Anda di halaman 1dari 13

MENGANALISIS KURIKULUM KELAS RENDAH

Oleh : Kelompok 6

Nama Anggota :

1. Dwi Opraliansyah 06131381520068

2. Betha Nuraisyah 061313815200

3. Deby Rizki 06131381520094

4. Indah Wulantari 06133181520095

5. Tri Malinda 06131381520067

6. Nova Yuliana 061313815200

7. Yovita Herlina Dewi 06131381520101

Dosen Pembimbing : Drs.Umar Effendi,M. Pd

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

2016

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah yang telah memberikan izin dan rahmat-Nya, sehingga
atas hidayah serta kemudahan-Nya kami dapat menyelesaikan tugas matakuliah strategi
pembelajaran yang berjudul Keterampilan Dasar Mengajar. Shalawat serta salam tidak lupa
terhaturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan para
pengikutnya hingga akhir zaman.

Tentu tak lupa dengan pepatah yang selalu mengingatkan kita bahwa, tak ada karya
yang sempurna, karna kesempurnaan hanya milik Allah swt, seperti pepatah mengatakan tak
ada gading yang tak retak, sama halnya dengan karya tulis ini, jika ada ketidaksesuaian atau
kekurangan, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan, terutama kepada dosen
pengampu matakuliah strategi pembelajaran dan umunya seluruh pembaca.

