Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tumbuhan yang ada di dunai ini sangat beraneka ragam. Mulai dari tingkat sel, jaringan,

organ, maupun sistem organ hingga spesiesnya. Perbedaan tersebut meliputi bentuk, ukuran

maupun warna. Perbedaan bentuk maupun ukuran dapat diamati secara keseluruhan satu

tanaman, sedangkan untuk perbedaan warna tampak jelas pada warna bunga atau pada warna

daunnya.

Warna pada organ tanaman berbeda-beda disebabkan oleh kandungan pigmennya.

Tumbuhan menangkap cahaya menggunakan pigmen yang disebut klorofil. Pigmen inilah

yang memberi warna hijau pada tumbuhan. Klorofil terdapat dalam organel yang disebut

kloroplas. klorofil menyerap cahaya yang akan digunakan dalam fotosintesis. Ada yang

berwarna jingga berarti memiliki pigmen karotein, memiliki pigmen xantofil (kuning),

pigmen klorofil a (hijau biru), klorofil b (hijau kuning), dan pigmen antosianin (merah).

Misalnya saja suatu daun berwarna hijau, berarti dia memiliki pigmen klorofil yang peka

terhadap cahaya yang terdapat dalam sel khusus atau di dalam kloroplas. Akan tetapi, suatu

tanaman dapat memiliki lebih dari satu pigmen.

Hal tersebut tampak pada daun yang memiliki lebih dari satu warna, misalnya pada

tanaman puring. Pada waktu daunnya masih muda, maka akan tampak warna hijau muda,

namun setelah daun tua maka nampak berwarna hitam kemerahan, ataupun merah

kecokelatan. Namun, pada umumnya daun memiliki pigmen klorofil karena sebagian besar

daun tumbuhan melakukan fotosintesis untuk kebutuhan hidupnya sendiri. Dan organ yang

hanya memiliki pigmen klorofil yang dapat melakukan fotosintesis.

Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan pratikum mengenai Indeks Klorofil

Daun untuk mengetahui klorofil yang ada pada setiap masing-masing daun.
1.2 Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari pratikum Indeks Klorofil Daun adalah untuk mengetahui jumlah klorofil

pada masing-masing daun yang dibawa, untuk mengetahui perbedaan jumlah korofil pada

masing-masing daun dimana jumlah klorofil yang ada pada daun muda, daun dewasa dan

daun tua.

Adapun kegunaan dari pratikum Indeks Klorofil Daun yaitu sebagai pengetahuan kepada

mahasiswa tentang perbedaan jumlah klorofil yang ada pada setiap bagian daun

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klorofil

Klorofil adalah kelompok pigmen fotosintesis yang terdapat dalam tumbuhan,

menyerap cahaya merah, biru dan ungu, serta merefleksikan cahaya hijau yang menyebabkan

tumbuhan memperoleh ciri warnanya. Terdapat dalam kloroplas dan memanfaatkan cahaya

yang diserap sebagai energi untuk reaksi-reaksi cahaya dalam proses fotosintesis. Klorofil A

merupakan salah satu bentuk klorofil yang terdapat pada semua tumbuhan autotrof. Klorofil

B terdapat pada ganggang hijau chlorophyta dan tumbuhan darat. Klorofil C terdapat pada

ganggang coklat Phaeophyta serta diatome Bacillariophyta. Klorofil d terdapat pada

ganggang merah Rhadophyta (Rifai, 1996).

Menurut Riyono, S. H. (2007), Pada proses fotosintesis, terdapat 3 fungsi utama dari

klorofil yaitu :

a. Memanfaatkan energi matahari.

b. Memicu fiksasi CO2 menjadi karbohidrat dan menyediakan dasar energetik bagi ekosistem

secara keseluruhan.

c. Karbohidrat yang dihasilkan fotosintesis melalui proses anabolisme diubah menjadi protein,

lemak, asam nukleat dan molekul organik lainnya.


Warna hijau pada daun merupakan salah satu aplikasi dari pigmen klorofil. Selain

memberikan warna hijau pada daun, klorofil memiliki andil besar dalam proses fotosintesis,

tanpa adanya klorofil fotosintesis tidak mungkin terjadi, kondisi ini terjadi karena klorofil

memiliki sifat dapat menerima sinar cahaya dan dapat mengembalikannya dalam kondisi

gelombang yang berbeda. Klorofil dapat mengalami degradasi warna yang awalnya berwarna

hijau dapat berubah menjadi warna kuning. Degradasi warna ini dapat menjadi patokan atau

tolak ukur dari sayuran apakah masih segar atau tidak. Klorofil tidak larut dalam air melaikan

larut dalam etanol, eter, bensol, dan metanol. Klorofil tidak dapat larut dalam air disebabkan

memiliki lebih banyak sifat lipofil daripada hidrofil yang menyebabkan sukar bersinggungan

dengan air (Saiful B., 2007).

