Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN BATU URETRA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Manusia, seperti makhluk hidup lainnya, berusaha untuk mempertahankan homeostasis,
yang berarti keseimbangan. Otak dan organ tubuh lainnya bekerjasama untuk mengatur suhu
tubuh, keasaman darah, ketersediaan oksigen danvariabel lainnya. Mengingat bahwa organisme
hidup harus mengambil nutrisi danair, satu fungsi homeostatis penting adalah eliminasi, atau
kemampuan untuk mengeluarkan bahan kimia dan cairan, sehingga dapat menjaga keseimbangan
internal. Sistem kemih memainkan peran ekskretoris dan homeostatik penting. Kelangsungan
hidup dan berfungsinya sel secara normal bergantung pada pemeliharaan kosentrasi garam, asam,
dan elektrolit lain di lingkungan cairan internal. Kelangsungan hidup sel juga bergantung pada
pengeluaran secara terus menerus zat-zat sisa metabolism toksik dan dihasilkan oleh sel pada
saat melakukan berbagai reaksi semi kelangsungan hidupnya. Traktus urinarius merupakan
system yang terdiri dari organ-organ dan struktur-struktur yang menyalurkan urin dari ginjal ke
luar tubuh. Ginjal berperan penting mempertahankan homeostasis dengan mengatur konsentrasi
banyak konstituen plasma, terutama elektrolit dan air dan dengan mengeliminasi semuazat sisa
metabolisme. Sistem urin adalah bagian penting dari tubuh manusia yang terutama bertanggung
jawab untuk menyeimbangkan air dan elektrolit tertentu sepertikalium dan natrium, membantu
mengatur tekanan darah dan melepaskan produk limbah yang disebut urea dari darah.
Sistem kemih terdiri terutama pada ginjal, yang menyaring darah, sedangkan ureter, yang
bergerak urin dari ginjal ke kandung kemih, kandung kemih, yang menyimpan urin, dan saluran
kencing, urin keluar melalui tubuh. Peran dari sistem urin dengan yang biasa bagi kebanyakan
orang adalah bahwa ekskresi; melalui air seni, manusia membebaskan diri dari air tambahan dan
bahan kimia dari aliran darah. Aspek penting lain dari sistem urin adalah kemampuannya untuk
membedakan antara senyawa dalam darah yang bermanfaat untuk tubuh dan harus di jaga,
seperti gula, dan senyawa dalam darah yang beracun dan harus dihilangkan.
1.2. TUJUAN
Berdasarkan latar belakang di atas, adapun yang menjadi tujuan penulisan dari makalah ini
ialah sebagai berikut :
1.2.1. Tujuan Umum
Dengan adanya makalah asuhan keperawatan ini diharapkan mahasiswa dapat memahami
serta mampu menjelaskan tentang konsep penyakit batu uretra serta asuhan keperawatan batu
uretra.
1.2.2. Tujuan Khusus
a. Agar mahasiswa mampu mengetahui definisi dari batu uretra.
b. Agar mahasiswa mampu memahami anatomi dari uretra.
c. Agar mahasiswa mampu mengetahui etiologi serta patofisiologi dari batu uretra.
d. Agar mahasiswa mampu mengidentifikasi manifestasi klinis dari batu uretra.
e. Agar mahasiswa mampu menjelaskan tentang penatalaksanaan dari batu uretra.
f. Agar mahasiswa mampu menyebutkan komplikasi dari batu uretra.
g. Agar mahasiswa mampu memahami serta mampu melakukan pengkajian batu uretra.
h. Agar mahasiswa mampu memahami serta mampu merumuskan diagnose keperawatan batu
uretra.
i. Agar mahasiswa mampu memahami serta mampu membuat intervensi batu uretra.
j. Agar mahasiswa mampu memahami serta mampu melakukan evaluasi terhadap pasien batu
uretra.
1.3. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Setelah menyelesaikan makalah ini diharapkan kami sebagai mahasiswa dapat
meningkatkan pengetahuan dan wawasan mengenai penyebab serta upaya pencegahan penyakit
Batu Uretra agar terciptanya kesehatan masyarakat yang lebih baik.
2. Bagi Pembaca
Diharapkan agar pembaca dapat mengetahui tentang Batu Uretra lebih dalam sehingga
dapat mencegah serta mengantisipasi diri dari penyakit Batu Uretra.
3. Bagi Petugas Kesehatan
Diharapkan dapat menambah wawasan dan informasi dalam penanganan Batu Uretra
sehingga dapat meningkatkan pelayanan keperawatan yang baik.
4. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat menambah informasi tentang Batu Uretra serta dapat meningkatkan kewaspadaan
terhadap penyakit ini.
BAB II
KERANGKA KONSEP
2.1. Laporan Pendahuluan
2.1.1. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PERKEMIHAN (URETRA)
Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjdinya proses penyaringan darah
sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat
yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan lagi oleh tubuh larut dlam
air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).