Palembang, Januari, 2016


` "Penyusun

KAJIAN TEORI

2.1 Kajian Teori


2.1.1 Pengertian membaca permulaan
Membaca permulaan yang menjadi acuan adalah membaca merupakan proses recoding
dan decoding (Anderson, 1972: 209). Membaca merupakan suatu proses yang bersifat fisik
dan psikologis. Proses yang bersifat fisik berupa kegiatan mengamati tulisan secara visual.
Dengan indera visual, pembaca mengenali dan membedakan gambar-gambar bunyi serta
kombinasinya. Melalui proses recoding, pembaca mengasosiasikan gambar-gambar bunyi
beserta kombinasinya itu dengan bunyi-bunyinya. Dengan proses tersebut, rangkaian tulisan
yang dibacanya menjelma menjadi rangkaian bunyi bahasa dalam kombinasi kata, kelompok
kata, dan kalimat yang bermakna.
Disamping itu, pembaca mengamati tanda-tanda baca untuk mrmbantu memahami maksud
baris-baris tulisan. Proses psikologis berupa kegiatan berpikir dalam mengolah informasi.
Melalui proses decoding, gambar-gambar bunyi dan kombinasinya diidentifikasi, diuraikan
kemudian diberi makna. Proses ini melibatkan knowledge of the world dalam skemata yang
berupa kategorisasi sejumlah pengetahuan dan pengalaman yang tersimpan dalam gudang
ingatan (Syafiie, 1999: 7).
Menurut La Barge dan Samuels (dalam Downing and Leong, 1982: 206) proses membaca
permulaan melibatkan tiga komponen, yaitu (a) visual memory (vm), (b) phonological
memory (pm), dan (c) semantic memory (sm). Lambang lambang fonem tersebut adalah kata,
dan kata dibentuk menjadi kalimat. Proses pembentukan tersebut terjadi pada ketiganya. Pada
tingkat VM, huruf, kata dan kalimat terlihat sebagai lambang grafis, sedangkan pada tingkat
PM terjadi proses pembunyian lambang. Lambang tersebut juga dalam bentuk kata, dan
kalimat.
Proses pada tingkat ini bersumber dari VM dan PM. Akhirnya pada tingkat SM terjadi
proses pemahaman terhadap kata dan kalimat.
Selanjutnya dikemukakan bahwa untuk memperoleh kemampuan membaca diperlukan
tiga syarat, yaitu kemampuan membunyikan (a) lambang-lambang tulis, (b) penguasaan
kosakata untuk memberi arti, dan (c) memasukkan makna dalam kemahiran bahasa.
Pada tingkatan membaca permulaan, pembaca belum memiliki ketrampilan kemampuan
membaca yang sesungguhnya, tetapi masih dalam tahap belajar untuk memperoleh
ketrampilan / kemampuan membaca.
Membaca pada tingkatan ini merupakan kegiatan belajar mengenal bahasa tulis. Melalui
tulisan itulah siswa dituntut dapat menyuarakan lambang-lambang bunyi bahasa
tersebut,untuk memperoleh kemampuan membaca diperlukan tiga syarat, yaitu kemampuan
membunyikan (a) lambang-lambang tulis, (b) penguasaan kosakata untuk memberi arti, dan
(c) memasukkan makna dalam kemahiran bahasa.Membaca permulaan merupakan suatu
proses ketrampilan dan kognitif. Proses ketrampilan menunjuk pada pengenalan dan
penguasaan lambang-lambang fonem, sedangkan proses kognitif menunjuk pada penggunaan
lambang-lambang fonem yang sudah dikenal untuk memahami makna suatu kata atau
kalimat.
2.1.2 Pembelajaran membaca permulaan
Pembelajaran memabaca permulaan diberikan di kelas I dan II. Tujuannya adalah agar
siswa memiliki kemampuan memahami dan menyuarakan tulisan dengan intonasi yang wajar,
sebagai dasar untuk dapat membaca lanjut (Akhadiah, 1991/1992: 31). Pembelajaran
membaca permulaan merupakan tingkatan proses pembelajaran membaca untuk menguasai
sistem tulisan sebagai representasi visual bahasa. Tingkatan ini sering disebut dengan
tingkatan belajar membaca (learning to read). Membaca lanjut merupakan tingkatan proses
penguasaan membaca untuk memperoleh isi pesan yang terkandung dalam tulisan.Tingkatan
ini disebut sebagai membaca untuk belajar (reading to learn). Kedua tingkatan tersebut
bersifat kontinum, artinya pada tingkatan membaca permulaan yang fokus kegiatannya
penguasaan sistem tulisan, telah dimulai pula pembelajaran membaca lanjut dengan
pemahaman walaupun terbatas. Demikian juga pada membaca lanjut menekankan pada
pemahaman isi bacaan, masih perlu perbaikan dan penyempurnaan penguasaan teknik
membaca permulaan (Syafiie,1999: 16).
2.1.3 Metode-metode membaca permulaan
Metode adalah cara yang telah teratur dan terpilih secara baik untuk mencapai suatu
maksud, cara mengajar (KBB,1984: 649). Sedangkan yang dimaksud dengan membaca
permulaan adalah pengajaran membaca awal yang diberikan kepada siswa kelas 1 dengan
tujuan agar siswa terampil membaca serta mengembangkan pengetahuan bahasa dan
keterampilan bahasa guna menghadapi kelas berikutnya.
Dalam pembelajaran membaca permulaan, ada berbagai metode yang dapat dipergunakan,
antara lain (1) metode abjad (2) metode bunyi (3) metode kupas rangkai suku kata (4) metode
kata lembaga (5) metode global dan (6) metode Struktual Analitik Sinteksis (SAS).
(Alhkadiah,1992: 32-34)
2.1.4 Pengertian menulis permulaan
Menulis adalah melahirkan pikiran atau gagasan (seperti mengarang,membuat surat)
dengan tulisan (Kamus Besar Bahasa Indonesia,1993:968) menurut pengertian ini menulis
merupakan hasil, yaitu melahirkan pikiran dalam perasaan kedalam tulisan. Menulis atau
mengarang adalah proses menggambarkan suatu bahasa sehingga pesan yang disampaikan
penulis dapat dipahami pembaca (Tarigan, 1986:21).