Menurut Campbell (2002), Warna daun berasal dari klorofil, pigmen warna hijau yang

terdapat di dalam kloroplas. Energi cahaya yang diserap klorofil inilah yang menggerakkan

sitesis molekul makanan dalam kloroplas. Kloroplas ditemukan terutama dalam sel mesofil,

yaitu jaringan yang terdapat di bagian dalam daun. Karbon dioksida masuk ke dalam daun,

dan oksigen keluar, melalui pori mikroskopik yang di sebut stomata.

Pada kloroplas terdapat pigmen-pigmen lain seperti karotenoid. Karotenoid banyak

terdapat pada buah yang telah masak. Klorofil terurai dan digantikan oleh pgmen karotenoid

dan menghasilkan warna merah dan kuning. Lebih spesifik lagi warna merah merupakan

hasil dari pigmen likopen, salah satu anggota dari karoten. Pigmen karotenoid sering

dikaitkan dengan kadar vitamin A pada buah-buahan dan ini benar adanya (Dwidjoseputro,

1990).

Pada proses fotosintesis, terjadi penangkapan energi cahaya oleh zat hijau daun untuk

pembentukan bahan organik. Fotosintesis hanya terjadi pada tanaman yang memiliki sel-sel

hijau termasuk pada beberapa jenis bakteri. Aksi dari cahaya hijau dan kuning yang

menyebabkan fotosistem pada tumbuhan tingkat tinggi dan penyerapan panjang gelombang
ini oleh daun sebenarnya relatif tinggi, lebih tinggi dari yang ditampakkan pada spektrum

serapan klorofil dan karotenoid. Tetapi, bukan berarti bahwa ada pigmen lain yang berperan

menyerap cahaya tersebut. Alasan utama mengapa spektrum aksi lebih tinggi dari spektrum

serapan adalah karena cahaya hijau dan kuning yang tidak segera diserap akan dipantulkan

berulang-ulang di dalam sel fotosintetik sampai akhirnya diserap oleh klorofil dan

menyumbangkan energi untuk fotosintesis (Lakitan, 1993).

2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Klorofil

Menurut Nio Song, A., & Banyo, Y. (2011), faktor-faktor yang mempengaruhi

pembentukan klorofil adalah

1. Faktor pembawaan: pembentukan klorofil sama hal-nya dengan pembentukan pigmen lain

pada hewan dan manusia. Dibawakan oleh gen tertentu di dalam kromosom. Jika gen ini

tidak ada, maka tanaman akan tampak putih (albino).

2. Cahaya: pada beberapa tanaman Angiospermae,klorofil dapat terbentuk tanpa cahaya.

Tanaman lain yang ditumbuhkan di tempat gelap tidak berhasil membentuk klorofil. Terjadi

klorosis dan berwarna kekuningan. Di dalamnya terdapat protoklorofil yang mirip dengan

klorofil-a, hanya protoklorofil mengandung kurang 2 atom H daripada klorofil-a. Reduksi

protoklorofil untuk menjadi klorofil-a memerlukan sinar, dan sinar ini diserap sendiri oleh

protoklorofil untuk mengubah dirinya menjadi klorofil-a. peristiwa ini disebut

autotransformasi.

3. Oksigen: kecambah yang ditumbuhkan di dalam gelap, kemudian di tempatkan di tempat

bercahaya tidak akan mampu membentuk klorofil, jika tak diberikan oksigen kepadanya.

4. Karbohidrat: terutama dalam bentuk gula ternyata membantu dalam pembentukan klorofil

dalam daun yang mengalami etiolasi (tumbuh dalam tempat gelap).

5. Nitrogen, magnesium, besi: kekurangan salah satu zat ini mengakibatkan klorosis. Zat

tersebut menjadi bahan pembentuk klorofil.


6. Mn, Cu, Zn: meskipun hanya dibutuhkan dalam jumlah sedikit namun tanpa unsure tersebut

juga dapat terjadi klorosis.

7. Air: kekurangan air menyebabkan desintegrasi dari klorofil seperti terjadi pada pohon dan

rumput dimusim kering.

