Anda di halaman 1dari 18

SPESIFIKASI TEKNIS

PERBAIKAN TANAH DASAR PASIRAN LEPAS


DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PEMADATAN DALAM DINAMIK

1.1 Umum
Spesifikasi ini mencakup pekerjaan pengadaan material, tenaga kerja, dan peralatan kerja
untuk pelaksanaan penanganan tanah pasir lepas dengan menggunakan teknik pemadatan
dalam dinamik. Penyedia jasa bertanggung jawab terhadap pengadaan bahan material dan
alat (termasuk alat instrumentasi dan quality control-nya), dan mengatasi masalah-masalah
yang mungkin muncul selama masa pelaksanaan pekerjaan perbaikan tanah tersebut, serta
bertanggung jawab terhadap kualitas hasilnya.

Teknik pemadatan dalam dinamik ini dimaksudkan untuk memperbaiki kepadatan tanah
dasar pasiran yang awalnya mempunyai konsistensi lepas menjadi padat, sehingga daya
dukung tanah meningkat, potensi likuifaksi berkurang, penurunan seketika dan perbedaan
penurunan yang terjadi memenuhi syarat.

Ruang lingkup pekerjaan ini antara lain adalah:


1. Pekerjaan persiapan, dengan melakukan pembersihan lahan dan meratakannya
2. Memasang platform sesuai dengan yang disyaratkan
3. Melakukan pekerjaan pengujian tanah sebelum dan setelah pelaksanaan perbaikan
tanah
4. Pekerjaan pemasangan instrumentasi sesuai dengan yang disyaratkan
5. Pekerjaan pelaksanaan kalibrasi lapangan untuk teknik pemadatan dinamik
6. Pekerjaan pelaksanaan teknik pemadatan dinamik dan meratakan sesuai dengan garis,
kelandaian, dan elevasi penampang melintang yang disyaratkan atau disetujui

Spesifikasi mengacu pada Spesifikasi Umum Jalan Tol 2015. Spesifikasi material urugan
biasa mengacu kepada Seksi 4.05 Spesifikasi Umum.

Pada konstruksi jalan bebas hambatan dimana tanah dasar diperbaiki menggunakan teknik
pemadatan dinamik, kriteria perencanaan berikut ini harus dipenuhi:

1) penurunan maksimum pasca konstruksi adalah 10 cm, dengan kecepatan penurunan


yang diijinkan maksimum adalah 2cm/tahun.
Penurunan tesebut diukur dari elevasi top subgrade final.

Page 1 of 7
2) Faktor keamanan kestabilan lereng timbunan minimum sebesar 1.5.
Perhitungan dilakukan pada kondisi jangka pendek dalam masa pelaksanaan sesuai
dengan Panduan Geoteknik 4, Pedoman Kimpraswil No: Pt T-10-2002-B, 2002.
Perhitungan dilakukan oleh Pelaksana atau sesuai petunjuk Pemilik Pekerjaan.
Perhitungan dianjurkan setiap 500 m ruas jalan atau sesuai petunjuk Pemilik Pekerjaan.
3) Jika pada saat pelaksanaan perbaikan tanah dengan metode pemadatan dinamik ada
indikasi bahwa masih terjadi penurunan konsolidasi, maka metode ini harus dilanjutkan
dengan metode Pra-beban, dengan total beban yang diaplikasikan selama improvement
ke tanah asli 1,2 kali beban yang bekerja ke tanah asli pada kondisi layan. Dan derajat
konsolidasi akibat beban selama masa improvement mencapai minimum 90% dari
estimasi total penurunan akibat beban final.
Observasi derajat konsolidasi berdasarkan data instrumentasi dan estimasi total
penurunan konsolidasi dari data penurunan tanah lapangan diperkirakan dengan
menggunakan metode Asaoka.
4) Daya dukung ijin pada level subgrade minimum 110 kPa dengan faktor keamanan 2.
Pengujian menggunakan Plate Load Test dengan ukuran pelat 100 x 100 cm atau sesuai
dengan standar Bina Marga.
1.2 Persyaratan
1) Standar Rujukan
Standar Nasional Indonesia (SNI):
SNI 3423:2008 : Cara Uji Analisis Butir Tanah
(AASHTO T88-90)
SNI 1742:2008 : Cara Uji Kepadatan Ringan untuk Tanah
(AASHTO T99-90)
SNI 03-3423:1989 : Cara Uji Kepadatan Berat untuk Tanah
(AASHTO T180-90)
SNI 03-1744:1989 : Metode Pengujian CBR Laboratorium
(AASHTO T88-90)
AASHTO:
AASHTO T15-73 : Classification of Soils and Aggregate Mixtures for Highway
Construction Purpose