2.2 Hasil Observasi


Observasi ini kami lakukan pada kelas rendah yaitu kelas 1. Observasi ini dilakukan pada
hari/tanggal : Rabu, 29 April 2015
waktu : 08.00 s/d selesai
tempat : SD ISLAM AL-AZHAR 10
alamat : Kaujon Serang

Saat observasi di kelas rendah yaitu kelas I, guru yang mengajar bernama ibu Diah Titin
Muharamah M.pd. Guru tersebut mengajar menggunakan RPP dan menggunakan buku
panduan yaitu Buku Tematik.
Pada awal pembelajaran guru sangat bersemangat dan lantang dalam mengendalikan
suasana kelas sehinnga anak fokus memperhatikan guru di depan. Pada saat guru mengajar,
judul materi yang disamapaikan adalah musim kemarau. Siswa bersama guru bermain tebak-
tebakan sederhana kemudian guru memperlihatkan satu perlengkapan yang digunakan pada
musim kemarau. Kemudian guru menjelaskan cara membuat ciri-ciri, mulai dari hal yang
mudah terlihat seperti warna, bentuk, tekstur dan rasa.
Setelah guru menjelaskan kemudian siswa di arahkan untuk aktif. Pada materi tersebut
terdapat gambar, kemudian Guru menugaskan anak untuk membuat satu kalimat yang benar
berdasarkan gambar yang terdapat pada infokus. Kondisi anak pada saat itu banyak yang aktif
bertanya dan ada beberapa yang hanya diam tidak mau bertanya mengenai menyelesaian
tugas yang diberikan oleh guru. Tidak semua siswa menyelesaikan tugas yang di berikan oleh
guru, hanya ada beberapa anak yang menyelesaikan tugas. Guru menilai hasil dari siswa.

Dari kegiatan pembelajaran yang sudah kami amati, tentunya sangat banyak pelajaran
yang dapat kami jadikan pengetahuan dan pembelajaran sebagai mahasiswa dan dapat kami
aplikasikan di masa yang akan datang ketika kami menjadi seorang pendidik.
Pada kegiatan pembelajaran yang dilakukan di kelas 1 SD Islam Al-Azhar 10
menggunakan kurikulum 2013, dimana guru hanya sebagai fasilitator dan peserta didik yang
berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Pada kegiatan pembelajaran tersebut, guru sudah
mampu melaksanakan perannya sehingga suasana belajar menjadi menyenangkan bagi siswa
karena lebih didominasi oleh keaktifan mereka, yaitu dengan memberi stimulus agar siswa
mau berpartisipasi.

2.3 Pembahasan
2.3.1 Pengertian
Pembelajaran adalah upaya mengkreasi lingkungan dimana struktur kognitif murid dapat
muncul dan berubah. Karakteristik anak usia SD yang telah mampu melakukan koordinasi
antara otak dan ototnya sehingga mereka selalu aktif bergerak melakukan aktivitas baik
permainan maupun gerakan gerakan jasmaniah lainnya, seperti melompat, lari, memegang
pensil dan sebagainya. Tujuannya adalah menyediakan pengalaman belajar yang member
kesempatan murid mempraktikkan operasi-operasi itu.
Pembelajaran bahasa Indonesia SD kelas rendah mencakup : perkembangan bahasa anak,
pembelajaran membaca dan menulis permulaan, pembelajaran sastra, pembelajaran terpadu
(pendekatan pembelajaran bahasa), evaluasi pembelajaran membaca-menulis kelas rendah.
2.3.2 Karakteristik Siswa Kelas Rendah
Tingkatan kelas di sekolah dasar dapat dibagi menjadi dua, yaitu kelas rendah dan kelas
tinggi. Kelas rendah terdiri dari kelas satu, dua, dan tiga, sedangkan kelas-kelas tinggi terdiri
dari kelas empat, lima, dan enam (Supandi, 1992: 44). Di Indonesia, rentang usia siswa SD,
yaitu antara 6 atau 7 tahun sampai 12 tahun. Usia siswa pada kelompok kelas rendah, yaitu 6
atau 7 sampai 8 atau 9 tahun. Siswa yang berada pada kelompok ini termasuk dalam
rentangan anak usia dini. Masa usia dini ini merupakan masa yang pendek tetapi sangat
penting bagi kehidupan seseorang. Oleh karena itu, pada masa ini seluruh potensi yang
dimiliki anak perlu didorong sehingga akan berkembang secara optimal.
Tahapan perkembangan berpikir tersebut, kecenderungan belajar anak usia sekolah dasar
memiliki tiga ciri, yaitu:
a. Konkrit
Konkrit mengandung makna proses belajar beranjak dari hal-hal yang konkrit yakni yang
dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan diotak atik, dengan titik penekanan pada
pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar. Pemanfaatan lingkungan akan menghasilkan
proses dan hasil belajar yang lebih bermakna dan bernilai, sebab siswa dihadapkan dengan
peristiwa dan keadaan yang sebenarnya, keadaan yang alami, sehingga lebih nyata, lebih
faktual, lebih bermakna, dan kebenarannya lebih dapat dipertanggungjawabkan.
b. Integratif
Pada tahap usia sekolah dasar anak memandang sesuatu yang dipelajari sebagai suatu
keutuhan, mereka belum mampu memilah-milah konsep dari berbagai disiplin ilmu, hal ini
melukiskan cara berpikir anak yang deduktif yakni dari hal umum ke bagian demi bagian.
c. Hierarkis
Pada tahapan usia sekolah dasar, cara anak belajar berkembang secara bertahap mulai dari
hal-hal yang sederhana ke hal-hal yang lebih kompleks. Sehubungan dengan hal tersebut,
maka perlu diperhatikan mengenai urutan logis, keterkaitan antar materi, dan cakupan
keluasan serta kedalaman materi .
2.3.3 Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas Rendah mencakup:
Perkembangan Bahasa Anak
Anak mengenal bahasa ketika berumur kurang dari setahun. Anak belum dapat mengucapkan
kata namun mereka dapat membedakan ucapan orang dewasa (Eimas dalam Zuhdi dan
Budiarsih, 1996/1997:4). Setelah satu tahun bayi sudah dapat mengoceh, bermain dengan
bunyi yang sering disebut perkembangan pralinguistik. Bruner maupun Piaget mengatakan
bahwa anak mengalami perkembangan bahasa. Terdapat tiga fase perkembangan bahasa yaitu
perkembangan enaktif (periode melakukan tindakan dan pekerjaan), fase ekonik
(perkembangan khayalan 1-4 tahun) dan fase simbolik (anak menggunakan simbol bahasa).
Selanjutnya perkembangan prakmatik (penggunakan bahasa) pada anak sekolah.