Gambar : Sistem Urinaria pada laki-laki dan Perempuan

Bagian-bagian sistem perkemihan adalah :


1. Ginjal

Posisi anatomi ginjal kiri lebih tinggi dari ginjal kanan, yang normalnya tepat pada iga ke
12. Yang berfungsi sebagai pembentuk urine. Ukuran setiap ginjal orang dewasa adalah panjang
10 cm; 5,5 cm pada sisi lebar ; dan 3 cm pada sisi sempit dengan berat setiap ginjal berkisar 150
g. (Arif Muttaqin : 2008).
2. Ureter
Ureter merupakan bagian dari saluran perkemihan yang berbentuk tabung kecil yang
berfungsi mengalirkan urine dari pilum ginjal ke dalam kandung kemih. Pada orang dewasa,
panjangnya kurang lebih 20 cm. (Arif Muttaqin : 2008)
2. Kandung Kemih
Kandung Kemih atau Vesika
Urinaria berfungsi menampung urine dari
ureter dan kemudiannya mengeluarkannya
melalui uretra dalam mekanisme miksi
(berkemih). (Arif Muttaqin : 2008)

4. Uretra
a). Definisi
Uretra merupakan saluran yang

membawa urine keluar dari vesica urinaria menuju lingkungan luar. Terdapat beberapa
perbedaan uretra pada pria dan wanita. Uretra pada pria memiliki panjang sekitar 20 cm dan juga
berfungsi sebagai organ seksual (berhubungan dengan kelenjar prostat), sedangkan uretra pada
wanita panjangnya sekitar 4 cm dan diameter lubangnya adalah 6 mm. Selain itu, pria memiliki
dua otot sphincter yaitu m.sphincter interna (otot polos terusan dari m.detrusor dan bersifat
involunter) dan m.sphincter externa (di uretra pars membranosa, bersifat volunter), sedangkan
pada wanita hanya memiliki m.sphincter externa (distal inferior dari kandung kemih dan bersifat
volunter). (Anatomi dan Fisiologi, Sylvia Verralls : 1997).

Gambar : Uretra pada Laki-laki

Gambar : Uretra pada perempuan

Pada pria, uretra dapat dibagi atas


pars pre-prostatika, pars prostatika, pars membranosa dan pars spongiosa yaitu :
1. Pars pre-prostatika (1-1.5 cm), merupakan bagian dari collum vesicae dan aspek superior
kelenjar prostat. Pars pre-prostatika dikelilingi otot m. sphincter urethrae internal yang berlanjut
dengan kapsul kelenjar prostat. Bagian ini disuplai oleh persarafan simpatis.
2. Pars prostatika (3-4 cm), merupakan bagian yang melewati/menembus kelenjar prostat. Bagian
ini dapat lebih dapat berdilatasi/melebar dibanding bagian lainnya.
3. Pars membranosa (12-19 mm), merupakan bagian yang terpendek dan tersempit. Bagian ini
menghubungkan dari prostat menuju bulbus penis melintasi diafragma urogenital. Diliputi otot
polos dan di luarnya oleh m.sphincter urethrae eksternal yang berada di bawah kendali volunter
(somatis).
4. Pars spongiosa (15 cm), merupakan bagian uretra paling panjang, membentang dari pars
membranosa sampai orifisium di ujung kelenjar penis. Bagian ini dilapisi oleh korpus
spongiosum di bagian luarnya.
b). Struktur Makroskopis Uretra