8. Temperatur: antara 30-480C, merupakan kondisi yang baik untuk pembentukan klorofil pada

kebanyakan tanaman, akan tetapi yang paling baik ialah antara 260-300C.
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, 2002. Biologi Edisi Kelima Jilid 1. Erlangga. Jakarta.

Dwidjoseputro, 1990. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Benyamin L, 1993. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Grafindo. Jakarta Persada.

Nio Song, A., & Banyo, Y. 2011. Konsentrasi klorofil daun sebagai indikator kekurangan air pada
tanaman. Jurnal Ilmiah Sains, 11(2), 166-173.

Rifai, M.A. 1996. Kamus Biologi. Rineka Cipta, Jakarta.

Riyono, S. H. 2007. Beberapa Sifat Umum dari Klorofil Fitoplankton. Pusat Penelitian
Oseanografi-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Jakarta.

Saiful, 2007. Klorofil Diktat Kuliah Kapita Selekta Kimia Organik. Universitas Lampung.
Lampung.

Sitompul, S.M., 1998. Penuntun Praktikum Dasar Fisiologi Tumbuhan. Brawijaya University
Press. Malang.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Daun merupakan organ fotosintesis utama dalam tubuh tanaman, yang merupakan

tempat terjadinya proses perubahan energi cahaya menjadi energy kimia dan tempat produksi

karbohidrat (glukosa) yang diwujudkan dalam bentuk bahan kering. Dalam analisis

pertumbuhan tanaman, perkembangan daun menjadi perhatian utama. Berbagai ukuran dapat

digunakan, seperti pengukuran indeks luas daun (ILD), nisbah luas daun (NLD) dan nisbah

berat daun (NBD) pada waktu tertentu. Perubahan-perubahan selama pertumbuhan

mencerminkan perubahan bagian yang aktif berfotosintesis.

Secara umum pertumbuhan meliputi pertambahan jumlah (pembelahan sel), pertambahan

ukuran (pembentangan sel), dan diferensiasi, tetapi bagi peminat agronomi pertumbuhan

dapat berarti pertambahan berat kering. Berat kering merupakan tolak ukur yang penting

karena mempunyai arti ekonomis. Berat basah biasanya tidak dijadikan tolak ukur kecuali

untuk tanaman hortikultura, karena nilainya tidak tetap tergantung kepada status air tanaman.

Selain pertambahan berat kering, pertambahan tinggi, volume dan luas daun dapat juga

dijadikan tolak ukur pertumbuhan.

Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan pratikum mengenai indeks luas daun

untuk mengetahui panjang daun, lebar daun, tebal daun, berat kering daun, dan berat basah

daun serta metode yang digunakan dalam mengukur luas daun.


1.2 Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari pratikum indeks luas daun adalah untuk mengetahui panjang daun, lebar

daun, tebal daun, berat kering daun, dan berat basah daun serta metode yang digunakan

dalam mengukur luas daun.

Kegunaan dari pratikum indeks luas daun adalah sebagai pengetahuan untuk mahasiswa

untuk mengetahui cara mengukur luas daun.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Luas Daun

Menurut Gardner et al (1991), Luas daun adalah hasil kali antara panjang daun, lebar

daun dan konstanta daun. Indeks luas daun dapat digunakan untuk menggambarkan tentang

kandungan total klorofil daun tiap individu tanaman. Permukaan daun yang semakin luas

diharapkan mengandung klorofil lebih banyak. Indeks luas daun merupakan hasil bersih

asimilasi persatuan luas daun dan waktu. Luas daun tidak konstan terhadap waktu, tetapi

mengalami penurunan denga bertambahnya umur tanaman

Indeks luas daun merupakan gambaran tentang rasio permukaan daun terhadap luas

tanah yang ditempati tumbuh oleh tanaman. Laju pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh laju

asimilasi bersih dan indeks luas daun. Laju asimilasi bersih yang tinggi dan indek s luas daun

daun yang optimum meningkatkan pertumbuhan tanaman (Gardner et al, 1991).

Menurut Januwati, M. (1992), Daun merupakan salah satu organ tanaman yang paling

penting. Daun merupakan tempat berlangsungnya proses fotosintesis untuk menyusun bahan

kering tanaman. Luas daun termasuk parameter yang penting untuk mempelajari fisiologi dan

agronomi dalam kaitannya dengan pertumbuhan tanaman. Terdapat banyak metode untuk

mengukur luas daun tanaman. Metode yang banyak digunakan adalah dengan menggunakan

leaf area meter, planimeter, gravimetri, fotografi, dan masih ada beberapa metode yang lain.
Metode lain yang dapat digunakan dan tidak merusak tanaman adalah melalui pendekatan

matematika.

