Anda di halaman 1dari 7

PENERAPAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

UNTUK MEMPREDIKSI PRODUKSI AIR


(STUDI KASUS PDAM TIRTA BINA RANTAUPRAPAT)

Muhammad Halmi Dar1, Gunadi Widi Nurcahyo2, Sarjon Defit3


1
Mahasiswa Pasca Sarjana Univ. Putra Indonesia YPTK Padang, Sumbar
2,3
Dosen Pasca Sarjana Univ. Putra Indonesia YPTK Padang, Sumbar
email : mhd.halmidar@gmail.com1, gunadiwidi@yahoo.co.id2, sarjond@yahoo.co.uk3

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation untuk memprediksi
jumlah produksi air. Data yang diperolah berasal dari laporan bulanan PDAM Tirta Bina Rantauprapat selama 5
tahun, mulai dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014. Variabel masukan yang digunakan adalah data jumlah
pelanggan berdasarkan kelompok rumah tangga, volume kebocoran air di pengolahan, volume distribusi air,
volume air terjual dan volume kehilangan air. Sedangkan yang menjadi variabel target adalah volume produksi
air. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh sebuah model arsitektur prediksi dengan jumlah neuron lapisan
masukan 5, jumlah neuron lapisan tersembunyi 3, jumlah neuron lapisan keluaran 1, dengan nilai MSE 0.000999,
MAE 0.017096, dan rata-rata nilai akurasi sebesar 98,29 %.

Kata Kunci : Jaringan Syaraf Tiruan, Backpropagation, Prediksi Produksi Air

1. PENDAHULUAN Penelitian ini menerapkan Jaringan Syaraf


Tiruan dengan algoritma Backpropagation untuk
Air adalah sumber utama kehidupan. memprediksi jumlah produksi air di PDAM Tirta
Manusia, Flora dan Fauna membutuhkan air sebagai Bina Rantauprapat. Prediksi produksi air perlu
pra-syarat tumbuh dan hidup. Air juga merupakan dilakukan agar terjadi keseimbangan antara
sumber daya alam yang strategis, dimana persediaan jumlah produksi di sisi perusahaan dengan
keberadaannya mempengaruhi hajat hidup orang permintaan air di sisi konsumen. Data yang
banyak dan seharusnya dipergunakan sebesar- digunakan dalam penelitian ini adalah data riwayat
besarnya untuk kemakmuran rakyat. Kota sebagai produksi air selama lima tahun dengan interval
pusat pertumbuhan penduduk harus memiliki sarana bulanan, yang terhitung mulai dari bulan Januari
air bersih yang memadai. Kota juga harus memiliki 2010 sampai dengan Desember 2014. Data tersebut
pasokan jumlah air yang cukup bagi kebutuhan dibagi ke dalam lima variabel yaitu: jumlah
penduduknya. Semakin meningkatnya pertumbuhan pelanggan berdasarkan kelompok rumah tangga,
penduduk, semakin bertambah pula jumlah air yang volume kebocoran air di pengolahan, volume
dibutuhkan. Pasokan air yang cukup dan kebutuhan distribusi air, volume air terjual, volume kehilangan
air di masa depan harus menjadi perhatian serius bagi air dan volume produksi air.
penyedia kebutuhan air bersih, yang mana dalam hal
ini adalah Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).
Jaringan Syaraf Tiruan adalah salah satu dari 2. LANDASAN TEORI
banyak metode komputasi yang sering digunakan
dalam penelitian yang terkait dengan prediksi atau 2.1 Jaringan Syaraf Tiruan
peramalan. Cici Oktaviani dan Afdal (2013)
menerapkan Jaringan Syaraf Tiruan dengan metode Jaringan Syaraf Tiruan (JST) merupakan
Backpropagation untuk memprediksi curah hujan suatu sistem pemrosesan informasi yang mempunyai
bulanan Kota Padang dengan keberhasilan mengenali karakteristik menyerupai jaringan syaraf biologis
pola sebesar 99.0%. Peramalan terhadap jumlah manusia. JST merupakan representasi buatan dari
produksi air PDAM Samarinda dengan metode otak manusia, istilah buatan tersebut digunakan
backpropagation memberikan hasil yang baik dengan karena dalam penerapannya JST menggunakan
koefisien korelasi sebesar 0.949 (Septiarini dan program komputer yang mampu menyelesaikan
Syabaniah, 2012).
2