Pembelajaran Membaca dan Menulis Permulaan


Pembelajaran keterampilan berbahasa yang mencakup empat aspek, menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis tidak dapat saling dipisahkan. Membaca merupakan salah satu jenis
kemampuan berbahasa yang bersifat reseptif karena pembaca akan memperoleh informasi,
ilmu pengetahuan dan pengalaman baru.
Pembelajaran Sastra
Karya sastra memenuhi berbagai kebutuhan (rohani dan menanamkan nilai-nilai kepada anak
didik. Melalui karya sastra anak dapat mempelajari dan memaknai dunia mereka, seperti
cerita yang melukiskan seorang anak yang sering menolong sehingga disayangi guru dan
teman-temannya. Selain itu dengan karya sastra dapat membangkitkan rasa ingin tahu
mereka, menjadikan pengalaman lebih bermakna karena sebelum ke kebun binatang anak-
anak disarankan membaca buku tentang binatang atau ceritanya.
Pembelajaran Terpadu dalam Pembelajaran Bahasa
Pembelajaran terpadu merupakan pendekatan yang dalam pelaksanaannya memadukan
aspek-aspek bahasa. Dalam pembelajaran keterampilan berbahasa antara aspek keterampilan
tidak boleh dipisah-pisah, keempat aspek tersebut dapat dipadukan.
Evaluasi Pembelajaran Membaca dan Menulis
Evaluasi atau penilaian merupakan alat ukur pencapaian tujuan. Penilaian dapat berbentuk tes
dan nontes.
Evaluasi pembelajaran membaca permulaan mencakup butir-butir : ketepatan menyuarakan
kalimat, kewajaran lafal, kewajaran intonasi, kelancaran, kejelasan suara, dan pemahaman
makna atau isi bacaan.