Page 2 of 7
ASTM:
ASTM D4632 : Grab Breaking Load and Elongation of Geotextiles
ASTM D4491 : Water Permeability of Geotextiles by Permittivity
ASTM D5199 : Measuring the Nominal Thickness of Geosynthetics
ASTM D4595 : Tensile Properties of Geotextiles by the Wide-Width Strip
Method
ASTM D4716 : Determining the (In-Plane) Flow Rate per Unit Width and
Hydraulic Transmissivity of a Geosynthetic Using a Constant
Head
ASTM D4751 : Determining Apparent Opening Size of a Geotextile
ASTM D4533 : Trapezoid Tearing Strength of Geotextiles
ASTM D4833 : Index Puncture Resistance of Geotextiles, Geomembranes, and
Related Products
ASTM D5596 : Microscopic Evaluation of the Dispersion of Carbon Black in
Polyolefin Geosynthetics
ISO :
ISO 9864 : Test Method for the Determination of Mass per Unit Area of
Geotextiles and Geotextile-Related Products
ISO 10319 : Wide Width Tensile Test
ISO 12236 : Static Puncture Test (CBR test)
FHWA :
FHWA SA-95-037 : Geotechnical Engineering Circular No 1 ; Dynamic Compaction
Standar Departemen Pekerjaan Umum :
Panduan Geoteknik 4 : Desain dan Konstruksi Timbunan Jalan pada Tanah Lunak.
Pedoman Kimpraswil No: Pt T-10-2002-B, 2002.
Manual Desain Perkerasan Jalan Nomor 02/M/BM/2013 Dirjen Bina Marga
Kementerian PU

Page 3 of 7
2) Pekerjaan Seksi Lain Pada Spesifikasi Umum yang Berkaitan dengan Spesifikasi
ini
a) Penyimpanan Material : Seksi 1.2
b) Keselamatan dan Kesehatan Kerja : Seksi 1.13
c) Pemeliharaan dan Perlindungan Material : Seksi 1.19
d) Mobilisasi dan Pekerjaan Persiapan : Seksi 1.20
e) Pengamanan Lingkungan Hidup : Seksi 1.39
f) Pembersihan Tempat Kerja : Seksi 2.01
g) Borrow Material : Seksi 4.05
h) Urugan Material Berbutir (Granular Backfill) : Seksi 4.09
i) Drainase Pasir Horisontal : Seksi 4.11
j) Geotextiles : Seksi 4.12
3) Persyaratan Sistem
a) Area yang diperbaiki dengan teknik pemadatan dalam harus lebih luas paling
tidak sebesar tinggi timbunan yang akan dibangun di atas tanah yang
diperbaiki.
b) Jarak antara area perbaikan dengan struktur bangunan yang ada di lapangan
adalah tidak boleh kurang dari 30m, dan harus diperiksa keamanan dampak
getaran yang ditimbukan sebelum pelaksanaan pekerjaan perbaikan tanah
berdsasarkan nilai Peak Particle Velocity (PPV)-nya. Tindakan antisipasi
seperti membuat parit pemisah, harus dilakukan jika ada potensi pekerjaan ini
memberikan dampak terhadap stuktur bangunan eksisting.
c) Area yang diperbaiki dengan menggunakan teknik pemadatan dalam harus
dibagi menjadi beberapa partisi dengan ukuran pastisi maksimum 40.000m 2
atau sesuai perencanaan yang telah disetuji oleh Pemilik Pekerjaan.
d) Setiap partisi harus dilakukan uji kalibrasi lapangan terlebih dahulu sebelum
pelaksanaan pekerjaan pemadatan dalam.
e) Partisi yang akan di perbaiki tersebut dapat dilakukan secara berurutan antara
partisi yang satu dengan berikutnya ataupun tidak berurutan dengan
pengaturan yang sudah disetujui oleh Pemilik Pekerjaan.
f) Spesifikasi teknis pemadatan dalam (berat/tinggi jatuh/dimensi palu, grid dan
ukuran grid, jumlah pukulan, dst), harus mengacu pada dokumen perencanaan
yang sudah disetujui oleh Pemilik Pekerjaan.