sejumlah proses perhitungan selama proses dan V31). Sedangkan bobot yang menghubungkan
pembelajaran (Aprijani dan Supandi, 2011). X1, X2 dan X3 dengan neuron kedua pada lapisan
Jaringan Syaraf Tiruan didesain dengan tersembunyi adalah V12, V22, dan V32. Untuk b11 dan
menirukan cara kerja otak manusia dalam b12 adalah bobot bias yang menuju ke neuron
menyelesaikan masalah dengan melakukan proses pertama dan kedua pada lapisan tersembunyi. Bobot
belajar melalui perubahan bobot sinapsisnya (Marleni yang menghubungkan Z1 dan Z2 dengan neuron pada
Anike, et.al, 2012). lapisan keluaran adalah W1 dan W2. Bobot bias b2
menghubungkan lapisan tersembunyi dengan lapisan
keluaran.
2.2 Algoritma Backpropagation

Algoritma Backpropagation merupakan 3. METODOLOGI PENELITIAN


metode pelatihan yang terawasi (supervised) dan
dirancang untuk operasi pada jaringan dengan banyak Metode penelitian yang dilakukan disusun
lapisan. Backpropagation merupakan algortima dalam suatu kerangka kerja penelitian (framework)
pembelajaran yang biasanya digunakan oleh yang meliputi tahapan-tahapan seperti yang
perceptron dengan banyak lapisan untuk mengubah ditunjukkan pada gambar 2.
bobot-bobot yang terhubung dengan neuron-neuron
yang ada pada lapisan tersembunyinya. Pengumpulan Data

Algoritma Backpropagation menggunakan


tahap perambatan maju (feedforward) untuk Analisa Data

mengetahui nilai error. Pada saat perambatan maju,


Perancangan Jaringan Syaraf Tiruan
neuron-neuron diaktifkan dengan menggunakan
fungsi aktivasi yang dapat dideferensiasikan. Pada
Pelatihan dan Pengujian Jaringan Syaraf Tiruan
saat perambatan mundur (backward),
Backpropagation menggunakan error output untuk
Evaluasi
mengubah nilai bobot-bobotnya. Setiap perubahan
bobot yang terjadi dapat mengurangi error. Siklus
setiap perubahan bobot (epoch) dilakukan pada setiap Gambar 2. Kerangka Kerja Penelitian
set pelatihan hingga kondisi berhenti dicapai, yaitu
bila mencapai jumlah epoch yang diinginkan atau
hingga sebuah nilai ambang yang ditetapkan 3.1 Pengumpulan Data
terlampaui. Arsitektur jaringan Backpropagation
ditunjukkan pada gambar 1. Data yang didapat merupakan data sekunder
dari PDAM Tirta Bina Kota Rantauprapat. Data
tersebut merupakan data produksi air bulanan yang
dimulai dari Tahun 2010 sampai 2014 yang terdiri
dari:
a. Data jumlah pelanggan aktif
b. Data volume kebocoran air di pengolahan
c. Data volume distribusi air
d. Data volume air terjual
e. Data volume produksi air

3.2 Analisa Data

Gambar 1. Arsitektur Backpropagation Penelitian ini menggunakan data laporan


produksi air bulanan PDAM Tirta Bina Rantauprapat,
dimulai dari Tahun 2010 sampai 2014. Data yang
Gambar 1 menunjukkan arsitektur digunakan adalah data jumlah pelanggan berdasarkan
Backpropagation dengan 3 buah unit masukan (X1, X2 kelompok rumah tangga, volume kebocoran air di
dan X3) dan 1 lapisan tersembunyi dengan 2 neuron pengolahan, volume distribusi air, volume air terjual,
(Z1 dan Z2) serta 1 unit lapisan keluaran (Y). Bobot volume kehilangan air dan jumlah volume produksi
yang menghubungkan (X1, X2 dan X3) dengan neuron air. Data tersebut dikelompokkan ke dalam enam
pertama pada lapisan tersembunyi adalah (V11, V21, variabel sebagai berikut:
3