Evaluasi pembelajaran menulis permulaan, yang menjadi tujuan adalah menulis kata dan
kalimat sederhana, menuliskan kegiatan sehari-hari dengan kalimat sederhana dan
menceritakan dan menulis benda-benda yang dikenal di sekitar dengan kalimat sederhana.
2.3.4 Macam-macam Metode Pembelajaran di Kelas Rendah
Macam-macam metode pembelajaran di kelas rendah menurut Mackey sebagai berikut:

Metode Eja
Metode eja memperkenalkan huruf-huruf secara alpabetis. Huruf-huruf tersebut dihapalkan
sesuai dengan bunyinya menurut abjad. Sebagai contoh A a, B b, C c, D d, E e, F f, dan
seterusnya. Dilafalkan sebagai a, be, ce, de, e, ef, dan seterusnya. Kegiatan ini diikuti dengan
latihan menulis lambang tulisan, seperti a, b, c, d, dan seterusnya atau dengan huruf
rangkai, a, b, c, d, dan seterusnya.

Setelah melalui tahapan ini, para murid diajarkan untuk perkenalan dengan suku kata dengan
cara merangkaikan beberapa huruf yang sudah dikenalnya.
Misalnya :
b, a ba (dibaca be. a ba )
d, u du ( dibaca de, u du )
ba-du dilafalkan Badu
b, u, k, u menjadi b, u bu (dibaca be, u bu )
k, u ku (dibaca ka, u ku ) contoh, ambillah kata

Proses pembelajaran selanjutnya adalah pengenalan kalimat-kalimat sederhana. Contoh


perangkaian huruf menjadi suku kata, suku kata menjadi kata, dan kata menjadi kalimat.

Kelemahan yang mendasar dari penggunaan metode eja ini meskipun murid mengenal dan
hafal abjad dengan baik, namun murid tetap mengalami kesulitan dalam mengenal rangkaian
huruf yang berupa suku kata atau kata
Metode suku kata dan metode kata
Metode ini diawali dengan pengenalan suku kata, seperti ba, bi, bu, be, bu, ca, ci, cu, ce, cu,
da, di ,du, de, du, ka, ki, ku, ke, ku dan seterusnya. Suku-suku kata tersebut kemudian
dirangkai menjadi kata bermakna. Misalnya :

ba bi cu ci da da ka ki
ba bu ca ci du da ku ku
bi bi ci ca da du ka ku
ba ca ka ca du ka ku da
Perangkaian suku kata menjadi kata, kata menjadi kalimat sederhana, kemudian ditindak
lanjuti dengan proses pengupasan atau penguraian bentuk-bentuk tersebut menjadi satuan
bahasa terkecil dibawahnya, yakni dari kalimat kedalam kata dan kata kedalam suku-suku
kata. Kemudian dilahirkan istilah lain untuk metode ini yakni metode kupas rangkai.

Metode Global
Metode Global artinya secara utuh dan bulat. Dalam metode global yang disajikan pertama
kali pada murid adalah kalimat seutuhnya. Kalimat tersebut dituliskan dibawah gambar yang
sesuai dengan isi kalimatnya. Setelah berkali-kali membaca, murid dapat membaca kalimat-
kalimat itu secara global tanpa gambar. Sebagai contoh :
- Memperkenalkan gambar dan kalimat
- Menguraikan salah satu kalimat menjadi kata, kata menjadi suku kata
- Kata menjadi huruf-huruf
Ini mama
ini mama
i -ni ma - ma
ini m - a m a
Metode Structural Analisis Sintesis(SAS)
Metode ini mengawali pembelajarannya dengan dua tahap, yakni menampilkan dan
memperkenalkan sebuah kalimat utuh. Mula-mula anak disuguhi sebuah struktur yang
memberi makna lengkap , yakni skruktur kalimat. Hal ini dimaksudkan untuk membangun
konsep-konsep kebermaknaan pada diri anak. Akan lebih baik jika strukturnya kalimat
yang disajikan sebagai bahan pembelajan MMP dengan metode ini adalah struktur kalimat
yang digali dari pengalaman berbahasa si pembelajar itu sendiri. Untuk itu, sebelum kegiatan
belajar mengajar (KBM) MMP yang sesungguh nya dimulai, guru dapat melakukan pra-
KBM melalui berbagai cara.