Page 4 of 7
g) Apabila instrumen settlement plate (dengan metode Asaoka) menunjukkan
adanya penurunan konsolidasi, maka pekerjaan ini harus dilanjutkan dengan
pekerjaan Pra-pembebanan sesuai dengan syarat pelaksanaan pekerjaan
tersebut.
h) Muka air tanah harus berada minimum 2m di bawah permukaan tanah. Jika
terdapat area dengan elevasi muka air tanah kurang dari angka tersebut maka
tindakan dewatering harus dilakukan. Tindakan lain yang dapat diambil adalah
menaikkan elevasi permukaan tanah dengan membuat platform.
i) Jika terdapat tanah lunak (selain pasir) di sekitar permukaan tanah yang dapat
mereduksi nilai energi pemadatan, maka tanah lunak tersebut harus dikupas
terlebih dahulu.
j) Jika tanah terdapat tanah lunak di bawah kedalaman tanah yang diperbaiki,
maka teknik pemadatan dalam harus dikombinasikan dengan metode
perbaikan tanah yang lain seperti misalnya teknik pre-loading.
k) Untuk masalah stabilitas, maka kedalaman tanah yang diperbaiki harus
melebihi kedalaman bidang longsor yang mungkin terjadi.
l) Jika digunakan platform, maka material platform harus berupa tanah butir
kasar atau tanah pasiran dengan kadar butir halus maksimum 15%.
1.3 Pelaksanaan
1) Pengajuan Kesiapan Kerja
Pekerjaan persiapan merupakan pekerjaan tahap awal sebelum pekerjaan dimulai, hal ini
dilakukan agar seluruh pekerjaan yang akan dilaksanakan dapat terlaksana sesuai desain
dan mencegah terjadinya resiko kegagalan sistem akibat masih adanya tanah lunak saat
pekerjaan pemadatan dalam dilakukan.
a. Pemeriksaan bersama
Pada tahap awal sebelum dilaksanakannya pekerjaan, Penyedia Jasa bersama-sama
dengan Pihak Pengawas dan Pemilik Pekerjaan melakukan pemeriksaan dan
pengukuran lokasi pekerjaan dengan melakukan pengukuran dan pemeriksaan detail
kondisi lokasi pekerjaan.
b. Penggambaran (shop drawing)
Pembuatan gambar kerja (shop drawing) oleh Penyedia Jasa dibuat sesuai gambar
desain dan menyesuaikan kondisi awal lapangan. Gambar kerja tersebut harus
mendapat persetujuan dari Pihak Pengawas dan Pemilik Pekerjaan.

Page 5 of 7
c. Mobilisasi alat kerja, pekerja, dan material
Mobilisasi adalah mendatangkan alat berat, pekerja serta material yang dibutuhkan
pada lokasi proyek, dimana jadwal pengiriman alat berat dan material tersebut harus
sesuai dengan jadwal pelaksanaan sehingga pelaksanaan pekerjaan tidak terganggu
dan sesuai rencana. Jadwal pelaksanaan yang buat harus disetujui oleh Pihak
Pengawas.
d. Penyebaran titik acuan (bencmark)
Penyebaran titik acuan (benchmark) harus dengan menggunakan patok kayu yang
kuat dan diwarnai dengan warna yang cukup terang serta diberi nama agar mudah
dipahami oleh semua pihak, dimana pelaksanaan pekerjaan ini harus diketahui dan
disetujui oleh Pihak Pengawas.
e. Pembersihan lahan
Lahan yang akan diperbaiki harus bersih dari batu, kayu atau tanaman, dan tanah
lunak seperti lempung lunak dan gambut. Khusus tanah lunak dipermukaan tanah,
harus dikupas hingga ditemukan lapisan pasir, hal ini dilakukan agar energy
pemadatan tidak tereduksi.
f. Gudang dan bedeng
Gudang material dan bedeng harus pada lokasi yang disetujui oleh Pihak Pengawas.
Bedeng dan gudang material yang dibangun harus memenuhi beberapa kriteria yaitu
sebagai berikut:
Bebas dari genangan air
Terlindung dari panas dan hujan
Cukup kuat dan kokoh serta cukup luas
Tersedia penerangan (lampu)
Ventilasi yang cukup sehingga tidak lembab.
g. Pembuatan landasan kerja (platform)
Landasan kerja dibuat dengan cara memasang lapis separasi terlebih dahulu (apabila
dibutuhkan), lalu menimbun area kerja dengan menggunakan pasir (atau tanah
pasiran dengan kandungan butir halus maksimum 15%) atau sesuai petunjuk Pihak
Pengawas dan Pemilik Pekerjaan. Landasan kerja harus rata dan dapat dibebani serta
stabil oleh pemadat dalam.