2.2 Teknik Pengukuran Luas Daun

Menurut Haryanti, S. (2010), Faktor yang penting untuk diperhatikan dalam mengukur

luas daun adalah ketepatan hasil pengukuran dan kecepatan pengukuran. Masing-masing

faktor tersebut memiliki kepentingan sendiri dalam penggunaannya, seperti pada pengukuran

laju fotosintesis dan proses metabolisme lain tentunya ketepatan pengukuran yang

diperlukan. Untuk pengukuran indek luas daun tentunya kecepatan pengukuran yang

diperlukan. Namun demikian ketepatan dan kecepatan pengukuran sangat tergantung pada

alat dan cara atau teknik pengukuran

Menurut Setyanti (2013), terdapat beberapa cara untuk menentukan luas daun yaitu :

a. Metode Kertas Milimeter

Metode ini menggunakan kertas milimeter dan peralatan menggambar untuk mengukur luas

daun. Metode ini dapat diterapkan cukup efektif pada daun dengan bentuk daun relatif

sederhana dan teratur. Pada dasarnya, daun digambar pada kertas milimeter yang dapat

dengan mudah dikerjakan dengan meletakkan daun diatas kertas milimeter dan pola daun

diikuti. Luas daun ditaksir berdasarkan jumlah kotak yang terdapat dalam pola daun.

Sekalipun metode ini cukup sederhana, waktu yang dibutuhkan untuk mengukur suatu luasan

daun relatif lama, sehingga ini tidak cukup praktis diterapkan apabila jumlah sampel banyak.

b. Gravimetri

Metode ini menggunakan timbangan dan alat pengering daun (oven). Pada prinsipnya

luas daun ditaksir melalui perbandingan berat (gravimetri). Ini dapat dilakukan pertama

dengan menggambar daun yang akan ditaksir luasnya pada sehelai kertas, yang menghasilkan

replika (tiruan) daun. Replika daun kemudian digunting dari kertas yang berat dan luasnya
sudah diketahui. Luas daun kemudian ditaksir berdasarkan perbandingan berat replika daun

dengan berat total kertas.

c. Planimeter

Planimeter merupakan suatu alat yang sering digunakan untuk mengukur suatu luasan

dengan bentuk yang tidak teratur dan berukuran besar seperti peta. Alat ini dapat digunakan

untuk mengukur luas daun apabila bentuk daun tidak terlalu rumit. Jika daun banyak dan

berukuran kecil, metode ini kurang praktis karena membutuhkan banyak waktu. Suatu hal

yang perlu diingat dalam penggunaan planimeter adalah bahwa pergeseran alat yang searah

dengan jarum jam merupakan faktor yang menentukan tingkat ketelitian pengukuran. Ini

sering menjadi masalah pada pengukuran daun secara langsung karena pinggiran daun yang

tidak dapat dibuat rata dengan tempat pengukuran sekalipun permukaan tempat pengukuran

telah dibuat rata dan halus.

d. Metode Panjang Kali Lebar

Metode yang dipakai untuk daun yang bentuknya teratur, luas daun dapat ditaksir dengan

mengukur panjang dan lebar daun.

e. Metode Fotografi

Metode ini sangat jarang digunakan. Dengan metode ini, daun-daun tanaman

ditempatkan pada suatu bidang datar yang berwarna terang (putih) dipotret bersama-sama

dengan suatu penampang atau lempengan (segi empat) yang telah diketahui luasnya. Luas

hasil foto daun dan lempengan acuan dapat kemudian diukur dengan salah satu metode yang

sesuai sebagaimana diuraikan diatas seperti planimeter. Luas daun kemudian dapat ditaksir

kemudian berdasarkan perbandingan luas hasil foto seluruh daun dengan luas lempengan

acuan tersebut.

Pengukuran luas daun dapat dilakukan dengan memetik daun maupun tanpa memetik

daun. Bilamana pengukuran harus dilakukan dengan cara memetik daun bersangkutan, maka
tanaman mengalami kerusakan daun. Daun-daun tersebut kemudian diukur dengan

menggunakan alat Leaf Area Meter (LAM) ataupun Metode Timbang. Sebaliknya

pengukuran dengan tanpa memetik daun, maka tanaman akan tetap tumbuh baik karena daun-

daun tidak berkurang atau bahkan habis terpetik. Pengukuran daun dengan tidak memetik

daun dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan atau rumus.