a. X1 = Jumlah pelanggan aktif berdasarkan b. Normalisasi (preprocessing)


kelompok rumah tangga Data yang akan dimasukkan ke dalam
b. X2 = Volume air yang berkurang setelah Jaringan Syaraf Tiruan harus dinormalisasi terlebih
dahulu. Proses normalisasi dilakukan terhadap data
dilakukan proses penyaringan dari sumber
input dan target. Normalisasi dilakukan
air. menggunakan bantuan software Matlab dengan
c. X3 = Hasil penyaringan berupa air bersih syntax: [pn,meanp,stdp,tn,meant,stdt] = prestd(p,t).
yang telah siap untuk didistribusikan kepada Dengan p adalah matriks input pelatihan dan t adalah
pelanggan. matriks target. Hasil dari proses normalisasi data
d. X4 = Jumlah air yang dipakai oleh pelanggan pelatihan diperlihatkan pada tabel 2.
yang dihitung melalui meteran air. .
Tabel 2. Normalisasi Data Pelatihan
e. X5 = Kehilangan air terjadi akibat pipa No X1 X2 X3 X4 X5 Y
penyaluran dari PDAM ke pelanggan bocor 1 1.0353 -1.2102 -1.2102 0.7623 -1.2545 -1.2102
2 1.0313 -1.8155 -1.8155 0.7760 -1.7296 -1.8155
ataupun terjadinya pencurian air. 3 1.1554 -1.1996 -1.1996 0.7621 -1.2463 -1.1996
f. Y = Jumlah air yang harus diproduksi setiap 4 1.1794 -1.4152 -1.4152 0.7472 -1.4073 -1.4152
5 1.0953 -1.2193 -1.2193 0.8557 -1.3004 -1.2193
bulan sesuai dengan jumlah kebutuhan
6 1.1354 -1.4223 -1.4223 0.6620 -1.3775 -1.4223
pelanggan. 7 1.1194 -1.2189 -1.2189 0.5983 -1.1933 -1.2189
8 1.0913 -1.1996 -1.1996 0.6658 -1.2063 -1.1996
9 1.1073 -1.4025 -1.4025 0.4409 -1.2705 -1.4025
10 1.2315 -1.1996 -1.1996 0.3263 -1.0656 -1.1996
3.3 Perancangan Jaringan Syaraf Tiruan 11 1.0353 -1.4088 -1.4088 0.2053 -1.1777 -1.4088
12 1.0353 -1.1996 -1.1996 0.1121 -0.9768 -1.1996

Jaringan Syaraf Tiruan dirancang dengan


menggunakan struktur jaringan yang terdiri dari
lapisan masukan, lapisan tersembunyi dan lapisan c. Perancangan Arsitektur Jaringan Syaraf
keluaran. Adapun langkah-langkah yang dilakukan Tiruan
dalam membangun jaringan untuk melakukan Arsitektur Jaringan Syaraf Tiruan yang
prediksi diuraikan sebagai berikut: dibangun terdiri dari 5 neuron pada lapisan masukan,
lapisan tersembunyi dan 1 neuron pada lapisan
a. Pembagian data keluaran keluaran. Jumlah lapisan masukan
Data dibagi menjadi dua kelompok. disesuaikan dengan banyaknya variabel input yang
Kelompok pertama adalah data Tahun 2010, 2011, mempengaruhi produksi air. Jumlah lapisan
2012 dan 2013 menjadi data pelatihan, sedangkan tersembunyi ditentukan dengan cara trial and error
data Tahun 2014 menjadi data pengujian. Kelompok
kedua adalah data Tahun 2011, 2012 dan 2013
menjadi data pelatihan, sedangkan data pengujian
adalah data Tahun 2014. Jumlah keseluruhan data
adalah 60 set. Sesuai dengan pembagian tersebut
maka jumlah data yang digunakan untuk kelompok
pertama adalah 48 data latih dan 12 data uji.
Sedangkan untuk kelompok kedua berjumlah 36
untuk data latih dan 12 data uji. Sampel data
pelatihan diperlihatkan pada tabel 1.