Page 6 of 7
2) Uji kalibrasi lapangan dan Trial Embankment
Uji kalibrasi lapangan dibutuhkan untuk melakukan optimalisasi dan konfirmasi desain
perbaikan tanah dengan metode pemadatan dalam dinamik. Uji kalibrasi lapangan ini
dapat juga meliputi tahap uji coba (trial test). Hal-hal yang diperiksa dan perlu
dikonfirmasi pada uji kalibrasi lapangan ini antara lain adalah:
Ketinggian awal dan akhir elevasi tanah
Jumlah tumbukan
Tinggi jatuh
Diameter atas dan bawah serta kedalaman cekungan (crater)
Dampak getaran
Kondisi tanah dasar sebelum dan setelah perbaikan
Konfirmasi jumlah/pola tahapan (phase) pemadatan
Uji kalibrasi berupa pengujian pemadatan tanah dalam dinamik pada suatu area
berukuran 30m x 30m, dimana pada area tersebut telah dilakukan pengujian tanah
sebelumnya, dilakukan pemadatan sesuai dengan perencanaan yang telah disetujui oleh
Pemilik Pekerjaan. Setelah itu terhadap hasil pemadatan dilakukan beberapa uji sebagai
berikut:
a) CPTe/CPTu test
b) Heave test
c) PPV test

Untuk trial embankment di area kalibrasi, hal hal yang perlu dilakukan pada
pelaksanaannya adalah sebagai berikut:

Trial embankment dilakukan hingga per 5 m hingga ketinggian 15 m.


Untuk mencapai ketinggian 5 m, tanah dipadatkan per 20-30cm menggunakan
roller sebanyak 2 lintasan. Dalam step ini tanah tidak perlu dicek MDD nya.
Setelah mencapai 5 m, proses DC dilakukan. Pekerjaan perataan elevasi
mungkin diperlukan setelah pelaksanaan DC.
Setelah DC selesai, cek nilai MDD apakah mencapai target yang diperlukan.
Pengambilan sample UDS dilakukan per 5 m kenaikan timbunan.
Pengujian CPTe atau CPTu sebelum dan sesudah DC dilakukan per 5 m tinggi
timbunan.

Page 7 of 7
3) Pengujian tanah sebelum pekerjaan pemadatan dalam
CPTe, CPTu
4) Pemadatan tanah timbunan
Palu, Number of Blows, Passing, Grid, extension samping
5) Pengujian tanah setelah pekerjaan pemadatan dalam
CPTe, CPTu, pemadatan ulang
6) Pemeriksaan daya dukung tanah hasil pemadatan dalam
PLT
7) Pemasangan instrumentasi
Settlement plate, Inclinometer, Piezzometer
8) Pemadatan tanah di bawah sub base
9) Pemeriksaan penurunan konsolidasi
10) Pekerjaan Pra-beban

1.4 Pengendalian Mutu (Quality Control)

Quality control yang dilakukan oleh kontraktor spesialis harus mencakup namun tidak terbatas
pada hal berikut:

Derajat kepadatan tanah timbunan harus diukur setiap kenaikan 5 m apakah mencapai
syarat MDD atau tidak.
Perbedaan elevasi sebelum dan sesudah pemadatan (per 5 m) harus diukur secara akurat.
Strength sebelum dan setelah proses pemadatan (per 5 m) harus diukur menggunakan
CPTe atau CPTu.
Selama proses DC, kontraktor spesialis harus melakukan monitoring Surface Peak
Particle Velocity (PPV) yang dihasilkan akibat proses DC dilokasi yang dekat dengan
gedung atau sarana eksisting. Dan melaporkannya kepada engineer perencana untuk
dicek apakah melebihi ambang batas aman atau tidak.
Jika nilai PPV melebihi nilai ambang batas yang ditentukan, maka langkah pencegahan
harus dilakukan.
Kontraktor spesialis harus mendemonstrasikan/membuktikan bahwa langkah
pencegahan yang diusulkan mampu untuk menurunkan nilai PPV.

Page 8 of 7
1.5 Pengukuran dan Pembayaran Pekerjaan
a. Pengukuran Pekerjaan
Pengukuran dan pembayaran atas tanah dasar yang diperbaiki menggunakan metode
dynamic compaction dihitung berdasarkan jumlah meter persegi atau luas yang berhasil
mencapai target strength yang ditentukan oleh Konsultan Perencana.
Pengukuran dan pembayaran atas tanah urug yang akan diperbaiki/diimprove
menggunakan metode dynamic compaction dihitung berdasarkan jumlah meter kubik
yang terpasang sesuai gambar kerja yang telah disetujui oleh Konsultan Perencana
menurut spesifikasi ini dan mencapai nilai MDD yang disyaratkan serta mencapai target
strength yang ditentukan oleh Konsultan Perencana.
Lapis pasir diukur berdasarkan jumlah meter kubik yang telah terpasang sesuai gambar
kerja atau garis batas pembayaran yang ditentukan secara tertulis oleh Konsultan
Pengawas.
Pengukuran dan pekerjaan pengujian lapangan (CPTe atau CPTu) yang dilakukan
sebelum dan sesudah pekerjaan perbaikan tanah dasar dan timbunan inti dihitung
berdasarkan jumlah titik yang direkomendasikan oleh Konsultan Perencana.
Pengukuran dan pekerjaan pengambilan sampel UDS dilapangan dihitung berdasarkan
jumlah sample yang diambil.
b. Dasar Pembayaran