2.3 Pengaruh Cahaya Terhadap Luas Daun dan Lebar Daun

Menurut Purnomo, D (2005), bahwa morfologi jenis memberikan respon terhadap

intensitas cahaya juga terhadap naungan. Naungan memberikan efek yang nyata terhadap luas

daun. Daun mempunyai permukaan yang lebih besar di dalam naungan daripada jika berada

pada tempat terbuka jumlah luas daun menjadi penentu utama kecepatan

pertumbuhan. Keadaan seperti ini dapat dilihat pada hasil penelitian dimana daun-daun yang

mempunyai jumlah luas daun yang lebih besar mempunyai pertumbuhan yang besar pula.

Jumlah daun tanaman lebih banyak di tempat ternaung daripada di tempat terbuka. Jenis

yang diteliti memberikan respon terhadap perbedaan intensitas cahaya. Daun mempunyai

permukaan yang lebih besar di dalam naungan daripada di tempat terbuka. Naungan

memberikan efek yang nyata terhadap luas daun. Tanaman yang ditanam ditempat terbuka

mempunyai daun yang lebih tebal daripada di tempat ternaung (Pujisiswanto, 2008).

Tanggapan terhadap peningkatan intensitas cahaya berbeda antara tumbuhan yang cocok

untuk kondisi ternaungi dengan tumbuhan yang bisa tumbuh pada kondisi tidak ternaungi.

Tumbuhan cocok ternaungi menunjukkan laju fotosintesis yang sangat rendah pada intensitas

cahaya tinggi. Laju fotosintesis tumbuhan cocok ternaungi mencapai titik jenuh pada

intensitas cahaya yang lebih rendah, laju fotosintesis lebih tinggi pada intensitas cahaya yang

sangat rendah, titik kompensasi cahaya lebih rendah dibanding tumbuhan cocok terbuka

(Lakitan, 2004).

DAFTAR PUSTAKA
Gardner, F.P., R.B. Pearce, dan R.L. Mitchell. 1991. Physiology of Crop Plants

Haryanti, S. 2010. Pengaruh Naungan yang Berbeda terhadap Jumlah Stomata dan Ukuran Porus
Stomata Daun Zephyranthes Rosea Lindl. JURNAL ANATOMI FISIOLOGI, 18(1).

Januwati, M. 1992. Faktor-Faktor Ekologi Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Tanaman Sirih


(Piper betle Linn.). Warta Tumbuhan Obat Indonesia, 1(1 Jan).

Pujisiswanto, H., & Pangaribuan, D. 2008. Pengaruh Dosis Kompos Pupuk Kandang Sapi
Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Buah Tomat. In Prosiding Seminar Nasional Sains dan
Teknologi-II (pp. 17-18).

Purnomo, D. 2005. Tanggapan Varietas Tanaman Jagung Terhadap Irradiasi Rendah. Agrosains,
7(1), 86-93.

