Anda di halaman 1dari 8

1

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indeks Williamson adalah suatu indeks yang didasrkan pada ukuran


penyimpangan pendapatan perkapita penduduk tiap wilayah dan pendapatan
perkapita nasional. Semakin tinggi indeks Williamson berarrti kesenjangan
wilayah semakin besar dan sebaliknya.

Tujuan

Untuk mengetahui seberapa besar kesenjangan yang terjadi khusunya di Provinsi


Papua Barat.

Rumusan Masalah

Berapa besar kesenjangan yang terjadi di Provins Papua Barat ?


2

BAB II

PEMBAHASAN

PENGERTIAN DISTRIBUSI PENDAPATAN

Distribusi pendapatan nasional adalah menserminkan merata atau timpangnya


pembagian hasil suatu Negara dikalangan penduduknya (Dumairy,1999)

Menurut Irma adelma dan Cynthia Taft Morris (dalm Lincolin Arsyad, 1997) ada
8 hal yang menyebabkan ketimpangan distribusi di negarasedangberkembang :

1. Pertumbuhan penduduk yang tinggi mengakibatkan menurunya


pendapatan perkapita
2. Inflasi, dimana pendapatan uang bertambah tetapi tidak diikuti secara
proporsional dengan pertambahan produksi barang-barang
3. Ketidak merataan pembangunan antar daerah
4. Investasi yang sangat banyak dalam proyek-proyek yang padat modal,
sehingga persentase pendapatan modal kerja tambahan besar dibandingkan
persentase pendapatan yang berasal dari kerja, sehingga pengangguran
bertambah
5. Rendahnya mobilitas sosial
6. Pelaksanaan kebijakan industri subtitusi impor yang mengakibatkan
kenaikan harga-harga barang hasil industri untuk melindungi usaha-usaha
golongan kapitalis
7. Memburuknya nilai tukar NSB dalam perdagangan dengan Negara-negara
maju, sebagai akibat ketidak elastisan permintaan Negara-negara maju
terhadap barang-barang ekspor NSB
8. Hancurnya industry kerajinan rakyat seperti pertukangan, industri rumah
tangga, dan lain-lain
3

Indeks Williamson

Ukuran ketimpangan pendapatan yang lebih penting lagi untuk menganalisis


seberapa besarnya kesenjangan antarwilayah/daerah adalah dengan melalui
perhitungan indeks Williamson. Dasar perhitungannya adalah dengan
menggunakan PDRB per kapita dalam kaitannya dengan jumlah penduduk per
daerah. Kesenjangan pendapatan antar kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat
dilakukan dengan menggunakan Indeks Williamson. Rumus dari Indeks
Williamson adalah sebagai berikut:

()2 /
Iw =

Keterangan

Iw = Indeks Williamson

fi = Jumlah penduduk kabupaten/kota ke-i (jiwa)

n = Jumlah penduduk (jiwa)

Yi = PDRB per kapita kabupaten/kota ke-i (Rupiah)

Y = PDRB per kapita rata-rata Provinsi (Rupiah)

Rumus menghitung pendapatan perkapita :


Pendapatan perkapita =

4

PERHITUNGAN INDEKS WILLIAMSON

Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi


Papua Barat, 2015

Jenis kelamin
No Kabupaten/Kota Jumlah (jiwa)
Laki-laki perempuan
1 Fakfak 38 891 34 577 73 468
2 Kaimana 29 184 24 981 54 165
3 Teluk Wondama 15 970 13 821 29 791
4 Teluk Bintuni 32 697 26 499 59 196
5 Manokwari 83 980 74 346 158 326
6 Sorong Selatan 22 409 20 627 43 036
7 Sorong 42 708 37 987 80 695
8 Raja Ampat 24 406 21 517 45 923
9 Tambrauw 7 021 6 594 13 615
10 Maybrat 19 025 18 504 37 529
11 Manokwari Selatan 11 386 10 521 21 907
12 Pegunungan Arfak 14 076 14 195 28 271
13 Kota Sorong 117 518 108 070 225 588
Prov. Papua Barat 459 271 412 239 871 510
Sumber: proyeksi penduduk Indonesia 2010-2035

Data PDRB penduduk berdasarkan Kabupaten/Kota Provinsi Papua Barat, 2015


PDRB PDRB perkapita
Kabupaten/kota Penduduk
No (juta rupiah) (juta rupiah)
1 Fakfak 3764553.3 73468 51.24072113
2 Kaimana 1973666.4 54165 36.43803932
3 Teluk Wondama 1093680.5 29791 36.71177537
4 Teluk Bintuni 23984173.5 59196 405.1654419
5 Manokwari 6992004.6 158326 44.16207445
6 Sorong Selatan 1339800.4 43036 31.13208477
7 Sorong 9071595.5 80695 112.4183097
8 Raja Ampat 2337473.6 45923 50.89984539
9 Tambrauw 160922.9 13615 11.81952993
10 Maybrat 489368.9 37529 13.03975326
11 Manokwari Selatan 607663.5 21907 27.73832565
12 Pegunungan Arfak 148204.7 28271 5.242287149
13 Kota Sorong 10895075.7 225588 48.29634422
Prov. Papua Barat 62858183.5 871510 874.3045322
rata-rata
Sumber:BPS Provinsi Papua Barat
5