Kuantitas material yang diukur seperti diuraikan di atas harus dibayar per satuan pengukuran
dari masing-masing harga yang dimasukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga untuk Mata
Pembayaran terdaftar di bawah, dimana harga tersebut harus sudah merupakan kompensasi
penuh untuk pengadaan, pemasangan, penyelesaian akhir dan pengujian bahan, seluruh biaya
lain yang perlu atau biaya untuk penyelesaian yang sebagaimana mestinya dari pekerjaan
yang diuraikan dalam Seksi ini.

Page 9 of 7
c. Item Pembayaran

Nama Mata Pembayaran Satuan Pengukuran


Urugan tanah timbunan inti dan material pengisi crater m3
Material lapis pasir m3
Pekerjaan Dynamic Compaction m2
Pengujian CPTe atau CPT Titik
Pengambilan sample UDS Tabung
Monitoring inclinometer, settlement plate, dan PPV Titik

SPESIFIKASI TEKNIS
PEKERJAAN PEMADATAN BADAN TIMBUNAN
DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PEMADATAN DALAM DINAMIK

Pada proyek..terdapat pekerjaan timbunan pasir reklamasi diatas lapisan


lempung lembek eksisting. Oleh karenanya perbaikan tanah diperlukan pada lapisan
lempung lembek maupun pada timbunan reklamasi guna meningkatkan daya dukung
tanah, memperkecil settlement pasca konstruksi dan meningkatkan ketahanan terhadap
likuifaksi pada saat terjadi gempa.Teknik perbaikan tanah dibawah ini dapat digunakan
secara bersama-sama / kombinasi untuk mencapai hasil yang diharapkan. Kontraktor
spesialis perbaikan tanah dapat mengusulkan teknik lain atas persetujuan pemberi kerja.

1. Teknik PVD (prefabricated vertical drain) dan surcharge untuk konsolidasi


lapisan lempung lembek (soft clay) eksisting.
2. DC (dynamic compaction) untuk memadatkan lapisan timbunan reklamasi.

Penjelasan pada Bab 1.0 ini hanya terkait dengan pamadatan timbunan pasir reklamasi
menggunakan teknik Kompaksi Dalam. Hal hal terkait konsolidasi lapisan lempung
lembek (soft clay) dibawah timbunan reklamasi dijelaskan pada Bab

1.6 Lingkup Kerja

Kontraktor spesialis perbaikan tanah (kontraktor spesialis) diwajibkan untuk melaksanakan


pengetesan pra-enjineering menggunakan Pressuremeter Test (PMT), Cone Penetration
Test (CPT) dan/atau tambahan test lainnya pada timbunan reklamasi untuk memperoleh
informasi daya dukung (bearing capacity) dan potensi untuk terjadinya settlement yang

Page 10 of
7
diakibatkan oleh berbagai pembebanan, seperti yang dijelaskan pada Bab 1.10 (A) dan 1.10
(B), dan potensi terjadinya likuifaksi.
Kontraktor spesialis berkewajiban melaksanakan monitoring geoteknik secara
berkelanjutan selama pelaksanaan pekerjaan kompaksi dalam untuk memastikan bahwa
kriteria keberhasilan tercapai.

Page 11 of
7
Kontraktor spesialis diwajibkan mendesian dan melaksanakan pekerjaan pemadatan
timbunan reklamasi menggunakan teknik kompaksi dalam dan memastikan bahwa daya
dukung, settlement dan pencapaian anti-likuifaksi memenuhi kriteria keberhasilan seperti
dijelaskan pada Bab 1.10. Semua desain harus terlebih dahulu diperiksa dan disetujui oleh
ahli geoteknik (geotechnical engineer) yang berpengalaman dalam mendesain dan
melaksanakan teknik kompaksi dalam dan oleh pemberi kerja sebelum dilaksanakan.

Kontraktor spesialis berkewajiban melaksanakan monitoring geoteknik secara


berkelanjutan selama pelaksanaan pekerjaan kompaksi dalam untuk memastikan bahwa
kriteria keberhasilan tercapai.

Kontraktor spesialis berkewajiban untuk mengajukan gambar kerja kompaksi dalam untuk
disetujui oleh pemberi kerja sebelum memulai pekerjaan.