Setyanti, Y. H., Anwar, S., & Slamet, W. 2013. Karakteristik Fotosintetik Dan Serapan Fosfor
Hijauan Alfalfa (Medicago sativa) Pada Tinggi Pemotongan Dan Pemupukan Nitrogen Yang
Berbeda. Animal Agricultural Journal, 2(1), 86-96.
Apakah itu klorofil? Klorofil adalah zat hijau daun pada tanaman yang memfasilitasi
penyerapan cahaya dari matahari. Klorofil memiliki kemampuan untuk mengubah energi
cahaya agar menjadi bentuk yang dapat digunakan untuk berbagai proses seperti fotosintesis,
yaitu pada tanaman hijau untuk menyiapkan makanannya sendiri. Sel Tanaman menyimpan
sinar matahari dan kemudian membuatnya agar bisa kita konsumsi. ItulH alasan di balik
warna hijau dan pigmentasi pada tanaman. Ada berbagai macam bentuk klorofil yang
terbentuk secara alami, seperti klorofil a dan klorofil b. Namun yang paling penting dan
banyak terdapat dalam tanaman adalah klorofil a. Klorofilin merupakan turunan klorofil yang
diperoleh dari campuran sodium dan garam tembaga yang berasal dari klorofil. Sementara
klorofil larut dalam lemak, dan klorofilin larut dalam air dan juga digunakan sebagai obat
alternatif. Fakta menarik tentang klorofil adalah struktur molekulnya yang mirip dengan
hemoglobin, yaitu yang merupakan bagian terpenting dari darah manusia. Satu satunya
pengecualiannya adalah atom pusatnya, kalau zat besi untuk hemoglobin dan magnesium
untuk klorofil. Karena kualitasnya yang unik ini, maka klorofil cair dapat melakukan fungsi
yang sama dalam tubuh manusia sebagai hemoglobin. Meskipun dunia gizi belum
mengagumi potensi klorofil yang sesungguhnya, klorofil adalah diantara elemen yang paling
penting bagi tanaman dan dunia biologis sejak ada. Klorofil: Fakta dan Nutrisi Klorofil
adalah makanan yang lengkap dengan berbagai nutrisi yang kuat. Adalah Sumber yang baik
vitamin seperti vitamin A, vitamin C, vitamin E, vitamin K dan beta karoten. Klorofil kaya
akan antioksidan, serta mineral penting seperti magnesium, zat besi, kalium, kalsium dan
asam lemak esensial. Sumber Klorofil Tidak terlalu sulit untuk mendapatkan klorofil, karena
ia tersedia dalam makanan kita sehari-hari yang meliputi semua tanaman hijau kaya klorofil.
Banyak sayuran yang kita kenal dan rutin kita konsumsi mengandung klorofil serta klorofil
jenis b. Sayuran seperti daun bawang, kacang hijau, sayuran berdaun hijau gelap seperti
peterseli, kangkung, selada, Swiss chard, daun singkong, daun pepaya dan bayam
menyediakan klorofil alami bagi tubuh kita. Selain itu, kecambah, ganggang hijau biru
(seperti chlorella dan spirulina) juga merupakan sumber klorofil yang baik. Makanan yang
terlalu matang cenderung dapat merusak klorofil serta kadar magnesium didalamya, sehingga
memakan sayuran mentah atau dikukus adalah metode terbaik untuk mendapatkan manfaat
maksimal dari klorofil dan nutrisi lain pada umumnya. Sel darah merah: Klorofil berguna
untuk memulihkan dan pengisian sel-sel darah merah. Klorofil bekerja pada tingkat
molekuler dan seluler serta memiliki kemampuan untuk meregenerasi tubuh kita. Klorofil
kaya akan enzim hidup yang membantu dalam pembersihan darah dan meningkatkan
kemampuan darah untuk membawa oksigen lebih banyak. Klorofil adalah pembangun darah
dan juga efektif untuk mengatasi anemia yang disebabkan karena defisit sel darah merah
dalam tubuh. Kanker: Klorofil efektif melawan kanker seperti kanker usus besar, dan dapat
merangsang induksi apoptosis. Ini akan memberikan perlindungan terhadap berbagai
karsinogen yang terdapat dalam udara, daging dan biji-bijian yang dimasak. Studi telah
menjelaskan bahwa klorofil dapat membantu untuk menahan penyerapan racun berbahaya
oleh pencernaan, atau juga dikenal sebagai aflatoksin dalam tubuh. Klorofil dan turunannya
klorofilin berguna menghambat metabolisme prokarsinogen yang dapat merusak DNA dan
juga yang dapat menyebabkan kanker hati dan hepatitis. Penelitian lebih lanjut yang
dilakukan dalam hal ini telah menganjurkan efek pencegahan kemoterapi klorofil, yang
dikaitkan dengan sifat antimutagenik nya. Penelitian lain telah menunjukkan kemanjuran
klorofil sebagai senyawa fitokimia dalam pengurangan tumorigenesis. Kekuatan antioksidan:
Klorofil memiliki kapasitas antioksidan yang kuat bkarena sejumlah besar vitamin esensial.
Anti radikal bebas efektif dalam klorofil akan membantu untuk menetralkan molekul
berbahaya serta menjaga perkembangan berbagai penyakit dan kerusakan yang disebabkan
stres oksidatif oleh radikal bebas. Arthritis: Sifat anti inflamasi dari klorofil membuatnya juga
bermanfaat untuk arthritis. Penelitian telah menunjukkan bahwa klorofil dan turunannya akan
mengganggu pertumbuhan bakteri yang menginduksi inflamasi. Ini adalah sifat pelindung
klorofil yang membuatnya menjadi bahan kuat untuk persiapan phytomedicines untuk
mengobati kondisi medis yang menyakitkan seperti fibromyalgia dan arthritis. Detoksifikasi:
Klorofil telah menunjukkan kualitas yang dapat membantu dalam mengeluarkan racun dari
tubuh. Kelimpahan oksigen dan aliran darah yang sehat dalam tubuh akan mendorong untuk
menyingkirkan kotoran berbahaya atau racun. Klorofil membentuk kompleks dengan
mutagen yang memiliki kemampuan untuk mengikat membersihkan bahan kimia beracun dan
logam berat seperti merkuri dari dalam tubuh. Ini akan membantu dalam detoksifikasi dan
menghidupkan fungsi hati. Klorofil juga efektif untuk mengurangi efek berbahaya oleh
radiasi , serta membantu menghilangkan pestisida dan residu obat dari dalam tubuh. Anti
penuaan: Klorofil akan membantu memerangi efek penuaan dini, serta mendukung menjaga
jaringan yang sehat karenatingginya antioksidan dan kandungan magnesium. Klorofil
merangsang enzim anti penuaan dan mendorong agar kulit menjadi sehat dan awet muda.
Selain itu, vitamin K dalam klorofil akan meremajakan kelenjar adrenal dan meningkatkan
fungsi adrenal dalam tubuh. Kesehatan pencernaan: Klorofil mempromosikan pencernaan
yang sehat dengan menjaga flora usus dan merangsang gerakan usus. Bertindak sebagai obat
alami untuk saluran usus dan akan membantu untuk pembaruan jaringan usus yang luka .
Diet yang kekurangan sayuran hijau, termasuk daging merah majorly dapat menimbulkan
risiko gangguan usus. Seperti hasil penelitian, klorofil akan memfasilitasi pembersihan usus
dengan jalan menghambat sitotoksisitas diinduksi oleh diet heme dan mencegah proliferasi
colonocytes. Hal ini efektif untuk meredakan sembelit dan ketidaknyamanan yang
disebabkan oleh gas dalam perut. Insomnia: Klorofil memiliki efek yang menenangkan untuk
saraf, membantu dalam mengurangi gejala insomnia, iritasi saraf dan kelelahan tubuh secara
umum. Sifat anti mikroba: Klorofil memiliki sifat antimikroba yang efektif. Studi terbaru
menunjukkan efek penyembuhan berbasis klorofil basa dalam memerangi kondisi medis yang
disebut Candida albicans, yang merupakan infeksi yang disebabkan oleh pertumbuhan
berlebihan semacam ragi yang disebut candida yang sudah ada dalam jumlah kecil dalam
tubuh manusia. Sistem kekebalan tubuh: Klorofil membantu dalam penguatan dinding sel dan
sistem kekebalan tubuh secara keseluruhan terkait dengan sifat alkali. Bakteri anaerob yang
mempromosikan perkembangan penyakit tidak akan dapat bertahan hidup pada lingkungan
alkalin yang diberikan oleh klorofil. Seiring dengan ini, klorofil merupakan oxygenator yang
mendorong kemampuan tubuh untuk melawan penyakit , serta meningkatkan tingkat energi
dan mempercepat proses penyembuhan. Penghilang bau: Klorofil juga dihargai karena sifat
penghilang baunya. Klorofil merupakan obat yang efektif untuk memerangi bau mulut, dan
sudah digunakan pada obat kumur. Kesehatan pencernaan adalah salah satu penyebab utama
bau mulut. Klorofil melakukan aksi ganda dengan menghilangkan bau dari mulut dan
tenggorokan , serta sekaligus akan merangsang kesehatan pencernaan dengan membersihkan
usus dan aliran darah. Efek penghilang bau klorofil juga mujarab pada luka borok. Klorofil
dapat diberikan secara oral kepada pasien yang menderita colostomies dan gangguan
metabolisme, seperti trimethylaminuria untuk mengurangi bau feses dan air seni.
Penyembuhan luka: Klorofil adalah penyembuh luka yang super. Studi telah menyatakan
bahwa penggunaan topikal klorofil merupakan solusi efektif untuk pengobatan luka terbuka
dan luka bakar. Klorofil akan membantu mengurangi peradangan lokal, memperkuat jaringan