Proses penguraian atau pengalisisan dalam pembelajaran MMP dengan metode SAS
meliputi :
1. Kalimat menjadi kata-kata
2. Kata menjadi suku-suku kata
3. Suku kata menjadi huruf-huruf
2.3.5 Teknik Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas Rendah
Berikut sejumlah teknik pengajaran bahasa Indonesia yang biasa dipraktikan guru bahasa
Indonesia:
Teknik Ceramah
Pelaksanaan teknik ceramah dikelas rendah dapat berbentuk cerita kenyataan, dongeng atau
informasi tentang ilmu pengetahuan.
Teknik Tanya Jawab
Teknik tanya jawab dapat diterapkan pada latihan keterampialn menyimak, membaca,
berbicara dan menulis. Selain guru bertanya pada murid, murid juga dapat bertanya pada
guru.
Teknik Diskusi Kelompok
Teknik ini dapat dilakukan di kelas rendah dengan bimbingan guru. Peran guru terutama
dalam pemilihan bahan diskusi, pemilihan ketua kelompok dan memotivasi siswa lainnya
agar mau berbicara atau bertanya.
Teknik Pemberian Tugas
Teknik ini bertujuan agar siswa lebih aktif dalam mendalami pelajaran dan memiliki
keterampilan tertentu, untuk siswa kelas rendah tugas individual seperti membuat catatan
kegiatan harian atau disuruh menghapal puisi atau lagu.
Teknik Bermain Peran
Teknik ini bertujuan agar siswa menghayati kejadian atau peran seseorang dalam hubungan
sosialnya. Dalam bermain peran siswa dapat mencoba menempatkan diri sebagai tokoh atau
pribadi tertentu, misal: sebagai guru, sopir, dokter, pedagang, hewan, dan tumbuhan. Setelah
itu diharapkan siswa dapat menghargai jasa dan peranan orang lain, alam dalam
kehidupannya.
Teknik Karya Wisata
Teknik ini dilaksanakan dengan cara membawa langsung siswa kepada obyek yang berkaitan
dengan materi pembelajaran. Misalkan : museum, kebun binatang, tempat pameran atau
tempat karya wisata lainnya.

Teknik Sinektik
Strategi pengajaran sinektik merupakan susatu strategi untuk menjadikan suatau masyarakat
intelektual yang menyediakan berbagai siswa untuk bertindak kreatif dan menjelajahi
gagasan-gagasan baru dalam bidang-bidang ilmu pengetahuan alam, teknologi, bahasa dan
seni.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pembelajaran adalah upaya mengkreasi lingkungan dimana struktur kognitif murid dapat
muncul dan berubah. Karakteristik anak usia SD yang telah mampu melakukan koordinasi
antara otak dan ototnya sehingga mereka selalu aktif bergerak melakukan aktivitas baik
permainan maupun gerakan gerakan jasmaniah lainnya, seperti melompat, lari, memegang
pensil dan sebagainya. Tujuannya adalah menyediakan pengalaman belajar yang member
kesempatan murid mempraktikkan operasi-operasi itu.
Pembelajaran bahasa Indonesia SD kelas rendah mencakup : perkembangan bahasa anak,
pembelajaran membaca dan menulis permulaan, pembelajaran sastra, pembelajaran terpadu
(pendekatan pembelajaran bahasa), evaluasi pembelajaran membaca-menulis kelas rendah.

B. Saran
Kegiatan observasi di kelas merupakan suatu kegiatan yang sangat bermanfaat. Untuk itu
disarankan pada calon guru seperti kita dapat mengetahui bagaimana seorang guru mengajar
suatu pembelajaran. Kemudian, kita sebagai seorang calon guru tentunya dapat memilih
mana yang baik dan tidak baik untuk diajarkan kepada siswa kita ketika sudah mengajar
kelak.
Daftar Pustaka
http://estijayanti.blogspot.com/2014/01/pembelajaran-bahasa-indonesia-pada.html. diakses
pada tanggal 7 mei 2015
https://hendisuhendi2012.wordpress.com/tag/teori-sas-teori-baca-kelas-rendah-sd/. Diakses
pada tanggal 29 april 2015

Anda mungkin juga menyukai