Kontraktor spesialis harus mengintegrasikan jadwal kerja pembangunan infrastruktur


yang akan dibangun kedalam jadwal kerja kompaksi dalam. Hal ini penting dilakukan
untuk mencegah kerusakan pada infrastruktur yang sedang / sudah selesai dbangun.

1.7 Kualifikasi kontraktor spesialis


Perusahaan kontraktor spesialis harus terdaftar di Lembaga Pengembangan Jasa
Konstruksi (LPJK) dan minimal memiliki Quality Management System ISO9001.
Copy registrasi LPJK dan sertifikat QMS harus dlampirkan pada dokumen penawaran.

Perusahaan kontraktor spesialis harus memiliki tenaga ahli geoteknik (geotechnic


engineer) yang berpengalaman minimal 10 (sepuluh) tahun dalam mendesain dan
melaksanakan teknik Kompaksi Dalam serta telah terbukti telah berhasil menyelesaikan
paling tidak 5 (lima) proyek Kompaksi Dalam. Kontraktor spesialis juga harus memiliki
ahli geoteknik di lapangan yang mampu menganalisis serta menginterpretasikan data tanah
dari laporan penyelidikan tanah, memperoleh serta meninterpretasikan data tambahan yang
diperlukan, melaksanakan test lapangan yang diperlukan sebelum, selama dan setelah
pelaksanaan pekerjaan kompaksi dalam.

Page 1 of 7
1.8 Quality Assurance (Q/A)
Pengetesan harus dilaksanakan mengacu pada standard dibawah ini

Standa Nomor Judul


rd
ASTM D-422 Particle Size Analysis of Soils
ASTM D-423 Liquid Limit of Soils
ASTM D-424 Plastic Limit and Plasticity Index of Soils
ASTM D-854 Specific Gravity of Soils
ASTM D-1140 Amount of Material in Soils Finer than the no. 200
Sieve
ASTM D-2216 Laboratory Determination of Moisture Content of
Soil
ASTM D-2435 One Dimensional Consolidation Properties of Soil
ASTM D-2487 Classification of Soils for Engineering Purposes
ASTM D-2850 Unconsolidated, Undrained Strength of Cohesive Soils in Triaxial Compression.
ASTM D-4719 Pressuremeter Testing for In-situ Soil & Rock
(Ponts & Chaussees Manual Test Procedure
N.MSIS.2)
Standard Test Method for Electronic Friction Cone
ASTM D-5778 and Piezocone Penetration Testing of Soils

1.9 Pengetesan pra-enjinering

i. Kontraktor spesialis wajib melaksanakan pengetesan di lapangan sebelum memulai


pekerjaan kompaksi dalam guna memperoleh data untuk mempertajam desain.
Kontraktor spesialis harus terlebih dahulu memperoleh persetujuan uji coba
kompaksi dalam dilapangan (field test) dari pemberi kerja sebelum
melaksanakannya. Test lapangan yang dimaksud terdiri dari:
a. Pressuremeter test (PMT) yang dilakukan pada jarak kedalaman tiap meter
vertical dan pada setiap adanya perubahan strata dengan mengacu pada metoda
dari ASTM D-4719 atau Points and Chaussees Manual Test Procedures NMSIS2.
b. Cone Penetration Tests (CPT) menggunakan piezocone elektrik (electric
cone) dengan mengacu pada metoda dari ASTM D-5778.

ii. Kontraktor spesialis wajib menentukan jumlah yang diperlukan dan lokasi
pengetesan yang hasilnya digunakan untuk mengkonfirmasi kondisi tanah dan
menentukan dengan tepat area dimana kompaksi dalam akan dilaksanakan.
Pengetesan pra-enjinering yang harus dilaksanakan minimal adalah sebagai berikut:

Page 2 of 7
a. Minimal 1 (satu) lokasi pengetesan setiap 10.000 m2 area yang akan dilakukan
kompaksi dalam sesuai gambar pada Bab 1.2.
b. 1 (satu) CPT harus dilaksanakan pada setiap lokasi pengetesan, sedangkan
PMT harus dilakukan pada tiap lokasi pengetesan ke 3 (tiga). Kontraktor spesialis
harus membandingkan antara hasil test CPT dan PMT guna menentukan data yang
akan digunakan sebagai acuan kerja.
c. Kontraktor spesialis wajib melakukan test tambahan serta menentukan
lokasi test tambahan tersebut apabila pada hasil tes pada lokasi bersebelahan yang
telah dilakukan terdapat perbedaan yang cukup signifikan.