tubuh, membantu mematikan kuman dan meningkatkan ketahanan sel-sel dari infeksi.
Klorofil akan mencegah pertumbuhan bakteri dengan disinfektan lingkungan dan akan
mempercepat penyembuhan. Terapi Klorofil juga cukup efektif dalam pengobatan ulkus
varises kronis kaki. Keseimbangan asam alkali: Konsumsi makanan yang kaya klorofil dapat
membantu dalam menyeimbangkan rasio asam-alkali dalam tubuh. Magnesium yang terdapat
dalam klorofil adalah mineral yang sangat alkali. Dengan mempertahankan alkalinitas dan
kadar oksigen yang tepat dalam tubuh, klorofil akan mencegah perkembangan pertumbuhan
bakteri patogen. Magnesium dalam klorofil juga penting dalam menjaga kesehatan jantung,
ginjal berfungsi, otot, hati dan otak. Tulang yang kuat dan otot: Klorofil juga membantu
pembentukan dan pemeliharaan tulang yang kuat. Atom pusat molekul klorofil yaitu
magnesium berperan penting untuk kesehatan tulang dengan nutrisi penting lainnya seperti
kalsium dan vitamin D. Magnesium dalam klorofil juga berkontribusi terhadap toning otot,
kontraksi dan relaksasi. Pembekuan darah: Klorofil mengandung vitamin K yang penting
untuk pembekuan darah yang normal. Hal ini digunakan dalam naturopati untuk pengobatan
mimisan dan untuk perempuan yang menderita anemia dan perdarahan menstruasi yang berat.
Batu ginjal: Klorofil membantu mencegah pembentukan batu ginjal. Vitamin K dalam
klorofil akan membentuk senyawa penting dalam urin ayng akan membantu untuk
mengurangi pertumbuhan kristal kalsium oksalat. Sinusitis: Klorofil efektif digunakan dalam
pengobatan berbagai infeksi pernapasan dan kondisi lain seperti dingin, rhinitis dan sinusitis.
Keseimbangan hormon dan kesehatan reproduksi: Klorofil bermanfaat untuk menjaga
keseimbangan hormon reproduksi pada pria dan wanita. Vitamin E dalam klorofil akan
membantu untuk merangsang produksi testosteron pada pria dan estrogen pada wanita.
Pankreatitis: Klorofil digunakan oleh profesional kesehatan dalam pengobatan pankreatitis
kronis. Menurut penelitian yang dilakukan, klorofil dapat membantu mengurangi demam dan
dapat meredakan sakit perut dan ketidaknyamanan yang disebabkan oleh pankreatitis tanpa
menimbulkan efek samping. Kesehatan mulut: Klorofil membantu untuk pengobatan pada
masalah gigi seperti penyakit gusi. Dalam hal ini digunakan untuk mengobati gejala infeksi
mulut dan menenangkan peradangan gusi serta gusi berdarah. Penggunaan Kuliner: Seiring
dengan konsumsi rutin, klorofil beserta turunannya klorofilin juga berfungsi sebagai aditif
untuk makanan , serta juga digunakan untuk memberikan warna hijau pada berbagai jenis
makanan dan minuman. Peringatan efek samping! Meskipun klorofil dilibatkan dalam
penggunaan klinis selama bertahun-tahun, efek racun dari klorofil alami pada dosis yang
normal belum diketahui. Namun, kemungkinan dapat menyebabkan perubahan warna pada
lidah, urin atau feses bila diberikan secara oral. Klorofil juga dapat menyebabkan sensasi
terbakar ringan atau gatal pada penggunaan aplikasi topikal. Dalam kasus yang jarang terjadi,
overdosis klorofil dapat menyebabkan diare, kram perut dan sering buang air besar. Jika
mengalami keadaan seperti itu, disarankan untuk mencari bantuan medis. Wanita hamil atau
menyusui sebaiknya menghentikan penggunaan klorofil yang diedarkan komersial atau
suplemen klorofilin, hal ini dikarenakan masih kurangnya bukti keamanannya. Ringkasan:
Klorofil adalah zat yang menyediakan energi matahari ke dalam bentuk terkonsentrasi untuk
tubuh kita, dan merupakan salah satu nutrisi yang paling berguna yang ada di sekitar kita.
Klorofil juga bermanfaat untuk mengatasi obesitas, diabetes, gastritis, wasir, asma dan
gangguan kulit seperti eksim. Juga membantu dalam menyembuhkan ruam dan memerangi
infeksi kulit. Konsumsi klorofil profilaksis juga berguna untuk menghindari dampak karena
operasi, dan disarankan diberikan sebelum dan sesudah operasi. Kandungan magnesium
dalam klorofil akan membantu menjaga aliran darah dalam tubuh, dan memelihara tekanan
darah agar dalam tingkat normal. Klorofil secara keseluruhan akan meningkatkan
pertumbuhan sel dan mengembalikan kesehatan dan fitalitas tubuh. Related Post

Anda mungkin juga menyukai