Gambar : Struktur Makroskopis Uretra

1. Meatus Internus : terletak pada perbatasan antara uretra dan vesika urinaria.
2. Meatus Externus : ostium uretra yang bermuara ke dalam vestibulum. Meatus Externus ini
terletak kira-kira 2,5 cm di bawah klitoris.
3. Kripta Uretra : merupakan salauran buntu yang merupakan lubang dari dinding uretra.
4. Duktus Skene : merupakan saluran yang paling bawah yang bermuara pada vestibulum.
c). Fungsi Uretra
1. Uretra berfungsi sebagai saluran yang dilalui oleh urine untuk di keluarkan dari tubuh.
2. Saluran uretra juga penting dalam proses ejakulasi semen dari saluran reproduksi pria.
2.1.2. Definisi Penyakit Batu Uretra
Batu Uretra adalah batu yang terdapat disaluran uretra, umumnya merupakan batu sekunder
karena tidak terbentuk di uretra. Batu berasal dari saluran proksimal uretra, baik vesika urinaria,
ureter maupun ginjal yang kemudian turun sampai ke uretra. Batu primer jarang terbentuk di
uretra, kecuali terdapat divertikula di uretra.
2.1.3. Etiologi
1. Infeksi : disebabkan karena kelainan-kelainan pada kelenjar prostat.
2. Trauma internal atau external pada uretra.
3. Kelainan bawaan.
2.1.4. Gejala
Biasanya pasien datang dengan keluhan sulit kencing atau tidak dapat kencing sama sekali
yang mendadak (retensi urin, bedakan dengan retensi urin karena BPH). Hal ini diakibatkan
karena tersumbatnya saluran uretra. (Nursalam : 2011)
2.1.5. Patofisiologi
Lesi pada epitel uretra atau putusnya jaringaan / kontinuitas, baik oleh proses infeksi
maupun akibat trauma akan menimbulkan terjadinya reaksi peradangan. Iritasi dari urine pada
uretra akan mengundang reaksi fibroblastik yang berkelanjutan dan proses fibrosis semakin
menghebat sehingga terjadilah penyempitan bahkan penyumbatan dari lumen uretra serta aliran
urine mengalami hambatan dengan segala akibatnya. (Nursalam : 2011).

2.1.6. Penatalaksanaan
Batu uretra harus dilakukan operasi segera agar tidak terjadi retensi urin terlalu lama
sehingga tidak menimbulkan penurunan fungsi ginjal. Untuk batu yang terdapat diujung uretra
bisa dilakukan dengan meatotomi. Dan untuk batu primer yang terbentuk karena terdapat
divertikel, sebaknya dilakukan diverkulectomi untuk menghindari batu residif.

2.2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PERKEMIHAN BATU URETRA


2.2.1. Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali
masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental, social, dan
lingkungan.
a. Data Biografi
1. Identitas pasien.
Identitas pasien meliputi:

Nama pasien

Umur : paling sering terjadi pada usia antara 30-60 tahun.

enis kelamin : menyerang laki-laki tiga kali lebih sering daripada wanita.

Pekerjaan : penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau
kurang aktivitas fisik (sedentary life).

Agama

Suku / bangsa

Alamat

Tanggal MRS

Diagnosa Medis : batu uretra.


2. Identitas Penanggung Jawab
Identitas penanggung jawab meliputi Nama, Umur, Jenis kelamin, alamat dan hubungan
dengan pasien.
b. Riwayat Penyakit
uhan Utama : sulit kencing atau tidak dapat kencing sama sekali yang mendadak (retensi urine). Keluhan
lainnya biasanya adalah berhubungan dengan gejala iritasi dan infeksi seperti penis yang
membengkak.
wayat Penyakit Sekarang
Tanyakan tentang factor yang melatar belakangi atau hal-hal yang mempengaruhi atau
mendahului keluhan, bagaimana sifat terjadinya, bagaimana gejalanya (mendadak, perlahan-
lahan, terus-menerus, berupa serangan, hilang timbul, atau berhubungan dengan waktu), lokasi
terjadinya gejala dan sifatnya (menjalar, menyebar, berpindah-pindah atau menetap), berat
ringannya keluhan dan perkembangannya (apakah menetap, cenderung bertambah atau
berkurang), lamanya keluhan berlangsung, kapan dimulainya, dan upaya apa yang telah
dilakukan.
wayat Penyakit Dahulu
Tanyakan tentang :

Riwayat pemakaian obat : apa jenisnya, berapa dosisnya, berapa dosis terakhirnya, dan
bagaimana cara pemakaiannya.