Tabel 1. Sampel Data Pelatihan


Input Target
No. Bulan
X1 X2 X3 X4 X5 Y
1 Jan 10 5708 36820 208644 133803 74841 245464
2 Feb 10 5707 33271 188537 134047 54490 221808
3 Mar 10 5738 36882 208995 133800 75195 245877
4 Apr 10 5744 35618 201833 133535 68298 237450
5 Mei 10 5723 36766 208340 135462 72878 245106
6 Jun 10 5733 35576 201597 132022 69575 237173
7 Jul 10 5729 36769 208355 130891 77464 245124
8 Ags 10 5722 36882 208995 132090 76905 245877
9 Sep 10 5726 35692 202254 128097 74157 237946
10 Okt 10 5757 36882 208995 126061 82934 245877
11 Nov 10 5708 35655 202046 123913 78133 237701 Gambar 3. Arsitektur Jaringan Syaraf Tiruan
12 Des 10 5708 36882 208995 122258 86737 245877
Backpropagation untkuk Memprediksi Produki Air
4

3.4 Pelatihan dan Pengujian Jaringan Syaraf 3.5 Evaluasi


Tiruan
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui
Pelatihan dan pengujian Jaringan Syaraf apakah data hasil pengujian mempunyai kesesuain
Tiruan backpropagation diimplementasikan dalam 10 pola dengan data target yang telah ditentukan. Bila
model arsitektur. Selain itu, dibutuhkan pengaturan nilai MSE, MAE dan MAPE sudah mencapai nilai
parameter jaringan yang meliputi: learning rate, yang optimal, maka proses pengujian selesai. Namun
momentum constant (mc), epoch maksimum dan nilai apabila belum mencapai nilai yang optimal, perlu
goal (toleransi error). dilakukan pengubahan model arsitektur dan
konfigurasi jaringan serta komposisi pembagian data
Tabel 3. Model Arsitektur dan Parameter Pelatihan pada tahapan perancangan Jaringan Syaraf Tiruan.
ARSITEKTUR PARAMETER
No. Input Hidden Hidden Learning Mom
Epoch Goal
layer layer 1 layer 2 rate entum
1 5 3 - 0.1 0.5 100000 0.001
2 5 4 - 0.1 0.5 100000 0.001 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
3 5 5 - 0.1 0.5 100000 0.001
4 5 8 - 0.1 0.5 100000 0.001
5 5 9 - 0.1 0.5 100000 0.001 4.1 Hasil Pelatihan
6 5 10 - 0.1 0.5 100000 0.001
7 5 3 3 0.1 0.5 100000 0.001 Setelah dilakukan pelatihan terhadap dua
8 5 3 10 0.1 0.5 100000 0.001 pola data dengan menerapkan 10 model arsitektur
9 5 10 3 0.1 0.5 100000 0.001
10 5 10 10 0.1 0.5 100000 0.001 Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation. Maka
dilakukan analisa dengan membandingkan
Dengan menggunakan model arsitektur dan keseluruhan hasil pelatihan. Dengan membandingkan
parameter pelatihan yang sudah terbentuk, kemudian hasil dari pelatihan tersebut, akan didapatkan pola
dilakukan proses pengujian dengan menggunakan 12 data dan model arsitektur mana yang memiliki
set data yang telah ditentukan. tingkat akurasi prediksi yang tinggi.

Tabel 4. Data Pengujian Tabel 6. Hasil Pelatihan Pola Pertama


Jumlah Neuron Kriteria
No X1 X2 X3 X4 X5 Hidden Hidden
No. Input
1 6883 46182 261700 106259 155441 Layer
Layer
1
Layer
2
MSE MAE MAPE Akurasi

