya yang dihasilkan dari 1 kg batu bara adalah 2,067 kWh sedangkan pada kondisi
HPH in service adalah 2.096 kWh. Dengan hasil itu maka pada kondisi HPH 3 in service
lebih besar daya yang dihasilkan dibandingkan dengan kondisi out service.
Berdasarkan data dengan asumsi beban yang sama pada kedua kondisi tersebut,
misalnya pada beban penuh yaitu 300 MWh, terdapat selisih perbedaan penggunaan
batubara yaitu sebesar 2,01 ton/jam. Dimana pada kondisi HPH 3 out service bahan bakar
batubara yang digunakan lebih banyak karena nilai heat rate nya pun lebih besar yang
berarti energi panas yang dibutuhkan untuk membangkitkan listrik lebih besar. Dengan
kata lain out service High pressure heater 3 pada turbin uap unit 1 PLTU Banten 2 Labuan
sangat berpengaruh terhadap nilai heat rate turbin uap yang cukup vital di sistem PLTU.
Pada keadaan HPH 3 in service berdasarkan data yang ada menunjukan temperature
Feedwater nya adalah 211.67 oC sedangkan pada keadaan HPH 3 out service nilai
o
temperature feedwater nya adalah 182,63 C . Hal ini menunjukan dengan adanya high
pressure heater juga akan mempengaruhi pada kinerja dari turbin karena high pressure
heater menggunakan ekstraksi uap dari turbin dimana berfungsi untuk pemanas awal air
umpan (feedwater)ini , terlihat sesuai data pada saat kondisi HPH 3 out service temperature
feedwater lebih rendah dibanding saat HPH 3 in service , hal ini akan menyebabkan
mempengaruhi beban kerja pada boiler yang juga mempengaruhi nilai heat rate dari turbin
karena kinerja turbin uap dipengaruhi oleh massa dan enthalpi dari steam yang digunakan
sebagai fluida kerja untuk memutar turbine hal itu dilihat dari sisi energinya , dengan
semakin tingginya temperature feedwater maka semakin besar energi input yang masuk ke
dalam turbine maka kinerja turbine akan semakin baik hal ini ditunjukan pada kondisi HPH
3 in service temperature awal feedwater lebih tinggi dibandingkan dengan HPH 3 out
service, hal ini mengakibatkan enthalpi dari feedwater juga lebih besar sehingga energi
input yang masuk ke turbin lebih besar dan kinerja turbin lebih baik dengan nilai heat rate
yang lebih rendah pada kondisi HPH 3 in service .
42
Dari data yang diperoleh juga memperlihatkan bahwa daya yang dihasilkan pada
saat kondisi HPH 3 Out Service adalah 294.939 MWh sedangkan pada saat kondisi HPH 3
in service daya nya adalah 301.567 MWh ,dari data tersebut terlihat terjadi penurunan daya
yang dihasilkan pada saat kondisi HPH 3 out service mengalami penurunan sekitar 6,63
MWh dari keadaan HPH 3 in service, penurunan daya ini juga berpengaruh terhadap nilai
heat rate yang dihasilkan turbine karena sebagaimana kita ketahui heat rate adalah energi
masuk yaitu uap panas (kj) dibagi dengan energi keluar yaitu satuan listik (kW), oleh
karena itu semakin besar daya output atau energi yang keluar maka nilai heat rate turbine
akan semakin kecil ,hal ini menunjukan kinerja dari turbin uap mengalami kenaikan atau
dengan kata lain kinerja heat rate turbin akan lebih baik pada keadaan HPH 3 in service.
43
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah mendapatkan pengalaman, ilmu baru yang bermanfaat dan
mengaplikasikan ilmu yang dimiliki selama kegiatan kerja praktik di PT. Indonesia
Power UJP PLTU Banten 2 Labuan dengan tujuan mengetahui proses
pembangkitan PLTU dan khususnya untuk mengetahui besarnya pengaruh out
service high pressure heater 3 terhadap kinerja turbin di unit 1.
Dari hasil perhitungan dan analisis dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
Nilai turbine heat rate unit 1 PLTU Banten 2 Labuan pada keadaan
HPH 3 out service adalah 9020.55 kJ/kWh
Nilai turbine heat rate unit 1 PLTU Banten 2 Labuan pada keadaan
HPH 3 in service adalah 8893.07 kJ/kWh
Pada saat HPH 3 Out service nilai heat rate nya lebih besar sehingga
pada kondisi ini bahan bakar batu bara yang dibutuhkan akan semakin
banyak untuk menghasilkan energy panas yang lebih besar.
44
Kinerja turbin heat rate akan lebih baik jika kondisi high pressure
heater 3 in service .
Pengaruh dari out service high pressure 3 terhadap kinerja turbin adalah
adanya kenaikan nilai heat rate yang mengindikasikan kinerja dari
turbin uap mengalami penurunan atau dengan kata lain semakin buruk.
5.2 Saran
Setelah semua yang penulis alami ketika melaksanakan kerja praktik, penulis
sisipkan beberapa saran untuk dijadikan perhatian:
1. Menjaga sistem pemeliharaan mesin di PT. Indonesia Power UJP PLTU Banten 2
Labuan agar performa dan kinerja setiap unit pembangkit terjaga.
2. Melakukan pengecekan dan pemeliharaan alat ukur karena instrumentasi
merupakan komponen penting dalam pengoperasian sistem.
3. Memaksimalkan kelengkapan data operasional sistem.
4. Sebaiknya Pembangkit pada unit 1 di PLTU Banten 2 Labuan dioperasikan dengan
kondisi high pressure heater 3 in service ,sehingga kinerja turbin akan lebih baik
karena nilai heat rate nya akan rendah.
5. High Pressure Heater merupakan peralatan yang sangat menunjang sistem di
PLTU, maka disarankan untuk melakukan perawatan pada HPH secara rutin dan
mengganti elemen HPH secara berkala agar kinerja dari HPH dapat terus terjaga.
6. Melakukan optimalisasi untuk kerja dari High Pressure Heater 3 agar
menghasilkan temperature feedwater yang maksimal sehingga menunjang untuk
memperbaiki nilai heat rate atau kinerja turbin.
45
DAFTAR PUSTAKA
46
LAMPIRAN
47