Riwayat atau pengalaman masa lalu tentang kesehatan atau penyakit yang pernah di alami,
riwayat masuk rumah sakit, atau riwayat kecelakaan.
wayat Penyakit Keluarga
Tanyakan tentang riwayat kesehatan atau keperawatan yang dimiliki oleh salah satu
anggota keluarga, apakah ada penyakit seperti yang dialami pasien, apakah mempunyai penyakit
keturunan.
wayat Penyakit Lingkungan
Tanyakan tentang keadaan lingkungan di rumah. Apakah rumah yang di tempati cukup
memadai dalam segi kesehatan (ventilasi yang cukup, kondisi kamar tidur, apakah ada tempat
pembuangan kotoran atau sampah).
c. Kebutuhan Bio Psiko Sosial Spiritual
1) Pernafasan :
Biasanya tidak terjadi gangguan pernafasan, karena batu uretra terdapat di uretra yang
termasuk dalam system perkemihan, tidak melewati atau memasuki saluran peernafasan.
2) Kebutuhan nutrisi

Mengalami anoreksia

Mual-muntah
3) Kebutuhan eliminasi

Mengalami retensi urin


4) Kebutuhan istirahat tidur

Pasien biasanya sulit tidur


5) Kebutuhan aktifitas latihan

Aktivitas terganggu karena nyeri


6) Kebutuhan aman nyaman
Adanya ketidaknyamanan (nyeri akut), nyeri saat miksi

Pengkajian PQRST yang biasanya dirasakan klien dengan batu uretera:


P : Nyeri terasa di daerah punggung, pinggang bahkan uretera.
Q : Nyeri seperti di tusuk-tusuk
R : Nyeri akut, hilang timbul
S : Nyeri skala 4-5
T : nyeri bertambah saat beraktifitas, secara tiba-tiba saat miksi
7) Kebutuhan seksual dan reproduksi

Adanya gangguan karena adanya penyebaran nyeri ke area paha dan genitalia.
8) Kebutuhan psikologi

Ansietas karenakurang informasi.


9) Integritas ego

Mengalami stress baik emosional maupun fisik

10) Kebutuhan social

Hubungan pasien dengan keluarga, tetangga, tim medis, dan juga dengan pasien lain
11) Kebutuhan spiritual

Rutinitas dalam beribadah, kebutuhan akan rohaniawan.


d. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dengan palpasi pada penis di dapatkan adanya suatu kelainan akibat
fibrosis di uretra atau terbentuknya suatu fistula.
1) Keadaan umum : lemah

Kesadaran : compos mentis

Ekspresi wajah : wajah tampak meringis.


2) Pemeriksaan tanda-tanda vital

Suhu : suhu tubuh subnormal (hipertermi)

Nadi : frekuensi nadi subnormal (takikardi)


RR : Frekuensi pernapasan normal

TD : peningkatan TD (hipertensi)
3) Head to toes

Leher : bentuk normal.

Kepala : struktur wajah simetris dan tidak ada pembengkakan.

Mata : visus normal, tidak ada gangguan pada konjungtiva, sklera, kornea, dan
pupil.

Telinga : tidak ada gangguan pendengaran

Hidung : tidak ada polip

Mulut : radang pada bibir, gusi, lidah akibat dehidrasi yang dialami.

Dada : Bentuk dada simetris, denyut jantung meningkat, tidak peningkatan frekuensi
pernapasan.

Abdomen : Nyeri abdomen menjalar ke punggung dan pinggang

Pemeriksaan anggota gerak (ekstermitas)


tas atas : tidak ada gangguan pada ekstremitas atas
tas bawah : sulit berjalan karena nyeri yang menyebar ke paha dan genitalia.
e. Pengkajian Diagnostik (Nursalam : 2011)
1). Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk pelengkap pelaksanaan pembedahan dan untuk
mengetahui adanya tanda-tanda infeksi melalui pemeriksaan urinalisis dan kultur urine.

2). Uroflowmetri
Pemeriksaan untuk menentukan kecepatan pancaran urine.
3). Radiologi
Diagnosis pasti dibuat dengan uretrografi sehingga dapat melihat letak penyempitan dan
besarnya penyempitan uretra.
f. Pengkajian Penatalaksanaan medis
Tidak ada terapi medis untuk mengobati penyakit ini, tetapi untuk mengatasi masalah ini
dengan cara pembedahan seperti :
a. Pelebaran uletra baik secara uretrotomi internal atau pemasangan sten uretra.
b. Bedah rekonstruksi.
h. Pengelompokkan Data

Data Subjektif Data Objektif

Klien mengeluh sulit kencing. - Klien tampak meringis kesakitan.