2 6955 36547 207100 99883 107217 1 5 3 - 0.000999 0.003162 0.3162 % 99.6838 %


2 5 4 - 0.001000 0.003146 0.3146 % 99.6854 %
3 6924 41259 233800 98591 135209 3 5 5 - 0.001000 0.003423 0.3423 % 99.6577 %
4 6924 41506 235200 114291 120909 4 5 8 - 0.000999 0.003170 0.3170 % 99.6830 %
5 5 9 - 0.001000 0.003275 0.3275 % 99.6725 %
5 6936 43924 248900 114379 134521 6 5 10 - 0.001000 0.003072 0.3072 % 99.6928 %
6 6946 42441 240500 120923 119577 7 5 3 3 0.001000 0.003083 0.3083 % 99.6917 %
8 5 3 10 0.000999 0.003284 0.3284 % 99.6716 %
7 6958 44347 251300 108828 142472 9 5 10 3 0.001000 0.003192 0.3192 % 99.6808 %
8 6963 43094 244200 108066 136134 10 5 10 10 0.001000 0.003381 0.3381 % 99.6619 %

9 7048 43306 245400 108862 136538


10 7048 43306 245400 110080 135320 Tabel 6 memperlihatkan perbandingan
11 7023 42759 242300 111161 131139 antara 10 model arsitektur pelatihan pola pertama.
12 7053 42053 238300 109917 128383
Dari hasil pelatihan tersebut ditemukan bahwa model
arsitektur jaringan prediksi yang optimal
Selanjutnya dilakukan normalisasi data menggunakan input layer sebanyak 5 neuron dan
pengujian dengan syntax: qn = trastd(q,meanp,stdp);. hidden layer sebanyak 10 neuron. Dari model
tersebut didapatkan nilai MSE sebesar 0.001000,
Tabel 5. Normalisasi Data Pengujian MAE sebesar 0.003072 dan MAPE sebesar 0.3072%.
No X1 X2 X3 X4 X5
Sehingga tingkat akurasi yang dihasilkan sebesar
1 5.7406 0.3869 0.3869 -0.7890 0.6271
2 6.0289 -1.2567 -1.2567 -1.1481 -0.4987 99.6928%.
3 5.9048 -0.4530 -0.4530 -1.2208 0.1548
4 5.9048 -0.4108 -0.4108 -0.3366 -0.1791 Tabel 7. Hasil Pelatihan Pola Kedua
Jumlah Neuron Kriteria
5 5.9528 0.0016 0.0016 -0.3317 0.1387 Hidden Hidden
No. Input
6 5.9929 -0.2513 -0.2513 0.0369 -0.2102 Layer
Layer Layer MSE MAE MAPE Akurasi
1 2
7 6.0409 0.0738 0.0738 -0.6443 0.3243 1 5 3 - 0.000999 0.001421 0.1421 % 99.8579 %
8 6.0610 -0.1399 -0.1399 -0.6872 0.1764 2 5 4 - 0.001000 0.001793 0.1793 % 99.8207 %
3 5 5 - 0.001000 0.001954 0.1954 % 99.8046 %
9 6.4014 -0.1038 -0.1038 -0.6424 0.1858 4 5 8 - 0.000999 0.001643 0.1643 % 99.8366 %
5 5 9 - 0.001000 0.001704 0.1704 % 99.8296 %
10 6.4014 -0.1038 -0.1038 -0.5738 0.1574
6 5 10 - 0.001000 0.001649 0.1649 % 99.8351 %
11 6.3012 -0.1971 -0.1971 -0.5129 0.0597 7 5 3 3 0.001000 0.001691 0.1691 % 99.8309 %
8 5 3 10 0.000100 0.001470 0.1470 % 99.8530 %
12 6.4214 -0.3175 -0.3175 -0.5830 -0.0046 9 5 10 3 0.001000 0.001604 0.1604 % 99.8396 %
10 5 10 10 0.001000 0.001578 0.1578 % 99.8422 %
5