1.10 Pengetesan Sebelum Serah Terima Pekerjaan

i. Kontraktor spesialis diwajibkan untuk membuktikan bahwa hasil akhir dari


kompaksi dalam yang dilakukan telah memenuhi kriteria keberhasilan yang
ditentukan melalui beberapa test lapangan atas pekerjaan yang akan diserah terimakan.
Pengetesan harus dilakukan minimal dalam tempo 7 (tujuh) hari setelah selesainya
pekerjaan kompaksi dalam yang akan diserah terimakan. Pengetesan umumnya
dilakukan pada lokasi dimana test pra-enjinering dilakukan sebelum pekerjaan dimulai
dan terdiri dari:
a. PMT harus dilakukan pada tiap meter kedalaman / vertikal dan pada setiap adanya
perubahan strata dengan mengacu pada metoda dari ASTM D-4719 atau Points and
Chaussees Manual Test Procedures NMSIS2.
b. CPT harus dilakukan menggunakan piezocone elektrik (electric cone) dengan
mengacu pada metoda dari ASTM D-5778.

ii. Test yang dilakukan harus minimal sebagai berikut:

a. Minimal di 1 (satu) lokasi setiap 10.000 m2 area kerja yang telah dipadatkan.
b. CPT harus dilakukan pada setiap lokasi test sedangkan 1 (satu) PMT cukup
dilakukan pada setiap lokasi pengetesan ke 3 (tiga). Perbandingan hasil test CPT
harus dibandingkan dengan hasil test PMT pada lokasi test yang sama.
c. Di area dimana ditemukan hasil test yang tidak memenuhi kriteria keberhasilan,
kontraktor spesialis wajib mengulang pekerjaan nya di area tersebut sampai
hasilnya memenuhi kriteria keberhasilan.

Page 3 of 7
1.11 Dokumen

Dokumen dokumen sebagai berikut wajib disampaikan oleh kontraktor


spesialis kepada pemberi kerja untuk memperoleh persetujuan:

i. Metoda Pelaksanaan: menjelaskan langkah / tahap pelaksanaan


kompaksi dalam yang akan dilaksanakan
ii. Test Pra-enjinering: usulan test yang akan dilakukan serta jadwal test harus
diajukan kepada pemberi kerja selambat lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum
test pra-enjinering dilakukan.
iii. Laporan Hasil Test Pra-enjinering: laporan harus diterima oleh pemberi
kerja dalam tempo 14 (empat belas) hari setelah test pra-enjinering selesai
dilakukan. Laporan harus termasuk hasil pra-testing, hasil pasca-testing,
instrumentasi dan peralatan yang digunakan serta analisis atas hasil test
tersebut.
iv. Laporan Kerja Harian: laporan harus memberikan informasi rinci
atas kegiatan harian yang telah dilakukan termasuk pelaksanaan kompaksi,
pekerjaan instrumentasi dan monitoring lapangan, volume kerja yang
diselesaikan pada hari terkait dan volume kerja kumulatif yang telah
dicapai sampai saat laporan dibuat serta rencana kerja kedepan.
v. Laporan Akhir: laporan ini harus disampaikan setelah seluruh
pekerjaan kompasi dalam selesai. Laporan akhir berisi presentasi dalam
bentuk grafis untuk semua parameter yang digunakan oleh Kontraktor
Spesialis untuk mencapai kriteria keberhasilan termasuk test pra-
enjinering dan test final serah terima pekerjaan, instrumentasi
dan hasil monitoring serta perhitungan teknis nya.
vi. Perhitungan Teknis: perhitungan daya dukung, settlement dan kerentanan
terhadap likuifaksi dalam Laporan Teknis harus berdasarkan acuan
sebagai berikut:

Metoda standard untuk menginterpretasikan dan mengaplikasikan


hasil test PMT.

Page 4 of 7
Metoda standard untuk menginterpretasikan dan mengaplikasikan
hasil CPT.
Metoda kalkulasi adalah sebagai berikut:
1. Untuk kalkulasi daya dukung (bearing capacity)
a. Norm D60 AN Procedure (Sol Soils No.26) dan PMT data
(Limit Pressure, PL) menggunakan hasil PMT.
b. Direct CPT Method (Mayne and Illingworth) dan CPT data
(cone resistance, qc) menggunakan hasil CPT.
2. Untuk kalkulasi beban sendiri (self-bearing)
a. Norm D60 AN Procedure (Sol Soils No.26) dan PMT data
(Limit Pressure, PL) menggunakan hasil PMT.
3. Untuk kalkulasi settlement
a. Norm D60 AN Procedure (Sol Soils No.26) dan PMT data
(Pressuremeter Modulus - EP) menggunakan hasil PMT.
b. CPT Method (Schmertmann) dan CPT data (cone
resistance, qc) menggunakan hasil CPT
4. Untuk kalkulasi likuifaksi
a. CPT Method (Boulanger and Idriss) dan CPT data
(cone resistance, qc) menggunakan hasl CPT.