Klien mengeluh penisnya
membengkak. - Klien tampak lemas.
: Nyeri terasa di daerah
- Bingung dengan kondisinya.
punggung, pinggang bahkan
uretra. - Ketidakmampuan berkonsetrasi
: Nyeri seperti di tusuk-tusuk
: Nyeri akut, hilang timbul - Tidak ada urine keluar sama sekali.
: Nyeri skala 4-5
T : Nyeri bertambah saat
beraktifitas, secara tiba-tiba saat
miksi
- Klien mengeluh gelisah tentang
penyakitnya.
- Klien mengeluh cemas
Klien mengeluh sulit BAK

g. Analisa Data

No. Symptom Etiologi Masalah

1. : - Klien mengeluh sulit Uretra Nyeri


kencing.
- Klien mengeluh penisnya terhambat
membengkak.
Akumulasi
P : Nyeri terasa di daerah
punggung, pinggang bahkan
uretra. urine
Q : Nyeri seperti di tusuk-tusuk
Efek mengejan pada
R: Nyeri akut, hilang timbul
saat miksi sekunder
: Nyeri skala 4-5
T : Nyeri bertambah saat
beraktifitas, secara tiba-tiba saat
miksi
: - Klien tampak meringis
kesakitan.
- Klien tampak lemas.
DS : - Klien mengeluh gelisah tentang
penyakitnya.
- Klien mengeluh cemas
DO2.: - Bingung dengan kondisinya. Ansietas
- Ketidakmampuan
`berkonsetrasi
Batu uretra
DS : - Klien mengeluh sulit BAK
DO : - Tidak ada urine keluar sama Obstruksi urine
sekali.

3. Tindakan Gangguan eliminasi

pembedahan urine.

Batu Uretra

Obstruksi

Respon

Obstruksi

Retensi Urine

2.2.2. Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri berhubungan dengan efek mengejan pada saat miksi sekunder dan nyeri paska bedah.
2. Ansietas berhubungan dengan tindakan pembedahan.
3. Gangguan eliminasi berhubungan dengan retensi urine.
2.2.3. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan efek mengejan pada saat miksi sekunder dan nyeri paska bedah.
Tujuan : nyeri berkurang/hilang atau beradaptasi
a hasil : - Secara subyektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi.
- Skala nyeri 0-1 (0-4)
- Dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri.
- Pasien tidak gelisah

INTERVENSI RASIONAL

Berguna dalam pengawasan


Kaji tingkat nyeri, beratnya (skala 0
kefektifan obat, kemajuan
10).
penyembuhan.

Pendekatan dengan menggunakan


Jelaskan dan bantu klien dengan
relaksasi dan non-farmakologi
tindakan pereda nyeri non-
lainnya telah menunjukkan
farmakologi dan non-invasif.
keefektifan dalam mengurangi
nyeri.
Manajemen nyeri:
Lakukan manajemen nyeri:
Istirahat secara fisiologis dapat
Istirahatkan pasien pada saat nyeri menurunkan kebutuhan oksigen.
muncul
Meningkatkan intake oksigen
Ajarkan teknik relaksasi napas dalam sehingga akan menurunkan nyeri
saat nyeri muncul. sekunder.
Ajarkan teknik distraksi pada saat Distraksi (pengalihan perhatian)
nyeri. dapat menurunkan stimulus
internal.

Tingkatkan pengetahuan pasien Pengetahuan yang akan dirasakan


tentang penyebab nyeri dan membantu mengembangkan
menghubungkan berapa lama nyeri kepatuhan pasien terhadap nyeri
akan berlangsung. terapeutik
2. Ansietas berhubungan dengan tindakan pembedahan.
ujuan : Mendemonstrasikan koping yang positif dan mengungkapkan penurunan
kecemasan
teria hasil : - menunjukkan rileks dan melaporkan penurunan ansietas sampai tingkat
yang dapat ditangani.
- Menyatakan kesadaran perasaan ansietas dan cara sehat menerimanya.
INTERVENSI RASIONAL
Mengetahui sejauh mana tingkat
Kaji tingkat kecemasan kecemasan yang dirasakan oleh
klien sehingga memudahkan
dlam tindakan selanjutnya
Berikan dorongan dan berikan waktu Klien merasa ada yang
untuk mengungkapkan pikiran dan memperhatikan sehingga klien
dengarkan semua keluhannya. merasa aman dalam segala hal
3. tundakan yang diberikan
Klien memahami dan mengerti
Jelaskan semua prosedur dan tentang prosedur sehingga mau
3. pengobatan bekejasama dalam
perawatannya.
Bahwa segala tindakan yang
Berikan dorongan spiritual diberikan untuk proses
Ga penyembuhan penyakitnya,
masih ada yang berkuasa
menyembuhkannya yaitu Tuhan
Yang Maha Esa.