Tabel 7 memperlihatkan perbandingan Tabel 8 memperlihatkan perbandingan


antara 10 model arsitektur pelatihan pada pola kedua. antara 10 model arsitektur pengujian pada pola
Dari hasil pelatihan tersebut ditemukan bahwa model pertama. Dari hasil pengujian tersebut ditemukan
arsitektur jaringan prediksi yang optimal bahwa model arsitektur jaringan prediksi yang
menggunakan input layer sebanyak 5 neuron dan optimal memiliki input layer sebanyak 5 neuron dan
hidden layer sebanyak 3 neuron. Dari model tersebut hidden layer sebanyak 3 neuron. Dari model tersebut
didapatkan nilai MSE sebesar 0.000999, MAE didapatkan nilai MAE sebesar 0.017096 dan MAPE
sebesar 0.001421 dan MAPE sebesar 0.1421%. sebesar 1.7096%. Sehingga tingkat akurasi yang
Sehingga tingkat akurasi yang dihasilkan sebesar dihasilkan sebesar 98.29%.
99.8579%.
Tabel 9. Hasil Pengujian Pola Kedua
Jumlah Neuron Kriteria
Hidden Hidden
No. Input
Layer Layer MAE MAPE Akurasi
Layer
1 2
1 5 3 - 0.074635 7.46% 92.54%
2 5 4 - 0.199261 19.93% 80.07%
3 5 5 - 0.026944 2.69% 97.31%
4 5 8 - 0.053664 5.37% 94.63%
5 5 9 - 0.130438 13.04% 86.96%
6 5 10 - 0.051329 5.13% 94.87%
7 5 3 3 0.058246 5.82% 94.18%
8 5 3 10 0.119204 11.92% 88.08%
9 5 10 3 0.025453 2.55% 97.45%
10 5 10 10 0.206074 20.61% 79.39%

Tabel 9 memperlihatkan perbandingan


Gambar 4. Perbandingan Jumlah Data Latih dan antara 10 model arsitektur pengujian pada pola
Model Arsitektur Terhadap Tingkat Akurasi kedua. Dari hasil pengujian tersebut ditemukan
bahwa model arsitektur jaringan prediksi yang
Dari grafik di atas didapatkan bahwa jumlah optimal memiliki input layer sebanyak 5 neuron,
data pelatihan dapat mempengaruhi tingkat akurasi hidden layer 1 sebanyak 10 neuron dan hidden layer
prediksi. Jumlah data pelatihan pada pola kedua 2 sebanyak 3 neuron. Dari model tersebut
yang menggunakan 60% data keseluruhan memiliki didapatkan nilai MAE sebesar 0.025453 dan MAPE
tingkat akurasi prediksi yang tinggi dibandingkan sebesar 2.55%. Sehingga tingkat akurasi yang
dengan jumlah data pelatihan pola pertama yang dihasilkan sebesar 97.45%.
menggunakan 80% data keseluruhan. Sedangkan
jumlah hidden layer dan jumlah neuron pada hidden
layer tidak mempengaruhi tingkat akurasi prediksi.

4.2 Hasil Pengujian


Pengujian dilakukan terhadap dua pola data
dengan menerapkan 10 model arsitektur Jaringan
Syaraf Tiruan Backpropagation.

Tabel 8. Hasil Pengujian Pola Pertama


Jumlah Neuron Kriteria
Hidden Hidden
No. Input
Layer Layer MAE MAPE Akurasi
Layer
1 2
1 5 3 - 0.017096 1.7096% 98.29 % Gambar 5. Perbandingan Jumlah Data Uji dan
2 5 4 - 0.055892 5.5892% 94.41 % Model Arsitektur Terhadap Tingkat Akurasi Prediksi
3 5 5 - 0.055087 5.5087% 94.49 %
4 5 8 - 0.070510 7.0510% 92.95%
5 5 9 - 0.101420 10.1420% 89.86% Dari grafik pada gambar 5 didapatkan
6 5 10 - 0.030041 3.0041% 97.00% bahwa jumlah data pelatihan dapat mempengaruhi
7 5 3 3 0.061693 6.17% 93.83%
tingkat akurasi prediksi pada pengujian. Di mana
8 5 3 10 0.154246 15.42% 84.58%
9 5 10 3 0.049788 4.98% 95.02% jumlah data pelatihan pada pola pertama yang
10 5 10 10 0.184908 18.49% 81.51% menggunakan 80% data keseluruhan yaitu, data
Tahun 2010, 2011, 2012 dan 2013 memiliki tingkat
6