Berikut langkah-langkah mencari Indeks Williamson

( )2 x
NO Kabupaten/Kota Yi Fi ( )2 Fi/n
(Fi/n)
1 Fakfak 51.24072113 73468 256.4313386 0.084299664 21.61707563
2 Kaimana 36.43803932 54165 949.6354376 0.06215075 59.02055453
3 Teluk Wondama 36.71177537 29791 932.839384 0.034183199 31.88743456
4 Teluk Bintuni 405.1654419 59196 114184.0109 0.067923489 7755.776424
5 Manokwari 44.16207445 158326 533.2460215 0.181668598 96.87405722
6 Sorong Selatan 31.13208477 43036 1304.806832 0.049380959 64.43261333
7 Sorong 112.4183097 80695 2039.797274 0.092592168 188.8692511
8 Raja Ampat 50.89984539 45923 267.4647441 0.052693601 14.09368045
9 Tambrauw 11.81952993 13615 3073.002068 0.015622311 48.00739309
10 Maybrat 13.03975326 37529 2939.205671 0.043062042 126.5681973
Manokwari
11
Selatan 27.73832565 21907 1561.503914 0.025136831 39.25126073
Pegunungan
12
Arfak 5.242287149 28271 3845.476689 0.0324391 124.7438027
13 Kota Sorong 48.29634422 225588 359.4000982 0.258847288 93.02974073
Prov. Papua
Barat 874.3045322 871510 132246.8204 1 8664.171486
Rata-rata 67.25419479 0.076923077 666.4747297

()2 /
Iw =

8664.171486
Iw =
67.25419479

93.0815313905
Iw =
8.2008654903

Iw = 11.3502082799
6

Analisis dari Data

Indeks ketimpangan Williamson yang diperoleh terletak antara 0 (nol) sampai 1


(satu).

Jika ketimpangan Williamson mendekati o maka ketimpangan distribusi


pendapatan antar kabupaten/kota di Provinsi Papua Barat adalah rendah
atau pertumbuhan ekonomi antara daerah merata.
Jika ketimpangan Williamson mendekati 1 maka ketimpangan distribusi
pendapatan antar kabupaten/kota di Provinsi Papua Barat adalah tinggi
atau pertumbuhan ekonomi antara daerah tidak merata.

Faktor-faktor penyebab ketimpangan :

1. migrasi penduduk produktif yang memiliki skill/terdidik ke daerah-daerah


yang telah berkembang, karena disana mereka dapat memperoleh
upah/gaji yang lebih besar.
2. investasi cenderung berlaku di daerah yg telah berkembang karena faktor
market, dll. Dimana keuntungan relatif lebih besar demikian pula risiko
kerugian relatif lebih kecil pada umumnya
3. kebijakan pemerintah cenderung mengakibatkan terkonsentrasinya sosial
dan ekonomi capital di daerah yang telah berkembang karena kebutuhan
yg lebih besar.

Provinsi Papua barat pada tahun 2015 memiliki ketimpangan williamson sebesar
11,35 ( melebihi angka 1), maka berdasarkan ketentuan ketimpangan williamson,
pada tahun 2015 di Provinsi Papua Barat terajadi ketimpangan distribusi yang
sangat tinggi yaitu terjadinya pertumbuhan ekonomi antara daerah yang tidak
merata.

Pembangunan di Papua masih tertinggal dari daerah lainyang ada di Indonesia.


Hal ini, dapat dilihat dari berbagai indikator pembangunan, terutama
pembangunan manusia. Jika dibandingkan dengan data per Provinsi IPM Provinsi
Papua dan Papua Barat sangat tertinggal jauh dengan Provinsi lainya. Walaupun
mengalami kenaikan, indeks pembangunan setiap tahunnya namun secara
7

nasional, masih mengalami ketertinggalan dalam pembangunan manusianya.


Rendahnya IPM ini lebih dikarenakan kondisi sosial ekonomi masyarakat
Provinsi Papua Barat sendiri. Data dari BPS memperlihatkan bahwa rata-rata
persentase tingkat kemiskinan di Provinsi Papua Barat antara tahun 2008 hingga
2011 adalah sebesar 34,4%. Ini disebabkan inflasi yang tinggi akibat dari biaya
distribusi barang yang mahal akibat rendahnya ketersediaan sarana publik yang
disediakan oleh pemerintah sehingga menyebabkan mahalnya kebutuhan barang
primer. Sehingga masih banyak masyarakat yang berjuang memenuhi kebutuhan
primernya. Walaupun pendapatan perkapita masyarakat Papua Barat cukup besar
namun secara kualitas lebih dari 30% penduduk masih hidup dalam kemiskinan.

Data BPS juga menunjukan bahwa persentase buta huruf di Provinsi Papua Barat
masih tinggi, karena hampir sepertiga masyarakat usia produktif diidentifikasi
belum dapat membaca.

Bagi masyarakat Papua Barat keadilan bukan hanya sebatas pembagian anggaran
belanja pemerintah yang ditulis diatas kertas setiap tahunya. Tetapi adalah
implementasi nyata dilapangan dalam membangun sarana pendukung kemajuan
masyarakat Papua Barat . untuk itu pemerintah pusat harus benar-benar bekerja
serius dalam membangun Papua Barat, mengurangi kebocoran dana pembangunan
yang berdampak kepada terciptanya ketidakadilan dan ketimpangan pemerataan
pembangunan.
8

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Baerdasarkan data serta perhitungan diatas diperoleh hasil indeks Williamson


yang mengukur tingkat ketimpangan yang terjadi di Provinsi Papua Barat sebesar
11,35 , angka ini sangat besar. Pada umumnya indeks Williamson hanya berkisar
antara 0 sampai 1. Berbeda dengan kasus d Provinsi Papua Barat yang mencapai
angka 11 ini berarti, bahwa ketimpangan atau kesenjangan yang terjadi di Provinsi
Papua Barat sangat besar antar tiap wilayahnya.

Anda mungkin juga menyukai