3. Gangguan eliminasi berhubungan dengan retensi urine.


ujuan : Dalam waktu 5x24 jam pola eliminasi optimal sesuai kondisi klien.
teria hasil : - Eliminasi urine tanpa ada keluhan subjektif seperti nyeri.
- Eliminasi urine tanpa menggunakan kateter.
- Paska bedah tanpa komplikasi.

INTERVENSI RASIONAL
Kaji pola perkemihan dan catat Mengetahui pengaruh iritasi kandung
produksi urine tiap 6 jam. kemih dengan frekuensi miksi.

Monitor adanya keluhan subjektif Parameter penting dalam


pada saat melakukan eliminasi mengevaluasi intervensi yang telah
urine. dilaksanakan.

Intervensi bedah dilakukan untuk


mengatasi masalah gangguan
1. Pelebaran uretra, baik secara eliminasi urine. Pemilihan jenis
uretromi internal atau pemasangan pembedahan dilakukan sesuai derajat
sten uretra. penyempitan dan tingkat tolerasi
individu.
2. Bedah rekonstruksi.

Evaluasi paska intervensi pelebaran Kekambuhan batu uretra dari


uretra. intervensi pelebaran uretra adalah
komplikasi yang paling umum.
Meskipun jarang intervensi untuk
melebarkan uretra dapat
menyebabkan trauma uretra, kondisi
ini termasuk instrumen yang
dimasukkan melalui uretolium ke
dalam korpus spongiosum. Resiko ini
dapat diminimalisasi dengan teknik
hati-hati dan pilihan pelebaran yang
tepat untuk pasien.

2.2.4. Evaluasi
1. Penurunan skala nyeri.
2. Penurunan tingkat kecemasan.
3. Gangguan pemenuhan eliminasi urine teratasi.
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjdinya proses penyaringan darah
sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat
yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan lagi oleh tubuh larut dlam
air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).
Antomi system perkemihan terdiri dari :
1. Ginjal
2. Ureter
3. Kandung kemih
4. Uretra
Uretra merupakan saluran yang membawa urine keluar dari vesica urinaria menuju
lingkungan luar. Terdapat beberapa perbedaan uretra pada pria dan wanita. Uretra pada pria
memiliki panjang sekitar 20 cm dan juga berfungsi sebagai organ seksual (berhubungan dengan
kelenjar prostat), sedangkan uretra pada wanita panjangnya sekitar 4 cm dan diameter lubangnya
adalah 6 mm. Selain itu, pria memiliki dua otot sphincter yaitu m.sphincter interna (otot polos
terusan dari m.detrusor dan bersifat involunter) dan m.sphincter externa (di uretra pars
membranosa, bersifat volunter), sedangkan pada wanita hanya memiliki m.sphincter externa
(distal inferior dari kandung kemih dan bersifat volunter).
Batu Uretra adalah batu yang terdapat disaluran uretra, umumnya merupakan batu
sekunder karena tidak terbentuk di uretra. Batu berasal dari saluran proksimal uretra, baik vesika
urinaria, ureter maupun ginjal yang kemudian turun sampai ke uretra. Batu primer jarang
terbentuk di uretra, kecuali terdapat divertikula di uretra.
3.2. SARAN
1. Bagi Penulis
Setelah menyelesaikan makalah ini diharapkan kami sebagai mahasiswa dapat
meningkatkan pengetahuan dan wawasan mengenai penyebab serta upaya pencegahan penyakit
Batu Uretra agar terciptanya kesehatan masyarakat yang lebih baik.
2. Bagi Pembaca
Diharapkan agar pembaca dapat mengetahui tentang Batu Uretra lebih dalam sehingga
dapat mencegah serta mengantisipasi diri dari penyakit Batu Uretra.
3. Bagi Petugas Kesehatan
Diharapkan dapat menambah wawasan dan informasi dalam penanganan Batu Uretra
sehingga dapat meningkatkan pelayanan keperawatan yang baik.
4. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat menambah informasi tentang Batu Uretra serta dapat meningkatkan kewaspadaan
terhadap penyakit i

Anda mungkin juga menyukai