akurasi prediksi yang tinggi pada pengujian 5. PENUTUP


dibandingkan dengan jumlah data pelatihan pola
pertama yang menggunakan 60% data keseluruhan 5.1 Kesimpulan
yaitu, Tahun 2011, 2012 dan 2013. Sedangkan
jumlah hidden layer dan jumlah neuron pada hidden Dari penelitian ini dapat diambil kesimpulan
layer tidak mempengaruhi tingkat akurasi prediksi. sebagai berikut:
Setelah model arsitektur jaringan yang 1. Jaringan Syaraf Tiruan dengan algoritma
optimal didapatkan. Maka output dari jaringan Backpropagation dapat diterapkan untuk
tersebut dibandingkan dengan data real volume memprediksi produksi air melalui pelatihan
produksi air PDAM Tirta Bina Rantauprapat tahun dan pengujian data masa lalu dengan
2014 dengan interval bulanan. menggunakan software Matlab.
2. Melalui pelatihan yang dilakukan terhadap
dua pola data yaitu, pola data pertama Tahun
Tabel 10. Perbandingan Data Real dan Output
2010, 2011, 2012 dan 2013 serta pola data
Prediksi Volume Produksi Air
kedua Tahun 2011, 2012 dan 2013
PDAM Tirta Bina Rantauprapat Tahun 2014
Total Volume Produksi Air (M3)
didapatkan hasil bahwa jumlah data
Bulan Akurasi pelatihan pada pola kedua yang
Real Prediksi Error
Jan-14 307882 315015 -7133 97.68% menggunakan 60% dari data keseluruhan
Feb-14 243647 236061 7586 96.89% memiliki tingkat akurasi prediksi yang
Mar-14 275059 274437 622 99.77% tinggi sebesar 99.8579%. dengan arsitektur
Apr-14 276706 278670 -1964 99.29% jaringan 5-3-1.
May-14 292824 299161 -6337 97.84% 3. Melalui pengujian yang dilakukan terhadap
Jun-14 282941 287483 -4542 98.39%
dua pola data tersebut didapatkan hasil
Jul-14 295647 302352 -6705 97.73%
Aug-14 287294 292149 -4855 98.31%
bahwa jumlah data pelatihan pada pola
Sep-14 288706 294171 -5465 98.11% pertama yang menggunakan 80% dari data
Oct-14 288706 294249 -5543 98.08% keseluruhan memiliki tingkat akurasi
Nov-14 285059 289589 -4530 98.41% prediksi yang tinggi pada pengujian yaitu
Dec-14 280353 283210 -2857 98.98% sebesar 98.29%. dengan arsitektur jaringan
5-3-1.
Dari hasil penelitian yang diperlihatkan pada 4. Jumlah data pada pelatihan Jaringan Syaraf
table 10 didapatkan bahwa tingkat akurasi prediksi Tiruan Backpropagation dapat
yang optimal yang dihasilkan dari proses pengujian mempengaruhi tingkat akurasi prediksi pada
adalah sebesar 98.29%. Perbandingan hasil prediksi pelatihan dan pengujian.
dengan data real secara grafik dapat ditunjukkan 5. Jumlah hidden layer dan jumlah neuron
pada gambar 6. pada hidden layer tidak memberi pengaruh
yang signifikan terhadap tingkat akurasi
prediksi.
6. Melalui pelatihan dan pengujian beberapa
model arstitektur jaringan backpropagation,
maka didapatkan model arsitektur jaringan
yang optimal yaitu, arsitektur jaringan
dengan jumlah input layer 5, hidden layer 3
dan output layer 1.
7. Pengujian dengan model arsitektur jaringan
5-3-1 memberikan hasil yang yang
mendekati target dengan nilai Mean
Absolute Error (MAE) sebesar 0.017096.
Sehingga nilai akurasi yang dihasilkan
sebesar 98.29 %.
8. Berdasarkan hasil prediksi didapatkan
Gambar 6. Perbandingan Data Real dan Output
bahwa tingkat kebutuhan air bersih yang
Prediksi Volume Produksi Air
harus diproduksi PDAM Tirta Bina
PDAM Tirta Bina Rantauprapat Tahun 2014
Rantauprapat untuk tahun 2014 menurun
dibandingkan tahun 2013. Produksi air pada
tahun 2013 sebesar 3.651.208 M3,
sedangkan di tahun 2014 sebesar 3.446.547
7