1.12 Monitoring dan Quality Control (Q/C)

i. Kontraktor spesialis harus melakukan monitoring dan Q/C. Q/C


termasuk namun tidak terbatas pada:
a. Tingkat kepadatan dari timbunan pasir reklamasi harus diukur dari
settlement yang terjadi akibat kompaksi dalam. Elevasi tanah
sebelum dan sesudah proses kompaksi dalam harus diukur secara tepat
untuk memperoleh besaran settlement akibat kompaksi dalam.
b. Peningkatan kepadatan pada pasir reklamasi yang telah dipadatkan
diukur dari hasil test PMT dan CPT.

Page 5 of 7
ii. Pada saat pelaksanaan kompaksi disuatu area dimana disekitarnya
terdapat infrastruktur dan utilitas eksisting , maka kontraktor spesialis
wajib untuk memonitor Kecepatan Puncak Partikel Permukaan (Surface
Peak Particle Velocity - PPV) yang ditimbulkan oleh proses dinamik
kompaksi dalam di area tersebut. Dalam hal ini, kontraktor spesialis wajib
memberikan laporan kepada pemberi kerja dan mengajukan usulan solusi
untuk mengurangi PPV agar tidak merusak struktur / utilitas eksisting.
Usulan solusi harus terlebih dahulu disetujui oleh pemberi kerja sebelum
dapat diimplementasikan.

Nilai PPV yang ditimbulkan harus tidak melebihi batas yang diijinkan.
Apabila nilai PPV diperkirakan akan melebihi batas yang diijinkan dan
didekat area kerja terdapat infrastruktur / utilitas eksisting, maka
kontraktor spesialis wajib menggali parit pemutus untuk memutus getaran.
Solusi ini harus diuji coba terlebih dahulu melalui percobaan dilapangan
untuk memastikan bahwa penurunan PPV telah mencapai batas yang
diijinkan.

1.13 Spesifikasi Material Pasir Timbunan Reklamasi

Material pasir yang boleh digunakan untuk timbunan reklamasi harus


pasir yang well-graded dengan catatan kandungan lanau dan lempung (fine
content) tidak lebih dari 10%; kandungan lempung tidak lebih dari 2%;
kandungan material karbonat tidak lebih dari 5% dan tidak diperbolehkan
mengandung gambut atau material organic lainnya. Material pasir harus
berbutir kasar, paling tidak berkategori medium coarse sand berbutir angular

dengan sudut shearing resistance paling tidak 30o.

1.14 Kriteria Keberhasilan

Kriteria keberhasilan yang harus dicapai pada pekerjaan kompaksi dalam


ditentukan berdasarkan settlement yang diijinkan yang diakibatkan oleh
stress yang ditimbulkan oleh proses kompaksi (allowable stress-induced

Page 6 of 7
settlement), pencapaian daya dukung (bearing capacity) dan pencapaian
tingkat anti-likuifaksi yang ditentukan.
Kriteria keberhasilan untuk anti-likuifaksi pada lapisan pasir yang telah
dipadatkan adalah minimum relative density of 70% atau yang ditentukan
melalui metoda kalkulasi yang disepakati.
Kriteria keberhasilan untuk daya dukung dan settlement pada lapisan pasir
yang telah dipadatkan adalah sebagai berikut berdasarkan fungsi dan
kondisi pembebanan:

a. Jalan, saluran air dan drainase (desain beban tidak lebih dari 20 kN/m2
1. Daya dukung ultimate > 60 kN/m2 di 6 meter lapisan atas
dari timbunan.
2. Kondisi yang diakibatkan oleh beban sendiri (self-bearing)
pada seluruh kedalaman timbunan pasir.
3. Differential settlement < 1/750.
4. Harmonic mean dari pressuremeter modulus (EP) > 4,500 kN/m2
di 6 meter lapisan atas dari timbunan pasir.

b. Area dengan beban berat (beban desain < 30 kN/m2)

1. Daya dukung ultimate > 100 kN/m2 di 6 meter lapisan atas


dari timbunan pasir.
2. Kondisi beban sendiri (self-bearing) pada seluruh
ketebalan timbunan pasir.
3. Differential settlement < 1/750.
4. Harmonic mean dari pressuremeter modulus (EP) > 9000 kN/m2
di 4 meter lapisan atas dari timbunan pasir.
5. Harmonic mean dari pressuremeter modulus (EP) > 6000 kN/m2 di
6 meter lapisan atas dari timbunan pasir.

Page 7 of 7

Anda mungkin juga menyukai