M3. Berdasarkan hasil tersebut terjadi Li, S. 2014. Forecast Model of Water Quantity Based
penurun produksi air sebesar 204.661 M3. on Back Propagation Artificial Neural
Network. TELKOMNIKA Indonesian
Journal of Electrical Engineering, 12.
5.2 Saran M.f. Andrijasa, M. 2010. Penerapan Jaringan Syaraf
Tiruan Untuk Memprediksi Jumlah
Adapun saran-saran yang dapat disampaikan Pengangguran di Provinsi Kalimantan
penulis adalah sebagai berikut : Timur Dengan Menggunakan Algoritma
1. Penelitian ini masih jauh dari sempurna, Pembelajaran Backpropagation. Jurnal
untuk itu perlu dilakukan penelitian lebih Informatika Mulawarman, 5.
lanjut dengan memperbanyak jumlah Mahmoud Nasr, a. T., Shinichi Ookawara, Masaaki
variabel input. Suzuki 2013. Prediction of Hydrogen
2. Prediksi menggunakan Jaringan Syaraf Production Using Artificial Neural Network.
Tiruan dengan algoritma Backpropagation Seventeenth International Water Technology
sangat berpengaruh dengan banyaknya data Conference, IWTC17.
yang digunakan untuk pelatihan dan Marleni Anike, S., Ernawati 2012. Pengembangan
pengujian. Untuk itu perlu dilakukan Sistem Jaringan Syaraf Tiruan Dalam
pengembangan lebih lanjut dengan Memprediksi Jumlah Dokter Keluarga
menggunakan data produksi air dengan Menggunakan Backpropagation (Studi
rentang waktu lebih dari 5 tahun. Kasus: Regional X Cabang Palu). Seminar
3. Diharapkan dengan adanya penelitian ini, Nasional Teknologi Informasi dan
peneliti selanjutnya dapat mengembangkan Komunikasi 2012 (SENTIKA 2012).
Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation Maru'ao, D. O. 2010. Neural Network
untuk memprediksi produksi air dengan Implementation in Foreign Exchange Kurs
menggunakan GUI (Graphical User Prediction. Gunadarma University Journal,
Interface), sehingga lebih memudahkan Jakarta.
peneliti dalam melakukan penerapan Sangadji, I. B. 2009. Prediksi Perilaku Pola
Jaringan Syaraf Tiruan. Pengunjung Terhadap Transaksi Pada Toko
Buku Gramedia Menggunakan Jaringan
Syaraf Tiruan Metode Back Propagation.
DAFTAR PUSTAKA Jurnal Informatika, Universitas Kristen
Maranatha, Bandung 5.
Anindita Septiarini, N. S. B. 2012. Sistem Peramalan Setiawan, W. 2008. Prediksi Harga Saham
Jumlah Produksi Air PDAM Samarinda Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan
Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Multilayer Feedforward Network Dengan
Backpropagation. Jurnal EKSPONENSIAL, Algoritma Backpropagation. Konferensi
3. Nasional Sistem dan Informatika, Bali.
Cici Oktaviana, A. 2013. Prediksi Curah Hujan Siang, J. J. 2009. Jaringan Syaraf Tiruan &
Bulanan Menggunakan Jaringan Syaraf Pemrogramannya Menggunakan MATLAB
Tiruan Dengan Beberapa Fungsi Pelatihan Yogyakarta, Penebit ANDI.
Backpropagation (Studi Kasus: Stasiun
Meteorologi Tabing Padang, Tahun 2001-
2012). Jurnal Fisika Unand, 2.
Dwi Astuti Aprijani, U. U. S. 2011. Aplikasi
Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Mengenali
Tulisan Tangan Huruf A, B, C, dan D Pada
Jawaban Soal Pilihan Ganda. Jurnal
Matematika, Sains dan Teknologi, 12.
Kusumadewi, S. 2010. Membangun Jaringan Syaraf
Tiruan Menggunakan MATLAB & Excel
Link, Yogyakarta, GRAHA ILMU.
.

Anda mungkin juga menyukai